1
STRATEGI DAN TEKNIK SUBTITLING FILM PENDEK LE MARAIS DALAM FILM ANTOLOGI PARIS, JE T’AIME Anida Nurrahmi dan Danny Susanto Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, Indonesia Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini membahas subtitling dalam Le Marais, film pendek dalam film antologi Paris, Je T’aime, dengan menganalisis strategi dan teknik yang digunakan terkait adanya keterbatasan ruang dan waktu serta bentuk penerjemahannya yang bersifat diasemiotik. Strategi yang dimaksud adalah sepuluh strategi subtitling milik Gottlieb, sedangkan teknik yang dimaksud adalah aturan teknis berupa batasan karakter, durasi, serta keterbacaan teks. Hasil menunjukkan bahwa keterbatasan ruang dan waktu secara umum teratasi dengan adanya perubahan saluran komunikasi dari lisan menjadi tulisan. Strategi subtitling digunakan untuk mengalihbahasakan pesan dengan baik sekaligus memenuhi aturan teknis yang ada. Strategi yang paling banyak digunakan adalah kondensasi. Ditemukan pula strategi berupa variasi diksi yang tidak disebutkan dalam teori. Sementara itu dalam penerapan aturan teknis, ditemukan bahwa keterbacaan teks tidak dapat diatur karena mengikuti tempo dialog. Oleh karena itu, penerapan strategi menjadi esensial bagi penerjemah untuk menghasilkan subtitle yang baik. Kata kunci
: penerjemahan diasemiotik, penerjemahan film,strategi subtitling, subtitle, teknik subtitling
SUBTITLING STRATEGIES AND TECHNIQUES USED IN SHORT FILM LE MARAIS IN ANTHOLOGY FILM PARIS, JE T’AIME ABSTRACT This research studies the subtitling in Le Marais, a short film within Paris, Je T’aime, an anthology film, by analyzing the strategies and techniques used due to spatial-temporal constraints and its nature as diasemiotic translation. Strategies we used here refer to Gottlieb’s ten strategies of subtitling while techniques refer to technical rules including numbers of characters, duration and legibility of texts. The result shows that the spatial-temporal constraints are generally solved by the change of communication channel from spoken into written. Subtitling strategies are applied in order to deliver the message from source language to target language and to fulfill the technical rules as well. The most common strategy is condensation. It is also found that there is variation, a strategy which is not mentioned in theory. Meanwhile, from the technical rules, we find that the legibility of the text could hardly be set since it is based on the tempo of the dialog itself. Therefore, the use of those strategies becomes essential for subtitlers to make good subtitles. Keywords
: diasemiotic translation, film translation, subtitle, subtitling strategies, subtitling techniques
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
2
Pendahuluan Penerjemahan pada dasarnya merupakan usaha pengungkapan kembali sebuah pesan yang dikomunikasikan dalam bahasa sumber (BSu) ke padanan terdekatnya dalam bahasa sasaran (BSa); pertama dalam hal makna, kemudian bentuk atau gaya (Nida dan Taber 12). Selain pengalihan makna dan bentuk yang memang esensial dalam proses penerjemahan, Gottlieb menyebutkan bahwa saluran komunikasi juga perlu diperhatikan karena turut berpengaruh terhadap hasil terjemahan. Dalam “Subtitles and International Anglification” (219-20), Gottlieb mengklasifikasikan penerjemahan menjadi dua, yaitu penerjemahan isosemiotik dan penerjemahan
diasemiotik.
Penerjemahan
isosemiotik
adalah
penerjemahan
yang
menggunakan saluran komunikasi yang sama dengan saluran aslinya, sedangkan penerjemahan diasemiotik adalah penerjemahan lintas saluran komunikasi. Secara spesifik, Gottlieb menyebutkan bahwa penerjemahan diasemiotik terjadi pada penerjemahan film melalui subtitling. Gottlieb (220) menyebut subtitling sebagai bentuk penerjemahan diasemiotik pada media polisemiotik, seperti film, televisi, video, maupun DVD yang hadir dalam bentuk satu baris atau lebih teks tertulis yang ditampilkan di layar setelah terlebih dahulu disinkronisasikan dengan pesan aslinya. Teks inilah yang disebut subtitle. Perubahan saluran komunikasi yang dimaksud terjadi saat dialog lisan antartokoh diterjemahkan menjadi subtitle yang berupa tulisan. Penerjemahan film dalam bentuk subtitling ini memiliki keterbatasan ruang dan waktu, yaitu terbatasnya tempat penulisan subtitle di layar serta terbatasnya waktu pemunculan teks karena teks harus sinkron dengan apa yang ditampilkan secara audiovisual di layar. Keadaan tersebut kemudian disiasati dengan adanya seperangkat aturan teknis subtitling yang dikemukakan oleh para ahli di bidang audio visual translation, seperti Fotios Karamitroglou, May Carroll, Jan Ivarsson, serta Henrik Gottlieb. Aturan ini mencakup batasan karakter dan durasi dalam penulisan subtitle. Meskipun ada unsur keterbatasan ruang dan waktu dalam subtitling, sebagai suatu bentuk penerjemahan, subtitling tetap tidak boleh mengabaikan pesan yang dialihbahasakan. Untuk itu, dalam “Subtitling—A New University Discipline”, Gottlieb (7-8) memaparkan sepuluh strategi subtitling film berdasarkan pengalamannya sebagai subtitler untuk acara televisi. Ia menjelaskan bahwa strategi tersebut mewakili proses yang berbeda dalam menerjemahkan dialog film yang berkaitan dengan makna maupun bentuk yang dihasilkan.
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
3
Bicara mengenai film, salah satu negara produsen film dunia adalah Prancis. Di Indonesia sendiri, dalam situs resminya, Festival Sinema Prancis menyatakan diri sebagai festival film asing pertama yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1996. Salah satu film Prancis yang pernah diputar di Indonesia adalah Paris, Je T’aime yang sudah rilis pula dalam format Video Compact Disc (VCD). Paris, Je T’aime merupakan sebuah film antologi, yaitu film yang terdiri atas beberapa film pendek. Untuk membantu pemahaman penonton terkait bahasa yang digunakan dalam film, Paris, Je T’aime diterjemahkan lewat subtitle. Film berdurasi 110 menit ini merupakan kumpulan dari 18 film pendek yang mewakili berbagai arrondissement1 di kota Paris. Salah satu arrondissement yang diangkat adalah arrondissement ke-4 dalam film pendek yang berjudul Le Marais. Subtitle pada film pendek Le Marais inilah yang akan dibahas dalam tulisan yang berjudul “Strategi dan Teknik Subtitling Film Pendek Le Marais dalam Film Antologi Paris, Je T’aime” ini. Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa masalah utama yang dihadapi dalam proses subtitling adalah adanya keterbatasan ruang dan waktu. Oleh karena itu, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi dan aturan teknis subtitling diterapkan pada subtitle Bahasa Indonesia dalam film pendek Le Marais terkait dengan adanya keterbatasan ruang dan waktu serta perubahan saluran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pilihan strategi serta ketepatan penerapan aturan teknis subtitling terkait adanya keterbatasan ruang dan waktu serta perubahan saluran penerjemahan sekaligus menemukan bagaimana keadaan tersebut berpengaruh terhadap pengalihan pesan dari BSu ke BSa dalam subtitle yang dihasilkan. Tinjauan Teoretis Menurut Gottlieb dalam tulisannya “Subtitling—A New University Discipline” (7-8), untuk menghasilkan subtitle yang berkualitas, dibutuhkan analisis makna serta bentuk dan gaya bahasa terhadap segmen verbal dalam film. Terdapat sepuluh strategi subtitling dan sepuluh strategi tersebut dijabarkan di bawah ini satu per satu beserta contohnya.
1
Arrondissement merupakan wilayah administrasi yang secara hierarkis berada di tingkat ketiga di bawah Région dan Département (Marihandono 12-‐13). Kota Paris memiliki 20 arrondissement (Paris 1).
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
4
1. Penambahan Penambahan digunakan saat BSu membutuhkan keterangan tambahan dikarenakan tidak terdapatnya nuansa kultural yang sama di BSa. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation2
.. we would collapse
- ville vi falde sammen
.. we would collapse
like a bunch of ... broccoli
som en gang kogt broccoli.
like a portion of boiled broccoli.
2. Parafrasa Parafrasa digunakan saat kalimat Bsu tidak dapat disusun kembali dalam susunan yang sama pada BSa. Contoh: Dialog film .. ain't got no body
Subtitle Bahasa Denmark Du får mig til at tabe ho'det
Back-translation You make me lose my head.
3. Transfer Transfer digunakan saat BSu dapat diterjemahkan secara utuh dan akurat dalam BSa. Strategi ini biasa digunakan untuk dialog dengan tempo lambat. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
- Disa what?
- For hvad?
- Disa/Too/For3 what?
- ppeared.
- ...svundet.
- ppeared.
4. Imitasi Imitasi digunakan untuk menjaga kesamaan bentuk, khususnya untuk nama diri atau nama tempat. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
Ladies and gentlemen,
Mine damer og herrer, Mesdames
Ladies and gentlemen,
mesdames et messieurs,
et messieurs, Damen und Herren... .
dll.
Damen und Herren ...
2
Back-‐translation adalah penerjemahan kembali subtitle dalam Bahasa Denmark ke dalam Bahasa Inggris agar pembaca yang tidak memahami Bahasa Denmark dapat memahami perubahan yang terjadi pada dialog film dan subtitle yang dihasilkan. 3 Terdapat tiga homonimi untuk 'for' yang menambah permainan kata dalam BSa (Ibid. hlm. 10)
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
5
5. Transkripsi Transkripsi digunakan saat terdapat istilah yang tidak umum dalam BSu, misalnya penggunaan bahasa lain. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
- You must be Igor.
- Du må være Igor.
[sama seperti dalam dialog:
- No, it's pronounced
- Nej, det udtales øjgor.
øje = eye.]
Eye-gor
6. Dislokasi Dislokasi digunakan saat penerjemahan efek lebih penting dibandingkan isi dialog, seperti dalam sebuah lagu konyol yang terdapat dalam film kartun. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
- Oh, Frederick,
- Frederick, er du uskadt?
- Frederick, are you unhurt?
- Ja...
- Yes...
are you all right? [sic]
Back-translation
- Yes ...
7.
Kondensasi Kondensasi digunakan untuk memperpendek teks dengan memadatkan konten. Strategi ini biasa digunakan untuk dialog dengan kecepatan normal. Kondensasi sering dilihat sebagai prototipe dari subtitling itu sendiri. Fitur yang biasa dihilangkan dalam penerapan strategi ini adalah redundansi bahasa lisan, sementara makna dan bentuk masih dipertahankan sesuai teks sumbernya. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
A temporary companion to
En besøgende, der kan forsøde
A visitor who can
help me pass a few short
min ensomhed for en stund.
sweeten my solitude
hours of my lonely life.
for a while.
8. Desimasi Desimasi merupakan pemampatan ekstrem diakibatkan tempo bicara yang cepat dengan resiko menghilangkan bagian penting. Perbedaan desimasi dengan kondensasi dilihat dari pemotongan makna dan perubahan bentuk teks sumber dalam subtitle yang dihasilkan. Pemahaman penonton dibantu melalui saluran-saluran audiovisual lainnya. Contoh:
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
6 Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
Well, these books are all
Det her er bøger,
These are books
very general. Any doctor
enhver læge ville have stående.
any doctor would
might have them in his study.
have in his study.
9. Penghapusan Penghapusan total bagian teks sumber. Pemotongan drastis ini dilakukan jika potongan dialog tersebut dianggap tidak penting bagi penonton karena adanya informasi yang dapat diperoleh dari saluran-saluran audiovisual lainnya. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
- It could be worse.
Det ku' være værre...
It could be worse ...
- How?
For eksempel, hvis det regnede.
If, for example it was
- It could be raining!
raining.
10. Angkat Tangan Angkat tangan digunakan jika tidak terdapat solusi penerjemahan sehingga hilangnya makna tak lagi dapat dihindari. Saluran-saluran audiovisual lain tidak mampu memberi penjelasan yang memadai tentang maksud dari teks sumber dan menerjemahkan teks hanya akan menciptakan ambiguitas. Contoh: Dialog film
Subtitle Bahasa Denmark
Back-translation
- Uh, Eye-gor, would
- Lad os tage dem med ovenpå.
- Let's take them upstairs.
you give me a hand
- Helle for hende med turbanen!
- I want the one in the
with the bags?
turban!
- Certainly. You take the blonde and I'll take the one in the turban.
Dalam Bahasa Denmark modern, nomina “taske” (tas) tidak memiliki makna slang seperti “bags” (wanita-wanita menyebalkan) dalam Bahasa Inggris. Sementara itu, di layar terdapat koper-koper yang ditunjuk oleh sang tokoh. Oleh sebab itu, penerjemah angkat tangan dalam menerjemahkan “bags” dalam dialog tersebut. Sementara untuk aturan teknis subtitling, merangkum apa yang diutarakan oleh May, Ivarsson, Karamitroglou, dan Gottlieb, batasan jumlah baris per kemunculan subtitle adalah
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
7
dua baris dengan maksimal 37 karakter tiap barisnya dan batasan durasi adalah satu hingga tujuh detik, sehingga dihasilkan subtitle dengan keterbacaan teks yang tidak melebihi 12 karakter per detik. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Creswell (4-5), penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna. Sesuai dengan penjelasan tersebut, metode kualitatif sesuai untuk penelitian ini. Sumber data atau korpus primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Paris, Je T’aime dalam format VCD keluaran Jive! Collection tahun 2007 dengan No. SLS: 1047/VCD/D/PA/02.2019/2007 dan subtitle Bahasa Indonesia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Paris, Je T’aime merupakan kumpulan film pendek. Dari 18 film pendek yang ada, judul yang akan diambil adalah Le Marais. Selanjutnya, untuk memudahkan penulis dalam mengopi data, digunakan sumber data sekunder yaitu ekstraksi dari subtitle serta dialog film tersebut dalam format SubRip Text (.srt) yang diperoleh dari situs http://www.subscene.com. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Data yang dikumpulkan adalah teks film pendek Le Marais beserta terjemahannya dalam subtitle berbahasa Indonesia dari situs yang telah disebutkan di atas. Data tersebut telah dicocokkan, dengan metode menyimak dan membaca, dan hasil menunjukkan bahwa data tersebut sama dengan data yang terdapat pada VCD resmi film tersebut, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan Dari pengumpulan data yang telah dilakukan, dialog film dan subtitle dalam film pendek Le Marais pada film Paris, Je T’aime versi VCD terdapat 41 satuan. Masing-masing satuan data terdiri dari dialog film dan padanan subtitle-nya. Berikut akan dibahas beberapa contoh data yang telah diklasifikasikan berdasarkan strategi subtitling yang diterapkan pada data tersebut. Pada akhir bagian ini, akan dibahas pula mengenai penerapan teknik subtitling pada korpus.
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
8
1. Penambahan Dialog film Gaspard : Je peux? Elie : Oui.
Subtitle Aku boleh duduk?/ Silakan.
Penambahan digunakan pada dialog “je peux?” yang padanannya adalah “aku boleh” dan diterjemahkan menjadi “aku boleh duduk?”. Penambahan dilakukan untuk menegaskan kepada penonton bahwa Gaspard meminta izin untuk duduk di depan Elie. 2. Parafrasa Dialog film
Subtitle
Gaspard : Tu n'es pas très bavard.
Kau orang yang pendiam, ya?
Padanan untuk dialog film adalah “kau tidak banyak bicara”. Strategi subtitling yang diterapkan adalah parafrasa dengan mengubah kalimat negatif menjadi kalimat positif. Bentuk kalimat pernyataan juga diubah menjadi kalimat tanya. Perubahan-perubahan ini merupakan pilihan penerjemah untuk membuat kalimat yang lebih bervariasi di layar. Di potongan ini terlihat bahwa penerjemah dapat sedikit leluasa dalam bekerja karena dialog film tidak terlalu panjang. 3. Transfer Dialog film Elie : Merci.
Subtitle Terima kasih.
Elie mengucapkan terima kasih kepada Gaspard yang telah meminjamkan korek apinya. Strategi yang digunakan adalah transfer. Kata “merci” sepadan dengan “terima kasih” dalam Bahasa Indonesia. 4. Imitasi
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
9
Dialog film
Subtitle
Gaspard : Charlie Parker. Et Kurt
Charlie Parker. Dan Kurt Cobain?
Cobain?
Moi,
j'adore
Kurt
Aku suka sekali Kurt Cobain.
Cobain. Strategi imitasi biasa digunakan untuk menerjemahkan nama diri. Terdapat dua nama tokoh terkenal pada data ini, yaitu Charlie Parker dan Kurt Cobain. Penerjemah menerapkan strategi imitasi untuk nama-nama tersebut. Pada dialog sebelumya, Gaspard sedang membicarakan musik jazz dan dari situ penonton dapat menerka bahwa nama tokoh yang disebutkan di sini adalah musisi jazz. Hal ini dapat menyesatkan saat Gaspard meneyebutkan Kurt Cobain, karena ia bukan musisi beraliran jazz, melainkan grunge. Dengan menyebut nama Kurt Cobain, Gaspard mencoba mengatakan bahwa ia tidak hanya suka musik jazz saja. Bagian ini hanya dapat ditangkap jika penonton telah memiliki latar belakang pengetahuan tentang Kurt Cobain. 5. Transkripsi Tidak ditemukan data yang menerapkan strategi transkripsi dalam film ini. 6. Dislokasi Tidak ditemukan data yang menerapkan strategi dislokasi dalam film ini. 7. Kondensasi Dialog film
Subtitle
Gaspard : J'ai l'impression qu'on
Sepertinya kita pernah
s'est croisé quelque part.
berpapasan di jalan.
Padanan untuk dialog film adalah “Aku rasa kita pernah berpapasan di suatu tempat”. Sementara itu, pada subtitle “quelque part” dipadankan dengan “di jalan”. Strategi yang diterapkan di sini adalah kondensasi. Makna dari “di suatu tempat” disempitkan menjadi “di jalan”. Dari jumlah karakter pun, “di jalan” jauh lebih singkat. Pilihan ini merupakan contoh bentuk ekonomisasi makna sekaligus karakter.
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
10
8. Desimasi Dialog film
Subtitle
Christian : Oui oui oui, venez
lkutlah aku ke belakang.
avec moi, on va faire quelque chose au fonds de l'atelier. Padanan untuk “Oui oui oui, venez avec moi, on va faire quelque chose au fonds de l'atelier” adalah “Ya ya ya, ikutlah denganku, kita akan melakukan sesuatu di belakang bengkel”. Dapat dilihat bahwa subtitle yang dihasilkan jauh lebih singkat dibandingkan padanan lengkapnya serta banyak informasi pelengkap yang dihilangkan. Di sini diterapkan strategi desimasi. Terdapat bagian teks yang tidak diterjemahkan, yaitu “oui oui oui”, “on va faire quelque chose”, dan “de l’atelier”. “Oui oui oui” (ya ya ya) merupakan bentuk responsive expression yang dapat dihilangkan dalam subtitle. Kemudian, “on va faire quelque chose” (kita akan melakukan sesuatu) juga dihapuskan. Penonton dapat melihat dari adegan di layar bahwa Christian dan Marianne akan mengerjakan desain yang Marianne bawa. Terakhir, “de l’atelier” (bengkel seni) juga tidak dimunculkan dalam subtitle. Dari latar tempat yang ditampilkan, penonton dapat memahami bahwa tempat tersebut adalah sebuah atelier yang berarti bengkel seni. Penghilangan ini tidak mengurangi pemahaman penonton akan latar tempat tersebut. 9. Penghapusan Dialog film
Subtitle
Christian : Bonjour. Penerjemah memilih untuk tidak menerjemahkan dialog sama sekali. Pilihan ini tidak mengurangi pemahaman penonton terhadap cerita, selain karena dialog ini hanya merupakan sebuah salam, beberapa detik kemudian Christian mengulang kembali salamnya tersebut sehingga penerjemahan dialog ini tidak terlalu diperlukan dan dapat sepenuhnya dihilangkan.
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
11
Pemahaman penonton juga terbantu lewat gambar yang ditampilkan. Christian yang sebelumnya tengah melakukan sesuatu, langsung menuju pintu depan saat mendengar bel berbunyi. Saat Marianne dan Gaspard masuk, Christian menyapa keduanya dengan mengucapkan “bonjour”. Meskipun dialog ini tidak diterjemahkan lewat subtitle, penonton secara visual dapat memahami bahwa kata tersebut merupakan salam Christian untuk kedua pelanggannya tersebut. 10. Angkat tangan Dialog film
Subtitle
Gaspard : Tu habites où? Moi je
Di mana kau tinggal?
suis dans le 17ème. Je t'ai peut-
Aku tinggal di Blok 17.
être aperçu dans le quartier. Angkat tangan diterapkan dalam mengalihbahasakan “le 17ème”. Le 17ème yang dimaksud oleh Gaspard bukan blok, melainkan salah satu arrondissement yang terdapat di Paris. Indonesia tidak mengenal sistem arrondissement ini, sehingga untuk menjelaskan hal ini membutuhkan tambahan karakter dan akan memakan durasi, dua hal utama yang membatasi penerjemahan film melalui subtitle. Oleh karena itu, untuk menyiasatinya, penerjemah harus menghilangkan
konteks
Paris
dalam
film
dan
melakukan
domestifikasi
dengan
menerjemahkannya menjadi “Blok 17”. Sejalan dengan penghematan karakter, penulisan “17” sesuai dengan aturan tulis bahwa bilangan di atas dua belas boleh ditulis menggunakan angka. Kesalahan penerjemah adalah memilih “blok” yang tidak menggambarkan konsep arrondissement tersebut. Blok4 adalah wilayah yang kecil, sementara arrondissement adalah wilayah yang luas. Kata “distrik”5 akan lebih sesuai dengan konsep arrondissement tersebut. 11. Lain-lain Selain diterapkan secara mandiri, strategi-strategi tersebut juga dapat dikombinasikan dalam satu kemunculan subtitle di layar, seperti contoh berikut. 4 5
deretan beberapa buah rumah yg tidak terpisah-‐pisah (http://kbbi.web.id/) bagian kota atau negara yg dibagi untuk tujuan tertentu; wilayah (Ibid.)
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
12
Dialog film
Subtitle
Christian : Bonjour.
Halo./ Elie, bisa bawakan kami
Gaspard : Bonjour.
dua gelas anggur?
Christian : Elie, tu peux nous servir deux verres de vin ? Strategi yang digunakan untuk menerjemahkan bagian ini merupakan gabungan dari penghapusan, transfer, dan
kondensasi. Penghapusan dilakukan pada dialog Christian,
“bonjour”, yang kemudian dijawab oleh Gaspard dengan ucapan yang sama. Untuk menghindari pengulangan, penerjemah memilih untuk menerjemahakan dialog bagian Gaspard saja. Sementara itu, pada dialog Gaspard, penerjemah menerapkan strategi transfer. Kata “bonjour” dalam Bahasa Prancis tidak hanya sepadan dengan “selamat pagi” dalam Bahasa Indonesia. “Bonjour” dapat juga diartikan sebagai salam di awal perjumpaan yang sepadan dengan “halo” dalam Bahasa Indonesia. Subtitle yang dihasilkan memberikan padanan yang lengkap dan akurat dan masuk ke dalam strategi transfer. Selain itu, dibandingkan dengan “selamat pagi”, “halo” lebih efisien dalam hal jumlah karakter. Kemudian, kondensasi diterapkan pada dialog Christian yang ditujukan kepada Elie. Jika diterjemahkan menggunakan strategi transfer, dialog “Elie, tu peux nous servir deux verres de vin?” diterjemahkan menjadi “Elie, kau bisa sajikan kami dua gelas anggur?”. Dalam subtitle, pronomina “tu” yang berarti “kau” dilesapkan karena maknanya sudah jelas bahwa Christian memanggil Elie sebagai orang kedua yang diajak bicara. Sementara itu, verba servir (menyajikan) yang diterjemahkan menjadi “bawakan” menunjukkan adanya variasi diksi atau pilihan kata dalam terjemahan. Variasi diksi ini tidak dijelaskan dalam teori strategi subtitling milik Gottlieb. 12. Penerapan Teknik Subtitling Secara keseluruhan, pada penerapan aturan teknis, baik dari aspek spasial berupa batasan jumlah karakter maupun aspek temporal berupa durasi, tidak terdapat masalah berarti. Aturan batasan baris, karakter, dan durasi diterapkan oleh penerjemah dengan baik. Masalah baru terlihat saat kedua aspek ini dihubungkan untuk melihat keterbacaan teks. Dialog yang padat
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
13
membuat aturan ini sulit untuk diterapkan karena subtitle yang ditampilkan harus sinkron dengan apa yang diucapkan oleh tokoh di layar. Saat terjadi dialog yang intens dalam waktu yang singkat, subtitle terpaksa ditampilkan dalam waktu yang singkat, tetapi harus pula mencakup isi dialog yang diucapkan. Oleh karena itu, aspek keterbacaan teks dikorbankan. Hal ini menunjukkan bahwa tempo dan intensitas dialog dalam film lebih memengaruhi penulisan subtitle ketimbang batasan teknis. Batasan teknis justru membantu penerjemah untuk menghasilkan subtitle yang baik. Jangkauan karakter maksimal 37 dan durasi maksimal tujuh detik diharapkan dapat mengakomodasi dialog-dialog panjang. Namun, dialog-dialog panjang tidak selalu muncul dalam tempo yang panjang pula, sehingga penerjemah harus berpacu dengan waktu yang ada untuk menghasilkan subtitle dalam ruang yang tersedia. Kesimpulan Dari sepuluh strategi subtitling yang disebutkan oleh Henrik Gottlieb, hanya delapan strategi yang ditemukan dalam subtitle film ini, yaitu penambahan, parafrasa, transfer, imitasi, kondensasi, desimasi, penghapusan, dan angkat tangan. Dua strategi yang tidak diterapkan di sini adalah transkripsi dan dislokasi. Hal ini dapat dipahami karena transkripsi maupun dislokasi ditujukan pada kasus khusus yaitu penerjemahan istilah asing dan penerjemahan lagu dan keduanya tidak terdapat sepanjang dialog film. Selanjutnya, dari analisis penerapan strategi yang telah dilakukan di bagian sebelumnya, terdapat beberapa temuan mengenai penerapan strategi subtitling yang juga berkaitan erat dengan aturan teknis subtitling. Pertama, dalam satu subtitle yang dihasilkan, sangat mungkin diterapkan lebih dari satu strategi. Hal ini terjadi karena penerjemah harus melakukan penyesuaian antara penerapan strategi dengan penerapan aturan teknis subtitle. Hal ini memungkinkan karena tidak terdapat satuan yang akurat untuk menilai penerapan strategi subtitling ini. Beberapa strategi dapat diterapkan dalam taraf kalimat, sementara sisanya hanya diterapkan dalam taraf kata. Kedua, strategi parafrasa tidak hanya diterapkan untuk menemukan susunan kalimat BSa yang sesuai dalam BSu, tetapi dapat pula menjadi cara untuk mempersingkat kalimat. Misalnya, kalimat pasif yang diubah menjadi kalimat aktif atau kalimat negatif yang diubah menjadi kalimat positif. Tanpa dilakukan perubahan susunan tersebut, dialog film tetap dapat
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
14
dimengerti oleh penonton. Namun, parafrasa tetap dilakukan untuk menghasilkan subtitle yang lebih singkat. Ketiga, strategi transfer umumnya diterapkan untuk dialog-dialog pendek dan kurang bisa diterapkan pada dialog-dialog panjang. Hal ini semakin menegaskan bagaimana batasan ruang dan waktu menyebabkan subtitle menghasilkan teks yang lebih ringkas dibandingkan dialog aslinya. Penerapan strategi transfer membutuhkan ruang yang lebih, sehingga kurang mampu menghasilkan subtitle yang baik dalam ruang dan waktu yang terbatas. Sama halnya dengan strategi penambahan. Penambahan membutuhkan ruang lebih, sehingga untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan penghematan karakter yang dapat diperoleh dengan menerapkan strategi lain sekaligus. Keempat, penerapan strategi imitasi dapat menimbulkan ambiguitas jika penonton tidak memiliki pengetahuan mengenai apa yang sedang dibicarakan di layar. Sebagai masukan, strategi ini dapat diterapkan bersamaan dengan strategi penambahan jika dibutuhkan keterangan tambahan. Hal sebaliknya terjadi dengan strategi angkat tangan. Ambiguitas justru dapat terjadi jika penonton memiliki pengetahuan mengenai apa yang sedang dibicarakan di layar. Penonton akan menangkap bahwa penerjemah mengambil pilihan kata yang kurang tepat. Kelima, terdapat strategi lain, yaitu variasi diksi atau pilihan kata. Variasi diksi ini merupakan kreasi penerjemah dalam memilih kata yang dianggap lebih mewakili isi dialog. Variasi ini dapat dilakukan kapan saja dan tidak mengubah makna. Kata yang dipilih merupakan sinonim atau kata yang secara kontekstual dianggap lebih sesuai dalam BSa. Selain itu, dari penerapan aturan aturan teknis juga ditemukan hal menarik. Batasan jumlah baris, karakter, maupun durasi tidak mengalami masalah yang berarti. Namun, peraturan mengenai keterbacaan teks maksimal 12 kar/s tidak dapat terpenuhi karena kemunculan subtitle mengikuti tempo bicara tokoh. Hal ini mengakibatkan penonton harus menyesuaikan kecepatan membacanya sesuai tempo film. Penerapan strategi subtitling secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari aspek teknis yang berkaitan dengan batasan ruang dan waktu. Oleh karena itu, jika dinilai secara keseluruhan pula, terdapat banyak fitur bahasa maupun keutuhan makna dialog film yang
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
15
tidak disampaikan melalui subtitle. Hal yang perlu diingat adalah bahwa subtitle merupakan penerjemahan diasemiotik yang tidak bisa disamakan dengan hasil terjemahan isosemiotik. Namun, pada dasarnya inti dari proses penerjemahan adalah penyampaian pesan. Meskipun terdapat batasan-batasan, strategi-strategi subtitling dapat menjadikan subtitle sebagai bentuk penerjemahan yang baik untuk media film yang sekaligus mengakomodasi tuntuntan terpenuhinya aturan teknis subtitling.
Kepustakaan “Blok.” Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Versi Online/ Daring (Dalam Jaringan). 16 Juni 2013
Carroll, May dan Jan Ivarsson. “Code of Good Subtitling Practice.” European Association for Studies in Screen Translation, Berlin 17 Oktober 1998.
Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Terj. Achmad Fawaid dari Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods, 2009. “Distrik.” Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Versi Online/ Daring (Dalam Jaringan). 16 Juni 2013 “Festival Sinema Prancis di Indonesia Edisi ke-17.” Festival Sinema Prancis. 2012. Institut Français Indonesia. Kamis, 20 Desember 2012. Gottlieb, Henrik. “Subtitling—A New University Discipline.” Korespondensi email dengan Henrik Gottlieb. 7 Februari. 2013. ---------------------. “Subtitles and International Anglification.” Nordic Journal of English Studies Vol. 3 No. 1 (2004). 219-30. Karamitroglou, Fotios. “A Proposed Set of Subtitling Standards in Europe.” (20 Desember 2010). 27 April 2012. Marihandono, Djoko. “Kuliah 1: Pengantar Sejarah Prancis.” Depok: Program Studi Prancis, Universitas Indonesia, tidak diterbitkan. Nida, Eugene A., dan Charles R. Taber. The Theory and Practice of Translation (Vol. VIII). Leiden: E. J. Brill, 1982.
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013
16
Paris (Booklet VCD Original Paris, Je T’aime). Jive! Collection, 2007.
Strategi Dan..., Anida Nurrahmi, FIB UI, 2013