Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
WAKTU PENYEMPROTAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG ( Solanum tuberosum L.) Khadijah, Hairunnas
[email protected] ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kampung Wih Ilang Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah. Kampung Wih Ilang terletak pada ketinggian 1600 m di atas pemukaan laut. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning, pH tanah berkisar antara 5-6. Curah hujan berkisar antara 1.122-2.086 mm/tahun (rata-rata 1.604 mm/tahun), yang telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyemprotan pupuk daun Hortigro B terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang.Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk daun Hortigro B terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang.Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi yang nyata antara waktu penyemprotan dan konsentrasi pupuk daun Hortigro B terhadap pertumbuhan dan hail tanaman kentang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua factor 1.Faktor interval waktu penyemprotan (V) terdiri dari dua taraf perlakuan yaitu ,V1: Pagi hari (08-00 wib), V2: Sore hari (04-00 wib) 2. Faktor konsentrasi pupuk daun (Z) yang dicobakan terdiri atas empat taraf yaitu :Z0, 0 gram/liter air. Z1 ,15 gram/liter air. Z2, 20 gram/liter air Z3, 25 gram/liter air. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, untuk setiap peubah yang diamati waktu penyemprotan terbaik terdapat V1 (pagi hari). Konsetrasi pemberian yang terbaik untuk setiap peubah yang diamati terdapat pada pemberia pupuk 25 gram/liter air Z3. Terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap jumlah umbi perumpun pada perlakuan V1Z3 (waktu penyemprotan pagi hari dengan konsentrasi pupuk 25 gram/liter air). Keyword : Kentang, Pupuk Daun. diintroduksi dari Peru dan Colombia melalui Spanyol pada tahun 1570 dan di Inggris pada tahun 1590 (Samadi, 2009). Menurut Muchlis dan Hadmadi (1980) proses transpirasi berlangsung
PENDAHULUAN Tanaman kentang berasal dari Amerika Selatan (Peru, Chili, Bolivia, dan Argentina) serta beberapa daerah Amerika Tengah. Di Eropa daratan tanaman itu diperkirakan pertama kali
69
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
terutama melalui mulut daun (stomata) sel-sel epidermis hanya sedikit menguapkan air karena mengandung kuticula. Bahwa mulut daun memegang peranan penting dalam penguapan. Transpirasi terjadi pada siang hari karena stomata membuka pada waktu siang hari. Saat yang tepat melakukan penyemprotan pada tanaman adalah pagi dan sore hari, pada saat itu stomata sedang membuka sempurna sehingga pemakaian pupuk efisien dan resiko kehilangan pupuk dapat ditekan (Lingga dan Marsono, 2010). Jika intensitas matahari tinggi dan angin bertiup terlalu kencang maka transfirasi tinggi, sehingga air dalam daun berkurang dan secara otomatis stomata akan membuka (Lingga, 1988). Stomata selalu membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari, ini berarti terbuka jika CO2 dibutuhkan oleh daun untuk fotosintesis dan menutup jika tidak dibutuhkan (Loveless, 1991). Rosliani, dkk (1998). mengemukakan teknik budidaya yang mempengaruhi produktivitas kentang meliputi penggunaan bibit berkualitas baik, varietas berproduksi tinggi, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian unsur hara N, P, dan K penting untuk mendukung perkembangan umbi kentang. Menurut Hanolo (1997) bahwa dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil
tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah. Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya ketanaman melalui penyemprotan, umumnya pupuk daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dosis yang dianjurkan untuk tanaman (Lingga P dan Marsono, 2013) Dijelaskan oleh Sutedjo dan Kartasapoetra (1995) bahwa kebutuhan tanaman akan bermacam-macam unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangannya adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Sehingga dalam hal pemupukan, sebaiknya diberikan pada waktu/saat tanaman memerlukan unsur hara secara intensif agar pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung dengan baik. Menurut Sutedjo (2008). Efektifitas penyemprotan pupuk daun sangat bergantung pada tanaman dan jenis pupuk yang disemprotkan karena tanaman membutuhkan unsur hara yang seimbang, penyemprotan pupuk pada interval yang tidak tepat hanyalah pemborosan, sebab pupuk akan terbuang percuma atau tanaman memperoleh hara dalam jumlah yang tidak sesuai. Maka berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas penulis mengkaji dan mengambil judul Waktu Penyemprotan dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
70
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
a.
Cangkul, parang digunakan sebagai pengolahan lahan. b. Hand sprayer, digunakan untuk penyemprotan pupuk daun Hortigro B. c. Timbangan digunakan untuk megukur jumlah pupuk daun Hortigro B, serta digunakan sebagai pengukur bobot umbi kentang. d. Sendok teh, digunakan sebagai pengaduk pupuk dan pestisida e. Bambu, guna untuk pembuatan stik batas pengukuran f. Papan judul plot g. Alat tulis digunakan sebagai alat penulisan data dilapangan h. Kalkulator digunakan sebagai alat pengolahan data i. Alat-alat lain yang menunjang penelitian ini. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua faktor yaitu : 1. Faktor interval waktu penyemprotan (V) terdiri dari dua taraf perlakuan yaitu : V1 : Pagi hari (08-00 wib) V2 : Sore hari (04-00 wib) 2. Faktor konsentrasi pupuk daun (Z) yang dicobakan terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu : Z0 : 0 gram/liter air Z1 : 15 gram/liter air Z2 : 20 gram/liter air Z3 : 25 gram/liter air
III. METODOLOGI PENELITIAN a. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampung Wih Ilang Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah. Kampung Wih Ilang terletak pada ketinggian 1600 m di atas pemukaan laut. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning, pH tanah berkisar antara 5-6. Curah hujan berkisar antara 1.1222.086 mm/tahun (rata-rata 1.604 mm/tahun), yang telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015. b. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan-bahan Penelitian Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Bibit kentang yang digunakan dalam penelitian ini ialah varietas Granola golongan empat (G4) yang diperoleh dari penangkar benih kentang . b. Pupuk N dari urea, pupuk P dari SP36 dan pupuk K dari KCl c. Pupuk daun Hortigro B. d. Fungisida : Dithane M-45 80 WP dan insektisida yang digunakan yaitu Matador 25 EC sesuai dengan dosis yang tertera di lebel dan air digunakan sebagai bahan pelarut 2. Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
71
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Kombinasi Perlakuan Waktu Penyemprotan dan Konsentrasi Pupuk Daun. Kombinasi Waktu Konsentrasi Pupuk Daun Perlakuan Penyemprotan (gram/liter air) V1Z0 Pagi hari (080 gram/liter air 00 wib) V1Z1 Pagi hari (0815 gram/liter air 00 wib) V1Z2 Pagi hari (0820 gram/liter air 00 wib) V1Z3 Pagi hari (0825 gram/liter air 00 wib) V2Z0 Sore hari (040 gram/liter air 00 wib) V2Z1 Sore hari (0415 gram/liter air 00 wib) V2Z2 Sore hari (0420 gram/liter air 00 wib) V2Z3 Sore hari (0425 gram/liter air 00 wib) Dalam penelitian ini terdapat 8 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga Jumlah Perlakuan terdapat 8 x 3 = 24 anak plot percobaan, dalam satu plot percobaan terdapat 16 tanaman kentang, 4 tanaman dijadikan sebagai tanaman sampel. Model matematik Rancangan Acak Kelompok pola faktorial yang digunakan adalah (Yitnosumarto (1993). Yijk = μ + αi + Vj + Zk + (VZ)jk + εijk
µ i j
= Nilai tengah umum = 1,2,3,,, (jumlah ulangan) = 1,2,3,4,,, (taraf waktu penyemprotan) k = 1,2,3,,, (taraf hortigro B) αі = Pengaruh ulangan ke-i Vj = Pengaruh faktor waktu penyemprotan Zk = Pengaruh faktor konsentrasi pupuk daun hortigro B (VZ)jk = Interaksi Waktu Penyemprotan dan Konsentrasi Hortigro B pada level Waktu Penyemprotan ke-j, level konsentrasi Hortigro B level ke-k
Keterangan: Yijk = Nilai pengamatan untuk ulangan ke-i, faktor Waktu Penyemprotan level ke-j faktor Konsentrasi Hortigro B ke-k
Ԑijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-I, factor Waktu
72
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Penyemprotan level ke-j, faktor Hortigro B ke-k.
benih yang digunakan sebagai bibit produksi konsumen. Umbi yang akan ditanam perlu diseleksi dahulu, bibit yang akan ditanam harus sudah tumbuh mata tunasnya kurang lebih dengan ukuran 2-3 cm, dan berasal dari tanaman yang bebas hama dan penyakit. 3. Pembuatan Plot Percobaan Setelah semua lahan telah siap dibersihkan untuk selanjutnya ialah pembuatan plot/guludan, arah plot ialah utara selatan, plot/guludan dibuat dengan ukuran panjang 1 m, dengan lebar 2 m, dan tinggi plot/guludan ± 20 cm. jarak antar anak plot ialah 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. dan kegiatan selanjutnya ialah penentuan jarak tanam, jarak tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 cm x 30 cm. dan sekaligus pemberian stik bambu pada jarak yang telah ditentukan guna untuk dasar pembuatan lubang tanam dan batas dasar pengukuran tinggi tanaman dengan ukuran panjang setik disesuaikan dengan tinggi guludan yaitu 20 cm. 4. Pemupukan a. Pupuk dasar Pupuk dasar diberikan dua minggu sebelum penanaman dengan cara ditabur secara melingkar disekitar jarak tanam yang telah ditentukan yaitu 25 cm x 30 cm. Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk anorganik yaitu, Urea : 225 kg/h (12 g/tanaman), TSP : 300 kg/h (15 g/tanaman) dan KCL : 100 kg/h (5 g/tanaman). Selanjutnya pupuk dasar
Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan Lahan Kegiatan persiapan lahan penanaman tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan. Maksud dari pengolahan tanah adalah untuk mengemburkan tanah memutus dan memusnahkan siklus hidup hama dan penyakit yang hidup dalam tanah, melancarkan sirkulasi udara dalam tanah sekaligus memperbaiki sifat fisik tanah. Tahap berikutnya ialah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1 sampai 2 minggu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar-benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar. Dengan semakin dalamnya lapisan tanah atas, umbi kentang akan lebih leluasa tumbuh dan membesar. 2. Persiapan Bibit Bibit kentang diperoleh dari penangkar bibit kentang yang berasal dari penakar benih kentang, varietas Granola generasi Empat (G4), yaitu
73
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
disebar secara melingkar pada stik yang telah ditentukan, kegiatan berikutnya ialah pemberian pestisida dengan cara disemprotkan secara merata pada plot/guludan. b. Pupuk susulan Pupuk susulan diberikan setelah tanaman berumur 20 hari sejak bibit ditanam, karena pada usia ini tanaman kentang mulai adanya pembentukan umbi, pupuk susulan yang diberikan ialah Urea 100-150 kg/h, TSP 100-150 kg/h dan KCL 100-150 kg/h. Pemberian pupuk susulan pada tanaman kentang diberikan melalui sistim kocor.
atas permukaan guludan /tanah). d. Selanjutnya ialah pemberian papan plot pada masing-masing perlakuan. 6. Pengaplikasian pupuk daun Waktu penyemprotan pupuk daun, dilaksanakan pada pagi hari yaitu pukul 08-00 wib dan pada sore hari pada jam 04-00 wib. Aplikasi pertama dilakukan pada umur tanaman 25 hari setelah tanam, dengan interval penyemprotan 10 hari sekali, sampai pada umur tanaman 45 hari setelah tanam. Pengaplikasian ini menggunakan alat handsprayer dengan cara disemprotkan keseluruh bagian tanaman, maka pengaplikasian pupuk daun hortigro B terdapat 3 kali penyemprotan yaitu pada umur tanaman 25 HST, 35 HST dan 45 HST. Dengan konsentrasi sesuai dengan taraf masing-masing perlakuan yang dicobakan yaitu : Z0 : 0 gram/liter air, Z1 : 15 gram/liter air, Z2 : 20 gram/liter air dan Z3 : 25 gram/liter air. pada masing-masing perlakuan yang disemprotkan keseluruh bagian tanaman secara merata, tiap anak plot terdapat 16 tanaman, maka keseluruhan anak plot terdapat 128 tanam kentang. 7. Pemeliharaan a. Penyulaman Penyulaman dilakukan dua minggu setelah tanam atau tunas telah muncul diatas permukaan tanah, tunas tanaman yang tidak tumbuh/muncul diatas permukaan tanah selanjutnya digali/dikorek dan diganti. b. Penyiraman
5 Penanaman Setelah persiapan lahan dan pemberian pupuk dasar. Langkahlangkah penanaman tersebut sebagai berikut : a. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam mengikuti arah stik yang telah ditentukan, lubang tanam jangan terlalu dalam karena dapat menurunkan bobot produksi, lubang tanam dibuat menggunakan bantuan kayu ditunggal sedalam ukuran bibit atau sedalam 10 cm. b. Bibit yang akan ditanam harus sudah tumbuh mata tunas nya sekitar 2-3 cm, bibit tanaman kentang ditanam dengan posisi tunas yang tumbuhnya paling baik menghadap keatas. c. Kemudian, bibit ditutup dengan tanah hingga batas mata tunas (tunas yang tumbuh berada di
74
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Penyiraman dilakukan setiap lima hari sekali atau penyiraman dilaksanakan apabila tanah kelihatan kering. Penyiraman tidak boleh terlampau banyak sebab air berlebih bisa menghentikan pertumbuhan umbi. Jadi, penyiraman cukup membuat permukaan tanah basah. c. Penyiangan. Penyiangan dilakukan tiga hari sebelum pemupukan susulan dan sekaligus dilakukan pengemburan tanah. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Tanah disekitar tanaman menjadi gembur dan dalam kondisi yang baik, melancarkan air ketika hujan serta dapat mencegah hama serta penyakit dari awal. d. Pembumbunan. Pembumbunan ini dilakukan setelah selesai penyiangan dan setelah selesai penaburan pupuk susulan, tujuan dari pembumbunan ini berfungsi untuk mempertinggi permukaan tanah disekitar tanam agar lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Dengan tujuan, perakaran tanaman lebih baik, umbi kentang bisa terhindar dari sinar matahari langsung, dan menaikan produksi dan kualitas tanaman kentang. e. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan sejak awal pertumbuhan yaitu pada umur 7 hari setelah tanam, untuk pengendalian hama digunakan insektisida Matador 25 EC dan Decis 25 EC. Sedangkan untuk pengendalian penyakit
fungisida yang dugunakan berbahan aktif Mancozeb 80 WP. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan interval waktu penyemprotan seminggu 2 (dua) kali. f. Panen Pemanenan dilakukan setelah tanaman memiliki kreteria daun dan batang tanaman telah menunjukan warna kuning dan mengering serta kulit umbi apabila diremas tidak lagi mengelupas. 8. Pengamatan Peubah yang diamati terdiri dari parameter pertumbuhan dan hasil tanaman kentang : a. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah yang terlebih dahulu diberi stik pengukur sampai dengan ujung daun yang tertinggi. Pengukuran dimulai setelah tanaman berumur 25, 35 dan 45 HST. b. Jumlah Umbi Perumpun (umbi). Jumlah umbi per sampel dihitung pada umur 90 hari setelah tanaman, atau pada saat selesai pemanenan, tanaman sempel dihitung pada tiap perlakuan. c. Bobot Umbi Perumpun (gram) Berat umbi ditimbang pada saat selesainya penghitungan jumlah umbi, tiap tanaman sampel ditimbang pada wadah yang telah disediakan pada tiap perlakuan.
75
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Berdasarkan uji F analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa waktu penyemprotan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kentang pada umur 25, 35 dan 45 hari setelah tanam. Rata-rata tinggi tanaman kentang pada umur 25, 35 dan 45 hari setelah tanam akibat waktu penyemprotan d
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Waktu Penyemprotan 1. Tinggi Tanaman Kentang Hasil pengamatan tinggi tanaman kentang varietas Granola pada masing-masing perlakuan pada umur 25, 35 dan 45 hari setelah tanam akibat waktu penyemprotan tertera pada (Lampiran 1,3 dan 5). isajikan pada Tabel 4.
Waktu Penyemprotan V1 (Pagi Hari) V2 (Sore Hari) BNT 0,05 %
Tinggi Tanaman (cm) 25 HST 10,30 a 9,73 b 0,49
35 HST 25,27 a 24,33 b 0,85
45 HST
27,27 a 26,28 b 0,74
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Tabel 4 menunjukkan rata-rata tinggi tanaman kentang pada umur 25, 35 dan 45 hari setelah tanam untuk perlakuan V1 (pagi hari) berbeda nyata dengan perlakuan V2 (sore hari), dan menunjukkan tinggi tanaman kentang yang tertinggi pada waktu penyemprotan V1 (pagi hari). Hal ini desebabkan penyemprotan pupuk melalui daun lebih efektif dilakukan pada pagi hari dibandingkan dengan melakukan penyemprotan di sore hari. Lingga (1988) mempertegas Jika intensitas matahari tinggi dan angin bertiup terlalu kencang maka transfirasi tinggi, sehingga air dalam daun berkurang dan secara otomatis stomata
akan membuka. (Loveless, 1991) menjelaskan stomata selalu membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari, ini berarti terbuka jika CO2 dibutuhkan oleh daun untuk fotosintesis dan menutup jika tidak dibutuhkan 2. Jumlah Umbi Per Rumpun Hasil pengamatan jumlah umbi per rumpun pada tanaman kentang varietas Granola pada masing-masing perlakuan waktu penyemprotan V1 (pagi hari) dan V2 (sore hari) akibat waktu penyemprotan pada umur 90 hari setelah tanam, tertera pada Lampiran 7. Berdasarkan uji F analisis ragam (Lampiran 8), menunjukkan 76
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
bahwa waktu penyemprotan tanam. Rata-rata jumlah umbi per berpengaruh nyata terhadap jumlah rumpun pada tanaman kentang pada umbi per rumpun pada tanaman taraf waktu penyemprotan disajikan kentang pada umur 90 hari setelah pada Tabel 5. Tabel 5.Rata-rata Jumlah umbi per rumpun tanaman kentang akibat waktu penyemprotan umur 90 hari setelah tanam. Waktu Penyemprotan Jumlah Umbi Per Rumpun (buah) V1 (Pagi Hari) 16, 88 a V2 (Sore Hari) 16, 47 b BNT 0,05 % 0,32 Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Tabel 5 menunjukkan rata-rata jumlah umbi per rumpun pada umur 90 hari setelah tanam, untuk perlakuan penyemprotan pada pagi hari (V1) berbeda nyata dengan jumlah umbi tanaman kentang per rumpun akibat perlakuan penyemprotan pada sore hari (V2). Jumlah umbi per rumpun yang terbanyak yaitu akibat perlakuan penyemprotan pada pagi hari (V1) dan jumlah umbi per rumpun tanaman kentang terendah akibat perlakuan waktu penyemprotan pada sore hari (V2). Hal ini dikarenakan efektifitas waktu pemberian pupuk daun dipagi hari lebih efektif karena pada sore hari sering terjadi turunnya kabut. Lingga dan Marsono (2013), menjelaskan penyemprotan dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari, pada saat-saat itulah stomata sedang membuka sempurna, pada daerah pegunungan yang sering terjadi hujan kabut penyemprotan dapat dilakukan pada siang hari sehingga resiko kehilangan pupuk dapat ditekan.
Faktor eksternal, Intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2 dan asam absisat (ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air, sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga menyebabkan stomata membuka. Faktor internal (jam biologis), Jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembebasan ion 3. Bobot Umbi per Rumpun Hasil pengamatan bobot umbi per rumpun pada umur 90 hari setelah tanam, masing-masing perlakuan waktu penyemprotan pagi hari (V1) dan sore hari (V2) tertera pada (Lampiran 9). Berdasarkan uji F analisis ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa waktu penyemprotan berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per rumpun pada tanaman kentang pada umur 90 hari setelah tanam. Ratarata bobot umbi per rumpun pada 77
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
tanaman kentang pada taraf waktu penyemprotan disajikan pada Tabel 6. Rata-rata bobot umbi per rumpun tanaman kentang akibat waktu penyemprotan umur 90 hari setelah tanam. Waktu Bobot Umbi Per Rumpun Penyemprotan (gram) V1 (Pagi Hari) 618,99 a V2 (Sore Hari) 579,20 b BNT 0,05 % 38,43 Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Tabel 6 menunjukkan rata-rata bobot umbi per rumpun tanaman kentang pada umur 90 hari setelah tanam, untuk perlakuan penyemprotan pada pagi hari (V1) berbeda nyata dengan bobot umbi tanaman kentang per rumpun akibat perlakuan penyemprotan pada sore hari (V2). bobot umbi kentang per rumpun yang terbaik yaitu akibat perlakuan penyemprotan pada pagi hari (V1) dan bobot umbi per rumpun tanaman kentang terendah akibat perlakuan waktu penyemprotan pada sore hari (V2). Hal ini dikarenakan waktu pemberian pupuk daun yang efektif, sehingga dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Salunkheet (1991), pembentukan umbi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena pada saat penelitian berlangsung, antara bulan Mei sampai Juli 2015, keadaan cuaca di tempat penelitian pada sore hari sering berkabut. Pada suhu rendah laju respirasi lebih rendah dari laju fotosintesis, yang akan menghasilkan lebih banyak akumulasi karbohidrat di dalam umbi dan meningkatkan berat umbi kentang.
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman kentang varietas Granola pada masing-masing perlakuan pada umur tanaman 25, 35 dan 45 hari setelah tanam akibat konsentrasi pupuk daun tertera pada (Lampiran 1, 3 dan 5). Berdasarkan uji F analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6), menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman kentang pada umur 25, 35 dan 45 hari setelah tanam. Rata-rata tinggi tanaman kentang pada taraf konsentrasi pupuk daun disajikan pada Tabel 7.
78
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Tabel 7. Rata-rata tingi tanaman kentang akibat konsentrasi pupuk daun, pada umu 25, 35 dan 45 hari setelah tanam. Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 25 HST 35 HST 45 HST Z0 (0 gram/liter air) 11,05 a 27,83 a 30,88 a Z1 (15 gram/liter air) 10,51 a 25,51 b 27,99 b Z2 (20 gram/liter air) 9,40 b 24,15 c 23,90 c Z3 (25 gram/liter air) 9,08 b 21,96 d 21,96 d BNT 0,05 % 0,70 1,11 1,04 Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Tabel 7 menunjukkan bahwa membentuk pupuk tersebut. rata-rata tinggi tanaman kentang pada Dobermann and Fairhust (2000), umur 25 hari setelah tanam untuk prtumbuhan biomassa tanaman sangat perlakuan Z0 (0 gram/liter air), dan Z1 ditentukan oleh kecukupan unsur hara (15 gram/liter air) tidak berbeda nyata N, P dan K, sedangkan untuk dan berbeda sangat nyata dengan pertumbuhan akar dan umbi sangat perlakuan Z2 (20 gram/liter air) dan Z3 ditentukan oleh kecukupan unsur P. (25 gram/liter air), sedangkan pada 2. Jumlah Umbi per Rumpun umur 35 dan 45 hari setelah tanam, Hasil pengamatan jumlah umbi perlakuan konsentrasi pupuk daun, Z0 per rumpun tanaman kentang pada (0 gram/liter air), berbeda sangat nyata umur 90 hari setelah tanam pada dengan Z1 (15 gram/liter air), Z2 (20 masing-masing perlakuan akibat gram/liter air) dan Z3 (25 gram/liter konsentrasi pupuk daun, tertera pada air). dimana tinggi tanaman kentang (Lampiran 7). yang terbaik terdapat pada perlakuan Berdasarkan uji F analisis ragam Z0 (0 gram/liter air) dan tinggi tanaman (Lampiran 8) menunjukan bahwa terendah akibat perlakuan Z3 (25 konsentrasi pupuk daun berpengaruh gram/liter air). sangat nyata terhadap jumlah umbi per Sutedjo (2008), menyebutkan rumpun pada tanaman kentang pada bahwa, dalam pemberian pupuk perlu umur 90 hari setelah tanam. Rata-rata diketahui jumlah dan jenis unsur hara jumlah umbi per rumpun pada tanaman yang dikandungnya, serta manfaat dari kentang pada taraf konsentrasi pupuk berbagai unsur atau senyawa yang daun disajikan pada
79
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Tabel 8. Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman kentang akibat konsentrasi pupuk daun pada umur 90 hari setelah tanam. Jumlah Umbi per Rumpun Konsentrasi Pupuk Daun (buah) Z0 (0 gram/liter air) 15,35 d Z1 (15 gram/liter air) 16,20 c Z2 (20 gram/liter air) 16,99 b Z3 (25 gram/liter air) 18,16 a BNT 0,05 % 0,46 Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Tabel 8 menunjukkan bahwa 3. Bobot Umbi per Rumpun rata-rata jumlah umbi tanaman kentang Hasil pengamatan bobot umbi pada umur 90 hari setelah tanam untuk per rumpun pada tanaman kentang setiap masing-masing perlakuan varietas Granola pada masing-masing konsentrasi pupuk daun berbeda sangat perlakuan akibat konsentrasi pupuk nyata. Dimana jumlah umbi kentang daun pada umur 90 hari setelah tanam yang terbanyak dijumpai akibat tertera pada (Lampiran 9). perlakuan Z3 (25 gram/liter air) dan Berdasarkan uji F analisis jumlah umbi paling terendah yaitu ragam (Lampiran 10) menunjukkan akibat perlakuan Z0 (0 gram/liter air). bahwa konsentrasi pupuk daun Hal ini dikarenakan konsentrasi pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap daun efektif untuk pembentukan umbi bobot umbi per rumpun pada tanaman kentang. kentang pada umur 90 hari setelah Pupuk daun mampu merangsang tanam. Rata-rata bobot umbi per atau mempercepat proses pertumbuhan rumpun pada tanaman kentang pada akar saat menjelang pembungaan, taraf konsentrasi pupuk daun disajikan pembentukan biji, buah dan umbi pada Tabel 9. (Jumin, 2002). Rata-rata bobot umbi per rumpun tanaman kentang akibat konsentrasi pupuk daun pada umur 90 hari setelah tanam. Bobot Umbi per Konsentrasi Pupuk Daun Rumpun (gram) Z0 (0 gram/liter air) 496,48 c Z1 (15 gram/liter air) 530,11 c Z2 (20 gram/liter air) 649,59 b Z3 (25 gram/liter air) 720, 20 a BNT 0,05 % 54,36 Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%.
80
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata banyak berpengaruh terhadap hasil, bobot umbi tanaman kentang pada bahkan bisa menurunkannya dengan umur 90 hari setelah tanam untuk memperlambat saat inisiasi umbi setiap masing-masing perlakuan sehingga perlu diimbangi dengan konsentrasi pupuk daun hortigro B, pemberian pupuk P dan K. berbeda sangat nyata. Dimana bobot Interaksi umbi kentang yang terbanyak yaitu 1. Jumlah Umbi per Rumpun akibat perlakuan Z3 (25 gram/liter air) Hasil pengamatan terhadap dan bobot umbi paling terendah yaitu rata-rata jumlah umbi per rumpun akibat perlakuan Z0 (0 gram/liter air) akibat interaksi perlakuan waktu yang tidak berbeda nyata dengan penyemprotan, dan konsentrasi pupuk perlakuan Z1 (15 gram/liter air). Hal daun. Untuk masing-masing kombinasi ini dikarenakan konsentrasi pupuk daun perlakuan pada umur 90 hari setelah hortigro B efektif untuk pembentukan tanam tertera pada (Lampiran 7). dan perkembangan umbi tanaman Berdasarkan uji F analisis sidik kentang. ragam (Lampiran 8), menunjukan Rubatzky dan Yamaguchi bahwa terdapat interaksi yang sangat (1995) yang mengatakan bahwa nyata antara waktu penyemprotan ketersediaan hara sangat penting untuk dengan konsentrasi pupuk, pada umur pertumbuhan awal tanaman dan 90 hari setelah tanam. Rata-rata jumlah kebutuhan pupuk tertinggi terjadi umbi per rumpun akibat waktu selama pembesaran umbi. Augustin, penyemprotan dengan konsentrasi (1977) Pemberian pupuk N saja tidak pupuk, tertera pada Tabel 13. Rata-rata jumlah umbi per rumpun akibat waktu penyemprotan dan konsentrasi pupuk daun, pada umur 90 hari setelah tanam. Perlakuan V1 (Pagi hari) V2 (Sore hari) Z0 (0 gram/liter air) 15,41 f 15,29 f Z1 (15 gram/liter air) 16,15 e 16,25 de Z2 (20 gram/liter air) 17,15 bc 16,83 cd Z3 (25 gram/liter air) 18,83 a 17,50 b BNT 0,05 % 0,65 Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Tabel 13 menunjukkan bahwa yang tidak berbeda nyata. Hal ini rata-rata jumlah umbi per rumpun pada dikarenakan kandungan unsur hara umur 90 hari setelah tanam pada pupuk daun, yang disemprotkan pada kombinasi perlakuan V1Z3 berbeda pagi hari dengan konsentrasi tinggi sangat nyata dengan perlakuan lainnya efektif untuk pertambahan jumlah umbi dan memberikan jumlah umbi per tanaman kentang. Santoso (1990), menjelaskan rumpun yang lebih baik dan jumlah umbi per rumpun terendah akibat bahwa suhu lingkungan ini sangat membuka dan kombinasi perlakuan V1Z0 dan V2Z0 mempengaruhi 81
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
menutupnya stomata tersebut. Pada pagi hari suhu lingkungan masih seimbang dengan suhu tubuh tanaman, sehingga penguapan air tanaman masih terkontrol. Sedangkan pada sore hari suhu tersebut sudah mulai naik sementara suhu tanaman masih rendah, oleh karena itu tanaman harus mengurangi penguapannya (transpirasi), sehingga poros stomata mulai menyempit secara perlahan.
Hakim, N. M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M. Amin Diha, Go Bang Hong dan H.H Bailay, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Herman
Warsito. 1970. Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lingga,
P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. 76-78 hal.
Hartus T, 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta.
Adisarwanto, T. dan R. Wudianto,1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah. Kering dan Pasang Surut, Penebar Swadaya. Jakarta. Akumala,
2012. Skripsi. Petunjuk Penggunaan Pupuk Daun. Universitas Gajah Putih. Takengon. 4 hal.
Rukmana R. 2002. Budidaya Tanaman Kentang Varietas Granola. Penebar Suwadaya. Jakarta.
Ariyanto, H. 2006. Budidaya Tanaman Perkebunan. PT. Citra Aji Prama, Yogyakarta
Santoso, 1990. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme dan Pertumbuhan pada Tumbuhan Tingkat Tinggi. Yogyakarta
Cahyono. 1996. Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan. Hal 29-30.
Samadi, B. 2009. Usaha Tani Kentang. Kanisius. Yogyakarta.
Dobermann, A. dan T. Fairhust. 2000. Nutrient Disorders and Nutrient Management. Tham Sin Chee.
Samekto, R. 2002. Nutrisi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Slamet Riyadi. Surakarma.
Dwidjoseputro, D. l989. Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta
82
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Samekto, R. 2006. Pupuk Daun. PT. Citra Aji Parama, Yogyakarta.
Setyamidjaja, D.J. 1997. Budidaya Kelapa Sawit. Karasius. Yogyakarta
Saptarini N, Widayati E, dan Sarwono B. 2004. Membuat Tanaman Cepat Beruah. Edisi Revisi, Penyebar Suadaya, Jakarta.
Sunaryono H. 2011. Bududaya Tanaman Kentang Varietas Granola, Dinamika Medi, Jakarta.
Setiadi, dan Nurulhuda N,R. 1993. Kentang Varietas dan Pembudidayaannya, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutedjo, M.S. 2008. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Soelarso,
Setiadi,
2009. Budidaya Kentang Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih, Penebar Swadaya, Jakarta.
83
B.R, 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.