TEMA DOMINAN DALAM KUMPULAN CERPEN TAMAN SARI Y. Suryapama Tera Gia S., Turita Indah Setyani Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
[email protected]
Abstrak Jurnal ini membahas tentang 27 cerpen dalam kumpulan cerpen Taman Sari (Pusat Kebudayaan Jawa Tengah: 1975) sehingga menghasilkan satu tema dominan serta kaitannya dengan konteks zaman di saat kumpulan cerpen Taman Sari terbit. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa tema dominan dalam kumpulan cerpen Taman Sari adalah golongan tema sosial yang meliputi tema percintaan, kemiskinan, pendidikan, dan keluarga. Hal ini mengisyaratkan bahwa tema populer pada tahun 1975 adalah tema-tema sosial yang didominasi tema cinta. Kata Kunci: cerpen; dominan; popular; tema
Abstract This journal disscuses about themes in 27 short-stories in Taman Sari (Pusat Kebudayaan Jawa Tengah: 1975), thus producting a dominant theme and social implementation in the current time when Taman Sari has releated. The journal used qualititative descriptive interpretative method. The result of this journal that the dominant theme of Taman Sari is social theme which includes the theme of romance, poverty, education, and family relationship. It was implementating that the popular theme in 1975 is social themes which dominate with romace themes. Keyword: dominant; popular; short-story; theme
Pendahuluan Sastra adalah sarana komunikasi kreatif. Para pengarang sastra mengungkapkan ide dan imajinasinya terhadap suatu hal melalui sebuah tulisan yang kemudian disebut teks sastra. Pendapat tersebut didasarkan pada sifat sastra yang dikemukakan oleh Luxemburg (1989:11): “Karena sifat rekaannya, sastra secara langsung tidak mengatakan sesuatu mengenai kenyataan dan juga tidak menggugah kita untuk langsung bertindak. Justru oleh karena itu sastra memberikan kemungkinan dan keleluasaan untuk memperhatikan dunia-dunia
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
lain, kenyataan-kenyataan yang hanya hidup dalam angan-angan, sistem-sistem nilai yang tidak dikenal atau yang bahkan tidak dihargai.”
Kemudian Luxemburg (1987:21) dalam buku yang lain mempertegas pernyataan di atas bahwa dengan mengungkapkan yang khusus, sastra dapat memberi wawasan yang lebih umum tentang masalah manusiawi, sosial, ataupun intelektual. Jadi, sastra bisa disebut sebagai seni kreatif di mana para pengarangnya mengungkapkan idenya dalam sebuah bentuk tulisan. Penelitian-penelitian terhadap karya sastra Jawa berjenis prosa telah banyak ditemukan. Penelitian yang berjudul Sastra Jawa Modern: Periode 1920 sampai Perang Kemerdekaan (Herry Mardianto et al.:1996) memuat tentang struktur yang terdiri dari tema, alur, penokohan, dan sudut pandang dari karya Sastra Jawa Modern yang terbit pada selang waktu tersebut. Kemudian Penelitian berjudul Sastra Jawa Modern Periode 1945-1965 (Adi Triyono et al.:1997) berisi tentang unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik karya sastra prosa yang terbit pada periode selang waktu tersebut. Lalu ditemukan pula skripsi yang berjudul Tema Cerpen Djoko Lodhang 1985 (Uslik Kristinilia:1987) yang menjabarkan tema-tema apa saja yang terdapat pada cerpen-cerpen berbahasa Jawa yang terdapat pada mingguan Joko Lodhang sepanjang tahun 1985. Bedasarkan data penelitian terdahulu di atas, sejauh ini belum ditemukan penelitian tentang struktur yang membangun tema dari karya Sastra Jawa Modern, khususnya cerpen. Di dalam perkembangannya, jenis cerpen di Jawa cukup digemari, tidak hanya oleh para pembaca, namun juga oleh para pengarang sastra dan penerbit. Dikutip dari Hutomo (1975:38), majalah Panjebar Semangat adalah majalah yang pertama kali menerbitkan genre (jenis) cerpen. Panjebar Semangat pertama kali menerbitkan rubrik berisi cerpen berbahasa Jawa pada tanggal 2 September 1933 di Surabaya dan menggunakan istilah lelakon sebagai nama rubriknya. Baru pada terbitan tanggal 9 Nopember 1935, istilah lelakon diganti dengan istilah crita cekak (cerkak) untuk nama rubrik yang berisi cerita pendek berbahasa Jawa tersebut. Istilah cerkak tersebut akhirnya dipakai sampai saat ini sebagai nama salah satu jenis (genre) karya sastra Jawa modern. Jenis (genre) cerpen tumbuh dan berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya terbitan majalah dan surat kabar yang memuat cerpen berbahasa Jawa sebagai salah satu rubriknya, bahkan hingga ada satu majalah yang terbit khusus memuat cerita pendek berbahasa Jawa. Majalah tersebut bernama Crita Cekak. Majalah tersebut telah berhasil melahirkan banyak pengarang-pengarang baru, bahkan ada yang menganggap majalah ini telah melahirkan sebuah angkatan di dalam kesusastraan modern, yaitu
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
“Angkatan Crita Cerkak” (Hutomo, 1975:46). Selain majalah, pesatnya perkembangan kesusastraan Jawa bergenre cerkak dibuktikan juga dengan banyaknya kumpulan-kumpulan cerpen berbahasa Jawa yang terbit, seperti Kemandhang (Balai Pustaka, 1958) dan Kidung Wengi Ing Gunung Gamping (Balai Pustaka, 1958). Taman Sari merupakan sebuah antologi cerpen yang diterbitkan oleh Pusat Kebudayaan Jawa Tengah tahun 1975 dan merupakan sebuah antologi cerpen yang dikumpulkan dari para pengarang sastra Jawa yang hadir pada Sarasehan Pengarang Sastra Jawa tanggal 23-25 Maret 1975 di Surakarta. Taman Sari memuat sebanyak 27 cerpen dari 27 pengarang yang berbeda dan bahkan dari tahun pembuatan yang berbeda pula. S.D. Humardani, Kepala Proyek Pengembangan Pusat Kebudayaan Jawa Tengah, dalam kata pengantar Taman Sari mengatakan bahwa dalam rangka penyusunan antologi cerpen Taman Sari, para pengarang sastra diminta menyerahkan karya mereka yang mereka pilih sendiri dan/atau yang mereka sukai. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada ketentuan khusus mengenai konten (tema) cerita dalam Taman Sari. Namun, hal tersebut justru menimbulkan masalah bahwa mungkin saja dalam cerpen Taman Sari terdapat berbagai macam tema cerita. Sebagai dokumentasi sastra, Taman Sari yang terbit di tengah zaman emas Sastra Jawa Modern penting untuk diteliti sebagai bahan penelitian sastra. Seperti telah dikutip sebelumnya, sastra dapat memberi wawasan yang lebih umum tentang masalah manusiawi, sosial, ataupun intelektual (Luxemburg, 1987: 21). Pertanyaannya adalah gagasan atau ide dominan apakah yang terdapat dalam karya tersebut? Jika terrdapat satu ide dominan, latar belakang pemikiran apakah yang mendorong munculnya kecenderungan ide tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama penulis harus mengetahui satu persatu ide dari tiap cerpen dalam Taman Sari. Sudjiman (1984:74) mengatakan bahwa ide dari sebuah karya sastra dapat ditemui dari tema yang termuat di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada pencarian tema dominan dari antologi cerpen Taman Sari serta penelusuran jejak zaman yang melatarbelakangi munculnya tema dominan tersebut sebagai tujuan penelitian.
Tinjauan Teoritis Tema merupakan ide pusat yang mempersatukan struktur cerita rekaan (Stanton, 1965:4). Tentang siapa sebuah cerita, peristiwa apa yang dialami seorang tokoh dalam cerita,
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
dan di manakah cerita itu berasal, semua merupakan unsur-unsur yang membangun sebuah tema. Tidak mungkin ada cerita yang tidak memiliki tema. Sebab tema merupakan ide inti atau inti pembicaraan yang hendak disampaikan oleh suatu cerita. Shipley (dalam Nurgiantoro, 2012:80) membagi tema ke dalam lima golongan, yaitu jasmani, egoik, sosial, organik, dan ketuhanan. Pembagian tema tersebut didasarkan pada jenis masalah yang dominan muncul dalam cerita. Pertama, golongan tema jasmani berkaitan dengan masalah jasmani (fisik). Tematema jasmani meliputi karya sastra yang secara dominan berisi tentang aktivitas fisik dibandingkan emosional. Dengan kata lain, tema-tema jasmani lebih menekankan pada aktivitas fisik dibandingkan dengan konflik batin. Contoh tema jasmani adalah peperangan. Kedua, golongan tema egoik berkaitan dengan masalah emosional. Berbeda dengan tema jasmani, tema egoik ini meliputi karya sastra yang secara dominan bercerita tentang konflik-konflik batin. Konflik batin yang dimaksud di sini adalah konflik yang muncul dalam diri sebuah individu tokoh sebagai reaksi dari sebuah masalah. Contoh tema egoik adalah pencarian jati diri. Ketiga, golongan tema sosial berkaitan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Tema sosial ini meliputi karya sastra yang secara dominan berisi tentang masalah antar individu, dalam artian masalah yang dimunculkan dalam tema-tema sosial adalah masalah satu individu yang bergesekan dengan masalah (satu/banyak) individu lainnya atau bahkan masalah antar individu yang dianggap masalah bersama. Shipley memandang masalah cinta atau kasih berkasih sebagai masalah sosial, hal ini dapat dipahami melalui pengertian bahwa satu individu merasakan kasih/cinta apabila ada ketertarikan dengan individu lainnya. Contoh tema sosial adalah cinta, kemiskinan. Keempat, golongan tema organik berkaitan dengan masalah seksual. Tema-tema moral meliputi karya sastra yang secara dominan membahas mengenai hubungan seksual dan/atau penyimpangan seksual. Contoh tema organik adalah penyelewengan suami – istri. Kelima, golongan tema ketuhanan berkaitan dengan masalah kepercayaan. Tematema ketuhanan meliputi karya sastra yang secera dominan berfokus pada masalah kepercayaan induvidu tokoh dengan kekuatan adikodrati. Contoh tema ketuhanan adalah pandangan hidup.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut. Setelah membaca ke-27 cerpen berbahasa Jawa dalam Taman Sari secara cermat, kemudian menganalisis struktur cerita pendek, kemudian akan didapatkan inti cerita. Inti cerita tersebut kemudian akan dimasukan ke dalam kategori-kategori tema menurut Shimpley. Setelah itu akan didapatkan tema-tema yang mayoritas dipakai oleh para pengarang sastra sebagai ide inti dari cerita yang mereka buat.
Hasil Penelitian Berdasarkan analisis tema, dapat diketahui bahwa cerpen dengan tema jasmani berjumlah 2 cerpen; cerpen dengan tema egoik berjumlah 5 cerpen; cerpen dengan tema sosial berjumlah 15 cerpen; cerpen dengan tema organik sebanyak 0 cerpen; dan cerpen dengan tema ketuhanan sebanyak 5 cerpen. Apabila data tersebut dijadikan satuan persentase dengan cara jumlah setiap golongan dibagi 27 kemudian dikalikan 100 persen, akan didapatkan data sebagai berikut: •
Cerpen dengan tema jasmani sebanyak 7%
•
Cerpen dengan tema egoik sebanyak 18%
•
Cerpen dengan tema sosial sebanyak 56%
•
Cerpen dengan tema organik sebanyak 0%
•
Cerpen dengan tema ketuhanan sebanyak 19%
Diagram 1: Visualisasi Distribusi Tema Dominan
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Pembahasan Kumpulan cerpen Taman Sari terdiri dari 27 judul cerpen dari tahun terbit dan pengerang yang berbeda. Judul, pengarang, dan tahun terbit cerpen-cerpen Taman Sari adalah sebagai berikut: Langite Isih Biru (Sri Setyo Rahayu: 1972), Dheweke Lumayu (Sukardo Hadisukarno: 1972), Katresnan Bisa Semi Ing Sadhengah Papan (Arswendo Atmowiloto: 1974), Dyah Titi Pratitis (Suparto Broto: 1959), Kembang Dahlia Putih (Esmiet: 1975), Wengi Pungkasan (Gunawan Suroto: 1975), Endang Purwanti (Mulyadi Nawangsaputro: 1970), Dompet (Anjar Any: 1956), Soleram (Suharjendra: 1971), Wektu Embun Esuk (H. Sartono: 1975), Puisi Nomer Satus Selawe (Any Suprapto: 1974), Pensiun (Widi Widayat: 1975), Aster Biru (Roewardiyatmo Hardjosoekarto: 1974), Impen Ingkang Pungkasan (Leo Busye: 1975), Trinil (N. Sakdani: 1967), Mung Kuwi Mitraku (Achmad DS: 1973), Sumiliring Angin Esuk (Soempengwati Purnama: 1975), Jemuah Kliwonan (Any Asmara), Meh Kelangan (Ny. Soekanti ES: 1975), Nggolek Dina Wingi (Handayani: 1974), Piwelinge Ibu (W. Satoso: 1968), Jakat Kelawu Dina Lebaran (Mudjimanto Asmotaruno: 1974), Udan Wayah Esuk (M. Moersito: 1974), Sangisoring Listrik Dalan (Moch. Nursjahid: 1975), Dora...Sembada (Atnirah: 1954), Suradenta (Sunarno Siswaraharjo), dan Golek Wahyu Oleh Wong Ayu (Tejo Susastro: 1974). Semua judul cerpen dalam Taman Sari tersebut kemudian ditarik benang merah ceritanya yang akan memunculkan tema. Tema tersebut dibagi ke dalam tema umum dan tema khusus, kemudian dikelompokan menurut penggolongan tema menurut Shipley. Berikut analisis 27 cerpen Taman Sari. Cerpen 1: Langite Isih Biru Cerpen ‘Langite Isih Biru’ bercerita tentang kisah cinta Yayuk dengan Nyoman yang harus berpisah karena Nyoman harus meneruskan studinya ke Jerman Barat. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘cinta yang harus berpisah karena perbedaan’. Dalam pengolongan tema Shipley, tema cinta dimasukan dalam golongan tema sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa cinta melibatkan masalah antar individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Langite Isih Biru’ masuk ke dalam golongan tema sosial.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Cerpen 2: Dheweke Lumayu Cerpen ‘Dheweke Lumayu’ menceritakan bagaimana cinta tokoh ‘Aku’ ditolak secara tegas oleh Marni dengan alasan perbedaan prinsip hidup. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘ketegasan perempuan dalam memilih pasangan’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema cinta masuk ke dalam golongan tema sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa cinta melibatkan masalah antar individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Langite Isih Biru’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 3: Katresnan Bisa Semi Ing Sadhengah Papan Cerpen ‘Katresnan Bisa Semi Ing Sadhengah Papan’ bercerita tentang pengalaman tokoh ‘Aku’ yang tiba-tiba diajak menikah oleh seorang penjaga warung makan langanannya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘cinta yang bisa bersemi di mana pun’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema cinta masuk ke dalam golongan tema sosial. Hal tersebut dikarenakan persepsi bahwa masalah cinta melibatkan masalah antar induvidu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Katresnan Bisa Semi Ing Sadhengah Papan’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 4: Dyah Titi Pratitis Cerpen ‘Dyah Titi Pratitis’ bercerita tentang ketidakpantasan perilaku Titi dan Satmoko yang bermesraan di atas panggung saat pertemuan masyarakat musik Surabaya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dikakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘susila’ dengan tema khusus ‘melakukan sesuatu pada tempat yang pantas’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema susila dimasukan ke dalam golongan tema sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa kesusilaan merupakan salah satu bentuk aturan yang mengatur hubungan antar individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Dyah Titi Pratitis’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 5: Kembang Dahlia Putih Cerpen ‘Kembang Dahlia Putih’ bercerita tentang kisah cinta ‘Aku’ yang dikhianati cintanya oleh Rukmini, namun akhirnya ‘Aku’ mengetahui bahwa selama ini ada Nunis yang setia menunggunya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘kesetiaan yang dilambangkan dengan bunga dahlia’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema cinta dimasukan ke dalam golongan tema sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa masalah cinta melibatkan masalah antar individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Kembang Dahlia Putih’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 6: Wengi Pungkasan Cerpen ‘Wengi Pungkasan’ bercerita tentang bagaimana akhirnya Sulistyawan mengetahui asal-usulnya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘keluarga’ dengan tema khususnya ‘anak yang terpisah dari ayahnya’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema keluarga masuk ke dalam golongan tema sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa keluarga terdiri dari beberapa individu yang bersoalisasi dengan berbagai permasalahannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Wengi Pungkasan’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 7: Endang Purwanti Cerpen ‘Endang Purwanti’ bercerita tentang seorang perempuan bernama Endang Purwanti yang tegar menerima kenyataan dan memasrahkan nasibnya kepada Tuhan. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kepasrahan’ dengan tema khusus ‘ketegaran dalam menerima nasib’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema kepasrahan dimasukan ke dalam golongan tema ketuhanan. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa kepasrahan merupakan bentuk penyerahan diri individu terhadap kekuatan adikodrati. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Endang Purwanti’ masuk ke dalam golongan tema ketuhanan. Cerpen 8: Dompet Cerpen ‘Dompet’ bercerita tentang bagaimana Anjar dapat mengungkapkan kebohongan yang dilakukan oleh Prawiro, sehingga Anjar bisa menemukan dompetnya yang hilang. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘detektif’ dengan tema khusus ‘kewaspadaan dalam menerima informasi’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema detektif masuk ke dalam golongan jasmani. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa dalam cerita detektif terdapat banyak penekanan terhadap gerak-gerik (fisik) seorang induvidu tokoh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Dompet’ masuk ke dalam golongan tema jasmani.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Cerpen 9: Soleram Cerpen ‘Soleram’ bercerita tentang hubungan Barman dan Bu Is yang semakin dekat karena kesalahan lirik lagu Soleram. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘jodoh akan datang pada waktunya’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema cinta masuk ke dalam golongan tema sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa masalah cinta merupakan masalah antar individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Soleram’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 10: Wektu Embun Esuk Cerpen ‘Wektu Embun Esuk’ bercerita tentang ‘Aku’ yang dapat menahan nafsunya ketika digoda oleh seorang PSK. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘tantangan dalam mengahadapi godaan’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema cinta masuk ke dalam golongan sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa masalah cinta merupakan masalah kolektif antar individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Wektu Embun Esuk’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 11: Puisi Nomer Satus Selawe Cerpen ‘Puisi Nomer Satus Selawe’ bercerita tentang keadaan emosi Matjali ketika ia berjalan-jalan di sekitar pabrik tebu. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kejiwaan’ dengan tema khusus ‘ungkapan jiwa dalam puisi’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema kejiwaan termaksud dalam golongan egoik. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa kejiwaan merupakan bagian dari masalah emosional seorang tokoh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Puisi Nomer Satus Selawe’ masuk ke dalam golongan tema egoik. Cerpen 12: Pensiun Cerpen ‘Pensiun’ bercerita tentang keadaan keuangan keluarga Pak Daryono yang sedang kekurangan karena uang pensiun Pak Daryono tidak kunjung diterimanya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘masalah ekonomi’ dengan tema khusus ‘perjuangan keluarga untuk memenuhi kebutuhannya’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema ekonomi masuk ke
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
dalam golongan sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa masalah ekonomi merupakan masalah yang terjadi antar individu dan terjadi di luar batin individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Pensiun’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 13: Aster Biru Cerpen ‘Aster Biru’ bercerita tentaang tokoh ‘Dia’ yang menyampaikan keinginannya untuk memiliki bunga Aster yang ditanam tokoh ‘Aku’ dengan cara merusaknya terlebih dahulu. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘cara menungungkapkan cinta’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema cinta masuk ke dalam golongan sosial. Hal ini didasarkan pada persepsi bahwa masalah cinta merupakan masalah antar dua atau lebih individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Aster Biru’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 14: Impen Ingkang Pungkasan Cerpen ‘Impen Ingkag Pungkasan’ bercerita tentang Saribi yang bermimpi berpetualang ke negeri atah berantah untuk menemui Malaikat Elmaut. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kegaiban’ dengan tema khusus ‘kepercayaan terhadap hal-hal yang tak kasat mata’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema kegaiban masuk ke dalam golongan ketuhanan. Hal ini didasarkan pada persepsi bahwa kegaiban merupakan salah satu bentuk hubungan kepercayan individu dengan kekuatan adikodrati. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Impen Ingkang Pungkasan, masuk ke dalam golongan tema ketuhanan. Cerpen 15: Trinil Cerpen ‘Trinil’ bercerita tentang Pratama yang membunuh Trinil, anjing peliharaan anaknya, karena kesal Trinil mengganggunya saat Pramata sedang dalam kesulitan. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kejiwaan’ dengan tema khusus ‘trauma karena istrinya meninggal’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema kejiwaan masuk ke dalam golongan egoik. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa tema kejiwaan mengandung unsur emosional dari seorang induvidu tokoh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Trinil’ masuk ke dalam golongan tema egoik.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Cerpen 16: Mung Kuwi Mitraku Cerpen ‘Mung Kuwi Mitraku’ bercerita tentang tokoh ‘Aku’ yang merasa kesepian karena tidak ada yang mempedulikan keberadaannya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘eksistensialisme’ dengan tema khusus ‘perasaan seorang pembantu yang keberadaannya sering diacuhkan’. Dalam pengolongan tema Shipley, tema eksistensialisme masuk ke dalam golongan egoik. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa eksistensialisme merupakan sebuah paham tentang keberadaan dan jati diri seorang individu di dunia1. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Mung Kuwi Mitraku’ masuk ke dalam golongan tema egoik. Cerpen 17: Sumiliring Angin Esuk Cerpen ‘Sumiliring Angin Esuk’ bercerita tentang kesedihan Mawar setelah gagal menjalin cinta dan membina rumah tangga. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kejiwaan’ dengan tema khusus ‘trauma setelah gagal berumah tangga’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema kejiwaan masuk ke dalam golongan egoik. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa kejiwaan memuat konflik-konflik emosional dari seorang individu tokoh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Sumiliring Angin Esuk’ masuk ke dalam golongan tema egoik. Cerpen 18: Meh Kelangan Cerpen ‘Meh Kelangan’ bercerita tentang tokoh ‘Aku’ yang nekat mencari ayahnya seorang diri tanpa meghiraukan saran dan nasihat orang di sekitarnya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘emosional’ dengan tema khusus ‘kesulitan dalam mendengar pendapat orang lain’. Dalam penggolongan Shipley, tema emosional masuk ke dalam golongan egoik. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa tema emosional berfokus kepada konflik emosi seorang tokoh dalam menanggapi suatu peristiwa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Meh Kelangan’ masuk ke dalam golongan tema egoik. 1
Dalam lingkup cerpen ‘Mung Kuwi Mitraku’, individu yang selalu merasa keseian dan mempertanyakan keberadaannya adalah tokoh ‘Aku’.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Cerpen 19: Nggoleki Dina Wingi Cerpen ‘Nggoleki Dina Wingi’ bercerita tentang Kapten Sarpin, seorang veteran pejuang kemerdekaan yang kini hidup sebatang kara, cacat, dan tidak punya tempat tinggal. Hingga Kapten Sarpin meninggal saat akan diangkut oleh polisi karena dikira gelandangan. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘masalah sosial’ dengan tema khusus ‘kehidupan veteran perang yang terlantar’. Dalam penggolongan tema Shipley, tema masalah sosial masuk ke dalam golongan sosial. Hal tersebut jelas dikarenakan tema masalah sosial menceritakan tentang masalah yang dihadapi satu individu tokoh dengan masalah dari individu tokoh lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerpen ‘Nggoleki Dina Wingi’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 20: Jemuah Kliwonan Cerpen ‘Jemuah Kliwonan’ bercerita tentang pengalaman ‘Aku’ yang dikelabui oleh hantu yang menyamar menjadi penumpang perempuan. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema dalam cerpen ini adalah ‘kepercayaan’ dengan tema khusus ‘keberadaan hantu pada malam jumat kliwon’. Dalam penggolongan tema menurut Shipley, tema kepercayaan terhadap hal gaib masuk ke dalam golongan ketuhanan. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa hal gaib merupakan satu kekuatan adikodrati yang dipercaya oleh tokoh dalam cerita. Oleh karena itu, cerpen ‘Jemuah Kliwonan’ masuk ke dalam golongan tema ketuhanan. Cerpen 21: Piwelinge Ibu Cerpen ‘Piwelinge Ibu’ bercerita tentang pengalaman ‘Aku’ yang didatangi oleh arwah ibunya pada malam lebaran. Kedatangan arwah Ibu tersebut ternyata membawa pertanda kalau makamnya sudah ditiban oleh makam baru. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘agama’ dengan tema khusus ‘nasihat agar terjauh dari neraka’. Dalam penggolongan tema menurut Shipley, tema agama masuk ke dalam golongan ketuhanan. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa agama merupakan salah bentuk pelembagaan dari kepercayaan terhadap kekuatan adikodrati (Tuhan). Oleh karena itu, cerpen ‘Piwelinge Ibu’ masuk ke dalam golongan tema ketuhanan.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Cerpen 22: Jakat Kelawu Dina Lebaran Cerpen ‘Jakat Kelawu Dina Lebaran’ bercerita tentang Simbok, seorang perempuan miskin yang hidupnya menggelandang, yang medapati anaknya sudah meninggal ketika ia baru pulang mengambil zakat. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kemiskinan’ dengan tema khusus ‘kehidupan gelandangan yang dipandang sebelah mata’. Dalam penggolongen tema menurut Shipley, tema kemiskinan masuk ke dalam golongan sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa kemiskinan merupakan masalah yang disebabkan interaksi antar individu. Oleh karena itu, cerpen ‘Jakat Kelawu Dina Lebaran’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 23: Udan Wayah Esuk Cerpen ‘Udan Wayah Esuk’ bercerita tentang kehidupan yang harus diterima oleh Mbok Karyo dan Parmin, anaknya, yang harus putus sekolah dan berkerja sebagai pencari kayu. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘pendidikan’ dengan tema khusus ‘kemiskinan dan kemalangan akibat kurang pengetahuan’. Dalam penggolongan tema menurut Shipley, tema pendidikan masuk ke dalam golongan sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa masalah pendidikan merupakan salah satu bagian dari masalah sosial yang melibatkan masalah antar individu. Oleh karena itu, cerpen ‘Udan Wayah Esuk’ masuk ke dalam golongan sosial. Cerpen 24: Ing Sangisoring Listrik Dalan Cerpen ‘Ing Sangisoring Listrik Dalan’ bercerita tentang kehidupan Miyen, seorang pekerja seks komersial, yang setiap hari berdiri di bawah tiang listrik pinggir jalan menjajakan tubuhnya dengan para pelanggan yang bermacam-macam sikapnya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, didapatkan bahwa tema cerpen ini adalah ‘masalah sosial’ dengan tema khusus ‘kehidupan seorang pekerja seks komersial’. Dalam pengolongan tema menurut Shipley, tema masalah sosial tentu masuk ke dalam golongan sosial. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa masalah sosial merupakan masalah yang dihadapi satu individu tokoh dengan masalah individu tokoh lainnya. Oleh karena itu, cerpen ‘Ing Sangisoring Listrik Dalan’ masuk ke dalam golongan tema sosial.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Cerpen 25: Dora...Sembada Cerpen ‘Dora...Sembada’ bercerita tentang kisah Bu At, seorang guru taman kanakkanak yang dicemburui oleh orang tua dari murid kesayangannya. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘cinta’ dengan tema khusus ‘kecemburuan yang tidakpantas’. Dalam pengolongan tema menurut Shipley, tema cinta masuk ke dalam golongan sosial. Hal tersebut didasarka pada persepsi bahwa masalah cinta melibatkan masalah antar individu dalam cerita. Oleh karena itu, cerpen ‘Dora...Sembada’ masuk ke dalam golongan tema sosial. Cerpen 26: Suradenta Cerpen ‘Suradenta’ bercerita tentang Suradenta yang andai berkata-kata dan menjawab berbagai pertanyaan. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘jenaka’ dengan tema khusus ‘keatraktifan seseorang dalam menganggapi situasi’. Dalam penggolongan tema menurut Shipley, tema jenaka yang berisi cerita tentang keatraktifan ini masuk ke dalam golongan fisik. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa tema jenaka yang berisi tokoh-tokoh yang bersikap atraktif lebih berfokus kepada gerak fisik dan verbal tokoh dibandingkan emosionalnya. Oleh karena itu, cerpen ‘Suradenta’ masuk ke dalam golongan tema jasmani. Cerpen 27: Golek Wahyu Oleh Wong Ayu Cerpen ‘Golek Wahyu Oleh Wong Ayu’ bercerita tentang pengalaman tokoh ‘Aku’ yang awalnya berzairah untuk mendapatkan wangsit malah mendapat jodoh yang tidak lain adalah saudara jauhnya sendiri. Berdasarkan analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, ditemukan bahwa tema cerpen ini adalah ‘kepercayaan’ dengan tema khusus ‘akan bertemu jodoh jika berziarah’. Dalam penggolongan tema menurut Shipley, tema kepercayaan masuk ke dalam golongan ketuhanan. Hal tersebut didasarkan pada persepsi bahwa tema kepercayaan memuat hal-hal mengenai pengakuan dan kepercayaan terhadap kekuatan adikodrati. Oleh karena itu, cerpen ‘Golek Wahyu Oleh Wong Ayu’ masuk ke dalam golongan tema ketuhanan.
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bagian penjelasan dan telah ditulis dibagian hasil penelitian, ditemukan bahwa
urutan tema cerpen Taman Sari berdasarkan kuantitasnya
adalah tema sosial dengan persentase sebanyak 56%, kemudian tema ketuhanan sebanyak 19%, tema egoik sebanyak 18%, dan tema jasmani sebanyak 7%. Tidak ditemukan (0%) tema organik dalam kumpulan cerpen Taman Sari. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa tema sosial adalah tema yang paling dominan muncul dalam Taman Sari. Tema-tema sosial yang muncul dalam cerpen ini meliputi masalah percintaan dan kritik terhadap masalah sosial, seperti kemiskinan dan pendidikan. Ditemukannya tema sosial sebagai tema dominan dalam kumpulan cerpen Taman Sari memberikan informasi bahwa tema populer karya sastra jawa modern tahun 1975 bergenre cerpen adalah tema sosial. Temuan tema sosial sebagai tema dominan dalam kumpulan Taman Sari yang juga merupakan representasi dari tema populer karya sastra bergenre cerpen tahun 1975, dirasa belum cukup. Luxemburg (1987:21) berpendapat bahwa sebuah karya sastra secara khusus dapat memberi wawasan yang lebih umum tentang masalah manusiawi, sosial, ataupun intelektual. Oleh sebab itu, wawasan yang diberikan oleh kumpulan cerpen Taman Sari tidak hanya sebatas tema dominan saja. Berangkat dari temuan tema dominan tersebut, kita dapat mengetahui lebih lanjut tentang latar belakang mengapa muncul tema sosial sebagai tema dominan. Pasca G 30 S/PKI muncul kecenderungan penulisan tentang dunia kemahasiswaan. Kecenderungan ini dipelopori oleh Purwanto yang mulai menulis cerpen bertema dunia mahasiswa dan memiliki banyak penggemar. Hal tersebut kemudian merangsang minat anakanak muda lainnya (penulis pemula) untuk belajar menulis. Kemudian munculah sanggarsanggar penulisan sastra diantaranya adalah Sanggar Sastra Blora dan Sanggar Sastra Triwida. Di sisi lain, para penerbit majalah berbahasa Jawa yang melihat tema-tema sekitar anak muda sebagai lahan garapan baru, membuka rubrik-rubrik khusus anak muda, seperti Wacan Bocah (dalam Djaka Lodhang), Gelanggang Remaja (dalam Panjebar Semangat), dan Karang Taruna (dalam Djaja Baja). Semanjak itu, tema-tema sekitar anak muda, seperti masalah percintaan menjadi marak. Dari sisi keperangan pun tidak jauh berbeda. Muncul satu kecenderungan jenis penulisan dari para pengarang. Suparta Brata menyebutnya dengan aliran Any Asmara (Prawoto, 1993:45). Walaupun pada zaman itu banyak pengarang cerpen berbahasa Jawa dengan kekhasan penulisannya, Any Asmara menjadi pengarang yang paling banyak
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
memiliki penggemar. Hal tersebut disebabkan oleh gaya penulisan Any Asmara yang sederhana dan mengedepankan masalah-masalah perjodohan muda-mudi, sehingga cenderung lebih mudah diterima oleh masyarakat. Para penulis yang ingin memiliki banyak penggemar dan karyanya laku di pasaran pun turut mengikuti gaya penulisan Any Asmara tersebut.
Daftar Refrensi Buku: Hudson, William Henry. (1975). An Introduction to The Study of Literature. London: George G. Harrap & Co. Ltd. Hutomo, Suripan Sadi. 1975. Telaah Kesusastraan Jawa Modern. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Luxemburg, Jan van., dkk. (1989). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia . (1991). Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa Mardianto, Herri, ddk. (1996). Sastra Jawa Modern: Periode 1920 sampai Perang Kemerdekaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nurgiantoro, Burhan. (2012). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Prawoto, Poer Adi. (1993). Wawasan Sastra Jawa Modern. Bandung: Angkasa Pradopo, Sri Widati et al. 1985. Struktur Cerita Pendek Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sedyawati, Edi et al. (2001). Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Balai Pustaka Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc. Sudjiman, Panuti. (1984). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia Sudjiman, Panuti. (1988). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya Triyono, Adi, dkk. (1997). Sastra Jawa Modern Periode 1945 – 1965. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kumpulan Cerpen:
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014
Sarahsehan Pengarang Sastra Jawi. 1975. Taman Sari: Kumpulan Cerkak lan Geguritan. Surakarta: Pusat Kebudayaan Surakarta
Kamus: Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Poerwadarminta,.WJS 1939. Baoesastra Djawa. Jakarta: J.B. Wolters’ UitgeversMaatschappij
Tema dominan dalam ..., Y. Suryapama Tera Gia Sarumpaet, FIB UI, 2014