MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada awal bulan Oktober 2001 sampai aklk bulan Maret 2002 di kandang percobaan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor di Bogor.
Ma teri
Bahan pakan Sekitar 30 bahan baku pakan dijajaki kualitasnya dengan analisis komposisi proksimat dan analisis kadar mineral. Persentase kandungan energi (TDN = True Digestuble Nutrient) bahan diduga dari kadar protein kasar (PK), serat kasar (SK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) dalam bahan keringnya dengan persarnaan seperti yang dikemukakan ole11 Sutardi (2001), yaitu : 1. Untuk pakan dengan SK<18% dan PK<20%: TDN = 2.79 + 1.17 PK + 1.74 Lemak - 0.295 SK + 0.810 Beta-N 2. Untuk pakan dengan SK<18% dan PK>20%: TDN = 25.6 + 0.530 PK + 1.70 Lemak - 0.474 SK + 0.732 Beta-N 3. Untuk pakan dengan SK>18% dan PK<20%:
TDN = 70.6 + 0.259 PK 3- 1.01 Lelnak - 0.760 SK + 0.0991 Beta-N 4. Untuk pakan dengan SK>18% dan PK>20?6: TDN = 3.17 + 0.640 PK + 2.08 Lemak - 0.0675 SK + 0.940 Beta-N
Persamaan 1,2,3 dan 4 di atas bertun~t-turutdiperoleh dari hasil percobaan pada 66, 55, 101 dan 42 ekor sapi. Persamaan tersebut berturut-turut mempunyai keeratan hlibungan ( R ~sebesar ) 0.925,0.816,0.685, dan 0.777 dengan siinpangan baku (Sb)masing-masing sebesar 6.46,5.22,5.19 dan 6.58.
Suplemen Mineral Suplemen mineral organik Zn dan Cu-lisinat merupakan produk reaksi kimia antara znfC dan CU* dengan asam amino Lisin-dihidrokhlorida (Lys.2HCl) pada pH yang memungkinkan selluuh gugus a-COOH Lys mengion, sedangkan gugus a-NH3' > 99.5% dan 100% E-NH~+terdapat sebagai garam a-N~3+Cl-. Pengontrolan pH dilakukan dengan menggunakan basa yang kationnya tidak mampu menjadi pesaing znU dan CU* (Sutardi, 2001). Proteinat Zn dan Cu dibu~tmelalui inkorporasi kedua mineral itu ke dalarn protein fkgi Neurospora spp.
Sejumlah biang Neurospora terlebih dahulu
diperbanyak dengan media biakan khusus yang cair. Kemudian diuji kurva pertwnbuhannya dengan spektrofotometer. Biakan cair itu dipanen pada titik puncaknya. Sebagian biakan cair it11 dicampur dengan media biakan setengah padat (semi solid) yang mengandung surnber energi, nitrogen, pereduksi, dapar (buffer) dan berbagai level Zn dan Cu dengan rasio Zn : Cu = 4 : 1. Pada hari ke-
4, biakan akhir itu dipanen, proteinnya diendapkan dengan TCA (trichloro acetrc acid) 20%, lalu jurnlah Zn dan Cu yang terikat ole11 protein dianalisis dengan AAS (atomlc absorption spectrophotometer).
Domba Penelitian ini mengg~makanenam ekor domba lokal berumur 4-8 bulan dengan kisaran bobot awal 16.8
&
2.58 kg.
Kandang Domba dipelihara dalam kandang individu atau kandang metabolisme yang memiliki wadah pakan dan air minum serta fasilitas penampung feces. Pemeliharaan dalam kandang metabolis memudahkan mengkoleksi parameter nutrisi, feces, urine dan jumlah konsumsi ransum setiap individu ternak.
Ransum Ransum yang diberikan pada domba adalah ransum A dan T terdiri atas 30% pakan serat + 70% konsentrat dan inengandung TDN 75% dan Protein Kasar
(PK) 18%. Ransurn B dan S terdiri atas 60% pakan serat + 40% konsentrat dm mengandung TDN 66% dan PK 12.5%. Ransum A d m B sebagian terdiri atas limbah agroindustri, sedangkan T dan S sel~uuhnyaterdiri atas pakan standar atau konvensional.
Selanjutnya, ransum A diganti dengan ransum limbah B, dan T
diganti dengan ransum konvensional S dengan laju penggantian 20% setiap periode. Pola pemberian ransurn tertera pada Tabel 1. sedang komposisi ingedien dan nutrien ransum percobaan sebelum disuplementasi mineral tertera pada Tabel 2.
Kecuali urea dan ininyak ikan lemuru, selnua ingredien ransurn dianalisis
komposisi proksimat dan mineralnya. Mineral yang defisien dikoreksi dengan suplementasi sehingga mencapai kadar yang sama dengan rekomendasi NRC (1989).
Metode Rancangan Percobaan Percobaan menggunakan rancangan Bujur Sangkar Latin (BSL) Tak Lengkap (6 domba x 4 periode) yaitu 4 periode pemeliharaan atas 6 perlakuan ransum yang dicobakan pada 6 ekor domba. Tiap periode berlangsung selama 4 minggu, terdiri atas 2 minggu lnasa penyesuaian dan 2 minggu masa koleksi data. Masa penyesuaian bertujuan untuk memperkecil pengaruh perlakuan sebelumnya (carry-over-eficts). Perlakuan ransum percobaan terdiri atas: A = ransum A + B + Zn-lisinat
B = perlakuan A + Cu-lisinat C = ransum A + B + Zn, Cu-proteinat
D = ransum T + S + Zn-lisinat E = perlakuan D + Cu-tisinat F
-
ransum T + S + Zn, Cu-proteinat
Analisis Data Data hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam. Efek perlakuan diperbandingkan dengan kontras ortogonal dan kontras ortogonal berpola. Semua analisis data menggunakan modul GLM (general linier models) paket SYSTAT 8.03 (1998).
Tabel 1. Pola Pemberian Ransurn Percobaan
I
Periode
1
1
Perlakuan
Ransum
Tabel 2. Komposisi Ingredien dan Nutrien Ranswn Percobaan (berbasis BK) -
No.
Ingredien dan nutrien
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Ingredien (%): Rumput gajah Sabutsawit Pucuk tebu Jagung Dedak gandum Bungkil kedelai Bungkil kelapa sawit Onggok Hidrolisat bulu ayam Tetes tebu Urea Minyak ikan lemuru
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nutrien: TDN, % Protein kasar,' % Ca, % P, % Zn, mgtkg Cu, m g k
Komposisi Ransum Perlakuan (%) Limbah A
B
15.0 10.0 5.O 39.0 0.4 7.7 15.5 0.5 3.0 3.0 0.5 0.5
30.0 20.0 10.0 26.1 0.1
75.0 18.0 0.27 0.45 17 8
66.0 12.5 0.33 0.25 16 9
-
1.1 7.7 2.0 0.2 0.5 0.5
Konvensional T S 30.0
-
60.0
-
-
34.7 17.15 18.2
19.8 0.3 19.9
-
-
75.0 18.0 0.27 (3.89 16 7
66.0 12.5 0.38 0.73 12 3
-
-
Pengukuran Selma masa percobaan dilakukan pengukuran terhadap parameter : 1. Konsumsi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) 2. Kecernaan BK dan BO
3. Kadar Zn dan Cu serum pada 0,2.5 dan 5 jam setelah makan
4. Aktivitas fosfatase alkalis serum darah 5. Pertumbuhan
6. Kadar air dan lemak tubuh Konsumsi Pakan Konsumsi pakan ditentukan dengan mengurangi jtunlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan harian selama masa koleksi data. Penimbangan dilakukan dengan timbangan single-tray berkapasitas 25 kg dengan skala terkecil 0.1 kg. Ransuln yang diberikan terlebih dahulu dianalisis kadar BK dan BO-nya.
Evaluasi penyusutan bobot segar rumput dilakukan dengan menyisillkan 100 g rumput yang diberikan setiap hari untuk kemudian dianalisis kadar BK dan BOnya di&r
masa kolekting. Sisa pakan harian setiap domba atau masing-masing
perlakuan dikumpulkan dalam satu karung kain dan diangin-anginkan.
Pada
akhir masa kolekting sisa pakan ditimbang, diaduk merata dan diambil sampel secara proporsional untuk dianalisis kadar BK dan BO-nya.
Kecernaan Zat Makanan Kecernaan zat makanan ditentukan dengan mengurangi zat makanan yang dikonsumsi dengan zat makanan yang tersisa pada feces. Kecernaan zat makanan
(ZM) yang dihitung adalah kecernaan BO dan BK dengan cara : ( ZM yang dikonsumsi - ZM dalam feces )
Kecernaau =
x 100%
ZM yang dikol~sumsi
Kadar Urea, Mineral Serum dan Aktivitas Enzim Sampel darah diperoleh dengan menggunakan tabung venojeck yang mengandung anti-koagulan heparin untuk mendapatkan semn darali, venojeck v a a m tanpa heparin untuk mendapatkan serum, seluruhnya diambil melalui pembuluh darah vena (vena jugularis). Untuk pengambilan bagian serum darah, setelah sampel diambil, venojeck berheparin dikocok terlebih dahulu secara perlahan-lahan untuk lebih mereaksikan darah dengan heparin yang telah ada dalam venojeck, lalu disimpan di dalam termos yang berisi es. Termos sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemisahan serum darah. Sampel yang tertainpung dalam venojeck tanpa heparin diletakkan miring untuk ~nemudahkanpemisahan seril~nnya. Senun terbentuk
+
I jam setelah
pengambilan darah. Pengambilan sampel darah dilakukan untuk pengatnatan kadar mineral, aktivitas enzim dan kadar urea serum.
a. Kadar mineral darah, dalam ha1 ini Zn dan Cu serum darah. Sampel darah diambil 3 (tiga) kali, saat pagi hari sebelum pakan diberikan (0 jam), 2.5 jam setelah makan dan 5 jam setelah makan pada siang hari. Kadar mineral darah dianalisis menggunakan AAS.
b. Aktivitas enzim fosfatase alkalis serum darah. Aktivitas enzim fosfatase alkalis ditentukan pada serum yang diambil saat 5 jam setelah inakan pada akhir periode kolekting. Aktivitas enziln fosfatase alkalis diukur dengan menggunakan Sigma Diagnoslic Kit No. 104, memakai p-nitrofenolfosfat sebagai substrat.
c. Kadar urea serum
Plasma darah yang diambil saat sebelum makan pada akhir periode kolekting dianalisis kadar urea serumnya.
Prosedur Pen~ambilanSerum Darah Tabung venojeck yang mengandung anti koagulan heparin dan sampel darah disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit menggunakan senttifuse untuk tabung 10 ml kapasitas 6000 rpm model 80-2 merk Hettich, Jerman.
Plasma yang berwarna bening diambil dengan pipet ~nikrodan
dimasukkan ke dalam tabung sampel (eppendorf-tube) ukuran 1.5 ml yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan. Rlue-tips pada pipet mikro digtmakan hanya untuk satu sampel perlakuan untuk mencegah pencemaran serum lain karena jumlah volume sampel yang minim (yaitu 1.5 mi pada masing-masing eppendor j ) . Tabung eppendorfditutup dan disimpan dalam lemari pembeku Weezer) pada suhu - 2 0 ' ~untuk keperluan analisa lebih lanjut. Apabila terjadi hemolisis, yang ditandai dengan serum (bagian bening yang mengapung di sebeldh atas) berwarna merah, serum dipisahkan dan dimasukkan pada tabung reaksi lain, lalu ditetesi TCA (Trichloro acetic acid) 10 % (wlv) dengan perbandingan 0.3 ml TCA untuk 3 mi cairan serum, kemudian disentrifuse kembali. Kadar TCA yang ditambahkan, pada akhirnya diperhitungkan sebagai cairan pengenceran.
Prosedur Pen~ambilanSerum Darah Sampel darah yang berada di dalam tabung venojeck yang tidak mengandung anti koaguIan diibiarkan pada suhu kamar selama rt 1 jam
selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit dengan sentrifits untuk tabling 10 ml kapasitas 6000 rpin model 80-2 rnerk Hettich, Jerman. Serum diambil dengan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung sampel (eppendof-tube). Apabila terjadi hemolisis yang ditandai dengan semn (bagian bening yang mengapung di sebelah atas) berwama merah, serum dipisahkan dan dimasukkan pada tabung reaksi lain, lalu ditetesi TCA (Trichloro acetic acid) 10 % (w/v) dengan perbandingan 0.3 ml TCA untuk 3 ml cairan serum, kemudian disentrifbge kembali. Kadar TCA yang ditambahkan, pada akhirnya diperhitungkan sebagai cairan pengenceran.
Selanjutnya serum ini
dishpan di dalam fkeezer pada suhu -20'~. Pertu mbuhan
Perhunbuhan ternak dinilai berdasarkan pertambahan bobot badan harian diperoleh dari selisih penimbangan bobot badan awal dengan bobot akhir masa koleksi data. Penimbangan domba dilakukan setiap 2 (dua) minggu. Timbangan yang digunakan adalah titnbangan gantung kuningan geser berkapasitas 100 kg dengan skala terkecil0.1 kg.
Kadar Air dan Lemak Tubl~hTernak
Pengdmran komposisi h~buhdiduga dengan tehik ruang urea (urea space; urea dilution technique) mengikuti prosedur Bartle et al., (1983). Larutan urea 20% (w/v) dalarn NaCl fisiologis (0.9% NaC1) diauto-clave selama 30 menit, d i d i n m a n lalu diinhskan melalui vena yugularis secara bertahap selama tepat 2 menit. Volume larutan urea yang diinfuskan dihitung dengan tepat, sehingga dosis yang diberikan adalah sebesar 130 mg urea per kg bobot hidup. Sebelum
larutan urea dinhskan, terlebih dahulu sampel darah diambil melalui vena yugularis menggunakan tabung venoject berheparin yang steril untuk menentukan
kadar urea darah pada waktu t-0.
Tepat 12 menit (t-12) setelah infksi dosis
larutan urea, sampel darah diarnbil lagi. Plasma darah dipisah d m diambil untuk analisis kadar ureanya. Ruang urea (RU) dihitung dengan r u m s berikut :
infusi urea RU (%) =
-
x 100%
AUPxlOxW
dimana
UP = konsentrasi urea (mg/lOOml) W = bobot ternak (kg)
Kadar air tubuh domba diukur dengan persamaan Rule et a/. (1986), yaitu :
Air tubuh (%)
= 59.1 + 0.22 RU (%) - 0.04 W
Sedang kadar lemak tubuh (Y, %) diduga dari kadar air tubuh (X, %) dengan persamaan : Lemak tubuh (%) = 122 - 2.27 X + 0.009 x2