BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui
secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan program Posbindu PTM pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan, dengan pertimbangan merupakan salah satu puskesmas di kota Medan yang telah menjalankan posbindu PTM sebagai upaya penanggulangan masalah penyakit tidak menular, salah satunya ialah hipertensi. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan selesai. 3.3
Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive, yaitu
teknik pemilihan informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Kriteria tersebut antara lain adalah: 1. Informan terdiri dari laki-laki dan perempuan 2. Usia peserta yang datang ke posbindu 3. Lamanya menderita penyakit hipertensi 4. Sering ataupun rutin datang ke posbindu 3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer Data primer diperoleh melalui:
Universitas Sumatera Utara
1. Wawancara mendalam (in-depth interview) kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan. Wawancara kepada petugas dapat dilakukan pada saat posbindu dan jika masih merasa kurang lengkap, wawancara dapat dilanjutkan di puskesmas. Sedangkan wawancara terhadap kader dan peserta juga dapat dilakukan pada saat posbindu, namun jika masih merasa kurang lengkap, wawancara dapat dilanjutkan di rumah kader dan peserta. 2. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi tidak berstruktur yaitu observasi yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi. Pada pengamatan ini peneliti hanya mengembangkan suatu pengamatannya terhadap suatu objek yang berkaitan dengan fokus penelitian (Noor, 2013). Observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati antara lain: a) Pelaksanaan posbindu sesuai atau tidaknya dengan jadwal posbindu b) Jumlah petugas dalam pelaksanaan posbindu c) Keramahtamahan petugas posbindu terhadap peserta yang datang ke posbindu d) Berapa banyak peserta yang datang ke posbindu e) Media yang dipakai konselor dalam konseling pelaksanaan posbindu f) Sarana dan prasarana yang disediakan dalam pelaksanaan posbindu 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas Puskesmas Padang Bulan 2015, serta catatan laporan puskesmas mengenai program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 3.5
Triangulasi Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumberdata.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan carayang berbeda dalam
Universitas Sumatera Utara
metode kualitatif yang dilakukan dengan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat danpandangan orang lain, (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Bungin, 2011). 3.6
Teknik Analisis Data Untuk menganalisis penatalaksanaan hipertensi dengan posbindu di Puskesmas Padang
Bulan, dilakukan analisis secara kualitatif berdasarkan keterangan serta alasan yang dinyatakan oleh informan dengan menggunakan teknik analisis domain (domain analysis), yaitu menjelaskan secara utuh tentang objek penelitian berdasarkan jawaban dan keterangan yang diperoleh dari informan (Bungin, 2010), selanjutnya disajikan dan dibahas berdasarkan teori yang terkait dan dilakukan pengambilan kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Padang Bulan Kota Medan Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Batas wilayahnya yaitu : 1. Sebelah Utara
: Kecamatan Medan Petisah
2. Sebelah Selatan
: Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang
3. Sebelah Timur
:Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang
4. Sebelah Barat
: Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor
Puskesmas Padang Bulan mencakup enam kelurahan, yaitu : Titi Rantai, Padang Bulan, Merdeka, Babura, Petisah Hulu, dan Darat dengan jumlah penduduk yang dicakup oleh Puskesmas Padang Bulan sebanyak 43.118 jiwa yang terdiri dari 63 lingkungan dan 11.349 kepala keluarga. Tabel 4.1
No
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2016
Kelurahan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Titi Rantai Padang Bulan Merdeka Babura Petisah Hulu Darat Jumlah
Jumlah Penduduk 8.798 8.483 8.249 8.353 6.913 2.322 43.118
Jumlah Lingkungan 10 12 13 12 12 4 63
Jumlah KK 2.398 2.385 2.147 2.104 1.728 587 11.349
Sumber : Kecamatan Medan Baru, 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan paling banyak di Kelurahan Titi Rantai dan distribusi penduduk paling sedikit yaitu di Kelurahan Darat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2016
Kelurahan Titi Rantai Padang Bulan Merdeka Babura Petisah Hulu Darat Jumlah
Laki-laki 4.365 4.204 4.052 4.077 3.325 1.129 21.152
Perempuan 4.433 4.279 4.197 4.276 3.588 2.322 21.966
Jumlah 8.798 8.483 8.249 8.353 6.913 2.322 43.118
Sumber : Kecamatan Medan Baru, 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki yaitu 21.966 jiwa dari total jumlah penduduk.
Tabel 4.3
Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tenaga Kesehatan RS Pemerintah RS Swasta RS Khusus Balai Pengobatan Rumah Bersalin Laboratorium Apotik Optik Praktek Dokter Umum Swasta Praktek Dokter Spesialis Swasta Praktek Dokter Gigi Swasta Praktek Bidan Swasta Toko Obat Berizin BATRA - Shin She - Akupuntur - Batra Dukun Patah - Tukang Pijat 15. Tukang Gigi
Jumlah 1 4 1 13 2 4 22 7 32 63 6 4 1 2 1 18 6 2
Sumber : Puskesmas Padang Bulan, 2016
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sarana kesehatan di Kecamatan Medan Baru adalah Prakter Dokter Spesialis Swasta, yaitu ada sebanyak 63 tempat. Tabel 4.4
Data Tenaga Kesehatan di WilayahKerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2016
Tenaga Kesehatan Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker (D3) Asisten Apoteker (SMK) Sarjana Non Medis DIV Kebidanan DIII Kebidanan Bidan Keperawatan (Ners) Sarjana Keperawatan D3 Keperawatan Perawat Petugas Sanitasi Kesling DIV Fisioterapi DIII Analis Analis Nutrisionis
Jumlah 1 7 5 1 1 1 4 1 7 4 1 2 5 2 1 2 1 1 2
4.1.2 Karakteristik Puskesmas Padang Bulan Kota Medan Visi Puskesmas Padang Bulan Kota Medan yaitu “Mewujudkan Masyarakat Kecamatan Medan Baru yang Sehat Mandiri dan Berkeadilan”. Adapun misi untuk mewujudkan visi dari Puskesmas Padang Bulan Kota Medan tersebut ialah :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kecamatan Medan Baru 2) Meningkatkan kualitas SDM kesehatan yang profesional dan berkomitmen tinggi
Universitas Sumatera Utara
3) Meningkatkan tata kelola Puskesmas yang baik melalui perbaikan sistem informasi dan manajemen Puskesmas yang profesional, akuntabel, efektif dan efisien 4) Mewujudkan pembangunan kesehatan yang berintegrasi lintas program dan lintas sektoral 5) Meningkatkan peran serta masyarakat demi tercapainya kemandirian masyarakat dalam hidup sehat
4.2 Posbindu PTM Puskesmas Padang bulan Puskesmas Padang Bulan pertama kali menjalankan program posbindu pada tahun 2014 di 4 (empat) wilayah kerja puskesmas yakni Kel. Padang Bulan, Kel. Darat, Kel. Petisah Hulu, dan Kel. Titi Rantai. Ada 2 (dua) kelurahan yang tidak memiliki posbindu dikarenakan sulitnya bekerjasama dengan lintas sektoral kelurahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala puskesmas Padang Bulan tentang terbentuknya posbindu sebagai berikut : “Posbindu di puskesmas ini sudah berjalan dua tahun, terbentuknya tahun 2014. Posbindu dilaksanakan di 4 kelurahan, yaitu Kel. Padang Bulan, Kel. Darat, Kel. Petisah Hulu, dan Kel. Titi Rantai. Ada 2 kelurahan yang belum punya posbindu.” Kemudian peneliti lebih lanjut bertanya kepada kepala puskesmas Padang Bulan, mengapa dua kelurahan tersebut tidak di adakan posbindu juga ? Beliau pun menjawab sebagai berikut : “Kemarin itu pihak kelurahan Merdeka dan Babura masih sulit untuk diajak berkoordinasi, demikian juga mengenai tempat yang masih belum pasti, juga ada keluhan dari petugas posbindu kami dimana kader yang diberikan mereka semuanya laki-laki sehingga agak sulit untuk berkoodinasi. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini, lebih baik kamu langsung wawancara dengan petugas posbindu, Kak Ade.”
Universitas Sumatera Utara
Ketika peneliti menanyakan hal tersebut kepada Kak Ana selaku petugas posbindu, beliau memberikan jawaban sebagai berikut : “Sewaktu pertama kali posbindu diadakan, memang ada kesulitan mengadakannya dikedua kelurahan tersebut. Dari mulai pihak lurahnya yang sulit diajak koordinasi, masalah tempat dan juga kader yang mereka berikan. Namun setelah adanya advokasi dari kami pihak puskesmas (saya dan dokter petugas posbindu), maka hasilnya tepat dibulan April 2017 sudah mulai diberlakukan posbindu di dua kelurahan tersebut.” Kemudian peneliti menanyakan lebih lanjut tentang bagaimana dengan kader di dua kelurahan tersebut ? beliau menjawab sebagai berikut : “Kader yang awalnya laki-laki sudah diganti dengan kader yang perempuan, dikarenakan kader laki;laki tersebut tidak ikut pelatihan. Kader tiap posbindu ada dua orang dan sudah mendapat pelatihan, sehingga mereka bisa membantu petugas puskesmas saat pengadaan posbindu.” Pelaksanaan posbindu yang dilakukan di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan hasil kesepakatan bersama sesuai jadwal satu kali dalam sebulan dimasing- masing kelurahan. Proses posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke puskesmas. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan petugas posbindu tentang pelaksanaan posbindu, beliau menjawab sebagai berikut : “Pelaksanaan posbindu yah sesuai dengan buku panduan posbindu yaitu system 5 meja, mulai dari meja registrasi, wawancara, pengukuran, pemeriksaan, serta konseling. Cuman terkadang dibeberapa tempat yah dikondisikanlah, kadang cuman pakai dua meja besar saja biar gak ribet juga.”
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan petugas posbindu ini juga dengan pernyataan salah seorang kader yang menjawab sebagai berikut : “Pelaksanaan posbindu mengikuti sistem 5 meja, cuman terkadang karena kondisi yah dipakai dua atau tiga meja besar saja, yang penting tidak menghambat kegiatan posbindu.” 4.3 Karakteristik Informan Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive, yaitu teknik pemilihan informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Kriteria tersebut antara lain adalah: 5. Informan terdiri dari laki-laki dan perempuan 6. Usia peserta yang datang ke posbindu 7. Lamanya menderita penyakit hipertensi 8. Sering ataupun rutin datang ke posbindu Informan yang terdiri dari, informan kepala puskesmas, informan petugas puskesmas terkait (dokter dan petugas posbindu), informan kader posbindu, informan dari masyarakat (penderita hipertensi peserta posbindu). Adapun karateristik informan tersebut adalah sebagai berikut: Matriks 4.5 No
Identitas Informan Penelitian
Informan
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan Terakhir
Informan 1
Perempuan
52
S2
Kepala Puskesmas
Informan 2
Perempuan
34
S1
Dokter
Informan 3
Perempuan
34
DIII
Petugas Posbindu
Informan 4
Perempuan
34
SMA
Kader
Informan 5
Perempuan
40
SMA
Kader
Informan 6
Perempuan
38
SMA
Penderita Hipertensi
Jabatan
Universitas Sumatera Utara
Informan 7
Perempuan
54
S1
Penderita Hipertensi
Informan 8
Laki-laki
56
SMA
Penderita Hipertensi
Informan 9
Laki-laki
35
SMA
Penderita Hipertensi
Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh informan, yaitu terdiri dari satu Kepala Puskesmas Padang Bulan yang berusia 52 tahun dengan pendidikan S2, satu Dokter Puskesmas
Padang
Bulan yang berusia 34 tahun dengan
pendidikan S1, satu informan petugas posbindu Puskesmas Padang Bulan yang berusia 34 tahun dengan pendidikan D3 kebidanan, dua kader yang berusia 34 tahun dan 40 tahun dengan pendidikan SMA dan 4 informan masyarakat penderita hipertensi yang datang ke posbindu dengan pendidikan SMA dan pendidikan S1. 4.3.1 Deskripsi Informan : 1. Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas Padang Bulan ialah Ibu dr. Rehulina Ginting, M.Kes. Pada program posbindu, kepala puskesmas termasuk pada tim pemantau. Setiap sebulan sekali kapus wajib memantau perkembangan posbindu di 6 (enam) kelurahan yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan, termasuk melihat laporan posbindu dan kendala menghambat program posbindu. Kemudian hal-hal tersebut akan dibahas pada saat evaluasi serta dicari solusinya. 2. Dokter Dokter pada kegiatan posbindu ialah dr. Titin Sriwahyuni. Pada program posbindu, dr. Titin termasuk dokter yang memeriksa peserta posbindu sekaligus sebagai konselor. Segala keluhan peserta bisa disampaikan kepada dokter yang menangani pemeriksaan posbindu. 3. Petugas Posbindu Petugas posbindu ialah Ade Kartika Sari Gea, AmKeb. Pada program posbindu, petugas posbindu termasuk tim penggerak, dimana petugas posbindu yang melatih kader,
Universitas Sumatera Utara
memantau kinerja kader serta memeriksa laporan posbindu dari kader yang kemudian diberikan kepada tim pemantau untuk dievalusi. 4 & 5. Kader Kader posbindu ialah Kak Fitri dan Kak Ana. Kader berfungsi sebagai penggerak posbindu, dimana kader yang melakukan pemeriksaan umum pada peserta, seperti : penimbangan, pengukuran tensi, pemakaian body fat, dan lingkar perut, lengan serta pinggang. Kader juga mencatat laporan kegiatan posbindu yang kemudian diberikan kepada petugas posbindu. 6 s/d 9 Penderita Hipertensi Penderita hipertensi yang dimaksud ialah peserta yang rutin dan yang hanya kadangkadang datang ke posbindu. 4.4
Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan
4.4.1 Pernyataan Informan (Kepala Puskesmas) tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.6
Pernyataan informan tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan
Informan 1
Pernyataan Pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan ini sudah cukup baik karena rutin dilakukan sesuai dengan jadwal posbindu. Namun pesertanya masih sedikit dibandingkan masyarakat yang datang ke puskesmas dengan keluhan penyakit hipertensi.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, informan menyatakan pelaksanaan posbindu sudah cukup baik, namun peserta posbindu masih sedikit dibandingkan masyarakat yang datang ke puskesmas dengan keluhan hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Pernyataan Informan (Dokter, Petugas Posbindu, dan Kader) tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.7
Informan
Pernyataan informan tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan
Pernyataan
2
Dalam melaksanakan posbindu kita satu tim pasti melakukan yang terbaik, sehari sebelum jadwal posbindu, peserta sudah dingatkan terlebih dahulu oleh kader agar dapat hadir mengikuti posbindu. Tetapi peserta tetap saja sedikit, peserta banyak yang datang jika ada pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan tambahan jika ada sponsor.
3
Wahh, kalau pelaksanaan posbindu kita siapkan semaksimal mungkin, tapi itu tadi saat kakak sudah mempersiapkan semua ehhh pesertanya yang sedikit… yahhh mau gimana lagi… disms sehari sebelum sudah, ya kalau sudah jamnya kita mulai ajalah pelaksanaannya dengan jumlah peserta yang ada.
4
Yaa kalau pelaksanaan posbindu selalu rutinnya tiap bulan, mau perserta banyak atau sedikit tetap berjalan.
5
Pelaksanaan posbindu selalu dilakukan tepat waktu, sesuai dengan jadwal. Cuman kalau banyak sponsor dan reagen untuk cek gula darah tersedia...ya banyaklah peserta yang datang.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, tiga informan menyatakan pelaksanaan posbindu sudah cukup baik dan tim telah melakukan semaksimal mungkin, satu informan menyatakan pelaksanaan posbindu rutin dilakukan namun peserta posbindu masih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Pernyataan Informan (Penderita Hipertensi) tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.8
Informan
Pernyataan informan tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan
Pernyataan
6
Saya sering juga datang ke posbindu nih...apalagi kalau banyak sponsornya..kayak cek kepadatan tulang kemaren itu. Jadi kan enak gak itu-itu aja yang di cek pas posbindu.
7
Saya selalu datangnya tiap ada posbindu. Lumayan cek gratis, bisa tanya-tanya sama dokternya tentang penyakit saya ini. Apalagi rumah saya pun ngak jauh dari tempat posbindunya.
8
Saya rutin ke posbindu, ketepatan jadwalnya itu pas sama waktu luang saya. Apalagi saya udah lama kenak hipertensi, jadi takutlah saya, makanya saya rajin kontrol sama konseling ke dokternya.
9
Kalau ada cek body fat, gula darah dan kolestrol yaa saya baru datang ke posbindu itu.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, satu informan menyatakan pelaksanaan posbindu selalu tepat waktu dan jika banyak sponsor maka peserta juga banyak yang datang, dua informan menyatakan rutin datang ke posbindu untuk melakukan pemeriksaan gratis, satu informan menyatakan jika ada pemeriksaan body fat, baru ia mau datang ke posbindu. 4.4.4 Pernyataan Informan (Kepala Puskesmas) tentang ketersediaan tenaga pelaksana program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.9 Informan 1
Pernyataan informan tentang ketersediaan tenaga pelaksana posbindu Pernyataan Tenaga pelaksana posbindu di puskesmas ini sudah sangat bagus ya, tapi ibu lihat dari laporan yang ada, tingkat kehadiran peserta posbindu yang hipertensi masih sangat sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Dari matriks di atas dapat kita lihat, informan menyatakan tenaga pelaksana posbindu di puskesmas ini sudah bagus hanya peserta yang sedikit. 4.4.5 Pernyataan Informan (Dokter, Petugas Puskesmas dan Kader) tentang ketersediaan tenaga pelaksana program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.10 Pernyataan informan tentang ketersediaan tenaga pelaksana posbindu Informan
Pernyataan
2
Saya sebagai dokter yang ditugaskan untuk posbindu pasti akan memberikan pelayanan terbaik, apalagi yang saya hadapi paisen dengan pemahaman yang berbeda-beda, jadi harus sabar dan selalu saya ingatkan juga untuk pantangan-pantangan makanan ataupun minuman yang harus dikurangi bahkan yang dihindari, selalu saya ingatkan dan saya ajak terus agar rutin minum obat dan kontrol ikut posbindu, yang pasti dalam melaksanakan tugas saya akan melakukan yang terbaik demi kebaikan bersama.
3
Kalau tenaga pelaksana posbindu, kakak dibantu dengan kader yang sudah mengikuti pelatihan (refresing kader) tentang posbindu ini.
4
Tenaga pelaksana posbindu selalu lengkap yah...ada dokter, petugas puskesmas dan kami para kader yang membantu pelaksanaan posbindu.
5
Yaa tenaga pelaksana lengkaplah...dokter selalu standby, petugas puskesmas, dan kami kader yang sudah terlatih.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, satu informan menyatakan sebagai dokter, sudah memberikan pelayanan yang terbaik, satu informan menyatakan petugas posbindu dibatu oleh kader yang sudah dilatih, dua informan menyatakan tenaga kesehatan lengkap, dokter selalu tersedia dan dibantu oleh petugas serta kader.
Universitas Sumatera Utara
4.4.6 Pernyataan Informan (Penderita Hipertensi) tentang ketersediaan tenaga pelaksana program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.11 Pernyataan informan tentang ketersediaan tenaga pelaksana posbindu Informan
Pernyataan
6
Petugasnya semua ramah-ramah kok, mau ngingatin jadwal...apa yg ditanya juga selalu dijawab dengan baik. Apalagi saya sering tanyatanya keluhan saya kalau lagi kumat darang tinggi ini.
7
Dokternya ramah...sabar kali kalau menjelaskan pantangan makanan buat darah tinggi ini, saya kan uda tua..jadi kadang kurang jelas jadi sering tanya-tanya. Petugasnya banyak, jadi gak kelamaan nunggu giliran. Dokternya juga ramah, enak ditanya-tanya.
8
Petugasnya semua bagus. Dokternya juga pintar menjelaskan kalau ditanya-tanya sederhana jawabannya, jadi mudah pahamlah.
9
Dari matriks di atas dapat kita lihat, empat informan menyatakan petugasnya banyak, dokternya selalu ada dan ramah terhadap pasien. 4.4.7 Pernyataan Informan tentang pendanaan program posbindu Matriks 4.12 Pernyataan informan (Kepala Puskesmas) tentang pendanaan dalam pelaksanaan posbindu Informan 1
Pernyataan Kalau biaya untuk posbindu ini sudah tertera di BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Puskesmas Padang Bulan. Jadi memang sudah ada jatahnya untuk program ini.
Berdasarkan matriks diatas, dapat dilihat bahwa informan menyatakan bahwa pendanaan dalam pelaksanaan posbindu melalui dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
Universitas Sumatera Utara
4.4.8 Pernyataan Informan tentang pendanaan program posbindu Matriks 4.13 Pernyataan informan (Dokter, Petugas Puskesmas dan Kader) tentang pendanaan dalam pelaksanaan posbindu
Informan
Pernyataan
2
Pendanaan dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
3
Pendanaan dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) sesuai dengan nominal yang tertulis pada RUK (Rencana Usulan Kerja).
4
Pendanaan seperti yang dijelaskan dari pihak puskesmas itu dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), tetapi untuk mempercantik ruangan biasanya dari kreatifitas para kader.
5
Yaa dana dari orang puskesmasnya lah, ada itu namanya BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
Berdasarkan matriks diatas, dapat dilihat bahwa empat informan menyatakan bahwa pendanaan dalam pelaksanaan posbindu melalui dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). 4.4.9 Pernyataan Informan (Kepala Puskesmas) tentang ketersediaan sarana dan prasarana Matriks 4.14 Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan posbindu Informan 1
Pernyataan Sarana dan prasarana sudah cukup lengkaplah dalam pelaksanaan posbindu. Kadang juga ditambah dengan sponsor dari luar.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, informan menyatakan fasilitas posbindu sudah cukup lengkap dan terkadang ditambah dengan sponsor.
Universitas Sumatera Utara
4.4.10 Pernyataan Informan (Dokter, Petugas Puskesmas dan Kader) tentang ketersediaan sarana dan prasarana Matriks 4.15 Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan posbindu Informan
Pernyataan
2
Semua sarana dan prasarananya sudah lengkap disediakan pihak puskesmas, jadi peserta hanya datang sesuai jadwal posbindu.
3
Segala kebutuhan dalam kegiatan dipenuhi pihak puskesmas, namun sering kali terjadi kurang/ tidak tersedianya reagen.
4
Sudah lengkap lah...malah kadang ada sponsor, jadi ada fasilitas tambahan yang bikin masyarakat tertarik datang ke posbindu.
5
Lengkaplah, cuman kadang reagen gak ada tetapi tertutupi sama alat yang lain, sama sponsor juga.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, dua informan menyatakan fasilitas posbindu sudah cukup lengkap, satu informan menyatakan fasilitas sangat lengkap dan terkadang ditambah dengan sponsor, dan satu informan menyatakan lengkap namun terkadang kurang reagen. 4.4.11 Pernyataan Informan (Penderita Hipertensi) tentang ketersediaan sarana dan prasarana Matriks 4.16 Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan posbindu Informan
Pernyataan
6
Yaa bagus lah itu dibuat orang puskesmas ini, buktinya saya masih terlayani dengan baik lah.
7
Alat-alatnya cukup lengkaplah, tempat posbindunya juga strategis mudah dijangkau masyarakat.
8
Sarana dan prasarana uda baguslah, cuman maunya selalu ada sponsor, jadi kan ada cek tambahan.
9
Sarana prasarana udah bagus, tapi seringlah ada sponsor juga, biar tambah banyak fasilitas tambahannya.
Universitas Sumatera Utara
Dari matriks di atas dapat kita lihat, satu informan menyatakan fasilitas posbindu sudah cukup lengkap, tiga informan menyatakan sarana prasarana udah bagus dan maunya ditambah dengan sponsor. 4.4.12 Pernyataan Informan (Kepala Puskesmas) tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu Matriks 4.17 Pernyataan informan tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu Informan
Pernyataan Seperti yang ibu sudah bilang tadi, karena reagen kurang atau gak ada, jadi ngak dibuatlah cek gula darah, malas lah orang datang ke posbindu. Cara mengatasinya yah cari sponsor, biar tambah cek yang lain. Juga kesadaran masyarakat lah akan pentingnya pemeriksaan kesehatan.
1
Dari matriks di atas dapat kita lihat, informan menyatakan hambatan pelaksanaan posbindu adalah ketersediaan reagen yang tidak selalu ada, sehingga untuk mengatasinya diperlukan kerjasama dengan sponsor tertentu. 4.4.13 Pernyataan Informan (Dokter, Petugas Puskesmas dan Kader) tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu Matriks 4.18 Pernyataan informan tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu Informan
Pernyataan
2
Hambatan paling karena reagen kurang/ tidak ada dan juga lagi tidak ada sponsor serta permintaan penyediaan obat, sehingga peserta pun sedikit yang datang. Cara mengatasinya yaa dipakailah alat body fat yang sharusnya untuk kontrol tiga bulan sekali, dan untuk obat tetap tidak ada, hanya saja kami berusaha memberikan tentang apa itu posbindu dan tujuan program ini.
3
Untuk masalah tempat dan jadwal sih sebenarnya tidak ada masalah, hanya masyarakat itu suka kalau ada sponsor tambahan, jadi nambah fasilitas untuk cek lainnya. Maka dari itu kami selalu mengusahakan cari sponsor. Kesadaran masyarakat akan pentingnya posbindu juga perlu, karena selama ini pasien lebih banyak yang datang dari usia 30an
Universitas Sumatera Utara
ke atas, padahal posbindu ini untuk usia diatas 15 tahun. Untuk itu pihak puskesmas melaksanakan lokmin linsek tentang pentingnya posbindu. 4
Terkadang masyarakat ini selalu meminta cek kesehatan keseluruhan juga adanya permintaan obat, padahal posbindu ini hanya pemeriksaan dan kontrol dan tidak ada obat. Mengatasinya yaa kami berikan lah penjelasan mengenai posbindu ini kepada peserta tersebut.
5
Kebanyakan peserta sering bertanya tentang penyediaan obat dan minta sponsor buat tambahan fasilitas. Maka dari itu kami selalu berupaya bekerjasama dengan sponsor saat melaksanaan posbindu, yaa meskipun terkadang juga tidak selalu ada sponsor. Kalau untuk obat memang tidak ada, jadi hanya kami beri penjelasan saja ke pesertanya.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, satu informan menyatakan hambatan pelaksanaan posbindu adalah ketersediaan reagen yang tidak selalu ada, sehingga untuk mengatasinya dipakailah alat body fat, satu informan menyatakan masyarakat lebih suka datang jika ada fasilitas tambahan sehingga pihak puskesmas bekerjasama dengan sponsor, dua informan menyatakan terkadang masyarakat meminta penyediaan obat namun hal tersebut memang tidak ada sehingga mereka diberi edukasi dan juga penambahan fasilitas lainnya. 4.4.14 Pernyataan Informan (Penderita Hipertensi) tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu Matriks 4.19 Pernyataan informan tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu Informan
Pernyataan
6
Maunya dikasih lah sesekali obat, jadi kami gak cuma cek-cek aja.
7
Program posbindu ini berguna kali sih buat kami penderita hipertensi, cuman maunya siap konseling itu adalah dikasih brosur atau leaflet yang bisa kami baca..bawa pulang.
8
Dulu saya pernah minta obat siap periksa, tapi pas uda dijelaskan sama dokternya...ya gak pernah lagi saya minta. Cuman kalau ada pembagian obat sesekali ya lumayan juga.
Universitas Sumatera Utara
Kadang gak ada alat buat cek gula darah sama kolestrolnya, itu yang bikin malas datang. Maunya kalau itu gak ada, adalah alat cek lain tambahannya.
9
Dari matriks di atas dapat kita lihat, dua informan menyatakan jika ada pembagian obat lebih bagus supaya tidak hanya pemeriksaan, satu informan menyatakan program posbindu ini bagus sekali tetapi sebaiknya ada pembagian brosur juga, satu informan menyatakan terkadang tidak tersedia alat cek gula darah dan kolestrol sehingga maunya ada penambahan alat cek lainnya. 4.4.15 Pernyataan Informan (Kepala Puskesmas) tentang pemantauan dan evaluasi program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.20 Pernyataan informan pelaksanaan posbindu Informan
tentang
pemantauan
dan
evaluasi
dalam
Pernyataan Pemantauan dilaksanakan per tiga bulan oleh ketua UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan hasilnya akan dievaluasi pada saat rapat internal lintas program.
1
Dari matriks di atas, dapat kita lihat informan menyatakan bahwa pemantauan dilakukan per tiga bulan oleh ketua UKM dan evaluasi dilaksanakan saat rapat lintas internal. 4.4.16 Pernyataan Informan (Dokter, Petugas Puskesmas dan Kader) tentang pemantauan dan evaluasi program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan Matriks 4.21 Pernyataan informan pelaksanaan posbindu Informan 2
tentang
pemantauan
dan
evaluasi
dalam
Pernyataan Pemantau yah ketua UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan evaluasi pas rapat lintas program. Pematauan dilaksanakan per tiga bulan.
Universitas Sumatera Utara
3
Yang mantau ketua UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan evaluasi pada saat rapat seluruh pegawai. Yang penting laporan sudah saya buat lengkap, kemudian saya kasih ke ketua UKM untuk di periksa kembali dan sebagai bahan evaluasi nantinya.
4
Kalau kami kader yang mantau yah ketua program posbindu, laporan lengkap kami kasih ke kakak itu. Tiap tiga bulan sekali, tim monitoring dari puskesmas memantau langsung ke lokasi posbindu. Seandainya ada kinerja kami yang kurang..dibahas saat refresing kader.
5
Yaa laporan selalu lengkap kami kasih ke ketua posbindu, trus ntah berapa bulan sekali.. lupa saya, ada tim pemantau puskesmas yang datang langsung ke posbindu. Evaluasi sama kader saat refresing kader.
Dari matriks di atas, dapat kita lihat tiga informan menyatakan bahwa pemantauan dilakukan per tiga bulan oleh ketua UKM dan evaluasi dilaksanakan saat rapat lintas program, satu informan menyatakan laporan selalu lengkap dan diberikan ke ketua posbindu yang kemudian diberikan ke tim pemantauan. 4.4.17 Pernyataan Informan (Penderita Hipertensi) tentang rutinitas pemeriksaan dan pengobatan hipertensi Matriks 4.22 Pernyataan informan tentang rutinitas pemeriksaan dan pengobatan hipertensi Informan
Pernyataan
6
Saya seringnya datang periksa ke posbindu ini, di rumah juga kontrol karena kebetulan ada alat tensi sama ada juga adekku yang perawat. Jadi kalau lagi pening kali tensilah aku, trus minum obat. Kalau olahraga sih saya gak pernah karena malas, cuman saya jaga makan jaa kayak pantangan dari dokter yaa dikurangi dan saya uda gak makan daging lagi.
7
Periksa yaa rutin lahh, posbindu selalu datang, kadang-kadang cek ke puskesmas langsung sekalian minta resep obat kalau sudah habis stok. Makanan semuanya saya makani, cuman pantangan dokter yah saya kurangi jugalah.
Universitas Sumatera Utara
8
Seringlah periksa ke posbindu ataupun puskesmas buat minta obat. Karena takut juga, saya uda tua jadi harus lebih hati-hati jaga makan kayak kata dokter di posbindu. Obat pun tiap hari saya minum.
9
Dulu aku jarang kali ke posbindu, pas tau dari dokter kalau hipertensi itu bisa komplikasi terus pas usia lanjut harus minum obat tiap hari, jadi takutlah, jadi rutinlah sekarang ke posbindu. Apalagi uda mau 4 tahun saya kenak hipertensi padahal saya masih muda, jadi saya rutin lah kontrol. Kalau lagi kumat yaa saya minum obat yang biasa, kalau masih ngak baik juga baru saya ke puskesmas atau klinik dekat rumah. Saya pun sekarang udah rutin olahraga fitness gitu biar makin sehat, makan pun uda saya jaga kali, gak terlalu banyak pake garam lagi.
Dari matriks di atas dapat kita lihat, satu informan menyatakan bahwa ia rutin datang ke posbindu serta menjaga pola makannya. Dua informan menyatakan bahwa ia sering ke posbindu dan cek ke puskesmas saat persediaan obatnya habis serta juga menjaga pola makannya. Satu informan menyatakan bahwa ia menjadi rutin datang ke posbindu setelah konseling, ia juga menjaga pola makannya dan menerapkan diet garam serta rutin berolahraga.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian bab tersebut. Penelitan ini akan menjelaskan tentang pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Penelitian ini untuk melihat sejauh mana pelaksanaan program posbindu terhadap penderita hipertensi yang telah dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Saat ini kepala Puskesmas Padang Bulan Kota Medan adalah dr. Rehulina Ginting, M.Kes, dokter posbindu di Puskesmas Padang Bulan adalah dr. Titin Wahyuni, serta petugas penanggung jawab posbindu di Puskesmas Padang Bulan adalah Ade Kartika Sari, AMKeb. 5.1
Masukan (Input) Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan posbindu. 5.1.1 Tenaga Kesehatan Pelaksanaan posbindu dilakukan oleh kader yang telah ada yang dibina oleh tenaga kesehatan, yang bersedia menyelenggarakan posbindu, telah dilatih secara khusus, dan difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko peyakit tidak menular di masing-masing kelompok atau organisasinya. Adapun kriteria kader posbindu antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan posbindu (KEMENKES RI, 2013). Puskesmas Padang Bulan memiliki tenaga kesehatan khusus yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan program posbindu di wilayah kerja puskesmas. Penanggung jawab terdiri dari tiga orang yaitu, seorang dokter, seorang bidan dan kader yang menjalankan program
Universitas Sumatera Utara
posbindu. Saat ini kader posbindu di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan terdapat masingmasing 3 (tiga) kader per posbindu. Tenaga pelaksana meliputi kader dalam pelaksanaan posbindu idealnya adalah berjumlah 5 orang yang memiliki tugas dan bagian masing-masing yaitu sebagai kader koordinator, kader penggerak, kader pemantau, kader konselor/edukator, dan kader pencatat (KEMENKES, 2013). Oleh karena itu tenaga pelaksana Posbindu yang meliputi tenaga kesehatan dan kader di posbindu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan masih belum mencukupi. Hal ini tentunya mempengaruhi pelaksanaan kegiatan program yaitu hasil yang tidak maksimal. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada kepala puskesmas Padang Bulan terkait tenaga kesehatan posbindu, beliau menjawab sebagai berikut : “Tenaga pelaksana posbindu di puskesmas ini sudah sangat bagus ya, tapi ibu lihat dari laporan yang ada, tingkat kehadiran peserta posbindu yang hipertensi masih sangat sedikit.” (Matriks 4.9; Informan 1) Pernyataan ini juga dikuatkan dengan pernyataan petugas posbindu dan kader yang menangani pemeriksaan posbindu, yaitu sebagai berikut : “Kalau tenaga pelaksana posbindu, kakak dibantu dengan kader yang sudah mengikuti pelatihan (refresing kader) tentang posbindu ini.” (Matriks 4.10; Informan 3) “Tenaga pelaksana posbindu selalu lengkap yah...ada dokter, petugas puskesmas dan kami para kader yang membantu pelaksanaan.” (Matriks 4.10; Informan 4) Pernyataan ini juga diperkuat dengan pernyataan peserta posbindu, yaitu sebagai berikut : “Petugasnya banyak, jadi gak kelamaan nunggu giliran. Dokternya juga ramah, enak ditanya-tanya.
Universitas Sumatera Utara
Petugasnya semua bagus. Dokternya juga pintar menjelaskan kalau ditanya-tanya sederhana jawabannya, jadi mudah pahamlah.” Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan program posbindu pelatihan terhadap tenaga kesehatan sudah dilakukan. Pelatihan dilakukan setiap bulan bersamaan dengan pelaksanaan program posbindu di Dinas Kesehatan Kota Medan. Posbindu yang diselenggarakan di Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan posbindu percontohan dimana memiliki tenaga kesehatan yang cukup serta sarana dan prasarana yang lengkap. Pelatihan dilakukan dengan menjadikan petugas puskesmas sebagai tenaga pelaksana untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan posbindu yang dibina oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Medan di Posbindu PTM Dinas Kesehatan Kota Medan. Menurut KEMENKES RI (2013), salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi pelaksana program dapat dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan digunakan sebagai metode untuk meningkatkan kualitas aparatur yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku aparatur kesehatan ke arah yang positif. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pelaksana posbindu di Puskesmas Padang bulan didapatkan informasi pelatihan untuk kader hanya berupa arahan mengenai teknis pelaksanaan program. Pelatihan yang formal belum dilakukan terhadap kader. Sehingga kinerja kader dalam pelaksanaan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan masih kurang. Hal ini dijelaskan melalui pernyataan petugas posbindu terkait pelatihan yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut : “Pelatihan terkait program posbindu itu udah pernah dilaksanakan khusus buat petugas sebanyak tiga kali, tetapi kalau untuk kader baru sekali. Pelatihan yang diberi ke kader itu masih tentang teknis pelaksanaan program posbindu, untuk konseling sendiri belum dilakukan karena masih depercaya kepada dokter.”
Universitas Sumatera Utara
Kemudian peneliti bertanya kembali kepada petugas posbindu, kenapa tidak memakai tenaga promkes yang ada di puskesmas untuk bagian konselor dan mengapa juga tidak melatih kader untuk menjadi konselor ? Petugas itu pun menjawab sebagai berikut : “Iya…memang harusnya lebih cocoknya kalau tenaga promkes yang jadi konselor, cuman untuk tenaga promkes yang ada di puskesmas masih kurang. Hanya ada satu yang sudah menjadi konselor HIV dan itupun pasiennya selalu banyak tiap hari, jadi Ibu kapus mintanya yah konselor langsung dokternya saja. Untuk pelatihan kader menjadi konselor uda direncanakan dan masuk ke RUK tahun ini, jadi nanti di akhir bulan September setelah rapat lintas program, bakal dibuat pelatihan khusus konselor posbindu.” Setelah itu peneliti pun kembali bertanya kepada kepala puskesmas terkait kurangnya tenaga promkes di Puskesmas Padang Bulan, dan beliau menjawab sebagai berikut : “Tenaga promkes sebenarnya sudah cukupnya, ada empat orang promkes di puskesmas ini. Cuman yang tiga masih baru dan masih perlu pelatihan-pelatihan lagi, karena untuk kerjaan dia di puskes saja masih perlu bimbingan, jadi untuk jadi konselor posbindu memang belum saya kasih.” Selanjutnya peneliti bertanya lagi kepada kepala puskesmas, Kenapa tidak memakai tenaga promkes yang sudah jadi konselor seperti yang dibilang salah satu petugas posbindu ? beliau menjawab sebagai berikut : “Kalau yang itu kan dia konselor HIV, pasiennya tiap hari banyak dan dua kali seminggu itu harus mobile klinik, penjaringan pemeriksaan HIV di tempat-tempat oukup, SPA, dll. Jadi ngak saya kasih lah ikut posbindu juga, lagian dia pun uda banyak program dipegangnya.” Kemudian peneliti bertanya kembali kepada kepala puskesmas terkait tenaga kesehatan yang kurang dan pelatihan konselor untuk kader, beliau menjawab sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“Memang kalau mengikuti panduan teknis buku posbindu yah jelas kuranglah tenaga kesehatannya, cuman kan ngak menjadi masalah kalau program posbindunya ngak terhambat. Tapi memang setelah selesai akreditasi ini hal itu uda termasuk evaluasi kami, jadi memang akan ditambah tenaga kesehatan posbindunya, udah banyak juga masuk pegawai baru, jadi tinggal dilatih saja. Kalau untuk pelatihan konselor kepada kader, nanti akhir bulan Sembilan diadakan, jadwal itu uda masuk rencana kerja puskesmas di tahun 2017 ini.” Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa menurut informan 1 (Kepala Puskesmas) menyatakan tenaga kesehatan posbindu akan ditambah dan akan diberikan pelatihan sekaligus juga pelatihan konselor untuk kader, informan 2 (petugas posbindu) menyatakan tenaga kesehatan sudah cukup lengkap dan dibantu oleh kader, pelatihan konselor untuk kader juga akan dilaksanakan di nakhir bulan September. Kader sebagai tenaga pelaksana seharusnya mendapatkan pelatihan khusus agar kader dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan maksimal. Menurut KEMENKES RI (2013), pelatihan terhadap kader bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang PTM (Penyakit Tidak Menular), faktor risiko, dampak, dan pengendalian PTM (Penyakit Tidak Menular), memberikan pengetahuan tentang posbindu, memberikan kemampu dan ketrampilan dalam memantau faktor risiko PTM (Penyakit Tidak Menular). 5.1.2 Pendanaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber biaya operasional dalam pelaksanaan program posbindu berasal dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Puskesmas. Biaya operasional tersebut berupa dana transportasi untuk petugas dan kader. Namun biaya untuk untuk mendukung pencegahan PTM (Penyakit Tidak Menular), seperti untuk mengadakan obat-obatan dan peralatan/ fasilitas tambahan untuk pengadaan posbindu belum tersedia.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dilihat dari pernyataan kepala puskesmas terkait pendanaan program posbindu, yaitu sebagai berikut : “Kalau biaya untuk posbindu ini sudah tertera di BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Puskesmas Padang Bulan. Jadi memang sudah ada jatahnya untuk program ini.” (Matriks 4.12; Informan 1) Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan dokter, petugas posbindu dan kader, yaitu sebagai berikut : “Pendanaan dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).” (Matriks 4.13; Informan 2) “Pendanaan dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) sesuai dengan nominal yang tertulis pada RUK (Rencana Usulan Kerja).” (Matriks 4.13; Informan 3)
“Pendanaan seperti yang dijelaskan dari pihak puskesmas itu dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), tetapi untuk mempercantik ruangan biasanya dari kreatifitas para kader.” (Matriks 4.13; Informan 4) “Yaa dana dari orang puskesmasnya lah, ada itu namanya BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).” (Matriks 4.13; Informan 5) Kemudian peneliti bertanya kepada kepala puskesmas, Apakah cukup pendanaan posbindu hanya dari BOK saja ? beliau menjawab sebangai berikut : “Cukuplah…dicukup-cukupkan. Kan uda disesuaikan sama pengeluaran di RUK puskesmas” Pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan dokter posbindu terkait pendanaan, dokter tersebut menjawab sebagai berikut : “Banyak sebernarnya pasien yang minta obat, kalau ada kian dana tambahan lebih bagus disalurkan kesitu. Kan bagus juga, biar makin rame yang datang ke posbindu.”
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan ini juga diperkuat dengan pernyataan petugas puskesmas, yaitu sebagai berikut : “Dana posbindu pas-pasan, harusnya kalau ada dana tambahan bagus buat persediaan obat, karena banyak yang minta obat” Selanjutnya peneliti kembali bertanya, Bukankah ada kerjasama pihak puskesmas dengan sponsor-sponsor tertentu untuk menjadi daya tarik masyarakat, menurut pendapat kakak gimana ? petugas itu pun menjawab sebagai berikut : “Iya…kadang-kadang memang ada sponsor, cuman kan ngak setiap saat. Ketepatan ada sponsor yaa ada lah produk menarik mereka yang dibagikan ke peserta, ada juga yang di jual tapi dengan harga lebih murah, jadi banyak peserta datang.” Kemudian peneliti bertanya kembali kepada kepala puskesmas terkait sponsor kegiatan, beliau menjawab sebagai berikut : “Sponsor sering ada saat kegiatan posbindu, misalnya sponsor produk susu rendah lemak, susu penguat tulang, obat anemia, dll. Kadang malah pihak mereka sendiri yang ngehubungi kita untuk ikut pas posbindu, dan itu sangat membantu dalam hal penyediaan alat pemeriksaan tambahan.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendanaan posbindu berasal dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Puskesmas. Wawancara dengan kepala puskesmas dan petugas pelaksana posbindu di Puskesmas Padang bulan didapatkan informasi bahwa untuk menambah fasilitas tambahan pengadaan posbindu, pihak puskesmas berkerjasama dengan pihak swasta berupa sponsor untuk penyediaan fasilitas kesehatan, misalnya: alat mengukur kepadatan tulang, pemeriksaan anemia dan golongan darah, dll. Menurut KEMENKES RI (2013), dalam mendukung terselenggaranya posbindu, diperlukan pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain. Dana dapat dipergunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mendukung kegiatan posbindu seperti; biaya operasional posbindu, pengganti biaya perjalanan kader, biaya penyediaan bahan habis pakai, biaya pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), biaya penyelenggaraan pertemuan, dan bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan. Adanya keterbatasan sumber dana dapat menghambat pelaksanaan suatu program, semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuah program maka hasilnya pun akan semakin efektif. Apabila dana yang tersedia kurang, maka program akan berjalan lambat dan tidak ada kemajuan. 5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sarana dan prasarana yang ada dalam pelaksanaan posbindu belum mencukupi sehingga kegiatannya belum dapat berjalan dengan baik. Sarana dan prasarana posbindu di Puskesmas Padang Bulan adalah sarana standar minimal yaitu pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut dan tensimeter serta alat ukur analisa lemak tubuh yang hanya disediakan per tiga bulan. Untuk alat cek kolestrol dan gula darah, hanya disediakan saat tersedia reagen dari Dinas Kesehatan. Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab peserta hipertensi sedikit yang datang ke posbindu. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas terkait sarana dan prasarana dalam pelaksanaan posbindu, beliau menjawab sebagai berikut : “Sarana dan prasarana sudah cukup lengkaplah dalam pelaksanaan posbindu. Kadang juga ditambah dengan sponsor dari luar.” Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan dokter posbindu namun muncul kekurangan sarana dan prasarana pelaksanaan posbindu, yaitu sebagai berikut : “Segala kebutuhan dalam kegiatan dipenuhi pihak puskesmas, namun sering kali terjadi kurang/ tidak tersedianya reagen.”
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan tersebut juga semakin dikuatkan dengan pernyataan kader, yaitu sebagai berikut : “Lengkaplah, cuman kadang reagen gak ada tetapi tertutupi sama alat yang lain, sama sponsor juga.” Terkait dengan kekurangan reagen, peneliti bertanya kembali kepada kepala puskesmas tentang bagaimana cara mengatasinya, beliau pun menjawab sebagai berikut : “Masalah kurang reagen yah memang dari sananya yang ngak ngasih (dari pihak Dinkes), yah paling kita laporkan kekurangan reagen ke Dinkes. Tapi hal ini bisa diatasi dengan adanya beberapa sponsor.” Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu kader, yaitu sebagai berikut “Lengkaplah, cuman kadang reagen gak ada tetapi tertutupi sama alat yang lain, sama sponsor juga.” Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana posbindu di Puskesmas Padang Bulan sudah cukup lengkap namun sering kekurangan reagen, tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan adanya sponsor yang bekerjasama saat pelaksanaan posbindu. Menurut KEMENKES RI (2013), peralatan dalam pelaksanaan posbindu bernama posbindu kit yang terdiri dari sarana standar minimal seperti pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta alat ukur analisa lemak tubuh dan media bantu edukasi dan sarana standar lengkap seperti alat ukur kadar gula darah, alat ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Kegiatan program posbindu seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan maksimal. Tujuan program
Universitas Sumatera Utara
posbindu tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup. Oleh karena itu sudah seharusnya Puskesmas Padang Bulan melakukan pelaporan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melengkapi sarana dan prasarana kegiatan posbindu. 5.2
Proses Proses merupakan semua aktivitas interaksi dari seluruh karyawan dan tenaga profesi
dengan pelanggan, baik pelanggan internal (sesama petugas atau karyawan) maupun pelanggam eksternal (pasien, pemasok barang, masyarakat yang datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk maksud tertentu). Untuk melihat baik atau tidaknya dari proses yang dilakukan Puskesmas atau Rumah Sakit dapat diukur dari : 1) Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan, 2) Efektif atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan, dan 3) Mutu yang dilakukan. Variabel proses merupakan pendekatan langsung terhadap mutu pelayanan kesehatan. Jika petugas atau profesi semakin patuh terhadap standar pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan yang diberikan akan semakin bermutu pula (Bustami, 2011). 5.2.1 Pelaksanaan Posbindu sesuai dengan SPO (Standart Prosedur Operasional) Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh informan diketahui bahwa pelaksanaan posbindu telah berjalan sesuai dengan agenda atau jadwal yang ditetapkan yaitu rutin setiap akhir bulan. Waktu pelaksanaan posbindu yaitu pukul 10.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Pelaksanaan kegiatan posbindu telah dijalankan sejak tahun 2014. Kader memegang peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan posbindu dari hari sebelum posbindu, pada hari buka posbindu dan setelah hari buka posbindu. Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan posbindu di 4 (empat) kelurahan menyatakan bahwa untuk persiapan alat-alat yang akan digunakan untuk kegiatan posbindu seperti meja, kursi, dan timbangan badan dipersiapkan oleh kader pada hari buka pelaksanaan posbindu dan pemberian informasi kepada warga untuk datang ke posbindu juga dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pada hari buka pelaksanaan posbindu bukan pada hari sebelum pelaksanaan posbindu. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan kader tentang peran maupun tugas kader dalam pelaksanaan posbindu. Semestinya kader posbindu harus mempersiapkan peralatan serta mengundang dan menggerakkan warga untuk datang ke posbindu sebelum hari buka pelaksanaan posbindu. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas terkait pelaksanaan posbindu, yaitu sebagai berikut : “Pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan ini sudah cukup baik karena rutin dilakukan sesuai dengan jadwal posbindu. Namun pesertanya masih sedikit dibandingkan masyarakat yang datang ke puskesmas dengan keluhan penyakit hipertensi.” Pernyataan ini dikuatkan dengan pernyataan petugas posbindu, yaitu sebagai berikut : “Wahh, kalau pelaksanaan posbindu kita siapkan semaksimal mungkin, tapi itu tadi saat kakak sudah mempersiapkan semua ehhh pesertanya yang sedikit… yahhh mau gimana lagi… disms sehari sebelum sudah, ya kalau sudah jamnya kita mulai ajalah pelaksanaannya dengan jumlah peserta yang ada.” Pernyataan ini diperkuat lagi dari penyataan peserta posbindu, yaitu sebagai berikut : “Yaa bagus lah itu dibuat orang puskesmas ini, buktinya saya masih terlayani dengan baik lah.” “Alat-alatnya cukup lengkaplah, tempat posbindunya juga strategis mudah dijangkau masyarakat.” “Sarana dan prasarana uda baguslah, cuman maunya selalu ada sponsor, jadi kan ada cek tambahan.” “Sarana prasarana udah bagus, tapi seringlah ada sponsor juga, biar tambah banyak fasilitas tambahannya.”
Universitas Sumatera Utara
Terkait pelaksanaan posbindu, Apakah memang selalu di sms semua pesertanya ? petugas posbindu menjawab sebagai berikut : “Iya, semua peserta pasti kakak sms, memang uda biasa seperti itu, kalau ngak gitu mereka banyak yang alasannya lupa” Pernyataan ini juga semakin diperkuat dengan pernyataan dokter posbindu, yaitu sebagai berikut : “Dalam melaksanakan posbindu kita satu tim pasti melakukan yang terbaik, sehari sebelum jadwal posbindu, peserta sudah dingatkan terlebih dahulu oleh kader agar dapat hadir mengikuti posbindu. Tetapi peserta tetap saja sedikit, peserta banyak yang datang jika ada pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan tambahan jika ada sponsor.” Terkait dengan sponsor, peneliti kembali bertanya kepada dokter, Bagaimana jika tidak ada sponsor saat pelaksanaan posbindu ? dokter menjawab sebagai berikut : “Kalau ngak ada sponsor, untuk menarik perhatian peserta yah kita pakai lah alat body fat. Alat ini seharusnya hanya diberikan tiga bulan sekali, cuman masyarakat tidak mau hanya ngecek yang biasa saja, seperti timbang BB, TB, lingkar pinggang dan perut, mereka cenderung minta yang komplit” Kemudian peneliti kembali bertanya, bagaimana cara dokter menyakinkan masyarakat bahwa pemeriksaan yang lengkap hanya diperlukan tiga bulan sekali ? dokter pun menjawab sebagai berikut : “Yah kalau itu saya beri edukasi kepada mereka melalui konseling. Terus menerus saya jelaskan mengenai hal tersebut dengan harapan mereka menjadi paham. Dan memang beberapa dari peserta sudah tidk lagi meminta pemeriksaan komplit setiap bulannya.” Selanjutnya peneliti bertanya kepada petugas posbindu, Apakah pelaksanaan posbindu sudah sesuai dengan buku panduan posbindu yaitu dengan sistem lima meja? Petugas menjawab sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“Pelaksanaan posbindu yah sesuai dengan buku panduan posbindu yaitu system 5 meja, mulai dari meja registrasi, wawancara, pengukuran, pemeriksaan, serta konseling. Cuman terkadang dibeberapa tempat yah dikondisikanlah, kadang cuman pakai dua meja besar saja biar gak ribet juga.” Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan kader, yaitu sebagai berikut : “Pelaksanaan posbindu mengikuti sistem 5 meja, cuman terkadang karena kondisi yah dipakai dua atau tiga meja besar saja, yang penting tidak menghambat kegiatan posbindu.” Kemudian peneliti kembali bertanya kepada kepala puskesmas terkait dengan konselor, mengapa tidak memakai orang promkes dan kadernya langsung ? beliau menjawab sebagai berikut : “Sementara ini memang saya serahkan tugas konselor kepada dokter, bukan karena ngak punya orang promkes, tapi memang orang promkesnya juga banyak pegang program. Tetapi ditahun depan, konselor sudah dilaksanakan oleh kader karena diakhir bulan september ini akan dilaksanakan pelatihan konselor posbindu kepada setiap kader posbindu.” Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan petugas posbindu, yaitu sebagai berikut : “Kalau untuk pelatihan konselor kepada kader, nanti akhir bulan Sembilan diadakan, jadwal itu uda masuk rencana kerja puskesmas di tahun 2017 ini.” Menurut KEMENKES RI (2013), sebelum hari buka posbindu dilakukan, kader harus mempersiapkan pelaksanaan posbindu seperti menyiapkan alat-alat dan bahan serta memberitahukan warga untuk datang ke posbindu. Pada hari buka posbindu, tugas kader adalah membuka pelayanan sistem 5 meja dan setelah hari buka posbindu, kader harus melakukan penilaian atau evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posbindu bulan berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian di lapangan di keempat posbindu wilayah kerja Puskemas Padang Bulan menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh tenaga pelaksana hanya berupa pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut dan tensimeter serta alat ukur analisa lemak tubuh yang hanya disediakan per tiga bulan. Untuk alat cek kolestrol dan gula darah, hanya disediakan saat tersedia reagen dari Dinas Kesehatan. Pelaksanaan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan telah dilakukan dengan sistem 5 (lima) meja yaitu pada meja pertama warga yang datang ke posbindu mendaftar pada kader. Kader sudah menjalankan tugasnya yaitu melaksanakan pendaftaran dalam buku pencatatan posbindu. Kegiatan selanjutnya kader melakukan wawancara masalah kesehatan yang dialami oleh peserta yang hadir pada meja kedua. Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui keluhan yang sedang dialami serta untuk menggali informasi faktor risiko misalnya riwayat PTM (Penyakit Tidak Menular) pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM (Penyakit Tidak Menular). Kemudian dilakukan kegiatan pengukuran pada meja ketiga yaitu penimbangan berat badan yang hasilnya dicatat pada buku pencatatan posbindu oleh kader. Dilanjutkan kegiatan pengukuran tinggi badan, lingkar perut, analisa lemak tubuh dimana pengukuran analisa lemak dilaksanakan per tiga bulan. Selanjutnya petugas pelaksana memeriksa tekanan darah peserta posbindu menggunakan tensimeter pada meja keempat. Kegiatan pemeriksaan dalam pelaksanaan posbindu seperti pemeriksaan gula darah, telah dilaksanakan tetapi tidak rutin disebabkan keterbatasan biaya operasional dalam penyediaan bahan habis pakai, sarana dan prasarana yang kurang, serta tenaga kesehatan yang bertugas dilapangan hanya 2 (dua) orang yaitu dokter dan perawat ataupun bidan serta dibantu oleh kader. Sementara kegiatan pemeriksaan yang lain
Universitas Sumatera Utara
seperti pemeriksaan kolesterol, asam urat, dan Trigliserida dilakukan selama ada persediaan reagen dari Dinas Kesehatan, sedangkan IVA belum dilakukan. Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah, peserta posbindu mendapatkan konsultasi dan edukasi perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada meja kelima. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan posbindu. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya. (KEMENKES, 2013) Menurut KEMENKES RI (2013), pelaksanaan program Posbindu PTM menggunakan sistem 5 (lima) meja, yaitu pendaftaran pada meja pertama; wawancara terarah pada meja kedua; pengukuran TB, BB, IMT, lingkar perut, dan analisa lemak tubuh pada meja ketiga; pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol total dan trigliserida darah, asam urat, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin pada meja keempat; serta konseling/ edukasi dan tindak lanjut lainnya pada meja kelima. Sementara untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di keempat posbindu di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan menunjukkan belum berjalan dengan maksimal karena kegiatan yang dilakukan masih sangat minim. Demikian pula dengan koordinasi dari pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan posbindu masih sangat kurang. Dalam pelaksanaan posbindu diperlukan keterlibatan dan peran dari pihak-pihak lain seperti pihak kecamatan, kelurahan, kepala lingkungan untuk saling bekerja sama dan juga mengetahui perannya masing-masing salah satunya untuk menggerakkan masyarakat. 5.2.2 Hambatan dan Strategi Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan Posbindu Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan ataupun kendala dalam pelaksanaan posbindu adalah 1) keterbatasan sarana dan prasarana, dimana kekurangan reagen
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan petugas posbindu tidak melakukan pemeriksaan kolestrol dan gula darah, termasuk juga permintaan penyediaan obat dari peserta posbindu, 2) keterbatasan biaya operasional, dana yang tersedia dalam pelaksanaan program posbindu hanya dana untuk transportasi, sehingga puskesmas tidak bisa melakukan pengembangan program dengan optimal, 3) tenaga kesehatan yang masih kurang, dimana hanya terdapat satu dokter dan petugas pelaksana yang bertugas di lapangan, 4) kader yang belum terlatih dimana kader hanya diberi pengetahuan teknis posbindu dilapangan, namun untuk bagian konseling masih dilaksanakan oleh dokter. Adapun hambatan lain dalam pelaksanaan program posbindu adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat khususnya masyarakat usia 15 tahun keatas untuk datang ke posbindu. Pengetahuan masyarakat tentang posbindu serta manfaat dan kegunaaan dari program posbindu masih sangat rendah. Agar pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan kegunaan posbindu baik, mereka harus mendapatkan penyuluhan khusus mengenai posbindu. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara kepada kepala puskesmas, yaitu sebagai berikut : “Seperti yang ibu sudah bilang tadi, karena reagen kurang atau gak ada, jadi ngak dibuatlah cek gula darah, malas lah orang datang ke posbindu. Cara mengatasinya yah cari sponsor, biar tambah cek yang lain. Juga kesadaran masyarakat lah akan pentingnya pemeriksaan kesehatan.” Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan dokter posbindu, yaitu sebagai berikut : “Hambatan paling karena reagen kurang/ tidak ada dan juga lagi tidak ada sponsor serta permintaan penyediaan obat, sehingga peserta pun sedikit yang datang. Cara mengatasinya yaa dipakailah alat body fat yang sharusnya untuk kontrol tiga bulan sekali, dan untuk obat tetap tidak ada, hanya saja kami berusaha memberikan tentang apa itu posbindu dan tujuan program ini.”
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan kader, yaitu sebagai berikut : “Terkadang masyarakat ini selalu meminta cek kesehatan keseluruhan juga adanya permintaan obat, padahal posbindu ini hanya pemeriksaan dan kontrol dan tidak ada obat. Mengatasinya yaa kami berikan lah penjelasan mengenai posbindu ini kepada peserta tersebut.” “Kebanyakan peserta sering bertanya tentang penyediaan obat dan minta sponsor buat tambahan fasilitas. Maka dari itu kami selalu berupaya bekerjasama dengan sponsor saat melaksanaan posbindu, yaa meskipun terkadang juga tidak selalu ada sponsor. Kalau untuk obat memang tidak ada, jadi hanya kami beri penjelasan saja ke pesertanya.” Pernyataan ini juga semakin diperkuat dengan pernyataan petugas posbindu, yaitu sebagai berikut : “Untuk masalah tempat dan jadwal sih sebenarnya tidak ada masalah, hanya masyarakat itu suka kalau ada sponsor tambahan, jadi nambah fasilitas untuk cek lainnya. Maka dari itu kami selalu mengusahakan cari sponsor. Kesadaran masyarakat akan pentingnya posbindu juga perlu, karena selama ini pasien lebih banyak yang datang dari usia 30an ke atas, padahal posbindu ini untuk usia diatas 15 tahun. Untuk itu pihak puskesmas melaksanakan lokmin linsek tentang pentingnya posbindu.” Pernyataan ini juga sesuai dengan pernyataan peserta posbindu, yaitu sebagai berikut : “Kadang gak ada alat buat cek gula darah sama kolestrolnya, itu yang bikin malas datang. Maunya kalau itu gak ada, adalah alat cek lain tambahannya.” Terkait dengan sponsor, peneliti kembali bertanya kepada dokter, Bagaimana jika tidak ada sponsor saat pelaksanaan posbindu ? dokter menjawab sebagai berikut : “Kalau ngak ada sponsor, untuk menarik perhatian peserta yah kita pakai lah alat body fat. Alat ini seharusnya hanya diberikan tiga bulan sekali, cuman masyarakat tidak
Universitas Sumatera Utara
mau hanya ngecek yang biasa saja, seperti timbang BB, TB, lingkar pinggang dan perut, mereka cenderung minta yang komplit” Kemudian peneliti kembali bertanya, bagaimana cara dokter menyakinkan masyarakat bahwa pemeriksaan yang lengkap hanya diperlukan tiga bulan sekali ? dokter pun menjawab sebagai berikut : “Yah kalau itu saya beri edukasi kepada mereka melalui konseling. Terus menerus saya jelaskan mengenai hal tersebut dengan harapan mereka menjadi paham. Dan memang beberapa dari peserta sudah tidk lagi meminta pemeriksaan komplit setiap bulannya.” Selanjutnya peneliti bertanya kembali kepada dokter, bagaimana dengan permintaan penyediaan obat ? dokter menjawab sebagai berikut : “Kalau obat memang tidak ada, karena program ini kan dkhususkan untuk pemeriksaan saja. Yah paling saya kasih edukasi lah sewaktu konseling. Cuman karena memang banyaknya permintaan, memang pihak puskesmas lagi negosiasi dengan BPJS untuk penyediaan obat.” Pernyataan ini juga di perkuat dengan pernyataan kepala puskesmas, yaitu sebagai berikut : “Pihak puskemas sedang mengusahakan penyediaan obat dengan bekerjasama dengan BPJS” Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, strategi mengatasi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu adalah 1) bekerjasama dengan pihak swasta untuk menjadi sponsor dalam pelaksanaan posbindu, sehingga ada alat pemeriksaan tambahan saat posbindu, 2) Menjalin kerjasama dan koordinasi dengan pihak yang terkait (Camat, Lurah, Tim PKK, Kepala Lingkungan, Tokoh Masyarakat) agar dapat berperan aktif dalam pelaksanaan posbindu, 3) Menjalankan program refresing kader secara berkala, sehingga para kader lebih paham mengenai posbindu dan bisa mengkonseling peserta posbindu, 4) Menjalin kemitraan
Universitas Sumatera Utara
dengan lintas sektor untuk mengadakan posbindu ditempau umum strategis lainnya, misalnya: sekolah, tempat bekerja, dan lain-lain. Melalui pendekatan sistem, organisasi memiliki beberapa unsur yaitu masukan (input), proses (process), keluaran (output), dampak (outcome), dan lingkungan (environtment). Semua unsur dalam sistem ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sumber daya merupakan bagian dari unsur masukan yang keberadaannnya dalam suatu organisasi merupakan modal dasar untuk dapat berfungsinya suatu organisasi. Puskesmas membutuhkan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prassrana, biaya operasional, dan metode untuk menjalankan kegiatan program (Muninjaya, 2011). 5.2.3 Pemantauan dan Evaluasi Program Posbindu Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemantauan dan evaluasi program posbindu sudah dilakukan, namun belum optimal. Tim pemantau belum menjalankan tugasnya dalam hal memantau kegiatan posbindu di lapangan per tiga bulan. Sementara evaluasi pelaksanaan program dilakukan secara rutin setiap tahun bersama dengan program-program lainnya. Bentuk evaluasi dilakukan dengan melihat laporan bulanan setiap program yang telah direkapitulasi menjadi laporan tahunan. Laporan tahunan setiap program tersebut disesuaikan dengan target pencapaian program berdasarkan standar dari Dinas Kesehatan. Program puskesmas yang tidak mencapai target akan dilakukan analisis masalah yang terdapat dalam pelaksanaan program dan diberikan solusi kepada petugas pemegang program. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas, yaitu sebagai berikut : “Pemantauan dilaksanakan per tiga bulan oleh ketua UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan hasilnya akan dievaluasi pada saat rapat internal lintas program.” Perntaan ini diperkuat dengan pernyataan dokter dan petugas puskesmas, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“Pemantau yah ketua UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan evaluasi pas rapat lintas program. Pematauan dilaksanakan per tiga bulan.” “Yang mantau ketua UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan evaluasi pada saat rapat seluruh pegawai. Yang penting laporan sudah saya buat lengkap, kemudian saya kasih ke ketua UKM untuk di periksa kembali dan sebagai bahan evaluasi nantinya.” Demikian juga dengan pernyataan dari kader, yaitu sebagai berikut : “Kalau kami kader yang mantau yah ketua program posbindu, laporan lengkap kami kasih ke kakak itu. Tiap tiga bulan sekali, tim monitoring dari puskesmas memantau langsung ke lokasi posbindu. Seandainya ada kinerja kami yang kurang..dibahas saat refresing kader.” “Yaa laporan selalu lengkap kami kasih ke ketua posbindu, trus ntah berapa bulan sekali.. lupa saya, ada tim pemantau puskesmas yang datang langsung ke posbindu. Evaluasi sama kader saat refresing kader.” Pemantauan dalam pelaksanaan program seharusnya dilakukan secara rutin setiap bulan agar pelaksanaan program tetap berjalan sesuai dengan pedoman program posbindu. Pemantauan dan evaluasi dapat memperkecil timbulnya hambatan yang akan terjadi sehingga dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan perbaikan. Pemantauan atas pelaksanaan seluruh kegiatan program posbindu bertujuan untuk menjamin pelaksanaan program posbindu secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengawasan dan evaluasi juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Hal ini sejalan dengan ketentuan KEMENKES RI (2013), puskesmas harus melaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kabupaten/ Kota dalam rangka pembinaan manajemennya sekaligus memfasilitasi untuk pembinaan teknis dari Rumah Sakit Kabupaten, serta upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah dengan melihat laporan akhir tahun puskesmas kemudian dilakukan evaluasi program berdasarkan laporan yang diterima setiap akhir tahun sehingga akan dibahas dan ditindaklanjuti kekurangannya.
Universitas Sumatera Utara
5.3
Keluaran (Output) Keluaran yang diharapkan ialah penderita hipertensi rutin melakukan pemeriksaan dan
pengobatan hipertensi. Melalui penelitian ini diperoleh bahwa posbindu di Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai pelayanan kesehatan promotif dan preventif penyakit tidak menular, terutama penyakit hipertensi. Dengan adanya program posbindu ini, masyarakat menjadi lebih menjaga kesehatannya, terutama penderita hipertensi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan peserta posbindu, sebagai berikut : “Saya seringnya datang periksa ke posbindu ini, di rumah juga kontrol karena kebetulan ada alat tensi sama ada juga adekku yang perawat. Jadi kalau lagi pening kali tensilah aku, trus minum obat. Kalau olahraga sih saya gak pernah karena malas, cuman saya jaga makan jaa kayak pantangan dari dokter yaa dikurangi dan saya uda gak makan daging lagi.” “Periksa yaa rutin lahh, posbindu selalu datang, kadang-kadang cek ke puskesmas langsung sekalian minta resep obat kalau sudah habis stok. Makanan semuanya saya makani, cuman pantangan dokter yah saya kurangi jugalah.” “Seringlah periksa ke posbindu ataupun puskesmas buat minta obat. Karena takut juga, saya uda tua jadi harus lebih hati-hati jaga makan kayak kata dokter di posbindu. Obat pun tiap hari saya minum.” “Dulu aku jarang kali ke posbindu, pas tau dari dokter kalau hipertensi itu bisa komplikasi terus pas usia lanjut harus minum obat tiap hari, jadi takutlah, jadi rutinlah sekarang ke posbindu. Apalagi uda mau 4 tahun saya kenak hipertensi padahal saya masih muda, jadi saya rutin lah kontrol. Kalau lagi kumat yaa saya minum obat yang biasa, kalau masih ngak baik juga baru saya ke puskesmas atau klinik dekat rumah.Saya pun sekarang udah rutin olahraga fitness gitu biar makin sehat, makan pun uda saya jaga kali, gak terlalu banyak pake garam lagi.”
Universitas Sumatera Utara
Adanya kunjungan secara berkala ke posbindu dan melakukan pemeriksaan secara rutin menunjukkan peran aktif masyarakat untuk menjaga kesehatannya dan sebagai wujud adanya kesadaran akan memperoleh manfaat dari pelaksanaan posbindu. Selain itu, edukasi yang diberikan di posbindu juga mampu memberikan pemahaman gaya hidup yang sehat kepada masyarakat. Namun dalam hal ini belum sepenuhnya dilakukan peserta posbindu. Masih banyak penderita hipertensi yang belum rutin pemeriksaan ke posbindu. Tetapi bagi yang rutin ataupun sering datang ke posbindu, mereka mulai mau berolahraga dan mengurangi pantangan makanan yang dianjurkan dokter, bahkan ada juga yang mulai melaksanakan diet garam.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Padang Bulan tentang
pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah tenaga pelaksana dalam pelaksanaan posbindu belum mencukupi. Pelatihan terhadap tenaga kesehatan meliputi dokter dan petugas pelaksana sudah dilakukan sementara pelatihan untuk kader juga sudah dilakukan namun belum optimal, karena pelatihan yang diberikan masih mengenai tekhnis pelaksanaan posbindu. 2. Biaya operasional program posbindu masih kurang. Sumber biaya program posbindu berasal dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) puskesmas dalam bentuk dana transportasi saja. 3. Sarana dan prasarana yang ada belum lengkap namun masih mampu mendukung terlaksananya posbindu di Puskesmas Padang Bulan. 4. Pelaksana posbindu masih belum sesuai dengan SPO (Standart Prosedur Operasional) Posbindu PTM, karena masih dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Padang Bulan yang dibantu dengan kader namun belum mencukupi dan pemeriksaan yang dilakukan pun belum lengkap seperti yang tertera pada SPO (Standart Prosedur Operasional) posbindu. Pemberdayaan masih belum maksimal dalam melibatkan partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan hipertensi, yaitu menjadikan masyarakat sebagai subjek dalam pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan. 5. Pemantauan dan evaluasi program posbindu sudah dilakukan. Tetapi pemantauan tidak dilakukan secara rutin. Sementara evaluasi pelaksanaan program dilakukan secara rutin setiap tahun bersama dengan program-program lainnya.
Universitas Sumatera Utara
6. Hambatan ataupun kendala dalam pelaksanaan posbindu adalah 1) keterbatasan sarana dan prasarana, 2) keterbatasan biaya operasional, 3) tenaga kesehatan yang masih kurang, dimana hanya terdapat satu dokter dan petugas pelaksana yang bertugas di lapangan, 4) kader yang belum terlatih dimana kader hanya diberi pengetahuan teknis posbindu dilapangan, namun untuk bagian konseling masih dilaksanakan oleh dokter, 5) peserta yang datang ke posbindu masih sedikit. 7. Penderita hipertensi yang rutin ataupun sering ke posbindu, sudah mulai menjalankan gaya hidup sehat, mengurangi makanan yang tidak dianjurkan dokter serta diet garam.
6.2 1.
Saran Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan posbindu PTM dan memberikan pelatihan/pembinaan bagi tenaga pelaksana kegiatan posbindu khususnya kader.
2.
Kepada Kepala Puskesmas Padang Bulan untuk dapat meningkatkan tipe Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Polonia dari Posbindu PTM dasar menjadi Posbindu PTM utama sehingga masyarakat lebih antusias untuk memanfaatkan Posbindu PTM.
3.
Kepada Penanggung jawab dan pelaksana Posbindu PTM Puskesmas Padang Bulan dapat secara konsisten menjalankan program Posbindu PTM dan lebih mengoptimalkan peran masyarakat (seperti mahasisawa kesehatan masyarakat, ibu ibu perwiritan, kantor dan tempat umum lainnya) dalam pelaksanaan Posbindu PTM.
Universitas Sumatera Utara
4.
Kepada tim pemantau program posbindu, pelaksanaan pemantauan dilakukan melalui kunjungan secara berkala maupun laporan tertulis sehingga tenaga kesehatan pelaksana posbindu dan masyarakat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan posbindu.
5.
Kepada pihak yang terkait (Camat, Lurah, Tim PKK, Kepala Lingkungan, Tokoh Masyarakat) diharapkan dapat melakukan kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan posbindu PTM serta berperan aktif dalam pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara