ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI DI KUD KARANGPLOSO Financial and Technical Feasibility Analysis of Pasteurization Milk Processing Unit Settlement in KUD Karangploso Sukma Nan Tegar1*, Retno Astuti 2 dan Arie Febrianto Mulyadi 2 1. Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang 65145. 2. Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya-Jalan Veteran Malang 65145. *Penulis Korespondensi : email
[email protected] ABSTRAK KUD Karangploso yang merupakan KUD susu sapi segar di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang berencana untuk mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi. Kelayakan pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi dilakukan dengan analisis kelayakan pada aspek teknis dan aspek finansial. Pada aspek teknis yang akan diteliti adalah kapasitas produksi, jenis teknologi mesin dan peralatan yang digunakan, bahan baku dan bahan pembantu, utilitas serta tenaga kerja. Metode yang digunakan untuk analisis finansial adalah NPV (Net Present Value), Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return), Rasio Manfaat – Biaya Bersih (Net Benefit-Cost Ratio) dan Pengembalian Investasi (Payback Period). Lokasi yang dipilih untuk mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi berada di Jalan Raya Ngijo No. 23 Desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Kapasitas produksi ditentukan 640 liter per hari. Teknologi, mesin dan peralatan produksi yang dipilih adalah teknologi, mesin dan peralatan yang telah di aplikasikan pada perusahaan sejenis yang telah ada lebih dulu. Bahan baku dan bahan pembantu dapat memenuhi kebutuhan produksi dari segi kualitas maupun kuantitas. Utilitas yang digunakan adalah listrik dan air. Kebutuhan utilitas dipenuhi dari jaringan listrik dan air yang tersedia di Kecamatan Karangploso. Tenaga kerja yang diserap adalah tenaga kerja dari Kecamatan Karangploso dan sekitarnya. Hasil analisis kelayakan dari aspek finansial juga menunjukkan bahwa pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi layak untuk dilakukan. Nilai kelayakan dari masing masing kriteria aspek finansial adalah sebagai berikut. NPV = Rp. 212.070.888. Net B/C = 1,21. IRR = 15,60% Nilai PP = 4,76 tahun. Kata Kunci : Analisis Kelayakan, Aspek Finansial, Aspek Teknis, Susu Pasteurisasi. ABSTRACT KUD Karangploso which is KUD of fresh cow's milk in the district of Malang Regency Karangploso planned to set up a processing unit pasteurized milk. The feasibility of pasteurized milk processing unit was performed using feasibility analysis on the technical aspects and financial aspects. On the technical aspects was carried on the production capacity, the type of technology machinery and equipment, the avaibility of raw materials and auxiliary materials, utilities and labor. The method used for financial analysis is the NPV (Net Present Value), Return on Investment (Internal Rate of Return), Ratio Benefit - Cost Net (Net Benefit-Cost Ratio) and Return on Investment (Payback Period). The chosen location to establish the pasteurization of milk processing units located on Highway Ngijo No. 23 Village Ngijo Karangploso District of Malang. Determined production capacity is 640 liters per day. Technology, machinery and production equipment chosen is the technology, machinery and equipment that has been applied in similar companies were exist. Raw materials and auxiliary materials can meet production needs in terms of quality and quantity. Utilities that use is electricity and water. Utility needs met from electricity and water networks are available in the District Karangploso. Labor is absorbed labor from the District Karangploso and surrounding areas. The results of the feasibility analysis of the financial aspects also indicate that establishment pasteurized milk processing unit feasible. The value of each criterion the feasibility of the financial aspects are as follows. NPV = Rp. 212 070 888. Net B / C = 1.21. IRR = 15.60% Value PP = 4.76 years. Keywords: Feasibility Analysis, Financial Aspects, Technical Aspects, Pasteurization Milk. 1
2
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat baik bagi kesehatan (Zubaidah,2012). Bagi manusia, susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat – zat makanan dengan proporsi seimbang, bernilai gizi tinggi, mudah dicerna dan mengandung semua unsur makanan yang dibutuhkan. Susu dapat mudah rusak dalam waktu yang singkat dikarenakan susu memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga bakteri pathogen maupun yang tidak dapat tumbuh dengan baik. Salah satu cara penanganan yang sering dilakukan adalah dengan pasteurisasi, yang hasil olahannya disebut susu pasteurisasi (Budiyono,2009). Kecamatan Karangploso merupakan daerah ideal untuk peternakan sapi perah karena memiliki suhu optimum yaitu 23oC – 29oC dan mempunyai kelembapan kira – kira 68,2%. Menurut Sugeng (2003), pemeliharaan sapi perah hendaknya pada suhu antara 27 – 29 o-C dan kelembapan udara antara 60 – 70%. Terdapat beberapa peternakan sapi perah yang berdiri di daerah Karangploso khususnya di desa Ngijo. Susu sapi dari peternak sebagian dikumpulkan di KUD setempat untuk dijual ke perusahaan industry susu seperti Nestle dan sebagian lagi dijual kepada tengkulak. Dengan didirikannya unit pengolahan susu pasteurisasi diharapkan dapat memberi nilai tambah ekonomis susu yang diproduksi disana. KUD Karangploso adalah satu – satunya koperasi unit desa yang memiliki unit usaha sapi perah. PT. Nestle Indonesia adalah perusahaan yang membeli susu dari para peternak KUD Karangploso dengan catatan kualitas yang diinginkan perusahaan. Untuk dapat menyerap produk susu sapi segar dari para peternak di Kecamatan Karangploso dan dapat terus berkembang maka diperlukan unit pengolahan susu agar KUD tidak hanya bergantung dari satu bentuk usaha saja. Kondisi tersebut diperlukan sebuah pemikiran untuk mendirikan sebuah unit pengolahan susu. Unit pengolahan susu yang dipilih adalah pasteurisasi karena memiliki mekanisme yang cukup sederhana. Pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi tidak serta merta dilakukan, perlu memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh dan investasi yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan KUD saat ini. Analisis kelayakan perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan bisnis dari aspek teknis dan finansial. Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kelayakan pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi dengan meninjau aspek teknis dan aspek finansial. Pada aspek teknis yang akan diteliti
adalah pemilihan lokasi, kapasitas produksi, jenis teknologi mesin dan peralatan yang digunakan, bahan baku dan bahan pembantu, utilitas serta tenaga kerja. Metode yang digunakan untuk analisis finansial adalah NPV (Net Present Value), Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return), Rasio Manfaat – Biaya Bersih (Net Benefit-Cost Ratio) dan Pengembalian Investasi (Payback Period). Metode tersebut dipilih karena hasil yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi finansial perusahaan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan usaha di masa yang akan datang. Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui kelayakan unit pengolahan susu pasteurisasi yang akan didirikan oleh KUD Karangploso dari aspek teknis dan finansial. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di KUD Karangploso Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang pada bulan Juni hingga September 2014. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Agroindustri jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Batasan Masalah Penentuan batasan masalah dilakukan agar pembahasan lebih fokus dan tidak melebar. Batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Aspek teknis yang dianalisa adalah pemilihan lokasi, penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi dan peralatan produksi, bahan baku dan bahan tambahan, utilitas dan tenaga kerja. 2. Analisa aspek finansial menggunakan metode Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). 3. Data yang dipergunakan adalah data milik KUD Karangploso. Prosedur Penelitian 1. Survey Pendahuluan dan Studi Literatur Survey pendahuluan dilakukan dengan pengamatan secara langsung di perusahaan untuk mengetahui kondisi secara umum perusahaan dan mengidentifikasi masalah yang ada di dalam perusahaan sehingga dapat diangkat menjadi tema maupun topik penelitian. Survey pendahuluan juga berguna untuk mengidentifikasi informasi yang berkaitan dengan aspek teknis dan finansial yang akan diteliti. 2. Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian Identifikasi permasalahan perusahaan dilakukan dengan melaksanakan survey pendahuluan melalui pengamatan secara langsung untuk mengetahui permasalahan yang ada dan mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut. Untuk mendirikan unit pengolahan susu
3
pasteurisasi KUD Karangploso memerlukan analisis kelayakan dari aspek teknis dan finansial. 3. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Penelitian Lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk mendapatkan data yang lebih tepat sesuai kebutuhan yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lapangan, sedangkan untuk data sekunder merupakan data yang telah diolah atau penulis mengutip dari data yang ada berdasarkan dokumentasi perusahaan. Dalam hal ini, data sekunder yang dibutuhkan adalah produksi susu sapi segar tahunan, harga peralatan dan mesin produksi susu pasteurisasi, data permintaan serta biaya-biaya terkait proses produksi dan data lain yang mendukung penelitian. b. Penelitian kepustakaan yaitu studi literatur yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yang mencakup proses pasteurisasi dan analisis kelayakan teknis dan finansial. 4. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian meliputi aspek teknis dan finansial yang terdiri dari Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif yang meliputi : 1. Pemilihan Lokasi Penentuan lokasi pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi didasarkan pada kondisi geografis, kedekatan pasar, pasokan bahan baku, kondisi jalan, ketersediaan sarana transportasi umum, ketersediaan utilitas dan tenaga kerja. Metode yang digunakan dalam pemilihan lokasi adalah metode pemeringkatan faktor. Faktor – faktor yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah : - Jarak lokasi dengan bahan baku - Jarak lokasi dengan pasar - Ketersediaan sarana transportasi - Biaya dan ketersediaan tenaga kerja - Biaya lokasi (tanah, perluasan bangunan dan infrastruktur jalan) 2. Kapasitas Produksi Penentuan kapasitas produksi dihitung berdasarkan permintaan potensial susu pasteurisasi. Kapasitas produksi dikatakan layak apabila unit yang akan didirikan mampu memenuhi permintaan potensial yang ada. Metode yang digunakan untuk menghitung permintaan adalah : - Metode konsumsi per kapita. - Metode indeks bulanan. Asumsi yang digunakan : - Permintaan susu pasteurisasi sebanyak 0,5% dari jumlah permintaan susu. - Kapasitas total 7,2% dari produksi susu sapi segar.
-
Konsumsi susu per kapita adalah 11,09 liter. Laju pertumbuhan penduduk adalah 0,79%. Penjualan meningkat sebesar 4,83% setiap tahun. 3. Penentuan Teknologi Mesin dan Peralatan Produksi Penentuan teknologi produksi didasarkan pada keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri – ciri yang medekati kondisi perusahaan saat ini dengan melakukan studi banding pada industri pengolahan susu pasteurisasi yang sudah ada. Jumlah, spesifikasi dan fungsi dari masing – masing mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Pemilihan mesin dan peralatan produksi didasarkan jumlah kapasitas produksi yang telah ditentukan. Mesin dan peralatan produksi dikatakan layak apabila mesin yang digunakan tepat, sesuai dan mampu untuk memenuhi kebutuhan kapasitas produksi yang diinginkan. 4. Bahan Baku dan Bahan Pembantu Data yang dianalisis yaitu ketersediaan bahan baku maupun bahan pembantu, kualitas dan asal bahan baku serta penanganan bahan baku, Dikatakan layak apabila jumlah bahan baku dan bahan pembantu dapat memenuhi kapasitas produksi yang telah ditentukan. 5. Utilitas Data yang dianalisis yaitu kebutuhan listrik dan air yang diperlukan dalam proses produksi termasuk biaya – biaya yang berhubungan dengan kebutuhan utilitas serta bahan bakar untuk keperluan transportasi. Kebutuhan listrik dihitung dari jumlah daya masing – masing peralatan produksi dan lama proses. Kebutuhan air dihitung berdasarkan volume air yang digunakan dalam proses pasteurisasi dan dalam proses pencucian alat pasca produksi. Jumlah air yang digunakan sesuai dengan jumlah yang telah diasumsikan. Dikatakan layak apabila kebutuhan utilitas dalam proses produksi tersedia dan dapat terpenuhi. Adapun asumsi yang digunakan adalah : - Tarif dasar listrik yang digunakan adalah tariff September 2014 yaitu Rp. 1.515,82,- per kWh - Tarif air yang digunakan adalah tarif air PDAM Kabupaten Malang yaitu sebesar Rp. 3.700,- per m3 - Masing – masing alat menghabiskan 38 liter (0.038 m3) untuk proses pencucian. 6. Tenaga kerja Data yang dianalisis mengenai jumlah tenaga kerja, gaji untuk tenaga kerja dan jam kerja perhari. Dikatakan layak apabila jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tersedia dan dapat memenuhi kualifikasi yang di tentukan. Asumsi yang digunakan : - Gaji pokok tenaga kerja disesuaikan dengan UMR Kabupaten Malang Rp. 1.962.000,- Gaji tenaga kerja tidak langsung ditanggung oleh unit sapi perah KUD Karangploso
4
Aspek Finansial Untuk mengetahui kelayakan dari aspek finansial, perlu diperhitungkan dengan menggunakan beberapa kriteria kelayakan berdasarkan beberapa metode perhitungan. Beberapa asumsi dasar yang akan digunakan dalam perhitungan yaitu : - Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 13,7% sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh Bank Indonesia tahun 2014 - Nilai Discount Rate yang digunakan adalah 8,37% sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh Bank Indonesia tahun 2014 - Sumber dana yang digunakan sebagai modal 70% berasal dari pinjaman bank dan 30% modal sendiri - Harga susu yang digunakan adalah harga pada saat pengambilan data yaitu Rp. 3.600,- (Juli, 2014) - Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus - Pajak Pendapatan sebesar 10% Metode yang digunakan untuk mengetahui kelayakan dari aspek finansial adalah sebagai berikut : a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih sekarang yang diperoleh selama umur proyek. Dengan demikian, NPV merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari manfaat (benefit) dari biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. Rumus matematis untuk mengetahui nilai NPV adalah sebagai berikut (Pujawan, 2004): 𝐵𝑡−𝐶𝑡 𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡………………... (1) Keterangan : Bt = Perkalian antara harga susu dengan jumlah susu yang dihasilkan pada tahun ke – t Ct = Biaya produksi susu pada tahun ke – t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional i = tingkat suku bunga yang ditetapkan. n = umur ekonomis investasi. Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu (Sutojo, 2006): 1) NPV > nol, berarti layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya. 2) NPV = nol, berarti secara finansial penggantian yang dilakukan akan mengembalikan nilai yang sama sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. 3) NPV < nol, berarti tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan mendatangkan kerugian. b. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV suatu investasi sama dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan internal
tahunan bagi perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen. Persamaan yang digunakan untuk menentukan IRR adalah sebagai berikut (Pujawan, 2004): 𝐼𝑅𝑅 = 𝑖 ′ + Keterangan :
𝑁𝑃𝑉 ′ 𝑁𝑃𝑉 ′ −𝑁𝑃𝑉"
(𝑖" − 𝑖′)….. (2)
(
i’ = discount rate yang menghasilkan NPV 2 positif i” = discount rate yang menghasilkan NPV ) negative NPV’ = nilai bersih sekarang yang bernilai positif NPV” = nilai bersih sekarang yang bernilai negative Kriteria kelayakan berdasarkan IRR yaitu (Sutojo, 2006): 1) IRR > tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi layak untuk dilaksanakan. 2) IRR = tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi yang dilakukan tidak menguntungkan dan tidak merugikan juga. 3) IRR < tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi yang dilakukan tidak layak untuk dilaksanakan. c. Net B/C Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang), dengan NPV yang bernilai negatif (sebagai penyebut). Untuk menghitung nilai Net B/C terlebih dahulu dihitung benefit bersih yang telah di-discount factor untuk setiap tahun t. Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah sebagai berikut (Pujawan, 2004): ( ∑𝑛
𝐵𝑡−𝐶𝑡
𝑡=1(1+𝑖)𝑡 𝑁𝑒𝑡 𝐵⁄𝐶 = 𝑛 𝐵𝑡−𝐶𝑡………….. 1 (3) ∑𝑡=1 𝑡 (1+𝑖)
𝐵𝑡−𝐶𝑡>0 𝐵𝑡−𝐶𝑡<0
)
(
…………………………. (4)
3
(
Keterangan: Bt = penerimaan usaha yang )4 diterima pada tahun ke-t. ) Ct = biaya usaha yang dikeluarkan pada tahun ke-t. i = tingkat suku bunga yang ditetapkan. n = umur ekonomis usaha. Kriteria kelayakan berdasarkan Net B/C, yaitu (Pujawan, 2004): 1) Net B/C > 1, maka investasi yang dilakukan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. 2) Net B/C = 1, maka investasi yang dilakukan tidak menguntungkan dan tidak merugikan. 3) Net B/C < 1, maka investasi yang dilakukan tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya mendatangkan kerugian. d. Payback Period (PP)
5
Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode Payback Period ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu usaha. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PP adalah (Pujawan, 2004): 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃 = 𝑋 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ……… (5) (𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡)
Kriteria penilaian berdasarkan PP, yaitu(Sutojo, 2006): PP ≤ maksimum payback period-nya, maka investasi layak dan dapat dilakukan. PP > maksimum payback period-nya, maka investasi tidak layak untuk dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Perusahan KUD Karangploso terletak di Desa Ngijo, tepatnya di jalan Raya Ngijo No.23 Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Wilayah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lawang, wilayah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dau, wilayah Timur berbatasan dengan Kecamatan Singosari, dan wilayah Barat berbatasan dengan Kota Batu. KUD Karangploso pertama kali terbentuk pada tahun 1973 yang pada saat itu masih dalam bentuk Badan Usaha Unit Desa yang disingkat dengan BUUD. Tanggal 18 Februari 1980 BUUD Karangploso diubah menjadi Koperasi Unit Desa (KUD) dengan badan hukum 4817 A/B/81 yang masih beranggotakan 1008 orang dan memiliki tiga unit usaha, yaitu unit penggilingan padi, unit pengadaan pangan dan unit sapi perah. Saat ini KUD Karangploso memiliki 6 unit usaha yaitu : 1. Unit sapi perah 2. Unit simpan pinjam 3. Unit pertanian 4. Unit jasa 5. Unit RMU (Rice Milling Unit) 6. Unit toko Secara geografis, KUD Karangploso terletak pada ketinggian sekitar 521 – 813 m di atas
permukaan laut dengan suhu antara 24 sampai 28oC. Kondisi tesebut cocok untuk pengembangan usaha peternakan sapi perah. Menurut Siregar (2005), tempat yang cocok untuk usaha sapi perah adalah tempat yang memiliki ketinggian 300 sampai dengan 500 m di atas permukaan laut karena pada ketinggian tersebut pada umumnya merupakan daerah berhawa dingin sehingga jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi perah dapat maksimal. Unit usaha sapi perah yang dimiliki oleh KUD Karangploso beranggotakan sebanyak 499 peternak yang dibagi menjadi 20 kelompok anggota yang tersebar di beberapa daerah di Karangploso. Terdapat enam pos penampungan susu milik KUD Karangploso yaitu Bocek, Supiturang, Tawangargo, KUD (pusat), Manggisari dan Ngenep. Aspek Teknis Pendirian Unit Pasteurisasi di KUD Karangploso Aspek teknis yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah pemilihan lokasi, penentuan kapasitas produksi, penentuan teknologi, mesin dan pelatan produksi, bahan baku dan bahan pembantu, tenaga kerja dan utilitas. Pemilihan Lokasi Lokasi yang dipilih untuk mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi di tentukan dengan mengunakan metode pemeringkatan faktor. Lokasi – lokasi yang dapat digunakan sebagai alternatif pilihan untuk mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi berada di desa – desa dalam wilayah kecamatan Karangploso yang terdapat fasilitas penampungan susu milik KUD Karangploso. Lokasi tersebut berada di desa Ngijo dan di desa Tawangargo. Tabel 1 menunjukkan hasil penilaian lokasi yang akan digunakan sebagai tempat mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi Lokasi yang dipilih untuk mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi adalah desa Ngijo kecamatan Karangploso. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki beberapa keunggulan yaitu : 1. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Pemeringkatan Faktor Faktor Jarak lokasi dengan bahan baku Jarak lokasi dengan pasar Ketersediaan sarana transportasi Biaya dan ketersediaan tenaga kerja Biaya lokasi Jumlah
Bobot 0,15 0,20 0,25 0,15 0,25 1,00
Nilai (Maksimal 100) Ngijo Tawangargo 70 75 80 70 80 75 85 85
Nilai Tertimbang (Bobot x Nilai) Ngijo Tawangargo 10,5 11,25 16 14 20 18,75 12,75 12,75
80
20 79,25
70
17,5 74,25
Sumber: Data diolah, 2015
6
2. 3. 4.
Kemudahan untuk menjangkau pasar. Ketersediaan jaringan listrik, air, dan telepon sehingga kebutuhan utilitas dapat dipenuhi. Tenaga kerja di lokasi tersebut banyak tersedia.
Penentuan Kapasitas Produksi Kapasitas adalah hasil produksi (output) maksimal dari sistem pada periode tertentu. Ukuran dari kapasitas merupakan jumlah maksimal unit yang dapat diproduksi pada jangka waktu tertentu. Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan permintaan di masa mendatang (Render, 2001). Kapasitas produksi ditentukan dari hasil peramalan permintaan susu sapi segar di Jawa Timur. Metode peramalan permintaan susu sapi segar di Jawa Timur yang digunakan adalah metode konsumsi per kapita. Seperti yang telah diasumsikan, permintaan susu pasteurisasi adalah 0,5% dari jumlah permintaan susu sapi segar. Untuk mengetahui pasokan bahan baku sampai pada tahun 2018 maka jumlah produksi susu sapi segar dihitung dengan menggunakan metode peramalan. Tabel 2 menunjukkan hasil permalan produksi susu sapi segar di KUD Karangploso. Data tersebut digunakan untuk menentukan kapasitas produksi berdasarkan bahan baku yang tersedia. Susu sapi segar yang di alokasikan untuk bahan baku adalah sebesar 7,2% dari jumlah produksi susu sapi segar
kapasitas tahunan tersebut dapat diketahui kapasitas harian unit pengolahan susu pasteurisasi yang akan didirikan dengan asumsi unit tersebut akan beroperasi 20 hari kerja dalam satu bulan yaitu 636,331 liter per hari. Proses produksi susu pasteurisasi dibagi kedalam 4 batch masing – masing 159,08 liter. Menyesuaikan dengan ketersediaan mesin dan peralatan, maka kapasitas produksi dibulatkan menjadi 160 liter per batch atau 640 liter per hari. Penentuan Teknologi, Mesin dan Peralatan Produksi Dalam penentuan teknologi, mesin, dan peralatan yang akan digunakan dalam proses produksi perlu mempertimbangkan bahwa teknologi yang akan diterapkan ke dalam proses produksi telah teruji atau telah diterapkan sebelumnya (Subagyo, 2007). Metode pasteurisasi yang dipilih adalah metode HTST (High Temperature Short Time). Di dalam satu rangkaian proses terdapat beberapa mesin produksi yang dibutuhkan yaitu mesin pendingin (plate cooler dan cabinet cooler), pasteurisator (Plate Heat Exchanger), cup sealer, cup filler, homogenizer dan mixing tank. Tahapan proses pengolahan susu pasteurisasi sebagai berikut: 1. Pendinginan Proses pendinginan adalah proses awal penanganan susu sapi segar agar lebih susu menjadi lebih awet. Susu sapi segar didinginkan dengan
Tabel 2 Rata – rata produksi susu sapi segar tahun 2012 - 2015 dalam satu tahun. Kapasitas produksi dihitung dari
media air dingin pada suhu 10C. Proses pendinginan Tahun
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
2012 (liter) 231.766 218.093 224.532 211.644 214.417 219.242 230.751 230.112 213.819 206.221 189.075 195.375 2.585.047
2013 (liter) 192.046 168.173 179.449 174.430 180.952 172.710 178.433 183.727 173.313 169.350 163.500 167.400 2.103.483
2014 (liter) 208.316 166.260 185.544 172.360 183.109 173.259 186.870 194.603 171.726 162.788 147.541 155.431
2015 (liter) 237.653 158.439 192.973 170.321 189.955 170.804 194.517 209.790 168.837 154.066 130.767 142.981
2.107.805
2.121.104
Sumber: Data diolah, 2015 jumlah produksi susu sapi segar pada tahun 2015 yaitu 2.121.104 liter karena tahun pertama produksi adalah pada tahun 2015 sehingga diketahui kapasitas tahunan dari unit pasteurisasi yang akan didirikan adalah 152.719,488 liter per tahun. Dari
ini akan menghasilkan susu sapi segar dingin dengan suhu 40C. Pendinginan susu sapi segar dilakukan dengan tujuan memperkecil tingkat kontaminasi dengan mikroba sehingga dapat meningkatkan daya simpan (Saleh, 2004).
7
2.
Penstabilan Suhu Proses penstabilan susu berguna untuk mempertahankan suhu pada susu yang telah didinginkan sebelum proses selanjutnya dilakukan (Saleh, 2004). Alat yang digunakan untuk penstabilan susu ini adalah Cabinet cooler. Susu sapi segar dingin yang digunakan sebagai bahan baku pasteurisasi diambil dari cooling unit yang ada di KUD Karangploso. 3. Pasteurisasi I Mesin pasteurisator yang akan digunakan berteknologi double jacket. Metode pemanasan yang digunakan untuk memanaskan fluida di dalam tabung adalah dengan menggunakan PHE (Plate Heat Exchanger). Mesin tersebut dipilih karena dapat menghemat biaya investasi, tempat dan waktu pengoperasian karena proses pemanasan dan pendinginan pasteurisasi dapat dilakukan dalam satu mesin. 4. Homogenisasi Homogenisasi adalah satu atau beberapa proses yang digunakan untuk menyeragamkan campuran atau zat itu sendiri. Homogenisasi dilakukan untuk membentuk suspense atau emulsi (Saleh, 2004). Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang disebut dengan Homogenizer. Proses homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan molekul di dalam susu. 5. Pasteurisasi II Proses pasteurisasi kedua ini dilakukan dengan menggunakan metode HTST (High Temperature Short Time). Pada proses pasteurisasi kedua ini menggukan suhu 70-80oC selama 15 detik. Proses ini bertujan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang dimungkinkan masih ada pada susu. Alat yang digunakan pada proes ini sama dengan alat yang dipergunakan dalam proses pasteurisasi yang pertama, yaitu PHE (Plate Heat Exchanger) dan pasteurizer. Mesin pasteurisator yang akan digunakan berteknologi double jacket. 6. Pendinginan Susu Pasteurisasi Proses setelah pasteurisasi II adalah pendinginan dari suhu ± 80oC menjadi 6oC. Pada proses pendinginan ini cara yang digunakan yaitu mengalirkan air susu pada plate cooler yang akan menurunkan suhu susu. Suhu susu harus didinginkan dengan cepat sesudah dipanaskan untuk mencegah timbulnya bakteri yang masih dapat hidup dalam susu yang sudah dipasteurisasi sehingga dapat memperpanjang usia simpan (Sofyan, 2012). 7. Pencampuran Pencampuran bahan tambahan ke dalam susu yang telah dipasteurisasi dilakukan pada mesin tersendiri yang disebut dengan mixing tank. Bahan yang ditambahkan adalah gula dan essence. Tujuan dari penambahan gula dan essence adalah selain sebagai variasi rasa juga dapat menambahkan usia simpan produk. 8. Pengemasan
Kemasan adalah suatu wadah yang dapat melindungi produk yang terdapat dalam kemasan dari kontaminasi yang dapat merusak kualitas produk (Yuyun, 2011). Setelah dilakukan proses pencampuran, susu pasteurisasi dituang pada cup yang ada pada alat cup sealer untuk dikemas. Pada proses pengemasan, mesin yang digunakan adalah mesin otomatis yang merupakan gabungan dari cup sealer dan cup filler. Mesin tersebut dipilih karena dapat menghemat tempat dan tenaga kerja. Proses pengisian (filling) ke dalam cup akan lebih akurat karena volume pengisian dapat diatur secara otomatis. Bahan Baku dan Bahan Pembantu Bahan baku yang akan digunakan adalah susu sapi segar dari peternak sapi perah di daerah Karangploso. Susu sapi di KUD Karangploso diperoleh dari peternak yang merupakan anggota KUD. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor utama dalam proses produksi. Menurut Sudono (2011), kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu, khususnya kadar lemak dari susu yang dihasilkan. Di daerah Karangploso masih terdapat peternak susu sapi yang bukan anggota KUD Karangploso. Susu sapi dari peternak non anggota memang memiliki kualitas yang tidak seragam dan banyak yang digolongkan ke dalam kualitas 3. Susu dari peternak non anggota ini yang akan digunakan sebagai bahan baku alternatif apabila bahan baku dari anggota tidak mencukupi. Bahan pembantu atau bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir serta perasa (essence) vanilla dan coklat. Harga gula pasir dalam jangka waktu lama cenderung tidak stabil. Selama kebutuhan masih dapat terpenuhi maka penggunaan gula pasir masih layak untuk dilakukan. Perbandingan antara gula dan susu sapi yang akan digunakan adalah 1:16, yaitu setiap 1 kg gula pasir ditambahkan kedalam 16 liter susu sapi segar. Jumlah essence yang ditambahkan dalam 1 batch produksi sebanyak 80 ml. Produk yang telah diproduksi dikemas dalam bentuk cup dengan volume 160 ml, sehingga dengan kapasitas 160 liter dapat dihasilkan sebanyak 1000 cup susu pasteurisasi. Utilitas Utilitas yang digunakan dalam proses produksi susu pasteurisasi adalah air dan listrik. Air dalam proses produksi susu pasteurisasi akan digunakan sebagai media penghantar panas dan dingin kepada bahan. Listrik digunakan untuk menjalankan semua mesin dalam proses produksi dan untuk penerangan.Konsumsi utilitas listrik dan air ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Kebutuhan Utilitas Dalam Sehari
8
Nama Mesin
Listrik (kWh) Pasteurisator 3,2 Homogenizer 0,92 Cabinet Cooler 0,608 Plate Cooler 1,1 Mixing Tank 1,2 Packing Machine 2,2 Cold Storage 1,12 Jumlah 10,148 Sumber: Data Diolah, 2015
Air (m3) 0,152 0,076 0,076 0,076 0,076 0,076 0,076 0,608
Ketersediaan jaringan komunikasi merupakan utilitas pendukung dalam proses produksi susu pasteurisasi. Penggunaan jaringan komunikasi memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap proses produksi maupun non produksi di unit pasteurisasi. Jaringan komunikasi tidak hanya dalam bentuk jaringan telepon saja melainkan jaringan seluler dan internet. Tenaga Kerja Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan proses produksi. Tenaga kerja tidak langsung memiliki tugas yang tidak berhubungan langsung pada proses produksi (Anwar, 2012). Tenaga kerja yang diperlukan dalam unit pengolahan susu pasteurisasi yang akan didirikan di KUD Karangploso diperkirakan berjumlah enam orang. Rincian pembagian tugas dan posisi yang tersedia adalah sebagai berikut : Tenaga Kerja Langsung a. Operator mesin produksi b. Teknisi mesin produksi Tenaga Kerja Tidak Langsung a. Kepala Unit Pasteurisasi b. Staf administrasi dan pemasaran Di daerah Karangploso terdapat banyak potensi tenaga kerja yang tersedia. Menurut data kependudukan Kecamatan Karangploso (2014), dari 79.441 penduduk Kecamatan Karangploso jumlah penduduk yang belum/tidak bekarja sebanyak 14.028 jiwa. Besaran upah yang akan diberikan kepada para tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung mengikuti dengan besaran UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Malang. Besaran UMR untuk Kabupaten Malang tahun 2015 adalah Rp. 1.962.000,-. Aspek Finansial Pendirian Unit Pasteurisasi di KUD Karangploso Aspek finansial memiliki peran untuk mengetahui kelayakan suatu investasi yang akan dilakukan dari segi finansial. Dalam aspek finansial, harga pokok produksi (HPP) digunakan untuk menentukan harga jual produk. Hasil perhitungan HPP sebesar Rp. 1.085.- Ditambah dengan mark up 45% maka diperoleh harga jual
produk Rp. 1.573,- Jumlah modal tetap dan modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp. 1.484.962.925,- . Kebutuhan modal tersebut dipenuhi dari modal pinjaman dan modal milik perusahaan. Kriteria kelayakan yang digunakan untuk melakukan analisis aspek finansial adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai yang menunjukkan selisih nilai investasi sekarang dengan penerimaan kas bersih di masa mendatang. NPV dihitung dengan Discount Factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai NPV juga bisa disebut dengan manfaat bersih sekarang yang diperoleh selama usia ekonomis investasi (Pujawan, 2004). Hasil perhitungan NPV pada Discount Factor 8,37% adalah sebesar Rp. 212.070.888. Hasil tersebut menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan untuk mendirikan unit pengolahan layak untuk dilakukan. Nilai tersebut dapat dikatakan layak karena nilai dari NPV lebih besar dari nol dan tidak bernilai negatif. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat keuntungan internal tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen. Persen keuntungan tersebut dapat digunakan sebagai persentase tingkat pengembalian investasi dalam tingkat suku bunga tertentu. Keuntungan dari menggunakan metode IRR adalah dapat diketahui kemampuan suatu perusahaan untuk mengeluarkan dana investasi serta kemampuan untuk mengembalikannya (Pujawan, 2004). Kriteria kelayakan IRR adalah dengan membandingkan nilai IRR dengan suku bunga yang berlaku saat ini. Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku memiliki arti bahwa investasi yang dilakukan layak. Nilai IRR yang menunjukkan nilai yang sama dengan tingkat suku bunga berarti investasi yang dilakukan impas. Nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak. Nilai Discount Factor yang dapat menghasilkan nilai NPV positif dan negatif dalam perhitungan IRR secara berurutan adalah 15% dan 16%. Hasil perhitungan nilai IRR diperoleh sebesar 15,60%. Perbandingan nilai IRR dan tingkat suku bunga menunjukkan bahwa nilai IRR 15,60% lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 13,7% sehingga berdasarkan kriteria IRR investasi layak untuk dilakukan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan besaran manfaat tambahan yang diperoleh dari setiap satu rupiah. Nilai Net B/C dihitung dari perbandingan dari NPV yang bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif. Kriteria kelayakan dari Net B/C adalah apabila
9
bernilai lebih dari 1 maka investasi layak untuk dilakukan. Nilai Net B/C sama dengan 1 menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dan tidak mengakibatkan kerugian. Nilai Net B/C apabila kurang dari 1 maka investasi yang dilakukan tidak layak dan dapat mengakibatkan kerugian (Sutojo, 2006). Perhitungan Net B/C yang dilakukan untuk menghitung kelayakan pendirian unit pasteurisasi di KUD Karangploso menghasilkan Net B/C sebesar 1,21. Nilai tersebut dapat diterjemahkan bahwa dari setiap 1 rupiah yang di keluarkan akan memberikan keuntungan sebesar 0,21 rupiah. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa investasi yang akan dilakukan layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PP) PP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Dalam analisis kelayakan, PP digunakan untuk mengetahui lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang dikeluarkan. Kriteria kelayakan dari PP tidak dapat disamakan antar kasus investasi yang terjadi. Batas yang digunakan sebagai kriteria kelayakan adalah nilai maksimum payback period. Besaran nilai maksimum payback period tidak selalu sama disesuaikan dengan situasi kondisi dalam investasi. Nilai maksimum payback period pada umumnya menggunakan jangka waktu jatuh tempo pembayaran pinjaman bank (Hadi, 2014). Nilai payback period untuk investasi mendirikan unit pasteurisasi di KUD Karangploso setelah dihitung adalah sebesar 4,76. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa dalam jangka waktu 4,76 tahun atau 57,12 bulan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan investasi telah dapat untuk dikembalikan. Nilai payback period yaitu 4,76 tahun masih lebih kecil dibandingkan dengan nilai maksimum payback periodnya, yaitu 5 tahun yang ditentukan dari nilai tahun ekonomis terkecil mesin produksi sehinga dapat disimpulkan bahwa investasi yang dilakukan layak. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis kelayakan, dapat disimpulkan bahwa pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi di KUD Karangploso secara teknis layak untuk dilakukan karena kebutuhan dari masing – masing kriteria kelayakan pada aspek teknis dapat dipenuhi. Lokasi yang dipilih untuk mendirikan unit pengolahan susu pasteurisasi berada di Jalan Raya Ngijo No. 23 Desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Kapasitas produksi ditentukan 640 liter per hari. Teknologi, mesin dan peralatan produksi yang dipilih adalah teknologi, mesin dan peralatan yang telah di aplikasikan pada perusahaan sejenis yang telah ada lebih dulu. Bahan baku dan bahan
pembantu dapat memenuhi kebutuhan produksi dari segi kualitas maupun kuantitas. Utilitas yang digunakan adalah listrik dan air. Tenaga kerja yang diserap adalah tenaga kerja dari Kecamatan Karangploso dan sekitarnya. Kriteria kelayakan pendirian unit pengolahan susu pasteurisasi dari aspek finansial menghasilkan nilai yang layak. Nilai NPV dengan discount factor 8,37% adalah Rp. 212.070.888 layak karena NPV bernilai positif. Nilai Net B/C adalah 1,21 layak karena nilai Net B/C lebih dari 1. Nilai IRR adalah 15,60% layak karena nilai IRR lebih besar dari nilai suku bunga saat ini yaitu 13%. Nilai PP adalah 4,76 tahun layak karena nilai tersebut lebih kecil dari nilai PP maksimal yaitu 5 tahun. Saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian kelayakan dari aspek manajemen, aspek pasar dan analisis sensitivitas sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat. Diharapkan perusahaan menggunakan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan untuk mendirikan unit pasteurisasi yang baru. DAFTAR PUSTAKA Anwar, B., Siagian, S. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. Asmoro, L.C., A.F. Mulyadi dan S. Kumalaningsih. 2013. Karakteristik Organoleptik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus spp.). FTP UB. Malang Binta, D., Wijana, S., Mulyadi, AF. 2013. Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kadar Lignin Dan Selulosa Pulp (Kulit Buah Dan Pelepah Nipah) Menggunakan Biodegradator EM 4. Jurnal Industria 2(1): 75-83. Budiyono, H. 2009. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma 10(2): 198-211 Mulyadi, A.F. Dewi, I.A., Deoranto, P., Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian 14(1): 65-72. 2013. Mulyadi, A.F., Dewi, I.A., dan Deoranto, P. 2013. Pemanfaatan Kulit Buah Nipah untuk Pembuatan Briket Bioarang sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 65-72 Pemanfaatan Kulit Buah Nipah [Mulyadi dkk]. Mulyadi, A. F., Maligan, J. M., Wignyanto, W., & Hermansyah, R. (2014). Organoleptic Characteristics of Natural Flavour Powder From Waste of Swimming Blue Crabs (Portunus pelagicus) Processing: Study on Dextrin Concentration and Drying Temperature. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(3).
10
Mulyadi, A. F., Dewi, I. A., & Deoranto, P. (2013). Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(1), 65-72. Mulyadi, A. F., Wijana, S., & Wahyudi, A. S. (2013, December). Optimization of Nicotine Extraction In Tobacco Leaf (Nicotiana tabacum L.):(Study: Comparison of Ether and Petroleum Ether). In The International Conference on Chemical Engineering UNPAR 2013. Mulyadi, A. F., Wijana, S., Dewi, I. A., & Putri, W. I. (2014). Organoleptic Characteristics of Dry Noodle Products from Yellow Sweet Potato (Ipomoea batatas): Study on Adding Eggs and CMC. Jurnal Teknologi Pertanian, 15(1). Nitisemito, A. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Bumi Aksara. Jakarta. Pujawan, I.N. 2004. Ekonomi Teknik. Penerbit Guna Widya. Surabaya Render, B., Heizer, J. 2001. Prinsip – Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta. Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. http://library.usu.ac.id/download/fp/ternakeniza.pdf (diakses tanggal 25 Oktober 2013). Sofyan, H. 2012. Aneka Produk Olahan Susu Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutojo, S. 2006. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek. Gramedia. Jakarta. Umar, H. 2008. Business An Introduction. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yuyun, A, Gunarsa, D. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman. Agromedia Pustaka. Jakarta. Zubaidah, E., Joni, K., dan Pendik, S. 2012. Studi Keamanan Susu Pasteurisasi Yang Beredar Di Kota Madya Malang (Kajian Dari Mutu Mikrobiologis Dan Nilai Gizi). Jurnal Teknologi Pertanian 3(1): 29 – 34
11