Terbit setiap dua bulan sekali pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan November yang kajian bidang geografi dan pendidikan geografi . ISSN Ketua Penyunting: Deasy Arisanty Penyunting Pelaksana: Sidharta Adyatma, Nasruddin, Arif Rahman Nugroho, Ellyn Normelani, Karunia Puji Hastuti, Parida Angriani, Eva Alviawati, Rosalina Kumalawati, Norma Yuni Kartika, Nevy Farista Aristin. Penelaah: Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada), Herry Porda Nugroho Putro (Universitas Lambung Mangkurat), Wahyu (Universitas Lambung Mangkurat), Ariyani (Universitas Negeri Semarang), Iya Setiasih (Universitas Mulwarman), Nugroho Hari Purnomo (Universitas Negeri Surabaya). Pembantu Tata Laksana: Hasa Noor Hasadi
Alamat Penyunting: Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Jl. H. Hasan Basry, Telp. (0511) 3304914, Fax: (0511) 3304914, Banjarmasin, 70123, Email:
[email protected], HP 081348260253. Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan. Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan nama JPG (Jurnal Pendidikan Geografi). Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa pada Petunjuk Bagi Penulis disampul belakang dalamjurnal ini.
DAFTAR ISI Jurnal
Halaman
1.
Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin ................................... 2. Pengetahuan Guru IPS Terpadu Smp/Sederajat di Kecamatam Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 .................... 3. Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor PadaRuas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah ................................................................. 4. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013...................... 5. Pengetahuan Guru IPS Terpadu Smp/SederajatKecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013 ................................................................. 6. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (Pt. Silo) Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru .................................................................................... 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Raya di Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar ................................................ 8. Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin ................................................................................................. 9. Pengetahuan Guru Sma Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013 ..... 10. Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Pada Mata Pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014 ..............................................
1 15 25 34 45
56
70
77 87 98
PENGARUH PEMANFAATAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 9 BANJARMASIN Oleh: Rahimah, Arif Rahman Nogruho, Parida Angrini Abstrak Judul penelitian ini adalah “pengaruh pemanfaatan bantuan siswa miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan bantuan siswa miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarasin. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa penerima BSM kelas VII, VII, dan IX SMP Negeri 9 Banjarmasin yaitu berjumlah 154 siswa, karena teknik pengambilan sampel menggunakan sampel penuh maka sampel yang diambil seluruh populasi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis persentase dan korelasi product moment. Hasil penelitan yang telah dilakukan di SMP Negeri 9 Banjarmasin menunjukkan bahwa (26,62%) siswa menggunakan BSM untuk membeli buku pelajaran, (16,13%) siswa menggunakan BSM untuk membeli buku bacaan, (55,84%) siswa menggunakan BSM untuk membeli alat tulis sekolah, (33,77%) siswa manggunakan BSM untuk membeli seragam sekolah, (61,04%) siswa menggunakan BSM untuk membeli perlengkapan sekolah, (5,19%) siswa menggunakan BSM untuk biaya transportasi ke sekolah, (19,48%) siswa menggunakan BSM untuk uang saku ke sekolah, (13,64%) siswa menggunakan BSM untuk biaya kursus. ((92,86%) semangat siswa untuk mengulang pelajaran, (73,38%) keinginan siswa untuk mengikuti ekstra kurikuler, (30,52%) siswa mengikuti kursus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pemanfataan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa. Kata kunci: Pemanfaatan, Bantuan Siswa Miskin (BSM), Motivasi Belajar. I.
PENDAHULUAN
SMP Negeri 9 Banjarmasin adalah sekolah dengan jumlah penerima dana BSM yang paling banyak dibandingkan dengan sekolah yang lainnya. Jumlah penerima dana BSM di SMP Negeri 9 Banjarmasin yaitu 166 siswa, diantaranya terdiri dari 65 siswa laki-laki dan 101 siswa perempuan. Penerima dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) tahun ajaran 2013/2014 untuk kelas VII, VIII dan IX, di mana kelas VII berjumlah 77 siswa, kelas VIII berjumlah 48 siswa, dan kelas IX berjumlah 41 siswa. Target utama penerima dana BSM adalah siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dan ditujukan untuk membantu siswa dalam memenuhi kebutukan sekolah selama duduk dibangku sekolah seperti membeli buku pelajaran, alat tulis dan perlengkapan siswa yang lainnya. 1
Siswa yang mendapatkan dana BSM diharapkan dapat termotivasi untuk lebih giat belajar dan mempermudah siswa dalam proses belajar. Motivasi belajar adalah usaha seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasisme dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu maupun luar individu (Haryanto dan Yudhawati, 2011 dalam Fatmawati, 2012). Hasil observasi awal peneliti yaitu wawancara dengan salah satu murid di SMP Negeri 9 Banjarmasin yang bernama Hidayatullah, menyatakan bahwa ia hampir putus sekolah karena tidak ada biaya untuk sekolah sebelum mendapatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM), setelah mendapatkan dana BSM ia manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya dan membuat lebih semangat untuk belajar. Peneliti menemukan masalah berdasaarkan pada uraian sebelumnya, masalah di SMP Negeri 9 yaitu terdapat anak yang terancam putus sekolah karena kekurangan biaya untuk memenuhi kebutuhannya bersekolah. Peneliti tertarik untuk melukukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”. Tujuan penelitian adalah “mengetahui pengaruh pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bantuan siswa miskin (BSM) a. Pengertian Bantuan Siswa Miskin (BSM) Bantuan bagi siswa miskin disebut dengan Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah pemberian bantuan dari pemerintah bagi siswa miskin berupa uang tunai yang diberikan langsung kepada siswa sekolah sesuai kriteria yang telah ditetapkan (Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 16/PB/2012). b. Tujuan BSM BSM memiliki tujuan untuk (Muhammad, 2013), yaitu: 1) Menghilangkan halangan siswa miskin untuk akses pelayanan pendidikan; 2) Mencegah angka putus sekolah dan menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali; 3) Membantu siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan pembelajaran; 4) Mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan menengah universal. c.
Pemanfaatan BSM Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) dimanfaatkan oleh siswa untuk pembiayaan keperluan pribadi siswa dalam rangka penyelesaian pendidikan pada jenjang pendidikan masing-masing siswa penerima BSM, antara lain digunakan untuk: 1) Pembelian buku dan alat tulis sekolah; 2) Pembelian pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll); 3) Biaya transportasi ke sekolah; 4) Uang saku siswa ke sekolah; 5) Biaya kursus/les tambahan (Muhammad, 2013).
2. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012). Motivasi adalah kakuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasisme dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu maupun luar individu (Haryanto dan Yudhawati, 2011 dalam Fatmawati, 2012). Motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini seperti guru untuk mendorong, mengaktifkan, dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (Munadi, 2013). III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2005). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Tabel 1 menunjukkan jumlah penerima dana BSM Tahun Ajaran 2013/2014. Tabel 1. Jumlah Populasi Penerima Dana BSM Tahun Ajaran 2013/2014 No Kelas Jumlah siswa penerima dana BSM 1 VII 71 2 VIII 46 3 IX 37 Jumlah 154 Sumber: SMP Negeri 9 Banjarmasin
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa penerima dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) kelas VII, VIII dan IX Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 154 siswa. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data: (1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Ngadiyana,dkk., 2011). Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan pengumpulan data yang pertama diambil dari sumber pertama, meliputi observasi dan kuiseoner dari siswa penerima dana BSM di SMP Negeri 9 Banjarmasin. (2) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbegai sumber yang telah ada (Ngadiyana,dkk., 2011). Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data melalui studi dokumen dan studi pustaka.
3
Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh atau angka yang siap dianalisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik (Ngadiyana,dkk., 2011). Data spasial diwujudkan dalam bentuk peta tematik. Langkah-langka pengolahan data dalam penelitian ini yaitu: (1) Editing (Pengeditan), (2) Coding (Pengkodean), (3) Scoring (Skor), (4) Tabulating (Tabulasi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan adalah rumus persentase dan korelasi product moment. bertujan untuk mengetahui hubungan dana bantuan siswa miskin dengan motivasi belajar siswa. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Bantuan siswa miskin (BSM) a. Pembelian Buku Jumlah persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli buku pelajaran disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Responden yang Membeli Buku Pelajaran Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 41 26,62 Tidak 113 73,38 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 2 dengan Tabel 3. Tabel 3. Buku Pelajaran yang di Beli Responden Frekuensi Alternatif jawaban Harga Persentase (%) (F) IPS Terpadu > Rp 60.000 8 12,12 IPA Terpadu >Rp 60.000 10 15,15 Matematika >Rp 60.000 8 12,12 B.Inggris >Rp 60.000 10 15,15 B. Indonesia Rp 31.000- Rp 40.000 11 16,67 Pendidikan Agama Rp 31.000-Rp 40.000 4 6,06 Islam (PAI) Detik-Detik UN >Rp 60.000 15 22,73 Jumlah 66 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin yang diberikan oleh pemerintah untuk membeli buku. Buku yang dibeli oleh siswa adalah buku pelajaran. Buku pelajaran yang dibeli seperti buku IPS Terpadu, IPA Terpadu, Matematika, B.Inggris, B.Indonesia, Pendidikan Agama Islam (PAI), Detik-detik UN. Siswa yang mendapatkan Dana BSM namun tidak digunakan untuk membeli buku, dimanfaatkan sebagai tabungan. Siswa yang
memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan bukanlah pemanfaatan yang dimaksudkan oleh pemerintah, namun jika yang dimaksudkan siswa dengan tabungan adalah untuk pembelian buku tahun ajaran berikutnya, hal ini tidak dilarang selama pemanfaatannya masih sesuai dengan tujuan pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM). b. Pembelian Buku Bacaan Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli buku bacaan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Responden yang Membeli Buku Bacaan Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 25 16,23 Tidak 129 83,77 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 5 dengan Tabel 5. Tabel 5. Buku Bacaan yang di Beli Responden Alternatif Frekuensi Harga Persentase (%) jawaban (F) Novel >Rp 50.000 19 63,33 Cerpen Rp 21.000 - Rp 30.000 3 10 Komik /Rp 21.000 - Rp 30.000 6 20 Cerita Dongeng Majalah Rp 21.000 – Rp 30.000 2 3,03 Jumlah 30 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin yang diberikan oleh pemerintah untuk membeli buku. Buku yang dibeli oleh siswa salah satunya adalah buku bacaan. Buku bacaan yang dibeli oleh siswa seperti novel, komik, cerpen, dan majalah, hal ini sesuai dengan tujuan diadakannya program bantuan siswa miskin. Siswa yang mendapatkan Dana BSM namun tidak digunakan untuk membeli buku, dimanfaatkan sebagai tabungan. Siswa yang memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan bukanlah pemanfaatan yang dimaksudkan oleh pemerintah, namun jika yang dimaksudkan siswa dengan tabungan adalah untuk pembelian buku tahun ajaran berikutnya, hal ini tidak dilarang selama pemanfaatannya masih sesuai dengan tujuan pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM). c.
Pembelian Alat Tulis Sekolah Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli alat tulis sekolah disajikan pada Tabel 6.
5
Tabel 6. Responden yang Membeli Alat Tulis Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 86 55,84 Tidak 68 41,16 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 6 dengan Tabel 7. Tabel 7. Alat Tulis Sekolah yang di Beli Responden Alternatif jawaban Harga perbuah Frekuensi (F) Persentase (%) Pulpen Rp.500-Rp 3000 86 22,63 Buku Tulis Rp.3100-Rp.4000 70 18,42 Buku Gambar Rp.3100-Rp.4000 38 10,00 Penggaris Rp.500-Rp 3000 69 18,15 Pensil Rp.500-Rp 3000 66 17,37 Pensil Warna >Rp.5000 36 9,47 Kotak Pensil >Rp.5000 6 1,58 Jangka >Rp.5000 3 0,79 Jumlah 380 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin untuk membeli alat tulis sekolah seperti pulpen, buku tulis, buku gambar, penggaris, pensil, pensil warna, kotak pensil, dan jangka, serta alat tulis sekolah yang lainnya yang diperlukan oleh siswa. Tujuan dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pembelian alat tulis sekolah. d. Pembelian Seragam Sekolah Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli seragam sekolah disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Responden yang Membeli Seragam Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 52 33,77 Tidak 102 66,23 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 8 dengan Tabel 9.
Tabel 9. Seragam Sekolah yang Dibeli Responden Alternatif jawaban Harga Frekuensi (F) Persentase (%) Putih Biru > Rp 70.000 46 43,39 Sasirangan Rp 41.000-Rp.50.000 21 19,81 Batik >Rp 70.000 1 0,94 Pramuka >Rp 70.000 21 19,81 Olahraga Rp 41.000-Rp50.000 18 16,98 Jumlah 106 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk membeli pakaian sekolah (seragam sekolah) seperti seragam sekolah putih biru, sasirangan, barik, pramuka, dan seragam olah raga. Siswa SMP Negeri 9 Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu untuk membeli pakaian sekolah e.
Pembelian Perlengkapan Sekolah Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli perlengkapan sekolah disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Responden yang Membeli Perlengkapan Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 94 61,04 Tidak 60 38,96 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 10 dengan Tabel 11. Tabel 11. Perlengkapan Sekolah yang Dibeli Responden Frekuensi Persentase Alternatif jawaban Harga perbuah (F) (%) Sepatu sekolah >Rp50.000 74 36,09 Tas Sekolah >Rp 50.000 52 25,36 Topi Sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 34 16,58 Dasi sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 34 16,58 Kacu Pramuka Rp 21.000-Rp 30.000 6 2,92 Kaos Kaki Rp 21.000-Rp 30.000 2 0,97 Kerudung sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 2 0,97 Jumlah 205 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014 Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin untuk membeli perlengkapan sekolah sekolah seperti sepatu sekolah, tas sekolah, topi sekolah, dasi sekolah, kacu pramuka, kaos kaki, dan kerudung sekolah, serta perlengkapan sekolah lainnya yang diperlukan oleh siswa. Tujuan
7
dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pembelian perlengkapan sekolah. f.
Biaya Tansportasi Ke Sekolah Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk biaya transportasi ke sekolah disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Responden yang Menggunakan BSM untuk BiayaTransportasi ke Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 8 5,19 Tidak 145 94,16 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 12 dengan Tabel 13. Tabel 13. Transportasi yang Digunakan Responden Alternatif jawaban Harga perbulan Frekuensi (F) Persentase (%) Angkot Rp 60.000 1 12,5 Ojek Rp 60.000 6 75 Sepeda Motor Rp 60.000 1 12,5 Jumlah 8 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin sebagai biaya transportasi ke sekolah biaya angkot, ojek, dan biaya pembelian bahan bakar minyak untuk sepeda motor bagi siswa yang berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor pribadi. Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin yang mendapatkan dana BSM juga banyak yang menggunakan sepeda dan diantar oleh orangtuanya ke sekolah dan dana BSM yang mereka dapatkan tidak digunakan untuk biaya transportasi melainkan untuk ditabung. Tujuan dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pemanfaatan untuk biaya transportasi ke sekolah. g.
Uang Saku Sekolah Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan sebagai uang saku ke sekolah disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Responden yang Menggunakan BSM untuk Uang Saku ke Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 30 19,48 Tidak 124 80,52 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 14 dengan Tabel 15. Tabel 15. Uang Saku yang Digunakan Responden Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Rp 60.000 / bulan 22 73,33 Rp 80.000 / bulan 4 13,33 Rp 150.000 / bulan >Rp 150.000 / bulan 4 13,33 Jumlah 30 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan uang saku ke sekolah. Siswa SMP Negeri 9 Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu sebagai uang saku ke sekolah h. Biaya Kursus Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk biaya kursus disajikan pada Tabel 16. Tabel 17. Responden yang Menggunakan BSM untuk Biaya Kursus Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 21 13,64 Tidak 133 86,36 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 16 dengan Tabel 17. Tabel 17. Kursus yang Diikuti Oleh Responden Frekuensi Peresentase Alternatif jawaban Biaya Persemester (F) (%) Les Private Rp.100.000-Rp.150.000 9 40,90 Primagama >Rp.250.000 3 13,63 Ganesha >Rp.250.000 1 4,54 Kursus B. Inggris Rp.200.000-Rp.250.000 4 18,18 Kursus Komputer >Rp.250.000 3 13,63 Kursus Matematika Rp.150.000-Rp.200.000 1 4,54 Kursus IPA Terpadu Rp.150.000-Rp.200.000 1 4,54 Jumlah 22 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk biaya kursus seperti les private, primagama, ganesha, kursus B.Inggris, kursus komputer, kursus Matematika, kursus IPA Terpadu. Siswa SMP Negeri 9
9
Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu untuk biaya kursus. 2. a.
Motivasi Belajar Semangat Mengulang Pelajaran Persentase responden yang menjawab semangat mengulang pelajaran disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Semangat Responden Mengulang Pelajaran Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 143 92,86 Tidak 11 7,14 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 28 dengan Tabel 19 dan Tabel 20. Tabel 19. Buku Pelajaran yang Sering Dibaca Responden Belajar saat di Frekuen Persentase Alternatif jawaban rumah dalam si (F) (%) seminggu IPS Terpadu 2 kali 114 17,24 IPA Terpadu 2 kali 121 18,30 Matematika 2 kali 117 17,70 B.Indonesia 2 kali 104 15,73 B. Inggris 2 kali 99 14,97 Pendidikan Agama Islam (PAI) 1 kali 90 13,61 PKN 1 kali 5 0,75 TIK 1 kali 7 1,05 Keterampilan 1 kali 1 0,15 Pendidikan Agama Kristen 1 kali 1 0,15 Detik-Detik UN 3 kali 4 0,60 Jumlah 661 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Tabel 20. Durasi Waktu Belajar Responden Durasi waktu Frekuensi Alternatif jawaban belajar di (F) rumah IPS Terpadu 1 jam 113 IPA Terpadu 1-2 jam 120 Matematika 1-2 jam 118 B.Inggris 1 jam 103 B. Indonesia 1 jam 99 Pendidikan Agama Islam (PAI) 1 jam 89 PKN 1 jam 4 TIK 1 jam 5 Keterampilan 1 jam 1 Pendidikan Agama Kristen 1 jam 1 Detik-Detik UN 1-2 jam 4 Jumlah 654
Persentase (%) 17,27 18,34 17,88 15,74 15,13 13,60 0,61 0,76 0,15 0,15 0,61 100
Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki semangat untuk belajar seperti belajar IPS Terpadu, IPA Terpadu, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, pendidikan Agam Islam (PAI), PKN, TIK, Keterampilan, Pendidikan Agama Kristen, dan Detik-detik UN, dapat dilihat dari hasil analisis penelitian yang menyatakan bahwa siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin bersemangat untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012). b. Keinginan Siswa Untuk Mengikuti Kegiatan Ekstra Kurikuler Persentase responden yang menjawab keinginan untuk mengikuti ekstra kurikuler disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Keinginan Responden untuk Mengikuti Ekstra Kurikuler Alternatif jawaban Ya Tidak Jumlah
Frekuensi (F) 113 40 154
Persentase (%) 73,38 25,97 100
Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 21 dengan Tabel 22.
11
Tabel 22. Ekstra Kurikuler yang Diikuti Oleh Responden Alternatif jawaban Pramuka PMR Mading Puisi Pidato Drum Bnad Habsy Karate Futsal Paskibaka Pencak silat Tari Basket Pengembangan Bahasa Paduan suara Sasirangan Jumlah
Ekstra kurikuler di sekolah dalam seminggu 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 2 kali 2 kali 1 kali 1 kali 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Frekuensi (F) Persentase (%) 53 16 6 3 2 18 6 6 13 4 4 3 8 4 6 1 153
34,64 10,45 3,92 1,96 1,30 11,76 3,92 3,92 8,49 2,61 2,61 1,96 5,22 2,61 3,92 0,65 100
Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, mading, puisi, pidato, drumband, habsy, karate, futsal, paskibraka, pencak silat, tari, basket, pengembangan bahasa, paduan suara, sasirangan. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012). c.
Dorongan Dari Diri Siswa Untuk Mengikuti Kursus Persentase responden yang keinginan untuk mengikuti kursus disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Responden yang Mengikuti untuk Kursus Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) Ya 47 30,52 Tidak 107 69,48 Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 23 dengan Tabel 24.
Tabel 24. Kursus yang Diikuti Oleh Responden Kursus dalam Frekuensi Alternatif jawaban seminggu (F) Les Private 2 kali 23 Primagama 2 kali 4 Ganesha 2 kali 5 Kursus B. Inggris 2 kali 7 Kursus Komputer 3 kali 4 Kursus Matematika 3 kali 10 Kursus Dance 2 kali 1 Wahana Vidya >3 kali 1 Kursus IPA Terpadu 2 kali 3 Kursus IPS Terpadu 2 kali 1 Jumlah 22
Peresentase (%) 38,98 6,77 8,47 11,86 6,77 16,94 1,96 1,96 5,08 1,69 100
Sumber: Hasil analisis data primer, 2014
Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki dorongan dari dalam diri sendiri untuk mengikuti kursus seperti les private, primagama, ganesha, kursus B.Inggris, kursus komputer, kursus matematika, kursus dance, kursus vidya, kursus IPA Terpadu, kursus IPS Terpadu. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012). 3.
Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap Motivasi Belajar Hasil penelitan yang telah dilakukan di SMP Negeri 9 Banjarmasin adalah tidak ada pengaruh antara pemanfataan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa. Siswa tidak banyak menggunakan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai dana untuk keperluan sekolah melainkan menjadikan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan. Siswa lebih banyak memanfaatkan dana bantun siswa miskin untuk membeli alat tulis sekolah dan perlengkapan sekolah. Alat tulis sekolah yang dimaksudkan seperti pulpen, pensil, buku tulis, buku gambar, pensil warna, penggaris, sedang perlengkapan sekolah seperti sepetu, tas, topi, dasi, kacu pramuka, kaos kaki, dan kerudung sekolah. V.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa pemanfatan Bantuan Siswa Miskin di SMP Negeri 9 Banjarmasin tidak ada pengaruh terhadap motivasi belajar. VI.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih dIsampaikan kepada: (1) Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat; (2) Ketua Program Studi
13
Pendidikan Geografi; (3) Bapak Arif Rahman Nugroho, S.Pd., M.Sc. dan Ibu Farida Angriani, M.Pd.; (4) Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi; (5) Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin beserta staf; (6) Bapak kepala SMP Negeri 9 Banjarmasin beserta dewan guru; (7) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu. VII. DAFTAR PUSTAKA Fatmawati. 2012. Motivasi Siswa Kelas IX SMP Negeri Se-Kecamatan Banjarmasin Barat Melanjutkan ke SMA/Sederajat di Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: Strata Satu FKIP UNLAM. Margono, S. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhammad, H. dan Achmad Jazidie. 2013. Panduan (BSM) bantuan siswa miskin SD, SMP, SMA, dan SMK. Jakarta: Kemdikbud. Munadi, Y. 2013. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: GP Press Group. Nakman. 2012. Pengaruh Penggunaan Bantuan Siswa Miskin Tehadap Semangat Belajar Siswa, (online),(http: //SKRIPSI/Perpustakaan STAIN Salatiga.htm, diakses 13 Januari 2014) Ngadiyana, Y.M. Sidharta Adiyatma. Nasriddin. Ellyn Normelani. Dessy Arisanty. Rosalina Kumalawati. Eva Alviawati. Norma Yuni Kartika. Karunia Puji Hastuti. Parida Angriani. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-16/PB/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan dan Penyaluran dan Bantuan Siswa Miskin dan Beasiswa Bakat dan Prestasi. Jakarta: Kementerian Keuangan Rapublik Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAM BANJARMASIN TIMUR MENGHADAPI PENERAPAN KURIKULUM 2013 Oleh: Mita Ariany, H.Sidharta Adyatma, Parida Angriani. Abstrak Penelitian ini berjudul “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur yaitu sebanyak 28 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 28 orang sehingga menggunakan sampel penuh. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan tabulasi. Analisis data menggunakan rumus banyak kelas, rumus kelas interval dan rumus persentase. Hasil dari penelitian tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 diketahui bahwa mayoritas Guru IPS memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14%, hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013. Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I.
PENDAHULUAN Mutu bangsa Indonesia tergantung pada pendidikan, terutama melalui pendidikan formal yang diterima anak-anak di sekolah karena pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Kunandar, 2013: 16). Undang – Undang No 20 Tahun 2003 pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Indonesia sejak masa awal kemerdekaannya telah melakukan sepuluh kali pergantian kurikulum. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberi 15
nama kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kunandar, 2013: 16). Kementrian Pendidikan & Kebudayaan menyatakan bahwa Kurikulum 2013 mengalami perubahan struktur pada semua jenjang satuan pendidikan. Peranan seorang guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat penting karena pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab seorang guru, pernyataan disamping sejalan dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (1) menyatakan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, didukung pada ayat (2) bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru dapat menjadi ujung tombok serta garda terdepan dalam pelaksanakan kurikulum. Pentingnya pengetahuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum selain kompetensi, komitmen dan tanggung jawab serta kesejahteraan yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan tapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu dan merefleksi (Hidayat, 2013). Jumlah SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 12 Sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Jumlah Guru IPS Terpadu di Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 28 Guru. Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin menyatakan bahwa seluruh SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur belum menerapkan kurikulum 2013 dan masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2014/2015. Hasil observasi awal terhadap guru IPS Terpadu di SMP Negeri 16 menyatakan bahwa guru mengaku sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013 tetapi guru mengaku masih bingung dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 karena kompetensi guru bukan hanya menguasai apa yang harus diajarkan tapi bagaimana mengajarkan siswa dengan cara menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu dan merefleksi. II. TINJAUAN PUSTAKA Lahirnya kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan dan pergeseran paradigma pembangunan, hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kunandar, 2013: 16). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa Guru diwajibkan melaksanakan struktur kurikulum 2013 yang terdiri dari: a.
Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut : 1). Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual 2). Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial 3). Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan 4). Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kompetensi Inti Kelas Kompetensi Inti Kelas Kompetensi Inti Kelas VII VIII IX 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin, tanggungjawab, tanggungjawab, tanggungjawab, peduli peduli (toleransi, peduli (toleransi, (toleransi, gotong gotong royong), gotong royong), royong), santun, santun, percaya diri, santun, percaya diri, percaya diri, dalam dalam berinteraksi dalam berinteraksi berinteraksi secara secara efektif dengan secara efektif dengan efektif dengan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan pergaulan dan pergaulan dan pergaulan dan keberadaannya keberadaannya keberadaannya 3. Memahami 3. Memahami dan 3. Memahami dan pengetahuan (faktual, menerapkan menerapkan konseptual, dan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual, prosedural) konseptual, dan konseptual, dan berdasarkan rasa ingin prosedural) prosedural) tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa ingin pengetahuan, tahunya tentang ilmu tahunya tentang ilmu teknologi, seni, pengetahuan, pengetahuan, teknologi, budaya terkait teknologi, seni, seni, budaya terkait fenomena dan budaya terkait fenomena dan kejadian kejadian tampak mata fenomena dan tampak mata kejadian tampak mata
17
4. Mencoba, mengolah, 4. Mengolah, menyaji, 4. Mengolah, menyaji, dan menyaji dalam dan menalar dalam dan menalar dalam ranah konkret ranah konkret ranah konkret (menggunakan, (menggunakan, (menggunakan, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis, membaca, membaca, membaca, menghitung, menghitung, menghitung, menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan mengarang) sesuai mengarang) sesuai mengarang) sesuai dengan yang dipelajari dengan yang dengan yang di sekolah dan sumber dipelajari di sekolah dipelajari di sekolah lain yang sama dalam dan sumber lain yang dan sumber lain yang sudut pandang/teori sama dalam sudut sama dalam sudut pandang/teori pandang/teori b.
Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu Mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yaitu : 1) Struktur Kurikulum mata pelajaran dan alokasi waktu (ISI) yang terdiri dari : a). TIK menjadi media semua mata pelajaran b). Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler c). Jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10 d). Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran 2). Proses Pembelajaran yang terdiri dari : a). Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. b). Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat c). Guru bukan satu-satunya sumber belajar. d). Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan e). IPS diajarkan secara terpadu 3). Penilaian hasil belajar yang terdiri dari : a). Penilaian berbasis kompetensi b). Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)
c). Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) d). Penilaian tidak hanya pada level KD (Kompetensi Dasar), tetapi juga kompetensi inti dan SKL (Standar Kelulusan) e). Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. c.
Beban Belajar Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester dan satu tahun pembelajaran. 1). Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit. 2). Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. 3). Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. 4). Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu. 5). Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu. d.
Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut : 1). Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1 2). Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2 3). Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3 4). Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. e.
Muatan Pembelajaran Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies. Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Mata pelajaran
19
IPS merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pemahaman tentang bangsa, semangat kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Integrasi berbagai konsep dalam mata pelajaran IPS menggunakan pendekatan trans-disciplinarity dimana batas-batas disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena konsep-konsep disiplin ilmu berbaur atau terkait dengan permasalahanpermasalahan yang dijumpai di sekitar. Kondisi diatas memudahkan pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat dimana manusia beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa dimana kehidupan manusia terjadi. III. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan tabulasi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. a.
Pengetahuan Terhadap Kompetensi Inti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi yaitu Kompetensi Inti-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual, Kompetensi Inti-2 untuk kompetensi inti sikap sosial, Kompetensi Inti-3 untuk kompetensi inti pengetahuan dan Kompetensi Inti-4 untuk kompetensi inti keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 50%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi sebanyak 3 guru dengan persentase 14,29%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap Kompetensi Inti sebanyak 21 guru dengan persentase 75%. b. Pengetahuan Terhadap Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan
kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Mata pelajaran dan alokasi waktu terdiri dari struktur mata pelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 50%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan sedang sebanyak 3 guru dengan persentase 10,71%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap mata pelajaran dan alokasi waktu yaitu sebanyak 25 guru dengan persentase 89,29%. c.
Pengetahuan Terhadap Beban Belajar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sebanyak 8 guru dengan persentase 28,57%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan sangat tinggi sebanyak 1 guru dengan persentase 3,57%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap beban belajar yaitu sebanyak 16 guru dengan persentase 57,14%. d. Pengetahuan Terhadap Kompetensi Dasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 16 guru dengan persentase 57,14%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi yaitu sebanyak 3 guru dengan persentase 10,71%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap kompetensi dasar yaitu sebanyak 25 guru dengan persentase 89,29%. e.
Pengetahuan Terhadap Muatan Pembelajaran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 17 guru dengan persentase 60,71%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi yaitu sebanyak 1 guru dengan persentase 3,57%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki
21
pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap kompetensi dasar yaitu sebanyak 21 guru dengan persentase 74,99%. f.
Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 menjelaskan tentang 5 subvariabel yaitu pengetahuan kompetensi inti yang terdiri dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan mata pelajaran dan alokasi waktu yang terdiri dari struktur mata pelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar, pengetahuan beban belajar yang terdiri dari beban belajar per minggu, durasi setiap satu jam pembelajaran, beban belajar satu semester dan beban belajar satu tahun, pengetahuan kompetensi dasar yang terdiri dari rumusan sikap spiritual, rumusan sikap sosial, rumusan pengetahuan mata pelajaran IPS dan rumusan keterampilan mata pelajaran IPS dan pengetahuan muatan pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran, jenis modul pelatihan dan orientasi program pendidikan mata pelajaran IPS. Hasil perhitungan persentase jawaban Guru IPS yang berjumlah 28 guru dapat diketahui bahwa mayoritas Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap penerapan Kurikulum 2013 yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14% sehingga hipotesis pada penelitian terbukti. Guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi proses pembelajaran merupakan titik sentral dalam pendidikan. Dalam hal ini, gurulah yang melaksanakan proses pembelajaran secara langsung kepada siswa. Proses pendidikan yang baik dapat dicapai apabila guru memiliki kemampuan yang memadai. Guru memberikan peranan sangat besar pada kualitas pendidikan (Praditaliana, 2012: 19). Kurangnya Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 diakui karena guru masih menggunakan kurikulum lama sehingga belum mempersiapkan diri menghadapi penerapan kurikulum 2013 dan kurang adanya sosialisasi maupun pelatihan yang didapat dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013. Sebagian besar guru mengaku belum mengetahui dan memahami isi dari kurikulum 2013, sehingga sebagian guru mengaku hanya mendapat informasi tentang kurikulum 2013 lewat media internet. Pelatihan tentang Kurikulum 2013 memang pernah diadakan tetapi hanya beberapa orang guru yang menjadi perwakilan sekolah dan informasi tentang kurikulum 2013 yang disampaikan diakui beberapa guru masih bersifat umum dan mengenai informasi kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPS Terpadu masih belum pernah disampaikan secara khusus, maka sebagian besar guru mengaku kesulitan ketika ditanya tentang penerapan kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan guru berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor yang berasal dari dalam diri guru yaitu motivasi, bakat, intelegensi, kemandirian, kreativitas, dan penguasaan ilmu pengetahuan.
Faktor yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, pendidikan formal, informasi dunia kerja, sarana dan prasarana belajar, serta pengalaman mengajar (Praditaliana, 2012: 23). Sebagian besar guru berharap agar diadakan sosialisasi maupun pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran IPS Terpadu. V.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dengan responden yaitu guru IPS Terpadu tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur menghadapi penerapan Kurikulum 2013 maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur menghadapi penerapan Kurikulum 2013 memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14%, sehingga hipotesis pada penelitian terbukti. Kurangnya pengetahuan guru disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013. VI. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih oleh penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal penelitian. VII. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Hayati, Rahmah. 2010. Upaya Orang Tua Siswa SMP Negeri 2 Bati-Bati Memotivasi Kegiatan Belajar Di Rumah Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Hidayat, Sholeh. 2013. Kesiapan Guru Menyongsong Kurikulum 2013, (Online), (http://untirta.ac.id.html, diakses 02 Januari 2014). Khairiah. 2010. Kesiapan Guru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Kusuma. 2013. Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jurnal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kunandar. 2013. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers. Masduki, M. dkk. 1990. Pengantar Statistika. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press. Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Ngadiyana, Y. M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
23
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Susilo, Try. 2010. Kesiapan Guru SMAN 1 Plaihari Kecamatan Plaihari Kabupaten Tanah Laut dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
KEBISINGAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR PADA RUAS JALAN DI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH Oleh Khairina, Deasy Arisanty, H.Sidharta Adyatma Abstrak Penelitian ini berjudul “ Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kendaraan bermotor, skala intensitas tingkat kebisingan dan hubungan jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kendaraan bermotor. Sampel dalam penelitian ini adalah semua kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Pengolahan data dengan cara editing dan tabulating. Analisis data menggunakan rumus interval, persentase dan analisis regresi linear: satu prediktor.Hasil dari penelitian tentang Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah bahwa rerata tingkat jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) adalah agak banyak berjumlah 89 unit dengan persentase 41%, siang (12.30-14.00 WITA) adalah agak banyak berjumlah 68 unit dengan persentase 33%, dan sore (16.30-18.00 WITA) adalah sangat sedikit berjumlah 72 unit dengan persentase 33%. Rerata skala intensitas tingkat kebisingan saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) adalah keras, rerata tingkat kebisingan/menit 76,6 dB A dengan persentase 67%, siang (12.3014.00 WITA) adalah keras yaitu 74,7 dB A dengan persentase 92%, dan sore (16.30-18.00 WITA) adalah keras yaitu 76,7 dB A dengan persentase 75%. Ada hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan pada ruas di Kecamatan Banjarmasin Tengah, hal ini disebabkan jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah adalah jalan utama sehingga banyak kendaraan bermotor yang melintas, sehingga menyebabkan tingkat kebisingan tinggi. Kata Kunci: Kendaraan Bermotor, Lalu Lintas dan Kebisingan I. PENDAHULUAN Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination) (Adisasmita, 2012). Transportasi berfungsi sebagai faktor penunjang, perangsang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the service sector) bagi perkembangan ekonomi (Nasution dalam Petrus, 2010). Transportasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: transportasi darat, transportasi air, transportasi udara. Transportasi darat tidak lepas dari adanya kegiatan kendaraan bermotor, semakin meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor, baik milik pribadi maupun yang dipergunakan untuk usaha, semakin meningkatkan kepadatan arus lalulintas di jalan raya. Transportasi dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh
25
padatnya arus lalulintas, antara lain : kebisingan, polusi udara dan getaran (Zaini, 2013). Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh pendengaran manusia yang mempunyai multi frekuensi dan multi amplitudo dan umumnya terjadi pada frekuensi tinggi (Nasri dalam Leksono, 2009). Kebisingan memiliki efek terhadap kesehatan. Efek kebisingan terhadap kesehatan terbagi menjadi dua yaitu efek terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran. Efek terhadap pendengaran terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara yang bersifat sementara dan non patologis dan pergeseran nilai ambang batas menetap yang bersifat patologis dan menetap, terjadi di tempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan dan terjadi bukan di tempat kerja. Efek terhadap gangguan bukan pendengaran, dapat berupa: penyakit akibat stress, kelelahan, perubahan penampilan dan ganggguan komunikasi (Mokuno dalam Rahayu, 2010). Kebisingan lalu lintas jalan merupakan sumber utama yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Sumber bising lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan (Depkes, 1995). Kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan angka pertumbuhannya sangat pesat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada tiap moda kendaraan dimana untuk prosentase peningkatan diatas 10% pada moda sepeda motor dengan prosentase peningkatan sebesar 13% pertahunnya (Badan Pusat Statistik – Kepolisian Republik Indonesia, 2013).Data kendaraan bermotor di wilayah Kota Banjarmasin dari tahun 2009 hingga 2010 juga mengalami kenaikan yaitu dari 315.552 unit menjadi 365.630 unit; pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami sedikit penurunan dari 367.697 unit menjadi 360.611 dan tahun 2013 mengalami peningkatan lagi menjadi 391.766. Tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan namun kepadatan di Kota Banjarmasin terus meningkat apalagi di kecamatan Banjarmasin Tengah, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Banjarmasin Tipe No Kendaraan 2009 2010 2011 2012 2013 Bermotor 1 Sedan 3.991 4.253 3.955 3.892 3.732 2 Jeep 6.824 7.324 7.560 7.371 7.783 3 S.Wagon 0 0 42 35.643 431 4 M.Bus 24.756 28.749 32.618 405 40.362 5 Bus 79 65 65 19 19 6 Pick Up 9.974 11.234 12.081 13.690 14.620 7 Truck 9.653 9.918 10.014 9.275 9.693 8 A.Berat 3 1 1 45 64
No
Tipe Kendaraan Bermotor
2009
2010
2011
2012
9
Spd.Motor
226.276
249.907
224.698
194.104
10
Scoter
33.502
53.685
76.214
95.615
11
R3 Bermotor
40
494
449
552
315.552
365.630
367.697
360.611
Jumlah
2013 180.86 8 113.35 9 601 371.53 2
Sumber : Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin, 2014
Arus lalu lintas di jalan terdiri dari berbagai tipe kendaraan antara lain: sepeda motor, mobil penumpang, taksi, mini bus, pick up, bus, truk ringan dan kendaraan berat yang mempunyai tingkat kebisingan masing-masing, sehingga kebisingan lalu lintas dipengaruhi oleh jenis kendaraan yang melintasi jalan (Wardika, 2010). Kecamatan Banjarmasin Tengah adalah salah satu kecamatan di Kota Banjarmasin. Kecamatan Banjarmasin Tengah mempunyai luas wilayah 11,66 km2 (BPS, 2013). Jalan arteri di kecamatan Banjarmasin Tengah berjumlah tiga jalan disajikan pada Tabel 2.
No 1 2 3
Tabel 2. Data Nama Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah Klasifikasi Jalan Tipe Nama Jalan Jalan Fungsi/Peranan Pembinaan Perintis Kemerdekaan 2/2 UD Arteri Sekunder Kota Jendral Sudirman 4/2 D Arteri Sekunder Kota Pangeran Samudera 4/1 UD Arteri Primer Nasional
Sumber:Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Banjarmasin, 2014
Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang terwujud dalam pusat-pusat kegiatan. sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan(Adisasmita, 2012). Jalan arteri di Kecamatan Banjarmasin Tengah merupakan jalan yang sering mengalami kepadatan yang cukup tinggi, di sajikan dalam Tabel 3.
27
Tabel 3. Data Kepadatan Arus Lalu Lintas dan Jam Padat Perjam Tahun 2013. Kepadatan Panjan Nama Ruas Lebar Kapasitas Lalu Jam No g Jalan (M) (*SMP) Lintas Terpadat (M) (*SMP) 1 2 4 5 6 Ahmad Yani 1 26,0 602 7896 0,58 15.00-16.00 Km.1 Ahmad Yani 2 23,0 297 7256 0,93 07.00-08.00 Km.3 3 Sutoyo S. 10,0 3.213 3792 0,97 08.45-09.45 4 S. Parman 13,4 1.397 5175 0,71 07.30-08.30 5 Hasan Basri 14,4 2.918 5442 0,69 07.15-08.15 6 P. Antasari 15,5 1.498 5762 0,47 07.30-08.30 7 P. Samudera 15,3 827 4974 0,58 07.00-08.00 8 Sudirman 09,0 377 5122 0,67 15.30-16.30 Perintis 9 09,3 455 2658 0,65 16.30-17.30 Kemerdekaan Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Banjarmasin, 2013 Keterangan : *SMP: Satuan Mobil Penumpang
Kendaraan bermotor, jika ditinjau secara teliti penyebab kebisingannya akan ditentukan oleh: mesin kendaraan, jenis motor bakar, jenis kipas angin pendinginan, system pembuangan gas sisa, hisapan dari karburator, jenis ban (standar atau radial) dan bentuk kendaraan (Widyantoro, 2011). Kendaraan bermotor yang melewati jalan raya berpengaruh terhadap kualitas lingkungan baik dari segi polusi udara, polusi suara (kebisingan), polusi air tanah maupun getaran. kendaraan bermotor dengan pemakaian yang semakin bertambah, tingkat kebisingan di tepi jalan raya di beberapa kota besar di Indonesia umumnya mendekati 70 hingga 80 dB (Sembiring dalam Mediastika, 2005). Peningkatan jumlah kendaraan bermotor adalah waktu dimana lalu lintas kendaraan bermotor yang melewati jalan menjadi lebih banyak yang disebabkan oleh peningkatan jumlah pengguna jalan sehubungan dengan aktivitasnya seperti dimulainya jam masuk sekolah untuk pelajar dan jam masuk kerja oleh para pekerja pada pagi hari, selesainya jam sekolah dan adanya waktu istirahat kerja untuk pekerja pada siang hari, dan selesainya waktu kerja untuk para pekerja pada sore harinya (Suharyono dalam Sumarawati, 2004). Observasi awal tentang jam-jam sibuk pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah terjadi pada waktu pagi jam 07.00 – 08.30 WITA disebabkan oleh aktivitas orang berangkat kerja dan sekolah, siang jam 12.30 – 14.00 WITA disebabkan oleh aktivitas orang pulang sekolah dan waktu istirahat kerja dan sore jam 16.30 – 18.00 WITA disebabkan oleh aktivitas orang pulang kerja.
Penelitian dilaksanakan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan mempertimbangkan volume kendaraan bermotor yang melintas di jalan arteri primer dan sekunder tiap tahun semakin bertambah karena ruas jalan berada di kota dan sebagai jalur utama kendaraan umum yang menuju daerah lain. Sumber bunyi dari mesin kendaraan yang lewat akan memberikan efek kebisingan pada masyarakat yang tinggal dan bekerja , maka penelitian ini berjudul “Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah”. II. TINJAUAN PUSTAKA Kendaraan diklasifikasikan karena kendaraan menghasilkan spektrum bunyi yang berbeda, yang dimaksud kendaraan adalah unsur lalu lintas di atas roda. Secara umum, kendaraan yang beroperasi di jalan raya dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori (Sam, 2012) : 1. Kendaraan berat (HV) Kendaraan berat adalah kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda meliputi bis, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi. 2. Kendaraan ringan (LV) Kendaraan ringan adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat roda dan dengan jarak as 2,0-3,0 m. Kendaraan ini meliputi mobil penumpang, microbus, pick up, dan truk kecil. 3. Sepeda motor (MC) Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda, meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3. 4. Kendaraan tak bermotor (UM) Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh manusia atau hewan, meliputi sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong. Bising adalah setiap bunyi gabungan dari berbagai bunyi-bunyian yang mempunyai efek tidak menyenangkan atau tidak diingini pada perasaan para pendengar yang tingkat atau intensitasnya dapat diukur. Bunyi adalah suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat yang saling berada satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga menimbulkan gelombang dan meneruskan energi serta sebagian dipantulkan kembali (Mustofa dalam Razib, 2000). Sumber bising ada dua bentuk, yaitu (Sasongko dan Hadiyarto dalam Hadi 1998): 1. sumber titik, berasal dari sumber suara yang berhenti. Penyebaran sumber bising ini berbentuk bola-bola konsentris dengan sumber bising sebagai pusat dan menyebar dengan kecepatan suara 360 meter/detik. 2. sumber garis, berasal dari sumber bising yang bergerak dan menyebar di udara dalam bentuk silinder konsentris dengan kecepatan 360 meter/detik. berbentuk silinder yang memanjang. Sumber bising ini berasal dari kegiatan transportasi. Lalu lintas pada saat ini merupakan sumber bising yang paling dominan. Penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor, jika ditinjau secara teliti akan ditentukan faktor - faktor sebagai berikut (Widyantoro, 2011):
29
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mesin Kendaraan Jenis motor bakar Jenis kipas angin pendinginan System pembuangan gas sisa Hisapan dari karburator Jenis ban (standart atau radial) Bentuk Kedaraan. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat Db. Tingkat kebisingan dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitas yang diukur dengan satuan decibel (dB) seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Skala Intensitas Tingkat Kebisingan (dB A) Tingkat Bising dB (A) Sumber Bunyi Skala Intensitas Gemerisik daun Suara 0 – 20 Sangat tenang gemerisik 20 – 40 Perpustakaan, Percakapan Tenang Radio pelan, Percakapan 40 – 60 Sedang keras Rumah, gaduh Kantor Perusahaan, Radio keras, 60 – 80 Keras Jalan Peluit polisi, Jalan raya 80 – 100 Pabrik tekstil, Pekerjaan Sangat keras Mekanis Ruang ketel, Mesin turbin 100 – 120 uap, Mesin diesel besar, Sangat amat keras Kereta bawah tanah Ledakan bom, Mesin jet >120 Menulikan Mesin roket Sumber: Suharsono dalam syarif, 2013
III. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer di dapat melalui obsevasi lapangan dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing dan tabulating. Analisis data menggunakan rumus interval, persentase dan analisis regresi linear: satu prediktor. IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui jumlah kendaraan bermotor, skala intensitas tingkat kebisingan dan hubungan jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah.
1. Jumlah Kendaraan Bermotor Rerata jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA), siang (12.30-14.00 WITA) dan sore (16.30-18.00 WITA) di ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pangeran Samudera diketahui paling banyak adalah saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) pada ruas Jalan Pangeran Samudera hari senin berjumlah 152 unit, karena di Jalan Pangeran Samudera orang yang berangkat kerja dan sekolah melalui jalan ini sebagai jalur utama. Rerata jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas paling sedikit adalah saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) pada ruas Jalan Jenderal Sudirman hari minggu berjumlah 7 unit, karena hari minggu adalah hari libur dan adanya aktivitas lari pagi di jalan ini sehingga ditutup satu arah jalan di jalan ini. 2. Skala Intensitas Tingkat Kebisingan Rerata tingkat kebisingan kendaraan bermotor/menit saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA), siang (12.30-14.00 WITA) dan sore (16.3018.00 WITA) di ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pangeran Samudera diketahui paling tinggi adalah saat jam sibuk pada waktu pagi(07.00-08.30 WITA) hari senin pada ruas jalan pangeran samudera yaitu 85,1 (dB A), hal ini disebabkan rerata jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas pada ruas Jalan Pangeran Samudera hari senin paling banyak dari yang lainnya yaitu berjumlah 152 unit. Kebisingan yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh knalpot yang tidak standar SNI, sehingga menyebabkan bunyi yang sangat tinggi selain itu disebabkan oleh jenis kendaraan bermotor. Jenis kendaraan bermotor yang sudah lama maka semakin tinggi mengeluarkan bunyi meskipun Jalan Pangeran Samudera ini mempunyai lebar jalan 15,3 meter tetapi tidak memepunyai median jalan, tidak adanya pohon-pohon disamping jalan yang menghambat kebisingan dan Jalan Pangeran Samudera mempunyai jalur satu arah sehingga kecepatan kendaraan bermotor sedikit lebih tinggi dari Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Jenderal Sudirman sehingga kebisingannya akan lebih tinggi. Rerata tingkat kebisingan kendaraan bermotor/menit paling rendah adalah saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) hari minggu pada ruas Jalan Jenderal Sudirman yaitu 57,2 (dB A), hal ini disebabkan jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas sangat sedikit, lebar jalan jenderal sudirman lebih lebar dari yang lainnya yaitu 18 meter, mempunyai median jalan yang ditanami pohon-pohon dan samping jalannya juga ditanami pohon-pohon, sehingga sedikit menghambat kebisingan yang terjadi pada Jalan Jenderal Sudirman. 3. Hubungan Jumlah Kendaraan Dengan Tingkat Kebisingan Pada Ruas Jalan Di Kecamatan Banjarmasin Tengah Ada hubungan antara jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan di tiap ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pangeran Samudera saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA), siang (12.30-14.00 WITA) dan sore (16.30-18.00 WITA). Jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) memiliki korelasi yang paling tinggi dari jam sibuk lainnya yaitu 0,955 karena tingkat kebisingannya tinggi, hal ini disebabkan jumlah kendaraan bermotor yang melintas banyak saat jam sibuk pada waktu pagi, 31
sehingga adanya hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan. Jam sibuk pada waktu siang korelasinya berjumlah 0,919 karena tingkat kebisingan sedikit lebih rendah daripada waktu pagi, hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor yang melintas tidak sebanyak pada waktu pagi, sehingga adanya hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan. Jam sibuk pada waktu sore korelasinya berjumlah 0,892 karena tingkat kebisingannya tinggi, hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor yang melintas banyak, sehingga adanya hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan . V. KESIMPULAN Tingkat jumlah kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah hari senin (mewakili selasa, rabu dan kamis), jumat, sabtu dan minggu saat jam-jam sibuk, yaitu: pada waktu pagi (07.00 – 08.30 WITA) adalah agak banyak, siang (12.30 – 14.00 WITA) adalah agak banyak dan sore (16.30 – 18.00 WITA) adalah agak banyak. Skala intensitas tingkat kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah hari senin (mewakili selasa, rabu dan kamis), jumat, sabtu dan minggu saat jam-jam sibuk, yaitu: pada waktu pagi (07.00 – 08.30 WITA) adalah keras , siang (12.30 – 14.00 WITA) adalah keras dan sore (16.30 – 18.00 WITA) adalah keras. Ada hubungan antara tingkat jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat Kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah hari senin (mewakili selasa, rabu dan kamis), jumat, sabtu dan minggu saat jam-jam sibuk, yaitu: pada waktu pagi (07.00 – 08.30 WITA), siang (12.30 – 14.00 WITA) dan sore (16.30 – 18.00 WITA). VI. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih oleh penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal penelitian. VII. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita. 2012. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Cetakan ke-14. Rineka Cipta, Jakarta. BPS Kota Bajarmasin, 2014. Buchari, Kebisingan Industri dan Program Hearing Conservation Program, (http:// Library.us.ac.id), 2007 Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: PT Andi. Hidayati, N. 2007. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 2007. Kadir, A. 2006. Transportasi: Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional.
Leksono. 2009. Gambaran Kebisingan di Area Kerja Shop C – D Unit Usaha Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama. Skripsi.Universitas Indonesia. 2009. Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Petrus. 2012. Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Transportasi Di Indonesia Periode 2001-2010. Skripsi. Universitas Hasanuddin. 2012. Rahayu. 2010. Dampak Kebisingan Terhadap Munculnya Gangguan Kesehatan. Razif, M. 2000. Pemetaan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi di Jalan Kertajaya Indah – Darmahusada Indah Timur – Darmahusada Indah Utara. Sam.2012. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas Dengan Tingkat Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar. Jurnal Tugas Akhir. Universitas Hasanuddin 2012. Sukarto, H. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Sulastri. 2009. Dampak Kebisingan Jalan Raya Terhadap Gangguan Proses Belajar Siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang Tahun 2009.Skripsi.2009. Sumarawati. 2004. Pengaruh Kepadatan Lalu-Lintas pada Jam Puncak Terhadap Kandungan Gaskarbon Monoksida (Co) di Jalan Raya Kaligawe Semarang. Skripsi. Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Universilas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. 2004. Tim Dosen Pendidikan Geografi, FKIP – Unlam, Banjarmasin. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin. 2014. Data Kendaraan Bermotor. Banjarmasin. Wardika, K. 2010. Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Arteri. Widyantoro. 2011. Pemetaan Sebaran Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan dengan Tata Guna Lahan di Jalan Arif Rachman Hakim Surabaya. Skripsi.Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 2011. Zaini, A.K. Analisa Kebisingan Arus Lalu Lintas Terhadap Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani Rab Pekanbaru.
33
PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT MENGHADAPI PENERAPAN KURIKULUM 2013 Oleh Utami Noviani, Karunia Puji Hastuti, H. Sidharta Adyatma. Abstrak: Penelitian ini berjudul Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Tujuan Penelitian adalah mengetahui pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS Terpadu yang berjumlah 31 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa angketdan observasi, sedangkan data sekunder berupa studi dokumendan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik banyak kelas, panjang kelas interval dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 memiliki kriteria pengetahuan sangat rendah. Hal ini diketahui dari hasil analisis menggunakan perhitungan persentase, dimana P = 45% yang berada antara 0-15 pada kriteria sangat rendah. Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan (Hamalik, 2013). Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan di tentukan oleh kurikulum yang di gunakan oleh bangsa tersebut. Perjalanan sejarah kurikulum sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006, sampai saat ini terjadi perubahan kurikulum lagi menjadi kurikulum 2013 (Pengembangan Kurikulum 2013, 2012).
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis pada pengembangan kompetensi peserta didik. Pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan. Penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi melalui sikap, keterampilan dan pengetahuan. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi oleh seluruh peserta didik yang mengacu pada rancangan dokumen kurikulum resmi (Tjahjono, 2013). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum terdahulu yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena secara umum konsep yang ada pada kurikulum 2013 sebenarnya tidak semuanya merupakan hal-hal yang baru, sehingga komponenkomponen yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebenarnya sebagian masih tetap ada pada kurikulum 2013 (Hasibuan, 2013). Pelaksanaan kurikulum berdasarkan Dokumen Kurikulum 2013 di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu: a) Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X b) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI c) Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII Hasil observasi awal terhadap guru IPS Terpadu SMP/Sederajat menyatakan bahwa para guru sudah mengetahui tentang kurikulum 2013 tetapi masih bingung dalam penerapan kurikulum 2013 karena kompetensi guru dalam pembelajaran tidak sepenuhnya bergantung pada guru tetapi peserta didik juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya sehingga guru harus memahami lebih dalam mengenai kurikulum 2013 melalui buku pegangan serta menyajikan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Peneliti menemukan masalah berdasarkan uraian sebelumnya, masalah di Kecamatan Banjarmasin Barat yaitu SMP/Sederajatmasih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Sederajat di Banjarmasin Barat berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin dan Kementerian Agama Kota Banjarmasin sebanyak 19 sekolah dan jumlah Guru IPS Terpadu adalah 31 orang. II. TINJAUAN PUSTAKA Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 68 Tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut: Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Struktur Kurikulum 2013 meliputi: 1) Kompetensi inti, dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: (a) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, (b) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi
35
2)
3)
4)
5)
inti sikap sosial, (c) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, (d) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Mata pelajaran , berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Beban Belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran, yaitu: (a) Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit, (b) Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu, (c) Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu, (d) Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu, (e) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu. Kompetensi Dasar, dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: (a) Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1, (b) Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2, (c) Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3, (d) Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Muatan Pembelajaran, di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. mata pelajaran tersebut merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif artinya penelitian yang memberikan penjelasan dan gambaran dengan sistematis, cermat, fakta-fakta aktual, sifat populasi dan sifatsifat tertentu (Margono, 2007). Jenis data yang dipakai penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu serta data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2013). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat yang berjumlah 31 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Memperhatikan sedikitnya jumlah populasi maka tidak dilakukan teknik penarikan sampel karena apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga dinamakan penelitian populasi (Arikunto dalam Susilo, 2010). Populasi dalam penelitian berjumlah 31 orang sehingga semua populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data terdiri dari teknik pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder yangdiuraikan sebagai berikut: (1) Pengumpulan Data Primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan cara: kuesioner dan observasi, (2) Pengumpulan Data Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: studi dokumen dan studi pustaka. Pengolahan Data adalah proses untuk memperoleh data atau angka yang siap di analisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik. Pengolahan Data dalam penelitian ini adalah editing, scoring dan tabulating. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.Analisis data dalam penelitian ini adalahmenggunakan rumus banyak kelas, kemudian dihitung menggunakan rumus panjang kelas interval selanjutnya menggunakan rumus persentase. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Pengetahuan Guru terhadap Kompetensi Inti Pengetahuan guru terhadap kompetensi inti terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Kompetensi Inti No Skor Pengetahuan Kriteria 1. ≥30 Sangat Tinggi 2. 24-29 Tinggi 3. 18-23 Agak Tinggi 4. 12-17 Agak Rendah 5. 6-11 Rendah 6. 0-5 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010
37
Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 2, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap kompetensi inti yang disajikan pada Tabel 3, dengan menggunakan rumus persentase. Tabel 2. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Kompetensi Inti Skor Persentase No Kriteria Frekuensi (f) Pengetahuan (%) 1. ≥30 Sangat Tinggi 1 3 2. 24 – 29 Tinggi 0 0 3. 18 – 23 Agak Tinggi 0 0 4. 12 – 17 Agak Rendah 2 7 5. 6 – 11 Rendah 5 16 6. 0 – 5 Sangat Rendah 23 74 Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak 23 guru (74%), sebagian kecil memiliki pengetahuan sangat tinggi, yaitu sebanyak 1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menjelaskan bahwa kompetensi inti dirancang dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap kompetensi inti yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 23 guru (74%) dari total 31 guru (100%). b. Pengetahuan Guru terhadap Mata Pelajaran Kriteria kelas interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Mata Pelajaran terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Mata Pelajaran No Skor Pengetahuan Kriteria 1. ≥10 Sangat Tinggi 2. 8–9 Tinggi 3. 6–7 Agak Tinggi 4. 4–5 Agak Rendah 5. 2–3 Rendah 6. 0–1 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010
Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 4, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap mata pelajaran yang disajikan pada Tabel 5, dengan menggunakan rumus persentase.
Tabel 5. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Mata Pelajaran No Skor Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%) Pengetahuan 1. ≥10 Sangat Tinggi 0 0 2. 8–9 Tinggi 3 10 3. 6–7 Agak Tinggi 0 0 4. 4–5 Agak Rendah 1 3 5. 2–3 Rendah 10 32 6. 0–1 Sangat Rendah 17 55 Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak 17 guru (55%), sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu sebanyak 1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 28 guru (90%). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menjelaskan bahwa mata dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 28 guru (90%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 17 guru (55%) dari total 31 guru (100%). c. Pengetahuan Guru terhadap Beban Belajar Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Beban Belajar terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Beban Belajar No Skor Pengetahuan Kriteria 1. ≥15 Sangat Tinggi 2. 12 – 14 Tinggi 3. 9 – 11 Agak Tinggi 4. 6 – 8 Agak Rendah 5. 3 – 5 Rendah 6. 0 – 2 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010 Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 6, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap beban belajar yang disajikan pada Tabel 7, dengan menggunakan rumus persentase.
39
Tabel 7. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Beban Belajar Skor Frekuensi No Kriteria Persentase (%) Pengetahuan (f) 1. ≥15 Sangat Tinggi 3 10 2. 12 – 14 Tinggi 2 6 3. 9 – 11 Agak Tinggi 1 3 4. 6–8 Agak Rendah 18 58 5. 3–5 Rendah 4 13 6. 0–2 Sangat Rendah 3 10 Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu sebanyak 18 guru (58%), sebagian kecil memiliki pengetahuan agak tinggi, yaitu sebanyak 1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 25 guru (81%). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menjelaskan bahwa beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap beban belajar yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 25 guru (81%), dengan kriteria agak rendah sebanyak 18 guru (58%) dari total 31 guru (100%). d. Pengetahuan Guru terhadap Kompetensi Dasar Kriteria kelas interval pengetahuan guru ips terpadu terhadap kompetensi dasar terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Kompetensi Dasar No Skor Pengetahuan Kriteria 1. ≥15 Sangat Tinggi 2. 12-14 Tinggi 3. 9-11 Agak Tinggi 4. 6-8 Agak Rendah 5. 3-5 Rendah 6. 0-2 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010
Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 8, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap kompetensi dasar yang disajikan pada Tabel 9, dengan menggunakan rumus persentase.
Tabel 9. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Kompetensi Dasar Skor No Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%) Pengetahuan 1. ≥15 Sangat Tinggi 0 0 2. 12 – 14 Tinggi 2 7 3. 9 – 11 Agak Tinggi 6 19 4. 6 – 8 Agak Rendah 5 16 5. 3 – 5 Rendah 1 3 6. 0 – 2 Sangat Rendah 17 55 Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak 17 guru (55%), sebagian kecil memiliki pengetahuan rendah, yaitu sebanyak 1 orang (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 23 guru (74%). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menjelaskan bahwa kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap kompetensi dasar yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 23 guru (74%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 17 guru (55%) dari total 31 guru (100%). e. Pengetahuan Guru terhadap Muatan Pembelajaran Kriteria kelas interval pengetahuan guru ips terpadu terhadap muatan pembelajaran terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Muatan Pembelajaran No Skor Pengetahuan Kriteria 1. ≥15 Sangat Tinggi 2. 12-14 Tinggi 3. 9-11 Agak Tinggi 4. 6-8 Agak Rendah 5. 3-5 Rendah 6. 0-2 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010
Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 10, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap muatan pembelajaran yang disajikan pada Tabel 11, dengan menggunakan rumus persentase.
41
Tabel 11. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Muatan Pembelajaran Skor Frekuensi Persentase No Kriteria Pengetahuan (f) (%) 1. ≥15 Sangat Tinggi 0 0 2. 12 – 14 Tinggi 1 3 3. 9 – 11 Agak Tinggi 0 0 4. 6 – 8 Agak Rendah 3 10 5. 3 – 5 Rendah 3 10 6. 0 – 2 Sangat Rendah 24 77 Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak 24 guru (77%), sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 1 orang (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menjelaskan bahwa muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap muatan pembelajaran yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 24 guru (77%) dari total 31 guru (100%). f. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 Kriteria kelas interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan Kurikulum 2013 terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 No Skor Pengetahuan Kriteria 1. ≥80 Sangat Tinggi 2. 64 – 79 Tinggi 3. 48 – 63 Agak Tinggi 4. 32 – 47 Agak Rendah 5. 16 – 31 Rendah 6. 0 – 15 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010
Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 12, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap kurikulum 2013 yang disajikan pada Tabel 13, dengan menggunakan rumus persentase.
Tabel 13. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 No Skor Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%) Pengetahuan 1. ≥80 Sangat Tinggi 0 0 2. 64 – 79 Tinggi 1 3 3. 48 – 63 Agak Tinggi 0 0 4. 32 – 47 Agak Rendah 4 13 5. 16 – 31 Rendah 12 39 6. 0 – 15 Sangat Rendah 14 45 Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak 14 guru (45%), sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 1 orang (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menjelaskan bahwa kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar dan muatan pembelajaran merupakan bagian dari struktur kurikulum yang terdapat pada kurikulum 2013. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 14 guru (45%) dari total 31 guru (100%). Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013, yang berjumlah 31 guru yaitu sebagian besar pengetahuannya agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%). Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian yaitu pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan Kurikulum 2013 sebagian besar masih sangat rendah. Hasil wawancara saat membagi angket kepada Guru IPS Terpadu menyatakan sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013, tetapi hanya mengetahui sedikit dikarenakan belum ada pelatihan dan sosialisasi, pelatihan dan sosialisasi yang dilaksanakan kurang merata, yang mengikuti pelatihan dan sosialisasi hanya sebagian guru saja, sebagian besar masih banyak guru yang mengajar menggunakan KTSP dan belum mencari referensi tentang kurikulum 2013, sehingga guru IPS belum mempersiapkan dan mengetahui secara mendalam tentang kurikulum 2013. V. KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013” dapat diambil kesimpulan bahwa Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 sebagian besar pengetahuan guru agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%) dari total 31 guru (100%), hal ini sejalan dengan
43
pernyataan para Guru IPS Terpadu yang menyatakan masih mengajar menggunakan KTSP dan belum mencari referensi tentang kurikulum 2013, serta kurangnya pelatihan dan sosialisasi dari Dinas Pendidikan, jadi hanya sebagian guru yang sudah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang kurikulum. VI. UCAPAN TERIMAKASIH TerimaKasih disampaikan kepada: (1) Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, (2) Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, (3) Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd, dan Bapak Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si (4) Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi, (5) Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, dan Kepala Kantor Kementrian Agama beserta staf, (6) Kepala Sekolah dan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat, (7) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu. VII. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Ngadiyana, Y. M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. 2013. Khairiah, 2009. KesiapanGuru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Dokumen Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012. Tjahjono, A. 2013. Petunjuk Teknik Persiapan Implementasi Kurikulum Tahun 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Hasibuan, M. F. 2013. Paradigma Tugas Guru Dalam Kurikulum 2013, (Online). (http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/odip1379404 126.pdf) Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Dalam Fajar. Karakter Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Plaihari pada Mata Pelajaran Geografi. Skripsi: FKIP UNLAM.
PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT KECAMATAN SUNGAI TABUK TENTANG KURIKULUM 2013 Oleh Fahmi Azhari, Eva Alviawati, Karunia Puji Hastuti. Abstrak Judul dalam penelitian ini adalah “Pengetahuan Guru IPSTerpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013’’, disusun oleh Fahmi Azhari. Dosen pembimbing I: KaruniaPujiHastuti, M.Pd dan dosen pembimbing II: Eva Alviawati, S.Pd.,M.Sc. Penelitian ini bertujuanmengetahui pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk tentang kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah semua guru IPSTerpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk yang berjumlah 19 orang. Sampel diambil secara penuh sebanyak 19 orang Guru IPSTerpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk. Data primer diperoleh melalui observasi dilapangan, wawancara dan kuesioner (angket), sedang data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, sumber buku/literatur dan Sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama/Sederajat. Teknik analisis data menggunakan rumus banyak kelas, panjang kelas interval dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 sangat rendah, rendah dan agak rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 73,4%, membuktikan pengetahuan guru masih rendah dengan belum pernah mengikuti bimbingan teknis maupun pelatihan kurikulum 2013 sehingga hanya sedikit mengetahui tentang isi dan pelaksanaan kurikulum 2013, belum meratanya pelatihan kurikulum 2013 yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan sehingga hanya sebagian guru saja yang sudah mengikuti kurikulum 2013, dan belum meratanya distribusi buku sekolah elektronik Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu kurikulum 2013 yang merupakan buku pegangan guru. Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I.
PENDAHULUAN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasionaldinyatakanbahwapendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Aktivitas pada belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial, karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefits). Di samping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, kurikulum juga mempunyai
45
fungsi-fungsi lain :1) fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan; 2) fungsi kurikulum bagi anak didik; 3) fungsi kurikulum bagi pendidik; 4) fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah; 5) fungsi kurikulum bagi orang tua; 6) fungsi bagi tingkat diatasnya ( Idi, 2006: 204-216). Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan (peserta didik). Dianalisis secara sederhana sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dimana sekolah sebagai institusi sosial melaksanakan operasinya paling tidak dapat ditentukan tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok atau krusial, yaitu: 1) peranan konservatif; 2) peranan kritis dan evaluatif; 3) peranan kreatif. Ketiga peran tersebut sama pentingnya dan saling berkaitan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (Idi, 2006: 217). Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Reformasi kurikulum yang dilakukan akan membawa perubahan yang cukup signifikan, termasuk perubahan dalam karakteristik kurikulum 2013, mulai jenjang SD sampai dengan SMA, beberapa mata pelajaran akan dipangkas atau ditiadakan. Mulai tahun pelajaran (2013/2014), kurikulum SD/SMP/SMA/SMK mengalami perubahan-perubahan antara lain Tentang proses pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah pelajaran (Muzamiroh, L.M, 2013: 142). Sungai Tabuk merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Banjar yang memiliki 3 SMP Negeri, 1 MTs Negeri dan 5 MTs Swasta. SMP/Sederajat di Kecamatan Sungai Tabuk pada tahun ajaran 2013/2014 tidak ada yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar untuk menerapkan kurikulum 2013. Berikut data SMP/Sederajat dan jumlah guru IPS Terpadu di Kecamatan Sungai Tabuk, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Sekolah dan Jumlah Guru IPS Terpadu di Kecamatan Sungai Tabuk Jumlah Guru IPS No Nama Sekolah Kurikulum Terpadu (Orang) 1 SMP Negeri 1 Sungai Tabuk KTSP 2 2 SMP Negeri 2 Sungai Tabuk KTSP 4 3 SMP Negeri 3 Sungai Tabuk KTSP 2 4 MTs Negeri Sungai Tabuk KTSP 2 5 MTs Ar-Rahmah KTSP 1 6 MTs Miftahul Ulum KTSP 1 7 MTs Raudhatul Islamiyah KTSP 3 8 MTs Nurul Hidayah KTSP 1 9 MTs Raudatusyubban KTSP 3 Jumlah 19 Sumber: diolah dari Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjar Tahun 2013-2014)
Kekhawatiran guru untuk implementasi kurikulum 2013 di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK terdapat pada dua aspek, yaitu sosialisasi untuk pemahaman implementasi kurikulum dan kelanjutan sertifikasi guru. Sosialisasi implementasi kurikulum tidak dilaksanakan secara serentak kepada seluruh guru di tanah air dalam waktu singkat. Mekanisme sosialisasi oleh pemerintah dan penerapannya dengan model koordinasi dan keterwakilan. Guru yang dipilih akan kembali membagi kerangka kerja dan model implementasi yang harus dilakukan oleh guru di sekolah masing-masing (Muzamiroh, L.M, 2013: 137-138). Pergantian dan perubahan kurikulum menjadi tolak ukur dalam keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengetahuan guru pada kurikulum baru yang akan diterapkan. Pengetahuan merupakan hasil “tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Soekidjo, Notoadmodjo: 2003). Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan penerapan kurikulum di sekolah, pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 sangat perlu untuk dijadikan bahan pertimbangan pokok untuk menerapkan suatu kurikulum baru ke sekolah, terutama pengetahuan guru tentang struktur kurikulum 2013, yaitu : kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar dan muatan pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013). Berdasarkan uraian diatassosialisasi implementasi kurikulum yang tidak dilaksanakan secara serentak kepada seluruh guru di tanah air dalam waktu singkat. Mekanisme sosialisasi oleh pemerintah dan penerapannya dengan model koordinasi dan keterwakilan menyebabkan guru masih terkendala pada mekanisme pelaksanaan kurikulum 2013 yang belum mengetahui secara lebih mendalam tentang kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan “mengetahui pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk tentang kurikulum 2013’’. II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian guru, tugas guru, peran guru dan tanggung jawab guru adalah: 1) Pengertian Guru Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan tentang guru: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan menengah”. 2) Tugas Guru Tugas guru merupakan suatu proses yang meliputi: mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Tugas mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif). Tugas mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif). Tugas melatih berarti mengembangkan keterampilan para siswa (psikomotorik) (Sukadi, 2006: 17).
47
3) Peran Guru Guru memiliki beberapa peranan dalam melaksanakan tugasnya, diantaranya yaitu : Peran Guru sebagai Demonstrator Sebagai demonstrator, guru adalah seorang pengajar dari bidang ilmu yang ia kuasai. Peran Guru sebagai Pengelola Kelas, Sebagai pengelola kelas, seorang guru harus mampu menciptakan suasana atau kondisi belajar di kelas. Peran Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator, seorang guru dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat komunikasi dalam proses pembelajaran. Peran Guru sebagai Evaluator Sebagai evaluator, seorang guru dituntut mampu melakukan proses evaluasi, baik untuk mengetahui keberhasilan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran (feed back), maupun untuk menilai hasil belajar siswa (Sukadi, 2006: 20-22). 4) Tanggung Jawab Guru Tuntutan terhadap profesionalisme terhadap anak didik, sudah pasti akan menambah tanggung jawab guru. Berikut beberapa tanggungjawab guru sebagai berikut : Guru harus menuntut murid-murid belajar Turut serta membina kurikulum sekolah Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah). Memberikan bimbingan kepada murid Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar Menyelenggarakan penelitian Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia Turut mensukseskan pembangunan Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru (Nurfuadi, 2012: 68-69). Guru merupakan ujung tombak dalam penerapan kurikulum 2013, berikut struktur kurikulum 2013 yang harus diketahui guru sebagai modal pengetahuan guru dalam meimplementasikan kurikulum 2013. 1) KompetensiInti
Kompetensiintidirancangseiringdenganmeningkatnyausiapesertadidikpada kelastertentu. Kompetensiinti, integrasivertikalberbagaikompetensidasarpadakelas yang berbedadapatdijaga. Rumusankompetensiintimenggunakannotasisebagaiberikut: 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untukkompetensiintisikap spiritual; 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untukkompetensiintisikapsosial; 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untukkompetensiintipengetahuan; dan 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untukkompetensiintiketerampilan. 2) Matapelajaran Berdasarkankompetensiintidisusunmatapelajarandanalokasiwaktu yang sesuaidengankarakteristiksatuanpendidikan. SusunanmatapelajarandanalokasiwaktuuntukSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah. Mata pelajaranSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah di sajikan pada Tabel 2. Tabel2. Mata PelajaranSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah Alokasi Waktu Belajar Per Minggu Mata Pelajaran VII VIII IX Kelompok A 1. Pendidikan Agama 3 3 3 2. Pendidikan Pancasila dan 3 3 3 Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 6 6 6 4. Matematika 5 5 5 5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 7. Bahasa Inggris 4 4 4 Kelompok B 1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 3 3 3 2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan 3 3 3 Kesehatan (termasuk muatan lokal) 3. Prakarya (termasuk muatan lokal) 2 2 2 Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38 Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 7
3) BebanBelajar Bebanbelajarmerupakankeseluruhankegiatan yang harusdiikutipesertadidikdalamsatuminggu, satu semester, dansatutahunpembelajaran. (a) Bebanbelajar di SekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyahdinyatakandalam jam pembelajaran per minggu. BebanbelajarsatumingguKelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran. Durasisetiapsatu jam pembelajaranadalah 40 menit. (b) Bebanbelajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalamsatu semester paling sedikit 18 minggudan paling banyak 20 minggu.
49
(c) Bebanbelajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggudan paling banyak 20 minggu. (d) Bebanbelajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggudan paling banyak 16 minggu. (e) Bebanbelajardalamsatutahunpelajaran paling sedikit 36 minggudan paling banyak 40 minggu. 4) KompetensiDasar Kompetensidasardirumuskanuntukmencapaikompetensiinti. Rumusankompetensidasardikembangkandenganmemperhatikankarakteristikpesert adidik, kemampuanawal, sertaciridarisuatumatapelajaran. Kompetensidasardibagimenjadiempatkelompoksesuaidenganpengelompokkanko mpetensiintisebagaiberikut: (a) Kelompok 1: kelompokkompetensidasarsikap spiritual dalamrangkamenjabarkanKI-1; (b) Kelompok 2: kelompokkompetensidasarsikapsosialdalamrangkamenjabarkan KI-2; (c) Kelompok 3: kelompokkompetensidasarpengetahuandalamrangkamenjabarkan KI-3; dan (d) Kelompok 4: kelompokkompetensidasarketerampilandalamrangkamenjabarkan KI-4. 5) MuatanPembelajaran Muatanpembelajaran di SekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasispadakonsepkonsepterpadudariberbagaidisiplinilmuuntuktujuanpendidikanadalahmatapelajara nIlmuPengetahuanAlam (IPA) danIlmuPengetahuanSosial (IPS). Hakikatnya IPA dan IPS dikembangkansebagaimatapelajarandalambentukintegrated sciences danintegrated social studies. Muatan IPA berasaldaridisiplinbiologi, fisika, dankimia, sedangkanmuatan IPS berasaldarisejarah, ekonomi, geografi, dansosiologi. Keduamatapelajaranitumerupakan program pendidikan yang berorientasiaplikatif, pengembangankemampuanberpikir, kemampuanbelajar, rasa ingintahu, danpengembangansikappedulidanbertanggungjawabterhadaplingkungansosialdana lamIndonesia. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 6-97). III. METODE Metode yang digunakandalampenelitianadalahdeskriptif kuantitatif. Penelitiandeskriftifartinyapenelitian yang memberikanpenjelasandangambarandengansistematisdancermatfaktafaktaaktualdansifatpopulasidansifat-sifattertentu (Margono, 2007: 8). Jenis data yang dipakai, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang berdasarkan pada realitas/gejala/fenomena yang dapat diklasifikasikan dan digunakan untuk peneliti pada populasi atau sampel tertentu karena menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003: 14).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel, yaitu pengetahuan guru IPS Terpadu tentang kurikulum 2013 yang terdiri dari kompetensi inti, menyusun mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar, kompetensi dasar dan muatan pembelajaran. 1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 – 2014. 2. Analisis Data Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis data per indikator, yaitu jawaban guru tentang kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar, kompetensi dasar, muatan pembelajaran dan total semua pengetahuan guru tentang kurikulum 2013. Hasil dari angket dilakukan pentabulasian dan skoring. a. Rumus banyak kelas Banyak kelas = 1 + (3,3) log n Keterangan: n = Jumlah data Banyaknya kelas yang telah diketahui, digunakan untuk mencari nilai panjang kelas interval. b.
Rumus panjang kelas interval 𝑖 =
𝑅 𝐾
Keterangan: i =Panjangkelas interval R = Dataterbesar dikurangi data terkecil K = Banyak kelas Berdasarkan nilai rentang, banyak kelas, dan panjang kelas interval disusun kriteria pengetahuan guru yang digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi dengan dengan menggunakan rumus persentase. c. Rumus persentase 𝑓
P = 𝑁 x 100% Keterangan: P = Angkapersentase(%) f = Frekuensi yang sedangdicaripersentasenya N = Jumlahfrekuensi/banyaknyaresponden.
51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kuesioner yang dijawab oleh guru kemudian diolah melalui editing, scoring dan tabulasi. Hasil pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013 (Skor 97) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Responden GtRinaHerniyanti, S.Sos Dra. Zaituniah Syamsuri, S.Pd Rustiyati, S.Pd Rusiman, S.Pd Arba'iyah A, S.Pd Asti Mayasari, S.Pd Kusnadi, S.Pd Hamdian Noor, S.Pd Muhammad Busiri, S.Pd NorlailaSanti, SE AkhmadHudawi Hikmah Baidawi, S.Pd.I M. Zaini, S.Pd.I M. Nordin, S.Pd Rusnah, S.Pd Ariani. S.Pd.I SayyidMuchsin. S.Pd
Skor Total Jawaban Guru 90 90 13 13 12 13 22 22 83 81 37 37 24 12 15 39 68 34 34
Sumber: Anlaisis Data Primer, 2014 (diolah)
Data terbesar pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat tentang kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk adalah 97 berdasarkan Tabel 3, kemudian dianalisis menggunakan rumus banyak kelas, yang diuraikan sebagai berikut: Diketahui: Jumlah Guru IPS Terpadu (n) = 19 Jawab: Banyaknya kelas = 1 + ( 3,3 ) log n = 1 + (3,3 ) log 19 = 1 + (3,3) log 1, 2787 = 5, 2197 ≈6 Hasil banyak kelas, digunakan untuk mencari nilai panjang kelas interval yang dijelaskan sebagai berikut:
Diketahui: Rentang = data terbesar – data terkecil = 97 – 0 = 97 Jawab: rentang Panjang Kelas Interval = banyak kelas
=
97
6 = 16,16 ≈ 16 Berdasarkan nilai rentang, banyak kelas, dan panjang kelas interval maka disusun kriteria pengetahuan Guru IPS Terpadu tentang kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk pada Tabel 3, digunakan untuk mengelompokkan skor guru ke dalam kriteria yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas Interval dan Kriteria Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013 Nomor Kelas Skor Pengetahuan Kriteria 1 0 – 15 Sangat Rendah 2 16 – 31 Rendah 3 32 – 47 Agak Rendah 4 48 – 63 Agak Tinggi 5 64 – 79 Tinggi 6 ≥80 Sangat Tinggi Sumber: Modifikasi Rumus (Arikunto,2010)
Kriteria kelas interval yang dijelaskan pada Tabel 4, digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat tentang kurikulum 2013 disajikan menggunakan rumus Persentase yang dijelaskan pada analisis data di Bab III. Persentase Jumlah Nilai Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat tentang kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Jumlah Nilai Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013 No Skor Pengetahuan Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%) 1 0 – 15 Sangat Rendah 6 31,6 2 16 – 31 Rendah 3 15,8 3 32 – 47 Agak Rendah 5 26,3 4 48 – 63 Agak Tinggi 0 0,0 5 64 – 79 Tinggi 1 5,3 6 ≥80 Sangat Tinggi 4 21,1 19 100,0 Jumlah Sumber: Analisis Data Primer, 2014 (diolah)
53
Sebagian besar guru memiliki pengetahuan yang sangat rendah yaitu sebanyak 6 guru (31,6%) dan sebagian memiliki pengetahuan yang sangat tinggi yaitu sebanyak 4 guru (21,1%). Mayoritas guru yang memiliki pengetahuan rendah sampai tinggi sebanyak 9 guru (47,4%). Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diketahui pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat tentang kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk dengan jumlah responden sebanyak 19 orang guru IPS Terpadu antara lain, yaitu mayoritas pengetahuannya sangat rendah sampai, rendah dan agak rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 73,7%, hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/ Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013, dapat disimpulkan, yaitu: 1.
2.
Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Tentang Kurikulum 2013 mayoritas pengetahuannya sangat rendah, rendah dan agak rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 73,7%, berdasarkan hasil wawancara guru menyatakan: a. Belum pernah mengikuti bimbingan teknis maupun pelatihan kurikulum 2013 sehingga hanya sedikit mengetahui tentang isi dan pelaksanaan kurikulum 2013. b. Belum meratanya pelatihan kurikulum 2013 yang ditunjuk oleh dinas pendidikan sehingga hanya sebagian guru saja yang sudah mengikuti kurikulum 2013. c. Belum meratanya distribusi buku sekolah elektronik IPS Terpadu kurikulum 2013 yang merupakan buku pegangan guru untuk mempersiapkan penerapan kurikulum di sekolah. Guru yang pengetahuannya tinggi dan sangat tinggi sebanyak 5 guru dengan persentase 26,4%, berdasarkan hasil wawancara guru menyatakan: a. Mengetahui informasi kurikulum 2013 melalui buku sekolah elektronik IPS Terpadu kurikulum 2013 b. Mencari tahu dengan guru mata pelajaran lain yang sudah mengkuti pelatihan dan bimbingan teknis kurikulum 2013 c. Mencari tahu informasi kurikulum 2013 melalui media sosial internet.
VI. UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah saya panjatkatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat dan salam saya hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Karena saya dapat menyelesaikan sebuah skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, seyogyanya apa yang saya tulis dalam sebuah karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya Bapak Muhammad Fauzi dan Ibu Siti Marhamni, adikku
Marina Fizria. apa yang saya persembahkan ini tidak lah dapat membalas semua pengobanan dari kedua orang tua saya! Dan karya ini juga saya dedikasikan kepada semua kelurga besar saya yang selalu memotivasi dan membantu saya sehingga selesai skripsi ini, Terimakasih semuanya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing selama pembuatan skripsi ini, yaitu Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd dan Ibu Eva Alviawati, S.Pd., M.Sc yang telah banyak memberikan saran dan motivasi dalam penyelasaian skripsi ini,,,dan juga kepada seluruh dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Geografi saya ucapkan terimakasih yang setingi-tingginya telah memberikan ilmu pengetahuan selama saya duduk di bangku kuliah. Saya minta rela dan mohon maaf dengan Bapak Ibu semua jika selama ini berbuat salah baik kata dan sikap yang tidak berkenan dihati Bapak dan Ibu dosen. VII.DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. DepartemenPendidikanNasionalRepublik Indonesia. UndangundangRepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistemPendidikan Nasional.Jakarta:2003. DepartemenPendidikanNasional. 2003. KamusbesarBahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta :BalaiPustaka Hamalik, Oemar. 2003. Proses BelajarMengajar. Jakarta: PenerbitBumiAksara. Idi, Abdullah. 2006. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktik. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. Margono, S.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Erlangga. Masduki, M. Y. M. Ngadiyana. Eliani Dharmanata. 1990. Statistika Pengajaran. Banjarmasin. Lambung Mangkurat University Press. Muzamiroh, M.L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta:Kata Pena. Ngadiyana, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: Yogyakarta: Eja Publisher. Notoatmodjo, S.2007. Pengetahuandan Tingkat Pengetahuan. Jakarta: PT. RinekaCipta. Nurfuadi, 2012. Profesionalisme Guru. Purwokerto. Stain Press. PeraturanMenteriPendidikandan KebudayaanNomor 68 Tahun 2013 TentangKerangkaDasardan StrukturKurikulumSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah. 2013. Sugiyono. 2003. MetodePenelitianBisnis. Bandung. PusatBahasaDepdiknas. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukadi, 2006. Guru Powerful. Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.
55
PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES (PT. SILO) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG MANGKUK, KECAMATAN PULAU SEBUKU, KABUPATEN KOTABARU Oleh Hasa Noor Hasadi, Parida Angriani, Karunia Puji Hastuti Abstrak Penelitian berjudul “Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru”. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruhprogram CSR PT. SILO terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penerima program CSR PT. SILO di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru dengan jumlah 21 orang, karena teknik pengambilan sampel menggunakan sampel penuh maka sampel yang diambil seluruh populasi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis persentase dan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya program CSR tidak atau belum mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan para peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak di Desa Tanjung Mangkok Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru. Kata Kunci: Pengaruh, Program CSR, Tingkat Pendapatan. I.
PENDAHULUAN Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) merupakan suatu bentuk aktivitas perusahaan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan yang di dalamnya kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat maupun global (Simorangkir & Arifah, 2009). CSR di atur dalam Undang-Undang Pasal 1 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangu/nan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya”. Tujuan dilaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Undang-Undang Pasal 74 Nomor 40 Tahun 2007 adalah mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya maupun Perseroan sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan
Perseroan yang serasi seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma, dan budaya masyarakat setempat. PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan dan industri biji besi yang berdiri sejak tahun 2004 di Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Pusat pertambangan PT. SILO mencakup area seluas 8.087 Ha di sebelah utara Pulau Sebuku yang terletak di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KAANDAL) PT. SILO, 2011). PT. SILO telah merealisasikan Program Pemberdayaan Masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru yaitu Program Kolaborasi. Program kolaborasi meliputi beberapa jenis usaha masyarakat dari skala kecil menengah hingga menengah keatas, diantaranya adalah Ternak Ayam Pedaging, Budidaya Ikan Air Tawar dan lebih besar biayanya adalah kelompok usaha Kepiting Soka yang dapat menghasilkan kepiting cangkang lunak. Desa Tanjung Mangkuk mempunyai luas wilayah 36,50 km2 merupakan desa yang pertama kali menerima program CSR. Program CSR tersebut melipitu: Ternak Ayam Pedaging, Budidaya Ikan Air Tawar dan Kolaborasi Kepiting Cangkang Lunak oleh perusahaan PT. SILO. Ternak Ayam Pedaging mulai dikembangkan pada tahun 2007 dan di kelelola oleh kelompok “Sipatuo Sippatokkam” dengan jumlah anggota 4 orang yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras. Budidaya Ikan Air Tawar yang dikelola kelompok “Rumpun Family” terbentuk pada tahun 2012 dengan jumlah anggota 11 orang yang bergerak dibidang usaha budidaya ikan air tawar. Sedangkan Budidaya Kepiting Soka yang dikelola kelompok “Bersama Maju” mulai dikembangkan pada tahun 2012 dengan jumlah anggota 6 orang yang bergerak dibidang usaha budidaya kepiting soka. Program CSR yang dikembangkan masing-masing kelompok mendapatkan pembinaan, pelatihan dan bantuan modal dari perusahaan PT. SILO. Keterkaitan pembinaan antara masing-masing kelompok dengan perusahaan PT. SILO hanya 8 bulan selebihnya program tersebut di kelola oleh masing-masing kelompok. Program CSR yang dikembangkan masing-masing kelompok sekarang tidak ada keterkaitan dengan perusahaan PT. SILO. Berdasarkan masing-masing kelompok penerima program CSR, sebagai pengelola Ternak Ayam Pedaging, Budidaya Ikan Air Tawar dan Kolaborasi Kepiting Cangkang Lunak merupakan pekerjaan pokok yang dilakukan masyarakat karena sebagian dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi bagi yang mempunyai pekerjaan tetap adalah hal yang sebaliknya yaitu sabagai usaha sampingan. Adanya program CSR sebagai upaya masyarakat untuk meningkatkan pendapatan guna mengejar kebutuhan keluarga yang terus mengingkat, tetapi bagi yang belum berkeluarga pendapatan tersebut digunakan untuk kebutuhan bagi diri sendiri dan untuk membantu kebutuhan keluarga seperti orang tua. Pendapatan yang mereka dapatkan dalam satu minggu bahkan 1 bulan tidak menentu tergantung dari hasil penjualan. Hasil penjualan yang mereka
57
dapatkan seperti Ternak Ayam Pedaging sebesar Rp 6.500,00 – 83.000,00/orang, hasil penjualan Budidaya Ikan Air Tawar sebesar Rp 2.500,00 – 15.000,00/orang sedangkan Kepiting Cangkak Lunak hasil penjualan antara Rp 6.500,00– 44.000,00/orang. Hasil pendapatan dari penjualan tersebut diperoleh dalam 1 minggu. Hasil wawancara dan observasi terdapat pengaruh hasil program CSR terhadap pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkok, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru. Pendapatan tergantung hasil penjualan yang mereka peroleh. Besarnya pendapatan dapat meningkatkan pendapatan (taraf hidup ekonomi) penduduk, mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkok Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru sehingga hal ini dapat diteliti lebih jauh. Berdasarkan latar belakang, penulis ingin meneliti dengan judul, “Pengaruh Program Corperate Social Responbsibility (CSR) PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru”. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Corporate Social Responsibility (CSR) a. Pengertian CSR Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) merupakan suatu bentuk aktivitas perusahaan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan yang di dalamnya kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat maupun global (Simorangkir & Arifah, 2009). Corporate Social Responsibi/lity (CSR) di atur dalam Undang-Undang Pasal 1 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya”. CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-Undang ini, industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Pembangunan suatu Negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pegelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup (Hendrastuti, 2009). Subtansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerja sama antara stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Kemampuan perusahaan dalam dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait dengannya, baik lokal, nasional, maupun global (Simorangkir & Arifah, 2009). Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR merupakan sebuah konsep manajemen yang menggunakan konsep “triple bottom line” yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsifungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang keberlanjutan (suistainable) (Ambadar, 2008). Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat dan kumuniti setempat (lokal). Kemitraan tidaklah bersifat pasif dan statis, tetapi kemitraan merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholder. Konsep kedermawanan perusahaan (corperate philanthropy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena itu konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholder lainnya (Rudito, dkk dalam Nasruddin, 2008). b. Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi di mana perusahaan itu beroperasi (Suharto dalam Hendrastuti, 2009). Oleh karena itu, piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan plannet (3P): 1) Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. 2) People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. 3) Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan hidup lingkungan hidup, penyediaan sarana pengembangan pariwisata. c.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pelaksanaaan TJSP, Perseroaan wajib sesuai Peraturan Daerah Kabuapten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 Pasal 10 yang menjelaskan sebagai berikut: 1) Menyusun, menatan merancang dan melaksanakan kegiatan TJSP sesuai dengan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial dunia usaha sesuai dengan Keputusan forum pelaksanaan TJSP. 2) Menumbuhkan, menetapkan dan mengembangkan sistem jaringan kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain serta melaksanakan kajian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan TJSP dengan memperhatikan kepentingan Perseroaan, pemerintah daerah, masyarakat dan kelestarian lingkungan
59
3)
Menetapkan bahwa TJSP adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kebijakan menajemen maupun program pengembangan Perseroaan.
d. Program Corporate Social Responsibility (CSR) Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 Pasal 1 meliputi: 1) Bina Lingkungan dan Sosial Program bina lingkungan dan sosial merupakan program yang bertujuan mempertahankan fungsi-fungsi lingkungan hidup dan pengelolaannya yang berada dalam wilayah sasaran, meliputi bina lingkungan fisik, bina lingkungan sosial dan bina lingkungan usaha mikro, kecil dan koperasi. Program bina lingkungan sosial dapat berupa: (a) Hibah, yang dapat diberikan oleh Perseroan kepada masyarakat yang membutuhkan yang besarnya sesuai dengan kemampuan Perseroan, (b) Penghargaan berupa beasiswa kepada karyawan atau warga masyarakat yang berkemampuan secara akademis namun tidak mampu membiayai pendidikan, (c) Subsidi, berupa penyedian pembiayaan untuk proyek-proyek pengembangan masyarakat, penyelenggaraan fasilitas umum atau bantuan modal usaha skala mikro dan kecil, (d) Bantuan sosial, berupa bantuan dalam bentuk uang, barang maupun jasa kepada panti-panti sosial/jompo, para korban bencana dan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PKMS), (e) Pelayanan sosial, berupa bantuan layanan pendidikan, kesehatan, olah raga dan santunan pekerja sosial, (f) Perlindungan sosial, berupa pemberian kesempatan kerja bagi para atlet nasional/daerah yang sudah purna bakti dan bagi penyandang cacat yang mempunyai kemampuan khusus. 2) Kemitraan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi Program kemitraan usaha mikro, kecil dan koperasi merupakan program untuk menumbuhkan, meningkatkan dan membina kemandirian berusaha masyarakat di wilayah sasaran. Program kemitraan meliputi aspek-aspek kegiatan: (a) Penelitian dan pengkajian kebutuhan (b) Penguatan kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat (c) Pelatihan dan pendampingan berwirausaha (d) Pelatih fungsi-fungsi manajemen dan tata kelola keuangan (e) Pelatihan pengembangan usaha seperti peningkatan mutu produk dan desain, kemasan, pemasaran, jejaring kersajama dan peningkatan klasifikasi Perseroaan (f) Meningkatkan kemampuan manajemen dan produktifitas (g) Mendorong tumbuhnya inovasi dan kreatifitas 3) Program/kegiatan Pemerintah Daerah yang tidak Terakomodir Melalui Anggaran dan Belanja Daerah/Anggara Pendapatan dan Belanja Negara Program atau kegiatan pemerintah daerah yang tidak terakomodir melalui anggaran dan belanja daerah/anggara pendapatan dan belanja negara dapat berupa: (a) Kegiatan penelitian dan pengembangan
(b) Pembangunan fasilitas publik (c) Pengembangan organisasi kemasyarakat, kepemudaan, keagamaan, seni dan budaya. e.
Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan mengimplementasikan CSR yaitu: Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management) (Arief dalam Simorangkir & Arifah, 2009). Manfaat aplikasi CSR bagi perusahaan antra lain: 1) Mempertahankan serta mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. 2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial, 3) Mereduksi resiko bisnis perusahaan, 4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha, 5) Membuka peluang pasar yang lebih luas, 6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah, 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholder, 8) Memperbaiki hubungan dengan regulator, 9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, 10) Peluang mendapatkan perusahaan (Untung, 2008). 2.
Pendapatan Pendapatan adalah hasil kerja atau usaha yang diterima oleh seseorang berupa uang atau barang. Pendapatan adalah hasil berupa uang atau meteril lainnya yang dicapai dari pada penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas (Kamus Bahasa Indonesia, 2000). Pendapatan sebagaimana dijelaskan Sumardi dalam Rahman (2005) dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu pendapatan berupa uang dan barang. Pendapatan berupa uang merupakan suatu penghasilan yang diterima oleh seseorang sebagai balas jasa atau kegigihan atau jerih payah yang telah dikerjakannya, sedangkan pendapatan yang berupa barang adalah penghasilan yang sifatnya regular dan biasa, tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, yang diterima adalah dalam bentuk barang atau jasa. Barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar meskipun tidak di imbangi atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa. III. METODE Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan tabulasi. Teknik analisis data menggunakan analisis persentase dan korelasi product moment.
61
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui pengaruhprogram CSR PT. SILO terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru. 1. a.
Program CSR Perusahaan Memberikan Pelatihan/Keterampilan Kepada Masyarakat dalam Mengelola Program CSR Responden berdasarkan padapengelolaan program CSR perusahaan memberikan pelatihan/keterampilan kepada masyarakat terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Perusahaan Memberikan Pelatihan/Keterampilan Kepada Masyarakat dalam Mengelola Program CSR No
Keterangan
1.
Sangat Baik
2. 3. 4.
Baik Kadang-Kadang Sangat Tidak Baik Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
2
9,52
12 7 0
57,14 33,33 0
21
100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Responden banyak menyatakan baik tentang perusahaan memberikan pelatihan/keterampilan kepada masyarakat dalam mengelola program CSR yaitu 12 responden atau 57,14% dan responden paling sedikit menyatakan sangat baik yaitu 2 atau responden atau 9,52%. Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak baik tidak ada. Perusahaan bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru untuk memberikan pelatihan kepada semua penerima program CSR. Pelatihan yang diberikan bagaimana mengelola yang baik usaha dikembangkan hingga pemasaran atau penjualan. b. Perusahaan Melakukakan Analalisis Kebutuhan dan Menindaklanjuti Keluhan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program CSR Perusahaan melakukakan analalisis kebutuhan dan menindaklanjuti keluhan masyarakat dalam pelaksanaan Program CSR terdapat pada Tabel 2. Tabel 22. Perusahaan Melakukakan Analalisis Kebutuhan dan Menindaklanjuti Keluhan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program CSR No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Baik 0 0 2. Baik 11 52,38 3. Kadang-Kadang 8 38,10 4. Sangat Tidak Baik 2 9,52 Jumlah Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
21
100
Perusahaan melakukakan analalisis kebutuhan dan menindaklanjuti keluhan masyarakat dalam pelaksanaan program CSR. Sebagian besar responden menyatakan baik yaitu 11 responden atau 52,38%, dan responden yang responden sebagian kecil menyatakan sangat tidak baik yaitu 2 responden atau 9,52%. Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak baik tidak ada. Dilihat dari banyaknya responden menyatakan baik, maka program kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat berjalan dengan baik. c.
Perusahaan Mengadakan Pertemuan dan Membahas Program CSR dengan Masyarakat Tanggapan responden mengenai informasi program CSR masyarakat mendapatkan langsung dari perusahaan terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Masyarakat Mendapatkan Informasi Mengenai Program CSR Langsung dari Perusahaan No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Baik 1 4,76 2. Baik 7 33,33 3. Kadang-Kadang 13 61,90 4. Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Tanggapan responden tentang informasi mengenai program CSR, sebagian besar responden menjawab kadang-kadang yaitu 13 responden atau 61,90% dan paling sedikit responden menyatakan baik yaitu 1 responden atau 4,76%. Sedangkan responden yang meyatakan sangat tidak baik tidak ada. Dilihat banyaknya responden yang menyatakan kadang-kadang, hal tersebut menunjukan informasi yang didapatkan oleh masyarakat dari perusahaan belum efektif karena informasi yang diperoleh responsen bukan lansung diperoleh dari perusahaan. d. Pemberian Bantuan Pengebangan Fasilitas Usaha dapat Meningkatkan Kemampuan Usaha Tanggapan responden mengenai pemberian bantuan pengebangan fasilitas usaha dapat meningkatkan kemampuan usaha terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Pemberian Bantuan Pengebangan Fasilitas Usaha dapat Meningkatkan Kemampuan Usaha No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Baik 1 4,76 2. Baik 10 47,62 3. Kadang-Kadang 10 47,62 4. Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pemberian bantuan pengembangan fasilitas usaha dapat meningkatkan kemampuan usaha. Sebagian besar responden menyatakan baik tentang yaitu 10
63
responden atau 47,62% dan menyatakan kadang-kadang yaitu 10 responden atau 47,62%. Sedangkan sebagian kecil responden menyatakan sangat baik yaitu 1 responden atau 4,76%. Bantuan fasilitas dari perusahaan agar dapat mempermudah atau memperlancar pengembangan usaha yang dijalankan responden. Bantuan fasilitas seperti pembuat kolam dan bantuan mesin pembuatan pakan. e.
Perusahaan Memberikan Bantuan dalam Penjualan/Pemasaran Hasil Program CSR Tanggapan responden berdasarkan pada perusahaan memberikan bantuan dalam penjualan/pemasaran hasil program CSR Tabel 6.. Tabel 6. Perusahaan Memberikan Bantuan dalam Penjualan/Pemasaran Hasil Program CSR No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Baik 2 9,52 2. Baik 13 61,90 3. Kadang-Kadang 6 28,57 4. Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Perusahaan memberikan bantuan dalam penjualan atau pemasaran hasil program CSR. Sebagian besar Responden menyatakan baik tentang yaitu 13 responden atau 61,90% dan paling sedikit responden yang menyatakan sangat baik yaitu 2 responden atau 9,52%. Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak baik tidak ada. Bantuan dalam penjualan atau pemasaran hasil program CSR, perusahaan membeli hasil program CSR dari responden untuk keperluan kantin yang ada di perusahaan. f.
Adanya Program CSR Meningkatkan Tingkat Pendapatan Masyarakat dari Sebelumnya Tanggapan responden tentang adanya program CSR meningkatkantingkat pendapatan masyarakat dari sebelumnya terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Adanya Program CSR Meningkatkan Tingkat Pendapatan Masyarakat dari Sebelumnya No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Baik 1 4,76 2. Baik 12 57,14 3. Kadang-Kadang 5 23,81 4. Sangat Tidak Baik 3 14,29 Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Tanggapan responden tentang adanya program CSR meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat dari sebelumnya. Sebagian besar responden menyatakan baik yaitu 12 responden atau 57,14%, dan sebagian kecil responden menyatakan
sangat baik yaitu 1 responden atau 4,76%. Dilihat dari banyaknya responden menyatakan baik, dapat diketahui adanya program CSR meningkatkan pendapatan responden dari sebelumnya. Pendapatan responden diperoleh dari hasil penjualan berupa uang. 2. Pendapatan Masyarakat a. Pendapatan Budidaya Ikan Air Tawar 1) Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya Budidaya Ikan Air Tawar Tanggapan responden tentang peningkatan pendapatan setiap tahun setelah adanya beididaya ikan air tawar terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya Budidaya Ikan Air Tawar No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Ya 1 9,10 2. Tidak 10 90,90 Jumlah 11 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan responden setiap tahun setelah adanya budidaya ikan air tawar tidak meningkat yaitu 10 responden atau 90,90% dan yang meningkat yaitu 1 responden atau 9,10%. Berdasarkan Tabel 38 dan Gambar 29, penyebab tidak meningkatnya pendapatan responden dikarenakan penghasilan budidaya ikan air tawar hanya mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu Budidaya ikan air tawar usaha yang baru mereka kerjakan. 2) Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Panen Penjualan Ikan dalam 1 Kali Panen Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil panen penjualan ikan yang dihasilkan dalam 1 kali panen terdapat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Panen Penjualan Ikan yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. > Rp 1.600.000,0 0 2. Rp 1.300.000,- s/d Rp 1.600.000,0 0 3. Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.300.000,2 18,18 4. < Rp 1.000.000,9 81,82 Jumlah
11
100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan rata-rata responden dari hasil penjualan ikan sebesar kurang dari Rp 1.000.000,- yaitu 9 responden atau 81,82%, karena responden hanya sebagai buruh sedangkan rerata pendapatan sebesar Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.300.000,- yaitu 2 responden 18,18%, karena responden sebagai ketua pengelola budidaya ikan air tawar. Besar dan kecilnya pendapatan responden tergantung dari 65
banyaknya ikan yang dibudidayakan responden dan banyaknya hasil penjualan yang diperoleh responden. b. Pendapatan Budidaya Kepiting Cangkang Lunak 1) Peningkatan Pendapatan Setelah Adanya Budidaya Kepiting Cangkang Lunak Tanggapan responden tentang peningkatan pendapatan setiap tahun setelah adanya Budidaya Kepiting Cangkang Lunak terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Peningkatan Pendapatan Setelah Adanya Budidaya Kepiting Cangkang Lunak No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. Ya 2 33,33 2. Tidak 4 66,67 Jumlah 6 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan responden setiap tahun setelah adanya budidaya kepiting cangkang lunak tidak meningkat yaitu 4 responden atau 66,67% dan yang meningkat yaitu 2 responden atau 33,33%. Penyebab banyak tidak meningkatnya pendapatan responden dikarenakan penghasilan budidaya ikan air tawar hanya mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu budidaya ikan air tawar usaha yang baru mereka kerjakan.
2) Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan Kepiting yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil panen penjualan kepiting yang dihasilkan dalam 1 kali panen terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan Kepiting yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. > Rp 1.600.000,1 16,67 2. Rp 1.300.000,- s/d Rp 1.600.000,0 0 3. Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.300.000,1 16,67 4. < Rp 1.000.000,4 66,67 Jumlah 6 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan rata-rata responden dari hasil penjualan kepiting cangkang lunak sebesar lebih dari Rp 1.600.000,00 yaitu 1 reponden atau 16,67% dan pendapatan terendah kurang dari Rp 1.000.000,00 yaitu 4 responden atau 66,67%. Pendapatan berbeda karena responden ada sebagai ketua kelompok da nada sebagai buruh atau anggota kelompok. Selain itu besar dan kecilnya pendapatan
responden tergantung dari banyaknya ikan yang dibudidayakan responden dan banyaknya hasil penjualan yang diperoleh responden. c. Pendapatan Budidaya Ternak Ayam Pedaging 1) Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya Ternak Ayam Peningkatan pendapatan setiap tahun setelah adanya ternak ayam terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya Ternak Ayam No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. 2.
Ya Tidak
3 1 4
Jumlah
75,00 25,00 100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan responden setelah adanya budidaya ternak ayam pedaging yang meningkat yaitu 3 responden atau 75,00% dan yang tidak meningkat yaitu 2 responden atau 25,00%. Pendapatan responden banyak meningkat karena hasil pendapatan yang diperoh dari budidaya ternak ayam pedaging membantu perekonomian responden. Sebagian kecil pendapatan responden tidak meningkat karena penghasilan yang diperoleh dari budidaya ikan air tawar hanya mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu budidaya ikan air tawar usaha yang baru mereka kerjakan. 2) Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan Ayam yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan yang dihasilkan dalam 1 kali panen terdapat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan Ayam yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4.
> Rp 8.000.000,Rp 6.000.000,- s/d Rp 8.000.000,Rp 4.000.000,- s/d Rp 6.000.000,< Rp 4.000.000,Jumlah
0 0 1 3
0 0 25,00 75,00
4
100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan rata-rata responden dari hasil penjualan budidaya ayam sebesar dari Rp 4.000.000,00 s/d Rp 6.000.000,00 yaitu 1 reponden atau 25,00% dan pendapatan terendah kurang dari Rp 4.000.000,00 yaitu 3 responden atau 675,00%. Pendapatan berbeda karena responden ada sebagai ketua kelompok dan ada sebagai buruh atau anggota kelompok. Selain itu besar dan kecilnya
67
pendapatan responden tergantung dari banyaknya ayam yang dibudidayakan responden dan banyaknya hasil penjualan yang diperoleh responden. 3.
Pengaruh Program CSR PT. SILO Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Hasil penelitan yang telah dilakukan diketahui Program CSR PT. SILO tidak ada mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan para peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak di Desa Tanjung Mangkuk Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru. Berdasarkan hasil wawancara dan jawaban kuesioner dari responden didapat, kendala dalam melaksanakan program CSR para peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak dikarenakan 1) usaha yang mereka jalankan baru pertama kali pernah melaksanakan, 2) kurangnya pengetahuan dalam mengelola usaha sehingga mempunyai kendala dalam pelaksanaan usaha, 3) kurangnya pembinaan dari perusahaan dalam mengelola usaha yang dijalankan masyarakat, 4) kurangnya modal yang dimiliki sehingga kesulitan dalam mengembangkan usaha yang dijalankan dan 5) usaha yang dikerjakan para peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak bukan pekerjaan utama yang mereka kerjakan tetapi sebagai pekerjaan sampingan. V.
KESIMPULAN Hasil penelitan yang telah dilakukan diketahui pengaruh program CSR PT. SILO terhadap tingkat pendapatan para peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak di Desa Tanjung Mangkuk Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru dapat disimpulkan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat.
VI.
UCAPATAN TERIMAKASIH Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya Bapak Hasanudin dan Ibu Wahidah, adikku Muhammad Wahyudi dan M. Taupik Rahman. Apa yang saya persembahkan ini tidak dapat membalas semua pengobanan mereka dan karya ini juga saya dedikasikan kepada semua kelurga besar saya yang selalu memotivasi dan membantu saya sehingga selesai skripsi ini, Terimakasih semuanya. Terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing selama pembuatan skripsi ini, yaitu Ibu Parida Angriani, M.Pd., dan Karunia Puji Hastuti, M.Pd yang telah banyak memberikan saran dan motivasi dalam penyelasaian skripsi ini, dan juga kepada seluruh dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Geografi saya ucapkan terimakasih yang setingi-tingginya telah memberikan ilmu pengetahuan selama saya duduk di bangku kuliah. serta tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada Para Sahabat dan teman yang tak hentinya memberikan semangat dan motivasinya baik dalam pembuatan skripsi dan hingga menyelasikan kuiah S1.
VII. DAFTAR PUSTAKA Simorangkir, Theodrik & Arifah, Ninuk (Eds.). 2009. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Departemen Hukum dan HAM RI. Undang-Undang Pasal 1 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. SILO. 2011. KA-ANDAL Pertambangan dan Pengolahan Bijih Besi di Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Kotabaru: PT. SILO. Hendrastuti, Fenny. 2010. Persepsi Penerimaan Program Terhadap Program Corparate Social Responbility (CSR) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Nasruddin. 2008. Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat Bidang Ekonomi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi di Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan Perseroaan Terbatas. Rahman, Helmi. 2005. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Pendapatan Penambang Pasir di Kecamatan Batang Alai Selatan. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Unlam Banjarmasin.
69
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) MELATI RAYA DI DESA JINGAH HABANG ILIR KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR Oleh: Baini, Arif Rahman Nogruho, Parida Angrini Abstrak Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap adanya penyelenggaraan program paket C setara SMA di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Raya desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 239 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel penuh. Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa angket dan observasi, sementara data sekunder diperoleh dari studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik persentase. Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat masih belum puas dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya saat ini, dan berkeinginan melanjutkan kejenjang berikutnya, dan masyarakat itu sendiri menyatakan bahwa dengan adanya penyelenggaraan program paket C merasa sangat tertarik untuk mengikuti program paket C. Adanya lembaga pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)Melati Raya memberikan kontribusi yang tinggi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga membantu perbaikan tingkat pendidikan masyarakat melalui program pendidikan kesetaraan yang memberikan kesempatan bagi warga masyarakat putus sekolah dan warga tidak dapat melanjutkan pendidikannya pada jalur pendidikan formal. Kata Kunci : Persepsi, Masyarakat, Program Paket C Setara SMA, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). I.
PENDAHULUAN
Pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum adalah usaha manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan budaya. Menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 1, pendidikan itu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal (sekolah), pendidikan nonformal (luar sekolah) dan pendidikan informal (keluarga dan lingkungan). Pendidikan nonformal dibagi pula menjadi yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan. Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak
teratur dan tidak sistematis. Pendidikan nonformal yang dilembagakan bersifat fungsional dan praktis, serta pendekatannya lebih fleksibel. Salah satu upaya yang ditempuh untuk memperlancar kegiatan pendidikan luar sekolah dilakukan dalam bentuk pendekatan yang berbasis masyarakat melalui sebuah wadah yang bernama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berperan dalam menjalankan pendidikan nonformal di perdesaan maupun perkotaan. Kebijakan awal mengenai penyelenggaraan dan pengoperasian PKBM bermula dari hasil pertemuan antara Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat (Dikmas) se Indonesia dengan Direktur Dikmas yaitu Dr. U. Sihombing di Bali awal tahun 1998. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “mengetahui persepsi masyarakat terhadap adanya penyelenggaraan program kejar paket C setara SMA di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Raya desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar”. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pendidikan Menurut UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan di mana dia hidup. Dalam UUD Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini disebutkan bahwa pendidikan digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. 2.
Pengelolaan Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata manajemen yang berasal dari kata management, terbawa oleh derasnya penambahan kata pungut kedalam bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu di Indonesiakan menjadi manajemen atau menejemen (Arikunto, 1992). 3.
Program Paket C setara SMA Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan setara SD/MI, SMP/MTS, DAN SMA/MA dengan nama program paket A, paket B dan paket C. Pendidikan kesetaraan juga berfungsi sebagai upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar melalui program paket A dan paket B, sedangkan program paket C berfungsi sebagai model pendidikan mencegah bagi mereka yang membutuhkan tingkat pendidikan setara menengah atas. (Muljono, 2008). 4.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) PKBM atau pusat kegiatan belajar masyarakat adalah merupakan suatu wadah untuk memberikan pendidikan dan keterampilan kepada masyarakat yang
71
diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk pendidikan nonformal yang bekerjasama dengan pemerintah (Dinas Pendidikan). 5.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undangundang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, bahwa Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 6.
Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2009). Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2009), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. 7.
Sarana dan Prasarana Pembelajaran Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb). Sarana prasarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak maupun tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sarana prasarana merupakan keseluruhan proses pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan sarana prasaranadan peralatan yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien (Soetjipto, 2009). 8.
Persepsi Masyarakat Seorang pakar organisasi bernama Robbins (2001) mengungkapkan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Sejalan dari definisi diatas, seorang ahli yang bernama Thoha (1998), mengungkapkan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan maupun pendengaran. 9.
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Robbins ( 2001 ) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu Pelaku persepsi, Target atau objek dan Situasi. III. METODE PENELITIAN a. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. b. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah warga sekitar lembaga PKBM Melati Raya yang berpendidikan SLTP sederajat yang berjumlah 239 orang. Adapun sampel pada c.
Prosedur Pengumpulan Data Data merupakan sekumpulan informasi yang di perlukan untuk pengambilan kesimpulan (Samsu, 2013). Permasalahan dalam penelitian ini, maka data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data primer adalah pengupumlan data secara mandiri oleh peneliti langsung melalui jaringan pengisian kuesioner oleh responden yang bersifat langsung (Nuning, 2012). 2. Data sekunder adalah perolehan data dari berbagai jurnal dan laporan peneliti terdahulu (Nuning, 2012). d. TeknikPengolahan Data Pengumpulan data dilapangan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah pengolahan data dan analisis data yaitu:Pengolahan data adalah mentabulasi data menjumlahkan atau memilah- milah data menjadi yang disajikan dan kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan (Nuning, 2012). Data yang diperoleh dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, Editing, Coding, Scoring dan Tabulating e.
Analisis Data Data primer yang diperoleh dalam penelitian di analisis dengan menggunakan random atau teknik acak dengan menggunakan perhitungan presentase. Teknik analisis data pada penelitian menggunakan teknik persentase dan teknik korelasi Product Moment yang disajikan pada uraian berikut: 1. Persentase hasil angket Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dimasukkan kedalam tabel frekuensi untuk diketahui persentase masing-masing indikator, dengan rumus sebagai berikut : f p = N x 100 %
73
Keterangan : p: persentase f: frekuensi jawaban responden N : jumlah sampel penelitian(Sudijono,2010). IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keberadaan lembaga pendidikan seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dirasakan sangat bermanfaat dalam kemajuan pendidikan bagi masyarakat sekitar lembaga. Program paket C merupakan salah satu jenis layanan pendidikan yang sangat diketahui oleh masyarakat. Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan nonformal bertujuan memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan peserta didik yang tidak memiliki kesempatan belajar pada pendidikan formal. Pelaksanaan program paket C oleh pemerintah disosialisasikan melalui Dinas Pendidikan, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), UPT Pendidikan, Penilik PLS dan Lembaga Nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Masyarakat yang berdomisili di sekitar PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar pada umumnya mengetahui program paket C setara SMA. Selain masyarakat Desa Jingah Habang Ilir, masyarakat dari desa lain yang berada disekitar PKBM Melati Raya juga banyak yang datang untuk ikut serta belajar pada program paket C. Berdasarkan hasil dari kuesioner yang dijawab para responden, mereka berkeinginan melanjutkan pendidikannya karena merasa belum cukup dengan tingkat pendidikannya yang sekarang, dan mereka sangat setuju dan berminat untuk mengikuti program paket C karena dirasa sangat bermanfaat bagi ke depannya. Selain diberikan ilmu pengetahuan berupa mata pelajaran, peserta didik program paket C juga dibekali berbagai macam jenis keterampilan yang sesuai dengan potensi daerah maupun potensi diri peserta didik, tujuannya adalah agar memiliki kesiapan untuk terjun ke masyarakat dan dunia kerja, karena peserta didik yang lulus program paket C tidak semuanya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi seperti masuk Perguruan Tinggi. Kegiatan pembelajaran paket C umumnya dilaksanakan tidak setiap hari seperti sekolah formal, waktu pembelajarannya bisa hanya 2 atau 3 kali dalam seminggu, di PKBM Melati Raya kegiatan pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu yakni pada hari jum’at dan sabtu pada pukul 14.30 s.d 17.00 Wita. Menurut hasil dari jawaban responden yang telah diolah, sebagian besar responden menyatakan bahwa jadwal pembelajaran yang dilaksanakan selama 2 kali seminggu di PKBM Melati Raya sudah cukup efektif karena kebanyakan dari yang mengikuti program paket C ini adalah masyarakat yang kebanyakannya sudah bekerja, sedangkan mengenai waktu pembelajaran pada sore hari yang telah ditetapkan oleh PKBM Melati Raya juga sudah dirasa cukup efektif oleh responden. Setiap kegiatan pembelajaran pasti mempunyai sarana dan prasarana pendukung yang bisa menunjang proses kegiatan pembelajaran, ketersediaan gedung penyelenggaraan, kursi dan meja belajar, ATK, papan tulis dan buku
paket untuk peserta didik sangat diperlukan. Menurut hasil jawaban responden, sarana dan prasarana yang perlu ditambah lagi oleh lembaga adalah buku paket dan meja kursi pembelajaran, karena jumlah yang sekarang masih kurang dibanding dengan jumlah peserta didik yang belajar. Pada proses pembelajaran, tenaga pendidik juga sangat berperan didalamnya untuk mengajar dan membimbing peserta didik, kesesuaian latar belakang tenaga pendidik terhadap mata pelajaran yang diajarkannya menjadi salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran. Menurut hasil jawaban responden, hampir semua responden menyatakan latar belakang pendidikan tenaga pengajarr sudah sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, namun ada juga yang menyatakan tidak sesuai. Pada kenyataannya, di PKBM Melati Raya memang ada tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan latar pendidikannya, yakni pendidikan terakhir S1 Pendidikan Kewarganegaraan mengajar mata pelajaran Geografi, pendidikan terakhir S1/PAI mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut 121 orang responden (51%) menyatakan bahwa penyelenggaraan program paket C di PKBM Melati Raya sudah cukup profesional, hal itu terlihat dari pengelolaan yang sangat baik dan terstruktur dengan rapi, serta program kerja yang cukup bagus, dan ini menjadikan PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar terus mendapat dukungan dari pemerintah (Dinas Pendidikan) serta masyarakat sekitar lembaga. V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan progam paket C setara SMA di PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Banyak pihak masyarakat masih belum puas dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya sekarang (SMP Sederajat), dan berkeinginan untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. 2. Banyak pihak masyarakat yang mempunyai persepsi bahwa dengan adanya penyelenggaraan program paket C merasa sangat tertarik untuk mengikuti program paket C. 3. PKBM Melati Raya memberikan kontribusi yang tinggi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. 4. Perbaikan tingkat pendidikan masyarakat melalui program pendidikan kesetaraan yang memberikan kesempatan bagi warga masyarakat putus sekolah dan warga tidak dapat melanjutkan pendidikannya pada jalur pendidikan formal. VI. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta. Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Badan Pusat Statistik, 2013. Kecamatan Karang Intan dalam Angka. BPS.
75
Bafadal, I. 2003. Manajemen perlengakapan sekolah teori dan aplikasinya. Jakarta : Bumi Aksara. Direktorat Pembinaan SMA, 2011. Standar Proses Program Paket C. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menegah Kementrian PendidikanNasional. Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2010. Pedoman Penyelenggaraan Program Paket C Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal. FK-PKBM Indonesia. 2011. Konsep dan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Jakarta Gojali, 2011. Pedoman Pengelolaan dan Pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (Online), (http://lilighazali-pnfi.blogspot. com/2011/03/pedoman-pengelolaan-danpembinaan-pkbm.html, diakses pada tanggal 7 Oktober 2013). Huda, N. 2011. Teori-teori Pendidikan. (online), (http://hudanuralawiyah.wordpress.com/2011/11/25/makalah-teori-teoripendidikan, diakses pada tanggal 5 Nopember 2013). Muljono, P. 2008. Urgensi Standarisasi Proses Pendidikan Kesetaraan di Indonesia. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Mulyasa, E. 2002. Manajemen berbasis sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nuning. 2012. Pemanfaatan layanan ruang baca perpustakaan disekolah menengah atas negeri 2 kota Mojokerto, (online) (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ARTIKEL%20EJOURNAL%20SKRIPSI%20LAYANAN%20RUANG%20BACA.pdf diakses 3 maret 2014). Samsu, Saharia. 2013. Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan berdasarkan PSAK. No. 23 pada PT. Misa utara Manado,(online), (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1862/14711 471, di akses 2 januari 2014). Soetjipto, Prof. Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta. Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers Jakarta. Sudjana, S. 2000. Manajemen program pendidikan. Bandung : PT. Falh Production. Sukardi, 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Bandung. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30921/3/Chapter%20II.pdf. (Online). (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31782/4/Chapter%20II.pdf. (Online). (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).
PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI 9 BANJARMASIN Oleh: Khairani, Parida Angriani, Eva Alviawati Abstrak Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Sampel yang dijadikan responden adalah Sampel penuh yaitu seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan metode angket (kuesioner), sedangkan pengumpulan data sekunder menggunakan metode studi dokumen dan studi pustaka. Analisis data penelitian ini adalah analisis data dengan menggunakan teknik persentase dan teknik korelasi Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar Geografi siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin, karena nilai rxy bernilai 0,556 lebih besar r Tabel dari 1%, tabel nilai r menghasilkan angka 0,351 dan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271 atau nilai rxy 0,556 lebih besar dari r tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271 < 0,556 > 0,351 dan bahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16. Artinya ada pengaruh yang positif dan hubungan yang agak rendah antarapemanfaatan Internet sebagai sumber dengan hasil belajar siswa Kelas Kata Kunci : Pemanfaatan internet, Sumber Belajar, Hasil Belajar, Siswa I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya. Seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 1 dijelaskan bahwa ” pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 77
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Riyanto, 2012). Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang mana hal itu dapat berpengaruh hasil belajar siswa (Sardiman, 2012). Penyelenggaraan pembelajaran merupakan tugas guru, sehingga kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu memperoleh hasil belajar yang baik, hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan. Hasil belajar adalah tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep belajar (Sulandra, 2013). Teknologi merupakan faktor budaya yang mempengaruhi hasil belajar yang ada dari luar siswa. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat pesat membawa dampak yang sangat luas dalam semua sektor kehidupan (Ali,2009). Dunia pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan teknologi, yang sejalan dengan paradigma belajar abad 21 yang dicirikan oleh empat karakteristik pokok,yaitu; informasi, komputasi, otomasi dan komunikasi. Ciri yang pertama informasi, bahwa informasi dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja.Ciri kedua komputasi, bahwa lebih cepat memakai mesin. Ciri ketiga otomasi, bahwa menjangkau segala pekerjaan rutin. Ciri ke empat komunikasi, bahwa komunikasi bisa dari mana saja dan kemana saja (Farisi,2013). Proses belajar mengajar biasanya menggunakan berbagai media pembelajaran atau multimedia yang berbasis komputer dan memiliki jaringan internet, yang mana dapat mengatasi kekurangan guru guna memenuhi aspirasi belajar pendidik dan membantu pelajar menguasai pengetahuan (Hananta, 2010). Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara online sumber belajar seperti mencari informasi pembelajaran melalui geogle dan yahoo, mencari data yang berkaitan dengan pelajaran dan perpustakaan online (Munadi,2013). Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran dapat diimplementasikan melalui cara: Browsing, Searching, Resourcing, Consulting dan Communicating(Andri,2007). II. TINJAUAN PUSTAKA a.
Internet Internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling berhubungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia. Seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga. Jaringan komputer adalah cara menghubungkan beberapa komputer yang ada di dalamnya dapat saling berhubungan dan berbagai sumber daya seperti perangkat penyimpan data (Daryanto, 2004). Paradigma belajar abad 21 yang dicirikan oleh empat karakterisrik pokok, yaitu : 1. Apek informasi, bahwa informasi dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
2.
3.
4.
Aspek komputasi, bahwa lebih cepat memakai mesin. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah, bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab). Aspek otomasi, bahwa menjangkau segala pekerjaan rutin. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanis (rutin). Aspek komunikasi, bahwa komunikasi bisa dari mana saja dan ke mana saja. Pada tahap ini pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Farisi, 2013).
b. Sumber Belajar Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang mana dapat berpengaruh hasil belajar siswa (Sardiman, 2012). c.
Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran, dapat diimplementasikan melalui cara berikut : 1) Browsing (menjelajahi dunia maya) Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik menampilkan teks, gambar-gambar, dan malahan animasi yang ditampilkan sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya. Melakukan browsing ini kita menggunakan suatu fasilitas yang bernama browser, banyak jenis software browser yang tersedia dipasaran, mulai dari gratisan seperti mozilla sampai komersil seperti Netscape dan internet explorer. Jenis aplikasi internet yang akan kita lakukan tidak terlepas dari browser, karena browser merupakan media komunikasi antara user dengan layanan internet. Sebagai pengguna windows, maka software browser yang sering digunakan adalah internet explorer dari Microsoft. 2) Searching (pencarian sumber bahan belajar) Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Segala sesuatu informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga dengan memanfaatan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada aplikasi untuk mencari informasi yang kita inginkan. Search engine menampung database situs-situs dari seluruh dunia yang jumlahnya milyaran halaman web. Cukup dengan memasukkan kata kuncinya, maka proses pencarian akan dilakukan dan search engine akan menampilkan beberapa link situs yang disertai dengan keterangan singkat.Banyak aplikasi search engine yang ditawarkan oleh situs-situs tertentu yang ada di internet, yang populer antara lain geogle, yahoo, altavista, dan sebagainya disamping fasilitas search yang disediakan oleh setiap situs.
79
3) Resourcing (internet untuk sumber bahan belajar) Resourching yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai sumber pengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan materi pengajaran yang disampaikan, Informasi yang berkaitan dengan alamat situs yang akan dikunjungi sebagai sumber media ajar telah diketahui terlebih dahulu melalui informasi yang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun dari informasi lainnya. 4. Consulting dan Communicating (Konsultasi dan komunikasi) E-Mail (Surat Elektronik) E-mail merupakan aplikasi yang paling populer sejak internet pertama kali diperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat menjembatani komunikasi data antar personal maupun antar perusahaan, e-mail terkenal karena memberikan cara yang mudah dan cepat dalam mengirim informasi. Selain itu juga menangani catatan yang kecil, hingga file yang besar berupa file yang ditumpangkan padanya (attachment file). Milis (Mailing List) (Berdiskusi Melalui Email) Mailling list berarti daftar alamat E-mail untuk setiap orang yang ingin menerima mail tentang topik tertentu. Mailing List atau Milis (kadang disebut posting) pada dasarnya masih merupakan komunikasi dengan memanfaatkan layanan e-mail, yakni mengirim dan menerima E-mail ke dan/atau dari sekelompok orang dengan tujuan penggunaan sebagai sarana diskusi, yang biasanya dikelompokkan berdasarkan topik diskusi, kelompok tertentu atau pengelompokkan lainnya. 5.
Hasil Belajar Hasil dari serangkaian kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar dengan objeknya adalah siswa. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep dalam belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas guru, sehingga kegiatan pembelajaran diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang baik, secara umum hasil belajar dipandang sebagai perwujutan nilai yang diperoleh siswa melalui pembelajaran (Sulandra, 2013). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi yang dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya. III. METODE PENELITIAN a. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Banjarmasin, beralamat di Jalan Tatah Bangkal Luar, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin.
b. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya dan Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah mengambil sampel penuh, yaitu dengan mengambil seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 53 siswa. c.
Teknik Pengumpulan Data Data merupakan sekumpulan informasi yang di perlukan untuk pengambilan kesimpulan (Samsu, 2013). Permasalahan dalam penelitian ini, maka data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Pengumpulan Data primer adalah pengupumlan data secara mandiri oleh peneliti langsung melalui jaringan pengisian kuesioner oleh responden yang bersifat langsung (Nuning, 2012). 2) Data sekunder adalah perolehan data dari berbagai jurnal dan laporan peneliti terdahulu (Nuning, 2012). d. Teknik Pengolahan Data Pengumpulan data dilapangan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah pengolahan data dan analisis data yaitu:Pengolahan data adalah mentabulasi data menjumlahkan atau memilah- milah data menjadi yang disajikan dan kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan (Nuning, 2012). Data yang diperoleh dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, Editing, Coding, Scoring dan Tabulating. e.
Teknik Analisis data Data primer yang diperoleh dalam penelitian di analisis dengan menggunakan random atau teknik acak dengan menggunakan perhitungan presentase. Teknik analisis data pada penelitian menggunakan teknik persentase dan teknik korelasi Product Moment yang disajikan pada uraian berikut: 1) Persentase hasil angket Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dimasukkan kedalam tabel frekuensi untuk diketahui persentase masing-masing indikator, dengan rumus sebagai berikut :
p
f 100% N
Keterangan : p: persentase f: frekuensi jawaban responden N : jumlah sampel penelitian(Sudijono,2010).
81
2) Perhitungan korelasi Product Moment Data yang diperoleh kemudian dihitung koefisien korelasinya dengan menggunakan rumus korelasiProduct Moment, sebagai berikut : 𝑟xy =
N X
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi product moment 𝑁 = Jumlah Siswa 𝑋 = Nilai Kuesioner 𝑌 = Nilai Geografi 𝑋 2 = Kuadrat nilai koesioner 𝑌 2 = Kuadrat nilai Geografi ( Arikunto, 2002). IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan antara variabel X (Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS) dapat diketahui dengan teknik analisis Korelasi Product Moment. Perhitungan untuk mengetahui korelasi antara variabel X (Pemanfaatan Internet) dengan varibel. Taraf signifikan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271, sedangkan taraf signifikan 1% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,351. Maka nilai rxy lebih besar dari “r” tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271< 0,556> 0,351. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara varabel X (Pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS). Taraf signifikan 5% Tabel nilai F menghasilkan angka 4, 028 sedangkan taraf signifikan 1% Tabel nilai r menghasilkan angka 7,16. Maka nilai 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar dari “F” tabel 5% dan 1 % yaitu 4,028<63,91>7,16. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh yang positif dan signifikan antara varabel X (Pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS). V.
PEMBAHASAN Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran dapat diimplementasikan melalui cara: a.
Browsing (menjelajahi dunia maya) Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik menampilkan teks, gambar-gambar, dan malahan animasi yang ditampilkan sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya.
Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa pada indikator Browsing atau mengakses internet, siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin, seluruh siswa pernah mengakses pelajaran Geografi di Internet dan aplikasi Browsing yang paling banyak digunakan siswanya adalah Mozilla. Siswa mengakses pelajaran Geografi dalam bentuk Teks, Gambar, Video dan Animasi yang mana keseringan siswa dalam mengakses pelajaran itu rata- rata hanya 1-3 kali mengakses dan Teks merupakan bentuk materi pelajaran yang paling banyak di akses. b. Searching (pencarian sumber bahan belajar) Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Segala sesuatu informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga dengan memanfaatan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada aplikasi untuk mencari informasi yang kita inginkan. Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa pada indikator Searching Siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin sebagian besar siswanya pernah mencari informasi meteri geografi dari Google dan Yahoo dan rata- rata siswanya hanya 1-3 kali dalam mencari informasi geografi di Internet sedangkan untuk aplikasi Searching yang paling banyak digunakan adalah Google dibandingkan Yahoo. c.
Resourcing (internet untuk sumber bahan belajar) Resourching yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai sumber pengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan materi pengajaran yang disampaikan, Informasi yang berkaitan dengan alamat situs yang akan dikunjungi sebagai sumber media ajar telah diketahui terlebih dahulu melalui informasi yang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun dari informasi lainnya. Berdasarkan pada data yang diperoleh bahwa pada Indikator Resourcing siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin sebagian besar siswanya mempelajari materi pelajaran yang didapat di Internet dan siswa rata- rata hanya membaca 1-3 saja sumber materi pelajaran yang mereka dapat di Internet. d. Consulting dan Communicating (Konsultasi dan komunikasi) E-mail (Yahoo Mail) merupakan aplikasi Chating yang paling populer sejak internet pertama kali diperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat menjembatani komunikasi data antar personal maupun antar perusahaan, e-mail terkenal karena memberikan cara yang mudah dan cepat dalam mengirim informasi.sekarang ini aplikasi chating lebih beragam diantaranya Facebook dan Twitter yang mana mempermudah siswa berkomunikasi dengan guru maupun dengan teman di Internet. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada indikator Communicating siswa kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin hanya sebagian kecil siswa yang bekomunikasi menenai pelajaran Geografi baik itu dengan guru geografi maupun dengan teman. Aplikasi Chating yang paling banyak digunakan siswa berkomunikasi tentang meteri pelajaran dengan guru geografi adalan Yahoo Mail
83
sedangkan aplikasiyang paling banyak digunakan berkomunikasi tentang materi pelajaran Geografi dengan teman adalah Twitter. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hubunganpemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografisiswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis korelasi product moment yang memperoleh harga rxy = 0,556. Harga rxylebih besar daripada harga rtabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 0,271< 0,556> 0,351, danbahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16. VI.
KESIMPULAN
Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 9 Banjarmasin yang berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Gografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan Internet sebagai sumber belajarterhadap hasil belajar Geografi siswa Kelas XII IPS karena nilai rxy bernilai 0,556 lebih besar r Tabel dari 1%,Tabel nilai r menghasilkan angka 0,351 dan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271 atau nilai rxy 0,556 lebih besar dari r tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271< 0,556> 0,351dan bahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16. Ada pengaruh yang positif (signifikan) dan hubungan yang agak rendah antara pemanfaatan Internet sebagai sumber dengan hasil belajar siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin. VII. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt Rieneka Cipta. Daryanto. 2004. Memahami Kerja Internet. Bandung : Yrama Widya. Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1983. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran(Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gp Press Group.
Pujiyanti, Rezky. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswakelas X SMAN 2 Barabai Tahun Ajaran 2012/2013. Banjarmasin: Fkip Geografi Unlam. Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian (Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Adri, Muhammad. 2007. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran, (Online),(Http://Ilmukomputer.Org/Wp-Content/Uploads/2008/01/AdriModul0-Gurugoblog.Pdf, di akses 6 Januari 2014). Ali, Muhammad. 2009. Peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran melalui teknologi informasi dan komunikasi di universitas negeri Yogyakarta, (online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhamad%20Ali,%20S T.,M.T./TIK%20dalam%20Pembelajaran%20%28Muhamad%20Ali%29.p df diakses 3 maret 2013). Farisi, Muhammad iman. 2013. Kurikulum rekonstruksionis dan implikasinya terhadap ilmu pengetahuan sosial analisis dokumen kurikulum 2013, (online), (http://utsurabaya.files.wordpress.com/2010/08/imam8-teoriskema.pdf, diakses 6 maret 2014). Hadi, Ido Priyono.2001. Wawancara, online, (http://faculty.petra.ac.id/ido/courses/11_wawancara.pdf diakses tanggal 3 maret 2014). Hananta, Amalia Putri Sari. 2010. Penggunaan internet sebagai sumber belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa akselerasi kelas XI pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMAN 1 Malang, (online), (http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110220.pdf diakses 3 maret 2014). Imron, Ahmad Ali. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa, (Online), (http://ejurnal.stkipjb.ac.id/index.php/AS/article/viewFile/53/38, di akses 24 oktober 2013). Mustamin, hasmimiah ST.2010. Meningkatkan asil belajar matematika melalui penerapan asesmen kinerja, (online), (http://ejurnal.uinalauddin.ac.id/artikel/03%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20%20St%20Hasmiah%20Mustamin.pdfhttp://ejurnal.uinalauddin.ac.id/artikel/03%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20%20St%20Hasmiah%20Mustamin.pdf diakses 3 maret 2014). Nuning. 2012. Pemanfaatan layanan ruang baca perpustakaan disekolah menengah atas negeri 2 kota Mojokerto, (online) (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ARTIKEL%20EJOURNAL%20SKRIPSI%20LAYANAN%20RUANG%20BACA.pdf diakses 3 maret 2014).
85
Purnamasari, Dian. 2010. Persepsi Siswa Terhadap Pengaruh Motivasi Dalam Menggunakan Internet Sekolah Sebagai Sumber Informasi Pendidikan Si SMK Negeri 4 Yogyakarta, (Online), (http://digilib.uinsuka.ac.id/5413/1/BAB%20I%2CV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pd f , di akses 24 oktober 2013). Riyanto. 2012. Pemanfaatan Internet Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X (Studi Ksus Pada Kompetensi Keahlian Elektronika Industry Di Smk Muda Patria Kalasan ),(Online),( Http://Eprints.Uny.Ac.Id/8853/1/JURNAL%20SKRIPSI.Pdf, di akses 24 Oktober 2013). Samsu, Saharia. 2013. Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan berdasarkan PSAK. No. 23 pada PT. Misa utara Manado,(online), (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1862/14711 471, di akses 2 januari 2014). Sulandra, M. 2013. Meningkatkan hasil belajar pkn siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe crossword puzzle pada materi pengertian perundang-undangan di kelas V SDN 27/IX Sebapo, (online), (http://fkipunjaok.com/versi_2a/extensi/artikel_ilmiah/artikel/A1D108183_349.pdf diakses 3 maret 2013). Wijaya, Niken Wijaya. 2010. Hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pkn di SMPN 77 Jakarta, (online), (http://skripsippknunj.com/wp-content/uploads/2013/02/JURNAL-NikenRatna.pdf diakses tanggal 3 maret 2014). Yusuf, Muh. Mappeasse. 2009. Pengaruh cara dan motivasi belajar terhadap hasil belajar programmable controller (PLC) siswa kelas III jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar, (online), (http://www.ftunm.net/medtek/Jurnal%20Medtek%20Vo.%201_No.2_Oktober%202009 /M.%20Yusuf%20Mappeasse.pdf diakses tanggal 3 maret 2014).
PENGETAHUAN GURU SMA KOTA BANJARMASIN MENGENAI KURIKULUM 2013 Oleh Muslimah, Parida Angriani, Karunia Puji Hastuti Abstrak Penelitian berjudul “Pengetahuan Guru SMA Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013”. Tujuan penelitian adalah mengetahui Pengetahuan Guru SMA Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah guru jurusan ilmu sosial SMA Kota Banjarmasin sebanyak 34 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 34 orang. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan angket, dan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis persentase. Hasil penelitian adalah diketahui bahwa pengetahuan guru SMA Kota Banjarmasin mengenai kurikulum 2013 yang terdiri dari pengetahuan guru tentang kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan kompetensi dasar, sebagian besar pengetahuan guru jurusan ilmu sosial mengenai kurikulum 2013, sudah mengetahui namun pengetahuannya masih cukup rendah yaitu 55,9 % dari 34 orang. Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang paling diutamakan untuk kemajuan suatu negara. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Aktivitas pendidikan diselenggarakan untuk mencapai mutu kehidupan manusia, dalam rangka membentuk karakter yang sesuai dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dimensi kurikulum ada dua, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedang yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain guru, sarana dan prasarana pendidikan lainnya, kurikulum digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus sebagai salah satu indikator mutu pendidikan. Kurikulum memberikan pedoman kepada guru untuk menyusun dan
87
melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran diperlukan kurikulum yang memihak pelajar, yang menunjukkan siswa berbuat aktif (Poerwati, 2013). Kurikulum 2013 menurut Dokumen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012, yaitu kurikulum yang dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum 2013 SMA diterapkan secara bertahap dimana pada tahun 2013 dilaksanakan secara terbatas di 1.270 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan 295 kabupaten/kota. Pelaksanaan terbatas mengacu pada Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0128/MPK/KR/2013 tanggal 5 Juni 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013 menyatakan bahwa Kurikulum 2013 telah disepakati untuk diimplementasikan secara bertahap dan terbatas mulai tahun pelajaran 2013/2014. Kota Banjarmasin memiliki tiga belas SMAN, dari tiga belas SMAN di Kota Banjarmasin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menunjuk lima SMAN yang menerapkan kurikulum 2013 mulai tahun pelajaran 2013/2014, disajikan pada Tabel 1. Sekolah yang tidak ditunjuk apabila ingin menerapkan kurikulum 2013 diperbolehkan, tapi harus menggunakan biaya dari sekolah sendiri, seperti biaya pelatihan guru, buku-buku pelajaran maupun buku pegangan guru, dan kebutuhan lain yang harus dipersiapkan untuk menerapkan kurikulum 2013. Tabel 1. Daftar SMAN Kota Banjarmasin beserta Kurikulum yang Dipakai dan Jumlah Guru Jurusan Ilmu Sosial Nama Satuan Jumlah Guru Jurusan No Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial(Jiwa) 1 SMAN 1 Banjarmasin Kurikulum 2013 9 2 SMAN 2 Banjarmasin Kurikulum 2013 11 3 SMAN 3 Banjarmasin Kurikulum 2013 7 4 SMAN 6 Banjarmasin Kurikulum 2013 7 Jumlah 34 Sumber :Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin
Guru sebagai salah satu pelaksana kurikulum merupakan penentu keberhasilan penerapan kurikulum, guru harus memiliki pengetahuan dalam melaksanakan pengelolaan kurikulum, namun tidak semua guru SMA mendapatkan pelatihan mengenai pelaksanaan pengelolaan kurikulum 2013 dan guru yang mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 adalah guru inti yaitu guru sejarah, bahasa indonesia, dan matematika yang berjumlah sembilan orang dari Kalimantan Selatan yang ikut pelatihan di pusat, sehingga adanya keterbatasan pengetahuan dari guru-guru mengenai pengetahuan dan pengelolaan struktur
kurikulum 2013, dengan demikian penelitian ini berjudul. “Pengetahuan Guru SMA Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013”. II. TINJAUAN PUSTAKA a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan berasal dari bahasa latin (scientia) dan bahasa inggris (science) yang berarti ilmu. Kata scienta berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari, mengetahui. Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disaring dan dimaknai (Sobur dalam Suhardiman, 2011). Pengetahuan berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia ialah segala sesuatu yang diketahui berupa kepandaian berkenaan dengan hal mata pelajaran. Dari beberapa pengertian pengetahuan dapat dipahami bahwa pengetahuan bukanlah ilmu dan akan menjadi ilmu pengetahuan apabila telah melalui penelitian dan dituangkan secara sistematis sehingga mudah dipelajari. b. Guru Guru menurut PP Nomor 74 tahun 2008 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, menimbang, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.PP RI nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno dalam Evanita., 2013). c. Peran guru sebagai pengelola kurikulum 1) Guru bertanggung jawab membuat perancanaan mengajar (rencana tahunan, rencana bulanan, rencana permulaan mengajar dan rencana harian). 2) Guru berusaha mengumpulkan dan mencari bahan dari berbagai badan atau institusi yang dapat memantu dalam pelaksanaan kurikulum 3) Mengumpulkan data tentang partisipasi murid dalam mengikuti pelajaran atau berbagai kegiatan kurikuler 4) Ikut serta menyusun jadwal pelajaran dan mengikuti berbagai pertemuan yang diselenggarakan oleh sekolah dan para pengawas 5) Membuat laporan tentang hasil kegiatan kurikulum yang telah dilakukan. Tugas guru sebagai pengelola kurikulum dengan tugas guru sebagai administrator, menunjang pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah (Muzamiroh, 2013). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
89
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. d. Kurikulum Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk intitusi pendidikan yang isisnya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kedua, kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar (Muzamiroh, 2013). Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan (Mulyasa dalam Gunawan,. 2012). Tafsiran tentang kurikulum dapat ditinjau dari segi lain, sehingga diperoleh penggolangan (Poerwati, 2013), yaitu : 1) Kurikulum dapat berupa sebagai produk, yaitu sebagai hasil karya pengembangan kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. 2) Kurikulum dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuan. 3) Kurikulum dapat dipandang pula sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu. 4) Kurikulum sebagai pengalamanan siswa. Ketiga pandangan diatas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secaraaktual menjadi kenyataan pada setiap siswa. III. METODE A. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarmasin, dan terdapat tiga belas SMAN di daerah tersebut. Dengan pertimbangan bahwa lima SMAN Banjarmasin telah menerapkan kurikulum 2013 ,yaitu SMAN 1 Banjarmasin, SMAN 2 Banjarmasin, SMAN 3 Banjarmasin, SMAN 6 Banjarmasin, kecuali SMAN 7 Banjarmasin tidak dilakukan penelitian disekolah ini karena SMAN 7 tidak bersedia untuk dievaluasi tentang pengetahuan guru mengenai kurikulum 2013. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : Obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian adalah seluruh guru jurusan ilmu sosial SMAN yang menerapkan kurikulum 2013 di Kota Banjarmasin yang berjumlah 34 orang.
2.
Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel penuh. Sampel Penuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Rincian jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 8. Tabel 2. Sebaran Populasi dan Sampel Berdasarkan Jumlah Guru Jurusan Ilmu Sosial Pada Tiap Sekolah Guru Jurusan Ilmu No Sekolah Sosial(Jiwa) 1 SMAN 1 Banjarmasin 9 2 SMAN 2 Banjarmasin 11 3 SMAN 3 Banjarmasin 7 4 SMAN 6 Banjarmasin 7 Jumlah 34 Sumber :Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian dirancang untuk mengetahui pengetahuan guru SMAN mengenai kurikulum 2013 di Kota Banjarmasin. Variabel merupakan faktor yang akan diuji dalam penelitian. Variabel, sub Variabel dan Indikator dalam penelitian ini disajikan pada tabel 8. Tabel 4. Variabel dan Indikator Penelitian No Variabel Sub Variabel Indikator 1. Strategi 1.Menguasai 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) Guru Kompetensi kompetensi inti sikap spiritual; Inti 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) kompetensi inti sikap sosial; 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) kompetensi inti pengetahuan; dan 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) kompetensi inti keterampilan. 2. Menyusun Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu
3.Mengelola Beban Belajar
untuk untuk untuk untuk
1) Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah (Mata pelajaran dan alokasi waktu).. 2) Proses pembelajaran. 3) Penilian hasil belajar. 4) Ekstrakurikuler 1)Beban belajar di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. 2) Beban belajar di Kelas X, XI, dan XII
91
dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. 3) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. 4) Beban belajar di kelas XII pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu. 5) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu. 4.Menguasai Kompetensi Dasar
1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; 2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI2; 3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI3; dan 4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI4.
Sumber : Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 2013
D. Teknik Pengumpulan Data 1.
Data Primer Data primer adalah teknik pengumpulan data yang bersumber langsung dari orang yang memberikan data kepada pengumpul data yaitu menggunakan Kuesioner (Angket), merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010). Kuesioner berupa jawaban angket yaitu pernyataan beserta jawaban, dalam bentuk angket terbuka. Angket diperoleh dari responden yaitu Guru SMA Jurusan Ilmu Sosial Kota Banjarmasin. 2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang terdapat pada instansi-intansi tertentu yang sudah berbentuk tabel-tabel atau dokumen-dokumen yang lain. Teknik pengumpulan data sekunder disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Data Sekunder Sumber Teknik Sasaran sekolah SMA untuk Dinas Pendidikan Studi Dokumen penerapan kurikulum 2013 di Kota Kota Banjarmasin Banjarmasin dan jumlah guru SMA Jurusan Ilmu Sosial Metode Penelitian, UU NO 20 Buku-buku dan UU Studi Pustaka Tahun 2003, Peraturan Pemerintah dan Peraturan No 69 tahun 2013, Kupas Tuntas Pemerintah dan Kurikulum 2013, Pengembangan jurnal-jurnal. Profesi Guru, Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi, Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, PP Nomor 74 Tahun 2008, Panduan Sumber : Hasil analisis (diolah 2014)
E. Pengolahan Data Pengolahan data menggunakan cara editing, skoring dan tabulating F. Analisis Data Analisis data menggunakan rumus statistika yaitu rumus Banyak kelas, kelas interval, dan persentase. 1. Rumus Banyak Kelas Banyaknya Kelas = 1 + (3,3) Log n
(Masduki,dkk.,1990)
Keterangan : n = Jumlah data 2.
Rumus Kelas Interval I
R K
(Masduki, dkk.,1990)
Keterangan : I = Kelas Interval R= Rank (data terbesar dikurang data terkecil) K= Banyak Kelas 3.
Rumus Persentase P
f x100% N
(Sudijono, 2010)
Keterangan: P= Persentase jawaban responden 93
f= Frekuensi jawaban N= Jumlah responden yang memberikan jawaban IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di SMAN yang telah menerapkan kurikulum 2013 yaitu SMAN 1 Banjarmasin, SMAN 2 Banjarmasin, SMAN 3 Banjarmasin, SMAN 6 Banjarmasin, kecuali SMAN 7 Banjarmasin dengan menggunakan metode penelitian deskriftif kuantitatif yaitu membagi angket pada guru mata pelajaran jurusan ilmu sosial yaitu guru Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. Angket yang telah di isi oleh responden perlu diklarisifikasi sehingga hasil jawaban dari responden tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah peneltian. Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 ialah pengetahuan guru secara keseluruhan mengenai struktur kurikulum 2013 yang tercantum PP No 69 Tahun 2013 yang meliputi kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan kompetensi dasar. Skor total pengetahuan guru secara kelseluruhan tentang kurikulum 2013 adalah 89 yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengetahuan Guru SMA di Kota Banjarmasin Tentang Kurikulum 2013 No Nama Responden Skor Total Jawaban Responden 1 Dwi Sari Retnani, S.Pd 36 2 Noor Liana Waty, S.Pd 37 3 Hj. Nurhayati, S.Pd 34 4 Hermidah, S.Pd 66 5 Dra. Hj. Masliana 43 6 Rusniah, S.Pd 52 7 Dra. Hj. ST. Khairiah 69 8 Yohana, SE 34 9 Dra. Hj. Gusti Noor C 41 10 Hj. Hamidah, S.Pd 35 11 Azimatun Azimah, S.Pd 49 12 Nuryana, S.Pd 31 13 Riduansyah, S.Pd 22 14 Muhammad Redho, S.Pd 18 15 Dra. Hj. Yuspiana S 32 16 Eva Maya K,.S.Pd 25 17 Drs.H. Noorhasani R. 29 18 Rusdah, S.Pd 25 19 Hj. Dewi Fitria, S.Pd 35 20 Nunung Y, S.Pd 38 21 Sri Artati Indriani 61 22 Tri Guwati,S.Pd 43 23 Dra.Afifah Hairin Noor 34 24 Sri Fahriani, S.Pd 57 25 Drs. M. Hifni 33
No 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Responden Dra.Hj. Noorhidayati Dr. Hj. Trisnawati Dra. Nooryani Sri Hariyanti, S.Pd Siti Noorhayah, S.Pd Mahrita, S.Pd Sasmiati, S.Pd Mastora, S.Pd Siti Nurhamidah, S.Pd
Skor Total Jawaban Responden 28 23 19 35 27 36 38 35 34
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, Maret 2014
Pengetahuan responden tentang kurikulum 2013 menggunakan rumus analisis sebagai berikut : Diketahui : K=6 Jawab : Rentang = data terbesar –data terkecil = 89-0 = 89 R I K 89 I 6 = 14,8 ≈ 15 Tabel 5. Nilai Responden Pengetahuan Guru Tentang Kurikulum 2013 Jumlah Responden Persentase Kriteria Nilai Responden (Jiwa) (%) Sangat Rendah 0-14 0 0 Rendah 15-29 9 26,5 Cukup Rendah 30-44 19 55,9 Cukup Tinggi 45-59 3 8,8 Tinggi 60-74 3 8,8 Sangat Tinggi 75-89 0 0 Jumlah 34 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, Maret 2014
Tabel 5 menunjukkan pengetahuan guru SMA Kota Banjarmasin tentang Kurikulum 2013 dengan jumlah 34 responden terdiri dari 9 responden (26,5%) pengetahuan guru rendah, 19 responden (55,9%) pengetahuan guru cukup rendah, 3 responden (8,8%) pengetahuan guru cukup tinggi dan 3 responden (8,8%) pengetahuan guru tinggi.
95
Hasil wawancara pada saat menyebar angket para guru jurusan ilmu sosial menyatakan mereka sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013, namun hanya mengetahui sedikit isi dan tata pelaksanaan Kurikulum 2013, hal ini disebabkan bahwa guru yang pelatihan dan sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 lebih pada implementasinya sehingga kurang memperhatikan isi dan tata pelaksanaan kurikulum 2013. Menurut guru yang mengalami pelatihan, kurikulum 2013 sebenarnya mempermudahkan guru dalam hal mengajar dan mendidik peserta didik karena yang lebih banyak aktif pada proses belajar adalah siswa, guru berperan bagaimana caranya membentuk karakter peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai pada saat pembelajaran berlangsung. Guru harus memberikan model dan metode pembelajaran yang berbeda setiap mengajar tapi guru masih kesulitan untuk implementasi kurikulum 2013 karena keterbatasan sumber belajar. Wakasek kurikulum salah satu sekolah penelitian mengatakan sekolah ditunjuk menerapkan kurikulum 2013, tapi guru-guru kurang memperhatikan isi struktur kurikulum 2013 sesuai dengan PP 69 Tahun 2013. Jadi, guru hanya diberikan informasi bahwa kurikulum 2013 harus menggunakan metode dan model pembelajaran aktif , membentuk krakter peserta didik dan informasi lainnya yang masih simpang siur tentang kurikulum 2013. V. KESIMPULAN a.
b.
c.
Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 yaitu : Pengetahuan keseluruhan mengenai struktur kurikulum 2013 pendidikan menengah yang tercantum pada PP No 69 Tahun 2013 yang meliputi kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan kompetensi dasar. Hasil penelitian bahwa 19 responden (55,9%) pengetahuan guru masih cukup rendah tentang kurikulum 2013 dan pengetahuannya yang tinggi hanya 3 responden (8,8%) dan hipotesis peneliti terbukti, walaupun sekolah yang dilakukan untuk penelitian telah menerapkan kurikulum 2013. Cukup rendahnya pengetahuan guru disebabkan bahwa guru yang pelatihan dan sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 lebih pada implementasinya seperti setiap mengajar harus menggunakan metode dan model pembelajaran aktif dan bervariasi sehingga kurang memperhatikan isi dan tata pelaksanaan kurikulum 2013 pendidikan menengah sesuai PP No 69 Tahun 2013.
VI. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga jurnal ini dapat selesai, kedua orangtua yang selalu memberikan motivasi baik moril dan materil, dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan serta semua dosen Program studi Pendidikan Geografi yang memberikan motivasi dan tidak untuk semua sahabat dan teman yang selalu memberikan do’a dan motivasi.
VII. DAFTAR PUSTAKA Evanita. 2013. Analisis Kompetensi Pedagogik Dan Kesiapan Guru Sekolah Menengah Atas Dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/3147/PR OS_evanita%20SW_%20Implementasi%20Strategi%20Pembelajaran_ Abstract.pdf?sequence=1 (Online, diakses 04 Januari 2014). Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Islam. Bandung : Alfabeta. Masduki, M., dkk. 1990. Pengantar Statistika.Banjarmasin: Percetakan Media Kampus. Mulyoto. 2013. Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta. Muzamiroh, M.L. 2013 . Kupas Tuntas Kurikulum 2013.Jakarta : Kata Pena. Ngadiyana,Y.M., dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin : Eja Publisher. Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Poerwati, L.E. dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Saud.U.S. 2010 . Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta. Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Indeks. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suhardiman, Bima. 2011. Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1 Tanggerang.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1 88/1/101133-BIMA%20SUHARDIMAN-FDK.PDF (online, diakses 03 Maret 2014). Tanpa Nama. 2013. Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tanpa Nama. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
97
KARAKTER SISWA KELAS XI IPS 1 SMAN 10 BANJARMASIN PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Nurul Dayanti, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati. Abstrak Penelitian ini berjudul Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Pada Mata Pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakter siswa kelas XI IPS 1 Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin dengan jumlah 26 siswa, dengan sampel sebesar 26 siswa menggunakan teknik sampel penuh. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan observasi di lapangan , sedangkan data sekunder diperoleh dari tata usaha SMAN 10. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan teknik Persentase dan Klasifikasi Interval. Hasil Penelitian menunjukkan membuktikan adanya karakter (tanggung jawab, partisipasi/peduli sosial, peduli lingkungan dan kreatif) siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin. Kata Kunci : Karakter, Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin, Mata Pelajaran Geografi. I.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1). Secara etimologis, kata karakter bisa berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakterisik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari proses alamiah sebagai hasil yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir (Fathurrohman, 2013). Menurut Screnco, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya sungguh-sungguh dengan cara dimana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta praktik emulasi. Anne Lockword mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa (Wiyani, 2012). Pendidikan moral sangat penting, karena di tengah memburuknya tatanan sosial, sekolah harus mengajarkan dan menanamkan karakter yang baik pada siswa atau anak-anak. Karakter yang baik terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan : pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan dan melakukan kebaikan.
SMAN 10 Banjarmasin terletak di Jalan Tembus Mentuil, Gang Gandapura Kel. Kelayan Selatan Kec. Banjarmasin. Status sekolah SMAN 10 Banjarmasin adalah Negeri, didirikan pada 23 Agustus 1993. SMAN 10 Banjarmasin adalah salah satu sekolah di Banjarmasin yang memiliki akreditasi sekolah B. Penetapan akreditasi sekolah SMAN 10 Banjarmasin adalah pada tanggal 9 November 2009 (Data Sekunder, Tahun 2013). Berdasarkan observasi, sebagian siswa di SMAN 10 Banjarmasin ada yang melanggar peraturan sekolah (menurut penjelasan dari guru mata pelajaran, baik itu mata pelajaran geografi maupun mata pelajaran lainnya dan guru BK/Bimbingan Konseling), seperti: datang terlambat ke sekolah, berpakaian tidak rapi, ribut dalam kelas, membolos, merokok dalam kelas dan pelanggaran lainnya. Hal tersebut menunjukkan karakter siswa yang tidak sesuai atau melenceng dari pendidikan yang diajarkan di sekolah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul “Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Tahun Ajaran 2013/2014”. II.
TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Istilah karakter sering dikaitkan dengan sikap, pola perilaku dan atau kebiasaan yang mempengaruhi interaksi seseorang terhadap lingkungan. Karakter menentukan sikap, perkataan, dan tindakan. Hampir setiap masalah dan kesuksesan yang dicapai seseorang ditentukan oleh karakter yang dimiliki (Fathurrohman, 2013). Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Wiyani, 2012). Pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya (Zuriah, 2007). - Unsur-unsur Karakter antara lain; 1) Sikap, 1. Emosi 2. Kepercayaan 3. Kebiasaan dan Kemauan 4. Konsepsi Diri (Self-Conception)
99
- Faktor Terbentuknya Karakter 1. Nature (faktor alami atau fitrah) 2. Nurture (faktor lingkungan) - Karakter Peserta Didik Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1). Salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam menentukan perkembangan karakteristik adalah faktor lingkungan.Kondisi lingkungan dengan berbagai karakter tiap kelompok masyarakat yang berbeda-beda dimana pasti ada yang baik dan ada yang buruk. - Fungsi Pendidikan Karakter 1. Pengembangan 2. Perbaikan 3. Penyaring -
Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan tanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajr melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan social dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk social. Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter: 1) Berkelanjutan 2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan 3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar (value is neither cought nor taught, it is learned) 4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. -
Pendidikan Karakter Dalam Implementasi KTSP Implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk memahami karakteristik peserta didik. Pemahaman peserta didik ini perlu disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, misalnya pada tingkat pendidikan dasar harus dipahami karakteristik peserta didik pada tingkat pendidikan dasar; demikian halnya apabila kurikulum akan diimplementasikan pada tingkat pendidikan menengah maka harus dipahami dulu perkembangan peserta didik pada pendidikan menengah. Sedikitnya terdapat tiga hal berkaitan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik yang harus dipahami dan dipertimbangkan dalam implementasi KTSP, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan kognitif, tingkat kecerdasan, kreativitas, serta kondisi fisik (Mulyasa, 2009). -
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pendidikan budaya dan karakter diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai-nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalisme, produktif dan kreatif (Sudrajad, 2010). -
Pendidikan Karakter di Sekolah Penanaman karakter diselipkan pada RPP dan silabus. Guru harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus.Berbagai program sekolah bisa dijadikan program untuk membangun karakter anak menuju peradaban bangsa. Karena itu langkah-langkah pembentukan karakter bisa dilakukan semua warga sekolah dan menjadi pembiasaan. a) Masukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: (a) knowing the good, yakni menanamkan kebaikan kepada anak, (b) desiring the good, yakni menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik, (c) loving the good, yakni mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik, (d) acting the good, yakni melaksanakan perbuatan baik. b) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah. c) Pemantauan secara kontinu d) Penilaian orang tua. (Aqib,2012). III.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di SMAN 10 Banjarmasin, karena dengan alasan sebagai berikut: 1. Di SMAN 10 Banjarmasin belum pernah diadakan penelitian tentang karakter siswa untuk mata pelajaran Geografi. 2. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan terdapat sebagian siswa-siswi SMAN 10 Banjarmasin yang menunjukkan karakter yang kurang baik, berupa pelanggaran tata tertib, khususnya mata pelajaran Geografi (diketahui dari catatan buku pelanggaran tata tertib sekolah). A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam
101
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin sebanyak 26 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002: 112). Jumlah populasi dalam penelitian ini subjeknya kurang dari 100 orang, maka pengambilan sampelnya diambil semua yaitu 26 siswa. B. Variabel Penelitian Varibel peneitian terdapat pada Tabel 1 Tabel 1. Variabel, Sub Variabel, Indikator, dan Cara Pengumpulan Data Variabel
Sub Variabel
Indikator
1. Melaksanaan tugas piket secara teratur 2. Bertanggung jawab dalam mengemukakan pendapat tanggung 3. Bertanggung jawab atas jawab perbuatan yang dilakukan 4. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan guru 5. Bertanggung jawab dalam organisasi 1. Berempati kepada sesama Karakter Siswa teman di kelas Kelas XI IPS 1 partisipasi/ 2. Melakukan aksi sosial Tahun Ajaran peduli sosial 3. Membangun kerukunan warga 2013/2014 kelas 1. Memelihara lingkungan kelas peduli 2. Membuang sampah pada lingkungan tempatnya 3. Pembiasaan hemat energi 1. Mengerjakan tugas yang kreatif 2. Menghasilkan karya yang Kreatif inovatif 3. Mengajukan usulan pemecahan masalah Sumber: Hasil analisis data sekunder, 2013.
Cara pengumpulan data
Kuesioner & Lembar Observasi
C. Teknik Pengumpulan Data Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 1997). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Teknik pengumpulan data primer
a. b. c. 2.
Observasi Wawancara Kuesioner
Teknik pengumpulan data sekunder a. Studi Dokumen b. Studi Kepustakaan dan Internet
D. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data atau angka yang siap untuk dianalisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik (Tim Dosen Pendidikan Geografi, 2011:18). Mengolah data yang diperoleh dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 1) Editing, 2)Coding dan 3)Tabulating. E. Analisis Data 1. Analisis Persentase Teknik analisis data pada penelitian ini terdiri dari pengolahan data dan analisis data menggunakan rumus sebagai berikut: f 100 (Sudijono, 2004; 43) N % Interval/Klasifikasi Menurut Ariffin P
2.
𝑖=
𝑅 𝐾
(Ariffin, 2011:253)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil angket atau observasi yang sudah dibuat persentase dan penskoran karakter tanggung jawab, partisipasi/peduli social, peduli lingkungan, dan kreatif, diperoleh klasifikasi karakter siswa SMA Negeri 10 Banjarmasin Tahun Ajaran 2013/2014 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 . Klasifikasi Karakter Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Banjarmasin Tahun Ajaran 2013/2014 No Kriteria Frekwensi (F) Persentase(%) 1 Tidak Baik 0 0 2 Cukup Baik 0 0 3 Baik 10 38,5 4 Sangat Baik 16 61,5 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil analisis data sekunder, 2014.
103
Berdasarkan Tabel 2, dapat kita ketahui bahwa 71,5% siswa kelas XI IPS 1 berkarakter sangat baik, 38,5% baik, cukup baik dan tidak baik 0%. Namun sesuai dengan temuan di lapangan, siswa yang berkarakter sangat baik hanya sebagian saja dan hampir setengah dari jumlah siswa yang berkarakter baik, karakter yang cukup baik sedikit dan yang berkarakter tidak baik tidak ada. Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan pada Bab 1 terhadap permasalahan yang digali tentang karakter siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Banjarmasin, maka dapat dibahas pada pembahasan berikut berdasarkan hasil temuan di lapangan yaitu : Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu system, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Terbentuknya karakter manusia ditentukan oleh dua faktor (Megawangi, 2004:25). 1. Nature (Faktor alami atau fitrah) Agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kecendrungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan. Namun fitrah ini adalah bersifat potensial, atau belum termanisfestasi ketika anak dilahirkan. Jadi manusia yang memiliki fitrah yang baik namun tidak dididik dan dikembangkan akan menjadi manusia yang dapat berubah menjadi buruk. 2. Nurture (Sosialisasi dan pendidikan) Nurture (faktor lingkungan). Yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi adalah sangat berperan dalam menentukan “buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak, dalam pendidikan dan pengasuhan.. Salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam menentukan perkembangan karakteristik adalah faktor lingkungan. Kondisi lingkungan dengan berbagai karakter tiap kelompok masyarakat yang berbeda-beda dimana pasti ada yang baik dan ada yang buruk. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pada umumnya siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin sudah memiliki karakter yang baik. Karakter yang dibentuk tersebut menurut silabus adalah tanggung jawab, partisipasi/peduli sosial, peduli lingkungan, dan kreatif. Hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata scoring berdasarkan hasil kuesioner yaitu 95,6 dan berdasarkan hasil observasi yaitu 94,4 (lihat lampiran 1). Hasil kuesioner dengan hasil observasi tersebut hampir sama, hanya beda sedikit yaitu 1,2. Berarti siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin sesuai dengan data yang diperoleh sudah mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat, baik dari sekolah maupun di luar sekolah sesuai dengan nilai dan peraturan yang berlaku di sekolah. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMAN 10 Banjarmasin yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan klasisifikasi interval dan distribusi frekuensi dalam persentase dan scoring dapat disimpulkan bahwa dan pembahasan mengenai nilai-nilai karakter yang tercantum diatas dapat disimpulkan bahwa:
Berdasarkan skor rata-rata, secara keseluruhan karakter siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Banjarmasin termasuk “Baik”. Penilaian yang dilakukan peneliti tersebut bersifat normatif yaitu hasil penilaian hanya berlaku pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Banjarmasin dalam mata pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segalapuji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin pada mata pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014“ dengan penuh ketercapaian lainnya. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada Program Studi Geografi, Jurusan IPS, FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak. Untuk itulah penulis ingin berterima kasih sebesarbesarnya dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak terkait. Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Karunia Puji Hastuti, M. Pd., selaku Pembimbing I dan Ibu Eva Alviawati, S. Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan dukungan, arahan dan bimbingannya selama penyusunan dan penulisan Skripsi. Kepada segenap tim penguji yang menguji adrenalin, penulis haturkan terima kasih yang luar biasa. Teruntuk Bapak Drs. H. Sidharta Adyatma, M. Si. , Drs. Yustinus Maria Ngadiyana dan Ibu Parida Angriani M.Pd., terima kasih atas segala saran, kritikan dan koreksinya sebagai tim penguji dalam penyempurnaan penulisan Skripsi ini. Tak lupa pula terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Drs. Yustinus Maria Ngadiyana selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan banyak nasehat dan arahan setiap awal semester selama menempuh pendidikan di Universitas Lambung Mangkurat. Tanpa nasihat dan arahan dari seorang penasehat akademik, maka tiada terstruktur perencanaan studi selama menempuh pendidikan strata 1. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Ketua Jurusan Pendidikan IPS, dan kepada Bapak Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si., selaku ketua Program Studi Geografi yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan Skripsi ini, serta kepada seluruh dosen Program Studi Geografi yang telah senantiasa memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan serta menjadikan kami lebih berguna dengan ilmu yang telah diberikannya kepada kami. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf BAAK Universitas Lambung Mangkurat yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi.
105
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Kepala Sekolah SMAN 10 Banjarmasin, Ibu Farina Amelia,S. Pd., selaku guru Geografi , juga segenap guru-guru dan staf TU di SMAN 10 Banjarmasin beserta siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin. Terima kasih atas ketersediaan jasmani dan rohani dalam membantu demi kelancaran penelitian dalam penyelesaian Skripsi ini. Cinta dan dukungan berupa moril maupun materil dari kedua orang tua penulis terkasih. Terima kasih atas segala yang telah dilakukan demi penulis, dan terimakasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiring tiap langkah penulis. Terimakasih kepada Bapak Darsi dan MamaTini Kurniati yang senantiasa memberikan kasih sayang sepanjang masa sehingga penulis bisa sampai ke titik ini. Teruntuk Adik-adik dan kakak-kakak tersayang, penulis haturkan banyak doa dan terima kasih atas segala doa, dukungan, canda, tawa dan macam-macam bantuan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga semua usaha penulis dapat menjadi lecutan semangat tak terhingga agar adik-adik tercinta dapat menggapai hal yang sama bahkan lebih demi kebahagiaan dan kebanggaan kedua orang tua tercinta. Kepada sahabat terbaik yang senantiasa ada untuk memberikan dukungan, melantunkan doa serta mengusahakan segala macam bantuan terkait penyelesaian Skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah dilakukan, terima kasih telah senantiasa menguatkan di kala penulis terpuruk dan sempat merasa tidak mampu melakukan apa-apa. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan Skripsi ini. Alhamdulillah. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis masih memiliki banyak kekurangan pengetahuan dan pengalaman pada topik yang diangkat dalam Skripsi ini, Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi para penuntut ilmu dan pengajar, baik dalam bangku perkuliahan, penelitian maupun berprofesi sebagai guru nantinya, guna membina generasi muda penerus bangsa yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Akhirnya kepada Allah-lah penulis memohon agar usaha ini dijadikan sebagai amal shalih dan diberikan pahala oleh-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa Sallam beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir, Aamiin. VII. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja posdekarya. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Wiyani, 2012. Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep dan implementasinya di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Zuriah, 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platfom Pendidikan Budi Pekerti secara kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara. Lickona, 2013. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media. Fathurrohman, Suryana, & Fatriany. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Dosen Prodi Pendidikan Geografi, FKIP - Unlam, Banjarmasin. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pendidikan Geografi, FKIP - Unlam, Banjarmasin Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prektik. Yogyakarta: PT Bumi aksara. Sulistyowati, Endah. (2012). Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT. Citra Aji Paramana. Mu’in, Fatchul, 2011. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Megawangi, Ratna, 2004. Pendidikan Karakter SoLUSI Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Star Energy. Aziz, 2011. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta: Al Mawardi Prima. Sudrajad, Ahmad, 2010. Konsep Pendidikan Karakter (http//ahmad sudrajadwordpress.com/20210/10/15/konsep pendidikan karakter/. Diakses 14 Desember 2013). Aqib, 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter & Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya. Fagan, R. 2006. Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families.(http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326/. Diakses 18 Desember 2013). Thornburg D H. 1984. Development in Adolenscence. Second Edition. California: Brook Cole Publishing Co. Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK. Gunung Media. Brooks, B. David & Frank G. Goble. 1997. The case of Character Education. The Role Of The School in Teaching Production. Northridge CA.
107
PETUNJUK BAGI PENULIS JPG
Naskah diketik satu (1) spasi pada kertas kuarto maksimum 15 halaman dan diserahkan dalam bentuk print-out komputer beserta disket 3,5”. Berkas file dibuat dengan MS Word. Teks dicetak dengan hurut Times New Roman 12. Artikel yang dimuat meliputi hasil penelitian dan kajian analitis-kritis di bidang geografi dan pendidikan geografi. Artikel di tulisdalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format essai, disertai judul pada masing-masing bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah dengan ukuran 12. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dicetak tebalatau tebal dan miring) dengan ukuran 12, dengan menggunakan angka/nomor pada judul bagian. PERINGKAT 1 (SEMUA HURUF BESAR, TEBAL, RATA KIRI) Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Kiri) Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Kiri) Sistematika artikel hasil non penelitian: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata); kata kunci (maksimum 8 kata atau tidak melebihi 1 baris); pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkung tuliasan, bahasa utama (dibagi ke dalam subjudul-subjudul); penutup atau kesimpulan; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah). Sistematika artikel hasil penelitian: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); absrak (maksimum 100 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang berisi latar belakang,tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah). Daftar Pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diuraikan secara alfabetis dan kronlogis Rujukan Buku Coren, L.& K. Weeks 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse. Coren, L.& K. Weeks 1985b. Planning Ladder Ladders: Leassons from the State. Atlanta, GA: Career Ladder Clearing-house. Rujukam dari buku suntingan (edited book) atau prosiding Harley,J.T., Harket, JO. & Walsh, D.A. 1980. Contemporary Issues and New Direction in Adult Development of Learning and Memory. Dalam L. W. Poon (Ed), Aging in the 1980:Psycological Issues (hal: 239-252), Washington, DC: Americal Pscychologycal Association. Rujukan artikel dalam kumpulan artikel Hasan, M.Z. 1980. Karakteristik Penelitian Kuantitatif. Aminuddin. Pengembangan Penelitian Kuantitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hal: 12-25). Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3. Rujukan dari artikel dalam jurnal Hanafi, A.1980. Partisifasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi.Forum Penelitian, 1 (1): 33-47. Rujukan artikel dalam majalah atau koran Huda, M. 13 November,1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, Hal: 6. Rujukan dari skripsi, tesisi atau disertasi Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajaran Bahasa Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP MALANG. Rujukan surat kabar Ropert, V. 1988. Keuntungan Penggunaan Kapur untuk Tanah Asam. Kompas, 12 September 1988, hlm. 14.
Rujukan dari internet berupa karya individual Htchock, S. Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey Of STM Online Journalis , 1990-95: The Calm before the Strom, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses 12 Juni 1996). Rujukan artikel dalam jurnal Hanafi, A. 1980. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Form Penelitian, 1 (1): 33-37. Rujukan dari internet berupa Bahan Diskusi Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Intternet Sites. NETTRAIN Discussion List (Online), NERRRAIN@ ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995. Rujukan dari internet berupa E-mail Pribadi Naga, Dali S. (
[email protected]). 1Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (
[email protected]).
109