METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Propinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2007. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) peta wilayah Jawa Tengah, (2) kuesioner, (3) alat tulis menulis, (4) perekam, (5) buku pengenal satwa (burung, mamalia, amphibia dan reptilia), (6) kamera, (7) komputer untuk pengolahan data. Batasan Penelitian 1
Satwa liar yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah vertebrata yang masih mempunyai sifat-sifat liar, yang hidup di darat dan atau di air dan atau di udara, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
2
Satwa liar berkhasiat obat adalah satwa liar atau bagian-bagiannya yang digunakan secara langsung/diolah menjadi bahan obat ataupun dalam kemasan yang belum mempunyai data klinis dan secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (empiris).
3
Responden yang menjadi obyek utama penelitian (sampel) adalah masyarakat yang telah diketahui memanfaatkan satwa liar sebagai obat.
4
Nilai ekonomi yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai pasar tiap-tiap jenis satwa obat dan pendapatan masyarakat dari usaha pemanfaatan satwa sebagai obat. Penentuan Sampel
Penentuan Sampel Wilayah Penelitian dilakukan di beberapa sampel wilayah (area sampling). Karena populasi pemanfaat satwa liar sebagai obat belum diketahui secara pasti, dalam penentuan sampel wilayah penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan tahapan sebagai berikut :
19
1
Mengumpulkan informasi dan melakukan pendataan terhadap masyarakat yang melakukan pemanfaatan satwa liar untuk obat,
2
Menentukan wilayah sampling yaitu kabupaten/kota yang secara aktual dan faktual terdapat masyarakat yang memanfaatkan satwa untuk obat. Dari informasi yang diperoleh dari petugas Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Jawa Tengah, maka sampel wilayah terdiri dari 19 kabupaten dan merupakan 54,29% dari keseluruhan jumlah kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah (35 kabupaten/kota). Sampel wilayah tersebut meliputi Kabupaten Kudus, Pati, Rembang, Jepara, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Magelang, Semarang, Cilacap, Banyumas, Brebes, Pemalang, Kota Tegal, Kota Surakarta , Kota Magelang dan Kota Semarang. Penentuan Responden Masyarakat yang menjadi obyek utama penelitian adalah masyarakat yang bekerja sebagai pemungut, pengumpul, peracik dan penjual satwa liar sebagai obat dengan kategori sebagai berikut : 1
Pemungut/pengambil, adalah orang yang memungut atau mengambil satwa liar secara langsung dari habitat alam untuk dimanfaatkan sebagai obat.
2
Pengumpul, adalah orang atau kelompok yang melakukan pengumpulan satwa dari pemungut maupun dari pengumpul yang lebih kecil.
3
Peracik, adalah orang atau kelompok yang menggunakan satwa liar untuk diolah sebagai obat.
4 Penjual/pengedar, adalah orang
atau
kelompok
yang
menjual
atau
memasarkan satwa liar ataupun bagian-bagiannya yang digunakan sebagai obat langsung kepada konsumen. Jumlah pemanfaat satwa liar sebagai obat yang terdapat di Jawa Tengah belum diketahui secara pasti, oleh sebab itu pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara snowball sampling. Snowball sampling biasa digunakan dalam penelitian yang populasinya masih jarang dan sulit diketahui (Padam et al. 2007), juga digunakan dalam penelitian yang sasaran utama atau responden yang dicari adalah orang-orang yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan yang illegal (Magnani et al. 2005). Pengambilan sampel dilakukan dengan bantuan key
20
informan. Penelitian dimulai pada kelompok kecil yang sudah diketahui, kemudian dari kelompok kecil tersebut diminta untuk menunjuk kawan masingmasing, dan kawan-kawan yang ditunjuk ini diminta untuk menunjukkan kawasan masing-masing pula, dan begitu seterusnya. Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan sampel (Subagyo 1991; Nasution 2003; Storey & Marzuki tanpa tahun; Magnani et al. 2005; Padam et al. 2007). Dari keempat kategori yang digunakan dalam penentuan responden yaitu pemungut, pengumpul, peracik dan penjual satwa liar sebagai obat diperoleh 105 orang responden dengan distribusi seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan kategori Kategori Pemungut Pengumpul Peracik Penjual Total
Jumlah Responden (orang) 30 30 30 15 105
Selain kepada masyarakat, wawancara juga dilakukan pada pihak-pihak dan instansi yang terkait dengan penelitian. Tujuannya adalah untuk menggali lebih luas informasi yang terkait dengan penggunaan satwa untuk obat, permasalahanpermasalahan dalam pemanfaatan dan pengembangan satwa obat, kebijakankebijakan yang terkait serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting lainnya. Pihak-pihak yang terkait antara lain sinshe, masyarakat yang berada di sekitar hutan atau tokoh masyarakat yang menggunakan satwa sebagai obat. Masyarakat yang diwawancarai adalah 22 orang masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan 3 orang masyarakat pengguna serta 1 orang ahli sinshe, sedangkan instansi yang terkait dengan penelitian adalah : 1
Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Tengah
2
Dinas Kehutanan Jawa Tengah,
3
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
4
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Semarang,
5
Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
6
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah.
21
Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat melalui wawancara dan hasil observasi di lokasi penelitian. Data primer dalam penelitian ini meliputi : 1
Keanekaragaman jenis satwa liar yang digunakan sebagai obat a
Jenis-jenis satwa liar yang telah digunakan sebagai obat (nama daerah dan nama ilmiah),
b
Darimana satwa liar tersebut diperoleh (asal satwa),
c
Bagaimana cara masyarakat mengambil satwa liar tersebut,
d
Apakah masyarakat mengambil satwa liar dengan umur, ukuran dan jenis kelamin tertentu,
e
Kapan masyarakat mengambil satwa liar tersebut (bulan apa),
f
Jumlah satwa liar yang diambil (ekor),
g
Apakah masyarakat selalu mengambil satwa liar tersebut dari alam atau sudah melakukan kegiatan pembudidayaan.
2
Penggunaan satwa liar sebagai obat a
Jenis satwa yang digunakan sebagai obat,
b
Jenis penyakit yang diobati,
c
Bagian satwa yang digunakan sebagai obat,
d
Takaran bahan dan ramuan (apakah ada bahan tambahan),
e
Cara pemakaian dalam pengobatan,
f
Lama pengobatan,
g
Perlakuan apa yang dilakukan sebelum satwa tersebut dijual atau diproses menjadi bahan obat,
h 3
Pemanfaatan sisa satwa yang digunakan dalam pengobatan.
Nilai ekonomi dan Jalur pemasaran a
Jenis dan jumlah satwa liar yang dimanfaatkan tiap minggu/bulan/tahun,
b
Harga setiap jenis satwa liar,
22
c
Kemana mereka menjual satwa,
d Berapa pendapatan yang mereka peroleh dari memanfaatkan satwa tersebut. 4
Persepsi masyarakat tentang konservasi a
Tahukah mereka tentang adanya peraturan yang mengatur satwa-satwa yang dilindungi,
b
Tahukah mereka apakah satwa yang mereka manfaatkan termasuk ke dalam satwa yang dilindungi/tidak dilindungi,
c
Bagaimana kendala mereka dalam pemanfaatan satwa liar untuk obat,
d
Bagaimana harapan mereka ke depan untuk pemanfaatan satwa tersebut,
Data sekunder Data sekunder adalah data-data lain yang terkait dengan penelitian baik yang dilakukan melalui studi pustaka maupun wawancara dengan pihak terkait. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1
Luas dan kondisi kawasan hutan yang ada di Jawa Tengah,
2
Jumlah populasi satwa liar untuk obat yang ada di Jawa Tengah,
3
Pemanfaatan satwa liar untuk obat yang ada di Jawa Tengah,
4
Permasalahan dalam pemanfaatan satwa liar untuk obat,
5
Pengelolaan satwa liar yang sudah dilakukan di Jawa Tengah,
6
Keberadaan industri kecil/sedang/besar yang bergerak dalam pengolahan satwa liar untuk pengobatan yang telah terdaftar di BPOM atau Disperindag Jawa Tengah,
7
Kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan satwa liar sebagai obat,
8
Data sosial ekonomi dan budaya penduduk Propinsi Jawa Tengah. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode:
Wawancara Metode wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang relevan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yaitu dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan/kuesioner dengan
23
maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi wawancara (Nasution 2003; Singarimbun & Handayani 1989), namun segala hal yang tidak tercantum dalam daftar pertanyaan/kuesioner dapat ditanyakan langsung bila diperlukan. Observasi Yaitu cara pengumpulan data dengan cara mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung untuk memperoleh data faktual dan aktual (Kusmayadi & Sugiarto 2000). Observasi dilakukan dengan mengamati segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan satwa sebagai obat, selain untuk memastikan jenis satwa liar yang digunakan observasi juga dilakukan terhadap pengolahan produk obat yang berbahan baku satwa. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan tujuan memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam penelitian ini. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yang terkait seperti buku, jurnal, buletin, laporan-laporan penelitian dan lain-lain. Analisis Data Data kuantitatif diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi, tabel silang dan grafik disesuaikan dengan datanya. Data yang ada selanjutnya diinterpretasikan untuk menunjang data kualitatif saling melengkapi untuk menjawab permasalahan dalam kajian. Sedangkan data kualitatif diolah dan dianalisis dengan melakukan peringkasan data, penggolongan, penyederhanaan, penelusuran dan pengaitan antar tema. Selanjutnya data yang telah diperoleh disajikan secara deskriptif, sesuai dengan tema pembahasan yang ada sehingga mendukung dalam penarikan kesimpulan atau penentuan rekomendasi tindak lanjut. Keanekaragaman Jenis Satwa Data mengenai keanekaragaman jenis satwa, bagian yang digunakan dan cara penggunaan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi, tabel silang dan grafik.
24
Tabel 3 Rekapitulasi keanekaragaman jenis satwa yang digunakan sebagai obat No.
Jenis satwa
Status satwa Dilindungi/Tidak dilindungi
Bagian satwa yang dipakai
Kegunaan
Cara penggunaan
1 2 3 ... N
Nilai Ekonomi Satwa Liar sebagai Obat Nilai ekonomi satwa liar dapat dihitung menggunakan metode harga pasar dengan pendekatan harga jual satwa liar yang berlaku di lokasi penelitian. Harga rata-rata tiap jenis satwa liar dihitung dengan rumus :
y = dimana :
y n
y = harga rata-rata tiap jenis satwa (Rupiah/ekor). y = total harga rata-rata tiap jenis satwa seluruh sampel (Rupiah/ekor). n = banyaknya sampel (individu) Pendapatan tiap individu dari satwa liar bisa dihitung dengan rumus : Z = (A1xB1xC1) + (A2xB2xC2) + (AnxBnxCn) Dimana : Z = pendapatan tiap individu dari satwa liar (Rupiah/tahun) A = jumlah pemanfaatan satwa liar tertentu (ekor) B = intensitas(kali) C = harga jenis satwa tertentu (Rupiah/ekor) Sehingga kontribusi pendapatan dari pemanfaatan satwa sebagai obat adalah : Kontribusi pendapatan dari satwa =
Z x100% pendapatan total
Nilai rata-rata pendapatan tiap individu dihitung dengan menggunakan rumus :
z =
z n
25
dimana :
z = nilai rata-rata pendapatan per tahun tiap individu pemanfaat satwaliar obat (Rupiah/tahun) z = nilai total pendapatan seluruh sampel dalam setahun (Rupiah/tahun) n = banyaknya sampel (individu). Untuk
memperkuat
kesimpulan
dari
suatu
tabulasi
silang
yang
menghubungkan antara responden dengan parameter-parameter sosial ekonomi yang teramati diolah menggunakan uji statistik Chi-square dengan rumus : n
( Oi − Ei )
i
Ei
x =∑ 2
2
Dimana : Oi = Nilai pengamatan yang diperoleh pada kategori ke i Ei = Nilai harapan pada kategori ke i X2 tabel = X2 0,05 (b-1)(k-1) Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 diterima jika X2 hitung < X2 0,05 (b-1)(k-1) H1 diterima jika X2 hitung > X2 0,05 (b-1)(k-1) Selain analisis chi-square, juga digunakan analisis regresi untuk menentukan tingkat hubungan antara penghasilan responden dengan parameter sosial ekonomi, dengan rumus : Y = β0 + β1Xi Keterangan : Y = β0 = β1 = Xi =
Nilai peubah tidak bebas Konstanta Koefisien regresi Parameter sosial ekonomi yang teramati (peubah bebas)