TEORIBUDAYA *** *** *** ***
!
I
!
*** *** *** ***
Olch HIRO TUGIMAN 7121,70 rjSf3(FC
*** ***
***
*** *** *** ***
1998
if,
b' 0 I
-
pc
KATAI'ENGANTAR
13uku ini ll1crupakan ll1cncrjall1hkan beberapa topik dari buku : Language Culture
ill/d Cognition, dari Ronald W. Casson, Mac Millza Publising Co N.Y, 1981 halall1an 4274 yaitu Theorities o[Culture (ch.2) dan Culture and Cognition (ch.3).
Dcngan tulian ini diharapkan pembaca ll1endapatkan gambaran yang lebih jelas ten tang tcori kebudayaan yang ll1erupakan dasar unluk meresapl dan mengikuti pcrkuliahan Sistcl11 Budaya Indonesia.
Scmoga buku ini bcrmanfaat bagi mereka yang bem1inat.
Bandung, I 1 Mei 1998
Hiro Tugiman
Daftar lsi Hln.
Kata Pengantar .................................................................................... 1 Daftar lsi .............................. Bab. 2
. ............................................................. ii
Teori Kebudayaan .................................................................. 1 •
Pendahuluan ........................................................................ 1
•
Kebudayaan sebagai Sistem Adaftif .......................................... 2
•
Teori Edeational dari kebudayaan ............................................ 6 ~
Kebudayaan sebagai Sistem Kognitif ................................... 6
:c')
Kebudayaan sebagai Sistem Struktural........................... .. .. 8
~
Kebudayaan sebagai Sistem Simbolik ................................. 8
•
Kebudayaan dan Sistem Sosiokultural .................................. 13
•
Kebudayaan sebagai Sistem Ideasional : Paradoks dan Masalah ..................................................... 15
•
Menuju penyesuaian Konsepsional.. ......
•
Kesimpulan-.............. .. ....... ....................................... .......
Bab.3
.. ............................. 22 29
Kebudayaan dan Pengertian ...................................................30 •
Beberapa Aspek Masalah Pengertian di dalam Psychology Eksperimental.................................................................. 31
•
Karakteristik Umum dari Skemata ........................................ 35
Lampiran
II
BAB 2. TEORI
KEBUDAYAAN
PENDAHULUAN
"Kebudayaan Yanomam5", "kebudayaan Jepang", "evolusi kebudayaan","alam vs kebudayaan": kita kaum anthropologi' masih menggunaksn kate tsb, dan kite masih berpikir bahwa ada artinya, ~etapi
k~rabat priruat
dengan melihat kepada
kita yang mempelejari tradisi setempat, menggunakan alat, dan meruanipulssi lambang, kita tidak legi dapat mengatakan dengsn nyaman bahwa "kebudayaan"
merupakan
werisBn
peril~
ku simbolik yang dipelejari yang menjsdikan manusis sebagai diteng8~1-tpnG8h
manusia. Dnn densan berdiri
p8sang surut
dari perubohan dan keragam8n individual, kita tidak lagl dapet mengateken dengan nyaman b"hwa sustu "kebudayaan" adaloh wariaan yang
diba~i
orang-orang didalam
masyarakat ter-
tentu. Lebih-lebih, kita semakin Hadar bahwa pandangan kebudayaen yang holistik dan humanistik yang oleh Kroeber dan lalu menyebar
disint~esisir
KIuekhohn meliputi terlalu b8nyak dan ter-
baik untuk
m'misahkan seeara analitik benang
kusut pengslemsn manusis aLsu untuk
men~interoretasikan
di -
sain kedalam mana mereka terjalin. Tantancan sep
belakansan ini 8dalah untuk mempersel'1pit kon-
"kebudayaan"
sehingga ini meliputi lebih sedikit dan
mengungkapkan lebih banyak. SebagaimBna yang dikemukakan Geertz,"memotong-motong konsep kebpdayaan •••• menjadi konsep yang diperaempit, khuBUS dan •••• seears teoriti~ lebih kuat J1 merupakan tema utama didalam
teori anthropologi modern. Dan
dapat diramalkan, para pakar anthropolog tujui eara terbaik untuk mempersBl'1pit dan konseptual
sentral
modern tidak menyemempertajam alat
ysng telah mereka warisi dari nenek mo-
yang mer eka. Pada halaruan-halaman berikut ini,
saya akan meringkas
peruikiran ulang ten tang "k8budayaan" sebagai
jatuh kedalaru
4 ai.dang foka!. Setelah ruenyoroti pekerjaan y-8.ng dilakukaH dimasing-masing bidang, 8ays ak[;n menjelaskan iSyu termino logis, filosofi8 dan substantif yang membagi parD teoris
ut~
mao Didalam proses, saya aken membahas implikBsi oemikiran U18t1g
ini
untuk sejumlah pertanyaan
anthropologi k18silc :
Bagaimanakah kebudaysan telah berkembang dan kekuatan apa
yang membent1Ji:-nya? BagairrJ8nakah sistem simbolik yang dibRgi melebihi dunie pemikiran individual? Bagaimsn8 berbeda nye dan uniknys kehudayasn? daseri k(?ragaman yaan itu munakin?
An81r~"
po1'3-p018 lJ"iv(?Ysal men-
I perbedBan? Bsgaimanakah deskripsi kehuria-
!\E:BUDAYAAN SEBAGAI SISTEl·j ADAP1'lF/PENYESUAIAN Suatu perluBBan yang penting dari teori kebudayaan berasal dari memandang kebudays8n didalam suatu perspektif evolusioner.
•••••• dan penelitian tentang kehidupan nuntun kita
evolusi
Sustu jembatan yang lUBS di.anters
sosial manusia
me-
untuk melihat dengan lebih jelss bahwa dissin
biologis manusia itu
terbuks, dan untuk mengamatt
penyelesaian dan modifikasinya melalui
cara
ajaran kebudayaan
••••.•• kehidupen manuala yang bnrlangsung didalsm lingkungan
ekologis tertentu. Dengan menerspkan
dari selekai slemi dasan biologis tanya
terhodeD konstruksi kebudaYB8n stas lon-
menuntun para pskar Bnthropologi
dengan semakin canggig bagaimana
mengembangkan
model evolusioner untuk ber-
m9syarakat msnusia
pole-pol a kebudayasn tertentu.
Literstur yang lUBs, populer dan teknis telah me",bahas jalinan
dan arti relatif komponen biologis dan kebudayaan
dari perilaku manusia. Agresi, teritorialitas, peran aeks, ekspresi wajah, seksualitas dan bidang-bidang IBinnya dimana bidang kebudayaan dan biologis saling terjalin telah dibahas seears tak habis-habisnya dan seringksli sembarangan. Dari semuanya ini kits dapat menarik 2 kesimpu18n. Pertama, suatu pemikiran
yang melepas lapisan-lapisan
konvensi kebudayaan
akhirnya akan kita ••••.•••••..• Manusia dan sifst manusia yang telanjang dibawahnya adalah stertl dan ga
b~rbahay8
sehing-
kits memerlukan sustu model interaksional yang rumit,
bukan model
yang strategis. Kedua, baik determinisme
etho-
logis yang ekstrim dan kebudayaan yang ekstrim sekarang da _ pat didukung oleh ideology dan kepercsyaan leh
sains yang sehat.
transformasikan
Bagaimana
dan diperluas
tetapi bukan
0
-
"template" biologis di _
kedalam pola-pola kebudayaan
harus dilaksanakan untuk mssing-masing bidsng; dan ini membutuhkan disain penelitian yang teliti. dan imajInatif dan eksplorasi
yang sabar ..• bukan polemik dan sensasionalisme.
Bagaimana kebudayaan manusia itu berbeda, meskipun kon-
tinuitas
didalam evolusi"hominid"
telah dibahas sccara pag
jang lebar oleh Holloway, Alland, Montagu dll. Suatu isyu yang penting disini 8d81ah bagaimana dan pada tahap manakah bahesa vokal berkembang dan apa pendshulunya yang langsung. Bila bukti bahHa suatu bahasa voko] yang rumit usianye kurang dari 100.000 tahun terhambat, make terbayang mass yang panjang ketika manusia zaman dahulu hidup
berkelompok
membuat perkak8s, berburu didalam serongsn? yang terencana
3 dengan baik, mungkin
hidup didalam hubungan keluarga berpa-
sangan- masa 2 juts tahun atau lebih kehidupan Bosial protomanuaia tanpa kode
yang
diteliti sepenuhnya untuk komunika
si simbolik, Pengertian kita tentang apa yang menjadikan manusia itu manusia dan bagaimana kebudaya8n berkembang
jelas
akan terUngkap dan mengalami perubahan yang menyolok dalam beberapa tahun berikutnya. Tetapi dari sudut pandang teori kebudayaan, perkembangan utama berasal dari pendekatan
evolusioner/e~ologis
kepada
kebudayaan sebagai sistem
penyesuaian. Tempat pengembangan
utama dari pemikiran ulang
evolusioner/ekolo~i
gan dan Columbia. Landasan yang
actalsh Mchi-
dileta":kan oleh Leslie "hite
secars kreatif dituang kembali oleh para sarjan3 sepertl Sahlins, Rappaport, Vayda, Harris, Carneiro; dan oleh para pakar archeologi yang berpikiran-teori demikian seperti Binford, Flannery, Longacre, Sanders, Price dan Meggers. Penyesuaian archeology teoritis dengan anthropology el[ologi muncul sebagai salah satu
diantara perkembangan utams dasawarsa
yang lalu. Ini tidak menyimpulkan
bagaim8na kebudayaan
bahl.-,l8 konsensus
ber18ku mengenai
dikonseptualisir paHng baik atau be-
gaimana dan mengapa mereka berkembang dan berubah. Pertukaran baru-baru ini antara Service dan Harris, kritik Marxis tentang materialisme kebudayaan Harris, gelombang2 antara logi kebudayaan dan ekologi manusia da
& Rappaport, perang
muanya
pibik
yang disusun
eko-
oleh Vay-
didalam "archeology baru", se-
menunjukkan perbedaan dan ketidak sepakatan. Dengan
Bdanya perbedaan picik ini, sebagian besar sarjanB yang bekerja didalBm tradiai ini
(saya menyebutnya "adaptationis
kebudayaan") sepakat mengenai beberapa asumei
yang lU8s.
a) Kebudayaan merupakan sistem pola perilaku yang disalur kan secara sosial yang berguna untuk menghubungkan mas yarakat manusia dengan lingkungan ekologi mereka. Oara hidup-masyarakat ini meliputi teknology dan cora
orga-
nisasi ekonomi, pola pemukiman, carD pengelompokan sosial dan organisasi politik, kepercaysan religius d8D
pr8~
tek, dsb. Bila kebudaysan secars luas dipandang sebagai sistem perilnku yanG karakteristik populasi, yang mcc:pc!: lU8s dan mcrubah kecenderungan somatik, apak8h kits menganggapnya sebsgai pol a dari stBU pol a untuk pcrilaku merupakan suatu persoalan sekunder.
4
Kebudayoan edalah segela cers yang bentuknya tidsk bereda dibawah pengawasan genetik: •... ysng berguna untuk menyesuaikan individu dan kelompok didalam masyarakat ekologis mereka (Binford 11, hal
323)
Konsep kebudayaBn sampai kepada pols perilaku yang berhubungan dengan kelompok orang-orang tertentu, yaitu kepada "edat istisdat/kebiasaan" atau "cara
hidup"
suatu
bangsa (Harris 41, hal 16). b) ~erubahan kebudayaan khususnya merupakan suatu proses penyesuaian den apa yang mencapai seleksi alami. l"~anusia
adalah hewan dan, seperti hewan-hewan Iainnya,
harus memelihara
hubungan penyesuaian dengan Iingkung-
annya untuk tetap bertahan. Heskipun 1.a mencapDi adapta8i ini khususnya meIaIui medium kebudayaan prosesnya dibimbing oleh
peraturan selsksi alami yang samB yang
mengatur adaptasi biologis (Heggers 56~ hal •.. J Dipandang sebagai sistem penyesuaian, kebudaya8n berubBh ke arah keseimbangan didalam ekosistem; tetapi bila
keseimban~
an terganggu oleh perubahan Iingkungan. demografi, teknologi, atau sistemik lainnya, perubahan penyesuaiBn lebih 1.anjut bercabang melalui sistem kebudayaan. Mekanisme umpan bBlik didalam sistem kebudayaan dengan demikian dapat bekerja
secara negatif (menuju koreksi-diri dan keseimbangan
dan secara positif (menuju ketidak seimbangan dan perubahan arah. c)
Teknology. ekonomi si sosial
penghidupan, dan unsur-unsur organisa-
yang langsung terikat
kepada produksi merupakan
bidang kebudayaan yang secara-adaptif paling sentral. Didalam bidang-bidang inilah
perubahan penyesuaisn biasanya dl
mulai dan dari mana mereka biasanya bercabang-cabang. TetBpi, konsepsi
yangberbedatentangbagaimana proses lni
kerja memisahkan "materialisme kebudayaan" lektika
30sia1
he~
Harris dari dia
dari j'arxist yang lebih authentik atau
"evolusionisme kebudayasn"
Service dan membedakan ekologis
kebudaya8n tradisi Steward dari ekologi manusia seperti RaE paport dan Vayda. Tetapi, port
semuanya kecuali rrunGkin Rappa -
ak.an memandang ekoDomi dan manus-ia
80sial seperti
8eb8~~i
hublJn~~8n
didalam arti tertehtu primer dan sistem idea-
sion81 - 88amB, ritual, pandangan duniB - seperti didalam arti tertentu ••..•.. sekunder atBu epiphenomenal.
Tuduhan Service atas reductionisme monistik tidak tepat disini. Strategi analjtik Harris
mengungkapkan
suatu harapan, bukan
suatu asumsi: Teknology serupa
lingkungan serupa , pengaturan ..................... produk, .................. ..
jenis •...••..•.•... serupa
reka
kerja serupa
didalam
semuanya ini menimbulkan
ian mengkoordinir kegiatan medan keper cayaan
memberikan "prioritas kepada penelitiao kehidupan
sosiokultural
yang disesuaikan secara .materi n, Harris- seperti
para pendukung yang
ten~ga
dengan cara •.......•...
Didalam
.. .. . . . . . . . . . . . .. .
yang diterapkan kepada
anthropologi
lainnya ....•••.•.
berhubungan - tidsk •••...•........
pandangan
ten tang mereka ia
sendiri berbicara tentang "kondisi lingkungan demo- . . . . . dan io dan para anthropologist kebudayaan lainnya meninggalkan ruang untuk kasus-kasus dimana
suatu ideology,
merubah tatanan sosial dan ekonomi. Para Marxist •••.. Harris juga menekankan - dengan tepay, saya pikir- pentingnya •...... dan kontradiksi did81sm tatanan sosial,
~n
menghasilkan dan membimbing proses .•••..
hanya penyesuaian ••• sosial dan kebuda-
yaan. d) Komponen-komponen ideational
dari sistem kebudayaan
kin mempunyai akibat-akibat penyesuaian
mung-
didalarn mengawasi
populasi, mendukung kepada penghidupan, memelihara ekosistem dsb; dan in4., meskipun sering sederhana, harus dengan teliti ditelusuri
kemanapun mereka menuju •
•... Adalah perlu untuk memperhatikan seluruh kebudayaan ketika menganalisa adaptasi. Secara dangkal, dapat diperkirakan bahwa perhatian dapat dibatasi kepada aspek-aspek yang langsungl:l.er hubungan dengan lingkun@an •••• (Tetapi) apakah analisis:dimulai dengan praktek keagamaan, organisasi sosial, atau Buatu sektor lain dari kompleks kebudsyaan ••• (ia) aksn •. •• •• • ;mengungkapkan hubunganfungsiotJ.al dengar1 kategoti? perilsku lsinnya yang menyesuaikan (Meggers 56, hal 43). Perluasan
baru-baru ini yang paling menyolok tentsng
pandangan inl adalsh anali8is Rappaport yang menges8nkan ten_aog diklus ritual Taembaga Maring seb8gBi komponen? didalam SUBtu sistem penyesuaian; dan lebih belakangan, ssrannyB bahwa sistem ritual dan rangka kebudayaan ten tang kesucian memainkan per an sentral didslam menengahi adaptasi kebudayaan •
6
TEOllI IDEATIONAL DAHl KEBUDAYAAN Berlawanan dengan berbagai teoris adaptationist kebudayaBn terdepat
sejumlah teoris yang memandang kebudayaan sebagai
sistem ideasi. Disini says aksn membedskan 3 cera kebudayaan
mendekati
yang agak berbed8 sebagBi sistem ide.
KEBUDAYAAN SEBAGAI SISTEM KOGNITIF Tema penting lBinnya
dari 17 tehun terekhir edalah muncul-
nye anthropology kognitif eksplisit. Didslam
pra~tek,
"ethno -
grafi baru" khususnya merupakan eksplorasi sistem klasifikasi rakyat ("ethnoscience", "semantik ethnogrsfik"). Tetepi. di luar penelitian anthropologi
tentang pengumpulan kupu-kupu orang
lain
tentang kebudayaan yang baru dan penting
muncul pandengan
sebagai pengertien. Kebudayaan dipandang sebagai sistem peni!,etahusn. Untuk mengutip
Ward Goodenough :
"Kebudayaan suatu mosyarakat terdiri dari apapun is untuk diketahui atau dipercaya untuk bekerja dengan diterima para anggotanya. KebUdayaan
cara yang dapat
bukanlah suatu gejala
materi; ia tidak terdiri dari benda-benda, orang, perilaku, atau emosi.
Tetapi lebih merupakan suatu organisasi hal-
hal ini. Ia merupakan bentuk hal-hal yang ada didalam ingatan orang-orang, contoh mereka untuk mengamati, menghubungkan dan menginterpretasikannya"
(32, hal 167)
Kebudayaan ••• t~rdiri dari standar untuk memutuSKan
apB •••••
untuk memutuskan apa yang mungkin •••• untuk memutuskan apa yang kita rasakan mengenai hal ini ••• untuk memutuskan apB yang aken dilakukan meDgenai hal ini, dan ••• untuk memutuskan bagaimana akan melakukannya (33, hal 522) Goodenough membandingkan bDd~yi~n
pengertian ideational
tentan['; ke-
Ini dengan pengertian yang digunakan kaum adaptationist
yang te18h kits bahas, yang menganggap kebudoyaan
sebasai pols
hidup didalEm sUBtu masyarakat - ke[,;iatan yang berulang secars teratur dan pengaturan /
Busunan materi dan Boeial"
(33,hal ~2l:
34-37) • Dipandang ulBng demikian, kebuday8an secara epistemologis berada didalanJ bidanf~ yang sam8 den[';an bahasa. "Bahasa" Sau88ure atau kompetensi Chomsky, Bebagai kode ideation81 yBng disimpdltamD8
k/
7 Didalem konseptu8Iisasi ini, bahesa ada Ish suatu subsistem kebudaye8n; den para peneliti didalBm anthropology kognitif telah mengharap atau mengasumsi bahw8 metode2 linguistik dan model-model akan tepat
untuk bidang
keb~dayaan
18innya; dengan demikian anali8is komponensial, kerengka_ !\,engm-enimbulkanetie vs emie, dsb (Lihat argumen Keesing bahwa para pakar anthropologi kognitif paten ini
telah mengambil lom-
&ngan terlalu ringan, dan telah meminjam dari
linguistik tekxonomik yang sekarang Hudah kuno). Tetapi pada beberapa tahun terekhir, perhatian telah mulai dialihkan dari keunikan sistem kehudayaan sampai mencari pola-pola uni versa} . Analisis kebudayaen sebagai sistem kognitif menc;alami kemejuan
diluar
pemetaan
tidak banyak
bidang sementik yang
terbatas dBn terikat dengan rapi. Usaha-usaha yang signifikan untuk meresmikan pengetahuan kebudayaan yang dibutuhkan tuk menunjukkan - prestasi sial yang terbatas
at8u bekerja didalam situasi so-
telah dilakukan oleh Frake, Metzger &
Williams, Wallace, Spradley, Agar dll; tetapi menyolok
un-
ini sangat
didalam retrospek bahwa optimisme messianic dari
anthropology kognitif zaman dahulu telah menshasilkan demikian sedikit fragmen-fragmen
deskripsi kebudayaan.
Lebih-lebih, ia telah menghasilkan sementara
beberapa peta sketsa
tentang struktur menyeluruh dan organisasi kebuda-
yaan sebagai sistem kognitif. Bukan Baja pengertian tentang "tatabahasa kebudayaan" memadai
ternyata tidak produktif dan tidak
dengan adanya kekayaan
yang tersendat-sendat dan
rumitnya pengetahuan manusia dan pengalaman. "Para ethnograf baru"
belum mengemukakan
cetak biru yang kosong tentang ba-
gaimana suatu sistem kognitif menyeluruh dapst diorganisir dan dengan demikian
bagaimsna bagian? dan potongan2
yang dita-
warkan didalam demonstrasi bisa sesuai dengan disain yang lebi h luss.
Kurangnyapandanganyang Juasdem_ikilln. menurut
saya, telah mengaburkan
besarnya bidang kebudaysan yang ti-
dak sesuai dengan penelltian permuk88n dari ethnografi formal.
Say8 berpendapat baht
membe-
r ikan iX' ndangan ber hargs mengenai basai man a penget ahu2n ke -
budaya8n yang mendasari struktur permuk8sn
yang disusun se-
demikian jauh dapat diorganisir; dibawah says akan mengemukakan bahwa penelitian yang berkembang didalam intelejensi bustsn dapat menGhasilkan pandansan lebih j8uh.
KEBUDAYA/\N SEBAGAI SISTEI·'; S'l'RUK'l'UHAL Di benua, Levi-Strauss telah melanjutkan
perluasan pan-
dangannya tentang dunia simbolik manusis dan proses pemikiran yang dihasilkan disana dan didalam dasawarsa terakhir, pendekatan strukturalist terlatih
telah dilakukan oleh banyak sarjana yang
didalam tradisi Anglo-Amerika.
Tulissn Levi-Strauss mcngenai kebudeysen dan ekal
buken
saja sangat berpengaruh; sebBgai teks yeng suci mereka telah menimbulkan sustu arus literstur exegetical luas. SaY8 tidak akan menembahkan hanya
beberapB hal akan
yang terus me-
kepada Brus tsb. Disini
bcr;unB untuk mpnempetkan posisi
Levi.-Strauss sehubungrm clen"an mprpka sehelumnya dan sesuclahnya. Levi-Strauss
memandang kebu1ayaen sehegei sistem sim-
bolik yang dibagi yang merupakan "kreesi akal"
kumulgtif. Ie
mencoba untuk menemukan didslam mpnyusunan bidang kebuclayaan mythos, seni, pertalian kekeluarg38n,bahasa, - ezas-ezes akal yang menghasilkan
per luasrm kebu0aYfian ini. Kondisi materi
d"ri penghidupan dan kcnd!Jla elwnomi (tetapi tidak "menjelaskan")yang dijalani di dunie; tetapi khuBusnya didslam mithos mereka meninggslkan keku8S8an bebas pemikiran-dunis. Dunia fisik
dim ana manusis hidup
menyediakan
bahen mentah
dikembangkan!diperluas proses pemikirsn kedalam berbeda tetapi secsrs formal serupa. Akal an
yang
pola yang
menentukan taton-
yang dipola secara kultural, suatu logika kontras berpa
8angan, dari hubungan dan transformesi, di dunia
yang ber
ubah secara jwntinyu dan seringkali aeak. Gelombang antars bidang kebudayaan, dimana manusia menyusun tatanannya yang semaunya, dan bidang alam menjadi poros ut8ma dari tas simbolik:"
alam vs kebudaysan"
polari-
merupokan suatu opoeisi
konseptual dasar di banyak - mungkin semua - wektu dan tempat. Levi-Strauss, khususnya didalam peduli dengan "Kebudsyaan"
"Mythologiques"
lebih
daripade dengan "suatu kebudayaan":
ia memandang struktur mythic Indian Amerika
sebagaipols
yang tumpang tindih, y8ng saling berkaitan yang bukan saja lebih penting dari orgenisasi kognitif pelaku Bororo 3tau 'dinneba"o atsu handan, tetopi cUdalam penp;ertian tertentu juga lebih penting dari batas-betas bahasa dan
adat kebissa-
an yang membsgi rakyat yang berbeda. KEBUDAYAAN SE13AGAI SI;,TEI'l SH1l30LIK Cars
pendekatan lain kepada kebudaysan, yang berbubung-
an dengan tetapi berbedB dari cendekatan
kognitivi~t
AmerikH
9 dan strukturalis benua, BdBlah untuk memperlakukan kebuday8an sebagai sistem lambang dan arti yang dibagi. 01 benua, jalsn ini diteliti dengan paling lU8s
oleh Louis Dumont.
Di Amerika Serikat, para pelopor yang paling terkemuka adaIsh dua
pewaris anthropologis
dari tradisi Parson: Glif -
ford Geertz dan David Schneider. Pandangan Geertz yang kuat tentang kebudayasn, yang diterangi oleh
kesarjanaan humanistik ysng luas, menjadi se-
mskin sistematik. Seperti Levi-Strauss, Geertz dalam kesdaan paling baik
ketika
ia berpegsng peda teori umum untuk
menginterpretasikan hal-hal khu2US ri LeVi-Strauss, is
ethnografis; berbeds ds-
menemukan hal-hal khusus ini didslsm
kekayaan orang? nyata didalam kehidupan nysta; 8uatu
sebung-
an ayam, suatu pemakaman, pencurian domba. Teks-teksnye bukanlah mythos atau adat kebiasaan yang dirusek dan didekontekstualisi~,
tetapi manusia yeng terlibat didalam tindakan
simbolik. Geertz
memandang pandangan kognitif Goodenough dan
"para pakar ethnograf baru" sebagai reductionistic dan sangat formalistik.
Pengertian/arti
tidak ada "didalam kepals ma-
nusia"; lambang2 dan pengertian dibagi oleh para pelaku sosial- diantara, bukan didalam mereka; mereka adalah umum, bukan sipil. Sistem kebudayaan
adalah ideational, tetapi
didalam pengertian bahwa sebuah kuartet Beethoven adalsh ideational - diluar atau diantara manifestasinya didalam pikiran individual atau prestasi yang konkrit.
Pols2 kebudaya-
an, katanys, tidak di "reifikasi" atau metBfisik; seperti batuan dan impian"merekB merupakan sesuatu dari dunia ini". Geertz melihat pandangannya tentang kebudayaan sebagai "semiotik". Mempelajari kebudayaan adalah mempelajari kode arti yang dibagi. Dengan meminjam dari Ricoeur suatu pengertian tentang "teks" yang lebih luss, Geertz beru-baru ini telah
memperls1{ukan kebudaya8n sebagai "suatu perakitan tej{s"
Anthropology dengan demikian menj8di soal "interpret8si", bukan penguraian (didalamnya, Geertz membandingkan pendekatannya sendiri dengan pendekatan Levi-Strauss dan interpretasi menjadi "deskripsi yang tebal" lam
yang harus tertanam dalam-de-
didalam kel{ayaan kontekstual d:3rj. j{ehidupan :308ia1.
Geertz 10idak memiliJd optimisme ethnof'cience sehingga kode kebudaysan dapat diformalisir sebagsi totsbahS98, 1oi8da kefasihan Levi-Dtrauss pada decodj.ng : menginterpretasi-
kan teks kebudayasn merupokan tugas
y3n~
IG~~at
~2n
~~Jlit.
Bagaimana 8uatu kebudayaan sebagoi suatu teks
itu cocok
aken sepakat
pengaturan susunan
tidak ada yang menjelasken (mungkin Geertz
bahwa kita masih berade pada tahsp-tshap awel
untuk menemLikannys).
Ketika ia melangksh mundur untuk me1&-
kukan generalisasi mengensi agama, ideology dan akal sehat sebagai sistem kebUdayaan dan mengenai konsep2 waktu dan
Bali mengenai
pribadi/orang, suatu gambaran ten tang hubungan an-
tara bidang-bidang kebudayaan mulai muncul. Pandangannya tentang pola kebuday8an yang lebih luas
muncul Daling ,ielas
didalam suatu perluasan analogy Wittgenstein entara bahasa kita dan kota lama, "suatu jalinen pangan-lapangan," yang merupakan kelilingi
jalan-ja1an ).:pcil dan laperceratan waktu, yang di-
disain terbagi-bagi yang rapi dari bagian-bagian
modern yang direncBnakan - bahasa formal dari
mathemetika
dan sains. Kebudayaan, menurut Geertz, sama dongan kota lama. Hereka yang biasanya diteliti para palc:Jr anthropology, berbeda dari
kota kita sendiri, memi1iki beberapa
suburb
yang
direncanakan (dan ini, menurutnya membuet palsu usahs anthropologi untuk ditemukan di jelen-jalen n8l
sektor-sektoT
dari kotB-kota ideatio-
yang berhubungaD dengan suburb filsafat
kite yanE!, direncanakan dengan epik, hu]{um,
atau sains. Ana-
loginya gamblang/jelas; dan Geertz telah berusaha
untuk me-
neliti beberapa sektor dari beberapa kota lama dan kusut, untuk menyslurkan semangat
yang tajam
dari jalen-jalan maupun
peta kasar mereka, dan melakukan generalisesi mengenai
sek-
tor-sektor yang berhubungan dari kota yang berbeda. Rencens menyeluruh
dari kots-kota kebudayaan ini
Ditempet lain, Geertz
belum terlihst,
mengingatkan ten tang bahaya
8nalis
yanE!, menyusun peta kebudaya8n dengan cars sedemikian sehingga
meningkatkan dan merapikan integrssinya dan konsistensi
internnya - dimana didalam kenyataan sial
dan seringkali
hanya integrasi per-
adanya keterlepasBn dan kontradiksi
intern. Ia menciptakan suatu metafora •••• Masalah ana118i8 kebudayaan
hidup
lainnya:
adalah persoalan ke -
bebasan yang ditentukan seperti antarhubungan, teluk ~aupun
jembatan.
Citra yang benar, bils kits harus me-
miliki citra, dari /tentang organisesi keb"day8sn bukanleh jaring laba-laba maupun tumpukan pssir. Tetapi ia lebih cenderung sdalah ikan gurita, yang alat perBbanya ~eb8giBn besar diintegrasikan sec&ra terpisah, secara Bsr8f Kurang berhubunRon yang satu denrran vBnrr lainnya dan dengan apB
yang pads ikan guritB mprupaksn