Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
RESPON PENGGUNAAN JENIS PUPUK ANORGANIK NPK DENGAN PENGURANGAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM) Agustina E Marpaung1), Bina Br. Karo1), dan Agung Lasmono2) 1)
Kebun Percobaan Berastagi. Jln. Raya Medan-Berastagi Km 60, Berastagi BPTP Lampung, Jln. Z.A. Pagar Alam No. 1 A. Raja Basa Bandar Lampung E-mail :
[email protected]
2)
ABSTRAK Tanaman kentang merupakan tanaman sayuran yang sangat diminati oleh konsumen. Dalam teknik budidayanya, salah satu factor penting yang mempengaruhi produktivitas adalah pemupukan. Penggunaan pemupukan yang tepat maka akan mempengaruhi produktivitas. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan Untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk anorganik NPK dengan pengurangan pupuk organik pada pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Oktober 2014 di kebun percobaan Berastagi, dengan ketinggian ± 1340 meter dpl, jenis tanah andisol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 3 ulangan, dimana faktor 1: Jenis Pupuk Anorganik NPK (P1. Pupuk Anorganik Biokimia (NPK 9-6-18) dan P2. Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20). Faktor 2 = Dosis Pupuk Organik (A0. Tanpa Pupuk Organik, A1. Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran, A2. Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran dan A3. Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran). Hasilnya menunjukkan bahwa pupuk NPK 15-9-20 dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang, hasil umbi kentang (jumlah umbi 26.46%, bobot umbi per tanaman 32.25% dan produksi per plot 33.24%). Pupuk NPK 15-9-20 dapat meningkatkan bobot umbi grade besar 35.14% dan grade sedang 36.74%. Pemberian pupuk organik sesuai dosis anjuran dapat menigkatkan bobot umbi grade besar 53.25%, grade sedang 25.42% dan menurunkan bobot umbi grade kecil sebesar 1.52%. Kata kunci : Solanum tuberosum, pupuk NPK, pupuk organik
ABSTRACT THE RESPONSE OF USE INORGANIC FERTILIZERS OF NPK WITH THE REDUCTION OF ORGANIC FERTILIZER ON THE GROWTH AND THE RESULTS OF POTATO PLANT (SOLANUM TUBEROSUM). Response of the Use of the NPK An-organic Fertilizer Type and An-organic Fertilizer reducing to Growth and Yielding on Potato. Potato plant is a vegetable crop that is in demand by consumers. In cultivation techniques, one of the important factors that affect productivity is fertilization. Use of proper fertilization will affect productivity. Therefore conducted research which aims to study the effect of inorganic NPK fertilizer with organic fertilizer reduction in the growth and production of potato plants. The study was conducted in July - October 2014 in Berastagi experimental gardens, with an altitude of ± 1340 meters above sea level, soil type Andisol. The design used was a factorial randomized block design with 3 replications, where factor 1: Types of Inorganic Fertilizer NPK (P1. inorganic
200
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
biochemistry fertilizer (NPK 9-6-18) and P2. inorganic fertilizer (NPK 15-9-20). Factor 2 = Dose Organic Fertilizer (A0. without organic fertilizer, A1. organic fertilizer recommended 25% dose, A2. Organic fertilizer recommended 50% dose and A3. organic fertilizer recommended 75% dose). The results showed that NPK 15-9-20 can increase the vegetative growth of the potato, the potato tuber yield (tuber number 26.46%, tuber weight per plant 32.25% and production per plot 33.24%), NPK fertilizer 15-9-20 can be increased the percentage of big grade 35.14% and percentage of middle grade 36.74% . Organic fertilizer application, according to recommended dosage, can increase the percentage of big grade 53.25%, percentage of middle grade 25.42% and decrease the percentage of small grade of 1.52%. Key words : Solanum tuberosum, NPK fertilizer, organic fertilizer PENDAHULUAN Tanaman kentang (Solanum tuberosum) adalah termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa negara berkembang (Sarjana Parman 2007). Kentang ditanam di daerah dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl. Saat ini produktivitas kentang masih rendah, sehingga masih dibutuhkan tindakan untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu tindakan yang perlu untuk meningkatkan
produktivitas
dilakukan
adalah
penanganan
pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu usaha penting untuk meningkatkan produksi, bahkan sampai sekarang dianggap sebagai faktor yang dominan dalam produksi pertanian. Melalui pemupukan yang tepat akan diperoleh keseimbangan unsur hara enssensial yang dibutuhkan tanaman. Pemberian pupuk anorganik bukanlah jaminan untuk memperoleh hasil maksimal tanpa diimbangi pupuk organik karena pupuk organik mampu berperan terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Herman 2000). Hal ini didukung oleh Susi (2009) bahwa penggunaan
dosis
pupuk
kima
yang
berlebihan
dapat
menyebabkan
pencemaran lingkungan, apalagi penggunaan secara terus menerus dalam waktu
lama
akan
menyebabkan
produktivitas
lahan
menurun
dan
mikroorganisme penyubur tanah berkurang. Dekkers & Vander Werff (2001) menambahkan bahwa penggunaan pupuk sintetis yang tinggi pada tanah akan mendorong hilangnya hara, polusi lingkungan dan rusaknya kondisi alam. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik. Salah satu sumber bahan organik yang banyak tersedia disekitar
201
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
petani adalah pupuk kandang. Pemberian pupuk organik dapat mengurangi penggunaan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia (Martin et al. 2006) juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman (Wigati et al., 2006; Taufiq et al., 2007). Bahan organik tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan tingkat kesuburan tanah (Diacono & Montemurro 2010), dimana bahan organik merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kandungan bahan organik untuk menjaga produktivitas tanah-tanah di daerah tropis perlu dilakukan (Lavelle et al. 2001, Kaur et al. 2005, Onunka et al. 2012). Agar mempertahankan keadaan bahan organik tanah tersebut, tanah pertanian harus selalu ditambahkan bahan organik minimal 8 – 10 ton/ha setiap tahunnya (Nazari et al. 2012). Hasil penelitian Nyiraneza & Snapp (2007) membuktikan bahwa pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk nitrogen (pupuk anorganik) menghasilkan umbi kentang paling banyak dan serapan N tanaman paling besar. Kompos dan pupuk kandang ayam juga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman kentang dan hasil umbi kentang, serta serapan N,P, dan K tanaman kentang (Jaipaul et al. 2011). Pupuk NPK yang digunakan adalan pupuk Biokimia NPK 9-6-18 dan pupuk NPK 15-9-20. Pupuk Biokomia NPK 9-6-18 mengandung organik + zeolit sebanyak 20% yang berbentuk pellet. Sedangkan pupuk NPK 15-9-20 tidak mengandung
bahan
organik
dan
berbentuk
granula.
Alternatif
untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah pertanian secara berkelanjutan
dan dapat meningkatkan produksi, dapat dilakukan melalui
pemberian pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk anorganik NPK dengan pengurangan pupuk organik pada pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Berastagi, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, dengan ketinggian ± 1340 meter dari permukaan laut, jenis tanah andosol. Penelitian ini di laksanakan mulai bulan Juli - Oktober 2014.
202
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan, dimana faktor perlakuan yang diteliti adalah Faktor I: Jenis Pupuk Anorganik NPK (P1 : (NPK 9-6-18) dan P2
:
Pupuk Anorganik Biokimia
Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20). Faktor 2 = Dosis
Pupuk Organik (A0 = Tanpa Pupuk Organik, A1 = Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran, A2 = Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran, A3 = Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran, dan A4
= Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran). Kombinasi
perlakuan adalah sebanyak 10 dan masing-masing perlakuan terdiri dari 12 tanaman. Prosedur kegiatan berupa persiapan Lahan, pembuatan Petak Percobaan (dibuat petak percobaan ukuran 5 m x 0,6 m x 0,3 m (panjang x lebar x tinggi). Jarak antar petak percobaan 90 cm, jarak antar ulangan 100 cm), pemupukan dasar dan pemasangan Mulsa (dipasang mulsa dan dilubangi untuk lubang tanam dengan jarak lubang dalam barisan 40 cm. Kemudian tiap lubang dimasukkan pupuk organik (dosis anjuran 10 ton/ha), dengan dosis sesuai yang diuji dan jenis pupuk anorganik sesuai perlakuan yang diuji. Pupuk organik yang digunakan adalah kandang ayam. Dosis pupuk anorganik yang diberikan adalah 250 kg N/Ha, 175 kg P2O5/Ha dan 225 kg K2O/Ha dengan dosis 80 g/tanaman. Pupuk anorganik lainnya selain pupuk NPK yang diuji ditambahkan pupuk Urea, SS-Ammophos dan TSP. Bibit dapat ditanam dengan cara memasukkan ke dalam
lubang tanam dan ditutup tanah. Pemeliharaan berupa pengendalian
hama/penyakit
Untuk
mencegah
serangan
hama
tanaman,
dilakukan
penyemprotan insektisida berbahan aktif Pofenofos, Klorantranilipol 50 g/l, Imidakloprid dan Emamektin benzoate dengan konsentrasi 0,5 – 1,0 cc/l air, untuk mengendalikan penyakit tanaman dilakukan penyemprotan
fungisida
Mankozeb atau Difenokonasol 250 g dengan konsentrasi 2 g/ltr air serta untuk pengendalian tungau dilakukan penyemprotan akarisida Sammite dengan dosis 1 cc/ltr air. Penyemprotan dilakukan sekali empat hari atau tergantung tingkat serangan hama/penyakit tanaman di lapangan. Panen sudah dapat dilakukan ± 90 hari setelah tanam. Parameter yang Diamati 1. Tinggi tanaman, diamati pada umur 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 minggu setelah tanam 2. Luas daun, diamati pada umur 70 HST dengan menggunakan kertas mm 3. Bobot umbi kentang per tanaman, diamati pada saat telah panen (3 bulan setelah tanam) dengan cara ditimbang umbinya per tanaman
203
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
4. Jumlah umbi per tanaman, diamati pada saat telah panen dengan cara menghitung jumlah umbinya per tanaman 5. Bobot umbi berdasarkan grade per tanaman (besar = > 120 g/umbi, sedang = 60 – 120 g/umbi, kecil = < 60 g/umbi), umbi digrade pada saat pemanenan kemudian ditimbang 6. Total produksi per plot, total produksi per plot ditimbang pada saat panen Data dianalisa dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata BNJ pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan jenis pupuk anorganik NPK memberi pengaruh nyata pada umur 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 MST. Sedangkan perlakuan dosis pupuk organik tidak memberi pengaruh nyata pada umur 4, 5, 6 dan 7 MST, namun pada umur 8 dan 9 MST memberi pengaruh nyata. Interaksi antara kedua perlakuan tidak memberi pengaruh nyata (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh Jenis Pupuk Anorganik NPK dan Dosis Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Umur 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 MST Perlakuan Jenis Pupuk Anorganik NPK P1. Pupuk Anorganik Biokimia (NPK 9-6-18) P2. Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20) Dosis Pupuk Organik A0. Tanpa Pupuk Organik A1. Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran A2. Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran A3. Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran A4. Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran KK (%)
4 MST
5 MST
Tinggi Tanaman (Cm) 6 MST 7 MST 8 MST
22.25 a
27.54 b
34.96 b
39.44 b
44.56 b
50.82 b
24.63 a
31.65 a
39.94 a
45.16 a
53.17 a
63.38 a
24.53 a 24.55 a
28.25 a 29.74 a
34.62 a 39.09 a
38.69 a 40.22 a
42.93 b 44.88 ab
47.00 c 51.96 bc
23.83 a
30.88 a
39.35 a
42.01 a
50.44 ab
58.49 abc
21.84 a
29.88 a
39.20 a
44.94 a
51.72 ab
61.98 ab
22.44 a
29.23 a
37.98 a
45.64 a
54.34 a
66.08
17.47
13.61
13.90
11.69
22.76
9 MST
a
11.85
Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05; MST = Minggu Setelah Tanam.
Data pada tinggi tanaman memperlihatkan bahwa perlakuan jenis NPK memberi pengaruh nyata dari umur 4 – 9 MST. Dimana perlakuan P2 (pupuk NPK 15-9-20) nyata lebih tinggi pertumbuhan tanamannya dibanding perlakuan
204
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
P1 (pupuk Biokimia NPK 9-6-18), yaitu 24.63 cm; 31.65 cm; 39.94 cm; 45.16 cm, 53.17 cm dan 63.38 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NPK 15-9-20 lebih berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kentang. Diduga hal tersebut terjadi karena masing-masing pupuk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dimana pupuk NPK 15-9-20 memiliki kandungan NPK yang lebih tinggi dari pupuk Biokimia NPK 9-6-18, tetapi tidak mengandung bahan organik dan zeolit seperti yang dimiliki pupuk Biokimia NPK 9-6-18, yang berperan dalam meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Pada perlakuan pupuk organik, secara umum memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman kentang, pengaruhnya nyata terlihat pada umur 8 dan 9 MST. Secara umum pertumbuhan
tanaman
lebih
tinggi
dengan
pemakaian
pupuk
organic
dibandingkan tanpa pemakaian pupuk organic. Diantara perlakuan penggunaan pupuk organik memperlihatkan bahwa pertambahan tinggi tanaman semakin nyata seiring dengan peningkatan dosis pupuk organic, dimana pertumbuhan tertinggi dijumpai pada erlakuan A4 (pupuk organik 100% dosis anjuran), yaitu 54.34 cm dan 66.08 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic sngatlah dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhannya. Luas Daun Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan jenis pupuk anorganik NPK dan dosis pupuk organik serta interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh nyata terhadap luas daun tanaman kentang (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh Jenis Pupuk Anorganik NPK dan Dosis Pupuk Organik terhadap Luas Daun Perlakuan Jenis Pupuk Anorganik NPK P1. Pupuk Anorganik Biokimia (NPK 9-6-18) P2. Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20) Dosis Pupuk Organik A0. Tanpa Pupuk Organik A1. Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran A2. Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran A3. Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran A4. Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran KK (%)
Luas Daun (cm2)
15.05 a 16.58 a 13.60 a 15.49 a 15.90 a 16.55 a 17.54 a 15.69
Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05
205
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Data pada Tabel 2 menperlihatkan bahwa diantara perlakuan jenis pupuk anorganik NPK dan dosis pupuk organik tidak ada perbedaan yang nyata, namun dapat dilihat bahwa luas daun pada perlakuan P2 (16.58 cm2) lebih tinggi dibanding perlakuan PI (15.05 cm2). Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk, diperoleh luas daun yang semakin tinggi seiring dengan pertambahan dosis pupuk organik. Luas daun tertinggi dijumpai pada perlakuan A4 (Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran), yaitu 17.54 cm2 dan terendah perlakuan A0 (tanpa pupuk organik) 13.60 cm2. Jumlah dan Bobot Umbi Kentang per Tanaman Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan jenis pupuk anorganik NPK memberi pengaruh nyata terhadap jumlah umbi dan bobot umbi per tanaman, sedangkan perlakuan dosis pupuk organik dan interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 3). Jumlah umbi pada tanaman kentang yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis pupuk NPK yang digunakan, dimana penggunaan pupuk NPK 15-9-20 (P2) nyata lebih tinggi jumlah umbi yang dihasilkan dari pupuk bikimia NPK 9-6-18 (P1), yaitu 13.49 umbi. Tabel 3. Pengaruh jenisp pupuk anorganik NPK dan dosis pupuk organik terhadap jumlah dan bobot umbi kentang per tanaman Perlakuan Jenis Pupuk Anorganik NPK P1. Pupuk Anorganik Biokimia (NPK 9-6-18) P2. Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20)
Jumlah Umbi (Umbi)
Dosis Pupuk Organik A0. Tanpa Pupuk Organik A1. Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran A2. Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran A3. Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran A4. Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran KK (%)
Bobot Umbi (kg)
9.92 b
0.63 b
13.49 a
0.93 a
11.57 a 11.67 a 11.60 a 11.27 a 12.43 a
0.62 a 0.79 a 0.79 a 0.77 a 0.93 a
29.40
28.22
Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.
206
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Hal ini menunjukkan bahwa NPK 15-9-20 dapat meningkatkan jumlah umbi per tanaman 26.46% dari pupuk bikimia NPK 9-6-18. Demikian halnya dengan bobot umbi yang dihasilkan per tanaman, dimana jumlah umbi yang dihasilkan berbanding lurus dengan bobot umbi yang dihasilkan. Bobot umbi tertinggi dijumpai pada perlakuan P2, yaitu 0.63 kg/tanaman, dimana hasilnya nyata lebih tinggi dari perlakuan P1. Perlakuan dosis pupuk organik tidak menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah dan bobot umbi per tanaman, dimana diantara perlakuan dosis pupuk organik tidak dijumpai perbedaan yang nyata, namun dapat dilihat bahwa secara umum jumlah dan bobot umbi semakin meningkat seiring peningkatan dosis pupuk organik hingga 100% dosis anjuran. Bobot Umbi berdasarkan Grade per Tanaman Berdasarkan hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan jenis pupuk anorganik NPK memberi pengaruh nyata terhadap bobot umbi berdasarkan grade per tanaman, sedangkan perlakuan dosis pupuk organik dan interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh Jenis Pupuk Anorganik NPK dan Dosis Pupuk Organik terhadap Bobot Umbi berdasarkan Grade per Tanaman Perlakuan Jenis Pupuk Anorganik NPK P1. Pupuk Anorganik Biokimia (NPK 9-6-18) P2. Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20) Dosis Pupuk Organik A0. Tanpa Pupuk Organik A1. Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran A2. Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran A3. Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran A4. Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran KK (%)
Grade Besar
Bobot (g) Grade Sedang
Grade Kecil
322.27 b
186.81 b
116.40 a
496.93 a
295.33 a
142.53 a
237.00 a 425.33 a
217.67 a 243.00 a
131.33 a 121.33 a
432.67 a
217.50 a
139.33 a
410.00 a
235.33 a
126.00 a
507.00 a
291.87 a
129.33 a
38.41
39.86
-
Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.
207
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Data bobot umbi berdasarkan grade memperlihatkan bahwa perlakuan jenis pupuk NPK
memberi pengaruh nyata terhadap umbi grade besar dan
grade sedang, sedangkan pada grade kecil tidak berpengaruh nyata. Perlakuan P2 (pupuk NPK 15-9-20) nyata lebih tinggi menghasilkan bobot umbi grade besar dan sedang dibanding perlakuan P1 (pupuk Biokimia NPK 9-6-18), yaitu 496.93 g dan 295.33 g. Sedangkan bobot grade umbi kecil tidak berbeda nyata diantara kedua jenis pupuk NPK tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan hara NPK yang lebih tinggi lebih dapat meningkatkan bobot umbi grade besar dan sedang dibanding dengan pupuk NPK dengan kandungan hara lebih rendah namun mengandung bahan organik dan zeolit. Perlakuan dosis pupuk organik tidak memberi pengaruh nyata terhadap bobot umbi disemua grade, namun secara umum dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik menghasilkan bobot umbi grade besar dan sedang yang lebih tinggi serta menghasilkan bobot umbi grade kecil yang lebih rendah dibanding tanpa pemberian pupuk organik. Hal ini dikarenakan dari peran pupuk organik yang dapat sebagau sumber unsur hara bagi tanaman, memperbaiki tanah sebagai media tumbuh tanaman sehingga penyerapan tanah akan unsur hara semakin efektif, sehingga berperan dalam pertumbuhan tanaman. Total Produksi per Plot Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan jenis pupuk anorganik NPK memberi pengaruh nyata terhadap total produksi per plot, sedangkan perlakuan dosis pupuk organik dan interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Jenis Pupuk Anorganik NPK dan Dosis Pupuk Organik terhadap Produksi per Plot Perlakuan
Produksi per Plot (3 m2), kg
Jenis Pupuk Anorganik NPK P1. Pupuk Anorganik Biokimia (NPK 9-6-18) P2. Pupuk Anorganik (NPK 15-9-20)
7.91 b 11.85 a
Dosis Pupuk Organik A0. Tanpa Pupuk Organik A1. Pupuk Organik 25% Dosis Anjuran A2. Pupuk Organik 50% Dosis Anjuran A3. Pupuk Organik 75% Dosis Anjuran A4. Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran
7.84 a 10.03 a 9.98 a 9.77 a 11.78 a
KK (%)
28.47
Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.
208
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Perlakuan jenis pupuk NPK memberi pengaruh nyata terhadap produksi kentang per plot, dimana diperoleh bahwa perlakuan P2 (pupuk NPK 15-9-20) nyata lebih tinggi menghasilkan produksi kentang per plot dibanding perlakuan P1 (pupuk Biokimia NPK 9-6-18), yaitu 11.85 kg. Perlakuan dosis pupuk organik tidak memberi pengaruh nyata terhadap produksi kentang per plot, namun dapat dilihat bahwa produksi per plot tertinggi dijumapai pada perlakuan A4 (Pupuk Organik 100% Dosis Anjuran), yaitu 11.78 kg dan terndah perlakuan A0 (tanpa pupuk organik), yaitu 7.84 kg. KESIMPULAN Pupuk NPK 15-9-20 dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang. Pupuk NPK 15-9-20 dapat meningkatkan hasil umbi kentang yaitu 26.46% jumlah umbi, bobot umbi per tanaman 32.25% dan produksi per plot 33.24%.
Pupuk NPK 15-9-20 dapat menigkatkan bobot umbi grade besar
35.14% dan grade sedang 36.74%. Pemberian pupuk organik sesuai dosis anjuran dapat menigkatkan bobot umbi grade besar 53.25%, grade sedang 25.42% dan menurunkan bobot umbi grade kecil sebesar 1.52%.
DAFTAR PUSTAKA Craswell, ET & Lefroy, RDB 2001, ‘The role and function of organic matter in tropical soils’, Nutrient Cycling in Agroecosystems 61, pp. 7–18. Diacono, M & Montemurro, F 2010, ‘Long-term effects of organic amendments on soil fertility’, A review, Agronomy for Sustainable Development, April 2010, Volume 30, Issue 2, pp 401-422. Dekkers, T.B.M and I. Avander weff. 2001. Mutualistic Functioning of Indigenous Arbuscular Mycorhizae in Spiring Barley and Winter Wheat After Cessation of Long Team Phosphate Fertilization. Mycorrhiza 10:195-201. Herman. 2000. Peranan dan prospek pengembangan komoditas kakao dalam perekonomian regional Sulawesi Selatan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 16 (1) : 21 - 31. Jaipaul, J, Sharma, S, & Sharma, AK 2011, ‘Effect of organic fertilizers on growth, yield and quality of potato under rainfed conditions of central himalayan region of uttarakhand’, Potato J. vol. 38, no. 2, pp. 176-181.
209
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Kaur, K, Kapoor, KK & Gupta, AP 2005, ‘Impact of organic manures with and without mineral fertilizers on soil chemical and biological properties under tropical conditions’, Journal of Plant Nutrition and Soil Science, Volume 168, Issue 1, pp 117–122. Lavelle, P, Barros, E, Blanchart, E, Brown, G, Desjardins, T, Mariani, L & Rossi, JP 2001, ‘SOM management in the tropics: Why feeding the soil macrofauna?’, Nutrient Cycling in Agroecosystems 61, pp. 53–61. Martin, E.C., D.C. Slack., K.A. Tanksley, and B. Basso. 2006. Effects of fresh and composted dairy manure aplications on alfalfa yield and the environment in Arizona. Agron. J. 98:80-84. Nazari, YA, Soemarno & Agustina, L 2012, ‘Pengelolaan kesuburan tanah pada pertanaman kentang dengan apikasi pupuk organic dan anorganik’, Indonesian Green Technology Journal, Vol. 1, No. 1, hlm. 7-12. Nyiraneza, J & Snapp, S 2007, ‘Integrated management of inorganic and organic nitrogen and efficiency in potato systems, SSSAJ. Vol. 71, No. 5, pp. 1508-1515. Onunka, NA, Chukwu, LI, Mbanasor, EO & Ebenir, CN 2012, ‘Effect of organic and inorganic manures and time of application on soil properties and yield of sweetpotato in a tropical ultisol’, Journal of Agriculture and Social Research (JASR) Vol. 12, No. 1, pp. 183-194. Sarjana Parman 2007, ‘Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)’, Buletin Anatomi dan Fisiologi, vol. XV, no. 2, hlm. 21-31. Susi, K. 2009. Aplikasi Pupuk Organik dan Nitrogen Pada Jagung Manis. Agritek 17 (6):1119-1132, ISSN 0852-5426. Taufiq A., H. Kuntyastuti, C. Prahoro dan Y. Wardani. 2007. Pemberian Kapur dan Pupuk Kandang Pada Kedelai Di Lahan Kering Masam. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 26(2):78-85. Wigati, E.S., A. Syukur dan D.K. Bambang. 2006. Pengaruh takaran bahan organik dan tingkat kelengasan tanah terhadap serapan fosfor oleh kacang tunggak di tanah pasir pantai. J. I. Tanah Lingk. 6(2):52-58.
210