Hasni Tagili ♥ Rinda Ariska ♥ Hasriyana ♥ Siti Maisaroh ♥ Yanti
Mutiara Paripurna (Kumpulan Cerpen Ideologis)
Mumtaz Publishing
MUTIARA PARIPURNA Oleh: Hasni Tagili dkk Copyright © 2016 by Hasni Tagili dkk
Penerbit Mumtaz Publishing
Desain Sampul: Ilmi Mumtahanah
Model Sampul: Israyanti
Editor: Hasni Tagili
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
THIS BOOK IS DEDICATED FOR ALL PEOPLE WHO HAVE POSITIVE CONTRIBUTION FOR OUR LIFE, ESPECIALLY IN DAKWAH.
BY READING OUR STORIES, LET’S BECOME MUTIARA PARIPURNA!
3
DAFTAR ISI
Mutiara Paripurna (Puisi) – 5 Pengantar dari Penulis – 6 Setangkup Rindu untuk Aya – 8 Surah Muhammad Ayat 7 – 34 Menjemput Hidayah – 48 Ajak Denganku Berjuang – 77 Sahabat Ideologis – 121 Terminal Hati – 163 Melamar Airmata Basmala – 182 About Us – 199
4
Mutiara Paripurna (Sebuah Puisi dari Hasni Tagili) Berbekal ilmu, semangat, dan pakaian syar’i Kau susuri jalan berduri Jalan yang terkadang berisi bebatuan cadas Terkadang pula lurus mengganas Ya, itulah jalan dakwah! Tatkala panas, payung kau kejar Ketika hujan, mantel kau lamar Cuaca demikian tak menyurutkan nalar Sebab, bayaran syurga-Nya tergambar Langkah kau pacu menuju majelis Berjibaku kemudian dengan ‘si sakit’ Semua usahamu ikhlas berbaris Berharap ridho sang pemilik langit Engkau lah Muslimah berdakwah Sosok mutiara paripurna penyejuk jiwa Ketahuilah sahabat, Tak semua Muslimah bersedia menyusuri jalan yang engkau babat Hanya secuil yang memilih menggasing dan berani mematikan pemikiran asing Berdakwah tanpa keluh Berdakwah tanpa malu Berdakwah meski berliku Berdakwah meski banyak ‘musuh’ Dan yakinlah pertolongan Allah mengikuti langkahmu Semangat dakwah, Dakwah bil hikmah!
5
PENGANTAR DARI PENULIS Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, pemilik alam semesta beserta isinya. Salawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, manusia mulia pembawa Risalah al ‘alamiyah. Tiada kata yang sanggup terucap selain hamdalah. Bagaimana tidak? Melalui proses yang complicated dan cukup panjang (sekitar 4 bulan), akhirnya buku Mutiara Paripurna (Kumpulan Cerpen Ideologis) yang saat ini tengah berada di tangan Anda dapat terselesaikan. Berawal dari keprihatinan para penulis akan degradasi karakter pemuda yang telah jauh dari Islam, maka lahirlah ide untuk menggodok sekumpulan cerita yang mengarahkan generasi muda, khususnya Muslimah, untuk menjadi sosok ‘mutiara’ yang sempurna. Mungkin ada yang merasa bahwa judul ini memuat konten pemborosan kata. Pasalnya, kata ‘mutiara’ telah merujuk pada hal yang sempurna, mengapa harus ditambahkan kata ‘paripurna’ lagi? Ya, hal itu 6
memang ada benarnya. Namun, dalam filosofi penulis, mutiara nyatanya tidak selalu sempurna. Terkadang, ada juga mutiara yang rusak, lecet, tak terawat, dan sebagainya. Mutiara dalam konteks buku ini disandingkan dengan sosok Muslimah, mereka pun tidak ada yang sempurna. Sehingga, melalui rentetan cerita pendek di dalam buku ini, penulis ingin mengajak kepada pembaca Muslimah untuk menyadari potensi mutiara yang ada pada diri mereka, sekaligus memparipurnakannya melalui syariat Islam. Buku ini merupakan karya kolaborasi pertama para penulis pada ranah cerita pendek bernafas fiksi yang sebagian besar kisahnya terinspirasi dari kisah nyata kehidupan para penulis. Meski begitu, para penulis sebenarnya sudah lebih dulu ‘menelorkan’ karya dalam bentuk tulisan opini yang dapat pembaca temukan pada beberapa situs online dan surat kabar lokal yang beroperasi di Sulawesi Tenggara. Aktivitas menulis opini dan cerpen ideologis dilakoni para penulis dengan harapan bahwa dakwah mereka dapat dibaca oleh siapa saja. Ya, menebar kebaikan melalui tulisan. Dakwah bil kalam! Unaaha, November 2016 Penulis 7
Setangkup Rindu untuk Aya (Hasni Tagili)
Matahari merangkak menuju siang. Begitu panas. Teriknya bahkan menyilaukan seantero bUmi. Peluh bercucuran tak dapat dibendung. Ya, mentari mengganas di siang itu.
Meski
panas
menggerogoti
tulang,
tapi tidak
menyurutkan niat Sofi dan Aya untuk berburu tanda tangan dosen penguji. Dua gadis berkerudung syar’i itu dikejar deadline untuk segera merampungkan kelengkapan administratif tahap akhir kuliah mereka.
Sekitar 20 menitan berada di angkutan umum, akhirnya keduanya pun tiba di kompleks perumahan dosen. Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Pak Darmin, salah satu dosen penguji kedua gadis itu, Sofi tiba-tiba melepas peniti kerudungnya.
8
“Loh kok dilepasin sih, Fi?” Aya memprotes kelakuan sahabatnya itu.
“Aduh Ayaaaaaa, aku tuh gerah banget. Cuma peniti doang kok yang dilepasin, bukan kerudungnya” omel Sofi.
“Tapi tetap aja, Fi, itu gak boleh. Ini tuh wilayatul am (wilAyah umum). Siapa yang bisa jamin kalau kerudung kamu itu gak bakal jatuh memperlihatkan seluruh
rambutmu,
Fi?”
Aya
mulai
gemas
menyaksikan konsistensi Sofi yang membiarkan secercah gelombang angin menyusupi lehernya.
“Gak bakal jatuh deh, Ya. Aku pegangin nih. Sebentaaar aja, aku benar-benar gerah” rajuk Sofi.
“Gak boleh Sofi, ini demi kebaikan kamu. Dosa loh kalau sampai aurat keliatan sama yang buka mahram. Pasang lagi gih penitinya! Sebentar lagi kita tiba di rumah Pak Darmin. Bisa-bisa kita ‘diusir’ kalau 9
beliau ngeliat kamu seperti ini” Aya berusaha merayu sahabatnya itu untuk memakai kerudungnya dengan benar.
“Iya iya deh. Ngomong sama Aya emang gak bisa ditawar. Macam ibu tiri saja. He..he..” Sofi terkikik sembari membetulkan kerudungnya.
Di tempat ini, Sofi memang sedang membenarkan posisi penutup rambutnya, namun di tempat lain, Sofi terbangun dari tidurnya. Ternyata, ia bermimpi lagi tentang Aya.
===== Penasaran dengan kelanjutan cerpen ini? Tunggu apa lagi, pesan MUTIARA PARIPURNA sekarang juga di nulisbuku.com. Anda juga bisa baca cerpen lainnya yang tak kalah ideologis. Happy reading
10