POTENSI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum. L) DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT
Oleh NENENG SHOFIA A24101073
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
POTENSI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum. L) DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT
Oleh NENENG SHOFIA A24101073
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Potensi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Kentang (Solanum tuberosum. L) di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Nama
: Neneng Shofia
Nrp
: A24101073
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Moentoha Se lari, MS NIP. 130.367.080
DR. Ir. Widiatmaka NIP. 131.664.411
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. DR. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130.422.698
Tanggal lulus:
1:43 PM
SUMMARY
NENENG SHOFIA. Development Potency and Financial Analysis of Potatoes Farming (Solanum tuberosum. L) at Pacet Sub District Agropolitan Area, Cianjur Regency. Supervisited by MOENTOHA SELARI and WIDIATMAKA
Pacet Sub District is one of Agropolitan with agricultural development base. It is located at Kabupaten Cianjur with 4.439 ha squares and consist of seven village. Most of soil type at Pacet Sub District are Andisol and Regosol. It’s temperature from 19-210C. Pacet Sub District is well known as one of horticultural productio n center especially potatoes commodity. The recent reality shows that potatoes productivity in Pacet Sub District lower (1,8 ton/ha) than potatoes productivity in Lembang Sub District though both of them have similar physical condition. Though Pacet Sub District has physical condition that suitable for potatoes, this area is often attacked by germ and plant diseases that cause unsuccesful harvest. Potatoe is the most favorable commodity and has priority to develop (Deptan, 2006). Due on that, the research to observed development potency and financial analysis of potatoes commodity was done. The using methode is comparing the land characteristics at Pacet Sub District to the conditional growth of potatoes based on LREP II, 1994 criterias. Based on the analys is of land suitability, the observed area is divide into four class; S2, S3, N1, and N2 with spesific limited factor. S2 with limited factors of temperature (t), available water (w), root media (r), and fertility (f) has 1.909,6 ha squares. S3 with limited factors of temperature (t), available water (w), and fertility (f) has 851,7 ha squares, N1 with limited factors of available water (w) and root media (r) has 487,4 ha squares and also N2 with limited factors of temperature (t) and root media (r) has 307,7 ha squares. Financial analysis is counted by using the recent bank rate (1,5% per month). The yield of financial analysis shows that potatoes farming that done at Agropolitan area is properly to be done because it has positively NPV value, IRR value 1,6% per month (larger than recent bank rate 1,5% per month) and B/C Ratio value is 1,1.
1:43 PM
Due to analysis of land suitability and financial analysis, the area that has potencial ability to be develope with potatoes commodity includes 3.248 ha square that cons ist of S2 (2.014,8 ha) and S3 (1.233,9 ha).
1:43 PM
RINGKASAN
NENENG SHOFIA. Potensi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kentang (Solanum tuberosum. L) di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan MOENTOHA SELARI dan WIDIATMAKA Kecamatan Pacet merupakan salah satu kawasan agropolitan dengan basis pengembangan pada sektor pertanian. Kecamatan ini terletak di Kabupaten Cianjur dengan luas 4.439 hektar, dan terdiri dari tujuh desa. Jenis tanah yang ada di Kecama tan Pacet sebagian besar adalah tanah Andosol dan juga tanah Regosol, dan mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 19-210C. Kecamatan Pacet dikenal sebagai salah satu sentra produksi tanaman hortikultur salah satunya kentang. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa produktivitas kentang di Kecamatan Pacet lebih rendah (1,8 ton/hektar) dibandingkan dengan produktivitas kentang di Kecamatan Lembang, Bandung (5,6 ton/hektar) yang mempunyai kondisi fisik relatif sama. Produktivitas kentang yang rendah di Kecamatan Pacet disebabkan oleh serangan hama penyakit sehingga sering gagal panen. Padahal, kondisi fisik yang dimiliki Kecamatan Pacet sangat potensial untuk pengembangan tanaman kentang. Disamping itu, kentang merupakan komoditas unggulan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan (Deptan, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan studi untuk mengetahui potensi pengembangan dan analisis kelayakan finansial usahatani kentang di Kecamatan Pacet, Cianjur. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan karakteristik lahan yang ada di Kecamatan Pacet dengan persyaratan tumbuh tanaman kentang berdasarkan kriteria dari LREP II tahun 1994. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan yang dilakukan, daerah penelitian dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu kelas S2, S3, N1 dan N2 dengan faktor pembatas yang berbeda -beda untuk setiap kelas. Kelas S2 dengan faktor pembatas berupa temperatur (t), ketersediaan air (w), media perakaran (r), dan retensi hara (f) memiliki total luas 1.909,6 hektar, kelas S3 dengan faktor pembatas temperatur (t), media perakaran (r), dan retensi hara (f) memiliki luas 851,7 hektar, kelas N1 dengan faktor pembatas media perakaran (r) dan retensi
1:43 PM
hara (f) memiliki luas sebesar 487,4 hektar dan kelas N2 dengan faktor pembatas berupa temperatur (t) dan media perakaran (r) memiliki luas 307,7 hektar. Hasil analisis finansial dihitung dengan menggunakan suku bunga bank yang berlaku pada saat penelitian dilakukan yaitu sebesar 1,5%/bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kentang yang dilakukan saat ini di Kawasan Agropolitan layak dilakukan karena memiliki nilai NPV yang positif, IRR sebesar 1,6% perbulan (lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku yaitu 1,5% perbulan) , dan nilai B/C Ratio sebesar 1,1. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan dan didukung dengan analisis finansial yang dilakukan, daerah penelitian memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kentang meliputi luas 3.248,7 hektar yang terdiri dari kelas S2 (2.014,8 hektar) dan kelas S3 (1.233,9 hektar).
1:43 PM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah atas limpahan rahmat, karunia, kasih sayang yang tidak terbatas dan juga atas ridho-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan diakhiri dengan penulisan skripsi. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan sembah sujud untuk Bapak dan Ibu atas segala pengorbanan, doa dan kasih sayang yang telah diberikan dalam hidupku. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak dan adikku atas segala kasih sayang, bantuan dan doa yang telah mereka berikan dalam kehidupanku. Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Moentoha Selari, MS. dan Bapak Dr. Widiatmaka, Ibu Ir. Dyah Retno Panuju atas bimbingannya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian sampai tahap penulisan skripsi ini selesai. Buat seluruh Doi Crew: Ina, Ita, Kinoy, mbak Nenx, Ati, Caur, Febi, Liya, thanx buat kebersamaannya selama ini dan terimakasih telah menjadi keluarga keduaku. Spesial buat mbak Nenx, thax alot yah buat pinjaman motornya. Temen-temen satu lab, ena, futriya, ine, meilin, tatanx, dimas, heru (thanx buat petanya), endang (thanx buat bantuannya), opi sebagai saudara satu bimbingan, makasih atas kesabaran dan segala bantuan yang telah diberikan. Buat mas tanto, mbak dee_spy, mbak Dian, mas Janu, mbak Mia atas konsultasinya, dan seluruh teman-teman satu almamaterku (esp patma si miss gossip), makasih ya buat kebersamaannya selama hampir lima tahun ini, selamat berjuang and good luck guys..!
1:43 PM
Buat mbek or Heri, makasih udah mau nemenin turun lapang, buat Dwi Puja juga terimakasih udah mau nemenin nyari responden di Pacet, buat Nyit2 makasih yah udah mau nemenin pulang-pergi Bandung-Lembang selama tiga hari, terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Penulis sadar bahwa hasil penulisan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, amin.
Bogor, Januari 2006
Penulis
1:43 PM
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung, tanggal 02 Juni 1983 dari pasangan bapak Drs. Machfud dan Ibu Komariah sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal di TK Tunas Harapan Bandar Lampung pada tahun 1989 dan kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Metro Lampung Tengah dan lulus pada tahun 1995. Setelah tamat dari SD, penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Metro Lampung Tengah dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2001. Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) sejak tahun 2001. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum pada Mata Kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah, Permodelan dan Perencanaan Sumberdaya Lahan, dan Kartografi.
1:43 PM
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI......................................................................................................... i DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Tujuan..................................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah ..................................................................................................... 3 2.2. Lahan dan Evaluasi Kesesuaian Lahan .................................................. 5 2.3. Sistem Usahatani ................................................................................... 6 2.4. Analisis Finansial ................................................................................... 7 2.5. Tanaman Kentang .................................................................................. 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 9 3.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 9 3.3. Metode Penelitian .................................................................................. 9 3.3.1. Pembuatan Peta Kerja .................................................................. 12 3.3.2. Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan ............................................ 14 3.3.3. Analisis Parameter Ekonomi ....................................................... 17 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Luas ..................................................................................... 20
1:43 PM
4.2. Topografi dan Fisiografi ........................................................................ 20 4.3. Jenis Tanah ............................................................................................ 21 4.4. Iklim ....................................................................................................... 24 4.5. Pertanian ................................................................................................ 24 4.6. Kependudukan ....................................................................................... 25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang ............................... 28 5.2. Analisis Finansial ................................................................................... 35 5.2.1. Nilai Bersih Sekarang (NPV) ...................................................... 35 5.2.2. Rasio Manfaat Biaya (BCR) ........................................................ 36 5.2.3. Tingkat Pengembalian Internal (IRR) ......................................... 36 5.2.4. Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ......................................................... 37 5.3. Potensi Pengembangan Tanaman Kentang di Kecamatan Pacet ........... 43 5.4. Keterkaitan Antara Kesesuaian Laha n Dengan Analisis Finansial ....... 46 VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 47 6.2. Saran ...................................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49 LAMPIRAN.......................................................................................................... 51
1:43 PM
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1. Luas Tanam, Panen, dan Produksi Komoditas Sayuran ............................... 25 2. Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang Di Kecamatan Pacet ... 28 3. Hasil Analisis Finansial Usahatani Kentang di Dua Kecamatan ................. 35 4. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor -faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ................................................................ 37
1:43 PM
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
5. Diagram Alur Kegiatan Penelitian ............................................................... 10 6. Peta Lokasi Studi .......................................................................................... 11 7. Peta Kesesuaian Suhu Untuk Tanaman Kentang ......................................... 16 8. Peta Tanah Kecamatan Pacet ........................................................................ 22 9. Peta Kesesuaian Lahan Unt uk Tanaman Kentang ....................................... 29
1:43 PM
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
10. Kondisi Fisiografi Setiap SPT di Kecamatan Pacet ..................................... 51 11. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang .................................. 52 12. Data Curah Hujan Tahun 1991-2001 ........................................................... 53 13. Aliran Kas Dana Usahatani Kentang di Kecamatan Pacet ........................... 54 14. Aliran Kas Dana Usahatani Kentang di Kecamatan Lembang .................... 55 15. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kentang Di Kecamatan Pacet...................................................................................... 56
1:43 PM
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas pertanian yang memegang peranan penting dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan adalah produk hortikultura khususnya kentang. Pengembangan tanaman kentang diarahkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan dan juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya para petani kentang. Kentang juga merupakan salah satu komoditas hortikultur unggulan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan (Deptan, 2006). Tanaman kentang merupakan salah satu produk hortikultur yang dulu banyak ditanam di Kecamatan Pacet, Cianjur. Saat ini, produktivitas kentang yang ditanam di Kecamatan Pacet (1,8 ton/hektar) jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas kentang di salah satu sentra produksi kentang di Jawa Barat yaitu di Kecamatan Lembang, Bandung yang mencapai 5,6 ton/hektar. Padahal, kondisi fisik yang dimiliki daerah Pacet relatif sama dengan kondisi fisik daerah Lembang, sehingga dengan kondisi fisik yang relatif sama, kawasan Agropolitan di Kecamatan Pacet memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kentang. Tanaman kentang saat ini jarang ditanam oleh petani karena sering gagal panen akibat serangan hama dan penyakit. Kecamatan Pecet Cianju r merupakan daerah yang terletak di dataran tinggi dengan suhu rata-rata berkisar antara 19-210 C dengan curah hujan rata-rata pertahun sebesar 3161,3 mm. Formasi geologi daerah penelitian adalah formasi Qyg dan berbahan induk volkan. Tanah yang terbentuk dari bahan induk volkan di wilayah tersebut sebagian besar adalah Andosol yang digunakan untuk kegiatan
1:43 PM
pertanian. Jenis tanah lain yang juga banyak dijumpai di lokasi penelitian adalah tanah Regosol. Kondisi fisik yang dimiliki daerah Pacet tersebut sesuai untuk pengembangan tanaman kentang karena tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi iklim yang sejuk dengan suhu 18-210 C. Berdasarkan potensi yang ada, maka diperlukan suatu arahan pengembangan untuk tanaman kentang yang sesuai dengan kondisi fisik, lingkungan dan potensi ekonomi, agar produktivitas kentang di Kecamatan Pacet dapa t ditingkatkan dan menguntungkan.
1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan lokasi yang sesuai secara fisik untuk pengembangan tanaman kentang di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. 2. Mengetahui tingkat kelayakan finansial tanaman kentang ya ng ditanam dan potensi pengembangannya di Kecamatan Pacet, Cianjur.
1:43 PM
II. TINJAUAN PUSTAK A
2.1.Tanah Pengertian tanah akan berbeda-beda sesuai dengan kepentingan untuk masing-masing pengguna tanah. Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 2003). Menurut PPT (1978), tanah-tanah yang ada di Kecamatan Pacet adalah Andosol dan Regosol. Andosol. Andosol yang ada di lokasi penelitian sebagian besar digunakan untuk pertanian tanaman hortikultur yang meliputi bawang daun, buncis, kentang, kubis, lobak, petsai, tomat, wortel dan cabe. Andosol adalah tanah mineral dimana fraksi aktifnya dicirikan oleh bahan-bahan amorf (minimal 50%). Tanah ini memiliki kapasitas sorpsi tinggi, kandungan bahan organik tinggi, kerapatan limbak rendah dan bersifat tak lekat atau lengket (low stickeness). Horison A umumnya tebal dan berwarna gelap, dan horison B, bila ada, tak memperlihatkan mobilisasi/iluviasi liat yang nyata. Tanah-tanah ini dijumpai dibawah pengaruh iklim-iklim humid dan subhumid (Dudal, 1964 dalam Tan, 1998). Andosol dirumuskan oleh ahli-ahli tanah FAO (1989) dalam Tan (1998) sebagai tanah yang mengandung sifat-sifat andik sedalam 35 cm atau lebih dari permukaan, serta mempunyai horison A mollik atau umbrik diatas horison Bkambik, atau horison A-okrik diatas B-kambik, dan tidak mempunyai horisonhorison diagnostik yang lain, serta tidak ada sifa t-sifat gley sedalam 50 cm dari permukaan, dan juga tidak mengandung sifat-sifat diagnostik untuk Vertisol, dan tak bersifat salin. Sedangkan menurut Smith (1978) dalam Tan (1998), Andosol
1:43 PM
adalah tanah mineral yang: (i) tak mempunyai regim kelembaban berupa sistem aridik, (ii) tak mempunyai horison-horison argilik, natrik, spodik, atau oksik, kecuali kalau horison-horison ini terkubur, tetapi (iii) mengandung satu diantara (atau lebih) epipedon-epipedon histik, mollik, dan umbrik, atau horison-horison kambik, placik, dan duripan, atau (iv) lapis atas sedalam 18 cm mempunyai warna value (basah) tiga atau kurang, (v) mengandung bahan organik di dalam fraksi tanah halusnya sebanyak 3% atau lebih. Dari tahun 1978 sampai tahun 1996, definisi Andisol mengalami berbagai perubahan-perubahan. Berdasarkan Soil Survey Staff (1996) dalam Tan, 1998, Andisol merupakan tanah-tanah dengan sifat tanah andik, yang meliputi 60% atau lebih dari tebal tanah: (i) sedalam 60 cm dari permukaan tanah mineral, atau dari atasnya lapisan organik yang bersifat andik, mana saja yang lebih dangkal, bila tidak ada kontak-kontak densik, lithik atau paralithik, tak ada duripan atau horison-horison petrokalsik sedalam itu, atau (ii) antara permukaan tanah mineral atau puncak lapisan organik bersifat tanah andik, mana saja yang lebih dangkal dengan kontak densik, lithik atau paralithik, duripan atau dengan horison petrokalsik Regosol. Regosol di daerah penelitian terbentuk dari bahan endapan volkan. Tanah belum mengalami perkembangan profil tanpa horisonisasi yang jelas, tekstur lempung pasir berkerikil, struktur lepas, pH masam dan agak basa, drainase baik pada bentuk wilayah yang berbukit sampai bergunung, bahan induk tanah ini merupakan bagian dari endapan lahar dari Gunung Gede, warna coklat tua kekelabuan sampai coklat tua kekuningan, bentuk wilayah berbukit sampai bergunung (PPT, 1978).
1:43 PM
2.2. Lahan dan Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Evaluasi lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan (Sitorus, 1989). Evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan (Hardjowigeno dan Widia tmaka, 2001). Dalam evaluasi lahan perlu juga memperhatikan aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan dan berkaitan dengan perencanaan tataguna tanah (FAO, 1976). Terdapat empat ketegori klasifikasi kesesuaian lahan yaitu tingkat ordo, kelas, sub-kelas dan unit (FAO, 1976). Kesesuaian lahan pada tingkat ordo terdiri dari: 1. Ordo (S) sesuai adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan. 2. Ordo N (tidak sesuai) adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan dikarenakan adanya pembatas. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas terbagi menjadi (FAO, 1976): 1. Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh
1:43 PM
terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan. 2. Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable). Lahan
mempunyai
pembatas-pembatas
yang
agak
besar
untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. 3. Kelas S3: sesuai marginal ( marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. 4. Kelas N1: tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan
mempunyai
pembatas
yang
lebih
besar,
tetapi
masih
memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. 5. Kelas N2: tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan
mempunyai
pembatas
permanen
yang
mencegah
segala
kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
2.3. Sistem Usahatani Tanaman kentang ditanam oleh petani di Kecamatan Pacet pada awal musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober dengan umur tanam sekitar 100 hari. Tanaman
1:43 PM
kentang ditanam secara monokultur. Jenis kentang yang ditanam petani di Kecamatan Pacet adalah varietas granola dan ditanam bergantian dengan jenis tanaman lain seperti wortel dan bawang daun. Tanaman kentang merupakan tanaman hortikultur yang memerlukan input tinggi dalam pemeliharaannya. Untuk memenuhi
kebutuhan
input
dalam
kegiatan
usahatani
kentang,
petani
memperolehnya dari kios-kios yang menjual sarana produksi pertanian. Mosher (1968) dalam Mubyarto (1989) memberikan definisi usahatani sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu, yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari dan bangunan yang didirikan atas tanah dan sebagainya (Mosher, 1968 dalam Mubyarto, 1989). Menurut Soeharjo dan Patong (1973) dalam Purwaningsih (2002), tujuan dari setiap petani dalam menjalankan usahataninya berbeda -beda. Apabila motif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik yang melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani subsisten, dan bila motif usahatani didorong oleh kegiatan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya maka disebut usahatani komersial.
2.4. Analisis Finansial Analisis finansial merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak atau tidaknya suatu usaha yang dilakukan. Analisis finansial dilakukan dengan memperhitungkan tingkat bunga yang berlaku saat proyek atau usaha dilakukan. Parameter yang bisa digunakan untuk menilai layak atau tidaknya suatu usaha
1:43 PM
adalah (i) Nilai Bersih Sekarang (NPV), (ii) Tingkat Pengembalian Internal (IRR), dan (iii) Rasio Manfaat Biaya (BCR). Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka pada usaha pertanian tersebut. Analisis akan merasa perlu untuk membuat proyeksi mengenai anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa-masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya -biaya yang berhubungan dengan pr oduksi dan pembayaran-pembayaran kredit yang harus dikeluarkanoleh rumah tangga petani agar dapat menentukan berapa besar pendapatan yang diterima oleh rumah tangga petani sebagai balas jasa tenaga kerja, keahlian manajemen dan modal mereka (Gittinger, 1986).
2.5. Tanaman Kentang Tanaman kentang tumbuh di tempat yang cukup tinggi yaitu antara 5003000 m dpl dengan tinggi yang ideal antara 1000-1300 m dpl. Kentang yang di tanam pada ketinggian <1000 biasanya kecil-kecil (Setiadi dan Nurulhuda, 1998). Suhu rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 180 -210 C (LREP II, 1994 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Tanah yang paling baik untuk kentang adalah tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah diresapi air dan me ngandung humus yang tinggi (Setiadi dan Nurulhuda, 1998). Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk kentang bervariasi, tergantung dari varietasnya. Kentang lokal dapat tumbuh baik pada pH 5,0 - 5,5 (Setiadi dan Nurulhuda, 1998).
1:43 PM
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada bulan April-November 2005. Diagram alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 1, sedangkan peta lokasi studi disajikan pada Gambar 2. Analisis data dilakukan di Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah Peta Tanah DAS Citarum III skala 1:50000 (PPT, 1978), Peta Rupabumi lembar Cipanas skala 1:50.000 (Bakosurtanal, 1999), dan Peta Rupabumi lembar Cugenang skala 1:50.000 (Bakosurtanal, 1999) yang digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kentang di Kecamatan Pacet. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan data hasil wawancara dengan petani kentang di Kecamatan Pacet mengenai input-output yang digunakan untuk usahatani.
Peralatan yang digunakan antara lain adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software ArcView 3.2, Statistica version 6.0., Microsoft Excel, Microsoft Word, scanner Epson GT-12000, dan printer. 3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan terdiri dari tiga langkah yaitu: (i) pembuatan peta kerja, (ii) penentuan kelas keses uaian lahan untuk tanaman kentang berdasarkan
1:43 PM
kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kentang dari LREP II tahun 1994, dan (iii) analisis finansial usahatani kentang.
Peta Tanah
Sifat fisik
Peta Rupabumi
Sifat kimia
Administrasi
Karakteristik Lahan Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang (LREP II, 1994)
Suhu
Curah Hujan
Matching Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang
Wawancara dengan petani kentang
Cek Lapang
Analisis kelayakan finansial usahatani kentang
Gambar 1. Diagram alur kegiatan penelitian
Kelas Kesesuaian Lahan yang Baru
Pengembangan tanaman kentang
Lereng
1:43 PM
Gambar 2. Peta lokasi studi
1:43 PM
3.3.1. Pembuatan Peta Kerja Peta kerja digunakan sebagai acuan dalam penentuan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kentang. Dari peta ini, dapat diketahui karakteristik lahan yang akan dievaluasi kelas kesesuaiannya. Karakteristik lahan tersebut antara lain jenis tanah dan sifatnya baik sifat fisik maupun sifat kimia, suhu udara yang ada di lokasi penelitian, lereng, dan curah hujan rata-rata tahunan. Pembuatan peta kerja dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) metode overlay peta yaitu Peta Tanah DAS Citarum III skala 1:50.000 (PPT, 1978), dan Peta Rupabumi Lembar Cipanas dan Cugenang skala 1:50.000 (Bakosurtanal, 1999). Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan peta kerja: a. Digitasi dan pengisian data atribut Peta Tanah. Digitasi dan pengisian data atribut dari Peta Tanah dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah seperti tekstur, drainase, dan topografi. §
Scanning Peta Tanah. Peta tanah yang digunakan adalah peta tanah DAS Citarum III skala 1:50.000. Scanning peta ta nah merupakan proses penyiaman dan pemasukan peta dalam bentuk JPEG agar proses pengolahan selanjutunya bisa dilakukan.
§
Koreksi geometri. Koreksi geometri yang dilakukan bertujuan untuk menyamakan koordinat peta dengan keadaan di lapang. Sistem proyeksi ya ng dipakai adalah UTM (Universal Transverse Mercator).
1:43 PM
§
Digitasi dan pengisian data atribut. Data atribut yang diisikan antara lain mengenai sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimia sebagai kriteria yang harus dipenuhi dalam menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kentang.
b. Digitasi kontur dari Peta Rupabumi. Peta kontur digunakan untuk mengetahui kelas lereng yang ada di lokasi penelitian. Kelas lereng di lokasi penelitian diketahui dengan memproses data kontur yang telah didigitasi menggunakan metode model builder yang ada pada salah satu extension pada program ArcView GIS.3.2 dengan tahapan yang dilakukan sama seperti proses digitasi Peta Tanah. Selain data kelas lereng, data lain yang diturunkan dari kontur adalah suhu. Besarnya suhu yang ada di lokasi penelitian dihitung dari ketinggian tempat masing-masing lokasi berdasarkan rumus Braak (Sidik, 2002): Suhu udara = 26.3 -
elevasi * 0.6 100
d. Digitasi batas administrasi dari Peta Rupabumi. Tahap yang dilakukan antara lain: §
Scanning Peta Rupabumi. Scanning peta merupakan proses penyiaman dan pemasukan peta dalam bentuk JPEG agar proses pengolahan selanjutunya bisa dilakukan. Peta yang digunakan adalah Peta Rupabumi lembar Cipanas dan Cugenang skala 1:50.000.
§
Koreksi geometri.
§
Digitasi dan pengisian data atribut.
1:43 PM
e. Overlay Peta Tanah, Peta Batas Administrasi, Peta Kelas Lereng dan Peta Suhu. Proses overlay dari ke empat peta tersebut menghasilkan kualitas atau karakteristik lahan yang selanjutnya digunakan dalam penentuan kelas kesesuaian lahan.
3.3.2. Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan Penentuan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan parameter fisik -kimia lahan dengan persyaratan tumbuh untuk tanaman kentang berdasarkan kriteria dari LREP II tahun 1994. Dalam menentukan kelas kesesuaian lahan, tidak seluruh kriteria yang diperlukan dalam evaluasi lahan digunakan karena adanya keterbatasan data. Parameter yang dinilai adalah kedalaman solum, drainase, tekstur, suhu, curah hujan, pH, N total, P2 O5 , dan K2 O. Evaluasi lahan dilakukan dengan melihat sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimia sampai kedalaman 30 cm dari permukaan karena sampai kedalaman itu akar tanaman kentang masih dapat tumbuh dengan baik. Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah pencocokan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kentang dari Pusat Penelitian Tanah (LREP II, 1994 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kentang dari LREP II tahun 1994 disajikan pada Tabel Lampiran 2. Karakteristik lahan lain yang perlu diperhatikan antara lain: Fisiografi. Daerah penelitian merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan lereng antara 5-35% dengan bentuk wilayah bergelombang sampai bergunung. Untuk Satuan Peta Tanah (SPT) yang memiliki kemiringan lereng >15%, dapat dipastikan bahwa SPT tersebut tidak cocok untuk dikembangkan tanaman kentang yang memerlukan tanah dengan bentuk wilayah yang datar.
1:43 PM
Tetapi pada kenyataannya, daerah-daerah yang diusahakan untuk pertanian di daerah tersebut seluruhnya telah dibuat teras dengan kelas lereng 0-2% sehingga lereng tidak lagi menjadi faktor pembatas. Suhu. Salah satu kriteria yang penting untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah suhu. Kentang sebagai komoditas hortikultura memerlukan suhu yang relatif rendah agar dapat tumbuh optimal dengan kisaran suhu sebesar 160180 C. Nilai suhu yang digunakan untuk mengevaluasi lahan diturunkan dari rumus Braak dalam Sidik ( 2002): Suhu udara (0 C) = 26.3 – (elevasi*0.6/100) Besarnya suhu di lokasi penelitian dihitung berdasarkan ketinggian tempat dan selanjutnya digunakan sebagai data untuk melakukan evaluasi lahan sehingga bisa
diketahui daerah-daerah yang memiliki suhu yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman kentang yaitu daerah-daerah yang berada pada ketinggian antara 1400-1700 mete r di atas permukaan laut (dpl). Peta kesesuaian suhu untuk tanaman kentang di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3. SPT Regosol yang terletak pada lereng tengah dengan ketinggian antara 1100-1200 meter dpl dan Andosol yang berada pada el reng atas dengan ketinggian lebih dari 1300 meter dpl merupakan SPT yang memenuhi persyaratan suhu optimal (S1). Berkurang atau bertambahnya ketinggian akan menurunkan kelas yang dimiliki. Meskipun demikian, ada pula SPT Regosol ataupun Andosol yang termasuk ke dalam kelas S2 karena terletak pada ketinggian kurang dari 1.400 meter atau lebih dari 1.700 meter dpl. Sedangkan untuk SPT lain yang terletak pada ketinggian kurang dari 1.000 meter ataupun berdasarkan karakteristik suhu.
2100 meter dpl memiliki kelas kesesuaian S3
1:43 PM
Gambar 3. Peta kesesuaian suhu untuk tanaman kentang
1:43 PM
Curah Hujan. Faktor lain yang berasal dari lingkungan (di luar sifat tanah) yang juga harus dipenuhi dalam menunjang pertumbuhan tanaman kentang agar bisa optimal dalam pertumbuhannya adalah curah hujan. Berdasarkan data pengamatan iklim di stasiun pengamatan Pacet dari tahun 1991-2001 (dalam Sidik, 2002) diketahui jumlah curah hujan per tahun yang turun di lokasi penelitian adalah sebesar 3161,30 mm. Seperti telah diketahui bahwa curah hujan merupakan bagian dari iklim yang mempunyai pengaruh dalam cakupan wilayah yang relatif luas sehingga iklim (dalam hal ini curah hujan) dapat menjadi faktor pembatas bagi tanah-tanah yang memiliki kelas kesesuaian S1 di lokasi penelitian (berdasa rkan karakteristik lahan tergolong S1 tetapi karena curah hujan, maka kesesuaiannya berubah menjadi S2). Data pengamatan iklim di Stasiun Pengamatan Pacet tahun 1991-2001 disajikan pada Tabel Lampiran 3.
3.3.3. Analisis Parameter Ekonomi meliputi : Manfaat Bersih Sekarang (NPV). NPV merupakan selisih antara nilai sekarang (Present Value) dari benefit dan Present Value dari biaya. Rumus NPV adalah:
Bt − Ct t t =1 (1+ i) n
NPV= ∑ dimana:
Bt = benefit sosial kotor dari suatu proyek pada tahun ke -t Ct = biaya sosial kotor pada tahun ke -t n = umur ekonomis proyek t = tahun proyek i = discount rate
1:43 PM
Jika NPV bernilai positif (>1) maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan, jika NPV negatif (<1) maka usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan, sedangkan jika NPV = 0 berarti usahatani tersebut impas. Rasio Manfaat Biaya (BCR). BCR merupakan rasio antara nilai sekarang yang positif dengan nilai sekarang yang negatif. Nilai BCR menunjukkan manfaat yang diperoleh dari setiap penambahan modal sebesar satu satuan. Nilai BCR yang kurang dari satu berarti biaya yang diperlukan melebihi penerimaan, jika sama dengan satu berarti biaya yang diperlukan sama dengan penerimaan dan jika lebih dari satu berarti diperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut karena penerimaan yang didapat melebihi biaya yang dikeluarkan. n
BCR =
∑ Bt t =1 n
∑ Ct t =1
Tingkat Pengembalian Internal (IRR). IRR merupakan nilai diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu kegiatan usaha untuk sumberdaya yang digunakan. Rumus IRR adalah: IRR = i' + (i'' - i')
NPV ′ ( NP V ′ − NPV ′′)
dimana i’: tingkat discount rate pada saat NPV positif; i’’: tingkat discount rate pada saat NPV negatif; NPV’: nilai NPV positif; NPV’’: nilai NPV negatif.
1:43 PM
Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan, sebaliknya jika nilai IRR kurang dari tingkat suku bunga maka kegiatan usahatani tersebut tidak layak.
1:43 PM
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Luas Daerah studi merupakan wilayah inti kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur yaitu Kecamatan Pacet dengan Desa Sukatani sebagai Desa Pusat Pertumbuhan kawasan agropolitan. Kecamatan Pacet terdiri dari tujuh desa antara lain desa Ciputri, Ciherang, Cipendawa, Cibodas, Gadog, Sukatani, dan Sukanagalih dengan total luas 44,39 Km2. Secara administratif, Kecamatan Pacet memiliki batas: •
Sebelah Utara
: Kecamatan Cipanas
•
Sebelah Selatan
: Kecamata n Cugenang
•
Sebelah Barat
: Kabupaten Bogor
•
Sebelah Timur
: Kecamatan Sukaresmi
4.2. Topografi dan Fisiografi Sistem fisiografi daerah penelitian secara umum merupakan sistem volkan yang merupakan lereng sebelah Timur dari Gunung Gede. Lereng tengah dan lereng bawah Gunung Gede terbentuk dari bahan volkan muda dan bahan volkan lebih tua dengan susunan bahan yang hampir sama berupa lava, breksi, dan lahar andesitik dari Gunung Gede. Lereng bawah mempunyai bentuk wilayah berombak sampai bergelombang dengan tingkat kemiringan lereng 5-15%, sedangkan pada lereng tengah mempunyai bentuk wilayah bergelombang, berbukit sampai bergunung antara 15-35% dan lungur-lungur volkan dengan punggung membulat, lembah-lembah terjal dan dalam. Kondisi fisiografi Kecamatan Pacet disajikan pada Tabel Lampiran 1.
1:43 PM
4.3. Jenis Tanah Berdasarkan hasil survey tanah semi detil (skala 1:50000) yang dilakukan PPT (1978), terdapat tujuh jenis tanah di lokasi penelitian yaitu Aluvial, Andosol, Kambisol, Latosol, Mediteran, Podsolik, dan Regosol. Penyebaran jenis tanah di lokasi penelitian didominasi oleh Andosol dan Regosol. Peta tanah di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 4. Andosol. Jenis tanah ini ditemukan di sebagian desa Ciputri, Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Andosol yang ada di Kecamatan Pacet merupakan tanah yang sudah agak berkembang, terbentuk di daerah yang mempunyai bentuk wilayah berombak sampai bergunung, drainase cepat sampai agak cepat, terbentuk dari bahan induk tufa atau abu volkanik pada wilayah yang bergelombang sampai bergunung pada kerucut volkan dan pada dataran tinggi volkan lebih dari 1.000 meter dpl. Regosol. Terbentuk dari bahan endapan volkan yang tersebar di kaki Gunung Gede-Pangrango. Tanah belum mengalami perkembangan profil, tanpa horisonisasi yang jelas, tekstur lempung pasir berkerikil, struktur lepas, pH masam, drainase baik pada bentuk wilayah yang berbukit sampai bergunung, bahan induk tanah ini merupakan bagian dari endapan lahar Gunung Gede, warna coklat tua kekelabuan sampai coklat tua kekuningan, bentuk wilayah berbukit sampai bergunung. Mediteran. Tanah ini umumnya terbentuk pada daerah yang mempunyai bahan induk kapur, batuan sedimen yang mengandung kapur, batuan asam tufa volkanik basa sampai intermedier, dan mempunyai bentuk wilayah berombak sampai berbukit, mempunyai solum dalam, horisonnya mempunyai susunan Ab2 C
1:43 PM
pada tufa, atau AB2tC pada batu kapur, berwarna kuning sampai merah, bertekstur lempung sampai liat, liat terdapat paling banyak pada horison B2 berstruktur gumpal bersudut atau prismatik, selaput liat pada pedonnya, kemasaman tanah dari agak masam sampai agak alkali (PPT, 1978).
Gambar 4. Peta tanah Kecamatan Pacet
1:43 PM
Podsolik. Tanah ini telah mempunyai perkembangan profil, umumnya berasal dari endapan tua atau bahan induk masam dengan bentuk wilayah datar sampai berombak. Tanah ini mempunyai susunan horison ABt C yang jelas, dengan derajat kemasaman kurang dari 5,5. Kedalaman solum tanah sedang, teksturnya liat, berwarna coklat-coklat kemerahan, terdapat karatan, biasanya terdapat karatan dengan akumulasi besi dan mangan, pada beberapa tempat bisa dijumpai plintit (PPT, 1978). Latosol. Jenis tanah Latosol terbentuk pada daerah dengan bentuk wilayah berombak sampai bergunung dan berbahan induk tufa volkan, mempunyai solum yang dalam, berwarna coklat sampai merah, penampang pr ofil yang homogen, batas yang baur dan mempunyai susunan horison AB2C, bertekstur liat merata atau agak meningkat dengan kedalaman, strukturnya remah atau gumpal atau bersudut (PPT, 1978). Kambisol. Tanah ini terdapat di daerah sistem dataran, daerah volkan, sistem perbukitan, teras cekungan yang tersebar letaknya. Tanah ini belum mempunyai perkembangan yang jelas, dilihat dari horison pencirinya merupakan horison kambik, tekstur pada umumnya liat atau lebih halus lagi, berepipedon okrik, drainase sangat terhambat sampai sedang pada bentuk wilayah datar sampai agak datar atau bergelombang sampai berbukit. Sifat-sifat kimia bervariasi tergantung dari bahan induknya masing-masing, yang biasanya mempunyai kandungan Ca dan yang mempunyai konkresi besi atau mangan (PPT, 1978). Aluvial. Tanah ini terdapat di daerah sekitar lembah pada sistem dataran dan sistem teras yang terbentuk dari bahan induk endapan liat, belum mengalami perkembangan profil, drainase sangat terhambat, mempunyai tekstur yang
1:43 PM
bervariasi dari atas ke bawah, tektur liat sampai lempung berpasir, warna kelabu sampai kelabu tua, struktur masif, pH sedang sampai masam, konsistensi lekat atau agak lekat. Kation Ca dan Mg tinggi, kapasitas adsorpsi tinggi, kejenuhan basa sedang (PPT, 1978).
4.4. Iklim Suhu udara bulanan di daerah studi berkisar antara 19-210C, dengan suhu udara maksimum berkisar antara 22-240 C dan suhu udara minimum berkisar antara 15-170 C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 24,60 C dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 15,70 C (Darma, 2005). Sedangkan curah hujan rata-rata yang turun di lokasi penelitian mencapai 3161,3 mm/tahun (Sidik, 2002).
4.5. Pertanian Kecamatan Pacet merupakan kawasan pengembangan Agropolitan yang ada di Kabupaten Cianjur. Agropolitan (agro= pertanian, politan = kota) adalah kota
pertanian
yang
tumbuh
dan
berkembang
yang
mampu
memacu
berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Deptan, 2003 dalam Darma, 2005). Sampai akhir tahun 2003, komoditas sayuran yang memiliki proporsi area penanaman yang terbesar di Kecamatan Pacet adalah bawang daun dan wortel dengan produksi kedua komoditas tersebut yang juga paling tinggi. Produksi berbagai jenis sayuran di lokasi pusat pengembangan agropolitan pada tahun 2002 dan 2003 (Darma, 2005) disajikan pada Tabel 1.
1:43 PM
Tabel 1. Luas tanam, panen, dan produksi komoditas sayuran 2002 ` 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Komoditas Bawang Daun Kentang Kubis Kembang Kol Petsay/Sawi Wortel Kacang Panjang Cabe Besar Tomat Buncis Terung Mentimun Kacang Mer ah Labu Siam Lobak Jumlah
Luas Tanam (Ha) 1325 0 38 0 88 1535 11 19 22 22 10 14 0 0 50 3134
Panen (Ha) 1122 0 45 0 79 1454 14 16 16 26 10 14 0 29 47 2872
2003 Produksi (ton) 28498.8 0 1408.5 0 1874.9 45220.7 211.9 294.2 231.4 572 211 302.8 0 869.7 1025.6 80722
Luas tanam 1302 2 18 28 1955 5 9 0 17 16 6 0 4 0 51 3413
Panen (Ha) 29450.3 3 22 19 1607 6 12 0 23 13 7 0 2 14 45 31223.3
Produksi (ton) 29450.3 89.7 688.6 590.9 47227.4 90.6 22.8 0 33.7 287.2 134.3 0 31.9 419.7 981.9 80247
Sumber: Stasiun Terminal Agribisnis Cigombong 2004, Kec. Pacet, Cianjur (Darma, 2005).
4.6. Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Pacet Cianjur pada tahun 2004 adalah sebesar 84.601 jiwa yang terdiri dari 42.986 jiwa penduduk laki-laki dan 41.615 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan 1.906 jiwa/km 2. Rincian jumlah penduduk untuk masing-masing desa sebagai berikut: desa Ciputri sebanyak 9.774 jiwa, desa Ciherang 13.129 jiwa, desa Cipendawa 15.697 jiwa, desa Cibodas 8.257 jiwa, desa Gadog 9.936, desa sukatani 10.974 dan desa Sukanagalih 16.393 jiwa.
1:43 PM
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang Berdasarkan hasil penilaian kelas kesesuaian lahan yang dilakukan dengan membandingkan antara karakteristik lahan dan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kentang dari LREP II tahun 1994, lahan-lahan yang ada di lokasi penelitian dikelompokkan ke dalam empat kelas dengan faktor pembatas yang berbeda -beda untuk masing-masing kelas. Kelas -kelas tersebut adalah kelas S2 dengan luas 1.909,6 hektar, kelas S3 dengan luas 851,7 hektar, kelas N1 dengan luas 487,4 hektar, dan kelas N2 dengan luas 307,7 hektar. Dari hasil penilaian kesesuaian lahan, diketahui faktor -faktor yang menjadi pembatas adalah curah hujan, suhu, pH, tekstur, dan drainase. Curah hujan. Curah hujan mempengaruhi ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman kentang. Jumlah air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman kentang akan mengoptimalkan produksi. Air dibutuhkan tanaman kentang untuk pertumbuhan akar dan umbi. Namun, air dalam jumlah yang berlebih akan menyebabkan akar tanaman menjadi busuk. Besarnya curah hujan yang turun di lokasi penelitian adalah 3161,3 mm/tahun. Curah hujan tersebut lebih besar dari kriteria curah hujan untuk tanaman kentang yaitu sebesar 750– 3.000 mm/tahun sehingga curah hujan menjadi faktor pembatas kelas. Suhu. Suhu berpengaruh terhadap pembentukan umbi kentang. Suhu optimal yang diperlukan tanaman kentang untuk tumbuh dengan baik sebesar 16– 180 C. Besarnya suhu di lokasi penelitian beragam antara 8,9–21,20C. Berdasarkan kriteria tersebut, maka tanah-tanah yang memiliki kelas kesesuaian S1 untuk suhu adalah lahan-lahan yang terletak pada ketinggian antara 1.400–1.700 meter dpl.
1:43 PM
Untuk tanah-tanah yang terletak pada ketinggian 1.350–1.050 meter dpl dan 1.750–2.050 meter dpl, tanah-tanah tersebut memiliki kelas kesesuaian suhu S2 untuk tanaman kentang. Sedangkan tanah-tanah yang terletak pada ketinggian 1.000–850 meter dpl tergolong ke dalam kelas S3, dan untuk tanah-tanah yang berada pada ketinggian 2.400-2.900 meter dpl, tanah-tanah tersebut memiliki kelas kesesuaian suhu N2. Reaksi tanah atau pH. pH adalah sifat kimia tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan terganggu pada tanah ber-pH rendah karena pada pH rendah kelarutan unsur-unsur yang bersifat toksik seperti Fe dan Al meningkat. Sebagian besar tanah-tanah yang ada di lokasi penelitian memiliki reaksi yang masam sehingga menjadi faktor pembatas kelas. Tekstur. Tekstur merupakan salah satu sifat fisik tanah yang mempengaruhi penentuan kelas kesesuaian lahan. Pada tanah yang bertekstur liat, tanah menjadi lebih padat sehingga pertumbuhan akar akan terhambat. Sedangkan untuk tanah yang bertekstur pasir, KTK tanah rendah sehingga kesuburan tanah juga rendah. Drainase. Drainase berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kentang. Pada tanah yang berdrainase buruk, pertumbuhan akar tanaman akan terganggu bahkan akan menyebabkan akar menjadi busuk. Tanah Aluvial, Kambisol, dan Mediteran yang ada di lokasi penelitian memiliki drainase yang terhambat sampai sangat terhambat sehingga drainase menjadi faktor pembatas dalam penentuan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman kentang. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kentang beserta faktor pembatas untuk masing-masing kelas dan juga jenis perbaikan yang dapat dilakukan untuk masing-masing kelas
1:43 PM
disajikan dalam Tabel 2. Gambar 5 menyajikan peta kesesuaian lahan untuk tanaman kentang di Kecamatan Pacet, sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual hasil evaluasi berdasarkan kriteria LREP II tahun 1994 disajikan pada Tabel Lampiran 6. Tabel 2. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kentang di Kecamatan Pacet
Kelas
Sub Kelas (Aktual)
Luas
S2w
Ketersediaan air (w)
210,2
Curah hujan
S2tw
Temperatur (t) Ketersediaan air (w)
309,6
Suhu Curah hujan
275,8
pH Tekstur Curah hujan
S2frw S2
S3
Keterangan (Faktor Yang Berpengaruh)
Faktor Pembatas
Retensi hara (f) Media perakaran (r) Ketersediaan air (w) Media perakaran (r) Retensi hara (f) Ketersediaan air (w) Temperatur (t)
1.114
S3f
Retensi hara (f)
105,2
S3r
Media perakaran (r)
230,1
Tekstur
S3t
Temperatur (t)
161,4
Suhu
S3fr
Retensi hara (f) Media perakaran (r)
2,9
pH Tekstur, drainase
S3ft
Retensi hara (f) Temperatur (t)
73,6
pH Suhu
S3rt
Media perakaran (r) Temperatur (t) Retensi hara (f) Media perakaran (r) Temperatur (t)
Tekstur Suhu
28,7
pH Tekstur Suhu
N1f
Retensi hara (f)
126,0
pH
N1r
Media perakaran (r)
361,4
Drainase
N2r
Media perakaran (r)
168,0
Drainase
N2t
Temperatur (t)
139,7
Suhu
N2
S2
2.014,8
S3
1.233,9
N2
307,7
pH
249,8
N1
Luas
Tekstur pH Curah hujan Suhu
S2frtw
S3frt
Kelas Kesesuaian (Potensial)
1:43 PM
Gambar 5. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kentang
1:43 PM
Ø Kelas S2 Kelas kesesuaian S2 adalah lahan-lahan yang cukup sesuai namun memiliki faktor pembatas yang agak besar dalam pengembangannya. Luas total untuk daerah yang memiliki kelas kesesuaian lahan S2 adalah 1.909,6 hektar. Faktor pembatas yang ada pada kelas ini adalah temperatur (t), ketersediaan air (w) yaitu curah hujan, media perakaran (r) yaitu tekstur, dan retensi hara (f) yaitu pH tanah. Kelas kesesuaian S2 terbagi menjadi empat sub kelas kesesuaian lahan yaitu S2frtw (pH, suhu, tekstur, curah hujan) dengan luas 1.114 hektar, S2frw (pH, tekstur, curah hujan) dengan luas 275,8 hektar, S2tw (suhu, curah hujan) dengan luas 309,6 hektar, dan S2w (curah hujan) dengan luas 210,2 hektar. Usaha perbaikan yang dilakukan pada faktor pembatas hanya bersifat mengurangi dampak negatif dari faktor pembatas tersebut. Jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki saluran drainase sehingga dapat mengurangi kelebihan air yang ada pada solum tanah dan mencegah akar tanaman kentang menjadi busuk. Hal yang sama terjadi pada faktor pembatas tekstur dan suhu. Tekstur merupakan sifat tanah yang tidak dapat diubah, sedangkan suhu merupakan karakteristik lahan yang sulit untuk diperbaiki sehingga kelasnya juga tidak berubah. Ø Kelas S3 Kelas kesesuaian S3 merupakan lahan sesuai marjinal dan memiliki faktor pembatas yang besar dalam pengembangannya. Luas wilayah total yang masuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S3 untuk tanaman kentang yang ada di Kecamatan Pacet Cianjur adalah 851,7 hektar. Temperatur (t), media perakaran (r), dan
1:43 PM
retensi hara (f) merupakan faktor-faktor yang menjadi pembatas kelas sehingga dalam pengembangannya diperlukan masukan (input) yang lebih besar. Kelas S3 terbagi menjadi tujuh sub kelas kesesuaian lahan yaitu S3f (faktor pembatas pH) dengan luas 105,2 hektar, S3fr (faktor pembatas pH, tekstur, drainase) dengan luas 2.919 hektar, S3frt (faktor pembatas pH, tekstur, suhu) dengan luas 28,7 hektar, S3ft (faktor pembatas pH, suhu) dengan luas 73,6 hektar, S3r (faktor pembatas tekstur) dengan luas 230,1 hektar, S3rt (faktor pembatas tekstur, suhu) dengan luas 249,8 hektar, dan S3t (faktor pembatas suhu) dengan luas 161,4 hektar. Untuk faktor pembatas suhu, usaha perbaikan sulit untuk dilakukan sehingga kelas kesesuaian lahan potensialnya tidak akan berubah. Hal yang sama terjadi pada faktor pembatas tekstur. Tekstur tanah tidak dapat diubah sehingga kelas-kelas dengan faktor pembatas tekstur memiliki kelas potensial yang tetap yaitu kelas S3. Untuk kelas dengan faktor pembatas pH yang rendah, usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengubah kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah dengan penambahan kapur. Fungsi pengapuran antara lain menaikkan pH tanah, menambah unsur Ca dan Mg dalam tanah, menambah ketersediaan unsur P dan Mo, mengurangi keracunan Fe, Al dan Mn, dan memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003). Ø Kelas N1 Kelas kesesuaian N1 merupakan kelas yang tidak sesuai saat ini. Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar tetapi masih memungkinkan diatasi tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Faktor
1:43 PM
yang menjadi pembatas untuk kelas ini berasal dari sifat yang dimiliki SPT itu sendiri. Karakteristik tanah yang menjadi faktor pembatas antara lain media perakaran (r) berupa drainase, dan retensi hara (f) berupa pH yang rendah. Luas total kelas N1 sebesar 487,4 hektar. Jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada tanah yang ber-pH rendah adalah de ngan pengapuran, sedangkan untuk kelas dengan faktor pembatas drainase yang terhambat, usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengubah kelas adalah dengan pembuatan saluran drainase sehingga kelas kesesuaian potensialnya berubah menjadi S3. Ø Kelas N2 Lahan yang termasuk ke dalam kelas kesesuaian ini adalah lahan-lahan yang tidak sesuai permanen dan tidak mungkin dilakukan usaha perbaikan karena output yang akan dihasilkan tidak akan dapat menutupi biaya penggunaan input yang diperlukan untuk perbaikan. Faktor pembatas yang sangat besar tidak memungkinkan segala kemungkinan penggunaan jangka panjang. Luas total lahan yang termasuk ke dalam kelas ini adalah 307,7 hektar dengan faktor pembatas berupa temperatur (t) dan media perakaran (f). Kelas N2 terbagi menjadi dua sub kelas yaitu N2r (drainase) dan N2t (suhu) dengan luas berturut-turut 168 hektar dan 139,7 hektar. Tanah-tanah yang terletak pada ketinggian lebih dari 2400 meter di atas permukaan laut memiliki suhu yang rendah ( <120 C) sehingga digolongkan ke dalam sub kelas N2t. Sedangkan untuk tanah-tanah dengan drainase yang sangat terhambat dikelompokkan ke dalam sub kelas N2r.
1:43 PM
5.2. Analisis Finansial Analisis finansial dilakukan terhadap usahatani kentang melalui kuesioner ke petani untuk mendapatkan data input-output yang digunakan oleh mereka dalam satu musim tanam. Langkah awal untuk melakukan analisis finansial adalah mambuat aliran kas yang menunjukkan keadaan kas petani atau disebut juga analisis sumber dan penggunaan dana. Aliran kas yang dibuat merupakan aliran kas dari input-output petani/bulan dalam satu tahun. Aliran kas dana dari hasil wawancara petani kentang di Kecamatan Pacet disajikan pada Tabel Lampiran 4. Penulis juga menyertakan aliran kas dari hasil wawancara dengan petani kentang di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung (Tabel Lampiran 5) yang merupakan salah satu daerah pusat penghasil kentang di propinsi Jawa Barat sebagai pembanding. Analisis finansial yang dilakukan dalam menentukan layak atau tidaknya usahatani kentang antara la in NPV, IRR, B/C Ratio dengan menggunakan tingkat suku bunga yang sama yaitu 18% pertahun atau 1,5% perbulan. Suku bunga ini merupakan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat penulis melakukan penelitian (bulan September 2005).
5.2.1. Nilai Bersih Sekarang (NPV) NPV merupakan nilai sekarang dari penerimaan bersih yang diterima selama umur proyek dan tingkat bunga tertentu. Nilai NPV dihitung didasarkan atas besarnya suku bunga bank yang berlaku pada saat penelitian dilakukan yaitu sebesar 18% pertahun (1,5% perbulan). Dari hasil perhitungan, nilai NPV dari usahatani kentang yang dilakukan di daerah Pacet Cianjur memiliki nilai positif sebesar Rp 48.358. Hal itu dapat
1:43 PM
diartikan bahwa usahatani kentang yang dilakukan di Kecamatan Pacet layak dilakukan karena memiliki nilai NPV yang positif. Nilai NPV yang didapat petani lembang dari usahatani ini adalah sebesar Rp 4.313.125 yang berarti bahwa usahatani ini layak dan akan memberikan keuntungan jika diusahakan.
5.2.2. Rasio Manfaat Biaya (BCR) Nilai BCR dari usahatani kentang baik yang dilakukan di daerah Pacet maupun Lembang memiliki nilai positif. Oleh karena itu, usahatani kentang yang dilakukan di dua daerah itu layak diusahakan bila ditinjau dari nilai BCR yang dimiliki. BCR dari usahatani kentang yang dilakukan di daerah Pacet dan Lembang secara berturut-turut adalah sebesar 1,1 dan 1,23. Untuk usahatani yang dilakukan di Pacet, nilai BCR sebesar 1,1 dapat diartikan bahwa setiap penanaman modal sebesar Rp 1 akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,1. Hal yang sama berlaku untuk usahatani kentang yang dilakukan di daerah Lembang. Nilai BCR sebesar 1,23 dapat diartikan bahwa untuk setiap penanaman modal sebesar Rp 1 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,23.
5.2.3. Tingkat Pengembalian Internal (IRR) Nilai IRR merupakan nilai diskonto yang menjadikan NPV sama dengan nol. Dengan kata lain, IRR merupakan tingkat bunga maksimum yang masih dapat dibayar oleh suatu kegiatan usaha untuk setiap pemakaian sumberdaya dalam proses produksi. Jika nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku maka usaha tersebut layak, tetapi sebaliknya jika nilai IRR kurang dari suku bunga yang berlaku maka usaha tersebut tidak layak dilakukan dan mencari jenis usaha lain merupakan salah satu alternatif pemecahannya.
1:43 PM
Dari hasil analisis aliran kas dana yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai IRR dari usahatani kentang di Pacet sebesar 1,6% perbulan. Dengan demikian, usahatani kentang di Pacet layak untuk dilakukan karena nilainya lebih dari suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 1,5% perbula n. Untuk usahatani kentang yang dilakukan di Lembang, nilai IRR yang dimiliki sebesar 8% perbulan. Hal Ini dapat diartikan bahwa kegiatan usahatani kentang yang dilakukan di Lembang layak dilakukan karena nilai IRR-nya lebih besar dari suku bunga yang berlaku (1,5% perbulan). Hasil analisis finansial usahatani kentang di Kecamatan Pacet Cianjur dan Kecamatan Lembang Bandung disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis finansial usahatani kentang di dua Kecamatan Lokasi usahatani
Pendapatan bersih (Rp)
Suku bunga 1,5%/bulan NPV (Rp)
BCR
IRR (%)
Pacet
875.777
48.358
1,1
1,6
Lembang
5.625.106
4.313.125
1,23
8
5.2.4. Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Analisis Regresi Berganda digunakan untuk mengetahui faktor -faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan lahan untuk usahatani kentang. Variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda ini adalah seluruh input (variabel bebas) dan output (variabel terikat) usahatani kentang. Variabel bebas yang digunakan meliputi bibit kentang, pupuk, pestisida, tenaga kerja, sewa lahan, dan alat-alat produksi, sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah produksi kentang.
1:43 PM
Untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi pendapatan peta ni dalam usaha tani kentang, selanjutnya dilakukan analisis regresi berganda dengan menggunakan metode forward stepwise. Analisis ini bertujuan untuk menentukan model persamaan yang menjelaskan hubungan antara input yang digunakan dalam kegiatan usahatani sebagai variabe l penjelas dengan pendapatan petani sebagai variabel yang diduga. Variabel penduga yang digunakan dalam analisis multiple regression ini antara lain: Pajak lahan (F1), angkut panen (F2), Pupuk kandang (F3), KCl (F4), TSP (F5), Benih kentang (F6), susut sprayer (F7), dan luas tanam (F8). Hasil analisis regresi berganda dari faktor -faktor yang mempengaruhi produksi disajikan pada Tabel 4. Dari analisis regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat lima variabel penduga yang berpengaruh nyata terhadap respon (pendapatan petani) pada taraf nyata á sebesar 0,05. Variabel-variabel yang dimaksud adalah pajak lahan, biaya angkut panen, pupuk kandang, TSP dan benih kentang. Variabel-variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap respon karena memiliki nilai p-level kurang dari nilai taraf nyata (á = 0,05), sedangkan untuk F4, dan F8, variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap respon karena nilai p-level yang dimilikinya kurang dari taraf nyata á = 0,05.
1:43 PM
Tabel 4. Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Beta
Std.Err.
Intercept Pajak lahan (Rp/ha) angkut panen (rp/kg) Pupuk kandang (krg) KCl (kg)
B
Std.Err.
t(5)
p-level
-771801
2835206
-0.27222
0.796336
0.554906
0.090076
3
0
6.16040
0.001640
0.786102
0.079923
27
3
9.83569
0.000185
0.812199
0.110020
8
1
7.38228
0.000717
0.099145
0.091070
8
7
1.08867
0.325966
TSP (kg)
-0.489970
0.122239
-18
5
-4.00830
0.010239
Benih kentang (rp/Ha) susut sprayer Luas tanam (ha)
-0.248831
0.086607
0
0
-2.87312
0.034867
0.239442
0.102044
25
10
2.34645
0.065850
-0.093407
0.089383
-1934976
1851617
-1.04502
0.343881
Keterangan: R²= ,97935852 Std.Error of estimate: 2482E3 Huruf yang dicetak tebal berarti berbeda nyata pada taraf nyata 0,05 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai R2 yang diperoleh adalah sebesar 0,97935852. Hal ini dapat diartikan bahwa model persamaan tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 97,94%. Dengan demikian, persamaan yang dihasilkan dari analisis regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = 0.554906F1 + 0.786102F2 + 0.812199F3 + 0.099145F4 – 0.489970F5 – 0.248831+ 0.239442F7 - 0.093407F8 Dengan: Y = Produksi kentang (Rp/Kg) F1 = Pajak lahan (Rp/Ha) F2 = Angkut panen (Rp/Kg) F3 = Pupuk kandang (karung) F4 = KCl (Kg) F5 = TSP (Kg) F6 = Benih kentang (Rp/Ha)
1:43 PM
F7 = Susut sprayer ( Rp) F8 = Luas tanam (Ha)
Pajak lahan Pajak lahan dibayar oleh petani setiap tahun. Besarnya pajak lahan yang dibayar oleh petani besarnya berbeda -beda tergantung dari letak lahan yang dimiliki. Pajak lahan akan semakin mahal dengan semakin dekatnya jarak lahan dengan jalan. Pajak lahan berpengaruh nyata terhadap produksi kentang karena memiliki nilai p-level kurang dari 0,05. Koefisien regresi dari variabel ini adalah 0,554906 yang berarti bahwa setiap penambahan satu satuan pajak lahan akan meningkatkan produksi sebesar 0,554906 satuan. Sehingga, penambahan pajak lahan akan mendorong petani untuk meningkatkan pendapatan agar dapat menutupi biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak lahan. Dengan demikian, penambahan pajak lahan akan menyebabkan penambahan produksi atau pendapatan.
Biaya angkut panen Nilai p-level regresi dari angkut panen adalah sebesar 0,000185 sehingga variabel ini berpengaruh nyata terhadap produksi. Nilai koefisien regresi dari variabel angkut panen adalah sebesar 0,786102, se hingga setiap penambahan satu satuan dari biaya angkut panen akan meningkatkan produksi sebesar 0,786102 satuan. Biaya angkut panen termasuk ke dalam biaya input yang harus dikeluarkan petani setelah panen. Petani menjual hasil panennya langsung ke pedagang pengumpul di pasar dengan menyewa kendaraan. Biaya angkut panen dihitung berdasarkan jumlah rit dari pengangkutan dengan kapasitas maksimum
1:43 PM
untuk sekali angkut biasanya 100 kg. Lebih sedikitnya jumlah kentang yang diangkut dalam satu rit tidak akan mengurangi biaya angkut panen yang harus dibayar petani. Dengan demikian, untuk mengurangi biaya angkut panen maka petani akan berusaha untuk mengoptimalkan jumlah kentang yang diangkut dengan cara menambah jumlah produksi kentang.
Pupuk kandang Pupuk kandang dipakai oleh petani untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk kandang yang diberikan petani berfungsi untuk menambah hara, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan kegiatan biologi tanah (Hardjowigeno, 2003). Pupuk kandang yang dipakai oleh petani adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam karena mudah didapat. Selain mudah didapat, kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara lebih besar daripada pupuk kandang yang lain (Hardjowigeno, 2003). Pemberian puuk kandang dilakukan sekali yaitu pada saat pengolahan tanah dengan cara disebarkan. Nilai p-level untuk variabel pupuk kandang adalah sebesar
0,000717 yang membuat variabel ini memiliki pengaruh yang nyata
terhadap produksi kentang, sedangkan nilai koefisien regresi dari variabel pupuk kandang adalah 0,812199. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap penambahan satu satuan pupuk kandang akan meningkatkan produksi sebesar 0,812199 satuan karena penambahan pupuk sampai batas tertentu akan meningkatkan produksi. Pupuk kandang yang diberikan akan menambah kandungan hara dalam tanah sehingga kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan hara
1:43 PM
tanaman kentang yang ditanam akan meningkatkan produksi kentang sehingga pendapatan petani juga akan meningkat.
TSP Pemberian pupuk TSP dilakukan oleh petani pada saat pengolahan tanah yang bertujuan untuk meningkatkan kadar P dalam tanah. Kadar P2O5 dalam TSP sebesar 46-48% (Hardjowigeno, 2003). Sumber P selain TSP adalah pupuk kandang dan juga pupuk majemuk NPK yang ditambahkan oleh petani. Penambahan TSP berpengaruh negatif terhadap produksi karena setiap penambahan jumlah pemakaian pupuk TSP sebesar satu satuan akan menurunkan produksi sebesar -0.489970. Menurunnya produksi disebabkan oleh kelebihan P yang diberikan petani melalui penambahan pupuk NPK dan juga pupuk kandang. Penambahan dosis pupuk yang digunakan sampai batas tertentu akan meningkatkan produksi, namun jika dosis yang ditambahkan melebihi dari jumlah yang diperlukan tanaman justru akan menyebabkan levelling off sehingga produksi akan menurun. Penyebab yang lain adalah karena retensi P pada tanah andisol yang tinggi sehingga pupuk P yang ditambahkan tidak dapat diserap tanaman. Penambahan pupuk TSP tersebut tentu saja akan menambah jumlah biaya sehingga pendapatan petani akan menurun.
Benih kentang Penggunaan benih kentang berpengaruh nyata terhadap produksi dengan nilai p-level sebesar 0,034867. Koefisien regresi dari variabel ini bernilai negatif sehingga setiap pe nambahan benih kentang yang ditanam sebesar satu satuan akan menurunkan produksi sebesar -0.248831 satuan. Penambahan benih kentang akan
1:43 PM
mengurangi pendapatan petani karena menambah biaya input yang dikeluarkan. Selain itu, penambahan benih kentang juga dapat menurunkan pendapatan petani yang disebabkan oleh jarak tanam yang terlalu rapat akibat penambahan jumlah benih yang ditanam. Jarak tanam yang terlalu rapat tidak menambah produksi tetapi sebaliknya justru akan menyebabkan penurunan hasil panen karena ruang tumbuh akar menjadi semakin sempit dan akar tidak berkembang. Akibatnya, pembentukan umbi menjadi terhambat.
5.3.Potensi Pengembangan Tanaman Kentang Di Kecamatan Pacet Pengembangan tanaman kentang di Kecamatan Pacet dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas lahan ataupun perbaikan teknologi budidaya. Perbaikan
Lahan.
Pengembangan
tanaman
kentang
sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Lahan-lahan yang digunakan untuk budidaya adalah tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kentang. Untuk lahan-lahan yang sudah memiliki kelas kesesuaian lahan S1 maka tidak perlu lagi dilakukan usaha-usaha perbaikan karena kondisi lahan telah sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan tanaman kentang untuk tumbuh. Tanah-tanah yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kentang adalah tanah-tanah dengan kelas S2 dan S3 setelah dilakukan usaha perbaikan. Untuk lahan-lahan dengan faktor pembatas suhu, tekstur, dan curah hujan, usaha perbaikan tidak dapat dilakukan untuk mengubah kelas. Usaha perbaikan hanya bersifat mengurangi pengaruh buruk dari faktor pembatas. Untuk faktor pembatas berupa pH yang rendah, jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan kapur. Sedangkan untuk tanah dengan faktor pembatas
1:43 PM
drainase, usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan saluran drainase. Usaha perbaikan terhadap faktor pembatas perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah agar sesuai dengan kondisi yang diperlukan tanaman kentang untuk tumbuh, te tapi tidak semua kelas kesesuaian dapat dilakukan usaha -usaha perbaikan karena biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan tidak sesuai dengan hasil yang akan didapatkan. Hal tersebut terjadi pada kelas N2. Kelas N2 merupakan lahan yang tidak sesuai permanen, sehingga alternatif yang dapat dipilih adalah mencari jenis usaha lain yang akan dilakukan. Budidaya Tanaman Kentang. Perbaikan cara budidaya dan pemeliharaan tanaman sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil produksi. Pengolahan tanah yang dilakukan sebelu m penanaman bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan aerasi sehingga akar tanaman bisa mendapatkan oksigen yang cukup dalam pertumbuhannya. Curah hujan yang tinggi di Kecamatan Pacet (3161,3 mm/tahun) memberikan dampak yang kurang baik ba gi pertumbuhan tanaman kentang karena akan menyebabkan akar tanaman busuk sehingga perlu dibuat saluran drainase untuk memperbaiki aerasi tanah. Faktor budidaya yang juga perlu diperhatikan dalam pengembangan tanaman kentang adalah pemberian input berupa pupuk yang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman karena penambahan pupuk sampai batas tertentu akan mengoptimalkan hasil produksi. Pemupukan diperlukan pada awal penanaman. Tanah yang akan ditanami dipupuk dengan beberapa jenis pupuk seperti urea, TSP, KCl, ZA, NPK dan pupuk kandang dengan dosis yang berbeda -beda. Pupuk kandang yang biasa digunakan petani adalah kotoran ayam karena hara yang dikandung lebih tinggi
1:43 PM
dibandingkan dengan jenis pupuk kandang yang lain. Jenis pupuk kandang lain yang biasa dipakai petani adalah kotoran kambing karena mudah didapat. Perawatan yang baik akan mengurangi resiko terserang hama dan penyakit pada masa pertumbuhan dan juga saat pembentukan umbi. Tanaman kentang mudah diserang penyakit pada awal masa pertumbuhannya sehingga harus disemprot
dengan
pestisida
yang
tepat
jenis
dan
dosisnya.
Intensitas
penyemprotan yang diperlukan tergantung dari ada-tidaknya penyakit ataupun hama yang menyerang. Petani lebih menyukai usaha pengendalian hama melalui penyemprotan dengan insektisida daripada pengendalian secara biologis karena lebih cepat memberikan hasil. Jenis penyakit yang banyak menyerang tanaman kentang di Kecamatan Pacet antara lain penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dan juga penyakit busuk daun yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora infestans. Jenis cendawan lain yang sering menyerang tanaman kentang adalah Alternaria solani yang menyebabkan penyakit bercak alternaria, dan cendawan Rhizoctonia solani yang menyebabkan penyakit kudis lak. Untuk menghindari terinfeksinya tanaman kentang dari penyakit-penyakit tersebut di atas adalah dengan pemakaian umbi yang sehat, pencelupan umbi ke dalam pestisida sebelum ditanam, pembersihan lahan dari sisa -sisa tanaman sebelum penanaman dilakukan, rotasi tanaman, perbaikan saluran drainase ataupun dengan menghindari penanaman di musim hujan, dan menghindari penggunaan lahan yang pernah dipakai untuk menanam tanaman sejenis. Penggunaan tanah yang sehat juga perlu diperhatikan untuk mencegah timbulnya penyakit. Tetapi apabila serangan penyakit sudah terjadi, maka usaha untuk
1:43 PM
mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida yang sesuai jenis dan dosisnya.
5.4.Keterkaitan Antara Kesesuaian Lahan Dengan Analisis Finansial Lahan-lahan dengan kelas S2 untuk tanaman kentang merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan karena kelas ini memiliki faktor pembatas yang tidak besar. Usaha perbaikan yang perlu dilakukan untuk kelas S2 umumnya ringan dengan biaya yang tidak begitu besar sehingga petani masih mendapat keuntungan dari kegiatan usahatani kentang yang ditanam pada lahan-lahan tersebut. Sama seperti kelas S2, kelas S3 juga memerlukan usaha perbaikan agar lahan-lahan yang diusahakan bisa berproduksi secara optimal. Lahan-lahan dengan kelas S3 masih dapat menghasilkan keuntungan meskipun biaya yang dikeluarkan untuk usaha perbaikan lebih besar dibanding dengan kelas S2. Untuk lahan-lahan dengan kelas kesesuaian aktual N1, usahatani kentang masih mungkin dilakukan setelah usaha perbaikan dilakukan. Usaha perbaikan yang perlu dilakukan pada kelas ini tentu saja memerlukan biaya yang lebih besar dibanding dengan kelas S2 ataupun S3 sehingga keuntungan yang diperoleh akan lebih kecil. Usahatani kentang layak dilakukan jika petani memperoleh keuntungan. Jika total biaya yang dikeluarkan petani untuk semua penggunaan input termasuk untuk perbaikan lahan masih lebih rendah dari total pendapatan yang diperoleh petani dari hasil panen, maka petani masih memperole h keuntungan sehingga usahatani kentang layak dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi pada usahatani yang dilakukan di lahan-lahan yang memiliki kelas kesesuaian S2 dan S3, dan N1.
1:43 PM
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan: 1. Daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman kentang di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet mencakup 3.248,7 hektar yang terdiri dari kelas S2 dan kelas S3 setelah dilakukan usaha perbaikan. Perbaikan yang dilakukan akan meningkatkan luas kelas S2 dan S3. sedangkan luas N1 akan berkurang. Usaha perbaikan yang dilakukan pada kelas S3 akan meningkatkan luasan kelas S2 sebanyak 105,2 hektar, sedangkan usaha perbaikan yang dilakukan pada kelas N1 akan meningkatkan luasan kelas S3 sebanyak 487,4 hektar. 2. Usahatani kentang yang dilakukan oleh petani di daerah Pacet Cianjur layak dilakukan karena memiliki nilai NPV yang positif, IRR lebih dari suku bunga yang berlaku, dan nilai BCR lebih dari satu. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kentang di Kecamatan Pacet adalah pajak lahan, angkut panen, pupuk kandang, TSP, dan benih kentang.
1:43 PM
6.2. Saran Berdasarkan hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan dan didukung dengan hasil analisis finansia l yang dilakukan, maka saran yang dapat dianjurkan adalah: 1.
Untuk meningkatkan produktivitas kentang di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dilakukan usaha perbaikan lahan dengan cara pengapuran dan pembuatan saluran drainase serta perbaikan teknologi budidaya melalui penambahan pupuk kandang dan juga pemberantasan hama penyakit. Meskipun demikian, penambahan unsur hara yang lain perlu dilakukan dalam jumlah yang seimbang agar produksi dapat ditingkatkan.
2.
Nilai NPV dari usahatani kentang yang dilakukan di Kecamatan Pacet dapat dinaikkan dengan cara meningkatkan jumlah penggunaan pupuk agar produksi kentang dapat meningkat sehingga pendapatan petani bertambah. Dengan demikian, kelayakan usahatani kentang di Kecamatan Pacet bertambah dengan nilai NPV yang sema kin besar.
3.
Penggunaan lahan yang memiliki kelas S2 dan S3 dalam usahatani kentang dianjurkan untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan petani untuk perbaikan lahan sehingga pendapatan yang diterima petani menjadi lebih besar.
1:43 PM
DAFTAR PUSTAKA
[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 1999. Peta Rupabumi Cugenang [Peta Topografi]. Skala 1:50000. Cianjur. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 1999. Peta Rupabumi Cipanas [Peta Topografi]. Skala 1:50000. Cianjur. Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Goegrafis Menggunakan Arc View GIS. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Darma, S. D. 2005. Analisis Spasial Pola Penggunaan Lahan Dan Sebaran Fasilitas Fisik (Studi KasusWilayah Inti Kawasan Agropolitan Cianjur). Skripsi S1. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ermyanyla, M. 2001. Analisis Keterkaitan Antara Kesesuaian Lahan dengan Kelayakan Finansial. Skripsi S1. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bulletin No. 32. FAO. Rome Italy. p. 1-72. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerbit: Universitas Indonesia. Jakarta. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indrawati, R. W. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penentuan Tipe Penggunaan Lahan Terdegradasi atau Berpotensi Terdegradasi. Skripsi S1. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Deptan. 2006. Makalah Seminar Revitalisasi Pertanian. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Purwaningsih, T. 2002. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Pada Empat Jenis Tanah di Kawasan Hulu DAS Citarum III Jawa Barat. Skripsi S1. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1978. Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Aliran Sungai Citarum III Padalarang Jawa Barat. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
1:43 PM
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1978. Lembar Peta Tanah Semidetil Daerah Aliran Sungai Citarum III Padalarang Jawa Barat Skala 1:50.000. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Setiadi, S. F. Nurulhuda. 1998. Kentang: varietas dan pembudidayaan. Penebar Swadaya. Jakarta. Sidik, P. 2002. Evaluasi Kesesuaian Lahan Fisik dan Analisis Kelayakan Finansial Empat Pola Tanam Sayuran Pada Satuan Peta Tanah Andosol, Regosol dan Mediteran. Skripsi S1. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sitorus, S. R. P. 1989. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit: Tarsito. Bandung. Sitorus, S. R. P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Supriyadi, H. 2000. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi Lahan di DAS Cimanuk Hulu. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tan, K. H. 1998. Andosol. Program Studi Ilmu Tanah Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.
1:43 PM
Tabel Lampiran 1. Kondisi fisiografi setia p SPT di Kecamatan Pacet. No.SPT 3
4
5
7
11
14
22
23
24
28
31
31
33 35
Uraian Aluvial eutrik, tekstur lapisan atas liat, berdebu, lapisan bawah liat, epipedon ochric, drainase sangat terhambat, bentuk wilayah datar. Regosol distrik, tekstur lapisan atas lempung pasir berkerikil, lapisan bawah lempung pasir kerikil, epipedon ochric, drainase agak cepat, bentuk wilayah berbukit sampai be rgunung. Regosol eutrik, tekstur lapisan atas lempung pasir berkerikil, lapisan bawah lempung pasir berkerikil, epipedon ochric, drainase agak cepat, bentuk wilayah berombak sampai bergelombang. Kambisol distrik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat, epipedon ochric, drainase sangat terhambat, bentuk wilayah agak datar. Kambisol distrik, tekstur lapisan atas dan lapisan bawah liat berat, terdapat konkresi Mn pada kedalaman 70 cm, epipedon ochric, drainase terhambat dengan wilayah bergelombang sampai berbukit dengan lereng agak curam. Andosol distrik, tekstur lapisan atas dan bawah lempung berdebu, epipedon ochric, drainase agak cepat, bentuk wilayah berbukit sampai bergunung. Latosol kambik distrik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat, epipedon ochric, drainase cepat dengan bentuk wilayah berbukit Latosol kambik distrik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat berat, epipedon ochric, drainase cepat dengan bentuk wilayah berbukit. Latosol kambik distrik, tekstur lapisan atas liat berdebu, lapisan bawah liat berdebu, epipedon ochric, drainase cepat dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Mediteran argilik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat berat, epipedon ochric, drainase agak terhambat, terdapat karatan Mn pada kedalaman 20 cm dengan bentuk wilayah datar. Mediteran kambik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat, epipedon ochric, drainase sangat terhambat, terdapat karatan Mn pada kedalaman 20 cm dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Mediteran kambik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat, epipedon ochric, drainase sangat terhambat, terdapat karatan Mn pada kedalaman 20 cm dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Podsolik argilik, tekstur lapisan atas liat, lapisan bawah liat berat, epipedon ochric, drainase jelek dengan bentuk wilayah berbukit. Podsolik argilik, tekstur lapisan atas lempung, lapisan bawah liat berlempung, epipedon ochric, drainase baik dengan bentuk wilayah bergelombang.
Fisiografi
Bahan Induk
Sistem teras
Endapan liat
Volkan
Tufa intermedier
Volkan
Tufa intermedier
Volkan
Tufa intermedier
Teras cekungan
Batuan intermedier
Volkan
Tufa intermedier
Sistem perbukitan
Batuan intermedier
Sistem perbukitan
Batuan intermedier
Sistem perbukitan
Batuan intermedier
Sistem dataran
Tufa intermedier
Sistem perbukitan
Batuan intermedier
Sistem perbukitan
Batuan intermedier
Volkan
Tufa intermedier
1:43 PM
Tabel Lampiran 2. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kentang (LREP II, 1994). Kualitas/karakteristik lahan Temperatur rata-rata tahunan Ketersediaan air bulan kering curah hujan/tahun LGP Media perakaran Drainase tanah
S2
t ( oC)
16-18
>18-20 14-<16
>20-23 12-<14
Td
>23 <12
(w) <75mm
3-7
>8-9
Td
>9
(mm)
750-3000
400-<500
Td
<400
(hari)
150-270
7-8 <3 >3000 500-<750 120-170
90-120
80-90
<80
Baik
Sedang
Terhambat
L, SCL, SiL, Si, CL
LS, SL, SC, SiCL
Agak terhambat, Agak cepat SiC, Str C, C
>75
50-75
30-<50
Sangat terhambat, Sangat cepat Kerikil, Pasir, liat masif <30
Saprik
Hemik
<100
100-150
Rendah
>0.8
>6.5-7.0 5.0-<5.5 >0.8
Sangat rendah >7.0-7.5 4.5 -<5.0 Td
<2
1-2
>100
(cm)
Terrain/potensi mekanisasi Lereng Batuanpermukaan Singkapan batuan Tingkat bahaya erosi Bahaya banjir
Hemik Fibrik >150-200
Fibrik
Td
-
>7.5-8.0 4.0-<4.5 Td
>8.0 <4.0 Td
>3.5-6
>6-7
>7
75-100
50-<75
40-<50
>40
SangatRendah Rendah SangatRendah -
Sangat rendah
-
Berkerikil, berbatu
3-8 3-15 2-10 R F1
>8-15 >15-40 >10-25 S F2
>15-25 Td >25-40 B F3
>25 >40 >40 SB F4
-
>200
(f) Sedang 5.5-6.5
pH tanah C-organik Kegaraman Salinitas Toksisitas Kejenuhan Al Kedalamansulfidik Hara tersedia Total N P2O5 K2O Kemudahan pengolahan
Td
(cm)
b. ketebalan Retensi hara KTK tanah
N2
(r)
Tekstur
Kedalamanefektif Gambut a. Kematangan
Kelas kesesuaian lahan S3 N1
S1
(%) (c) mmhos/cm (x) (%) (cm) (n)
(p)
Rendah Sedang Rendah -
Sangat keras, sangat teguh, sangat lekat
(s/m) (%) (%) (%) (e) (b)
<3 <3 <2 SR F0
Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001)
1:43 PM
Keterangan: Td : tidak berlaku Si : debu S : pasir L : lempung StrC : liat berstruktur Liat masif: liat dari tipe 2:1(vertisols) Kedalaman tanah untuk penentuan tekstur, KTK C-organik, Al, N, P2O5, K2 O, disesuaikan dengan zone perakaran tanaman yang dievaluasi.
Tabel Lampiran 3. Data curah hujan tahun 1991-2001 bulan januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember jumlah rata-rata
curah hujan (mm/bulan) 12,97 10,70 12,84 12,30 6,54 4,45 3,41 4,01 4,20 8,45 14,66 9,65 104,16 8,68
jumlah curah hujan (mm/tahun) 401,96 299,55 398,07 368,97 202,80 133,53 105,63 124,22 125,86 261,89 439.83 299,00 3161,30 263,44
Tabel Lampiran 4. Aliran kas dana usahatani kenta ng di Kecamatan Pacet Komponen Input-Output Produksi kentang Penerimaan
Penerimaan tidak langsung
Penyusutan Cangkul Penyusutan Kored Penyusutan Sprayer Benih
Pupuk
Biaya Variabel
Urea TSP KCl ZA NPK Pupuk kandang
Biaya angkut Pestisida
Pengeluaran Tenaga Kerja
Pengolahan Penanaman Pemupukan PHT Panen
Sewa Lahan Pajak Lahan Pembelian
Cangkul Kored
Sprayer Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Penerimaan Total Pengeluaran (Biaya) Surplus Usaha
IRR = 1,6% Tingkat bunga = 1,5% NPV = Rp 48.358 BCR = 1,1
0
1
0 0 0 0 6559375 32679 255759 151170 265387 230357 1188095 0 912868 1060560 305851 155274 424345 0 553571 1708036 284048 27857 2461310 11541719 5034821 0 16576541 -16576541
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1217157 0 0 0 565794 0 0 0 0 0 0 1782951 0 0 1782951 -1782951
Rataan Nilai Rp/ha Input-Output Bulan Ke2 3 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 608579 0 0 0 282897 0 0 0 0 0 0 891476 0 0 891476 -891476
20880952 56810 5571 123065 0 0 0 0 0 0 0 416429 0 0 0 0 523226 0 0 0 0 0 939655 0 21066399 939655 20126744
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6
7
8
9
10
11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 20880952 56810 5571 123065 6559375 32679 255759 151170 265387 230357 1188095 416429 2738604 1060560 305851 155274 1273036 523226 553571 1708036 284048 27857 2461310 15155801 5034821 21066399 20190622 875777
Tabel Lampiran 5. Aliran kas dana usahatani kentang di Kec. Lembang Komponen Input-Output Produksi kentang Penerimaan
Penerimaan Tidak Langsung
Biaya Variabel
Pengeluaran
Biaya Tetap
Penyusutan Cangkul Penyusutan Kored Penyusutan Pompa air Penyusutan Sprayer Benih Urea TSP KCl Pupuk ZA NPK Pupuk kandang Biaya angkut Pestisida Pengolahan Penanaman Pemupukan Tenaga Kerja PHT penyiraman Panen Sewa Lahan Pajak Lahan Cangkul Kored Pembelian Pompa air Sprayer Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Penerimaan Total Pengeluaran (Biaya) Surplus Usaha
Tingkat bunga = 1,5% IRR = 8%
0 0 0 0 0 0 7679014.378 71336.40553 597238.4366 425019.3841 434641.2926 105126.7281 4574198.323 0 0 1568120 203142 159037 123689 26582 0 1674916 173157 263881 145011 1249835 1810659 15967145 5317459 0 21284604 -21284604
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1482980.32 0 0 0 123689 53164 0 0 0 0 0 0 0 1659834 0 0 1659834 -1659834
Rataan Nilai Rp/ha Input-Output Bulan Ke2 3 4 5 6 0 30324501 0 0 0 0 15194 0 0 0 0 7871 0 0 0 0 566129 0 0 0 0 463202 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 796961 0 0 0 1482980.32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 123689 0 0 0 0 53164 0 0 0 0 0 350558 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1659834 1147519 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31376896 0 0 0 1659834 1147519 0 0 0 -1659834 30229377 0 0 0
BCR = 1,23% NPV = Rp 4.313.125
Jumlah 7
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30324501 15194 7871 566129 463202 7679014 71336 597238 425019 434641 105127 4574198 796961 2965961 1568120 203142 159037 371066 132911 350558 1674916 173157 263881 145011 1249835 1810659 20434331 5317459 31376896 25751790 5625106
Tabel Lampiran 6. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kentang di Kec. Pacet
No.SPT
3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
JNS_TANAH Aluvial Eutrik Aluvial Eutrik Aluvial Eutrik Aluvial Eutrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik
TEKSTUR
DRAINASE
C ORGANIK
S2
S3
N2
S1
S3
S1
S2
S3
N2
S1
S2
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
N2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
SOLUM
NTOT
P2O5
K2O
S2
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S2
S1
S2
PH
SUHU
GEOLOGI
Qyg Qyg Qot Qyg Qyg Qot Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qot Qyg Qot Qyg Qyg Qyg
CH
Kelas kesesuaian Lahan Aktual
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
LUAS (Ha)
Ket erangan
1.063
Cibodas
29.694
Sukanagalih
13.166
Cibodas
30.767
Cibodas
13.173
Cipendawa
0.056
Cibodas
0.000
Cibodas
9.910
Ciherang
94.368
Ciherang
9.045
Ciherang
16.449
Ciherang
0.001
Ciherang
27.902
Ciherang
0.016
Cipendawa
0.075
Cipendawa
105.341
Cipendawa
2.391
Cipendawa
351.281
Cipendawa
0.010
Cipendawa
0.242
Cipendawa
0.427
Cipendawa
0.080
Cipendawa
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 7 7 7 7 7 11 11 11 11 11
Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Distrik Regosol Eutrik Regosol Eutrik Regosol Eutrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S3
N2
S1
S2
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S2
Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qot Qyg Qyg Qyg Qyg Qot Qyg Qot Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qot Qyg Qyg Qyg Qyg
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S2
S2
S2
S2
S3
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
15.964
Ciputri
22.768
Ciputri
301.512
Ciputri
0.092
Ciputri
2.407
Ciputri
1.869
Gadog
1.885
Gadog
82.433
Sukatani
0.018
Sukatani
280.533
Sukatani
15.524
Cipendawa
12.926
Cipendawa
0.013
Gadog
12.707
Cipendawa
49.993
Gadog
20.099
Gadog
0.409
Ciherang
16.200
Ciherang
14.869
Ciputri
61.617
Ciputri
0.206
Ciputri
66.644
Cibodas
98.329
Cibodas
12.279
Cibodas
0.153
Cibodas
0.709
Cipendawa
11 11 11 11 11 11 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Kambisol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N2
Qot Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
N2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
Qyg S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N2
Qyg Qyg S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg
0.342
Gadog
57.795
Gadog
22.853
Gadog
0.165
Sukanagalih
65.525
Sukanagalih
15.418
Sukanagalih
67.081
Ciherang
31.367
Cipendawa
1.046
Cipendawa
27.035
Ciputri
44.134
Ciherang
3.205
Ciherang
6.439
Ciherang
0.011
Ciherang
52.447
Ciherang
70.919
Ciherang
39.702
Cipendawa
40.343
Cipendawa
43.981
Cipendawa
0.039
Cipendawa
7.447
Cipendawa
1.557
Cipendawa
78.363
Ciputri
90.965
Ciputri
0.063
Ciputri
21.008
Ciputri
14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 22
22
22 22
23
23 23
23
23 23
Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Andosol Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
Qyg S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
Qyg Qyg S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S3
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
-
S3
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
-
S3
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
-
S3
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S2
Qyg Qyg Qot
Qyg
Qot Qyg
Qyg
Qot Qyg
Qot
Qyg Qot
0.314
Ciputri
2.870
Ciputri
0.000
Sukatani
14.688
Sukatani
0.375
Sukatani
0.914
Sukatani
0.183
Ciherang
22.216
Ciherang
0.711
Ciherang
49.216
Cipendawa
18.478
Ciputri
21.986
Ciputri
1.506
Cibodas
18.909
Cibodas
4.904
Cipendawa
3.401
Cipendawa
8.572
Cibodas
13.727
Cibodas
0.279
Cibodas
63.978
Cibodas
18.920
Cibodas
32.693
Cibodas
23
23
23
23
23
23 23
24
24
24 24
24
24 24
24
24 28
Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Latosol Kambik Distrik Mediteran Argilik
Qot S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S2
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S3
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S2
S1
S1
S1
-
S2
S3
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
Qyg
Qot
Qot
Qyg
Qot Qyg
Qot
Qyg
Qot Qyg
Qot
Qot Qot
Qot
Qyg Qyg
35.996
Gadog
12.785
Gadog
0.062
Gadog
0.516
Gadog
0.348
Gadog
7.716
Gadog
2.731
Gadog
35.038
Ciherang
15.286
Ciherang
59.132
Ciputri
14.452
Ciputri
0.185
Ciputri
39.558
Ciputri
2.689
Ciputri
12.325
Ciputri
0.149
Ciputri
0.202
Ciherang
28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Argilik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik Mediteran Kambik
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S2
Qyg Qyg Qyg Qot Qyg Qyg Qot Qyg Qot Qot Qyg Qyg Qyg Qyg Qyg Qot Qot Qyg Qot Qyg Qot Qyg Qyg Qot Qot Qyg
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
S3
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
0.033
Ciherang
0.001
Ciherang
0.004
Ciherang
12.646
Ciherang
105.713
Ciherang
39.174
Cipendawa
29.855
Ciputri
64.300
Ciputri
0.280
Ciputri
26.174
Ciputri
0.257
Ciputri
1.367
Ciputri
0.756
Ciputri
0.514
Ciputri
0.339
Ciputri
0.356
Cibodas
6.587
Cibodas
1.987
Cibodas
3.519
Cibodas
1.005
Cibodas
5.116
Cipendawa
1.708
Cipendawa
0.018
Cipendawa
0.649
Cipendawa
0.008
Cipendawa
0.007
Cipendawa
31 31 33 35 35 35 35 35 35
Mediteran Kambik Mediteran Kambik Pedsolik Argilik Podsolik Argilik Podsolik Argilik Podsolik Argilik Podsolik Argilik Pedsolik Argilik Pedsolik Argilik
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S3
S3
N1
S1
S2
S1
S1
S2
S1
S3
S3
S3
S1
S2
S1
S1
S1
S1
N1
S3
S3
S1
S2
S1
S1
S1
S1
N1
S3
S3
S1
S2
S1
S1
S1
S1
N1
S3
S3
S1
S2
S1
S1
S1
S1
N1
S3
S3
S1
S2
S1
S1
S1
S1
N1
S3
S3
S1
S2
S1
S1
S1
S1
N1
S3
S3
S1
S2
Sumber: Hasil analisis
Qot Qot Qot Qot Qyg Qot Qyg Qyg Qyg
S2
N1
S2
N1
S2
S3
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
S2
N1
0.118
Gadog
0.115
Gadog
2.919
Ciputri
1.339
Ciherang
35.680
Ciherang
0.083
Cipendawa
15.474
Cipendawa
38.981
Ciherang
34.469
Cipendawa