Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Berita Yhuda Minggu, 19 Nopember 1992
Teguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri Konsekwensi ekonomi pasar (terbuka) dimana film Amerika harus dibolehkan masuk ke Indonesia akibatnya industri film Indonesia kini mengalami kelesuan. Karena kalah bersaing produksi film Indonesia dengan film_film dari Negara adidaya tersebut. Lain pendapat sutradara senior Teguh Karya dalam wawancara dan komentarnya mengenai kelesuan yang menimpa film-film Indonesia, bukan hanya (semata-mata) karena pengaruh film impor Amerika, namun harus dilihat lebih jauh kedalam diri sendiri. Artinya produser film Indonesia harus berani koreksi diri kedalam, jangan hanya berani menyalahkan ini dan itu. Katanya selama ini peraturan perfilman nasional kurang mendukung, sudah diadakan perubahan, tapi tetap saja demikian. Dari segi dan factor apa saja semua sudah, diadakan perubahan-perubahan dan juga perbaikan agar perfilman nasional itu menjadi maju dan kuat bersaing dalam film import, demikian kelihatannya keinginan sutradara Teguh ini kesan penulis. Sekali-sekali katanya masyarakatperfilman Indonesiatidak hanya berani menyalahkan orang luar, tetapi kalau perlumengadakan koreksi diri sendiri. Apa sebabnya film Indonesia itu tidak laku di negeri sendiri, padahal segala sesuatunya dari factor-faktor penunjang sudah mengalami perbaikan dan perubahan yang memadai. Dia mengacu kemungkinan produksi film Indonesia tidak sesuai dengan selera public. Ini yang dikatakannya lebih tepat makanya tidak ditonton oleh masyarakat jikadi pertunjukan di bioskop-bioskop di dalam negeri (apalagi diluar negeri). Dulu juga marketing dikatakan salah dan tidak jalan. Sekarangpun bidang pemasaran ini sudah diubah tetapi masih juga tetap tidak jalan. Jadi yang benar kalau menurut pendapat teguh Karya ceritanya harus disesuaikan dengan keinginan penonton. Menurut informasi yang terakhir, kini jumlah produser film Indonesia tinggal 30 saja lagi. Dari 80 sebelumnya. Ini penurunan melebihi angka 50 %. Berarti begitu juga dalam jumlah peredaran film Indonesia kini menurun sekitar itu juga atau tinggal 30% dari yang dahulu pernah dihasilkan. Artinya sebelum adanya berlaku keharusan mengimpor film-film Amerika. Lain lagi dengan Sutradara yang sedang popular Eros Jarot, dia tidak melihat kelesuan sekarang sebagai pukulan “KO”, bagi dunia film Indonesia seperti yang pernah kita lihat dalam cerita-cerita film Cowboy (AS). Dia optimistis bahwa pada tahun 1993 yang akan datang dunia perfilman Indonesia akan bangkit kembali. Dan untuk dirinya sendiri berjanji akan membuat kejutan nanti ditahun 1993 yang akan datang dunia perfilman Indonesia.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
“Saya tidak melihat kita harus khawaitr”, ucapnya kepada RCTI dalam agenda sepekan film Indonesia di layer RCTI semalam (15/11). Kita merasa perlu mendukung pendirian sutradara muda ini, karena membawa semangat tak kenal menyerah kepada dunia perfilman Indonesia. Memang harus diakui banyak mungkin produser Indonesia masih bekerja setengah-setengah haruslah mempunyai tekad seperti Jarot yang perang habis-habisan dalam cerita yang di sutradarai yaitu “Tjut Nyak Dien”, pahlawan Wanita Aceh yang tak kenal menyerah kepada Belanda itu, yang sukses ketika diedarkan di Perancis dsb. Dan jiwanya yang optimis akan membawa kembali film Indonesia kearah hasil yang bermutu pada tahun 1993 suatu himbauan atau boleh dikatakan tantangan kepada masyarakat perfilman Indonesia yang kini tengah mengalami terpengaruh oleh film India, ketika film imor dari Negara Rai Kumar ini sedang laku-lakunya di Indonesia. Walaupun tentinya film produksi India itu pasarannya sudah jelas masyarakan lapisan besar rakyat Indonesia bukan menengah keatas. Jadi tempatnya pun di bioskop-bioskop kelas dua kelas tiga. Kenapa kita tidak mengadakan survey dan riset untuk menggali cerita-cerita rakyat dan ceritacerita masa kini yang lebih mendekati kehidupan rakyat Indonesia yang sebenarnya bukan dalam mimpi dan atau keinginan. Kita harus realistislah. Karena kehidupan itu sendiri adalah masalah yang nyata. Kenapa kita tidak menghasilkan film-film seperti “Si Pitung” pahlawan rakyat Betawi. Umpamanya, atau film-film drama yang menceritakan keberhasilan menghadapi tantangan hidup yang nyata. Juga film kejadian kehidupan sehari-hari akan banyak menarik masyarakat seperti percintaan yang murni. Orang sekarangpun tidak ingin yang palsu tetapi yang nyatadan menggugah hati nurani rakyat (penonton). Dan bermutu tinggi dalam teknologi penyajiannya baik tatawarna maupun scenario ceritanya. Jangan mengada-ada dan jangan dibuat-buat. Masyarakat mulai bawah sampai keatas sudah sangat kritis. Contohnya film drama Siti Nurbaya karena cinta yang murni itu menjadi impian”. Kalau dahulu cinta dibawa mati. Karena kejujuran dan kesucian sudah sangat amat merosot dewasa ini dalam masyarakat senyogyanya produksi film Indonesia harus berani mengangkat cerita-cerita yang bernapaskan keadilan dan kebenaran serta keberanian dalam jalan yang benar (bukan dalam arti membabi buta atau berontak yang tak beralasan terhadap ketidak adilan dsb). Aruslah suatu jalan cerita yang berdasarkan pengaruh-pengaruh globalisasi dan juga pengaruh pengatuh jelek nya penetrasi kebudayaan dan dengan segala akibat buruk maupun (tentu) yang positifnya juga. Kenapa film tidak berani membuat film tokoh yang penuh idola bangsa Indonesia umpamanya dalam sejarah. Apakah itu dalm dunia sejarah, legenda, maupun cerita-cerita rakyat lainnya yang tetap hidup sampai sekarang. Juga tentunya berani menayangkan teknologi tinggi dalam persaingan dalam masyarakat Indonesia untuk memperebutkan kedudukan terhormat diantara bangsa-bangsa didunia.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Upaya-upaya lainnya yang menyangkut pemuda yang berani menghadapi hari esoknya dengan konsep kemandirian atau dengan mengadakan trobosanterobosan. Juga barang kali masih berakarnya Takhyul dan mistis didalam jiwa penduduk suatu daerah dan juga pengaruh –pengaruh yang negative dari narkotika dan judi mungkin dapat mengangkat derajat dan harga film Indonesia ditengah-tengah masyarakatnya yang lagi haus akan tontonan yang bermutu. Dimainkan oleh bintang layer perak yang juga idola kawula muda Indonesia. Tidak hanya di Indonesia , dinegara-negara Baratpun (Hollywood) produksi filmnya kalah bersaing oleh kehadiran video dan bioskop dirumah (tv). Malahan di Amerika film di bioskop kini tinggal 30 % ketimbang sebelum adanya video dan film drama teve dsb. Begitu juga dieropa, Jepang dsb. Malahan ada film video yang dipertunjukan di tengah malam (tidak untuk pemuda 17 th) menjelang dini hari di Amerika telah melanggar norma-norma susila menurut ukuran kebudayaan timur maupun barat. Makanya tidak heran video disana sangat berpengaruh dalam kehidupan kawula muda maupun masyarakat dewasa. Namun film yang dihasilkan oleh studio Universal, Columbia, MGM dsb di bioskop yang masih tetap saja ada peminatnya walaupun tidak sebesar jumlah sebelum berkembangnya video, teve,dsb. Tetapi sutradara maupun produser Hollywood, juga India, Jepang dan Negara-negara dunia ketiga lainnya tak henti-hentinya mengadakan eksperimen untuk menghasilkan film-film yang sesuai dengan selera masyarakat penonton (kelas menengah dan atas). Tetapi kawula muda baik di Indonesia maupun di luar negeri masih tetap mempunyai kecintaan terhadap film-film yang dihasilkan studio studio besar di mana saja. Menurut Eros Jarot, kalau banyak kini produser dan sutradara Indonesia beralih ke sinetron, drama dsb itu hanya bersifat sementara. Bukan juga pelarian tetapi mencari kiat apa yang paling tepat untuk mengadakan terobosan terobosan menyongsong tahun 1993 yang akan datang seperti yang ditegaskan oleh Eros Jarot dengan muka senyum optimistis menyambut tahun baru yang akan datang. Dia tidak sedikitpun cemas dan lesu dan dia benar kenyataannya masih penuh semangat dan tidak kehilangan semangat untuk bertarung menghadapi tantangan masa depan. Semogalah Jakarta 16/11/1993. (H.Anwar Bey/KNI).
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer