TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Kajian Pengembangan Tanaman Kentang)
Intan Kartika Agnestika
Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145, Telp. 0341-551611, 575777; Fax. 0341-565420 E-mail:
[email protected]
Abstract: Humans, animals and plants can not be separated from the food. Food is a source of energy and food for living things. Whole foods, directly or indirectly derived from plants belonging to the majority of vegetables. Potatoes are one of the many types of vegetables that contain major nutrients needed by living things, especially humans and animals. Potato cultivation techniques starts from the activities of seed and land preparation, fertilization, maintenance, and harvest and post-harvest activities are accompanied with supporting factors. With proper cultivation activities, it will produce a good potato commodities. An optimal potato cultivation activities with good results are expected to help the food crisis in the world. Key Words: potatoes, vegetable, nutrition, cultivation
Abstrak: Manusia, hewan dan tumbuhan tidak akan dapat lepas dari pangan. Pangan merupakan sumber energi dan makanan bagi makhluk hidup. Seluruh pangan, langsung atau tidak langsung yang diambil dari tanaman sebagian besar termasuk dalam kelompok sayuran. Kentang merupakan salah satu jenis sayuran yang mengandung banyak gizi utama yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, khususnya manusia dan hewan. Teknik pembudidayaan kentang dimulai dari kegiatan persiapan bibit dan lahan, pemupukan, pemeliharaan, dan kegiatan panen dan pascapanen yang disertai dengan faktor-faktor yang mendukung. Dengan kegiatan pembudidayaan yang tepat, akan menghasilkan komoditas kentang yang baik. Kegiatan pembudidayaan kentang yang optimal dengan hasil yang baik diharapkan membantu krisis pangan di dunia. Kata Kunci: kentang, sayuran, gizi, budidaya
A. Pendahuluan Pembahasan mengenai meningkatnya jumlah penduduk dunia tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan pangan bagi penduduk dunia itu pula. Semakin meningkat jumlah penduduk dunia, semakin meningkat pula kebutuhan pangan bagi tiap-tiap populasi individu di dunia. Dengan demikian, produksi pangan harus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan pangan bagi penduduk dunia akan tercukupi. Manusia, hewan dan tumbuhan tidak akan dapat lepas dari pangan. Pangan merupakan sumber energi dan makanan. Seluruh pangan, langsung atau tidak langsung yang diambil dari tanaman termasuk dalam kelompok sayuran. Pada beberapa wilayah, pilihan pangan sering terbatas dan ada kecenderungan mendahulukan pemenuhan kebutuhan kalori tanpa memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi yang lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:37). Sudah menjadi rahasia umum apabila sayuran menjadi sumber gizi. Di samping menjadi sumber gizi, sayuran juga sebagai sumber vitamin dan mineral. Selain itu, masyarakat dunia dapat memanfaatkan sayuran sebagai tambahan ragam, rasa makanan, warna, dan tekstur makanan. Kandungan gizi sayuran terbagi berdasarkan kandungan gizi utamanya, yaitu sebagai sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein, sumber provitamin A, sumber vitamin C, dan sumber mineral (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:4344). Salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat adalah kentang. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan di dunia dan salah satu komoditas penting di dunia. Kentang berasal dari wilayah Pegunungan Andes di Peru dan Bolivia, tetapi tanaman kentang yang masuk ke Indonesia adalah kentang yang berasal dari Amerika Utara (Setiadi dan Nurulhuda, 1993:4). Dengan banyaknya manfaat serta kandungan karbohidrat yang baik dari tanaman kentang, hal ini dapat menanggapi dari masalah peningkatan jumlah penduduk dunia serta kebutuhan pangan yang kaya gizi. Kentang dapat dibudidayakan secara komersial dengan berbagai perawatan serta penyediaan lahan yang optimal bagi pertumbuhan serta pembudidayaan kentang itu sendiri.
B. Teknik Budidaya Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Tubuh
manusia
memerlukan
asupan-asupan
gizi
yang
dapat
membantu
perkembangan serta metabolisme di dalam tubuhnya. Tubuh manusia membutuhkan asupanasupan gizi, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan kalsium. Salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi adalah kentang. Untuk memahami kentang serta persyaratan budidayanya, berikut ini uraian selengkapnya.
1.
Definisi Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan di dunia dan salah
satu komoditas penting di dunia. Meskipun menempati urutan keempat setelah padi, gandum dan jagung, kentang menempati urutan pertama dalam hal energi dan produksi protein per hektar dan per unit waktu (Central International Potato, 1984:150). Kentang berasal dari wilayah Pegunungan Andes di Peru dan Bolivia karena sebagian besar keragaman genetik tanaman kentang ditemukan di wilayah itu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:117). Kentang adalah tanaman dikotil tahunan berumur pendek yang biasanya ditanam sebagai tanaman setahun untuk diambil umbi bawah tanahnya yang dapat dimakan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:118). Seperti tanaman sayuran lain, kentang di Indonesia ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (Sinung-Basuki, 1989:354). Tanaman kentang yang dihasilkan secara aseksual dari umbi akan memiliki akar serabut dengan percabangan halus, agak dangkal dan akar adventif yang berserat menyebar, sedangkan tanaman kentang yang tumbuh dari biji akan membentuk akar tunggang ramping dengan akar lateral yang banyak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:118). Kentang termasuk dalam Kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta dengan kelas Magnoliopsida, termasuk dalam ordo Solanales dan famili Solanaceae dengan genus Solanum dengan nama spesies Solanum tuberosum L. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:117).
2.
Morfologi Tanaman Kentang Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang melalui perbanyakan secara
vegetatif dengan menggunakan umbi akar. Secara morfologi, umbi adalah batang pendek, tebal dan berdaging dengan daun yang berubah menjadi kerak atau belang, berdampingan dengan tunas samping (aksilar) yang biasa dikenal sebagai mata. Proses pembuahan umbi
ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rizoma/stolon dan diikuti pembesaran hingga rizoma tersebut membengkak. Bentuk umbi tanaman kentang beragam, ada yang memanjang, kotak, bulat, atau pipih dengan warna kuning muda atau putih (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:119-120) Menurut beberapa sumber, tanaman kentang mempunyai daun yang rimbun dengan letak daun yang berselang-seling pada batang. Daun tanaman kentang berbentuk oval dengan ujung meruncing dengan tulang daun menyirip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Batang tanaman kentang berbetuk segi empat atau segi lima tergantung varietas kentang, tidak berkayu dan bertekstur sedikit keras. Batangnya bercabang dan di setiap batang ditumbuhi daun yang rimbun. Batang di bawah permukaan tanah (rizoma), umumnya disebut stolon yang berfungsi untuk menimbun dan menyimpan produk fotosintesis dalam umbi yang membengkak di dekat bagian ujung (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:118). Berdasarkan beberapa sumber, tanaman kentang ada yang berbunga, ada pula yang tidak. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:118), bunga tanaman kentang bergerombol membentuk tandan simosa, memiliki lima lembar mahkota bunga yang menyatu dengan warna berkisar antar putih hingga merah jambu dan keunguan. Bunga tanaman kentang tidak bermadu dan sebagian besar menyerbuk silang dengan perantara angin, tetapi serangga juga dapat membantu penyerbukannya.
3.
Jenis-jenis Tanaman Kentang Tanaman kentang memiliki banyak jenis atau varietas di dunia. Dalam satu negara
bisa memiliki banyak jenis atau varietas kentang tergantung kondisi wilayahnya. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:13) : “ ... kalau coba menelusurinya lewat sejarah kentang Indonesia, bisa ditemukan nama-nama varietas tersebut. Pertama, pada zaman Hindia Belanda dikenal varietas eigenheimer, kemudian menyusul varietas bevelander, voran, profijt, marinta, pimpernel, dan intje. Barangkali varietas inilah yang sekarang dikenal sebagai kentang lokal untuk masing-masing daerah. Setelah itu, tidak bermunculan lagi varietas baru sampai dicanangkannya Pembangunan Lima Tahun (tahun 1969). Pada tahun tersebut berdatangan kentang-kentang baru, seperti kentang desiree, donata, cosima, radosa, patrones, rapan, thung, dan katela. “ Varietas-varietas kentang tersebut memiliki warna kulit dan daging umbi yang berbeda, tetapi ada pula yang sama. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:13-14), berdasarkan warna umbinya, varietas-varietas kentang tersebut dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan kentang kuning, golongan kentang putih dan golongan kentang merah.
1. Golongan kentang kuning. Kulit dan daging umbi kentang ini berwarna kuning, contohnya eigenheimer, patrones, rapan, dan thung. 2. Golongan kentang putih. Kulit dan daging umbi kentang ini berwarna putih, contohnya donata dan radosa. 3. Golongan kentang merah. Kulit dan daging umbi kentang ini berwarna merah, contohnya desiree.
4.
Syarat Tumbuh Tanaman Kentang Tanaman kentang tergolong tanaman yang memiliki syarat tertentu untuk tumbuh
secara optimal. Syarat-syarat seperti iklim daerah yang akan dijadikan tempat budidaya kentang, kondisi lahan, serta kesesuaian lahan dengan produktifitas tanaman kentang. Faktor lingkungan yang dijadikan syarat tumbuh tanaman kentang menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:20) antara lain, iklim dan keadaan tanah, sedangkan menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:122) adalah kelengasan dan ketersediaan hara. a. Iklim Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman pangan yang sering kita jumpai di daerah-daerah pegunungan karena mempunyai iklim yang rendah serta ketinggian yang cocok untuk pertumbuhannya secara optimal. Setiadi dan Nurulhuda (1993:20-21) mengemukakan bahwa kentang dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang cukup tinggi, seperti di daerah pegunungan dengan ketinggian sekitan 500-3.000 mdpl, tetapi tempat yang ideal berkisar antara 1.000-3.000 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 15-18° C pada malam hari dan 24-30° C pada siang hari, serta curah hujan kira-kira 1.500 mm per tahun. b. Keadaan tanah Daerah pegunungan yang dijadikan lahan untuk budidaya tanaman kentang merupakan lahan yang cukup baik dalam perkembangannya karena tanah tersebut mengandung bahan organik dari material vulkanis gunung yang dapat membuat tanah tersebut subur. Menurut AAK (1992:146), tanaman kentang cocok dengan tanah yang subur, ringan dan dalam dengan drainase yang baik. Setiadi dan Nurulhuda (1993:21) memperkuat pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa tanah yang paling baik untuk kentang adalah tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah diresapi air dan mengandung humus yang tinggi.
Derajat keasaman tanah atau pH tanah juga memiliki pengaruh bagi pertumbuhan tanaman kentang. Setiadi dan Nurulhuda (1993:21) berpendapat bahwa derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk kentang bervariasi tergantung dari varietas kentangnya. Namun, menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:120), tanah dengan pH 5,5-6,5 (agak asam) lebih disukai karena dengan keasaman tanah kurang dari 5,4 membantu mengendalikan kudis kentang umum (Streptomyces scabies). c. Kelengasan Kondisi tanah lahan yang digunakan utnuk budidaya tanaman kentang juga harus diperhatikan kelengasannya. Hal ini dikarenakan kelengasan tanah yang tinggi dibutuhkan setelah inisiasi umbi dan selama pembesaran umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:122). d. Hara Semakin baik kondisi lahan tempat budidaya tanaman kentang, maka semakin besar pula kandungan bahan organik dalam lahan tersebut. Sehingga, lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman kentang tersebut menjadi lahan yang subur karena mengandung unsur hara yang tinggi. Pernyataan ini didukung oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1995:122) yang mengatakan bahwa ketersediaan hara sangat penting untuk pertumbuhan awal tanaman dan kebutuhan pupuk tertinggi terjadi selama pembesaran umbi.
5.
Teknis Budidaya Tanaman Kentang Budidaya tanaman kentang pada dasarnya sama dengan budidaya tanaman yang lain.
Kegiatan pembudidayaan tanaman kentang dimulai dari persiapan bibit, persiapan lahan, menentukan jarak dan lubang tanam, pemupukan, pemeliharaan, panen, serta pasca panen. a. Persiapan bibit Bibit kentang merupakan umbi yang akan dijadikan bibit atau bahan yang akan ditanam. Pemenuhan kebutuhan bibit kentang dapat dilakukan dengan membibitkan sendiri atau dengan membeli. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:2223), apabila ingin membibitkan sendiri bibit tanaman kentang, maka lokasi penanaman sebaiknya bersuhu udara 15-20°C dan lokasi tersebut tidak ditanami tanaman sefamilinya selama dua hingga tiga tahun, umbi yang digunakan mempunyai berat sekitar 30-80 gram, serta adanya perhatian khusus untuk mengendalikan hama
dan penyakit pada pertumbuhan awal bibit tersebut. Namun, apabila pemenuhan kebutuhan bibit dengan membeli bibit, maka hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain dengan memilih bibit yang tua dengan ciri umbi kuat, bobot umbinya 30-45/50 gram atau 45/50-60 gram dengan besar rata-ratanya 30-35 mm atau 45-50 mm, dan memiliki tiga hingga lima mata tunas (Setiadi dan Nurulhuda, 1993:23-24). Kondisi yang dialami umbi bibit selama produksi dan penyimpanan juga memberikan pengaruh bagi pertumbuhan tanaman kentang selanjutnya karena hal tersebut bepengaruh pada kondisi fisiologi umbi bibit tersebut. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:123-124), “Umbi bibit yang secara fisiologi tua cenderung menghasilkan tanaman dengan batang banyak dan umbi kecil dalam jumlah besar. Sebaliknya, umbi bibit yang secara fisiologis masih muda cenderung menghasilkan tanaman dengan batang yang lebih sedikit dan umbi yang lebih sedikit tetapi lebih besar.” b. Persiapan lahan Setiap tanaman membutuhkan kondisi lingkungan serta keadaan tanah yang sesuai untuk tumbuh kembangnya secara optimal. Begitu pula dengan tanaman kentang. Pada dasarnya, lahan yang akan digunakan utnuk bercocok tanam harus diolah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tanah tersebut gembur, memutuskan siklus hidup hama dan penyakit yang ada di dalam tanah serta membantu melancarkan sirkulasi udara dalam tanah dan menghilangkan gas-gas beracun yang kemungkinan ada di dalam tanah (Setiadi dan Nurulhuda (1993:26). Menurut AAK (1992:148), Tanah yang hendak ditanamai kentang harus sesuai dengan syarat hidup kentang, karena apabila kentang ditanam pada tanah berat, kentang tersebut akan lebih mudah terserang penyakit dan terdapat kemungkinan bentuk umbinya kurang baik dan kotor. Persiapan lahan yang dilakukan untuk budidaya tanaman kentang dimulai dari mengolah lahan tersebut sebelum ditanami kentang. Setiadi dan Nurulhuda (1993:27) berpendapat bahwa tahap-tahap pengolahan lahan dimulai dari membajak tanah untuk membalik posisi tanah, lalu dibiarkan selama beberapa hari supaya terkena sinar matahari langsung, setelah itu tanah tersebut dicangkul atau digaru, lalu dibiarkan terlebih dahulu dalam beberapa hari, kemudian tanah tersebut dibajak kembali. c. Jarak dan lubang tanam Setiap tumbuhan memiliki besar tubuh serta luas tajuk yang berbeda, sehingga akan membutuhkan jarak tanam yang berbeda pula. Menurut beberapa sumber yang saya dapatkan dari internet, pada budidaya tanaman kentang, jarak tanam bervariasi,
karena hampir setiap daerah mempunyai sistem jarak tanam yang berbeda. Biasanya kentang menggunakan jarak tanamn 25/30 x 50/50 cm dengan lubang tanam berjarak 25 cm dari pinggiran guludan (Setiadi dan Nurulhuda, 1993:31). d. Pemupukan Pemberian pupuk pada setiap tanaman berbeda. Hal ini dikarenakan jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh berbeda-beda pula. Selain itu waktu pemberian pupuk juga dapat disesuaikan dengan lahan tanam serta kondisi iklim. Hal ini diperkuat oleh penjelasan Setiadi dan Nurulhuda (1993:31) yang menjelaskan bahwa pemberian pupuk dapat dilakukan dengan pembuatan guludan atau bersamaan dengan pemberian pupuk organik dan pestisida. e. Pemeliharaan Pada tanaman yang dibudidayakan, pemeliharaan merupakan faktor terbesar dalam menentukan keberhasilan pembudidayaan. Setelah penanaman bibit tanaman yang dibudidayakan tersebut, maka diperlukan kegiatan pemeliharaan sampai masa panen. Menurut AAK (1992:149-150), pemeliharaan kentang dimulai dari penggemburan tanah dan penyiangan gulma setelah penanaman bibit, pembubunan tanah saat tanaman berumur 3-4 minggu, pengairan yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan umbi, dan pemupukan yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang digunakan dalam pembudidayaan. f. Panen Panen merupakan waktu pengambilan tanaman yang dibudidayakan sebelum memasuki kegiatan pasca panen. Menurut Dede Juanda dan Bambang Cahyono (2005:71) , panen adalah kegiatan pemetikan hasil tanaman yang telah cukup umur. Masa panen setiap tanaman berbeda karena disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tanaman kentang dipanen pada umur 90 hingga 160 hari setelah tanam (HST) dengan cara menggali umbi dengan menggunakan tangan dan ditempatkan dalam wadah kecil atau menggunakan mesin-mesin pertanian dan dikumpulkan ke dalam wadah yang lebih besar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:131-132). g. Pasca panen Pasca panen merupakan kegiatan terakhir dari pembudidayaan tanaman. Tanaman kentang diseleksi terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Tahapan seleksi dimulai dari penggolongan mutu kentang berdasarkan bobotnya, kemudian penggolongan mutu kentang sesuai dengan permintaan konsumen, seperti bentuk
kentang dan rasa kentang Setiadi dan Nurulhuda, 1993:59). Setelah dipanen, tanaman kentang harus disimpan terlebih dahulu pada suhu 15-25° C dengan RH (Relative Humidity) yang tinggi selama 10 hari atau labih untuk pembentukan peridermis atau penyembuhan luka sewaktu panen (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:132).
6.
Hama dan Penyakit Tanaman Kentang Setiap tanaman mempunyai binatang-binatang tertentu yang digolongkan sebagai
hama yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya serta dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Selain diserang oleh hama, tanaman budidaya juga dapat diserang oleh penyakit yang teknik pengendaliannya bermacam-macam. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:39), hama tanaman kentang, antara lain ulat penggulung daun (Phthrimeae operculella), ulat tanah (Agrotis epsilon), ulat bawang (Spodoptera exigua), Epilachma sp, dan anjing tanah (Gryllotalpa sp). Namun, menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:136), hama tanaman kentang, antara lain kutu daun aster Macrosteles quadrilineatus), kutu daun bit (Circulifer tenellus), kumbang kentang kolorado (Leptinotarsa decernlineata), kumbang flea (Epitrix spp.), apid kentang (Macrosiphum euphorbiae), serta kutu loncat (Empoasca spp.). Sedangkan untuk penyakit yang dapat menyerang tanaman kentang bermacam-macam pula. Setiadi dan Nurulhuda (1993:44) berpendapat bahwa penyakit yang dapat menyerang tanaman kentang, antara lain penyakit busuk kering, penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum, penyakit busuk daun, penyakit bercak alternaria, penyakit kudis, serta beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:136), virus-virus yang menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, antara lain virus daun penggulung kentang (Potato leaf roll virus), virus kentang X (Potato virus X/ PVX), virus kentang Y (Potato virus Y/ PVY), dan virus umbi menggelndong kentang (Potato spindle tuber viroid/ PSTV).
C. Penutup Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan di dunia dan salah satu komoditas penting di dunia. Kentang adalah tanaman dikotil tahunan berumur pendek yang biasanya ditanam sebagai tanaman setahun untuk diambil umbi bawah tanahnya yang dapat dimakan. Kentang termasuk dalam Kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta dengan kelas
Magnoliopsida, termasuk dalam ordo Solanales dan famili Solanaceae dengan genus Solanum dengan nama spesies Solanum tuberosum L. Morfologi tanaman kentang beragam, antara lain bentuk umbinya ada yang memanjang, kotak, bulat, atau pipih dengan warna kuning muda atau putih, mempunyai daun yang rimbun berbentuk oval dengan ujung meruncing dengan tulang daun menyirip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan batang tanaman kentang berbetuk segi empat atau segi lima tergantung varietas kentang, tidak berkayu dan bertekstur sedikit keras, dan untuk bunga tanaman kentang tergantung dari varietas kentang tersebut karena ada tanaman kentang yang berbunga, ada pula yang tidak. Jenis tanaman kentang beragam, berdasarkan warna umbinya, varietas-varietas kentang tersebut dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan kentang kuning, golongan kentang putih dan golongan kentang merah. Tanaman kentang tergolong tanaman yang memiliki syarat tertentu untuk tumbuh secara optimal. Syarat-syarat seperti iklim daerah yang akan dijadikan tempat budidaya kentang, kondisi lahan, serta kesesuaian lahan dengan produktifitas tanaman kentang. Faktor lingkungan yang dijadikan syarat tumbuh tanaman kentang adalah iklim, keadaan tanah, kelengasan, ketersediaan hara. Kegiatan pembudidayaan tanaman kentang dimulai dari persiapan bibit, persiapan lahan, menentukan jarak dan lubang tanam, pemupukan, pemeliharaan, panen, serta pasca panen. Setaip tanaman dapat diserang hama serta penyakit. Hama yang menyerang tanaman kentang, seperti ulat penggulung daun (Phthrimeae operculella), ulat tanah (Agrotis epsilon), ulat bawang (Spodoptera exigua). Sedangkan penyakit yang menyerang, antara lain penyakit busuk kering, penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum, penyakit busuk daun, penyakit bercak alternaria, penyakit kudis, serta beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus.
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius: Yogyakarta Central International Potato. 1984. Potatoes for the Developing World. Lima, Peru Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius: Yogyakarta
Rubatzky, Vincent E dan Mas Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia 1: Prinsip, Produksi dan Gizi Edisi Kedua. Penerbit ITB: Bandung Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1993. Kentang: Varietas dan Pembudidayaan. Penebar Swadaya: Jakarta Sinung, R. Basuki. 1989. Production Potato in Indonesia: Prospect for Medium Altitude Production (Eds J. W. T. Bottema et al.). CGPRT Centre, Bogor