No. 014, Juni 2017
Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi
(Tanggal diunggah 6 Juni 2017) Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar
TEKNIK PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN KENTANG (Solanum tubeosum L) Oleh : Asih K. Karjadi BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang – Bandung Barat 40391
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan sayuran umbi yang kaya vit C dan kalium. Komoditas kentang mendat prioritas pengembangan di Indonesia, dikarenakan tanaman ini merupakan salah satu sumber karbohidrat non beras dan mempunyai potensi dalam diversifikasi pangan. Beberapa tahun terakhir ini terlihat kebutuhan kentang cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan berkembangnya industri pengolahan makanan cepat saji. Keadaan tersebut mengakibatkan bertambahnya luasan pertanaman kentang dan meningkatnya permintaan benih kentang bermutu. Tabel 1. Luas areal dan produksi kentang pada periode tahun 2011 s.d 2015. Tahun 2011
Luas areal (ha)
59 889
2012
65 989
2013
70 187
2014
76 291
2015
66 983 1
Produkasi (ton) Produksi per ha ( ton)
955 488 15.96
1 094 232 16.58
1 124 282 16.02
1 347 815 17.67
1 219 269 18.20
Sumber : BPS 2015
Dalam budidaya kentang kendala utama peningkatan produksi adalah pengadaan dan distribusi benih kentang berkualitas yang belum kontiyu dan memadai. Pada program perbenihan penggunaan benih bebas patogen mutlak diperlukan . Benih tersebut dapat diperoleh melalui pembersihan dari penyakit sistemik virus melalui teknik kultur jaringan yang disertai dengan pengujian patogen secara intensif, dilanjutkan dengan
teknik perbanyakan cepat untuk
memproduksi stek atau umbi mini. Penggunaan teknik perbanyakan cepat dalam program perbenihan kentang dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengadaan benih selain meningkatkan jumlahnya dengan kualitas yang terjaga. Pada umumnya teknik perbanyakan cepat dipakai untuk perbanyakan benih generasi pertama pada program perbenihan. Generasi selanjutnya dapat diperbanyak kembali dengan cara konvensional. Selain itu teknik ini dipakai juga untuk mempercepat peningkatan jumlah benih dasar atau sebagai pelaksanaan awal dari program perbanyakan benih varietas unggul baru. Sebelum memulai program perbanyakan cepat secara besar-besaran perlu diketahui cara terbaik yang dapat diterapkan dan termasuk juga kondisi iklim , varietas yang akan diperbanyak serta fasilitas yang tersedia, nisbah dari perbanyakan cepat ini. Tanaman kentang umumnya diperbanyak melalui umbi, perbanyakan dengan umbi mempunyai rasio antara 1 : 3 sampai 1 : 15 , artinya satu umbi kentang dapat menghasilkan 3 sampai 15 umbi. Perbandingan atau rasio ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu varietas, cara bertanam dan perlakuan pada umbi (Oztruk & Yildirin. 2010; Singh et al. 2012) Perbanyakan secara konvensional ini dalam perbenihan kentang tidak dapat memenuhi kebutuhan pengadaan benih dalam jumlah cukup dengan waktu yang relatif singkat. Penggunaan salah satu cara atau kombinasi dari beberapa cara perbanyakan cepat dapat meningkatkan rasio perbandingan menjadi 1 : 40 ( Bryan, 1981; Lommen & Struik, 2007) dimana setiap stek dapat menghasilkan 5 umbi atau lebih.
2
Teknik perbanyakan cepat ini ada beberapa macam, dan teknik ini dipakai sesuai dengan materi yang tersedia dan tujuan yang akan dicapai. Berikut ini akan dijelaskan teknik – teknik perbanyakan cepat secara umum dan singkat. 1. Stek Tunas umbi ( Sprout cuttings ) Stek tunas umbi merupakan perbanyakan cepat pada tanaman kentang yang dapat meningkatkan nisbah tanaman berumbi . Tahapannya adalah sebagai berikut: a. Umbi yang sudah bertunas (pecah) dormansinya diberi perlakuan GA3 untuk meningkatkan pertumbuhan tunas. b. Tunas (sprout) dipotong, tiap tunas terdiri dari satu bakal tunas dan bakal akar. c. Tunas diakarkan pada media pasir halus atau dilapisan kertas tissue lembab. d. Setelah berakar tunas tersebut dapat dipindahkan ke lapangan. Tunas ini akan tumbuh
menjadi tanaman kentang yang normal. Jika tunas ini ditanam di screen house cocok untuk tanaman induk. Tunas (sprout) harus diambil dari umbi-umbi yang telah terseleksi. Selanjutnya tunas dipotong menjadi beberapa bagian, setiap bagian (potongan) harus terdiri dari satu bakal tunas dan bakal akar. Pemotongan tunas lebih mudah dilakukan pada tunas-tunas yang panjang dan berwarna pucat, tetapi hasilnya sedikit bila dibandingkan dengan tunas pendek yang berwarna gelap (hijau). Stek yang berasal dari tunas berwarna pucat kadang-kadang sukar berakar. Dengan menyimpan umbi beberapa hari di ruang gelap dan dipindahkan ke tempat terang, maka warna dan panjang buku lebih baik dan mudah untuk dipanen steknya. Jumlah stek tunas umbi dapat ditingkatkan dengan jalan merangsang pertumbuhan tunas lateral, dengan cara memotong ujung tunas pada waktu panjangnya mencapai 2 –
3 cm, lalu
celupkan umbi tersebut pada larutan GA3 1- 2 ppm selama 10 - 15 menit. Besarnya penambahan jumlah stek tunas umbi dengan jalan stimulasi ini tergantung pada keadaan pertunasan pada umbi.
3
Gambar 2
: Teknik perbanyakan cepat stek tunas umbi/sprout cuttings (Sumber : Rapid Multiplication Technique, CIP Peru, 1981).
(a)
(b)
(e)
(c)
(d)
(f)
Keterangan : (a) umbi rendam dalam larutan GA3 2 – 5 ppm (b) Umbi kentang bertunas (c) Pemotongnan tunas umbi (d) persemaian tanaman asal tunas umbi (e, f) pertumbuhan tunas umbi di lapangan
2. Stek Buku Tunggal (Single Node Cuttins). Salah satu teknik perbanyakan cepat untuk menghasilkan generasi pertama benih dasar adalah menggunakan stek buku tunggal. Tanaman induk yang baru memiliki 5 – 6 daun tunggal dipotong menjadi beberapa bagian, tiap bagian terdiri dari satu buku dan satu helai daun. Stek diakarkan di media tanah atau pasir halus, kemudian dipindahkan ke pot (lapangan) untuk memproduksi umbi mini. Stek ini diambil dari tanaman muda yang berasal dari stek tunas umbi atau umbi mini. Stek dipotong dari tanaman induk yang mempunyai 5 – 6 helai daun tunggal, dan ditinggalkan 1 - 2 helai daun bagian bawah, agar tumbuh kembali. Setiap bagian stek harus mempunyai buku dan daun . Stek diakarkan di media tanah atau pasir halus. Bagian buku harus berada di atas permukaan medi. Umumnya akar akan tumbuh dan buku tumbuh menjadi tanaman dalam jangka waktu 10 – 15 hari. Tanaman ini dapat dipindahkan ke lapangan maupun digunakan sebagai tanaman induk untuk perbanyakan berikutnya. Besarnya nisbah perbanyakan tergantung pada banyaknya tunas 4
yang dapat dipanen, dan dapat mencapai ribuan bila dikombinasikan dengan teknik perbanyakan lainnya. Gambar : Teknik perbanyakan cepat stek buku tunggal/ Single node cuttings ( Sumber : Rapid Multiplication Technique, CIP Peru 1981).
(c ) (a)
(b)
(e)
(d)
Keterangan : (a) Tanaman induk (b) Teknik pemotongan stek (c) stek buku tunggal diakarkan di media tanah (d) pertumbuhan stek di persemaian (e) pertumbuhan stek di lapangan
3. Stek Batang ( Stem Cuttings). Teknik stek batang digunakan secara luas dalam memproduksi benih dasar. Keuntungan utama ialah cara ini dapat mengurangi infeksi penyakit yang ditularkan melalui umbi. Teknik ini juga efektif untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh Erwina spp. Rhizoctonia solani, dan Synchytium endobioticum (Wart). Satu umbi dapat menghasilkan 20 – 60 stek dan setiap stek menghasilkan umbi antara 0,2 – 0,5 kg pada pertanaman di lapangan tergantung pada varietas yang ditanam. Stek diakarkan pada media campuran tanah dan pupuk kandang atau pasir dengan jarak
5 cm x 5 cm, dijaga agar
buku tidak tertutup media tanam. Lama pengakaran tergantung pada kondisi tanaman umumnya 10 – 14 hari setelah tanam. Stek yang telah berakar ditanam di net house atau daerah terisolir untuk produksi umbi mini. Untuk menghasilkan jumlah stek yang maksimum, dilakukan penanaman umbi yang telah bertunas secara dangkal. Jumlah stek juga tergantung pada varietas dan perawatan tanaman induk. Pemupukan N tinggi meningkatkan kualitas dan kuantitas stek yang dihasilkan
5
Gambar : Teknik perbanyakan cepat stek batang/ Stem cuttings. ( Sumber : Rapid Multiplication Technique, CIP Peru , 1981).
(a)
(b)
(f)
(e)
(c)
(d)
Keterangan : (a) Tanaman induk (b) Tanaman induk akan dipanen stek(c) tunas untuk stek (d) pengakaran Stek (e) pertumbuhan stek di lapangan (f) pertumbuhan stek untukproduksi umbi mini
4. Stek Tunas Ketiak Daun ( Leaf Bud Cuttings) Stek tunas ketiak daun ini dipergunakan sebagai teknik perbanyakan cepat guna mengurangi penyakit yang terbawa umbi dari tanah. Langkah dari pembuatan stek ini adalah sebagai berikut : 1. Stek diambil dari tanaman induk yang hampir dewasa, dan harus terdiri dari satu buku dan satu daun ganda. 2. Stek ditanam di media pasir halus untuk memproduksi umbi mini, yang akan digunakan untuk perbanyakan berikutnya, Umbi kecil pada ketiak daun akan terbentuk dalam jangka waktu 4 – 6 minngu setelah tanam. 3. Tiap umbi kecil berkembang menjadi satu tanaman sehat dan dapat menghasilkan 500 g umbi di lapangan , tergantung pada varietas dan perawatan tanaman. Stek tunas ketiak daun ini dapat dilakukan pada setiap tanaman kentang yang hampir dewasa. Setiap potongan mempunyai satu buku dan satu helai daun ganda. Bila stek ini ditanam di pasir halus atau tanah, daun dibiarkan berada diatas permukaan media, maka akan terbentuk umbi kecil pada ketiak daun dalam jangka waktu 4 – 6 minggu setelah tanam. 6
Bila stek ditanam pada media pasir halus untuk produksi umbi kecil, buku /node harus benarbenar terletak di bawah permukaan media. Jangan menggunakan hormone perakaran. Media diusahakan tetap lembab tetapi tidak terlalu basah. Umbi-umbi kecil tersebut berukuran 0.5 – 1 cm diameternya, yang dipanen setelah daundaun kering/mati. Karena umbi-umbi kecil mudah menyusut/keripu, maka penanganannya harus lebih hati-hati, kadang-kadang umbi sudah kering sebelum dormansinya pecah. Gambar
: Teknik perbanyakan cepat stek tunas ketiak daun / Leaf bud cutting ( Sumber : Rapid Multiplication Technique, CIP Peru, 1981).
(c)
(a)
(b)
(d) (f)
(e)
Keterangan : (a) Tanaman induk (b) Teknik pemotongan stek (c) stek ditanam di media tanah (d) Tanaman stek di media (e) umbi mini (f) pertanaman dari umbi mini
Kekurangan perbanyakan kentang dengan stek adalah umbi yang dihasilkan bentuknya tidak seragam dan tidak beraturan sehingga tidak dapat disebar luaskan sebagai benih sebar. Akan tetapi benih hasil stek ini umumnya bebas patogen dan berkualitas baik. Seluruh cara perbanyakan cepat ini memerlukan tenaga yang intensif, fasilitas khusus seperti rumah sere/kasa/screen house. Tetapi fasilitas-fasilitas ini dapat dibuat praktis, sederhana dan diadopsi untuk kondisi setempat dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia.
7
Selain itu cara perbanyakan cepat ini dapat mengurangi daur (siklus) perbanyakan serta meningkatkan kesehatan benih. Dari keempat teknik perbanyakan cepat ini dapat dilaksanakan sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memperoleh produksi maksimum. Perbanyakan secara cepat dan terintegrasi dari keempat cara tersebut dapat digambarkan dalam satu skema sebagai berikut : Gambar : Skema perbanyakan cepat pada tanaman kentang secara terintegrasi ( Sumber : Rapid Multiplication Technique, CIP Peru, 1981).
Kendala keberhasilan teknik perbanyakan cepat tanaman kentang Dalam perbanyakan cepat tanaman kentang terdapat kendala-kendaka yaitu : 1. Terbentuknya umbi ketika diakarkan . Penyebabnya ialah : a. Hari dengan penyinaran pendek. b. Temperatur malam rendah (dingin) c. Kultivar tidak beradaptasi. 2. Tanaman induk membentuk daun ganda /daun majemuk. Penyebabnya ialah : a. Tanaman induk sudah tua, pertumbuhan lambat. b. Pengambilan stek/panen stek tidak teratur. c. Kekurangan unsur nitrogen dan fosfor. d. Kultivar tidak beradaptasi.
8
3. Stek tidak berakar dan mati. Penyebabnya ialah : a. Kekurangan oksigen dikarenakan media terlalu basah ( lembab) atau media terlalu halus. b. Stek terlalu tua saat dipanen. c. Tanaman kekurangan cahaya. d. Stek tidak kontak dengan media tanah. 4.Tanaman dilapangan tidak membentuk kanopi dan tidak berumbi ( jumlah umbi sedikit). Penyebabnya ialah : a. Terbentuknya umbi terlalu dini akibat dari kualitas stek kurang baik. b. Kekurangan unsur hara terutama nitrogen. c. Penanaman stek terlalu dangkal. d. Tidak ada buku yang tertutup tanah.
Daftar pustaka
1. Bryan, J.E. 1981. Rapid multiplication techniques for potatoes. International Potato Center, 20 pp. 2. Lommen . W. J.M and Struik P.C. 2007. The canon of potato sci. in vitro cutting. Potato research 50; 309 – 313. DOI 10.1007/S.11540-008-9084.3. 3. Oztrutk and Yildirin Z. 2010. A comparison of field performance of minitubers and micro tubers used in seed potato production. Turkish J. Fieldcrops. 15 (2) .141 – 147. 4. Singh P. Agnihotri; Bhadauria S.; Rashumi Vamil and Sharma 2012, Comparative study of potato cultivation through micropropagation and conventional farming methods. African J. of Biotech 11 (48) 10882 – 10887.
9