1
Tema Teror dalam Film Le Corbeau Karya Henri-Georges Clouzot Cinta Rutatiko, Talha Bachmid Program Studi Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas tema teror dalam film le Corbeau karya Henri-Georges Clouzot. Tujuan skripsi ini adalah memaparkan perwujudan tema teror melalui aspek naratif dan sinematografis dalam film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bantuan teori pengkajian film menurut Joseph M. Boggs. Hasil penelitian menyatakan bahwa teror dalam film le Corbeau menjadi sumber konflik yang dipicu oleh munculnya surat-surat anonim dan ditampilkan secara bertahap yang dimulai dari munculnya kecurigaan dan berkembang pada ketegangan antar tokoh serta berujung pada kematian.
The Terror Theme in the Film Le Corbeau of Henri-Georges Clouzot Abstract This thesis is focused on the terror theme in the film le Corbeau of Henri-Georges Clouzot. The aim of this thesis is to discuss the terror theme through the narative and cinematographic aspect. This study uses qualitative method with the help of theory of film study according to Joseph M. Boggs. The result of the analysis shows that the terror theme in the film le Corbeau becomes the source of conflict triggered by the emergence of anonymous letters and displayed in stages started from the emergence of suspicion and evolve to tension between characters that leads to death. Keywords: Film, theme, terror
Pendahuluan Film noir adalah genre film yang muncul di Prancis pada tahun 1941-1958 saat kondisi politik dan sosial tidak stabil akibat Perang Dunia ke-II dan Perang Dingin (Hayward, 2005: 128). Istilah film noir sendiri baru dikemukakan pertama kali pada tahun 1946 oleh kritikus Prancis bernama Nino Frank. Ia memberikan istilah tersebut untuk mendeskripsikan film-film Amerika (Hollywood) tentang kejahatan dan cerita detektif yang diproduksi sejak awal tahun 1940-an, tapi baru diizinkan beredar di Prancis setelah masa pendudukan berakhir (Mayer dan Mc Donnell, 2007: 6).
Salah satu film Prancis yang dikategorikan ke dalam film noir dan menuai kontroversi pasca produksi pada masa pendudukan Jerman di Prancis adalah le Corbeau karya Henri-Georges
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
2 Clouzot. Film tersebut mengangkat cerita yang terinspirasi oleh kejadian nyata pada tahun 1917-1922 di Prancis yang biasa disebut dengan l’Affaire de Tulle. Pada saat itu, tercatat sekitar 200 surat berisi fitnah dan gosip disebarkan atas nama L’œil de Tigre di kota Tulle, Prancis, selama 6 tahun (Naour, 2006: 7).
Le Corbeau bercerita tentang keadaan sebuah kota kecil di Prancis bernama Saint-Robin yang digemparkan oleh beredarnya surat kaleng. Surat-surat tersebut disebarkan kepada seluruh masyarakat, tetapi target utama dari tiap surat adalah seorang dokter bernama Rémy Germain (Pierre Fresnay). Ia dituduh melakukan praktik aborsi serta terlibat perselingkuhan dengan Laura Vorzet (Micheline Francey), yaitu istri Dr. Vorzet (Pierre Larquey), seorang psikiater yang bekerja di rumah sakit yang sama dengannya. Tuduhan-tuduhan itu ditulis dalam sebuah surat kaleng yang dibuat atas nama “le Corbeau” yang berarti “gagak”. Setelah kejadian tersebut, muncul surat-surat kaleng berikutnya dalam jumlah yang semakin banyak dan meneror seluruh penjuru kota. Untuk menghentikan kehebohan yang ada di masyarakat, dilakukan pencarian untuk menemukan penulis surat kaleng tersebut. Masing-masing tokoh memiliki potensi untuk dicurigai sebagai „le Corbeau‟, tak terkecuali Denise (Ginette Leclerc), kekasih Germain, dan keponakannya, Rolande Saillens (Liliane Maigné).
Suasana mencekam yang diwarnai motif pembunuhan, balas dendam dan teror ditunjukkan sepanjang alur film tersebut. Masing-masing tokoh berusaha mempertahankan posisinya di masyarakat dengan citra yang baik sementara kekacauan akibat teror melingkupi dan mengarahkan mereka pada kecurigaan terhadap satu sama lain. Oleh karena itu sangatlah menarik untuk mengungkap tema teror yang ada dalam film ini, karena tampaknya teror menjadi penyebab utama konflik dan mewarnai keseluruhan film ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti pada skripsi ini adalah bagaimana tema teror ditampilkan dalam film tersebut. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memaparkan perwujudan tema teror melalui aspek naratif dan sinematografis dalam film le Corbeau karya Henri-Georges Clouzot.
Tinjauan Teori a.
Konsep Teror
Dalam bukunya yang berjudul Concepts of Terror and Terrorism, seperti yang dikutip oleh
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
3 James M. Poland, Walter mendefinisikan teror sebagai keadaan emosional yang disebabkan oleh suatu aksi atau ancaman kekerasan tertentu (Poland, 2005: 5). Sementara itu, dalam bukunya yang berjudul Terror, Terrorism, and the Human Condition, Webel mengatakan sebagai berikut “The term “terror” denotes both a phenomenological experience of paralyzing, overwhelming, and ineffable mental anguish, as well as a behavioral response to a real or perceived life-threatening danger” (Istilah “teror” berarti pengalaman fenomenologis tentang rasa cemas yang berlebihan dan tak tergambarkan serta respons perilaku terhadap bahaya yang nyata atau yang dirasakan mengancam hidup). Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa teror mengindikasikan adanya ketidakberdayaan dan penderitaan mental sebagai tanggapan terhadap bahaya yang dirasakan mengancam jiwa (Webel, 2004: 10). Sementara itu, Edelstein menyatakan bahwa istilah teror merujuk pada keadaan psikis yang lebih intens dari ketakutan, dan memengaruhi siapa pun yang terancam oleh bahaya (Edelstein, 2009: 129).
Dengan melihat definisi teror yang telah dijelaskan sebelumnya, maka teror mengandung beberapa komponen makna, yaitu ketakutan, kengerian, kekejaman, ketidakberdayaan, penderitaan mental, ancaman, ketakutan ekstrim, intimidasi, ancaman kekerasan, dan paksaan. Komponen-komponen makna tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk melihat tema teror dalam film.
b.
Kajian Film
Dalam bukunya The Art of Watching Films (2008: 3), Boggs mengatakan bahwa film merupakan sebuah karya yang unik. Oleh karena keunikannya, diperlukan kajian lebih dalam untuk dapat melihat bagaimana setiap bagian dari film tersebut membentuk kesatuan artistik yang terstruktur. Untuk menganalisis, perlu diperhatikan dua aspek utama yang membangun keutuhan sebuah film, yaitu aspek naratif dan sinematografis.
Terdapat tiga unsur yang termasuk ke dalam aspek naratif, yaitu alur, latar (ruang dan waktu), dan penokohan. Menurut Boggs, terdapat empat elemen pembangun alur, yaitu pemaparan (exposition), gawatan (complication), klimaks (climax), dan peleraian (dénouement). Latar adalah ruang dan waktu terjadinya sebuah cerita. Selanjutnya, Boggs menyebutkan beberapa jenis penokohan, yaitu Penokohan melalui Penampilan Fisik, Penokohan melalui Dialog, Penokohan melalui Tindakan Eksternal, Penokohan melalui Tindakan Internal, Penokohan
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
4 melalui Reaksi dari Tokoh Lain, Penokohan melalui Pengontrasan, dan Penokohan melalui Pilihan Nama.
Aspek sinematografis terdiri atas dua unsur yaitu visual dan sonor. Unsur visual mencakup sudut pandang pengambilan kamera, shot, gerak kamera dan cahaya. Unsur sonor mencakup suara, dialog, keheningan, dan musik.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori pengkajian film. Penelitian berfokus pada analisis aspek naratif dan sinematografis untuk memahami bagaimana tema teror ditampilkan dalam film le Corbeau. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film le Corbeau karya HenriGeorges Clouzot berupa DVD yang dirilis oleh The Criterion Collection pada tanggal 17 Februari 2004 bekerja sama dengan studio Canal dan Janus Films. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Data-data yang dikumpulkan berasal dari sumber data yang berupa unsur naratif dan sinematografis sehingga akan membantu peneliti dalam memahami tema yang ditampilkan dalam film. Peneliti juga menggunakan referensi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu buku-buku dan artikelartikel yang mencakup informasi yang dibutuhkan sebagai bahan penunjang untuk mendukung pembahasan dan teori-teori yang digunakan dalam analisis.
Hasil Penelitian Alur film le Corbeau terdiri atas 107 USIC yang dikelompokkan dalam masing-masing tahap pembangun alur, yaitu pemaparan, gawatan, klimaks dan peleraian. Pada bagian pemaparan, penonton diperkenalkan pada tokoh dan latar utama tempat berlangsungnya keseluruhan cerita dalam film, yaitu di Prancis, tepatnya kota Saint-Robin. Dalam film ini, „surat‟ memegang peranan penting sebagai media untuk mengembangkan alur cerita. Pada USIC ke17 pemberitahuan kepada Germain bahwa Laura merasa harus menjauhinya setelah menerima surat anonim yang mengungkapkan perselingkuhannya dengan Germain merupakan titik pemicu konflik dan menjadi penanda dimulainya kenaikan intensitas ketegangan dan mempersiapkan penonton pada teror-teror surat kaleng berikutnya. Peristiwa tersebut menjadi awal konflik yang mengarahkan alur berkembang ke dalam tahap berikutnya, yaitu gawatan. Berbagai konflik dan peristiwa yang terjadi dalam gawatan membuat konflik semakin
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
5 menegang dan berujung pada titik klimaks. Proses penggawatan sejalan dengan kemunculan satu demi satu surat yang diterima oleh para tokoh. Alur mencapai titik klimaks pada USIC nomor 95 sampai nomor 106. USIC ke-106 menjadi akhir klimaks yang menutup teror surat anonim dikarenakan pada USIC ini, „le Corbeau‟ yang sesungguhnya telah terungkap, yaitu Michel Vorzet. Pada peleraian, situasi ketegangan mengalami penurunan dan tidak lagi terasa tegang. Alur cerita masuk ke dalam penyelesaian dan konflik utama telah terpecahkan dengan tidak berhasil diselesaikannya surat anonim oleh Vorzet dan terungkapnya sosok „le Corbeau‟ yang sebenarnya. Diketahuinya bahwa Vorzet adalah „le Corbeau‟ oleh Germain menandakan akhir teror „le Corbeau‟.
Masing-masing tahap pembentuk alur memiliki intensitas ketegangan yang berbeda. Besar kecilnya intensitas ketegangan dalam satu tahap tersebut lah yang menentukan naik turunnya alur cerita. Untuk melihat keseluruhan alur film le Corbeau, berikut digambarkan grafik alur berdasarkan jumlah USIC dalam setiap tahap pembentuk alur (pemaparan, penggawatan, klimaks dan peleraian):
(Jumlah USIC) Klimaks
Gawatan Peleraian
Pemaparan Titik pemicu
(USIC) Gambar 1. Skema Alur
Pada skema alur di atas, terlihat bahwa bagian pemaparan terdiri dari USIC 1-16, kemudian USIC ke-17 merupakan titik pemicu yang kemudian membawa alur naik sepanjang
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
6 penggawatan. Bagian penggawatan dimulai dari USIC 17-95 dan merupakan bagian yang terpanjang dalam alur film. Sebanyak ±73% dari total USIC dalam film difokuskan pada penggawatan yang memunculkan ketegangan demi ketegangan, ketakutan, kecurigaan, kecemasan, dan peristiwa tragis seperti bunuh diri, dan pembunuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa suasana teror benar-benar dibangun sepanjang bagian ini. Lamanya waktu yang dibutuhkan penggawatan untuk mencapai klimaks menunjukkan bahwa film ini didominasi oleh konflik-konflik berkepanjangan yang sulit untuk diselesaikan. Sepanjang penggawatan, isu utama yang menjadi inti permasalahan adalah identitas „le Corbeau‟ yang sebenarnya. Namun, misteri tersebut baru dapat dipecahkan pada klimaks dalam USIC nomor 106. Artinya, selama film berlangsung, para tokoh tidak henti-hentinya dihantui teror yang dilakukan oleh „le Corbeau‟.
Tokoh-tokoh yang muncul dalam film le Corbeau yaitu Germain, Michel Vorzet, Laura Vorzet, Denise Saillens, Rolande Saillens, Saillens, Marie Corbin, Delorme, wakil jaksa, Bonnevi, Ibu François, Bertrand, Fayolle, Maquet, Annette, sous-préfet kota Saint-Robin, François, dan kepala kantor pos. Jumlah USIC yang melibatkan Germain menunjukkan perannya yang sangat penting dan masalah yang muncul dalam film terpusat kepada dirinya. Menurut Vorzet, Germain adalah seorang yang ingin tahu, intelek, memiliki rasa sensual yang besar, kurang fleksibel dan bebas, tidak terlalu toleran serta keras kepala. Ia juga seorang yang konservatif dan berprinsip.
Salah satu tokoh yang memiliki hubungan dekat dengan Germain adalah Laura Vorzet. Pada awalnya, Laura lah yang pertama membuat surat anonim untuk menarik perhatian Germain, sebuah perbuatan yang akhirnya dilanjutkan Vorzet sebagai usaha untuk mengusir Germain dari kota. Laura yang membiarkan surat anonim berkembang semakin besar menunjukkan bahwa sebenarnya Laura turut berperan dalam membantu „le Corbeau‟ menciptakan teror di kota tersebut. Tokoh wanita kedua yang memiliki hubungan dekat dengan Germain adalah Denise. Kemunculan surat anonim menimbulkan konflik dalam hubungan mereka. Hingga akhir film, kepercayaan Germain kepada Denise diuji dengan munculnya surat anonim buatan Denise dan surat anonim buatan Laura untuk menjebak Denise. Sepanjang film, tokoh yang paling berperan dalam menghalangi Germain mencapai kebahagiaannya di kota St Robin adalah Michel Vorzet. Vorzet memiliki watak yang licik dan sangat lihai memutarbalikkan fakta. Ketika surat-surat anonim mengungkapkan perselingkuhan Germain dengan istrinya, Laura, Vorzet berpura-pura tetap baik kepada Germain. Bagi Germain, ia menjadi teman
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
7 diskusi yang baik karena sikapnya yang terkesan bijak dan tidak memihak. Sikap Vorzet yang seakan baik kepada Germain menjadi tameng untuk menutupi kejahatan yang dilakukannya sebagai „le Corbeau‟. Vorzet mengganggu kehidupan Germain selama di kota Saint-Robin dengan menebarkan rumor dan fitnah negatif tentang Germain melalui surat-surat yang dibuatnya atas nama „le Corbeau‟. Selain berdampak pada Germain dan orang-orang terdekatnya, surat-surat anonim juga memengaruhi sikap warga kota terhadap Germain sehingga menjadi hambatan baginya untuk beradaptasi di kota Saint-Robin.
Film le Corbeau secara keseluruhan menggunakan tempat-tempat yang ada di kota SaintRobin, yang sebenarnya tidak ada di peta Prancis, jadi fiktif. Tempat yang menjadi latar cerita meliputi empat ruang, yaitu gedung sekolah, rumah sakit, rumah keluarga Vorzet, dan ruang publik lainnya. Isu mengenai surat-surat anonim selalu dibicarakan oleh para tokoh hampir di semua tempat yang menjadi latar ruang dalam film le Corbeau. Ini menunjukkan bahwa teror yang diciptakan „le Corbeau‟ tidak pernah pergi dari setiap sudut kota Saint-Robin. Selain sebagai ruang pribadi Germain, gedung sekolah juga menjadi ruang „bermain‟ „le Corbeau‟. Artinya, Vorzet menciptakan suasana tegang dan penuh kecurigaan yang sarat akan teror dalam ruang tersebut. Dalam gedung sekolah, ruang yang dijadikan tempat „bermain‟ oleh Vorzet adalah ruang kelas. Hal itu terlihat ketika diadakan tes dikte oleh Vorzet, Germain dan wakil jaksa untuk menemukan identitas „le Corbeau‟ dari para tersangka. Saat itu, Vorzet yang merupakan ahli grafolog berperan seakan-akan dapat menemukan identitas „le Corbeau‟ dengan menganalisis tulisan para tersangka.
Berbeda dengan gedung sekolah yang menjadi ruang pribadi bagi Germain, rumah sakit berfungsi sebagai ruang publik yang digunakan para tokoh untuk bersosialisasi. Selain sebagai ruang interaksi banyak tokoh, rumah sakit juga menjadi ruang bagi Vorzet untuk melancarkan aksi terornya. Korban yang mendapat teror dari Vorzet antara lain Delorme dan Bonnevi. Selain Delorme dan Bonnevi, tokoh lain yang juga mendapatkan surat anonim di rumah sakit adalah François, seorang pasien penderita kanker. Kehebohan yang muncul di rumah sakit akibat kematian François menunjukkan bahwa Vorzet tidak hanya mengancam pribadi Germain namun telah memperluas terornya hingga mengganggu ketentraman sosial.
Selanjutnya, rumah keluarga Vorzet merupakan ruang yang penting karena di tempat inilah identitas „le Corbeau‟ yang sesungguhnya akhirnya terungkap sekaligus menandakan
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
8 berhentinya teror di kota Saint-Robin. Rumah keluarga Vorzet juga berfungsi sebagai tempat produksi surat-surat anonim.
Film le Corbeau menggunakan banyak ruang untuk memperlihatkan bahwa teror yang diciptakan Vorzet disebarkan dengan luas dan memengaruhi banyak pihak. Pada awal film, ruang yang menjadi latar cerita adalah pemakaman umum yang identik dengan kematian sedangkan pada akhir film, diperlihatkan adegan pembunuhan „le Corbeau‟ yang berujung pada kematian Vorzet sebagai „le Corbeau‟. Hal tersebut memperlihatkan bahwa film ini dibuka dengan suasana suram dan ditutup dengan tragedi yang juga terasa suram. Ini berarti bahwa bagian awal dan akhir film memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Sejak awal, film ini membangun suasana mencekam yang tetap bertahan hingga akhir cerita.
Film le Corbeau tidak menunjukkan secara pasti kapan waktu berlangsungnya cerita. Namun, berdasarkan perkataan Vorzet kepada Germain pada USIC nomor 78, dapat diketahui bahwa sebanyak 850 surat anonim telah disebarkan dalam kurun waktu dua bulan. Ini berarti bahwa selama dua bulan tersebutlah teror „le Corbeau‟ menghantui kota Saint-Robin. Dari latar ruang yang diperlihatkan, dapat diketahui bahwa cerita dalam film tersebut berlangsung ketika musim semi atau musim panas. Selain itu, berdasarkan pakaian yang digunakan para tokoh, terlihat bahwa cerita dalam film tersebut mengambil latar waktu sekitar tahun 1940an. Berdasarkan USIC, latar waktu yang digunakan dalam film le Corbeau terbagi atas tiga bagian, yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari.
Siang hari ditampilkan sebagai latar waktu yang utama dalam film ini. Artinya, Vorzet dengan sengaja membuat suasana yang buruk dengan menyebarkan surat anonim pada saat warga beraktifitas, yaitu siang hari. Ini memperlihatkan bahwa tujuan Vorzet menebarkan teror pada siang hari adalah untuk menarik perhatian warga, terutama Germain. Selain itu, siang hari juga menjadi waktu utama ketika berbagai konflik antar tokoh bermunculan. Berbeda dengan siang hari, malam dan pagi hari dapat dikatakan sebagai waktu yang kurang produktif bagi Vorzet untuk melancarkan aksi terornya. Film ini tidak menampilkan malam sebagai waktu utama munculnya kejahatan dan justru seakan merusak siang hari dengan memunculkan teror dan menciptakan suasana penuh kecurigaan. Hal ini memperlihatkan bahwa tindak kejahatan dapat muncul kapan saja bahkan di waktu yang dirasa aman, yaitu siang hari. Latar siang hari sebagai pusat waktu berkembangnya konflik yang ditampilkan dalam film ini seakan mendukung pemikiran Vorzet bahwa gelap tidak selalu berarti buruk
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
9 dan terang (cahaya) tidak selalu berarti kebaikan. Bahwa keduanya dapat bercampur ataupun bertukar satu sama lain adalah sesuatu yang alami dan tidak ada garis jelas yang dapat memisahkannya.
Untuk menunjang suasana teror dalam film, Clouzot juga memanfaatkan aspek sinematografis yang terdiri atas dua unsur, yaitu visual dan sonor. Pada film le Corbeau, digunakan berbagai macam shot sesuai dengan konsep Boggs, antara lain Extreme Close-up (ECU), Close-up (CU), Medium Close-up (MCU), Medium Shot (MS), Medium Long Shot (MLS), Long Shot (LS), dan Extreme Long Shot (ELS). Tiap jenis shot yang digunakan menggambarkan maksud dan tujuan yang berbeda.
Clouzot banyak menggunakan shot ECU dalam film ini untuk menunjukkan objek yang berperan penting dalam cerita, seperti surat anonim, pisau cukur, dll. Shot medium closeup banyak digunakan Clouzot untuk menampilkan ekspresi wajah yang menunjukkan suasana teror yang mengelilingi objek. Pada pemakaman François, Clouzot juga menggunakan shot MS dengan sudut pandang objektif untuk memperlihatkan reaksi warga, terutama Marie, ketika melihat surat anonim yang tergeletak di jalan pada saat iring-iringan pemakaman berlangsung. Kemudian, MLS dengan sudut pandang objektif digunakan untuk menampilkan dampak teror di kota St. Robin, yaitu rasa frustasi warga agar Marie Corbin segera ditangkap. Shot LS memperlihatkan suasana ketika tes dikte berlangsung. Posisi Vorzet yang duduk di meja guru dengan level yang lebih tinggi menyimbolkan kekuasaan Vorzet serta kemampuannya untuk mengawasi setiap orang yang ada di ruang tersebut. Selanjutnya, melalui shot ELS, Clouzot memperlihatkan ketidakberanian para warga untuk menyentuh dan mengambil surat anonim. Ini menegaskan ketakutan mereka atas surat anonim yang dirasa mengancam mereka.
Clouzot juga menggunakan teknik fixed frame, panning dan tilting untuk menggerakkan kamera. Dalam film le Corbeau, fixed frame biasanya dipakai ketika para tokoh sedang berbincang. Hal tersebut dimaksudkan hanya untuk mengamati keadaan dan tidak menambahkan makna tertentu. Namun, fixed frame terkadang digunakan untuk merekam beberapa suasana tegang seperti pada pertengkaran antara Denise dan Marie yang terjadi saat pemakaman François. Panning merupakan gerak kamera yang cukup banyak terlihat penggunaannya dalam film ini. Pergerakan panning yang cepat dengan sudut pandang objektif ini menggambarkan bahwa siapa saja dapat menjadi tersangka „le Corbeau‟ sehingga
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
10 kebenarannya sulit untuk diprediksi. Sementara itu, penggunaan tilting di akhir film serta diperlihatkannya langit putih yang luas menggambarkan bahwa teror surat anonim telah berakhir dan kota St. Robin kembali memulai hari baru yang cerah. Selain itu, kehadiran anak-anak yang diperlihatkan di akhir film juga menyimbolkan adanya masa depan yang cerah bagi kota St. Robin.
Selanjutnya, Clouzot mengambil sudut pengambilan gambar low-angle shot dan high-angle shot untuk menciptakan makna tertentu yang mendukung suasana teror dalam film. Lowangle shot digunakan pada adegan ketika tes dikte dilaksanakan. Sudut pandang tersebut menegaskan posisi Vorzet yang dominan di ruang kelas. Hal ini menunjukkan bahwa Vorzet lebih berkuasa dibandingkan Denise. Berbanding terbalik dengan hal itu, frame Denise diambil menggunakan high-angle shot sehingga posisi Denise seakan lebih rendah dibandingkan Vorzet. Sudut pengambilan gambar yang bertolak belakang antara frame Denise dan Vorzet dimaksudkan untuk menekankan bahwa Vorzet sebagai orang yang mendikte memiliki kekuasaan yang lebih besar sementara Denise sebagai tersangka tidak memiliki kekuatan untuk melawan Vorzet. Oleh karena itu, kehadiran Vorzet merupakan tekanan bagi Denise. Maka, pengawasan Vorzet dapat dirasakan sebagai teror bagi Denise karena membuatnya merasa tertekan, frustasi, cemas dan gelisah.
Meski cukup banyak adegan yang menggunakan latar siang hari, namun adegan-adegan yang ada dalam film le Corbeau cenderung menggunakan pencahayaan yang suram dan gelap. Sepanjang film, kebanyakan adegan didominasi oleh pencahayaan low-key lighting, terutama ketika berada di dalam ruangan. Mengingat ruang yang paling banyak digunakan dalam film adalah ruang tertutup, maka suasana yang mendominasi jalannya cerita adalah kesuraman. Hal ini menguatkan suasana teror yang ada dalam film ini.
Aspek sonor yang terdapat dalam film antara lain dialog, efek suara, dan keheningan. Terdapat beberapa dialog yang sengaja diutarakan Vorzet demi memutarbalikkan fakta dan mengarahkan kecurigaan pada tokoh lain. Melalui dialog, Vorzet berusaha memengaruhi Germain dengan membuat kemungkinan siapa saja yang berpotensi menjadi „le Corbeau‟. Dengan begitu, ia tidak akan dicurigai oleh Germain.
Terdapat beberapa efek suara yang menguatkan efek tegang di dalam cerita, antara lain pada adegan iring-iringan pemakaman dan ketika Marie berlari menghindari kemarahan warga.
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
11 Adegan iring-iringan pemakaman diwarnai oleh suasana suram dan kesedihan karena yang menjadi latar suara hanyalah suara terlihat yang berasal dari langkah kaki, bunyi roda kereta yang ditarik kuda, nyanyian pendeta dan bunyi lonceng gereja. Semua suara tersebut bergabung menjadi satu sehingga menambah suasana dramatis dalam prosesi pemakaman. Sementara itu, adegan ketika Marie berlari di jalan demi menghindari kemarahan warga diiringi oleh latar suara yang berasal dari dua suara tak terlihat yaitu suara warga yang memanggil-manggil nama Marie Corbin dengan rasa marah dan suara nyanyian doa gereja. Kedua suara tersebut bergabung dan menciptakan efek dramatis yang kuat pada adegan tersebut.
Keheningan terjadi ketika Marie masuk ke dalam kamarnya karena menghindari kemarahan warga dan mendapati kamarnya telah dirusak. Saat itulah, dead track dimunculkan dan menciptakan kebisuan yang membuat suasana tegang semakin kuat. Ritme alamiah muncul hanya dari suara nafas Marie yang terengah sehingga suasana terasa sangat mencekam. Adegan ini menunjukkan bahwa Vorzet berhasil menciptakan tekanan psikologis yang begitu besar melalui kemarahan warga yang meneror Marie.
Pembahasan Tema teror terlihat dari alur, hubungan antar tokoh dan latar waktu dan tempat. Melalui alur, terlihat bahwa „le Corbeau‟ berhasil menciptakan kecurigaan, ketakutan, keresahan dan ketegangan dalam diri tokoh dengan menyebarkan surat-surat anonim. Melalui surat-surat anonim, Vorzet meneror para tokoh dan menimbulkan rasa cemas dalam diri mereka karena rahasia dan kesalahan mereka telah dibeberkan. Ketakutan yang ditunjukkan Marie menunjukkan keberhasilan Vorzet dalam menciptakan suasana teror. Tak hanya itu, kecemasan Delorme dan Bonnevi saat rahasia mereka diketahui juga membuat mereka merasa begitu cemas. Kemunculan kasus surat anonim membuat mereka merasa tertekan dan memperlihatkan adanya teror dalam alur cerita.
Penggawatan dalam alur merupakan bagian terpanjang sehingga surat anonim merupakan pusat permasalahan dalam film ini. Pada bagian penggawatan, terdapat banyak konflik antar tokoh yang disertai munculnya surat demi surat yang meneror mereka. Begitu panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik menandakan bahwa permasalahan yang ada dalam kota St Robin pelik dan hampir semua tokoh tidak berhasil menemukan solusi atas
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
12 permasalahan ini, termasuk Germain sebagai tokoh utama. Misteri siapa penulis surat anonim sebenarnya baru dapat dipecahkan di akhir film oleh Ibu François.
Selain melalui alur, teror dapat terlihat pada analisis tokoh. Tokoh-tokoh yang disebutkan di atas merupakan bagian dari warga kota Saint-Robin. Maka, baik mereka yang menerima surat anonim, yang disebutkan di dalamnya, maupun yang berperan sebagai korban menggambarkan keadaan warga kota yang mengalami tekanan akibat teror yang diciptakan „le Corbeau‟. Mereka juga menyimbolkan kehidupan kota Saint-Robin yang penuh dengan tindak amoral, kemunafikan dan tidak ada seorang pun yang lepas dari kesalahan.
Melihat hubungan antar tokoh yang begitu pelik, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu tujuan Vorzet menyebarkan surat-surat anonim selain menciptakan ketakutan, kekacauan dan kecurigaan adalah untuk menciptakan kebencian dalam diri warga terhadap Germain. Untuk mencapai tujuan jahatnya itulah, Vorzet dengan licik memfitnah Germain sehingga berkonflik dengan tokoh-tokoh lain dengan harapan bahwa hubungan buruk Germain dengan tokohtokoh lain akan membuat seluruh warga sepakat untuk mengusir Germain keluar dari dalam kota Saint-Robin. Tindakan teror Vorzet muncul sebagai refleksi kemarahannya hingga memperlakukan kota Saint-Robin sebagai tempat bermain baginya. Ia bertujuan menanamkan rasa takut, krisis moral, dan keraguan pada tiap tokoh dengan memanfaatkan pengetahuannya atas perilaku amoral tokoh-tokoh tersebut.
Dalam film le Corbeau, latar ruang dan waktu turut berperan dalam mendukung suasana teror yang diciptakan Vorzet. Ruang-ruang yang utama ditampilkannya berbagai konflik antar tokoh adalah gedung sekolah/rumah Saillens, rumah sakit dan rumah Vorzet.
Gedung sekolah paling banyak muncul sebagai latar. Ini menandakan bahwa gedung sekolah ataupun rumah keluarga Saillens mendapatkan tekanan teror yang paling besar. Telah diketahui bahwa Germain sebagai target utama „le Corbeau‟ tinggal di dalam bangunan tersebut bersama keluarga Saillens. Dengan begitu, rumah keluarga Saillens/gedung sekolah menjadi ruang yang sangat dekat dengan kehidupan pribadi Germain. Hal itulah yang menjadi faktor utama mengapa rumah Saillens muncul sebagai ruang pertama kemunculan surat „le Corbeau‟ seperti ketika surat ancaman „le Corbeau‟ yang ditujukan untuk Germain pertama kali ditampilkan secara visual di dalam rumah tersebut. Ini memperlihatkan bahwa „le Corbeau‟ pada awalnya bermaksud mengganggu kehidupan pribadi Germain. Selain rumah
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
13 keluarga Saillens/gedung sekolah, ruang-ruang yang juga terlibat dalam suasana teror antara lain rumah sakit dan rumah keluarga Vorzet. Ruang-ruang tersebut masih memiliki hubungan dekat dengan kehidupan pribadi Germain. Sementara kemunculan ruang publik lainnya diperlihatkan untuk menggambarkan bahwa suasana teror telah berkembang dalam tingkat yang semakin luas.
Ruang-ruang yang utama menjadi latar seperti yang disebutkan di atas merupakan ruang tertutup. Rumah Saillens terkesan suram dan gelap sementara rumah sakit identik dengan kematian dan kesuraman. Di rumah sakit juga lah, François melakukan bunuh diri. Di rumah Saillens lah surat anonim pertama kali muncul. Sementara itu, rumah Vorzet menjadi ruang kemunculan surat anonim yang terakhir. Kemunculan surat anonim yang terakhir seiring dengan kematian Vorzet di ruang yang sama, seakan menandakan berakhirnya teror „le Corbeau‟. Maka, dapat dikatakan bahwa teror yang disebarkan Vorzet muncul di ruang-ruang tertutup dan suram.
Mengenai latar waktu, siang hari menjadi latar yang paling banyak muncul, ini seakan menunjukkan kekuasaan Vorzet bahwa ia mampu menciptakan teror di kota St Robin kapan saja tanpa memedulikan waktu kemunculan kejahatannya. Digunakannya siang hari sebagai latar seakan menegaskan bahwa kejahatan tidak selalu identik dengan kegelapan dan dapat muncul di siang hari yang penuh dengan cahaya. Akan tetapi, cukup banyak latar ruang yang ditampilkan tanpa memperlihatkan latar waktu. Tidak diperjelasnya latar waktu yang sedang berlangsung menggambarkan semakin kuatnya rasa kecemasan karena para tokoh berada di dalam ruang tanpa kepastian waktu berlangsungnya kejadian, apakah pagi, siang atau malam hari. Ketidakpastian tersebut semakin menguatkan suasana mencekam. Dengan begitu, waktu yang kabur juga menjadi salah satu faktor yang membangun suasana teror di kota St. Robin.
Shot yang paling banyak digunakan dalam film ini adalah medium shot untuk menunjukkan interaksi antar tokoh. Melalui medium shot, Clouzot banyak menampilkan konflik antar tokoh dan kecurigaan yang dirasakan warga. Dengan begitu, unsur-unsur pembangun teror dapat terlihat pada berbagai shot yang ditunjukkan. Selain medium shot, medium close-up juga digunakan Clouzot untuk menampilkan ekspresi rasa takut, tertekan, gelisah maupun rasa tegang pada wajah tokoh, seperti yang terjadi pada Denise dan Marie. Extreme close-up digunakan terutama untuk menampilkan benda-benda yang menunjang suasana teror dalam film, seperti surat anonim, pisau, dan benda-benda lain. Sementara itu, penggunaan close-up
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
14 tidak digunakan Clouzot untuk menguatkan suasana teror melainkan hanya untuk menunjukkan hubungan intim tokoh utama, yaitu Germain dengan Denise. Medium long shot dan long shot juga digunakan Clouzot untuk menggambarkan keadaan serta hubungan tokoh dengan latar tempat dan waktu.
Mengenai gerak kamera, panning paling banyak digunakan untuk menguatkan teror yang dilakukan Vorzet. Panning dapat bergerak dengan cepat untuk menyampaikan maksud tertentu, seperti ketika Vorzet berusaha menuduh wakil jaksa, Fayolle dan Germain sebagai penulis surat anonim, atau dapat pula bergerak lambat untuk menambah efek dramatis pada adegan.
Dalam beberapa adegan, sudut pandang pengambilan gambar dimanfaatkan untuk menampilkan dominasi, seperti yang terjadi pada Vorzet dan Denise pada saat tes dikte berlangsung. Melalui high-angle shot yang digunakan pada frame yang menampilkan Vorzet, Clouzot membuat seakan Vorzet mengintimidasi Denise. Dengan begitu, sudut pengambilan gambar turut berperan dalam membangun suasana teror dalam film. Selain sudut pandang pengambilan gambar, pencahayaan turut berperan dalam membangun suasana teror Suasana yang suram pada kebanyakan adegan dengan pencahayaan low-key lighting membantu menguatkan suasana teror. Clouzot juga memainkan pencahayaan untuk menciptakan makna tertentu seperti yang dilakukannya pada adegan perbincangan Vorzet dan Germain mengenai konsep baik dan buruk. Dengan memanfaatkan pencahayaan, Vorzet dapat mengaburkan konsep sisi baik dan buruk dalam diri manusia.
Melalui aspek sonor, suasana teror juga dapat terbangun. Vorzet dapat memengaruhi Germain untuk menaruh curiga pada tokoh lain melalui dialog yang diucapkannya. Mengenai efek suara, sangat sedikit efek suara yang dapat membangun suasana teror. Meskipun begitu, kemunculan efek suara pada saat pemakaman François dan penangkapan Marie benar-benar menguatkan suasana mencekam pada adegan dan menambah efek dramatis. Musik sangat jarang ditemukan dalam film ini dan tidak berpengaruh banyak dalam membangun suasana teror dalam cerita.
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
15 Kesimpulan Berdasarkan analisis naratif dan analisis sinematografis, teror yang menjadi tema utama dalam cerita di film le Corbeau ditampilkan secara bertahap, dari awal film dan makin jelas hingga akhir film. Teror mewarnai hampir seluruh bagian alur cerita dengan suasana penuh ketegangan dan kecurigaan antar tokoh. Titik klimaks yang baru dapat dicapai hampir di akhir film serta peleraian yang hanya terdiri atas satu sekuen menunjukkan bahwa teror dalam film ini tidak mudah untuk diselesaikan oleh para tokoh, terutama Germain sebagai tokoh utama. Konflik dalam film baru selesai pada akhir film ketika Vorzet tidak berhasil menyelesaikan surat anonim karena dibunuh oleh ibu François dan identitasnya sebagai „le Corbeau‟ terungkap. Hal tersebut menandakan akhir teror di kota Saint-Robin.
Kemunculan surat anonim yang begitu banyak menjadi instrumen utama bagi Vorzet untuk menebarkan teror di kota tersebut. Teror surat anonim yang awalnya hanya ditujukan kepada satu individu, yaitu Germain, kemudian berkembang lebih luas hingga surat-surat anonim sampai di tangan tokoh-tokoh lain dan seluruh warga kota. Akhirnya, tidak hanya orang dewasa, tetapi anak-anak pun juga terkena dampak dari teror surat anonim.
Hubungan antar tokoh dimanfaatkan Vorzet untuk menimbulkan kecurigaan antar satu sama lain, seperti hubungan buruk Germain dengan Marie. Kecurigaan dalam film ini menjadi awal mula berkembangnya suasana teror di kota Saint-Robin. Kecurigaan antar tokoh kemudian berkembang menjadi rasa takut dan keresahan. Akhirnya, keresahan yang dialami seluruh warga berujung pada ketegangan seperti yang terjadi pada penangkapan Marie dan pembunuhan Vorzet.
Selain hubungan antar tokoh, latar ruang juga menjadi faktor penting yang menguatkan suasana teror dalam film karena Vorzet banyak memunculkan surat anonim di ruang tertutup, seperti gedung sekolah/rumah Saillens, rumah sakit, dan rumah Vorzet. Banyaknya ruang tertutup yang menjadi latar menegaskan suasana suram dan mencekam yang menunjang kemunculan teror. Di samping ruang, waktu juga menjadi latar yang menunjang suasana teror di kota Saint-Robin. Banyak adegan yang tidak menampilkan latar waktu dengan jelas menguatkan keresahan dan kecemasan yang dirasakan para tokoh karena mereka tidak mengetahui dengan jelas keadaan yang melingkupi mereka. Selain itu, beberapa adegan yang menggunakan latar siang hari banyak menampilkan konflik antar tokoh akibat munculnya
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
16 teror surat anonim sehingga suasana teror yang mengandung ketakutan, keresahan dan ketegangan semakin terasa.
Teror yang ditampilkan Clouzot dalam film juga diperkuat melalui aspek visual dengan menggunakan berbagai variasi shot. Tiap shot digunakan untuk menunjang suasana teror dengan intensitas ketegangan tertentu, mulai dari extreme close-up shot yang memperlihatkan surat anonim dengan jelas dan sangat dekat sebagai instrumen utama teror, hingga extreme long shot yang memperlihatkan ketakutan warga terhadap kemunculan teror surat anonim. Tidak hanya shot, gerak kamera fixed frame, panning dan tilting juga membantu memperlihatkan kecurigaan, tekanan keresahan dan ketegangan antar tokoh sehingga suasana teror benar-benar terbangun. Clouzot juga menggunakan sudut pengambilan gambar tertentu untuk menguatkan suasana teror dengan menampilkan dominasi antar tokoh, terutama dominasi Vorzet sebagai „le Corbeau‟, sehingga kecemasan dan kegelisahan yang melingkupi para tokoh terasa dalam film. Lebih lanjut, suasana yang suram dan kelam yang juga menguatkan suasana teror ditampilkan melalui tata cahaya low-key lighting yang dominan pada banyak adegan.
Selain melalui aspek visual, Clouzot juga memanfaatkan aspek sonor untuk menunjang suasana teror, seperti dialog, efek suara dan keheningan. Berbagai unsur sonor baik suara terlihat maupun suara tak terlihat yang dimunculkan pada berbagai adegan berhasil mengiringi ketakutan, keresahan, kecemasan dan ketegangan yang dirasakan para tokoh.
Baik aspek naratif maupun aspek sinematografis saling berkaitan satu sama lain hingga membentuk suasana ketegangan yang intens. Dalam film ini, berbagai perilaku yang menunjukkan keburukan moral ditampilkan sedemikian rupa sehingga terlihat kemunafikan yang ada dalam tiap tokoh, seperti seorang gadis yang mencuri uang dan berusaha menipu tokoh lain untuk mendapatkan uang, seorang anak perempuan mencuri surat anonim dan berbohong, para tokoh saling memata-matai tokoh lain, seorang perawat mencuri obat-obatan, bahkan Germain sebagai tokoh utama melakukan perselingkuhan dengan istri teman kerjanya. Film ini menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang tidak memiliki sisi gelap dalam dirinya. Tidak ada yang murni baik ataupun murni jahat dan bahwa siapapun berpotensi untuk menjadi „le Corbeau‟, seperti halnya tokoh Marie, Denise dan Laura yang dicurigai dan dipersalahkan tanpa bukti yang kuat. Pada akhirnya, Clouzot berhasil menggabungkan aspek naratif dan aspek sinematografis untuk membangun teror dalam film le Corbeau melalui
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013
17 penyebaran surat anonim, kecurigaan antar tokoh, ketakutan, kecemasan, kegelisahan, keresahan dan ketegangan para tokoh yang kemudian memuncak hingga terjadi pembunuhan.
Daftar Referensi Boggs, Joseph M. (2008). The Art of Watching Films – 7th ed.. New York: McGraw-Hill. Edelstein, Dan. (2009). The Terror of Natural Right: Republicanism, the Cult of Nature, and the French Revolution. Chicago: The University of Chicago Press. Hayward, Susan. (2005). French National Cinema 2nd ed. New York: Routledge. Mayer, Geoff, dan Brian McDonnell. (2007). Encyclopedia of Film Noir. London: Greenwood Press. Naour, Le Jean-Yves. (2006). Le Corbeau: Histoire Vraie d'Une Rumeur. Paris: Hachette Littératures. Poland, James M. (2005). Concepts of Terror and Terrorism. Pearson Education: Prentice Hall. Webel, Charles P. (2004). Terror, Terrorism, and the Human Condition. New York: Palgrave Macmillan.
Tema teror..., Cinta Rutatiko, FIB UI, 2013