Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya
Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Energi Arus Laut di Selat Madura JAM 12, 3 Diterima, Juni 2014 Direvisi, Juli 2014 September 2014 Disetujui, September 2014
Adil Mahfudz Firdaus Tridoyo Kusumastanto Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, Institut Pertanian Bogor I Wayan Nurjaya Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Abstract: The increase number of the user of oil and gas energy will lead to depletion of fossil energy resources, therefore it is important to develop renewable energy sources. Ocean currents energy is one of renewable energy sources which can be developed to fulfill problems of the highly request of energy. The economic of ocean currents study has not been known clearly in the aspect of price and feasibility. Therefore, this research aims to analyze the potential of ocean currents energy development as a power plant in Madura Strait, East Java Province. The analysis methods that were used in this study were oceanographic, technical and benefit cost. Based on the research, Madura Strait has sufficient resource potential to produce energy. Benefit cost analysis shows that ocean currents energy power plant development is financially feasible to be developed for 2 units or more. Keywords: ocean currents energy, ocean currents power plant, feasibility financial, madura strait Abstrak: Pemakaian energi minyak bumi dan gas alam yang meningkat mengarah pada pengurasan sumber energi fosil, maka penting untuk mengembangkan sumber energi terbarukan. Energi arus laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dibangun untuk memenuhi masalah permintaan energi yang tinggi. Kajian keekonomian pengembangan energi arus laut belum diketahui secara jelas berdasarkan kajian harga maupun kelayakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan energi arus laut sebagai pembangkit listrik di Selat Madura, Provinsi Jawa Timur. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis oseanografi, teknis, dan kelayakan finansial. Berdasarkan hasil penelitian, Selat Madura memiliki potensi untuk menghasilkan energi. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukan pengembangan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) secara finansial layak untuk dikembangkan terhadap 2 unit atau lebih. Kata Kunci: energi arus laut, PLTAL, kelayakan finansial, selat Madura Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 12 No 3, 2014 Terindeks dalam Google Scholar
Alamat Korespondensi: Adil Mahfudz Firdaus, Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, IPB Jl. Kamper Wing 10 Level 4 Bogor E-mail: am.
[email protected]
512
Kebutuhan sumber energi baru untuk mencukupi kebutuhan energi tidak dapat terhindarkan. Kenaikkan jumlah konsumsi energi nasional maupun dunia mendorong beralihnya pemakaian energi fosil
(tidak terbarukan) menjadi energi terbarukan. Menurut Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE - Kementerian ESDM) (2012), dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7 persen per tahun, sementara pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6 persen per tahun. Hal ini pun
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME512 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Energi Arus Laut
mendorong pemerintah untuk mengembangkan sumber energi laut sebagai pembangkit listrik dengan perencanaan percontohan menggunakan energi arus laut yang berkapasitas 3 MW pada tahun 2014 (Dirjen EBTKE - Kementerian ESDM 2014). Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang memiliki luas laut berkisar 5,8 juta km2. Hal ini adalah potensi dalam pengembangan energi yang bersumber dari laut, potensi energi arus laut di Indonesia adalah sebesar 6000 MW (Luhur 2013). Potensi energi arus laut ini sudah selayaknya dikembangkan. Program pengembangan energi terbarukan telah menjadi tujuan pemerintah yaitu terkait dengan diversifikasi dan konservasi energi. Jumlah penduduk yang semakin meningkat dan berkembangkan industri diduga menjadi faktor pendorong meningkatnya konsumsi energi nasional. Peningkatan jumlah konsumsi energi tentu akan berdampak pada cadangan energi, semakin tinggi konsumsi energi maka semakin besar pengurasan cadangan energi. Kajian mengenai energi terbarukan seperti energi arus laut sangat diperlukan sebagai dasar pengembangan energi terbarukan. Kajian mengenai teknis teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) dengan kondisi lingkungan pun perlu dilakukan agar teknologi PLTAL efisien secara teknis maupun finansial. Potensi arus perairan Selat Madura perlu menjadi pertimbangan, mengingat konsumsi listrik Jembatan Suramadu yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan listrik penerangan dan konsumsi listrik lainnya. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai potensi energi arus laut di Selat Madura. Berdasarkan uraian penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi energi arus laut sebagai pembangkit listrik di Selat Madura, Provinsi Jawa Timur.
METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus yang dilakukan pada pengembangan energi arus laut di Selat Madura, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukolilo Barat dan Jembatan Suramadu, Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan energi listrik masyarakat pesisir dan Jembatan Suramadu.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner hasil wawancara dengan responden. Data sekunder meliputi data teknologi PLTAL, karakteristik daerah penelitian, dan data pendukung lain dari instansi terkait. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive berdasarkan kriteria penelitian.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kondisi oseanografi, teknis PLTAL, dan analisis biaya manfaat finansial. Analisis kondisi oseanografi bertujuan untuk menggambarkan kondisi lingkungan terhadap pengembangan energi arus laut. Data yang dibutuhkan berupa data sekunder dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPH-BPPT), serta Dinas Hidrografi dan Oseanografi Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut (Dishidros-TNI AL). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Miscrosoft Office Excel dan WR Plot. Analisis teknis dilakukan untuk mengetahui daya listrik yang dihasilkan dari konversi energi arus laut. Menurut Fraenkel (1999) dalam Yuningsih (2008), persamaan daya listrik yang dihasilkan dari konversi energi arus laut adalah sebagai berikut: 3 P 1 AV 2
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
(1)
ISSN: 1693-5241
513
Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya
Keterangan: P = Daya yang dihasilkan (watt) A = Luas penampang turbin ñ = Massa jenis air (1025 kg/m3) ç = Efisiensi generator (%) V = Kecepatan arus (m/s) Analisis teknis juga dilakukan untuk mengetahui penyesuaian harga listrik berdasarkan teknologi dan biaya investasi. Penentuan harga listrik yaitu dengan persamaan Luhur et al. (2013):
Penentuan nilai Break Even Point (BEP) juga dilakukan untuk mengetahui titik impas dari investasi PLTAL terhadap tarif dasar listrik yang ditetapkan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk menggambarkan pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubahubah seperti penurunan produksi listrik dan kenaikkan biaya pengeluaran. Asumsi yang digunakan antara lain penurunan produksi listrik sebesar 30%, karena kondisi lingkungan yang tidak menentu (kecepatan arus yang tidak stabil) atau mekanisme konversi energi listrik yang tidak
Jumlah Pembangkit = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x Waktu Operasi Faktor Kapasitas =
Capital Cost =
(2)
Produksi kWh Daya Terpasang x Waktu Produksi
Biaya Pembangunan Kapasitas Pembangkit CRF Jumlah Pembangkit Netto Tenaga Listrik
i (1 i ) n CRF = n 1 i (1 i )
(3) (4)
(5)
Keterangan: CRF : Capital Recovery Factor (desimal) i : Suku bunga (%) n : Umur pembangkit (tahun)
Harga Listrik per kWh = Capital Cost + Fixed Cost + O & M
(6)
Keterangan: Capital Cost (CC): Biaya modal (Rupiah/kWh) Jumlah waktu operasi diasumsikan 8.760 jam dalam satu tahun O&M: Operation and Maintenance Cost
Analisis biaya manfaat dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial investasi pembangkit energi listrik tenaga arus laut. Ada tiga kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidak layak suatu program untuk dijalankan atau diinvestasikan, yaitu net present value (NPV), net benefit-cost (net B/C), dan internal rate of return (IRR). Perhitungan penjualan listrik dalam analisis biaya manfaat menggunakan tarif dasar listrik berdasarkan tarif golongan kantor pemerintah dan penerangan jalan yaitu sebesar Rp. 997,00. Penentuan tarif dasar berdasarkan pertimbangan pengembangan PLTAL dilakukan oleh pemerintah dan masih dalam tahap uji coba teknologi. 514
beroperasi secara optimal; dan kenaikkan biaya (harga input) sebesar 20%, karena pengaruh kenaikkan harga bahan atau material suku cadang teknologi PLTAL.
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Angin di Kawasan Perairan Surabaya Madura Angin merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat perpindahan massa udara dari tempat yang memiliki tekanan tinggi menuju tempat yang memiliki tekanan lebih rendah hingga tercapai kesetimbangan.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Energi Arus Laut
Angin juga merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan. Selain itu, angin merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan arus di perairan laut terutama arus permukaan. Oleh karena itu, arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi arah dan kecepatan arus perairan. Hasil analisis potensi angin berupa diagram mawar (windrose) dan histogram distribusi frekuensi arah dan kecepatan Angin selama tahun 2008–2012 di Suramadu disajikan pada Gambar 2.
2012 (Gambar 2), dimana kecenderungan kecepatan angin di Suramadu yang tidak terlalu cepat. Potensi kecepatan angin merupakan salah satu dasar dalam penentuan potensi kecepatan arus perairan.
Potensi Pasang Surut di Kawasan Perairan Surabaya Madura Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan laut sebagai akibat dari gaya tarik benda-benda angkasa (bulan dan matahari) terhadap massa air di bumi. Pasang surut juga merupakan salah satu jenis energi laut yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan persamaan Formzahl, tipe pasang surut diperairan Selat Madura sekitar kawasan perairan Jembatan Suramadu adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda. Pola pasang surut perairan Selat Madura disajikan pada Gambar 3.
Gambar 2. Diagram dan Histogram Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin selama 5 Tahun (2008 – 2012) di Suramadu Sumber: Hasil analisis data (2013)
Arah angin dominan berdasarkan Gambar 2 menunjukkan angin berasal dari arah Tenggara dan persentase kecepatan angin dominan sebesar 42,2 persen pada kisaran frekuensi kecepatan 1 – 2 m/s. Adapun distribusi frekuensi kecepatan terbesar kedua pada kisaran 0 – 1 m/s yaitu sebesar 33,13 persen. Kecepatan angin yang tidak terlalu cepat diduga karena letak geografis kawasan yaitu berupa selat, sehingga angin terbentuk dan bergerak tidak secara ekstrim. Selat Madura berada diantara Pulau Madura pada bagian utara dan Pulau Jawa (Jawa Timur) pada bagian selatan. Hal tersebut menyebabkan pergerakan sebaran angin dominan bergerak dari arah Tenggara atau Timur dan Barat Selat Madura. Kecepatan dan arah angin pada dasarnya mempengaruhi kondisi perairan seperti terbentuknya gelombang perairan ataupun pergerakan massa air (arus perairan). Akan tetapi kecepatan dan arah angin pada daerah penelitian diduga tidak terlalu mempengaruhi kondisi perairan. Hal ini berdasarkan hasil analisis kecepatan dan arah angin selama tahun 2008–
Gambar 3. Prediksi Pasang Surut di Selat Madura Bulan April 2013 Sumber: Dishidros TNI – AL (2013)
Gambar 3 menunjukan pola pasang surut perairan Selat Madura selama bulan April tahun 2013 berdasarkan data Dinas Hidrografi dan Oseanografi Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut (Dishidros TNI – AL 2013). Pasang surut campuran condong ke harian ganda merupakan pasang surut yang terjadi ketika terdapat dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi dan periode yang berbeda dalam satu hari. Tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda terjadi disebagian besar perairan Indonesia bagian timur. Pola pasang surut mempengaruhi gerak perairan seperti arus laut, sehingga pasang surut merupakan salah satu faktor yang menentukan besaran energi arus.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
515
Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya
Potensi Arus Laut di Kawasan Perairan Surabaya Madura Arus adalah gerakan horizontal maupun vertikal massa air secara terus menerus sampai tercapai keseimbangan gaya-gaya yang bekerja. Faktor yang mempengaruhi antara lain gaya gravitasi, tekanan angin, seismik, dan gaya koriolis, serta gaya friksi. Kawasan Surabaya Madura (Suramadu) merupakan daerah dengan karakteristik selat yang terlindung dari paparan perairan laut secara langsung. Pengaruh karakteristik selat tersebut menyebabkan potensi pembangkitan arus diduga lebih didominasi oleh pasang surut, sehingga pola pasang surut menentukan pergerakan arus di perairan Suramadu. Selain arus pasang surut, pergerakan arus perairan Suramadu tentu dipengaruhi oleh faktorfaktor pembangkit arus lainnya seperti angin. Pola sebaran kecepatan arus (cm/s) berdasarkan komponen arus zonal (u) dan meridional (v) disajikan pada Gambar 4. Komponen arus u dan v yang disajikan merupakan sebaran data kecepatan arus (cm/s) selama 5 tahun di perairan Suramadu.
Suramadu. Pola sebaran arah dan kecepatan arus di perairan Suramadu disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram dan Histogram Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Arus selama 5 Tahun (2008 – 2012) di Suramadu Sumber: Hasil analisis data (2013)
Pola arus perairan (Gambar 5) bergerak domain ke arah Timur dan Barat. Pergerakan massa air pada dasarnya dipengaruhi oleh angin dan topografi. Perpindahan massa air Suramadu tersebut diduga dominan dipengaruhi oleh topografi. Kecepatan arus dominan sebesar 91,5% berada pada kisaran frekuensi kecepatan 0 – 7 cm/s. Kecepatan arus yang tidak terlalu cepat diduga karena pengaruh angin dan pasang surut yang bergerak tidak signifikan. Potensi kecepatan arus merupakan dasar dalam penentuan prediksi potensi daya listrik.
Teknis Pembangkit Energi Arus Laut
Gambar 4. Sebaran Komponen Arus u dan v selama 5 Tahun (2008 – 2012) di Suramadu Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Komponen arus u dan v merupakan komponen hasil konversi arah dan kecepatan arus, karena sifat data arus berupa resultan vektor. Komponen u menunjukkan Timur – Barat dan komponen v menunjukkan Utara – Selatan. Visualisasi komponen u dan v menggambarkan arus dominan selama tahun 2008 – 2012 mengarah ke arah Timur atau Timur Laut dan arah Barat atau Barat Daya. Arah arus yang bergerak menuju Timur atau Timur Laut dan Barat atau Barat Daya diduga karena kondisi geografis kawasan
516
Pengembangan PLTAL oleh BPPH-BPPT merupakan sebuah prototipe yang dioperasikan pada kawasan perairan Jembatan Suramadu. Kajian tersebut bertujuan untuk mengkaji kelayakan teknologi PLTAL secara teknis. Percobaan teknologi ini merupakan pemutakhiran PLTAL sebelumnya yaitu dengan kapasitas 2 kilowatt yang telah diujicobakan di Selat Flores, Kabupaten Larantuka, Nusa Tenggara Timur tahun 2010. Prototipe teknologi PLTAL yang diujicobakan di Selat Madura berkapasistas 10 kilowatt, dirancang dengan sistem terapung dipermukaan, dan ponton disisi kiri dan kanan untuk menopang kontruksi bangunan tempat turbin terpasang, serta kontruksi rangka disesuaikan secara teknis terhadap kondisi kawasan Jembatan Suramadu. Desain teknis pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) BPPH-BPPT disajikan pada Gambar 6.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Energi Arus Laut
Gambar 6. Desain Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut BPPH-BPPT
Mekanisme kerja PLTAL adalah mengubah energi gerak arus laut menjadi energi listrik melalui putaran turbin. Secara umum mekanisme kerja PLTAL adalah gerakan perairan (arus laut) memutar rotor turbin transmisi sistem mekanik generator listrik (alat pengarah dari arus AC ke DC) beban lampu dan penyimpan daya. Menurut Englander (2009), untuk membangun teknologi energi laut terdapat beberapa kriteria; Pertama, merancang desain yang kuat terhadap karakteristik laut; Kedua, merancang perangkat yang dapat diinstal dengan mudah dan murah, serta biaya pemeliharaan yang kecil; dan Ketiga, integrasi teknis dan sistem yang disesuaikan dengan lingkungan yang dinamis dan integrasi jaringan listrik yang mudah.
Potensi Daya Listrik Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Potensi arus laut kawasan Suramadu diduga dominan dibangkitkan oleh pasang surut perairan. Visualisasi plot data kecepatan arus insitu dan prediksi pasang surut selama pengambilan data insitu disajikan Gambar 7. Plot data dilakukan karena diduga arus dominan yang terbentuk dibangkitkan oleh pasang surut perairan.
Gambar 7. Visualisasi Data Kecepatan Arus dan Prediksi Pasang Surut Sumber: Hasil analisis data (2013)
Kecepatan arus maksimal selama pengukuran insitu adalah sebesar 1,3 m/s. Rata-rata kecepatan arus insitu sebesar 0,47 m/ s. Kecepatan arus akan mempengaruhi daya yang dihasilkan PLTAL. Data insitu merupakan daya listrik yang dihasilkan langsung oleh PLTAL selama 4 hari uji coba di Jembatan Suramadu. Potensi energi arus laut kawasan Suramadu juga dapat diduga dengan kondisi arus pada kawasan tersebut. Daya listrik yang dihasilkan PLTAL disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Rata-rata Daya Listrik PLTAL (insitu) di Perairan Suramadu Sumber: Hasil analisis data (2013)
Total daya listrik PLTAL adalah 2.888 watt (5 April); 2.933 watt (6 April); 1.780 watt (7 April); dan 3.863 watt (8 April), maka potensi daya listrik yang mampu disimpan selama 4 hari adalah sebesar 10.864 watt. Daya listrik yang dihasilkan PLTAL bergantung pada kecepatan arus dan kondisi alat, ketika kedua faktor tersebut berfungsi optimal maka daya yang dihasilkan pun akan optimal. Pengembangan pembangkit listrik tenaga arus laut juga membutuhkan prediksi potensi energi arus laut pada lokasi penempatan PLTAL, sehingga pendekatan tersebut dapat menggambarkan kelayakan potensi energi arus laut pada lokasi PLTAL. Potensi energi arus laut berdasarkan data arus permukaan selama periode 5 tahun disajikan pada Gambar 9. Potensi daya listrik terbesar berada pada bulan Januari dengan total daya sebesar 3.790 watt, sedangkan terendah pada bulan November sebesar 28 watt. Kecepatan arus rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 5,4 cm/s dan terendah terjadi pada bulan November sebesar 1,2 cm/s. Akan tetapi kecepatan arus tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 35 cm/s dan terendah pada bulan April sebesar 6,15 cm/s.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
517
Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya
Gambar 9. Potensi Daya Listrik selama 5 Tahun (2008– 2012) di Perairan Suramadu Sumber: Hasil analisis data (2013)
Prediksi daya listrik menjadi penting dalam pengembangan energi arus laut, sehingga perlu dilakukan pemetaan potensi energi. Pemetaan potensi energi dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan pemakaian energi listrik. Penyesuaian teknologi PLTAL pun dapat dilakukan berdasarkan prediksi potensi energi arus laut. Nilai keekonomian PLTAL juga menjadi pertimbangan penting dalam pembuatan PLTAL. Oleh karena itu, kajian keekonomian perlu dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang efisien secara teknis dan finansial.
Analisis Biaya Manfaat Finansial Analisis biaya manfaat finansial atau kelayakan investasi PLTAL dilakukan dengan menyusun skenario investasi dan beberapa asumsi dalam pembangunan PLTAL, serta menggunakan tingkat suku bunga 7,5%. Skenario investasi PLTAL yang dilakukan antara lain skenario 1 merupakan 1 unit PLTAL berkapasitas 10 kW; skenario 2 dengan 2 unit PLTAL berkapasitas 20 kW; dan skenario 3 dengan 3 unit PLTAL berkapasitas 30 kW, serta skenario 4 dengan unit PLTAL dengan kapasitas 3 MW (rencana pengembangan PLTAL Pemerintah tahun 2014). Total biaya investasi PLTAL pada skenario 1 sebesar
Rp587.810.000,00; skenario 2 sebesar Rp 994.020.000,00; dan skenario 3 sebesar Rp1.400.230.000,00, serta skenario 4 sebesar Rp119.532.300.000,00. Hasil analisis biaya manfaat finansial investasi PLTAL disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial diketahui pengembangan PLTAL layak secara finansial untuk dikembangkan pada skenario 2 dan 3, serta skenario 4. Skenario investasi 1 tidak layak untuk dikembangkan diduga karena daya yang dihasilkan 1 buah turbin tidak besar, sehingga tidak memberikan keuntungan finansial dalam perhitungan penjualan listrik. Oleh karena itu, dalam rangka efisiensi biaya investasi, maka teknologi PLTAL memerlukan modifikasi. Modifikasi teknologi PLTAL perlu dilakukan agar mampu menghasilkan teknologi dan daya listrik yang optimal. Hasil perhitungan secara teknis tarif dasar listrik PLTAL cenderung masih lebih tinggi dari tarif dasar listrik PT PLN yaitu sebesar Rp. 415,00 per kWh (tarif golongan rumah tangga) ataupun Rp 997,00 per kWh. Hasil perhitungan ini berdasarkan asumsi skenario kelayakan investasi kebutuhan pengembangan PLTAL. Berdasarkan data PT PLN, pemanfaatan teknologi PLTAL untuk memenuhi kebutuhan listrik Jembatan Suramadu sebesar 234.620 watt dan Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata beban puncak kebutuhan listrik tahun 2010–2013 sebesar 4.381,25 MW. Kebutuhan listrik yang besar tersebut belum mampu tercukupi dengan teknologi PLTAL saat ini. Akan tetapi kebutuhan listrik tersebut dapat tercukupi apabila teknologi PLTAL dibangun sebanyak 25 unit untuk Jembatan Suramadu dan 300 unit untuk kebutuhan listrik Provinsi Jawa Timur dengan asumsi 1 unit memproduksi 10 kWh listrik. Nilai titik impas (Break Even Point/BEP) juga perlu diketahui untuk memperkirakan pengembangan PLTAL. BEP investasi PLTAL disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Analisis Biaya Manfaat Finansial Pengembangan Teknologi Arus Laut Indikator Kelayakan NPV (Rp.) Net B/C IRR Tarif Listrik (Rupiah/kWh)
Skenario 1 (1 unit) (70.178.7 66,86) 0,88 <0 1.320,08
Skenario 2 (2 unit) 345.013.804,96 1,35 5% 1.254,05
Skenario 3 (3 unit) 798.149.031,51 1,57 8% 1.188,05
Sumber: Hasil analisis data (2014) 518
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Skenario 4 (3 MW) 156.618.998.680,08 2,31 16% 924,04
Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Energi Arus Laut
Tabel 2. Nilai Titik Impas Investasi PLTAL Indikator
Skenario 1
BEP (Unit) BEP (Rupiah/kWh)
Skenario 2
Skenario 3
Skenario 4
143
15
11
6
142.461
14.806
10.884
5.856
Sumber: Hasil analisis data (2014)
BEP merupakan keadaan pada titik impas yaitu tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 2), diperlukan investasi PLTAL sejumlah 143 unit (skenario 1), 15 unit (skenario 2), 11 unit (skenario 3) dan 6 unit (skenario 4), atau pemasukan listrik sebesar Rp. 142.461,00 per kWh (skenario 1), Rp. 14.806,00 per kWh (skenario 2), Rp. 10.884,00 per kWh (skenario 3) dan Rp. 5.856,00 per kWh untuk mendapatkan kondisi keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan. Oleh karena itu, agar investasi PLTAL memperoleh keuntungan maka investasi harus melebihi nilai BEP. Analisis sensitivitas investasi PLTAL dilakukan untuk menilai perubahan dari investasi berdasarkan analisis biaya manfaat finansial terhadap keadaan yang berubah-ubah atau ketidakpastian. Hasil analisis sensitivitas investasi PLTAL dengan asumsi penurunan jumlah produksi listrik sebesar 30% yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak menentu atau mekanisme konversi energi listrik yang tidak beroperasi (berfungsi) secara optimal disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis (Tabel 3), diketahui penurunan jumlah produksi listrik PLTAL sebesar
30% berdampak pada penurunan manfaat investasi (kerugian). Kerugian investasi tersebut terjadi pada skenario 2, 3, dan 4, walaupun skenario 4 tetap layak untuk dijalankan tetapi terjadi penurunan manfaat pada skenario tersebut. Penurunan manfaat ini diduga disebabkan oleh faktor daya listrik yang dihasilkan sensitif mempengaruhi pengembalian manfaat investasi. Faktor lain dalam analisis sensitivitas investasi PLTAL adalah kenaikkan biaya (harga input) bahan ataupun material teknologi PLTAL. Hasil analisis sensitivitas ter-hadap kenaikkan biaya tersebut disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis (Tabel 4), diketahui kenaikkan biaya sebesar 20% berdampak pada penurunan manfaat investasi (kerugian). Skenario pengembangan PLTAL mengalami penurunan manfaat investasi, walaupun masih layak untuk dikembangkan kecuali pada skenario 1. Penurunan manfaat ini diduga karena investasi yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan daya listrik yang dihasilkan PLTAL, sehingga keuntungan penjualan listrik belum mampu menutupi pengeluaran biaya investasi. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikkan biaya menunjukkan
Tabel 3. Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Produksi Listrik 30 persen Indikator Kelayakan NPV Net B/C IRR
Skenario 1 (1 unit) (368.495.035,92) 0,22 <0
Skenario 2 (2 unit) (251.618.733,14) 0,75 <0
Skenario 3 (3 unit) (96.799.775,64) 0,93 <0
Skenario 4 (3 MW) 35.469.635.035,85 1,30 5%
Sumber: Hasil analisis data (2014)
Tabel 4. Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikkan Biaya 20 persen Indikator Kelayakan NPV Net B/C IRR
Skenario 1 (1 unit) (581.408.301,99) 0,25 <0
Skenario 2 (2 unit) 146.209.804,96 1,12 2%
Skenario 3 (3 unit) 361.146.299,71 1,21 3%
Skenario 4 (3 MW) 128.279.544.605,72 1,89 12%
Sumber: Hasil analisis data (2014)
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
519
Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya
kedua faktor tersebut berpengaruh pada penurunan manfaat investasi. Akan tetapi investasi PLTAL pada skenario 4 masih layak untuk dikembangkan, karena nilai NPV, net B/C, dan IRR dalam kondisi normal maupun perubahan tetap bernilai positif. Penilaian sensitivitas kelayakan investasi PLTAL diduga sensitif terhadap perubahan produksi dan tidak sensitif terhadap peningkatan harga input. Oleh karena itu, investasi PLTAL layak untuk dikembangkan secara finansial berdasarkan skenario 4 atau pengembangan PLTAL dengan kapasitas 3 MW.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengembangan energi arus laut merupakan implementasi konsep blue economy pada sektor energi. BPPH - BPPT melakukan kajian PLTAL untuk memecahkan permasalahan energi. Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: Selat Madura memiliki potensi sumberdaya yang cukup untuk menghasilkan energi. Kecepatan arus maksimal selama pengukuran insitu adalah sebesar 1,3 m/s dengan rata-rata kecepatan arus insitu sebesar 0,47 m/s dan total daya listrik yang dihasilkan PLTAL sebesar 10.864 watt. Potensi sumber energi arus laut tersebut memungkinkan untuk dikembangkan, akan tetapi membutuhkan modifikasi teknologi PLTAL agar efisien secara teknis. Pengembangan energi arus laut pada kawasan perairan Suramadu belum dapat dikembangkan berdasarkan hasil analisis biaya manfaat finansial pada skenario 1, namun layak untuk dikembangkan pada skenario 2, 3, dan 4 dalam kondisi normal. Adapun dalam kondisi perubahan hanya skenario 4 yang layak dikembangkan. Pengembangan PLTAL dengan teknologi yang ada (kapasitas 10 kW) dapat dikembangkan minimal menggunakan 2 unit teknologi PLTAL.
Saran Perlu dilakukan penyesuaian teknologi PLTAL dengan potensi sumber energi di Suramadu. Penyesuaian
520
teknologi dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas PLTAL. Berdasarkan analisis biaya manfaat finansial juga menunjukkan semakin besar kapasitas PLTAL, maka investasi PLTAL menjadi lebih layak. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan aspek tata ruang penempatan PLTAL pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN Dinas, H., dan Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut [Dishidros TNI - AL]. 2013. Daftar Pasang Surut - Tide Tables - Tahun 2013. Jakarta: Dishidros TNI - AL. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [Ditjen EBTKE Kementerian ESDM]. 2012. Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia Cukup Untuk 100 Tahun. Tersedia pada: http://www.esdm. go.id/newsarchives/323-energi-baru-dan-terbarukan/6071potensi-energi-baru-terbarukan-indonesia-cukupuntuk-100-tahun-.pdf. Diakses 7 Februari 2013. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [Ditjen EBTKE Kementerian ESDM]. 2014. Pilot Percontohan, 3 MW Energi Arus Laut dan 10 MW Energi Panas Laut. Tersedia pada: http://www.ebtke. esdm.go.id/id/energi/energi-terbarukan/ arus-laut/ 1104-pilot-percontohan-3-mw -energi-arus-laut-dan10-mw-energi-panas-laut.pdf. Diakses 15 Maret 2014. Englander, D. 2009. The Ocean: The Next Frontier In Renewable Energy. Greentech Media. http://www. eflorida. com/intelligenceCenter/Reports/Clean_ Energy_ OE_WP.pdf. Diakses 24 November 2013. Luhur, E.S., Muhartono, R., Suryawati, S.H. 2013. Analisis Finansial Pengembangan Energi Laut di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 8(1):25–37. PT Perusahaan Listrik Negara [PT. PLN]. 2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) 2010 – 2019. Tersedia pada: http://www.pln. co.id/ dataweb/RUPTL/RUPTL%202010-2019.pdf. Diakses 11 Maret 2014. Yuningsih A. 2008. Potensi Energi Arus Laut Sebagai Pembangkit Energi Listrik Bagi Masyarakat Pesisir di Selat Badung, Nusa Penida, Bali. Research Report 2008. Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014