Teori Transaksi Rosenblatt dan Implementasinya dalam Pengajaran Sastra Azhariansah Abstract Transaction theory is an idea approach of literature teaching developed by Louise Michelle Rosenblatt. This Theory was recommended to be use at students whose age 4-12 year or elementary school level, but it can be used for higher level. Transaction theory portray the existence of interrelationship (reciprocal) between art text and student. Assumption of transaction theory in literature teaching is meaning of literature is created by reading activity, student’s early respon have to consider, class atmosphere has to co-operative, related to daily life, and linkage with other literatures. Keyword: act of reading, respon, other literatures Abstrak Teori transaksi adalah gagasan pendekatan pengajaran sastra yang dikembangkan oleh Louise Michelle Rosenblatt. Teori ini direkomendasikan untuk digunakan pada siswa yang berumur 4-12 tahun atau setingkat jenjang SD/MI, tetapi dapat juga digunakan untuk jenjang pendidikan di atasnya. Teori transaksi melukiskan adanya hubungan timbal balik (reciprocal) antara siswa dan teks sastra. Asumsi teori transaksi dalam pengajaran bersastra adalah makna karya sastra diciptakan dalam tindakan pembacaan,respon awal dari siswa perlu dipertimbangkan, atmosfer kelas harus kooperatif, dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan pertalian dengan literatur lain.
Kata kunci: tindakan pembacaan, respon, literature lain
pembelajaran sastra belum mencapai
Pendahuluan Keprihatinan pengajaran
sastra
kondisi sudah
hasil
yang
optimal.
Problem
lama
pengajaran sastra di sekolah ini
terdengar dengan menyatakan bahwa
selalu terkait dengan ketersediaan
99
karya
sastra,
sistem
pengajaran,
Louise
Michelle
Rosenblatt
kurikulum yang kurang member
(diambil
ruang
http://en.wikipedia.org/wiki/
terhadap
sastra,
dan
kemampuan guru.
dari
Louise_Rosenblatt) adalah seorang
Faktor utama yang dianggap
profesor di Universitas Amerika. Ia
sebagai penyebab ketidakoptimalan
dikenal
pengajaran sastra tertuju pada guru.
bidang pengajaran sastra. Ia lahir di
Guru
sastra
Atlantik, New Jersey pada tanggal 23
meningkatkan
Agustus 1904 dari pasangan imigran
apresiasi siswa terhadap karya sastra.
Yahudi dan meninggal pada tanggal
Sebagai akibatnya, kegagalan subjek
8
didik dalam mencapai tujuan sering
Virginia. Gelar Bachelor of Art (BA)
ditimpakan
guru,
diperolehnya dari Barnard College,
meskipun disadari bahwa sebenarnya
sekolah tinggi wanita di Universitas
dalam
Columbia pada tahun 1925. Gelar
dalam
belum
mengajarkan
mampu
pada
proses
faktor
belajar
mengajar
subjek didiklah yang primer. Dalam
upaya
sebagai
Februari
2005
peneliti
di
dalam
Arlington,
tertinggi yang diraihnya adalah gelar
perbaikan
Ph.D.
yang
diperolehnya
dari
kegagalan pengajaran sastra tersebut,
Sorbonne, Paris, pada tahun 1931
para guru dapat memanfaatkan teori
dalam bidang sastra banding.
transaksi Rosenblatt sebagai salah
Pengalaman
mengajarnya
satu alternatifnya. Tulisan ini akan
dimulai di Barnard College dari
memaparkan
singkat
tahun 1927 sampai tahun 1938. Pada
teori
tahun 1938, ia mengajar di Brooklyn
transaksi, karakteristik pengajaran
College sampai tahun 1948. Di tahun
bersastra, dan implementasi teori
1948, ia mendapat gelar professor
transaksi dalam pengajaran bersastra
dalam bidang pendidikan bahasa
di sekolah.
Inggris di Universitas Pendidikan
kehidupan
sejarah Rosenblatt,
Sekolah New York sampai tahun Pembahasan
1972. Di saat pensiunnya, ia tinggal
Riwayat Louise Michelle
di Princeton, New Jersey yang
Rosenblatt (1904-2005)
100
kemudian
pindah
ke
Arlington,
interaction—a terminological rescue
Virginia sampai akhir hayatnya.
operation
Ketika mengajar sastra Inggris di
Barnard,
tentang
Rosenblatt
keunikan
The
aesthetic
transaction (1986), Literary Theory
tertarik
respon
(1985),
(1991), dan Making Meaning with
setiap
Texts: Selected Essays (2005).
pembaca. Pandangan ini dipengaruhi
Dari
karya-karya
tersebut,
oleh John Dewey, seorang ahli
Rosenblatt sangat dikenal karena
filsafat di Columbia pada tahun
karyanya yang berjudul Literature as
1930, sebagaimana Charles Sanders
Exploration (1938) dan The Reader,
Peirce dan William James.
The
Karya-karya Rosenblatt cukup banyak.
Di
antaranya
Text,
The
Poem:
Transactional Theory of the Literary
adalah
Work (1978). Dari sinilah, Theory of
Literature as Exploration (1938),
Transactional itu dimulai.
Toward a cultural approach to
Teori Transaksi
literature
(1946), The
The
enriching
Istilah
transactional
theory
values of reading (1949), The acid
atau theory of transactional reading
test in the teaching of literature
sengaja
(1956),
development
melainkan hanya dimodifikasikan
seminar in the teaching of English
menjadi „teori transaksi‟ atau „teori
(1963), The poem as event (1964), A
transaksi pembacaan‟. Hal ini sejalan
way of happening (1968), Towards a
dengan konsistensi pengindonesiaan
transactional
reading
beberapa istilah, seperti reception
(1969), Literature and the invisible
theory dimodifikasi menjadi „teori
reader (1970), The Reader, The Text,
resepsi‟. Selain itu, pengindonesiaan
The
Transactional
transactional theory atau theory of
Theory of the Literary Work (1978),
transactional reading menjadi „teori
What facts does this poem teach
transaksi‟
you?
pembacaan‟ menghindari kekacauan
theory
Research
theory
Poem:
The
(1980), of
The
the
of
transactional
literary
work:
Transaction
atau
diindonesiakan,
„teori
transaksi
dengan istilah teori lain yang sama-
Implications for research (1985), Viewpoints:
tidak
sama
versus
101
memfokuskan
diri
pada
pembaca dalam
membaca karya
esensial tanpa ada perubahan, seperti
sastra.
bola bilyar yang memantul satu sama
Louise
Rosenblatt
termasuk
lain. Hal ini tidak mencukupi dan
orang yang mengedepankan teori
label yang menyesatkan untuk pertu-
respon pembaca pada 1938. Teori ini
karan yang saling membentuk satu
lebih dominan sebagai pendekatan
sama lain antara pembaca dan teks.
pengajaran, penggunaan teori respon
Pertukaran “transaksi” adalah sebuah
pembaca dalam pembelajaran sastra.
metafor,
Pada dasarnya, teori-teori respon
semesta
pembaca menolak New Criticism
sebagaimana
dari tahun 1930-an sampai 1950-an
membentuk tepinya”. Teori transaksi
yang menyatakan bahwa teks adalah
mengusulkan
pusat. Di tahun 1960-an sampai awal
antara pembaca dan teks, seperti
1970-an,
pergeseran
antara sungai dan tepinya, masing-
paradigma dalam pengajaran sastra
masing memberikan efek atas yang
dari
lain,
terjadi
mengamati
pandangan
yang
teks
kepada
memusat
pada
“pikiran dan
sesuai
alam
membentuknya
sungai
bahwa
masing-masing
sesuai
dan
hubungan
mendukung
bentuk sebuah karya sastra. (Probst,
hubungan pembaca dengan teks.
1987: 1)
(Church, 1997: 1)
Hal
tersebut
menegaskan
adalah
bahwa istilah “transaksi” tampaknya
dan
memberikan tekanan kepada proses
ini
pembacaannya. Meskipun termasuk
merupakan gagasan yang melukiskan
arus teori-teori respon pembaca, teori
adanya hubungan saling timbal balik
transaksi
antara para siswa dan teks sastra.
penekanan pada peran pembaca atau
Terdapat
Teori
transaksi
penerapan
kritik
pengajaran
sastra.
sastra Teori
tidak
memberikan
perbedaan
istilah
teks, tetapi pada proses pertemuan
“hubungan
interaksi”
dengan
antara pembaca dan teks yang pada
“hubungan
transaksi”.
istilah
akhirnya
keduanya
saling
"interaksi" memberikan gambaran
memberikan pengaruh dan bentuk
tentang objek-objek terpisah yang
satu sama lain. Hal inilah yang
bertemu satu sama lain, tetapi secara
mungkin membedakan teori transaksi
102
dengan teori-teori respon pembaca
tidak penting dibanding ketelitian
yang lain.
dan
Teori
transaksi
simplikasinya.
Prosa
lebih
menuntut
longgar, tetapi perhatian utama ada
adanya perhatian pembaca tentang
pada tugas yang diberikan, karena
apa yang mereka bawa kepada teks,
Efferent adalah sudut pandang seba-
harapan dari teks, dan pilihan yang
gaimana pendengar menilai atau
mereka buat sepanjang pembacaan
menghakimi
mereka.
politisi. (Probst, 1987: 2)
Pilihan
sudut
pandang
mungkin yang paling rumit. Terdapat
struktural,
transaksi,
struktural
sudut
dari
kandidat
Walaupun sebagai reaksi dari
dua sudut pandang dalam teori yaitu
janji
pandang
eksistensi
pendekatan
tampaknya
masih
efferent (efferent stance) dan sudut
dibutuhkan dalam teori-teori respon
pandang estetik (aesthetic stance).
pembaca, termasuk teori transaksi,
Sudut pandang efferent adalah sudut
karena rasanya sangat mustahil untuk
pandang pembaca yang dikaitkan
memahami suatu karya sastra, tanpa
dengan informasi dari teks. Sudut
memaknainya
pandang
sudut
Artinya,
melalui
pandang pembaca yang dipusatkan
efferent
dalam
pada pengalaman hidup sepanjang
pembaca
mencari,
pembacaan. (Probst, 1987: 1)
menjelaskan informasi yang tertera
estetik
adalah
Sudut pandang efferent adalah
Sudut
pandang
ini
sedang
memperbaiki membaca
teori
pandang transaksi,
merinci,
atau
sisi lain, adalah pembaca yang berhadapan
manual,
sudut
Sudut pandang estetik, pada
diadopsi dari montir amatir yang belajar
struktural.
di dalam teks secara struktural.
kesesuaian seseorang dalam mencari informasi.
secara
dengan
teks,
bukan
dengan
panduan
untuk mencari informasi tertentu
bagaimana
cara
atau pemenuhan dari suatu tugas,
Montir
tetapi lebih emosional, estetik, dan
karburator.
teks
untuk
mencari
pengalaman
intelektual
yang
informasi yang diperlukan untuk
ditawarkan oleh teks. Pembaca yang
memenuhi tugas tersebut. Irama dan
menggunakan sudut pandang seperti
bunyi bahasa dalam puisi menjadi
itu tidak hanya ke konten -informasi,
103
cerita,
atau
argumentasi-,
tetapi
Epistemologi teori
asosiasi dan memori yang terbangun,
jawab
arus imaji yang menerobos ke dalam
Pengetahuan
pikiran
tindakan
pengetahuan sastra- bukan sesuatu
pembacaan. Pembacaan seperti itu
yang harus ditemukan, bukan sesuatu
tidak dikerjakan secara sederhana
yang guru berikan kepada siswa.
sebagai
untuk
Pengetahuan
baru,
individu siswa melalui pertukaran
tetapi sebagai suatu pengalaman
teks dan pembaca (siswa) yang lain.
milik dirinya sendiri. (Probst, 1987:
(Probst, 1987: 3)
persiapan
mendapatkan
pengalaman
2)
adalah
dasar
kepada perasaan yang ditimbulkan,
sepanjang
transaksi
sebagai
pembelajaran
bagi
siswa.
-khususnya
dikreasikan
Seorang Penentuan sudut pandang -
tanggung
guru
oleh
yang
menerapkan teori transaksi tidak
pembaca berdiri pada spektrum yang
akan
diwakili oleh efferent dan aesthetic-
bersastra identik dengan teks. Teks
ditentukan keluasan pengalaman teks
hanya tinta di atas kertas sampai
yang disebut "sastra". Walaupun teks
pembaca datang. “Karya
berisi tanda yang menyarankan sudut
terjadi ketika teks dibawa ke dalam
pandang yang sesuai (seperti halnya
pikiran pembaca dan kata-kata itu
puisi dengan pengaturan deret dan
berfungsi
bait), pembaca harus memilihnya
membangkitkan (makna subjektif) di
sebagai sumber informasi -efferent-
dalam transaksi, imaji, emosi, dan
atau sebagai sumber pengalaman
konsep.
puitis - aesthetic. Pembaca harus
hanya di dalam pikiran pembaca. Hal
memilih unsur-unsur pilihan tertentu
itu tidak berlangsung pada halaman,
di dalam pembacaan dibanding hal
di dalam teks, tetapi di dalam tindak
yang lain. Ini adalah tugas guru
pembacaan. (Probst, 1987: 1)
untuk membuat para siswa sadar terhadap
berbagai
memandang
pengalaman
secara
Fungsi
sastra"
simbolis,
simbolik
terjadi
Dengan begitu, teori transaksi
kemungkinan
sebagaimana
tersebut. (Probst, 1987: 2)
pembaca,
teori-teori
respon
menempatkan
banyak
penekanan pada peran pembaca.
104
Makna tidak berada di dalam teks,
karya sastra berada dalam hubungan
tetapi dibuat oleh pembaca. Diskusi
interaksi
sastra
pertimbangan
teksnya karena a text can only come
pikiran pembaca secara individu atau
to life when it is read, and if it is to
kelompok pembaca. (Probst, 1987:
be examined, it must therefore be
1)
studied through the eyes of the
menuntut
Konsepsi
seperti
antara
karya
dengan
itu
reader (Iser, 1990: 227). Dengan
menegaskan signifikansi keunikan
pemahaman ini, we (baca: pembaca),
pembaca. Pembacaan tidak tunduk
not our texts, are the makers of the
kepada
meanings we understand. (Hirsch,
teks.
menegaskan
Teori
bahwa
transaksi
individualitas
1990: 109)
pembaca harus diperhatikan dan
Karakteristik
dipertimbangkan. Pembaca tidak bisa
Bersastra
merasakan
teks,
kecuali
dengan
Pengajaran
Pembelajaran yang berorientasi
melihatnya dari sudut pandang lain,
pada
pengalaman lain, teks lain. Latar
tentang sastra terbukti hanya berhasil
belakang
di dalam mengingat jangka pendek
pembaca,
memori,
dan
perasaan,
asosiasi
yang
target
penguasaan
materi
tentang sastra, tetapi gagal di dalam
ditimbulkan oleh pembacaan, tidak
mengembangkan
hanya relevan, semua itu adalah
bersastra. Belajar sastra akan lebih
pondasi
teks.
bermakna jika anak-anak mengalami
Dengan demikian, teori transaksi
apa yang dipelajarinya (bersastra),
mengajak
bukan
dalam
memahami
pembaca
untuk
kemampuan
mengetahuinya
(tentang
merefleksikan apa yang dibawanya
sastra). Dengan demikian, pembe-
pada
lajaran bersastra membutuhkan suatu
setiap
pembacaan
untuk
menyambut dan menguji respon
proses
tersebut. (Probst, 1987: 1)
diorientasikan pada kegiatan siswa
Hal tersebut sejalan dengan
untuk
mengajarkan
sastra
mengalami
pendapat Chamamah (2002: 155-
menulis,
156)
melisankan) karya sastra.
yang
menyatakan
bahwa
pembaca yang dalam pembacaan
105
yang
(membaca,
mendengarkan,
dan
Untuk
mencapai
maksud
sejarah sastra, sosiologi sastra dan
tersebut, siswa harus dihadapkan
kritik
secara langsung pada karya sastra.
pendidikan,
Pembelajaran
harus
sastra merupakan bagian dari tujuan
pada
pendidikan pada umumnya, yakni
sastra
menekankan pembiasaan/pembudayaan dalam
membaca,
siswa
sastra.Untuk tujuan
mengantarkan
anak
kepentingan pembelajaran
didik
untuk
menafsirkan,
memahami dunia fisik dan dunia
menghayati, dan memahami karya
sosialnya, dan untuk memahami dan
sastra. Oleh karena itu, Pembelajaran
mengapresiasi
sastra hendaknya berangkat dari
hubungannya dengan kedudukannya
karya sastra itu sendiri dan bukan
sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
teori sastra. Siswa diberi keleluasaan
Jadi, dalam perspektif pendidikan,
berkenalan dan berkelana sebanyak
tujuan pembelajaran sastra lebih
mungkin dengan karya sastra. Siswa
diarahkan pada kemampuan siswa
diberi kesempatan untuk menghayati
mengapresiasi nilai-nilai luhur yang
secara
terkandung dalam sastra. (Rusyana,
personal
terhadap
karya
sastra. Mereka juga harus sampai pada
kesimpulan
dalam
1984: 313)
nilai
Jika mengacu pada dua tujuan
keindahan yang terkandung dalam
di atas, pengajaran sastra lebih
suatu karya sastra. (Waluyo, 1990:
menekankan pengalaman bersastra,
63)
kegiatan bersastra yang dilaksanakan Pada
tentang
nilai-nilai
dasarnya,
tujuan
anak didik. Kegiatan bersastra berarti
pembelajaran sastra menjadi dua,
memperoleh pengalaman di bidang
yakni tujuan pembelajaran sastra
sastra. Pengalaman bersastra menun-
untuk kepentingan ilmu sastra dan
jukkan
tujuan pembelajaran sastra untuk
senantiasa
kepentingan
Untuk
proses pemahaman terus-menerus
kepentingan ilmu pengetahuan (ilmu
berlangsung pada saat berinteraksi
sastra), tujuan pembelajaran sastra
dengan teks sastra.
lebih
Implementasi
pendidikan.
diorientasikan
pada
pengetahuan tentang teori sastra,
bagian
aktivitas
melibatkan
Teori
bagaimana
Transaksi
dalam Pengajaran Bersastra
106
yang
Teori transaksi menurut Probst
mereka
akan
menemukan
(1987: 1), memberikan beberapa
pemahaman
asumsi dan prinsip bagi guru sastra.
Dengan teori ini, pengajaran
Asumsi-asumsi
memberikan kesempatan kepada
tersebut
sebagai
berikut. a.
Karya
siswa sastra
diciptakan
bagi
dalam
teks.
mengutarakan
pembaca
respon, menguji respon mereka
tindakan
antara di dalam teks dan di
pembacaan, bukannya di dalam
dalam
teks. Karya sastra dapat berubah
merefleksikannya, dan mengana-
untuk masing-masing pembaca,
lisisnya dari sudut pandang pem-
bahkan pembaca yang sama
bacaan yang lainnya -dari siswa
akan berubah untuk pembacaan
dan dari penilaian lain-, dan dari
berikutnya.
informasi lain mengenai karya
Para
guru
tidak
mengarahkan para siswa untuk
pengalaman
lain,
sastra tersebut.
membuat kesimpulan dari karya
c.
Atmosfer kelas harus kooperatif.
sastra. Sebagai gantinya, guru
Kelas sastra harus kooperatif,
akan menghadapi suatu hal yang
bukannya pertarungan. Debat -
menarik karena adanya keunikan
yang satu menang dan satu
pembaca
tiap-tiap
kalah; satu benar dan yang lain
menerima
salah- bukan suatu model yang
dan
pembacaan,
perbedaan, dan menjadikannya
sesuai
sebagai
Diskusi tidak perlu mendorong
bahan
diskusi
dan
menulis yang penting. b.
untuk
terhadap
untuk
diskusi
sastra.
para siswa untuk memenangkan
Respon
awal
para
siswa
perdebatan,
terhadap
karya
sastra
perlu
memperjelas dan memperjernih.
dipertimbangkan.
Para
siswa
Para
siswa
tetapi
didukung
untuk
untuk
diberi dukungan untuk peduli
masuk ke "timbal balik, satu
dan pengujian terhadap respon
sama lain saling berhubungan"
mereka
di
yang berupa
emosi,
asosiasi, memori, imaji, dan
dalam
diskusi
mereka
bersama para siswa dan guru,
gagasan. Dari unsur-unsur itu,
107
d.
seperti halnya pembacaan teks
individu- dengan teks. Dengan
mereka.
demikian, teori transaksi, jika
Konsep
pengetahuan
sastra
digunakan
dalam
kelas,
diperluas. Hasil dari beberapa
mengizinkan para siswa untuk
refleksi dan diskusi boleh jadi
membawa masuk pengalaman
pengetahuan
luas
pribadi mereka -lintas literatur,
tentang diri, tentang teks, dan
teks lain- selagi ada kaitannya
tentang
dengan teks sastra yang sedang
hal
itu
cukup
lainnya
dari
pembicaraan siswa. Walaupun kemampuan
e.
di
untuk
mereka baca.
membaca
Asumsi teori transaksi dalam
cukup cerdas, untuk mengamati
pengajaran sastra di atas sejalan
corak bahasa, untuk menarik
dengan
kesimpulan tentang para penulis,
Menurut Dharma Kesuma dan Moh.
teks, dan genre, dan untuk
Salimi
menyatakan pertimbangan kritis
pembelajaran tematik sebagai suatu
merupakan hal yang penting,
model pembelajaran sebagai berikut.
teori transaksi juga menyarankan
a.
pembelajaran
(2013:
5),
tematik.
karakteristik
Berpusat pada siswa (student
bahwa sastra harus didorong ke
centered). Hal ini sejalan dengan
arah pemahaman tentang orang
pendekatan belajar modern yang
banyak dan masyarakat.
lebih
Pertalian dengan studi literatur
siswa sebagai subjek belajar,
lain.
sedangkan guru lebih banyak
Teori
menyangkal
transaksi
tidak
kebenaran
dari
banyak
berperan
menempatkan
sebagai
fasilitator,
pendekatan literatur yang lain.
yaitu memberikan kemudahan-
Historis,
kemudahan kepada siswa untuk
biografis,
dan
perspektif budaya, semua itu
melakukan aktivitas belajar.
boleh dimasukkan ke dalam
b.
Memberikan
pengalaman
sastra. Teori ini menegaskan
langsung (direct experiences).
bahwa
Dengan pengalaman langsung
yang
pengalaman
bersastra
terpenting
adalah
ini,
pertemuan pembaca -keunikan
siswa
dihadapkan
pada
sesuatu yang nyata (konkret)
108
sebagai dasar untuk memahami
c.
f.
sesuai
dengan minat dan kebutuhan
Pemisahan mata pelajaran tidak
siswa. Siswa diberi kesempatan
begitu jelas. Fokus pembelajaran
untuk mengoptimalkan potensi
diarahkan kepada pembahasan
yang dimilikinya sesuai dengan
tema-tema yang paling dekat
minat dan kebutuhannya.
dengan
kehidupan
g.
siswa. Menyajikan
konsep mata
Pembelajaran konsep-konsep mata
Menggunakan
prinsip
belajar
sambil bermain dan menye-
berbagai
pelajaran
dari
nangkan.
pelajaran.
Dengan adanya asumsi-asumsi
menyajikan
dari teori transaksi di atas, terdapat
dari
berbagai
dalam
beberapa prinsip pembelajaran dalam
suatu
penerapan teori transaksi. Menurut
proses pembelajaran. Dengan
Probst (1987: 3), prinsip-prinsip
demikian,
pembelajaran itu sebagai berikut.
siswa
memahami
mampu
konsep-konsep
a.
Bangkitkan
respon
siswa!
tersebut secara utuh. Hal ini
Jelaskan
kepada
para
diperlukan
bahwa
respon
mereka
siswa
e.
pembelajaran
hal-hal yang lebih abstrak.
berkaitan
d.
Hasil
untuk
dalam
membantu
siswa -
memecahkan
intelektual maupun emosional-
masalah-masalah yang dihadapi
adalah titik awal untuk diskusi
dalam kehidupan sehari-hari.
dan tulisan!
Bersifat fleksibel. Pembelajaran
b.
Beri waktu kepada para siswa
tematik bersifat luwes (fleksibel)
untuk
dimana guru dapat mengaitkan
Dorong para siswa untuk mere-
bahan
nungkan respon mereka sebelum
ajar
dari
satu
mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya,
mengaitkannya
merumuskan
gagasan!
mendengar respon orang lain!
bahkan
c.
Temukan titik-titik pertemuan di
dengan
antara para siswa! Bantulah
kehidupan siswa dan keadaan
mereka dalam mencari potensi
lingkungan di mana sekolah dan
untuk terjadinya komunikasi di
siswa berada.
109
antara sudut pandang mereka
d.
a.
siswa
Bukalah diskusi tentang topik
dibacakan. b.
Langkah
2:
Para
disediakan
harus memberikan kesempatan
memunculkan keterangan atau
untuk
informasi. Diskusi kelas boleh
belajar
terhadap
untuk
jadi diatur saat ini.
Biarkan diskusi terbangun! Para merasa
mengubah
waktu
siswa
orang lain! Pengalaman sastra
siswa
bebas
pikiran
c.
untuk
Langkah
3:
diharuskan
mereka,
Para untuk
siswa menulis
dengan segera.
mencari pencerahan, bukannya
d.
Langkah 4: Para siswa diberi
kemenangan dalam diskusi.
waktu untuk menulis
Lihat teks lain, diskusi lain, dan
mereka terhadap karya di dalam
pengalaman
buku
lain
yang
ada
sebelumnya! Para siswa perlu
ngan
catatan
mereka
respon
(buku
jurnal).
menghubungkan pembacaan de-
g.
Para
ditugaskan untuk membaca atau
ketiganya.
f.
1:
yang berbeda-beda!
respon diri, teks, dan respon
e.
Langkah
Pemanfaatan buku catatan
pengalaman-pengalaman
(buku jurnal) di dalam kelas bagi
lain yang berkaitan.
teori transaksi sangat penting.
Cari langkah selanjutnya! Apa
Buku
yang
baca
memberikan guru suatu platform
berikutnya? Apa yang harus
untuk memperkuat keterampilan
mereka tulis?
literasi para siswa. Membuat
Dari
harus
asumsi
siswa
akan
dan
prediksi awal dalam pembacaan
dalam
akan mendorong pengertian dan
implementasi teori transaksi di atas,
memotivasi dengan menyerap
ada beberapa langkah pembelajaran
latar
yang harus dilakukan. (Probst, 1987:
mereka ketika menghubungkan
3)
teks dengan pengalaman pribadi,
prinsip
beberapa
mereka
jurnal
pembelajaran
belakang
pengetahuan
peristiwa historis, dan karakter. Hal ini merupakan jalan untuk
110
keterampilan menulis dan seni
membawa pengalaman mereka dari
sastra ekspresif dengan konten
sumber teks manapun. Teks tidak
yang familiar bagi mereka. Para
hanya sekadar pemberi informasi,
guru pun dapat memahami para
melainkan ditarik seluas-luas sampai
siswa secara individu dengan
pada kehidupan sehari-hari. Teks
menangkap
sastra
pengertian
yang
dimungkinkan
untuk
mendalam dan refleksi secara
dibenturkan dengan teks yang lain
personal
jurnal
dan tema yang lain, selagi hal
tersebut. (Jennifer Issac dalam
tersebut dapat mendukung dalam
http://students.unca.edu/jrbell/pr
pemahaman
oducts/Transactional_Reading_J
sastra yang sedang dibaca.
dari
catatan
dan
apresiasi
karya
ournal _1_%5B1%5D.doc, hal Daftar Pustaka Chamamah, Siti. 2002. Problematika Penelitian Sastra dalam “Metodologi Penelitian Sastra”. Jabrohim (Penyunting). Cetakan Kedua. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.
2) e.
Langkah 5: Setelah para siswa mempunyai waktu untuk menyelesaikan catatan mereka, mereka mungkin
mempunyai
waktu
Church, Gladdys Westbrook. 1997. The Significance of Louise Rosenblatt on the Field of Teaching Literature from Inquiry. Volume 1. Number 1. Spring 1997, 71-77, Virginia Community College System.
untuk berbagi pengalaman, jika mereka
memilih
untuk
melakukannya.
Simpulan Teori
transaksi
pentingnya pembaca,
menegaskan
Hirsch, E.D.. 1990. Three Dimensions of Hermeneutics dalam “Twentieth-Century Literary Theory”. K. M. Newton (Ed). Cetakan Ketiga. London: Macmillan Education LTD.
keanekaragaman sebuah
pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tiap-tiap pertemuan dengan karya sastra memiliki perbedaan bagi tiap-tiap
orang.
Penerapan
Iser, Wolfgang. 1990. Indeterminacy and the Reader’s Response dalam “Twentieth-Century Literary Theory”. K. M. Newton (Ed). Cetakan Ketiga.
teori
transaksi mengizinkan para siswa dalam memahami teks sastra untuk
111
Issac,
London: Macmillan Education LTD.
sastra”. Jakarta: Devisi Penerbitan HISKI Pusat.
Jennifer diambil dari http://students.unca.edu/jrbell/p roducts/ Transactional_Reading_Journa l_1_%5B1%5D.doc) hari Senin, 21 Otober 2013, dari 10.25.
Wikipedia: the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Lo uise_Rosenblatt, Kamis, 10 Oktober 2013, 11.15.
Kesuma, Dharma dan Moh Salimi. 2013. Pembelajaran Tematik Integratif. Bandung: Pusat Pengkajian Pedagogik, Universitas Pendidikan Indonesia. Moody, H.L.B. 2004. Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra. Saduran B. Rahmanto. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta: Kanisius. Probst, R. E., 1987. Transactional Theory in the Teaching of Literature, diambil dari http://www.ericdigests.org/pre926/theory.htm, Kamis, 10 Oktober 2013, 11.15. Rusyana,Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Waluyo, Herman J. 1990. Pengembangan Dimensi Kreativitas dalam Pengajaran Sastra dalam “ Konstelasi
112