TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA GABRIELLE ROY
Makalah Non Seminar diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora
oleh RIEZCA BIASTAMI RADAINI 1006701472 Program Studi Prancis
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2014
Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
2 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
3 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
ABSTRAK
Di dalam artikel ini dipaparkan tema rasisme yang ditampilkan melalui analisis alur dalam cerita pendek Les Deux Nègres karya Gabrielle Roy. Cerita pendek ini menceritakan tentang dua keluarga kulit putih yang tinggal di jalan bernama Rue Deschambault. Kehadiran seorang negro bernama Jackson menimbulkan banyak perdebatan dan pembicaraan, baik di dalam keluarga Roy maupun keluarga Guilbert. Sangat asing melihat seorang pria berkulit hitam tinggal di lingkungan tersebut.Kedatangan Jackson menimbulkan banyak pergunjingan dan masalah antara Nyonya Roy dan Nyonya Guilbert karena adanya stereotip negatif orang berkulit hitam.Cerpen ini juga memiliki sub-tema seperti stereotip dan integrasi. Kata kunci : rasisme; negro; stereotip;
Racism theme in short story Les Deux Nègres by Gabrielle Roy
ABSTRACT This article presents racism theme that is shown through the plot analysis in the short story Les Deux Nègres by Roy. This short story tells about two white families who live on Rue Deschambault. The presence of Negro named Jackson causes series of debate and discussion, both in the Roy family and Guilbert family. It is very strange to see a Negro living in the neighbourhood. Jakcson arrival causes many gossip and trouble between Mrs. Roy and Mrs. Gulibert due to negative stereotype of black people. The short story also has sub-themes such as stereotypes and integration. Keyword: racism, Negro, stereotype
LATAR BELAKANG Kesusatraan frankofon adalah kesusastraan yang ditulis dalam bahasa Prancis, di Prancis dan di luar Prancis.Hadirnya kesusastraan frankofon pada dunia kesusastraan tidak terlepas
dari
pengaruh
Prancis
pada
negara-negara
yang
sempat
menjadi
jajahannya.Penggunaan bahasa Prancis sebagai bahasa ke-dua di negara-negara koloni Prancis merupakan akibat dari penjajahan tersebut.Hal ini memicu munculnya banyak penulis yang bukan orang Prancis namun menghasilkan karya sastra dalam bahasa Prancis.Kesusastraan berbahasa Prancis akhirnya tidak hanya berasal dari para penulis Prancis melainkan juga dihasilkan oleh para penulis frankofon. 4 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
Kanada adalah salah satu negara yang menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa ke-dua. Masuknya bahasa Prancis di Kanada berawal dari kedatangan Jacque Cartier pada tahun 1534 dan mulainya kolonisasi Prancis di Kanada pada tahun 1603 yang dipimpin oleh Pierre de Monts. Kesusastraan Kanada mencerminkan perspektif Kanada pada keindahan alam, kehidupan masyarakatnya dan posisi Kanada di dunia. Kesusastraan Kanada disebut juga
dengan
namaCanLit
(Canadian
Literature).
(http://www.canadiana.ca/
citm/themes/pioneers/pioneers2_e.html) Kanada merupakan negara multikulutural, terdapat berbagai jenis kultur, ras, agama di lingkungan masyarakatnya. Kanada adalah salah satu negara yang sangat menghargai kemajemukan masyarakatnya. Terlihat dengan adanya bulan khusus untuk memperingati jasa orang berkulit hitam dalam sejarah negara ini. Semenjak 1976, bulan Februari diperingati sebagai Black History Month (http://www.cic.gc.ca/ english/ multiculturalism /black/ background.asp).Kemajemukan budaya ini sering dijadikan inspirasi bagi sastrawan asal Kanada dalam menulis sebuah karya.Meski Kanada adalah negara yang multikultural, masalah-masalah sosial seperti rasisme masih dapat ditemukan dan tak jarang dijadikan tema dalam sebuah karya sastra, baik dalam bentuk puisi, prosa, novel maupun cerpen. Manusia adalah makhluk yang saling berhubungan satu sama lain. Tak jarang hubungan tersebut dibatasi oleh perbedaan fisik. Perbedaan gen yang dibawa manusia saat lahir menghasilkan perbedaan satu sama lain. Adanya prasangka yang muncul dari perbedaaan tersebut terkadang menghasilkan konflik antar-sesama. Prasangka atau diskriminasi berdasarkan pemisahan fisik yang berdampak pada pemisahan sosial disebut sebagai rasisme (Liliweri, 2005, 206). Rasisme berawal dari adanya perbudakan terhadap kaum kulit hitam pada masa kolonialisme. Hal-hal yang tidak sama yang ditemukan bangsa Eropa selama melakukan ekspansi wilayah dianggap sebagai perbedaan. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya rasisme. Tidak adanya rasa saling menghargai perbedaan yang dimiliki menimbulkan dikotomi superior-inferior, mayoritas-minoritas yang bermuara pada sikap diskriminatif (Levine dan Pataki, 2004, 29).Salah satu sastrawan asalah Kanada yang mengangkat isu rasisme di dalam karyanya adalah Gabrielle Roy. Gabrielle Roy lahir di St. Boniface, Manitoba, tanggal 22 maret 1909. Lahir sebagai anak bungsu pasangan Léon and Mélina Roy, Gabrielle memiliki 10 orang saudara. Melina adalah wanita yang menginspirasi Gabrielle dalam menuliskan peran seorang ibu dalam karya-karyanya. Ayah Gabrielle bekerja bagi para imigran yang menetap di Kanada Barat dan dipecat secara sepihak pada 1913, enam bulan sebelum masa pensiunnya. Saat Gabrielle Roy mengambil pekerjaan di Eropa tahun 1937, 5 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
saat itulah ia menemukan kecintaannya dalam dunia menulis. Berawal dari penulisan artikel di jurnal Prancis, ia percaya diri untuk kembali ke Kanada dan melanjutkan perkerjaannya sebagai seorang penulis. Novel pertamanya berjudul Bonheur d'occasion akhirnya terbit pada tahun
1945,
dua
tahun
setelah
Melina
meninggal
dunia.
(http://www.maisongabrielleroy.mb.ca/en/gabrielleroy/biography). Semasa hidupnya, Gabrielle Roy telah menerbitkan lebih dari 10 novel dan karyakarya tersebut diakui telah memberi pengaruh yang besar bagi kesusastraan di Kanada abad 20. Tema rasisme yang kerap terlihat dalam kehidupan masyrakat Kanada dapat terlihat pula dalam
cerpen karya Gabrielle yang berjudul Les Deux Nègres dalam novel Rue
Deschambault (1957). Cerpen Les Deux Nègresmenceritakan tentang dua keluarga yaitu keluarga Roy dan keluarga Guilbert yang hidup bertetangga namun sering berselisih mengenai berbagai macam hal. Meski sering berselisih penadapat, kedua keluarga ini tetap berteman dan kadang mempedulikan satu sama lain. Kesulitan keuangan yang dialami oleh keluarga Roy mengharuskan mereka untuk menerima seorang penyewa kamar di rumah besar mereka. Kedatangan penyewa yang ternyata seorang berkulit hitam yang bernama Jackson membuat pergunjingan diantara ma meredan nyonya Guilbert. Awalnyama mère (nyonya Roy) tidak setuju jika kamar di rumahnya disewa oleh seorang berkulit hitam, namun lama-kelamaan ma mèremenyetujui kehadiran Jackson keuntungan ekonomi yang ia dapat. Jackson yang sangat berpribadi baik di rumah keluarga Roy membuat semua orang di rumah mulai menyukainya, termasuk Odette dan Agnes yang tertarik kepadanya. Ketika Odette memainkan sebuah lagu melalui pianonya, Jacksonpun mulai merasakan ketertarikan yang sama pada Odette. Tokoh Je (Aku) yang juga anak dari keluarga Roy, mulai mengajari Jackson bahasa Prancis dan ia diberi sejumlah uang olehnya. Nyonya Guilbert sering menanyakan Jacksonsejak kedatangannya di rumah keluarga Roy. Kadang ia merendahkanya namun ma mère selalu menanggapi perkataan nyonya Guilbert dan mendukung Jacksondemi harga dirinya. Karena kesulitan keuangan juga, nyonya Guilbert mengikuti jejak nyonya Roy untuk menyewakan sebuah kamar di rumahnya. Penyewa yang akhirnya tinggal di rumah keluarga Guilbert ternyataseorang yang berkulit hitam. Judul cerpen inisudah memerlihatkan satu ras tertentu, yakni ras kulit hitam. Saat membaca judulnya timbul prasangka bahwa cerpen ini akan membahas diskriminasi yang diterima orang kulit hitam di Kanada. Hal lain yang semakin membuat cerpen ini menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah kenyataan bahwa cerpen ini adalah refleksi kehidupan 6 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
Gabrielle di Saint Benco (http://canadian-writers.athabascau.ca/french/writers/groy.php). Refleksi tersebut memperlihatkan bahwa rasisme memang masih bisa ditemui di negara seperti Kanada terutama pada tahun1957 saat cerpen ini ditulis. Selain memperlihatkan rasisme, Gabrielle juga ingin memperlihatkan proses penerimaan orang kulit hitam di lingkungan orang kulit putih. Oleh karena itu tema ini menarik untuk diteliti. TINJAUAN TEORETIS Dalam karya sastra tema adalah gagasan, ide atau pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra. Tema terkadang didukung oleh pelukisan latar, dalam karya lain tersirat dalam lakuan tokoh atau dalam penokohan (Sudjiman, 1998, 50-51). Untuk melihat tema dilakukan analisis alur yang menggunakan teori Gustave Freytag. Freytag menetapkan lima tahapan penting sebagai pembentuk alur sebuah cerita yang koheren. Kelima tahapan tersebut adalah pemaparan, gawatan, klimaks, leraian dan selesaian, dan digambarkan dalam bentuk pyramid atau segitiga. (http://web.cn.edu/kwheeler/documents/freytag.pdf). Peristiwa yang terdapat dalam segitiga alur juga akan dianalisis untuk memperlihatkan tema, dan kemudian dialog, tokoh, penokohan, serta latar yang mengandung unsur rasisme sehingga terlihat tema cerpen ini.
7 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
TEMA RASISME DALAM CERPEN Untuk menemukan tema dalam cerpen ini, analisis yang digunakan adalah analisis alur. Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangakaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2011: 83). Pengarang memaparkan kejadian secara kronologis dan peristiwa-peristiwa dalam alur mengandung unsur kausalitas. Penutur yang juga adalah tokoh aku menghadirkan sudut pandang orang pertama dalam cerpen ini dan
memperlihatkan sebuah masalah awal yang akan mengakibatkan peristiwa lain terjadi. Alur cerpen ini dapat digambarkan melalui segitiga alur di bawah ini. Gambar 1.1 Segitiga Alur Berdasarkan gambar 1.1, alur cerita berawal dari pemaparan kisah yakni mengenaideskripi latar dan pertengkaran antara keluarga Roy dan keluarga Guilbert. Rue Deschambaultdigambarkan sebagai tempat yang sejuk dan hijau namun dibalik lingkungan yang bagus tersebut terdapat pertengkaran antara tetangga. Pertengkaran tersebut masih dalam tahap pemaparan yaitu diperkenalkannya tokoh-tokoh kedua keluarga. Ketidaksenangan keluarga Roy terhadap keluarga Guilbert, terlihat dari hubungantuan Guilbert yang merupakan rekan kerja père(ayah)yang tidak berjalan baik akibat perbedaan pandangan politik. Pertengkaran kedua keluarga semakin terlihat melalui penjelasan tokoh Aku /Je sebagai penutur tentang hubungan maman/ mère (ibu) dengan nyonya Guilbert, istri dari tuan Guilbert. “ … pas plus que mon père avec M. Guilbert, ma mère ne pouvait se passer d‟escarmouches avec Mme. Guilbert. ” (9) “Seperti halnya ayahku dengan tuan Guilbert, ibuku tidak bisa tidak bertengkar 8 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
dengan nyonya Guilbert. ”(9) Pertengkaran antara ma mère dengan nyonya Guilbert berawal dari perbandingan kedua anak mereka yakni Lucien dan Gervais. Tidak semua anggota keluarga berseteru karena anakanak dari kedua keluarga tersebut berteman baik. Lucien dan Gervais merupakan teman sekolah yang biasa merokok bersama. Odette yang berasal dari keluarga Roy dan Gisèle juga berteman baik. Hal ini terlihat dari keduanya yang saling meminjamkan tatting, yaitucara merajut renda yang dulunya berasal dari wanita kelas atas, seperti Ratu Victoria dari Inggris dan Maria Theresa dari Austria (http://www.tattedtreasures.com). Alur cerita memasuki gawatan yakni munculnya konflik yang membuat cerita semakin memuncak.Gawatan dalam cerpen ini terdiri dari beberapa peristiwa. Peristiwa pertama adalah
masalah
finansial
keluarga
Roy.Adanya
kesulitan
ekonomi
membuatma
mèremendapatkan ideuntuk menyewakan kamar di rumahnya namun ia menginginkan penyewa kamar yang sesuai dengan kriterianya. “Mais ma mère se mettait à craindre le personnage louche ou le pauvre manœuvre que l‟on verrait chaque soir entrer chez nous noir et crotte.” (13) “ Namun ibuku takut dengan orang yang mencurigakan atau buruh misin hitam dan kotor yang setiap sore masuk ke dalam rumah kami. ”(13) Dari kutipan diatas terlihat ketakutan ma mère dengan orang berkulit hitam. Penjelasan orang berkulit hitamtersebut identik dengan streotip orang kulit hitam yang miskin dan kotor.Ketakutan ma mère akan orang berkulit hitam menyebabkan perbedaan tanggapan ketika Robert, anak sulungnya, menemukan calon penyewa kamar. Ketakutan tersebut adalah bentuk dari rasisme karena ciri fisik, yang berupa perbedaan warna kulit, menyebabkan munculnya diskriminasi. “J‟ai trouvé un locataire qu‟il vous faut, dit Robert à maman; une perfection! ” …. “ Et ce qu‟il ya de mieux, fit Robert, c‟est que ce type n‟occuperait sa chambre chez nous qu‟un ou deux par semaine, mais il la paierait en entier… ” … “ Un président et pieux ! Et il s‟appelle ? ” “ Jackson ” 9 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
“ Un anglais? ” “ Par la langue, si tu veux, dit Robert...mais en réalité, et c‟est même la seule petite ombre au tableau, si je peux dire, Jackson est Nègre ” “ Un Nègre! Ah non! Par exemple. Jamais de la vie!” (15) “ Saya menemukan penyewa yang sesuai dengan keinginanmu, ucap Robert ke ibu. Sempurna!” … “ dan yang hebatnya, ucap Robert, dia hanya menggunakan kamarnya satu atau dua kali seminggu namun membayar penuh…” … “Seorang dengan jabatan tinggi dan saleh! Namanya?” “Jackson” “Orang inggris?” “Iya jika dilihat dari bahasanya, ucap Robert. Tapi kenyataannya, dan inilah satu-satunya masalah kecil di sini, jika aku bisa bilang begitu, Jackson adalah orang kulit hitam” “kulit hitam! Tidak! Tidak akan pernah!” (15) Dari dialog diatas dapat terlihat bagaimana perubahan tanggapan ma mère mengenai orang yang akan menyewa kamar di rumahnya. Ma mère menentang keras penyewa tersebut untuk tinggal bersamanya setelah mengetahui dia adalah seorang berkulit hitam. Penolakan ma mèreadalah akibat dari gambaran orang berkulit hitam di benaknya; kotor, miskin dan mencurigakan. Hal ini menyiratkan pandangan yang merujuk pada rasisme karena sisi fisiklah yang menjadi permasalahan orang berkulit hitam itu dibedakan. Penolakan yang diperlihatkan ma mèrejuga merupakan hasil ketidakpercayaan akan orang berkulit hitamyang bekerja sebagai kepala eksektuif karena yang identik dengan jabatan tinggi adalah orang kulit putih, ditambah nama Jackson yang mengacu kepada orang kulit putih. “Un peu avant, maman avait murmuré : “ Quand même, j‟aurais presque mieux aimé le voir arriver la nuit !” (15) “ Sebelumnya, ibu bergumam : “meskipun demikian rasanya aku lebih suka melihatnya datang pada malam hari ! ”(15) Keputusan ma mèreuntuk menerima penyewa yang berkulit hitam di rumahnya selain karena untung juga karena rasa penasaran akan reaksi nyonyaGuilbert. Peristiwa ini adalah 10 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
akibat dari adanya pertengkaran antara ma mèredan nyonyaGuilbert. Meski demikian, terlihat dari kutipan di atas, keinginan ma mèreakan kedatangan Jackson pada malam hari disebabkan ketakutannya akan pandangan tetangganya di rue Deschambault. Jalan tersebut dijelaskan sebagai jalan kecil dan sepi sehingga jika ada orang asing datang, terlebih lagi ia berkulit hitam, maka akan menjadi bahan pembicaraan. Jika ia datang pada malam hari, maka tak banyak orang yang akan melihat. Gumaman ma mère juga memperlihatkan hitamnya malam akan sama hitam dengan kulit Jakson sehingga membuatnya tidak terlihat. Keresahan ma mère akan pandangan tetangganya juga disebabkan lekatnya sosok orang kulit hitam dengan budak yang status sosialnya berada di bawah kaum kulit putih. Pandangan negatif akan muncul jika seorang kulit putih tinggal bersama orang kulit hitam karena perbedaan status tersebut. “de jour, dans notre petite rue si peu passante et par un soleil rayonnant, le fait est qu‟il fut extrêmement visible ce grand et beau Noir, tout de noir habillé...” (15). “Di siang hari, di jalan kecil kami yang sepi dan saat matahari bersinar terik, sosoknya yang besar dan hitam serta berpakaian serba hitam sangat mencolok...” (15). Kutipan di atas adalah peristiwa ke-dua yang termasuk gawatan dalam cerita, yakni kedatangan Jackson. Deskripsi suasana yang sepi dan saat matahari bersinar terik mendukung kehadiran Jackson yang hitam. Kata „extrêmement‟atau sangat berlebihan digunakan untuk menggambarkan perbedaan warna kulitnya yang mencolok. Jackson yang sudah hitam ditambah berpakaian hitam serta saat matahari sedang terik membuat kehadirannya sangat mencolok di lingkungan rue Deschambault, seperti yang dikhawtirkan oleh ma mère. Empat jam setelah kedatangan Jackson, nyonya Guilbert datang bertemu dengan ma mère untuk menanyakan tentang tamu yang datang ke rumah keluarga Roy. Keterkejutan nyonya Guilbert akan kehadiran seorang berkulit hitam di lingkungannya terlihat dari dialog yang ia katakan kepada ma mère : “... figurez-vous, dit Mme Guilbert, que je devais avoir le soleil dans les yeux... quand cette personne..enfin votre locataire a paru au bout de la rue... Un instant, je me suis imaginé voir un Nègre.” (16) “... tahukah Anda, ucap nyonya Guilbert, saya rasa sinar matahari menyilaukan 11 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
mata saya ketika saya melihat seseoran, penyewamu di ujung jalan , tiba-tiba saya membayangkan melihat seorang berkulit hitam.” (16) Dilihatnya seorang berkulit hitam oleh nyonya Guilbert dianggap karenateriknya sinarmatahari. Ia seakan melihat sosok yang tidak pernah ada di lingkungan tersebut. Sinar matahari yang terik dapat menyebabkan fatamorgana, yang saat itu diyakini nyonya Guilbert membuatnya melihat orang kulit hitan. Hal ini memperlihatkan bahwa seorang berkulit hitam belum pernah ada, datang ataupun tinggal, di lingkungan tersebut, sehingga nyonya Guilbert menganggapnya hanya sebuah imajinasi/fatamorgana. “J‟aurais pu louer ma chambre cent fois, deux cents fois à quelqu‟un de blanc, dit ma mère. Ce ne sont pas les Blancs qui manquent par chez nous... Mais, justement, j‟ai compris qu‟il était plus human, plus chrétien, si vous voulez, de prendre ce pauvre Nègre que certains, comprenez-vous cela, refuseraient de traiter comme un de leurs semblables. Car enfin, oui ou non, demanda maman, un Nègre a-t-il une âme?” (16) “Saya bisa saja menyewakan kamar saya sepuluh kali, dua puluh kali lipat kepada orang kulit putih, ucap ibuku. Orang kulit putihlah yang tidak kurang jumlahnya... tapi, justru itu, dengan menerima seorang berkulit hitam malang yang ditolak beberapa orang untuk memperlakukannya sama dengan mereka membuat saya paham bahwa orang berkulit hitam adalah orang yang lebih manusiawi. Pada akhirnya, benar atau tidak, tanya ibu, apakah orang kulit hitam memiliki jiwa?” (16) Dari dialog di atas terlihat posisi orang kulit hitam di mata orang-orang kulit putih. Mereka dianggap berbeda dan tidak sama sehingga mereka mendapat perlakuan yang berbeda. Penolakan yang dilakukan orang kulit putih semata-mata karena mereka berkulit hitam. Hal ini sangat memperlihatkan rasisme. Ucapan ma mère di atas memberi kesan bahwa ia berbeda dengan orang kulit putih lainnya. “... Allez-vous essayer de me faire croire que c‟est par philanthropie que vous avez installé dans notre milieu une personne noire! ”(17) “...Anda ingin mencoba membuatku percaya bahwa Anda memasukan seorang berkulit hitam ke wilayah kita karena kedermawanan!” (17)
12 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
Tanggapan dari nyonya Guilbert di atas menggambarkan ketidaknyamanan nyonya Guilbert akan kehadiran orang kulit hitam di lingkungan tempat ia tinggal. Nyonya Guilbert sangat tidak percaya ma mère memberikan tempat kepada orang kulit hitam di rumahnya. Kata „philanthropie‟(kedermawanan)yang diucapkan nyonyaGuilbert memberikan kesan bahwa ma mère hanya kasihan atau iba dengan Jakcson hingga memperbolehkannya tinggal di rumahnya. Rasa iba tersebut muncul di benak nyonya Guilbert karena pandangan ras kulit hitam yang di bawah derajat ras kulit putih sehingga penerimaan ma mère diyakini karena rasa kasihan bukan karena memang ma mère
sengaja memilih orang kulit hitam untuk
menjadi penyewa di rumahnya. “Que‟une bonne action rapporte est-ce donc si etonnant! C‟est dans l‟odre” (17). “Mengapa aneh bahwa tindakan yang baik membawa hasil!Bukankah itu wajar?” (17). Kutipan di atas menjelaskan bahwa ma mère yang merasa aneh melihat kekesalan yang diperlihatkan nyonya Guilbert. Ma mère menyetujui penyewa yang seorang kulit hitam karena ia memberikan keuntungan kepada keluarga Roy. Hal itu telah dikatakan sejujurnya oleh ma mère kepada nyonya Guilbert namun nyonya Guilbert justru kesal. Kutipan di atas memperlihatkan bahwa masih terasa asing di benak orang kulit putih untuk menerima bahwa mereka membutuhkan orang dari ras kulit hitam dan bukan menolong mereka karena rasa iba. Stereotip seorang berkulit hitam yang kasar tidak terlihat dari sikap Jackson selama di rumah keluarga Roy. Ia justru sangat sopan. Kesopanan Jackson terlihat saat ia meminta izin untuk duduk bersama dengan keluarga Roy: “il nous demanda d‟une voix profonde s‟il pouvait s‟asseoir avec nous”, “ia bertanya kepada kami apakah ia boleh duduk bersama kami” (19). Selain memberikan hadiah, Jackson juga memberikan imbalan berupa uang sebesar 100 dolar untuk setiap kata dalam bahasa Prancis yang diajarkan Je kepadanya.
Hal ini
memperlihatkan bahwa orang kulit hitam tidak selalu miskin dan kasar seperti sterotip yang ada. Konflik semakin meningkat saat peristiwa ketiga dalam gawatan muncul yakni masalah ekonomi di keluarga Guilbert. Kesulitan ekonomi di keluarga Guilbert dijelaskan sudah cukup parah. Keadaan ekonomi keluarg Guilbert yang parah dijelaskan dalam kutipan di bawah ini. “les Guilbert avaient de sérieuses difficultés d‟argent. M. Guilbert avait dû 13 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
prendre sa retraite: la grande maison, si semblable à la notre, était hypothéquée, les enfants aux études coûtaient cher.” (20) “Kelurga Guilbert mengalami masalah keuangan yang serius. Tuan Guilbert harus pensiun ditambah rumah besar, yang mirip dengan milik kami, telah digadaikan, serta biaya pendidikan anak-anak yang sangat mahal.” (20) Meski ma mère sering beradu pendapat dengan nyonya Guilbert, ia tetap memberikan solusi untuk masalah yang sedang dialami keluarga Guilbert. Ma mère menyarankan untuk mencari penyewa kamar, sama seperti dirinya. Dan menurut ma mère , ia cukup senang dengan penyewa di rumahnya. “Je vous le dis, madame Guilbert ; les Nègres me paraissent être les hommes les plus soigneux, les plus propres au monde...” “Pour le corps aussi? Fit Mme Guilbert en pinçant un peu les narines.” (21) “ Aku mengatakan inipada Anda,nyonya Guilbert ; dimataku orang kulit hitam adalah orang-orang yang sangat bersih dan sangat rapih di dunia ini.” “ Badannya juga ? Ucap nyonya Guilbert sambil
sedikit menutup hidungnya”
(21) Dalam dialog di atas kalimat“Pour le corps aussi?”serta gerak tubuh nyonya nyonya Guilbert yang digambarkan sambil menutup hidung adalah sindirian yang dilontarkan nyonya Guilbert karena adanya stereotip orang kulit hitam yang memiliki bau tidak sedap. Stereotip ini memunculkan pandangan rasis dari nyonya Guilbert sebagai orang kulit putih terhadap Jackson yang merupakan orang kulit hitam. Stereotip yang tidak selalu benar terlihat dari penjelasan ma mère
tentang Jakcson yang selalu mandi hingga menghabiskan air di
rumahnya. Jackson juga dijelaskan menyukai wangi parfum yang ada di rumah keluarga Roy. Kutipan di bawah ini memperlihatkan bahwa orang kulit hitam menyukai wangi bunga. Hal ini menopang pendapat bahwa orang kulit hitam sebenarnya tidak memiliki bau yang tidak sedap karena ia menyukai sesuatu yang harum. “...le Nègre deva recueillir quelque bouffées de ce parfum plus délicat des fleurs vivantes...” “Smell so goo-ood!” (20)
14 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
“... orang kulit hitam itu harus menarik napas berkali-kali untuk mencium harum lembut bunga-bunga yang hidup...” “Harumnya sangat enak!” (20) Selain mempertanyakan bau tubuh orang kulit hitam, nyonya Guilbert juga mempertanyakan tempatmereka. Tempat yang dimaksud adalah bahwa ia berada di bawah orang kulit putih dan tidak mencoba berada sejajar dengan orang kulit putih. Hal ini erat kaitannya dengan konsep orang kulit hitam adalah Liyan. “Mais, est-il à sa place?” “À sa place? Que voulez-vous dire? Dit ma mère. Bien sûr qu‟il est à sa place..comme on l‟est tous, madame Guilbert, à sa place dans la vie, n‟est-ce pas? Pas aussi riches que les uns... pas aussi pauvres que les autres...” (21) “Tapi, apakah ia berada di tempatnya?” “Di tempatnya? Apa maksud Anda? Ucap ibuku. Tentu ia berada di tempatnya, seperti kita semua, nyonya Guilbert, di tempatnya di kehidupan, betul? Tidak sekaya orang-orang tertentu, tidak semiskin yang lain.” (21) Dalam kutipan di atas terlihat ma mère telah bersikap menghargai perbedaan. Ia telah menerima orang kulit hitam dan memperlakukannya sama dengan orang kulit putih lainnya. Hal ini bukanlah tipuan seperti yang ia lakukan sebelumnya. Perubahan pandangan ma mère kepada orang kulit hitam terjadi karena adanya proses komunikasi. Jackson yang selalu memperlihatkan sikap baik membuat pandangan buruk akan dirinya berkurang. Peristiwa selanjutnya dalam tahap gawatan adalah datangnya orang berkulit hitam ke-2 di rue Deschambault yang ternyata adalah penyewa kamar di keluarga Guilbert. Berbeda dengan Jackson, orang kulit hitam di keluarga Guilbert tidak disebutkan siapa namanya. Dia hnaya dijelaskan sebagai teman kantor Horace, berasal dari Alabamadan mulâtreatau berdarah campuran (tidak terlalu hitam). Je juga menjelaskan bahwa orang kulit hitam di keluarga Guilbert tidak lebih hitam daripada Jackson; “...le Nègre des Guilbert etait le moins noir des deux”, “...di antara mereka berdua, orang kulit hitam di keluarga Guilbert tidak terlalu hitam.” (22). Adanya 2 orang berkulit hitam di lingkungan rue Deschambault membuat ma mère merasa tersaingi karena nyonya Guilbert terus membanggakan penyewa di rumahnya.\ “En tout cas, nous assura-t-elle notre Nègre était infiniment mieux que celui de Mme Guilbert, lequel étais moins élancée, moins droit.” (22) “Pokoknya, ujar Ibu, orang kulit hitam kita tentu saja lebih hebat daripada 15 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
penyewa di rumah nyonya Guilbert, yang kurang langsing, kurang tegap” (22). Dalam perbandingan ke-dua orang kulit hitam oleh ma mère dan nyonya Guilbert, selalu digunakan kata ganti kepemilikan yakni “mon” (-ku), “le mien” (punyaku) dan “notre”(milik kami). Meski telah disebutkan sebelumnya bahwaorang kulit hitam keluarga Roy bernama Jackson namun sepanjang alur cerita tidak pernah anggota keluarga Roy, baik ma mère maupun Je, memanggilnya dengan nama„Jackson‟. Mereka selalu menggunakan kata ganti kepemilikan “mon nègre” (orang kulit hitamku) ,“notre nègre” (orang kulit hitam milik kami) atau cukup “le nègre” (orang kulit hitam). “Le mien, disait maman, a de la finesse, je vous assure, et du tact.” “En tout cas, le mien en a assez, repliquait Mme Guilbert, pour connaitre sa place et y rester” (27) “Aku jamin, orang hitamku, ucap ibu, memiliki kehalusan dan kelembutan” “Pokoknya orang hitamku sudah cukup mengetahui tempatnya dan tetap di tempat itu, ucap nyonya Guilbert ” (27) Meski ma mère juga mengatakan “ mon Gervais” (Gervaisku) (10) untuk anaknya namun terdapat konotasi yang berbeda saat ia mengucapkan “ mon Nègre ”. Mon nègre menimbulkan konotasi negatif yakni orang kulit hitamyang seolah digambarkan seperti benda. Jika hal tersebut dikaitkan dengan sejarah perbudakan, kepemilikan orang kulit hitam oleh majikannya yang orang kulit putih, maka penggunaan kata kepemilikan dapat memberikan konotoasi bahwa orang kulit putih selalu berkuasa atas orang kulit hitam. Hal ini kembali di dasari oleh perbedaan warna kulit (rasisme). Masalah kembali merumit hingga mencapai klimaks ketika ma mère
dan nyonya
Guilbert melihat kedua anak perempuannya, Gisèle dan Odette, pergi berdua dengan orang kulit hitam yang tinggal di rumahnya masing-masing. Kedekatan mereka dengan kedua orang hitam tersebut berawal dari kesukaan orang kulit hitam akan musik klasik yang dimainkan Gisèle. Kesukaan Jackson akan musik klasik yang lekat dengan orang-orang berpendidikan memperlihatkan bahwa ras kulit hitam juga sama berpendidikan dengan ras kulit putih. Hal ini bertentangan dengan stereotip ras kulit hitam yang dikatakan bodoh serta tidak berpendidikan.
16 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
“Odette, un soir, leva la tête; elle apercut le nègre... Ma soeur, le plus gracieusement du monde, en lui indiquant unfauteuil, invita le Nègre au Salon, et pour lui, elle reprit, des le debut, le prelude de Rachmaninoff.” (24) “Suatu sore, Odette mendongakkan kepalanya; ia melihat le nègre... kakakku yang paling baik di seluruh dunia, mengundang le nègresambil menunjuk kursi di dalam ruang keluarga, dan untuknya, ia mengulang dari awal musik prelude Rachmaninoff.” (24) Odette tidak seperti ma mère. Ia dikatakan tidak peduli akan pendapat orang jika melihatnya berjalan dengan orang kulit hitam di muka umum. Saat bersama Odette, Jackson menceritakan tentang keluarganya di Afrika.Ia menjelaskan tentang perbudakan, kriminalitas dan kemiskinan:“d‟esclaves aux enchères, de rafles, par des homme cupides, de pauvres noirs surpris dans leur villages de paillotes...”, “perjual-belian budak, penyergapan oleh polisi, orang-orang yang serakah dan orang kulit hitam miskin yang terkejut dengan gubuk mereka di desa...” (25). “Yes... miss.. all that must have happened once upon a time...” (25) “Ya...nona... semua pasti terjadi pada zaman dahulu kala...” (25) Semua yang diceritakan Jackson sangat menjelaskan lekatnya sterotip ras kulit hitam yang miskin, serakah, berbahaya serta tak bisa dilepaskan dari perbudakan. Namun gambaran ras kulit hitam yang negatif tersebut disanggah oleh Jackson seperti yang ada di kutipan di atas. Ras kulit hitam pada zaman sekarang telah jauh berbeda dari keadaan pada zaman dahulu. Semuanya telah berubah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kehidupan Jackson. Ia justru lebih kaya dari keluarga Roy dan berpendidikan. Stereotip negatif yang dilekatkan kepada ras kulit hitam sudah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. “Comment! dit Mme. Guilbert. Je vous dis que votre fille se promène avec un Nègre au su et au vu de tous, et vous faites toutes simplement: Ah!.... ”(28) “Bagaimana bisa ! ucap Mme Guilbert. Sudah kukatakan padamu bahwa anak perempuanmu pergi bersama orang kulit hitam di depan dan dilihat semua orang, dan kamu bersikap biasa saja! Ah!.....” (28) Dialog di atas merupakan percakapan antara ma mère dengan nyonya Guilbert ketika keduanya melihat Odette dan Jackson berjalan-jalan berdua. Pada dialog itu terlihat 17 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
pandangan rasis nyonyaGuilbert. Menurutnya sangat aneh dan sebuah masalah jika orang kulit putih dan kulit hitam berjalan berdua di keramaian. Kebersamaan orang kulit hitam dan putih terasa sangat asing dan tidak pantas. Untuk menjaga martabatnya, ma mère bersikap seolah menerima sambil berkata bahwa Odette memiliki hati, tidak seperti nyonya Guilbert. Sikap ma mère ini mengacu kepada nyonya Guilbert yang membiarkan penyewa di rumahnya tetap di dalam kamar saat musim panas yang begitu panas. “Voulez-vous dire par la, madame Guilbert, que vous avez le cœur de condamner votre pauvre Nègreà rester dans sam chambre par cette chaleur.. Des gens qui souffrent tellement de la chaleur! Qui de plus ont le cœur sensible!” (27) “Apakah Anda mau bilang, nyonya Guilbert, bahwaAnda tega membiarkan orang kulit hitam miskinmu berdiam diri di kamarnya dalam udara panas seperti ini.. terlebih lahi, mereka itu memiliki hati yang peka.” (27) Melihat Odette dengan Jackson membuat nyonya Guilbert merasa lebih baik daripada ma mère . Setidaknya dia hanya memiliki seorang kulit hitam tanpa harus melihat anak perempuan bersamanya. Nyonya Guilbert pun memberikan sindirian kepada ma mère : “Par ailleurs, fit Mme Guilbert, je trouve ça plus naturel que la conduite de votre Odette. Elle n‟est pas mal, vous savez ; je pense qu‟elle aurait du succès si elle ne se croyait pas obligée de faire fuir tous les hommes... hormis votre Nègre ” (29) “Selain itu, ucap nyonya Guilbert, saya menganggap kebersamaan Odette dengan orang kulit hitamu ini sangat wajar dilakukan oleh Odettemu. Dia tidak jelek, Anda tahu itu ; aku pikir dia akan berhasil jika dia tidak merasa harusmembuat laki-laki menjauh… kecuali orang hitammu ” (29).
Dari dialog di atas dapat diketahui pendapat nyonya Guilbert mengenai Odette. Menurutnya Odette yang tidak terlalu jelek, dapat mendapatkan laki-laki lain (kulit putih) yang lebih dari seorang berkulit hitam. Penilaian cocok atau tidaknya seseorang didasarakan oleh warna kulit yang mengacu pada tindakan rasis. Nyonya Guilbert tetap pada pandangannya bahwa orang kulit putih tidak dapat bersama dengan orang kulit hitam. “Sur la galerie, au salon, que tu parles au Nègre, passe encore! Mais as-tu besoin que ce soit aux yeux du voisinage!” (28) “Kalau kamu mau berbicara dengan orang kulit hitam itu di serambi rumah atau di ruang duduk, silakan saja! Tapi haruskah di depan mata para tetangga!” (28) 18 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
Dialog di atas adalah gumaman ma mère ketika melihat Odette bersama Jackson. Dialog tersebut memperlihatkan bahwa ma mère belum sepenuhnya menerima kehadiran Jackson. Meski ia sempat merasa senang akan kehadiran nya namun di dalam lubuh hatima mèrebelum bisa menerima sepenuhnya. Masih ada kejanggalan yang diakibatkan perbedaan warna kulit yang mencolok antara keluarga Roy dan Jackson. Ma mère
belum dapat menerima
pandangan rendah orang lain kepada keluarganya saat melihat mereka dengan orang kulit hitam. Alur cerita mencapai klimaks saat ma mère dan nyonya Guilbert melihat Gisèle bersama orang kulit hitam Alabama. Nyonya Guilbert yang semula menyindir Odette karena dekat dengan Jackson justru harus menerima kenyataan bahwa anak perempuannya, Gisèle, juga dekat dengan orang kulit hitam di rumahnya. “Mais ce soir, dit maman, je pense que c‟est le Nègre...” “Mon Nègre! Avec Gisèle! Au su et au vu!...” “Je n‟ai pas mes lunettes, dit maman, mais d‟ici, ça m‟a tout l‟air d‟un visage noir, enfin brun, puisque votre Nègre est plutôt mulâtre...”(30) “Tapi sore itu, ucap Ibu, aku rasa itu le nègre...” “Orang kulit hitamku! Bersama Gisèle! Di depan umum!...” “Aku tidak memakai kaca mata, ucap Ibu, tapi di sini, dengan sosok berkulit hitam, sedikit coklat, karena orang kulit hitammu berdarah campuran...” (30) Deskripsi orang yang dijelaskan ma mère hanya mengacu kepada warna kulit saja dan terlebih lagi ia sedang tidak menggunakan kaca mata, hal tersebut memperlihatkan sosokorang kulit hitam di lingkungan rue Deschambaultyang sangat mencolok kehadirannya. Terlihat jelas juga nyonya Guilbert sangat kesal dan tidak terima. “Elle n‟eut pas le temps d‟en dire plus; Mme Guilbert filait vers l‟autre bout de la rue; et, en courant, elle agitait un peu les bras comme s‟ils eussent été une paire d‟ailes.” (30) “Ia tidak punya waktu untuk mengatakan lebih banyak; Nyonya Guilbert melangkah dengan cepat ke seberang jalan;
dan dengan terburu-buru, dia
melambaikan tangan seperti sepasang sayap.” (30)
Kemarahan nyonya Guilbert terlihat dari keputusannya untuk pergi terburu-buru tanpa berkata apa-apa kepada ma mère. Reaksi yang berbeda diperlihatkan oleh ma mère dan nyonya Guilbert dalam menanggapi peristiwa yang sama. Peristiwa kebersamaan Gisèle dan 19 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
orang kulit hitam Alabama menjadi puncak alur karena disaat itulah kedua tokoh yang bertengkar dari awal cerita merasa kalah oleh keberadaan ke-dua penyewa kamar yang berkulit hitam tersebut. Cerita kemudian memasuki tahap leraian yang berupa kebersamaan Odette, Gisèle, Jackson dan orang kulit hitam mulâtre. Ke-dua orang kulit hitam berdansa diiringi permainan musik oleh Odette dan Gisèle. Je mendeskripsikan kebersamaan seperti
“admirables
variations” atau variasi yang mengagumkan. Deskripsi suasana Je kembali di dasari warna kulit ke-dua orang kulit hitam karena ciri fisiklah yang paling terlihat. “...l'une profonde comme la nuit, l'autre seulement comme le crépuscule...” (30) “... yang satu seperti malam, yang lain seperti senja...” (30) Je yang sebagai penutur menceritakan perbedaan suasana yang dirasakan ma mère saat melihat kebersamaan ke-empatnya. “Sur galerie, ma mère se berçait”“Di dalam serambi, ibuku menipu diirnya sendiri” (30). Kata “berçait” dapat diartikan sebagai „menipu dirinya sendiri‟. Selama ini ma mère selalu berkata ia menerima Jackson dan selalu membaikbaikannya di depan nyonya Guilbert. Ia seperti menipu dirinya sendiri dari awal dengan menerima orang kulit hitam di rumahnya dan menganggap semuanya baik-baik saja. Akhir cerita cerpen ini ditutup dengan deskripsi Je bahwa untuk waktu yang lama, kedua orang kulit hitam tersebut „mengganggu‟ rue Deschambault.. Hal tersebut memperlihatkan dalam jangka waktu yang cukup lama, kehadiran dua orang kulit hitam itu masih menjadi hal yang dipeributkan. Perbedaan warnah kulit yang mencolok masih sulit diterima meskipun ada juga yang menerima. Tema rasisme dalam cerpen ini terlihat dari tahap gawatan hingga tahap penyelesaian. Warna kulit yang selalu dijadikan objek masalah untuk ma mère
dan nyonya Guilbert
menjelaskan rasisme dalam cerpen ini. Hingga akhir cerita, kehadiran kedua orang kulit hitam ini masih terasa asing di lingkungan rue Deschambault. Fokus pembicaraan ma mère dan nyonya Guilbert adalah ras kedua penyewa di rumahnya sehingga terlihat jelas bahwa tema besar dari cerpen ini adalah rasisme.
KESIMPULAN Tema rasisme dalam cerita Les Deux Nègresdapat diketahui melalui analisis alur cerita. Dilihat dari analisis yang telah dilakukan dapat terlihat bahwa cerita berpusat pada tokoh ma mère dan nyonya Guilbert yang mengalami perubahan hidup setelah menerima kedatangan ke-dua orang kulit hitam ke lingkungan rumahnya. Tema rasisme dapat terlihat 20 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
dari cara pandang ma mère dan nyonya Guilbert kepada kedua orang kulit hitam yang selalu mengacu kepada ciri fisik yang dibawanya. Keduanya hanya menerima kedua orang kulit hitam tersebut atas dasar keuntungan namun tidak dapat menerima sosok mereka seutuhnya.Dapat terlihat pula sebagian besar konflik yang ada dalam alur penceritaan selalu diakibatkan oleh kedua orang kulit hitam ini. Sulitnya ma mère
dan nyonya Guilbert
menerima kedua orang kulit hitam akibat perbedaan fisik yang mencolok memperlihatkan masih ditemukannya tindakan rasisme di negara Kanada. Selain tema utama rasisme, ditemukan pula sub-tema yang mendukung tema utama tersebut, yakni stereotip dan integrasi. Stereotip dalam cerpen ini adalah pergeseran stereotip yang sudah ada. Sterotip orang kulit hitam yang bau, miskin, tidak sopan, kotor serta tidak berpendidikan, dalam cerpen ini mengalami pergeseran. Orang kulit putih justru yang digambarkan miskin dalam cerita pendek ini. Deskripsi Jackson tentang keadaan di Afrika memperlihatkan bahwa stereotip mengenai orang kulit hitam sudah tidak lagi sejalan dengan faktanya. Sub-tema integrasi dapat terlihat dari proses adaptasi kedua orang kulit hitam sebagai kaum minoritas di lingkungan orang kulit putih. Meski latar budaya mereka yang sangat berbeda jauh namun keduanya dapat berintegrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari hubungan mereka yang dekat dengan anggota keluarga Roy dan Guilbert, meski beberapa diantaranya masih ada yang sulit menerima perbedaan kedua orang kulit hitam ini. Integrasi tersebut juga terlihat dari kaum kulit putih yang juga bisa menerima kehadiran ras lain yang sebelumnya belum mereka lihat di lingkungannya. Tema rasisme dalam cerpen ini juga memperlihatkan bahwa pada tahun 1959 masih ditemukan rasisme. Ras kulit putih masih susah menerima keberadaan orang-orang dari ras kulit hitam di sekitar mereka. Namun hal tersebut mulai berkurang dengan adanya orangorang dari ras kulit putih yang dapat menerima baik keadaan orang-orang kulit hitam, yang digambarkan dari tokoh Gisele dan Odette. Generasi muda pada tahun tersebut sudah berubah, tidak seperti generasi orang tua mereka.
DAFTAR REFERENSI Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo “1492 - 1779: From First Contact to the Peace and Friendship Treaties”.Canada in the Making.
“Gabrielle Roy (1909–1983)”.Maison de Gabrielle Roy. 21 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014
“Gabrielle Roy”. 2013. Athabasca University. Levine, Michael P., and Tamas Pataki. 2004. Racism in Mind. New York: Cornell Paparback Liliweri, Alo. 2005. Prasangka & Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyrakat Multikultur. Yogyakarta : LKiS. Roy, Gabrielle.1994.Rue Deschambault. Montréal : Boréal. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Wheeler, L. Kip. 2004. “Freytag‟s Pyramid”.
22 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014