PENDAHULUAN
Latar Belakang Sejak jaman dahulu peranan komoditi pangan di Indonesia, khususny padi cukupbesar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan bahan pangan padi di Indonesia tidak pernah surut, melainkan kian bertambah dari tahun ke tahun, sesuai dengan pertumbuhan penduduk, namun meningkatnya kebutuhan bahan pangan yang terus meningkat ini harus berani bekerja keras guna meningkatkan dan melipat gamdakan produksi bahan pangan jadi ( HR. Sugeng, 2001). Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan (Noor, 1996). Secara umum dapat disebutkan bahwa usaha untuk mencapai swasembada pangan adalah titik puncak idealisme pembangunan di sector pertanian, artinya sekalipun sampai detik ini belum didapat kata sepakat tentang hakekat dasar dan definisi yang tepat untuk swasembada pangan. Panen raya padi adalah salah satu hasil konkrit
dari idealisme tersebut, buktinya secara kumulatif hasil-hasil
pemikiran yang selama ini cenderung diarahkan bagi peningkatan produksi, khususnya padi, terlihat membawa hasil yang menggembirakan (Sastraatmadja, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan sektor pertanian menjadi sangat strategis mengingat sumber daya manusia yang berada di sektor ini cukup banyak. Dengan kata lain pembangunan sektor ini mempunyai dampak spectrum yang luas terhadap pengentasan kemiskinan, perbaikan kualitas sumber daya manusia, pemerataan pembangunan dan keadilan sosial (Noor, 1996). Para petani kita sejak dahulu dan semasa pemerintahan Hindia Belanda telah memilikikesadaran bahwa penggunaan “benih” yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu petani sangat berhati hati dalam memilih benih yang akan digunakan (Kartasapoetra, 2003). Pemasaran atau distribusi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau distribusi pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Soekartawi, 1995). Dewasa ini dunia usaha di segala bidang telah mencapai kemajuan atau perkembangan. Sistem tukar menukar telah banyak ditinggalkan, termasuk pula dalam pemasaran atau jual beli berbenihan. Pemasaran kompleks dikarenakan ada kenyataan sebagai berikut: a. Dari produsen benih sampai kepada konsumen atau para petani pemakai benih, telah melibatkan beberapa perantara. b. Perdagangan benih tanaman harus tunduk kepada ketentuan atau peraturan yang berlaku, bahkan terdapat peraturan atau undang-undang yang membatasi perdagangan beberapa jenis tanaman tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c. Adanya usaha yang berhubungan dengan beberapa negara untuk memasukan benih tanaman dari luar (impor) dan terdapat pula usaha untuk mengekspor benih ke beberapa negara di dunia. (Kartasapoetra, 2003). Secara eko-fisiologik mutu dan jumlah hasil benih ditentukan oleh interaksi sifat genetik komoditas yang diushakan dan kondisi yang diusahakan dan kondisi agro-ekologik
lahan dan pengunaannya.
Karena sungguh sulit
menganalisa semua faktor yang mungkin berinteraksi, dalam skala penelitian biasanya hanya beberapa diantaranya yang dianalisis. (Mugnisjah dan Setiawan, 1995). Setelah negara Indonesia merdeka, usaha usaha untuk meningkatkan teknologi pertanian selalu dilakukan terutama dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup para petani, dan dalam pengadaan benih berbagai jenis tanaman yang bermutu merupakan sasaran yang utama. Pada tahun 1952 negara Indonesia diterima menjadi anggota FAO (Food Agricultural Organization) dan sejak itu mulai dilaksanakan suatu pola dan penyebaran benih yang lebih terarah. Dalam hal padi benih dibagi dalam tiga golongan : 1. Benih dasar (Foundation Seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh LP3 2. Benih pokok (Stock Seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh balai benih. 3. Benih sebar (Extension Seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh kebun-kebun benih di pedesaan atau oleh para petani penangkar benih (Kartasapoetra, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pemahaman yang perlu ditanamkan bahwa bertani tidak bisa hanya mengandalkan pupuk dan pestisida meskipun itu diperlukan dalam batas-batas kewajaran. Yang lebih penting dari itu ialah kualitas tanah dan benih sera kerja keras dari petani. Benih berperan peting dalam meningkatkan produktifitas, mutu hasil dan nilai tambah tanaman. Benih yang dimaksud tentu benih yang berkualitas, benih unggul bermutu memiliki daya adaptasi lebih baik, bahkan pada lahan
yang kurang
produktif sekalipun. Benih
bermutu, selain dapat
meningkatkan hasil, juga dapat mengurangi risiko kegagalan akibat serangan hama dan penyakit. Benih unggul bermutu membawa pengaruh besar terhadap peningktan pendapatan dan kejahteraan petani (Budiono, 2008) Benih merupakan faktor produksi penting dalam usaha pertanian, khususnya usaha tani padi. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi kinerja ekonomi benih, baik produksi, ketersediaan harga maupun penggunaannya oleh petani. Kebijakan pokok pemerintah yang terkait dengan sarana produksi ini adalah subsidi harga dan pembebasan distribusinya dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem distribusi benih. Harapannya tentu agar sarana produksi tersebut terjamin ketersediaannya dengan harga yang stabil dan terjangkau oleh daya beli petani. Di sisi lain, pihak produsen dan pelaku pendistribusian juga menerima keuntungan dan margin yang wajar sehigga dapat memberikan insentif dalam pengembangan usahanya (
[email protected] 2008). Dalam pendistribusian benih padi, ada dua komponen utama yang berperan penting dan saling berkaitan, yaitu 1. Pembuat kebijakan, peneliti, produsen, dan institusi pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kemitraan agribisnis perbenihan yang melibatkan industri/perusahaan benih, lembaga keuangan dan penangkar benih. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses pengadaan benih mulai dari pemuliaan, pelepasan varietas, produksi benih, pengawasan mutu dan pemasaran (
[email protected] 2008). Petani yang sederhana memahami bahwa segi mutu benih selain watak watak genetiknya, menyangkut kondisi tanaman di lapangan produksi benih. Petani yang ingin menanam benih, selalu mempermasalahkan mutunya. Pedagang benih yang baik menyadari bahwa nilai benih ditentukan oleh segenap proses produksi benih dan harganya ditentukan oleh pasar sebelum ditanam oleh petani, pedagang yang hanya mengumpulkan calon benih pada pasca panen kemudian memprosesnya menjadi benih, adalah pedagang benih yang hanya tahu harga benih, tetapi tidak mengerti tentang nilai benih, biasanya mereka lalu beranggapan bahwa tidak banyak beda menghasilkan benih dengan biji untuk konsumsi dan mereka ini sebenarnya tidak bisa menilai benih. Dalam berniaga yang berwawasan benih itu sarana produksi, tanggung jawab pedagang benih masih dituntut lebih jauh, tidak hanya benihnya mampu tumbuh baik sesudah ditanam, panennya pun harus menunjukan mutu sesuai informasi genetik yang diberikan benih. Konsumen benih menjadi lebih kritis pula dalam memandang benih berfungsi sebagai sarana produksi karena orientasi terhadap mutu genetik pertanamanya makin tinggi. Orientasi demikian tidak mungkin dipenuhi oleh pedagang benih yang benih komersialnya sekedar materi sadapan pasca panen yang dibersihkan (Sadjad, 1993)
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan benih padi tidak setiap saat terpenuhi. Walaupun benih padi mudah diusahakan dan selalu ditanam, namun pada saat tertentu persediaan benih dipasaran bebas berkurang. Meskipun ada, kadang kadang harganya cukup tinggi sehingga petani sering merasa kesulitan dalam pemenuhan benih untuk lahan tanamnya. Agar kelangsungan persediaan benih padi ini tetap ada, berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan, misalnya dengan adanya kebijkan pemerintah dalam penyediaan benih padi (Aak, 2003). Kebijakan pemerintah dalam menyediakan benih ini adalah : 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga perbenihan dari tingkat hulu sampai hilir. 2. Mengalihkan secara bertahap usaha pengadaan dan penyaluran benih komersial dari lembaga pemerintah kepada swasta. 3. Membimbing, membina dan mengawasi pengadaan benih yang bermutu dengan pertimbangan bahwa sertifikasi benih tetap ditangani pemerintah. 4. Mengusahakan agar pengadaan dan penyaluran benih bermutu dipenuhi oleh masing-masing daerah/provinsi (Mugnisjah dan Setiawan, 1995). Kebijakan perbenihan ini ditandai dengan telah adanya pengaturan tanggung jawab dan lokasi perbanyakan benih dalam rangka sertifikasi benih dalam kurun waktu dengan alir generasi tunggal ( one generation flow).Di Indonesia kebutuhan benih padi dipenuhi oleh dua industri benih padi terbesar yaitu, PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani. Kedua perusahaan inilah yang menyalurkan benih padi ini untuk seluruh daerah propinsi dengan jumlah yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan oleh pemerintah. Namun kenyataan dilapangan bahwa jumlah yang disalurkan tidak atau jarang sesuai dengan yang dibutuhkan daearah tersebut, sebagai gambaran dapat dilihat jumlah benih yang disalurkan pada kabupaten Serdang Bedagai. Kebupaten Serdang Bedagai memiliki lahan sawah, luas panen dan produksi padi sawah yang tinggi. Luas tanam dan realisasi benih yang disalurkan untuk tiap kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Lahan, Tanam, Kebutuhan Benih, Jumlah Benih yang Disalurkan dan Kekurangan Benih Padi Sawah Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kecamatan pada tahun 2010.
No
Kecamatan
1 2 3
Kotarih Dolok Masihul Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Bandar Khalifah Tanjung Beringin Teluk Mengkudu Sei Rampah Perbaungan Pantai Cermin Silinda Bintang Bayu Serba Jadi T. Syahbandar Sei Bamban Penggajahan Jumlah
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Luas Lahan (Ha)
Luas Tanam (Ha)
Kebutuhan benih (Kg) 25kg/Ha
361 4.515 906
173 4.506 886
9.025 112.875 22.650
0
0
0
3.300
3.100
82.500
7.225
7.395
180.625
8.902
8.823
222.550
5.993
5.866
149.825
6.442 11.330 7.513 580 161 2.358 1.624 13.399 2.306 76.915
6.176 10.061 6.765 450 230 2.207 2.372 12.980 2.950 74.960
161.050 283.250 187.825 14.500 4.025 58.925 40.600 334.975 57.650 1.757.950
Jumlah Benih yang Disalurkan (Kg)*) 0 9.250 9.200 0
Kekurangan Benih (Kg)**) 9.025 103.625 13.450 0
0 0
0 0
0
0
66.150
83.675
0 125.000 87.350 0 0 0 16.350 13.175 18.450 232.433
0 158.250 181.060 0 0 0 38.228 321.995 54.700 954.983
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai 2010. *) data diolah dari luas lahan dan luas tanam padi **)data diolah dari kebutuhan benih dan jumlah benih yang disalurkan Dari tabel 1 dapat dikemukakan bahwa kecamatan Perbaungan merupakan daerah urutan kedua daerah yang terluas luas tanam padi sawah di kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Serdang Bedagai, namun jumlah benih yang disalurkan pemerintah ternyata merupakan urutan pertama yang terbesar jumlahnya. Sehingga kecamatan perbaungan ditetapkan menjadi lokasi penelitian. Gambaran luas tanam kebutuhan benih dan jumlah benih yang disalurkan kecamtan Perbaungan seperti dilihat dari tabel 2. Tabel 2. Luas Lahan, Tanam, Kebutuhan Benih, Jumlah Benih yang Disalurkan dan Kekurangan Benih Padi Sawah Kecamatan Perbaungan menurut Desa pada tahun 2010. No
Desa/Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Adolina Batang Terap Bengkel Cinta Air Cintaman Jernih Deli Muda Ilir Deli Muda Ulu Jambur Pulau Kesatuan Kota Galuh Lidah Tanah Lubuk Bayas Lubuk Cemara Lubuk Dendang Lubuk Rotan Melati I Melati II Pematang Sijonam Pematang Tatal Simpang Tiga Pekan Suka Beras Suka Jadi Sungai Buluh Sungai Naga Lawan Sungai Sijenggi Tanah Merah Tanjung Buluh Tualang Jumlah
20 21 22 23 24 25 26 27 28
301 613 335 397 717 231 335 673 281 290 576 691 1847 468 157
Kebutuhan Benih (Kg) 25Kg/Ha 7.525 15.325 8.375 9.925 17.925 5.575 8.375 16.825 7.025 7.250 14.400 17.275 46.175 11.700 3.925
180
4.500
850 246 820 1214 95 457 593 11.330
21.250 6.150 20.500 30.350 2.375 11.425 14.825 283.250
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Benih yang Disalurkan (Kg) 1.790 5.035 3.100 10.350 1.370 6.800 12.450 1.230 0 2.600 14.290 12.050 19.360 1.230 1.500 350 0 2.350 0 0 1.030 7.425 4.580 125.000
Kekurangan Benih (Kg) 25Kg/Ha
5735 13.290 5.275 425 16.555 1.225 4.075 15.595 7.025 4.650 4110 8225 26.855 10.470 2.425 4.150 21.250 3.800 20.500 0 1.345 4.000 10.245 158.250
Sumber : Kantor Kecamatan Perbaungan 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1 dan 2. diatas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Perbaungan untuk bantuan benih tidak semuanya dapat dipenuhi oleh pemerintah hanya kecamatan tertentu yang mendapatkannya dan biasanya setiap tahun kecamatan dan desa yang mendapatkan bantuan benih bisa saja berbeda dan bisa juga sama, tergantung dari daerah tersebut dalam menyusun RDKK dan dilihat dari latar belakang dari daerah tersebut. Produktivitas diantara petani bisa saja tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi penggunaan sarana produksi. Salah satu sarana produksi utama yang mempengaruhi produktivitas padi sawah adalah penggunaan benih yang baik. Benih yang baik adalah benih unggul atau benih berlabel dari pemerintah yang dijual melalui perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah. Namun benih yang dihasilkan oleh perusahaan yang tunjuk oleh pemerintah tersebut tidak mencukupi sehingga banyak petani yang menyediakan benih untuh musim tanam berikutnya dari produksinya sendiri atau membeli, beli dari penangkar atau dari di kios saprodi. Dari pengamatan di lapangan sumber benih yang digunakan oleh petani ternyata tidak sama. Dari tabel 2. Dapat dikemukakan desa Melati II ditetapkan sebagai daerah penelitian karena daerah ini memiliki luas lahan sawah yang terbesar jumlahnya di Kecamtan Perbaungan dan merupakan daerah yang penerima benih yang disalurkan pemerintah dengan jumlah terbesar dan merupakan sentra produksi padi di Kabupaten Serdang Bedagai. hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana sistem pendistribusian benih padi di daerah penelitian maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1.
Dari mana saja sumber benih yang dipakai petani di daerah penelitian.
2.
Bagaimana sistem pendistribusian benih padi sawah yang dilakukan di daerah penelitian.
3. Apa masalah-masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh benih bermutu di daerah penelitian. 4. Apa upaya yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi masalah perolehan benih bermutu di daerah penelitian. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui sumber benih yang digunakan di daerah penelitian 2. Mengetahui bagaimana sistem distribusi benih padi sawah yang digunakan petani di daerah penelitian. 3. Mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi oleh petani dalam memperoleh benih yang bermutu. 4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah dalam memperoleh benih yang bermutu. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan untuk menjadi seorang sarjana.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait untuk mengambil kebijaksanaan dalam penyediaan dan pendistribusian benih padi yang baik agar produksi padi semakin tinggi dan meningkat setiap tahunnya. 3. Sebagai bahan referensi dan bahan pembelajaran bagi pihak-pihak yang membutuhkan
Universitas Sumatera Utara