NO.12
SEPTEMBER 2005 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA
P E N GA N I AYA A N
TATSUNOKUCHI Oleh: YM.Bhiksu Jun-ichi Nakamura :: BODHISATTVA HACHIMAN SEBAGAI DEWA PELINDUNG ::
N
ichiren Shõnin memuja Dewa Shinto ?. Orang juga bisa mengatakan Dewa Shinto memuja Nichiren Shõnin. Pada tahun 2002, Bhiksu Tertinggi Nichikõ Fujii mengunjungi Tempat Suci Tsurugaoka Hachiman, untuk merayakan 750 tahun misionaris Nichiren Shonin di Kamakura. Nichiren Shõnin berhenti di tempat suci ini dalam perjalanan menuju Tatsunokuchi, dimana pemerintah mencoba untuk melaksanakan hukuman pancung terhadapNya pada tanggal 12 September 1271. Kalian pasti ingin tahu kenapa seorang Bhiksu Buddhis berhenti disebuah tempat suci Shinto. Tetapi hal ini adalah hal yang biasa bagi Nichiren Shõnin. Dewa Hachiman adalah salah satu dewa yang berasal dari leluhur kaisar Jepang. Hachiman adalah dewa yang sangat terkenal di Jepang, maka terdapat banyak tempat suci Hachiman diseluruh Jepang. Hachiman juga sangat penting bagi Yoritomo Minamoto, pendiri dari pemerintahan Kamakura pada abad 12, sebab Ia adalah dewa pelindung dari kaum Minamoto dan juga sebagai dewa pelindung perdamaian. Sekarang ini, Hachiman juga dikenal sebagai “Maha Bodhisattva Hachiman.” Kenapa ia disebut “Maha Bodhisattva” jika Ia adalah Dewa Shinto? Sejak kedatangan Buddhisme di 1
No.12 / September 2005
Jepang dua ratus lalu pada tahun 538, orang-orang Jepang mulai menyebut dewa Shinto sebagai “Bodhisattva”. Hal ini mulai terlaksana sekitar akhir periode Nara (710-794). Dewa Shinto dikatakan sebagai pelindung negara dan menyelamatkan orang sama seperti para Buddha dan Boddhisattva yang digambarkan dalam sutra-sutra Buddha. Karena hal inilah, orangorang Jepang mulai menghormati Dewa Shinto mereka sebagai penjelmaan dari para Buddha dan Bodhisattva pelindung. Penafsiran ini disebut “Honji Suijaku”, yang berarti “Para Buddha dan Bodhisattva menjelma sebagai Dewa Shinto.” Kenapa Nichiren Shõnin meminta untuk berhenti di tempat suci Tsurugaoka Hachiman dalam perjalanan menuju lapangan pelaksanaan hukuman? Para tentara yang mengawalnya pasti berpikir bahwa Ia akan memohon Hachiman untuk menyelamatkan diriNya. Namun sebaliknya, Nichiren Shõnin yang menghadap ke tempat suci Hachiman dan dengan suara lantang berkata kepada dewa itu. “Benarkah Maha Bodhisattva Hachiman adalah seorang dewa yang sesungguhnya?” kata Nichiren Shõnin. “Saya, Nichiren, adalah pelaksana sesungguhnya Saddharma Pundarika Sutra di Jepang [yang mana kamu telah berjanji untuk melindungi sutra ini]. Disamping itu, Saya tidak mempunyai sedikitpun kesalahan dalam diriKu.” (Goibun Shuju Onfurumai). Para tentara terkejut dengan prilaku Nichiren Shõnin tersebut. Ia mengingatkan kepada
Hachiman bahwa jika negara ini hancur oleh serangan dari Mongolia, maka para dewa sekalipun tidak akan selamat. Nichiren Shõnin ingin menyelamatkan Jepang dari kehancuran – sebagai contoh serangan dari Mongolia – sehingga Ia menulis Rissho Ankoku Ron untuk memberitahukan kepada pemerintah akan kesalahan yang mereka lakukan. Tanpa memikirkan bahaya bagi kelangsungan hidupNya, Ia terus mengkritik pemerintahan militer yang diktator, Ia menjelaskan kesalahan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Beliau menyatakan; "… Saya telah memeriksa berbagai macam sutra dan mendapatkan kesimpulan bahwa penyebab kehancuran negara datang dari orang-orang yang menentang Dharma yang sesungguhnya, dan berpihak pada Dharma palsu. Oleh karena itu, para dewa-dewi pelindung dan arif bijaksana meninggalkan negeri ini, dan tidak akan kembali. Hal ini telah memberikan peluang bagi para iblis dan setan untuk menyerang, menyebabkan bencana dan malapetaka. Bagaimana mungkin Aku tidak memberitahukan hal ini! Bagaimana mungkin Aku tidak khawatir mengenai hal ini! " (Writings of Nichiren Shõnin: Doctrine 1, p. 108) Ia sangat bimbang dengan perasaan itu bahwa tidak seorang pun yang mengerti tentang motivasiNya. Bahkan, para dewa-dewi pun, tidak kelihatan, tidak memberikan perhatian mengenai hal ini. Ia pun
2
ingin memberikan kesempatan lain kepada Hachiman untuk memenuhi janjinya untuk melindungi pelaksana dari Saddharma Pundarika Sutra, dan hal ini tidak bisa diacuhkan karena Ia akan dihukum mati oleh pemerintah. "Aku, Nichiren akan dihukum mati malam ini. Kemudian, ketika Aku pergi ke Tanah Suci Grdhrakuta, Aku akan beritahukan kepada Buddha Sakyamuni bahwa Dewa Tenshõ dan Hachiman tidak menerima doaKu." (Goibun Shuju Onfurumai)
: : K E K U ATA N D A R I KEBIJAKSANAAN SANG BUDDHA ::
K
ita dapat melihat perasaan mendalam Nichiren Shõnin terhadap dewa ini dalam tulisan Beliau. Kamu mungkin berpikir bahwa Nichiren Shõnin dipenuhi oleh penyesalan. Tetapi Beliau menulis dalam tulisan yang sama yaitu; "Sejak Aku dilahirkan dalam keadaan miskin, balas budiKu kepada kedua orangtuaKu belum terpenuhi dan Aku juga tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk membayar budi kepada negara. Sekarang, Aku mempersembahkan kepalaKu kepada Saddharma Pundarika Sutra dan mengirimkan doa kepada orangtuaKu. Juga Aku mempersembahkan seluruh kebajikanKu kepada semua muridmurid dan pengikutKu." Beliau telah siap untuk mati. Dalam situasi ini, Nichiren Shõnin menaruh harapan kepada Hachiman sebab Ia menginginkan agar dewa ini dapat bangkit menjadi dewa Buddhis yang sesungguhnya. Ia percaya pada ajaran Buddha bahwa para dewa-dewi adalah pengikut dari Buddha Dharma. Karena itu, dewa-dewi adalah murid dan Saddharma Pundarika Sutra adalah gurunya. Bab VII, Saddharma
No.12 / September 2005
Pundarika Sutra, berjudul “Perumpamaan Sebuah Kota Ajaib,” yang menceritakan tentang Buddha Kebijaksanaan Agung Sempurna Universal (Buddha Mahabhignagnanabhibhu). Ketika Ia mencapai Penerangan Agung, dunia dari seluruh penjuru diterangi oleh cahaya kebijaksanaanNya. Raja Surga Brahman, yang menciptakan dunia ini, diliputi oleh perasaan kegembiraan dan ia menawarkan istananya kepada Sang Buddha. Pada waktu itu mereka berjanji; "Kami mempersembahkan semua kebajikan yang telah kami kumpulkan, – Dan diteruskan kepada seluruh mahluk hidup, - Dan semoga kami dan seluruh mahluk hidup Mencapai Penerangan Agung Sang Buddha! (Murano, p. 139)" “Kami” berarti semua para dewa-dewi dan “Seluruh Mahluk Hidup” berarti kita, manusia, dan juga semua mahluk hidup lainnya. Dengan kata lain, Saddharma Pundarika Sutra mengajarkan bahwa semua mahluk hidup dan seluruh dewa-dewi di surga mendapatkan kekuatan dari Kebijaksanaan Sang Buddha. Ini salah satu sebabnya kenapa Nichiren Shõnin percaya bahwa untuk menyebarkan kedamaian diseluruh negeri harus melalui pengajaran Saddharma Pundarika Sutra. Kemudian para Dewa Shinto bisa menyelesaikan misi mereka. Terakhir, apakah para dewa-dewi menjawab doa Nichiren Shõnin pada hari itu?
P
ada malam hari tanggal 11 September 1271, Hei-noSaemon-no-jo Yoritsuna, orang yang bertanggungjawab atas tentara pemerintah, memimpin tentara untuk menyerang kediaman Nichiren Shõnin di Matsubagayatsu. Ia menyatakan Nichiren sebagai seorang penjahat karena Ia “berdoa untuk
kekalahan dari negara Jepang, bangsa yang paling utama di dunia.” Alasan sebenarnya bagi pemerintah untuk menangkap Nichiren Shonin karena Ia mengkritik para bhiksu-bhiksu dari kuil dan sekte lain di Kamakura, yang mempunyai hubungan baik dengan pemerintah. Karena mereka marah, mereka menghasut pemerintah untuk menangkap Nichiren Shõnin sehingga kesalahan dapat dialihkan dari diri mereka. S e l a n j u t n y a , Yo r i t s u n a memilih cara yang ekstrim untuk menyelesaikan persoalan ini tanpa melihat aturan hukum. Ia memutuskan untuk menghukum mati Nichiren Shõnin secara diam-diam, dengan mengunakan alasan untuk mengasingkan Nichiren. Pada malam tanggal 12 September, Nichiren Shõnin dibawa untuk dihukum mati di tanah lapang tempat pemancungan di Tatsunokuchi. Dalam perjalanan ke Tatsunokuchi, Nichiren Shõnin memprotes Hachiman di tempat suci Tsurugaoka Hachiman sebagaimana telah dijelaskan diatas. Rombongan itu akhirnya tiba di tempat pelaksanaan hukuman mati pada jam 1:00 pagi. Shijo Kingo, salah seorang pengikut penting dan setia dari Nichiren Shõnin, ikut dalam rombongan itu. Ia menangis dengan sedihnya dan ingin mengantikan Nichiren Shonin dengan dirinya bahkan ia ingin mati bersama gurunya. Nichiren Shõnin berkata kepadanya, “Kamu telah kehilangan pikiranmu. Kamu seharusnya tersenyum penuh kegembiraan karena Aku mempunyai sebuah kesempatan untuk mempersembahkan hidupKu kepada Sang Buddha.” Mereka pun tiba di tempat
3
pelaksanaan sebuah tanah lapang di pantai Tatsunokuchi dan algojo pun mengayunkan pedangnya untuk memenggal kepala Nichiren Shõnin. Dalam sebuah suratNya, Nichiren Shõnin menjelaskan sendiri apa yang terjadi kemudian: “Sebuah objek terang menderang seperti sebuah bulan ditepi pulau Enoshima terbang seperti sebuah bola sinar dari bagian tenggara ke arah barat laut.” Semua orang-orang pemerintah menjadi takut, dan sang algojo pun tidak mampu melaksanakan tugasnya. Sejak itu pemerintah tidak berani melakukan hukuman mati terhadap Nichiren Shõnin karena takut kemarahan dari surgawi, mereka mengucilkan Beliau ke Pulau Sado sebagaimana perintah pengadilan pada mulanya. Apakah Hachiman menjawab doa dari Nichiren Shõnin dengan sebuah keajaiban untuk mencegah pelaksanaan hukuman mati tersebut? Tentu saja ini tidak ada buktinya. Namun, ini semua memperlihatkan bahwa Nichiren Shonin mendapat perlindungan dari para dewa-dewi, meskipun Beliau menghadapi begitu banyak kesulitan, penganiayaan sepanjang hidupnya yang datang bertubi-tubi, dan Ia terus memperdalam hati kepercayaanNya sebagai seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Semoga kita semua juga mempunyai tekad dan pelaksanaan yang sama. Gassho. Sumber: "The Bridge" Edisi 41, 2003 Autumn, terbitan The Nichiren Buddhist International Center, USA. Ilustrasi cover depan oleh Hiroshige Katsu, tema "The Tatsunokuchi Persecution." Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Shami Josho S.Ekaputra.
No.12 / September 2005
Bimbingan Oleh:
YM.Bhiksuni Myosho Obata
(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)
KANDANG GAJAH S
uatu masa yang lampau, terdapatlah seorang raja di India, dan beliau mempunyai seekor gajah putih. Gajah ini mempunyai kepribadian yang sangat liar, dan jika terjadi peperangan, maka ia selalu ikut terlibat aktif didalamnya. Ketika tidak terdapat peperangan, ia akan menginjak mati para pelaku kejahatan. Pada masa itu di India, para pelaku kejahatan dihukum mati dengan mengunakan gajah, dan gajah putih liar ini bertindak sebagai algojo. Suatu hari, kandang gajah itu terbakar api. Jadi mereka membangun kembali sebuah kandang baru untuk gajah putih itu disebelah kanan dari sebuah kuil Buddha. Dalam kuil Buddha itu, para bhiksu selalu membaca sutra setiap pagi dan sore. Adapun salah satu bagian Sutra yang dibaca oleh para Bhiksu adalah, “Jika kamu melakukan perbuatan baik, kamu akan terlahir kembali di Surga. Jika kamu melakukan perbuatan jahat, maka kamu akan jatuh kedalam neraka.” Gajah putih itu mendengarkan Sutra itu
setiap pagi dan sore dan kepribadiannya berubah menjadi penuh kedamaian. Dan pada akhirnya, ia berhenti menginjak dan membunuh para pelaku kejahatan ketika mereka dilemparkan kedalam kandang gajah itu. Sang raja menjadi dilema. Tidak menjadi masalah bagi Sang Raja, jika gajah itu berhenti untuk membunuh para kriminal tetapi menjadi masalah jika peperangan terjadi. Jika negara tetangga menyerang Sang Raja, maka gajah yang tenang itu tidak berguna sama sekali. Sang Raja sungguh-sungguh mengalami masa yang sulit sebab gajah itu sangat berguna dalam peperangan, ia sangat kuat bagaikan bom atom dan lebih kuat dari sebuah senjata kecil. “Apa yang dapat aku lakukan kepada Gajah yang tenang ini,” Sang Raja sangat khawatir dan mengumpulkan para pengikutnya untuk membicarakan hal ini. Salah seorang pengikutnya
4
menyarankan,” bagaimana kalau kita pindahkan kandang gajah itu ? adalah sebuah ide yang tidak terlalu buruk untuk membangun kandang gajah itu didekat tempat pejagalan?” Saran ini diterima, dan mereka membangun sebuah kandang gajah yang baru untuk Gajah Putih itu didekat tempat pejagalan. Didalam tempat pejagalan itu, banyak binatang yang dibunuh setiap hari. Melihat pemandangan seperti itu setiap hari, maka gajah putih itu kembali menjadi liar daripada sebelumnya. Cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa manusia yang tumbuh didalam lingkungan yang
No.12 / September 2005
Buku "PENJELASAN SHUTEI GOHONZON NICHIREN SHONIN" (Ditulis Bulan Ketiga Tahun Koan Ketiga, 1280). Penyusun Oleh: Shami Josho S.Ekaputra
KISHIMOJIN (HARITI) DAN JURASETSUNYO atau Hariti K ishimojin dalam bahasa Sansekerta
buruk akan cenderung mempunyai kepribadian yang buruk / liar atau berkelakuan buruk sebab mereka secara alami dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk itu. Untuk mendapatkan lingkungan yang baik itu, Jika lingkungan kita buruk, apakah kita harus pindah ke lingkungan yang bagus? Bagaimana dengan mereka yang tinggal disana? Jika dunia ini begitu kotor, apakah harus kita musnahkan dunia ini dan pergi ke surga ? Bagaimana orang-orang yang tinggal di dunia yang kotor ini ? Buddha Sakyamuni tidak menyukai ide ini. Pendiri kita, Nichiren Daishonin juga tidak menyukai ide tersebut. Buddha Sakyamuni berkata bahwa dunia ini sendiri adalah Tanah Suci dari Buddha yang Abadi. Kita harus membuat dunia ini menjadi Tanah Suci tanpa perlu meninggalkannya atau memusnahkannya. Kita dapat membuat hal itu menjadi kenyataan di dunia ini karena seluruh mahluk hidup di dunia ini mempunyai potensi yang disebut Bibit KeBuddhaan, dengan kata lain, semua dapat mencapai Penerangan Agung atau Kesadaran Buddha. Marilah mewujudkan hal itu dengan menyebut Odaimoku. Gassho.
adalah seorang Yaksa Perempuan atau Yaksini dan Ia berasal dari Kota Rajagriha. Yaksa adalah salah satu dari Delapan Mahluk Gaib Pelindung Dharma (Hachi Bushu). Pada awalnya Hariti adalah iblis pemangsa anakanak, yaksa adalah salah satu iblis yang paling banyak jumlahnya. Suami Hariti adalah Pancika, salah satu jenderal dari Raja Langit Vaishravana. Hariti yang gemar memakan anak-anak pada suatu hari ditaklukan oleh Sang Buddha dengan cara menyembunyikan salah satu anak kesayangannya dan setelah berjanji kepada Buddha maka anaknya pun dikembalikan dan sejak itu berjanji untuk melindungi para pelaksana Dharma. Dalam Bab.XXVI, Dharani, Saddharma Pundarika Sutra. Hariti beserta sepuluh anak perempuannya berjanji untuk melindungi para pelaksana Saddharma Pundarika Sutra dengan memberikan mantra dharani, " i dei bi, i dei bin, i dei bi, a dei bi, i dei bi, dei bi, dei bi, dei bi, dei bi, dei bi, ro kei, ro kei, ro kei, ro kei, ta kei, ta kei, ta kei, to kei, to kei". Setelah mengucapkan mantra itu dihadapan Sang Buddha, mereka berjanji bahwa "Barang siapa 5
yang menentang para pelaksana Saddharma Pundarika Sutra maka kepala mereka akan pecah menjadi tujuh bagian, bagaikan buah tunas arjaka....". Meskipun Hariti adalah iblis raksasa tetapi ia sangat menyayangi anak-anaknya, karena itu sejalan dengan janji Ia didalam Saddharma Pundarika Sutra maka Hariti juga dikenal sebagai pemberi dan pelindung anak kecil. Dewi Hariti sangat populer di Jepang terutama di Nichiren Shu, hampir semua kuil memiliki rupang dari Hariti dan Jurasetsunyo ini. (Baca kisah dan penjelasan selengkapnya di buku "Penjelasan Shutei Gohonzon Nichiren Shonin" hal 42-44)
No.12 / September 2005
Seri Pelajaran Mahayana
SAD PARAMITA (Enam Perbuatan Luhur) ( BAGIAN. iI) yang mengagumkan merupakan ciri utamanya; 2. Kebajikan moral yang dikaitkan dengan suatu cita-cita penyucian yang direalisasikan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan; 3. Kebajikan moral yang dikaitkan dengan lima ajaran moral (Pancasila Buddhis) dan sepuluh jalan tindakan yang baik dan bermanfaat dimana merupakan latihan moral kebajikan bagi umat awam. Pelaksanaan Sila merupakan suatu usaha seorang Bodhisattva untuk memusnahkan seluruh tiga akar kesengsaraan atau tiga racun dunia, yaitu: a. Raga [Lobha] yaitu hawa nafsu, gairah, kesenangan perasaan, b. Dvesa [Dosa] yaitu kebencian, keinginan buruk, c. Moha yaitu kebodohan batin, khayalan, kebingungan mengenai pikiran. Dalam melatih Sila Paramita, maka terdapat sepuluh hal yang harus dihindari oleh seorang Bodhisattva, yaitu : a. Membunuh b. Mencuri c. Ketidak-sucian d. Berbicara bohong e. Memfinah f. Berbicara kasar g. Berbicara yang tidak berarti h. Sifat iri hati i. Sifat dengki j. Pandangan salah
2. Sila Paramita
S
ila Paramita merupakan perbuatan luhur tentang hidup bersusila, tidak melakukan perbuatanperbuatan yang tidak baik oleh badan [kaya], ucapan [vak], dan pikiran [citta]. Pelaksanaan Sila Paramita merupakan pelengkap dari seorang Bodhisattva yang telah melaksanakan Dana Paramitha. Pelaksanaan Sila Paramita ini dapat diumpamakan kaki ataupun mata dimana tanpa kaki maka seseorang akan terjatuh ke dalam bentuk kehidupan yang penuh kejahatan, ataupun tanpa mata maka seseorang tidak akan dapat melihat Dharma. Terdapat tiga pengertian dalam menguraikan Sila Paramita, yaitu: 1. Kebajikan moral secara umum dimana kepribadian
3. Ksanti Paramita
K
santi merupakan suatu perbuatan luhur tentang kesabaran. Ksanti Paramita mencakup Tiga Pengertian, yaitu, kesabaran, ketabahan, dan ketulusan hati. Seorang Bodhisattva haruslah melatih kesabaran karena ketidaksabaran akan mudah menimbulkan kemarahan dimana dapat menghancurkan semua pemupukan kebajikan yang telah terhimpun. Ketidaksabaran dalam bertindak sering menenggelamkan kita dalam lautan penderitaan yang 6
No.12 / September 2005
menyebabkan penyesalan yang berkepanjangan. Penyesalan dari Ketidaksabaran Hsiau-fei adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan di wisuda. Dia sangat mendambakan akan mendapatkan hadiah wisuda dari ayahnya, seorang pengusaha kaya yang sangat menyayanginya sebagai anak satu-satunya. Hsiau-fei selama berhari-hari telah membayangkan akan mengendarai mobil BMW idamannya sambil bersenang-senang dengan temannya. Saat yang ditunggu pun tiba, dimana setelah wisuda dengan langkah penuh keyakinan Hsiau-fei melangkah menemui ayahnya yang tersenyum sambil berlinang air mata menyampaikan betapa dia sangat kagum akan anak satu-satunya dan yang sangat dicintainya. Ayahnya kemudian mengeluarkan sebuah kado yang dibungkus rapi, dan sungguh hal ini membuat Hsiau-fei terpaku karena bukanlah kunci mobil BMW sebagaimana yang diharapkannya. Dengan perasaan gundah, dibukanya juga kado tersebut dimana berisi Sutra Buddha Vacana yang terjilid rapi berlapiskan tulisan emas nama Hsiaufei di sampul depannya. Hancur sekali hati Hsiau-fei menerima hadiah sutra tersebut, dan dengan marah tanpa dapat terkendalikan, dia membanting sutra tersebut sambil berteriak nyaring, “Apakah ini cara ayah mencintai saya, padahal dengan uang ayah yang banyak tidaklah sulit untuk membelikan hadiah yang memang telah ayah ketahui sudah lama saya idamkan!!” Kemudian Hsiau-fei tanpa melihat reaksi ayahnya lagi, berlari kencang meninggalkannya dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi. Hari, bulan dan tahun pun berganti. Hsiau-fei yang telah pindah tinggal di kota lain akhirnya
berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses karena bermodalkan otaknya yang cemerlang. Selain memiliki rumah dan mobil yang mewah, dia juga telah berkeluarga dan mempunyai tiga anak. Sementara ayahnya sudah pensiun dan semakin tua serta tinggal sendirian. Ayahnya selalu menanti kedatangan Hsiau-fei sejak hari wisuda tersebut dengan satu harapan hanya untuk menyampaikan betapa kasihnya dia kepada Hsiaufei. Hsiau-fei adakalanya juga rindu kepada ayahnya, namun setiap kali mengingat kejadian hari wisuda tersebut, diapun menjadi marah kembali dan merasa sakit hati atas hadiah sutra dari ayahnya. Sampai suatu hari, datanglah telegram dari tetangga ayahnya yang memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dan sebelum meninggal dia telah meninggalkan surat wasiat kepada Hsiau-fei dimana semua hartanya akan diwariskan kepadanya. Akhirnya Hsiau-fei memutuskan untuk pulang mengurus harta peninggalan ayahnya. Memasuki halaman rumahnya, timbullah rasa penyesalan yang menyebabkannya sedih sekali memikirkan sikap ketidaksabarannya khususnya pada saat wisuda. Hsiaufei merasa sangat menyesal telah menolak ayahnya. Dengan langkah berat dia memasuki rumah dan satu persatu perabot diperhatikannya yang mengingatkannya akan semua kenangan indah tinggal bersama ayahnya. Dengan kunci wasiat yang diterimanya, dia membuka brankas besi ayahnya, dan menemukan sutra Buddha Vacana dengan ukiran emas namanya, hadiah hari wisuda. Dia mulai membuka halaman sutra tersebut, dan menemukan tulisan tangan ayahnya di halaman depan, “Dengan segala kejahatan yang telah kamu lakukan selama hidupmu, tetapi kamu tahu memberikan yang terbaik kepada anakmu, sungguh
7
para Buddha dan Bodhisattva akan terguncang d e n g a n perbuatanmu.” Tanpa disengaja, tiba-tiba dari sampul sutra tersebut terjatuh sebuah kunci mobil BMW dan kwitansi pembelian mobil yang tanggalnya persis satu bulan sebelum hari wisuda Hsiau-fei. Hsiau-fei terpaku tanpa bisa bersuara, berbagai perasaan menghinggapinya. Dengan sisa tenaga yang ada, Hsiau-fei segera berlari ke garasi dan menemukan sebuah mobil BMW yang telah berlapiskan debu tetapi masih jelas bahwa mobil tersebut belum pernah disentuh sama sekali karena jok mobilnya masih terbungkus plastik. Di depan kemudi terpampang foto ayahnya yang tersenyum bangga. Tiba-tiba lemaslah seluruh tubuhnya, dan air matanya tanpa terasa mengalir terus tanpa dapat ditahannya,......... suatu penyesalan yang mendalam atas ketidaksabarannya sendiri........, suatu penyesalan yang tak mungkin berakhir........
4. Virya Paramita
V
irya Paramita merupakan perbuatan luhur mengenai keuletan, ketabahan dan semangat. Terdapat dua macam Virya, yaitu : a. Sannaha-virya, yang dapat diartikan memakai perisai dalam arti mempersiapkan diri atau memperkuat iman terhadap berbagai godaan. b. Prayoga-virya, yang dapat diartikan dengan ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan Ajaran Sang Buddha .
Bersambung
No.12 / September 2005
Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 2
Edited by George Tanabe.Jr, Compiled by Kyotsu Hori Terbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - Japan Diterjemahkan oleh Shami Josho S.Ekaputra
TOKI DONO GO HENJI (Surat Balasan Kepada Toki Dono)
Pendahuluan
S
urat ini ditulis tanggal 6 bulan tujuh tahun Bun’ei Ke-10 (1273) di Ichinosawa, Pulau Sado, surat asli masih tersimpan dengan baik di Kuil Nakayama Hokekyoji. Selain mengucapkan terima kasih atas sumbangan dari Tuan Toki, Nichiren Shonin juga menjelaskan kenapa ia belum dibebaskan dari hukuman pembuangan, hal ini untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tuan Toki. Menghadapi semua ini, Nichiren Shonin menyatakan tekadnya untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra dan O’daimoku dengan seluruh hidupNya. Ia tidak mempunyai sedikit keraguan pun tentang keberhasilanNya dan menyatakan kegembiraanNya sebagai seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra.
Surat Balasan Kepada Tuan Toki
T
erima kasih banyak atas sumbangan yang kamu berikan. Aku telah menerima dua ikat uang koin, yang merupakan kiriman dari Tuan Ota dan kamu sendiri. Nitcho, putramu, adalah
sangat berbakat, sehingga Aku memutuskan untuk menjaganya sampai akhir tahun ini. Tidak perlu terlalu bersedih mengenai diriKu karena belum lepas dari hukuman pembuangan. Sebagaimana peringatan yang telah Aku sampaikan dalam “Rissho ankoku-ron (Risalah Menyebarkan Perdamaian Keseluruh Negeri Melalui Penegakkan Ajaran Yang Sesungguhnya),” beberapa diantaranya telah terjadi di negeri ini dan Aku pikir bahwa tidak akan dilepaskan sampai pada waktunya. Pada hari ini, Aku sendiri tidak yakin apakah akan terus hidup atau mati disini; namun, pada saat yang sama, Aku sangat yakin bahwa kelima aksara Myo Ho Ren Ge dan Kyo akan tersebarluas pada Masa Akhir Dharma ini. Maha Guru Dengyo mencoba untuk menyebarkan ajaran sempurna dari Saddharma Pundarika Sutra, dari ke Tiga Jalan 8
Ajaran, Ia telah berhasil menyebarkan Dua Jalan: “Pelaksanaan Meditasi” dan “Menanamkan Kebijaksanaan” semasa hidupnya. Mengenai yang ketiga, bagaimanapun, rencana ia untuk menegakkan kebenaran dan ajaran sempurna tidak dapat dilakukan karena tidak diijinkan oleh pemerintah sampai akhir hidupnya. Untuk menegakkan sebuah dasar dari “Aspek Nyata” lebih sulit dibandingkan dengan menegakkan “Aspek Sunyata” dari Meditasi dan Kebijaksanaan, jadi sekarang kamu telah mengetahui betapa sulitnya untuk menyebarkan ajaran dari Buddha Abadi yang dibabarkan dalam Bab.XVI “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata” dan Odaimoku, intisari dari Saddharma Pundarika Sutra, pada hari ini setelah 2,220 tahun kemoksaan Sang Buddha. Aku sangat beruntung dapat hidup di Masa Akhir Dharma ini untuk menyebarluaskan
No.12 / September 2005
ajaran kebenaran ini, jadi saya mendapatkan lebih banyak kebajikan dibandingkan beberapa diantara mereka dari masa lalu seperti Dengyo, T’ien-t’ai, Nagarjuna, dan Vasubandhu. Jika tidak untuk Saddharma Pundarika Sutra, yang mana diramalkan akan tersebarluaskan pada Masa Akhir Dharma ini, maka Aku akan menjadi orang yang paling angkuh didunia ini. Mengenai pujian kepada T’ient’ai, Chang-an berkata, “Penafsiran Tien-t’ai’ tentang Buddhisme adalah jauh lebih unggul dibandingkan dengan Ceramah Kebijaksanaan Agung di India.” Kenapa kita harus membandingkan Ia dengan para guru China? Ini bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan; ini adalah merupakan hasil perbandingan ajaran secara nyata. Hal yang sama dapat dikatakan bahwa ajaranku yang ditemukan dalam Saddharma Pundarika Sutra, ajaran sesungguhnya dari Sang Buddha. Tanpa bermaksud untuk melebih-lebihkan, bahwa
ajaranKu jauh lebih unggul dibandingkan dengan para komentator besar seperti Nagarjuna dan Vasubandhu. Oleh karena itu, T’ien-t’ai meramalkan, “Pada periode akhir 500 tahun, ajaran luar biasa Saddharma Pundarika Sutra akan tersebarluaskan.” Beliau sedang meramalkan tentang diriKu. Meratapi dirinya bahwa tidak terlahirkan pada Masa Akhir Dharma, Dengyo menyatakan, “Masa Akhir Dharma sudah semakin dekat." Betapa beruntungnya diriKu! Aku sedang menyebarluaskan ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra, menghadapi berbagai macam penganiayaan dan kesulitan pada Masa Akhir Dharma ini, hal ini telah diramalkan dalam Saddharma Pundarika Sutra, Bab.XIII “Dorongan Untuk Menegakkan Sutra Ini”; “Mereka yang menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra setelah kemoksaan Sang Buddha akan mendapatkan berbagai macam penganiayaan dan diusir dari biara atau kuil.” Aku sangat bangga akan diriKu. Aku menuliskan ini sebagai tanggapan kepada semua orang, jadi Aku percaya bahwa Aku tidak perlu menjelaskan hal ini secara terperinci. Tanggal 6 bulan tujuh Balasan Kepada Tuan Toki
KATA -KATA MUTIARA
Oleh: Shami Josho S.Ekaputra
"Langit dan bumi memang berbeda tetapi dalam bumi ada langit dan dalam langit ada bumi" "Akibat buruk bisa menciptakan ketegaran dan kekuatan, Akibat baik mampu menjerumuskan dalam penderitaan" "Seekor burung terbang tinggi di angkasa, melayang mengikuti alur angin dan udara, demikian halnya dengan manusia" "Manusia yang hidup dalam kemelekatan bagaikan hidup diatas langit yang tiada batas" "Hijau nya rumput karena karunia dari air, makanan dan cahaya matahari. Bahagia atau tidak seseorang tergantung pada karunia yang diperoleh sebagai akibat perbuatan dirinya"
Nichiren
9
No.12 / September 2005
Legenda Nichiren Shonin
Oleh YM.Bhiksu. Gyokai Sekido Sumber: Nichiren Shu News, terbitan Nichiren Shu Headquaters dan Kaigai Fukyo Koenkai
LEGENDA (BAG.1)
NICHIREN SHONIN Catatan :Riwayat hidup Nichiren Shonin yang tepat dapat kita baca dari berbagai macam surat dan catatan masa lalu dan penelitian sejarah lainnya. Tetapi disini terdapat berbagai macam cerita legenda sehubungan dengan kehidupan Nichiren Shonin, dan akan Saya tuangkan dalam tulisan ini.
KELAHIRAN
N
ichiren, diketahui lahir pada tanggal 16 bulan kedua tahun Joo Ke-1 (1222) di Kominato, Propinsi Awa (sekarang Daerah Administrasi Chiba), terdapat banyak legenda sehubungan dengan kelahiran Beliau. Ketika Beliau lahir, dikatakan bahwa secara tiba-tiba air mancur keluar dari tanah di dalam kebun dan Bunga Teratai bermekaran dilaut. Dan juga dikatakan, ikan-ikan air tawar berkumpul di pantai. Kuil Tanjo-ji adalah tempat kelahiran Beliau. Bahkan sampai hari ini, ikan-ikan air tawar selalu berkumpul dekat pantai tempat bersandar kapalkapal pesiar dan disebut sebagai Tai no Ura (Pantai Ikan Air Tawar) atau Tae no Ura (Pantai Bunga Teratai). Air hangat dari lautan di semenanjung Boso dipercaya sebagai penyebab kenapa ikan-ikan air tawar berkumpul disana. Daerah Administrasi Chiba dikenal sebagai daerah pergerakan bumi atau gempa bumi sejak dulu.
Ket. Air tawar muncul di kebun rumah ketika Nichiren lahir. Gambar ini diambil dari "Riwayat Hidup Nichiren", Kumpulan Lukisan dari Tenrei Horiuchi, yang dipublikasikan oleh Sulyosha"
Kuil Tanjo-ji terpaksa direlokasi akibat terjadinya gempa bumi, dan sapuan gelombang pasang surut, sehingga ini menyebabkan lokasi semula sulit ditempati. Pada kuil ini terdapat sumber air tawar yang menyembur ketika Nichiren lahir, dan juga terdapat sebuah patung perunggu Nichiren ketika masih kanak-kanak berdiri dengan gagahnya.
N
ichiren dipercaya adalah anak seorang pejabat yang berhubungan dengan perikanan. Nichiren dikirim ke Kuil Seicho-ji ketika berumur 11 tahun 10
untuk mendapatkan pendidikan dasar. Ini membuktikan bahwa orangtuaNya mempunyai cukup uang untuk memasukkannya ke kuil itu. Tetapi, juga terdapat cerita bahwa Ia adalah seorang keturunan bangsawan. Dikatakan bahwa ibuNya yang bernama Umegiku dan ayahNya bernama Nukina Shilgetada. Tuan Nukina dikatakan adalah keturunan dari Kaisar Shomu yang pernah memerintah di Propinsi Totorni Province (sekarang Daerah Administrasi Shizuoka). Ia dikatakan dibuang ke Propinsi Awa, karena terjadi pertengkaran didaerah
No.12 / September 2005
tersebut.
M
eskipun nama kanak-kanan Nichiren adalah Zennichi maro, namun sejarah juga mencatat bahwa ketika Ia masih kanak-kanak, sering disebut dengan nama Yakuo-maro. Ia tumbuh dengan penuh kegembiraan didaerah pantai laut Jepang yang mengalir dengan indahnya. Sebuah rupang Nichiren dibuat pada peringatan ke-7 meninggalnya Nichiren dan sekarang tersimpan di Kuil Honmon-ji, Ikegami – Tokyo. Para murid utama dan pengikut yang mengenal dan dekat dengan Nichiren dikumpulkan untuk membuat rupang tersebut. Karena rupang ini dibuat segera setelah kematian Nichiren maka diyakini merupakan wujud pengambaran sosok Nichiren yang paling tepat. Jika melihat rupang tersebut, maka kita melihat gambaran tubuh fisik Beliau yang kekar. Gelombang samudera Pasifik telah membentuk tubuhNya. Kita dapat membayangkan masa kanak-kanak Nichiren, setiap hari berenang dilaut sampai Ia tumbuh dewasa. BERSAMBUNG
Ket. (Atas-Kanan); rupang Nichiren Shonin di Kuil Honmonji, Ikegami - Tokyo, ditetapkan sebagai Benda Purbakala Negara. (Bawah-Kiri); patung perunggu Nichiren semasa kanak-kanak terdapat di Kuil Tanjo-ji.
Kronologi Riwayat Hidup Nichiren Shonin 1222 Lahir di Kominato, Awa, pada tanggal 16 bulan kedua 1233 Masuk ke Kuil Seichoji untuk menjadi seorang calon Bhiksu 1237 Menjadi seorang Bhiksu dan diberi nama Zeshobo Rencho. 1239 Pergi ke Kamakura untuk belajar. 1242 Pergi ke Gunung Hiei dan tempat lainnya untuk belajar. 1253 Kembali ke Kuil Seichoji; Mendirikan Nichiren Shu Buddhisme 28 April. 1259 “Shugo Kokka-ron” selesai dibuat. 1260 “Sainan Koki Yurai” dan “Sainan Taiji-sho,” ditulis pebruari; “Rissho Ankoku-ron (Risalah Untuk Menyebarkan Perdamaian di Seluruh Negeri Melalui Penegakkan Ajaran Yang Sesungguhnya)” selesai ditulis dan dikirim pemerintahan Shogun Hojo Tokiyori pada bulan tujuh; penganiayaan di Matsubagayatsu pada bulan agustus 1261 Pembuangan ke Semananjung Izu, Daerah Administrasi Shizuoka. 1262 “Kyoki Jikoku-sho” selesai ditulis. 1263 Dibebaskan dan kembali ke Kamakura dari Izu. 1264 Penganiayaan di Kamakura. 1266 “Hokke Daiinoku-sho” ditulis pada bulan januari 1268 “Ankoku-ron Gokan yurai’’ ditulis pada bulan april 1271 Selamat dari kematian di Tatsunokuchi (Ryuko): Dibuang ke Pulau Sado. 1272 “Kaimoku-sho (Membuka Mata kepada Saddharma Pundarika Sutra)” 1273 “Kanjin Honzon-sho (Risalah Perenungan Spiritual dan Yang Patut Dimuliakan)” selesai pada bulan empat; Maha Mandala dibuat pada bulan tujuh untuk pertama kalinya. 1274 Dibebaskan dan kembali ke Kamakura dari Pulau Sado; Memberikan peringatan kepada Shogun Kamakura; meninggalkan Kamakura menuju Gunung Minobu. 1275 “Senji-sho (Memilih Waktu Yang Tepat) selesai pada bulan juli. 1276 “Hoon-jo (Surat Balas Budi)” selesai ditulis 1280 “Kangyo Hachiman-sho (Keluhan dengan Bodhisattva Hachiman)” ditulis. 1282 Meninggalkan Gunung Minobu untuk ke Hitachi: Aula utama dengan ukuran 18 meter persegi selesai didirikan di Gunung Minobu; meninggal di kediaman Ikegami Munenaka pada tanggal 13 bulan sepuluh.
11
No.12 / September 2005
Menemukan Diri Sendiri Oleh: Shami Josho S.Ekaputra
P
ada suatu masa, ketika perang saudara berkesinambungan di dataran Tiongkok, terdapatlah seorang tabib perang ikut bersama para prajurit ke medan perperangan. Ia bertugas merawat dan mengobati para prajurit yang terluka di medan peperangan. Setiap kali prajurit itu sembuh dari luka, maka mereka akan kembali ke medan peperangan lagi. Akibatnya mereka terluka lagi atau mati. Sang tabib setelah melihat hal ini berulang-ulang terus tiada hentinya, akhirnya mentalnya pun jatuh dan putus asa. Ia berkata, "Jika mereka ditakdirkan untuk mati, mengapa saya mesti merawat mereka! Jika obat saya bermanfaat, mengapa ia mesti berperang dan mati ?" Ia tidak mengerti apakah masih ada manfaatnya bagi dia sebagai seorang tabib perang. Dan ia begitu tertekan hingga ia tidak mau lagi mengobati orang. Ia akhirnya pun naik gunung untuk menemui seorang bhiksu untuk mendapatkan penerangan mengenai masalah yang dihadapinya. Setelah berbulan-bulan tinggal bersama sang guru ....... Akhirnya ia mengerti masalaha yang ia hadapi. Ia turun gunung untuk menjadi tabib perang lagi. Dan Ia berkata, "Kenapa ini harus aku lakukan adalah karena aku seorang tabib perang." Cerita diatas adalah sebuah contoh klasik yang hampir dialami oleh setiap orang. Banyak dilema dalam kehidupan ini, yang pada posisi tertentu tidak sesuai dengan apa yang kita harap dan impikan. Kenyataan hidup yang berbeda
dengan impian, sering kali membuat seseorang terjerumus dalam keputus asaan dan kalah dalam kehidupan ini. Semua orang selalu mendambakan kehidupan yang ideal, ukuran ideal ini disesuaikan dengan keinginan dan hawa nafsu. Akibatnya timbullah bermacam-macam pertanyaan, kenapa aku harus seperti ini? kenapa aku tidak bisa seperti mereka? Apakah aku masih berguna dalam hidup ini? dan sebagainya. Hal ini terjadinya karena Sang "Aku" belum menyadari "Aku" nya. Inilah yang sering kita sebut sebagai "Jati Diri". Jati diri adalah sebuah proses untuk menemukan "Siapakah Aku?", "Kenapa Aku ada disini?" , "Kenapa Aku harus mengalami semua ini?" , "Apakah yang harus Aku lakukan dalam hidup ini?." Inilah sejumlah pertanyaan yang harus kita temukan dalam perjalanan hidup ini. Seseorang yang telah menemukan jati diri yang sebenarnya, tidak mudah goyah dan ragu dalam menjalani kehidupan. Menemukan jati diri sama seperti buah jeruk menyadari dirinya adalah jeruk, buah mangga mengetahui dirinya adalah buah mangga. Sama halnya seperti cerita diatas, bahwa pada akhirnya sang tabib menyadari bahwa ia adalah seorang tabib karena itulah ia harus mengobati dan menolong orang yang terluka. Jati Diri adalah menyadari "Siapakah 'Aku' ?". Proses untuk menemukan "Aku" yang sebenarnya, perlu perjuangan untuk mengalahkan Pikiran yang menguasai sang "Aku" dan terlepas dari belenggu hawa nafsu, tentu saja hal ini tidaklah mudah karena sejak
12
kita lahir didunia ini, pikiran dan hawa nafsu telah menjadi guru dan belenggu dari "Jati Diri" kita. Seorang pelukis akan menjadi pelukis yang berkarakteristik dan luar biasa jika menyadari jati dirinya, inti hakikat dan cirinya sendiri, demikian juga semua orang akan berjaya dibidangnya jika menyadari hal ini. Guru kita, Nichiren Shonin menemukan Jati Dirinya, ketika menghadapi hukuman pembuangan di Pulau Sado. Beliau akhirnya menyadari bahwa Ia adalah utusan dari Buddha Sakyamuni Abadi dan merupakan kelahiran kembali dari Bodhisattva Visistakaritra (Jogyo Bosatsu). Disamping itu, Ia juga menyadari bahwa Ia harus melaksanakan dan menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra dan Odaimoku. Jati diri inilah yang membawa keberanian dan semangat yang tidak pernah padam bagiNya. Bagaimana halnya dengan diri kita, murid Nichiren Shonin? Jati diri spiritual kita adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi, yang mengemban tugas menyebarluaskan Odaimoku pada Masa Akhir Dharma ini. Jika kita sudah menyadari ini, maka sudah semestinya kita harus kuat dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun didalam perasaan kejiwaan kita. Ikan, burung dan mahluk lainnya berjalan menurut jalannya masingmasing demikian juga kita. Marilah temukan Jati diri masing-masing dengan sungguh-sungguh berdoa dan menyebut Odaimoku "Namu Myoho Renge Kyo." Gassho.
No.12 / September 2005
Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra
Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai Sumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu Murano Diterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE
BAB VII
PERUMPAMAAN
KOTA AJAIB RINGKASAN
B
ab 7 mengungkapkan bahwa ajaran-ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra selalu sama di setiap jaman; yakni bahwa semua Buddha mampu mencapai Penerangan melalui ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Akan tetapi, suatu proses dibutuhkan untuk membimbing semua mahkluk kepada Saddharma Pundarika Sutra. Inilah yang disebut sebagai metode ho-ben, yang dalam bab ini mengambil bentuk sebuah perumpamaan tentang sebuah kota ajaib. Dahulu kala, ada seorang B u d d h a b e r g e l a r Ta t h a g a t a Kebijaksanaan Agung Sempurna Universal. Buddha ini sebelumnya adalah seorang raja di suatu negeri dan ia memiliki 16 orang putra mahkota. Ketika ayahanda mereka mencapai Kebuddhaan, ke-enam belas pangeran ini juga berkeinginan menjadi Buddha dan melepaskan gelar bangsawan mereka. Belakangan, mereka semua akhirnya menjadi Buddha di bawah bimbingan Buddha Kebijaksanaan Agung Sempurna Universal melalui Saddharma Pundarika Sutra. Diantara mereka, pangeran ke-13 menjadi
Buddha Amitabha dan ke-16 menjadi Buddha Sakyamuni. Ketika Sang raja menjadi Buddha Kebijaksanaan Agung Sempurna Universal, Ia membabarkan Empat Kesunyataan Mulia dan Duabelas Sebab Akibat. Akan tetapi, ajaran-ajaran ini hanyalah diperuntukkan bagi penyelamatan individual dan ajaran bagi kaum shomon dan engaku, bukan ajaran bagi Salinan Saddharma Pundarika Sutra dan Komentar Nichiren kaum bodhisattva. Ketika Daishonin diantara kata-katanya. sejumlah umat tidak siap untuk hanya ditinggali satu orang. Saat itu memahami ajaran Saddharma Pundarika Sutra, Sang Buddha banyak orang berkeinginan melewati mengajarkan ajaran Hinayana, akan jalan tersebut untuk mencapai sebuah tetapi hanya sebagai cara membimbing daerah berisi penuh harta karun. mereka kepada jalan Mahayana. Mereka dibimbing oleh seorang Untuk mengilustrasikan proses ini laki-laki yang cerdik, bijak, dan tahu Buddha Sakyamuni membabarkan banyak tentang kondisi jalan yang berbahaya tersebut. bab ini. Di separuh perjalanan, orang PERUMPAMAAN TENTANG orang menjadi kelelahan akibat KOTA AJAIB (P. 144, Paragraf ke-3 berjalan dan berkata kepada Sang pemimpin, “Kami sudah terlalu - P. 145.) capek. Kami juga takut akan bahaya ahulu kala, ada sebuah jalan dari jalan ini. Kami tidak dapat yang amat panjang, buruk, melangkah lebih jauh lagi. Tujuan dan berbahaya. Jalan itu begitu kita masih amat jauh. Kami ingin mengerikannya dan didaerah tersebut kembali saja.”
D
13
No.12 / September 2005
Sang pemimpin berpikir, “Sungguh disayangkan! Mereka ingin kembali tanpa mendapatkan harta-harta tak ternilai itu.” Seusai berpikir demikian, ia dengan sengaja menyihir sebuah kota hingga muncul di kejauhan. Ia pun berkata kepada mereka, “Jangan kembali! Kalian dapat beristirahat di kota besar itu dan melakukan apapun yang kalian inginkan. Jika kalian masuk ke kota itu, kalian akan merasa tenteram. Jika sesudah itu kalian melanjutkan perjalanan dan mencapai tempat harta, maka kalian bisa pulang.” Maka timbullah kegembiraan yang luar biasa pada orang-orang yang telah kelelahan tersebut. Mereka berkata, “Belum pernah kami merasa segembira ini sebelumnya. Sekarang kita bisa menyingkir dari jalan buruk ini dan menjadi tenang.” Mereka memasuki kota tersebut dan merasa tenteram. Setelah melihat mereka semua beristirahat dan pulih dari rasa lelah, Sang pemimpin membuat kota tersebut menghilang dan berkata kepada mereka, “Sekarang tempat harta tersebut berada telah dekat. Mari kita pergi untuk mendapatkan harta-harta itu. Aku menciptakan kota ini dengan ajaib dengan tujuan memberi kalian kesempatan beristirahat.” PENJELASAN:
S
ang Buddha adalah ibarat pemimpin dari perburuan harta tersebut. Ia mengetahui jalan yang buruk yang terdiri dari kelahiran, kematian, dan ilusi/ khayalan. Mereka yang merasa puas dengan kota ajaib adalah orang-orang shomon dan engaku. Mereka mengira bahwa mereka telah mencapai penerangan, tapi sesungguhnya belum. Hal ini mirip dengan rasa puas mereka akan kota ajaib tersebut.
Penerangan Sejati masih jauh dan diperoleh melalui pelaksanaan jalan Bodhisattva. Perumpamaan ini juga mengajarkan bahwa kita kadang membutuhkan sarana-sarana. Kito atau pemberkahan/doa khusus dalam Nichiren Shu adalah salah satu dari sarana tersebut. Doa-doa bagi kepuasan material penting bagi sebagian orang, akan tetapi tujuan akhirnya adalah untuk mencapai tanah pusaka yang melambangkan pencapaian Kebuddhaan. Perumpamaan ini juga menunjukkan kepada kita bahwa sebagian dari Saddharma Pundarika Sutra disusun pada masa perdagangan jalur sutra. Para pedagang bepergian melewati gurun-gurun pasir yang panjang dan luas dan melewati banyak negeri sepanjang Jalur Sutra tersebut. Oasis yang terdapat di jalur tersebut digunakan untuk beristirahat sebelum kemudian mencapai harta sesungguhnya yang terdapat melampaui oasis itu. “Telah begitu lama semenjak. . .” (P.126, L.12.) Tata surya kita terdiri dari sepuluh planet utama yakni Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Satu tata surya dikali 1.000 disebut sebagai Seribu Dunia Kecil. Seribu dunia kecil dikali 1.000 disebut sebagai Seribu Dunia Menengah. Seribu Dunia menegah dikali 1.000 disebut sebagai Seribu Dunia Besar atau Sanzen Daisen Sekai. Seribu dikali seribu dikali seribu akan menjadi satu milyar. Misalkan seseorang menghancurkan semua isi planet dari satu milyar dunia tersebut menjadi bubuk tinta, ada berapa partikel yang terdapat disana? Jumlah yang sebesar itu dikali lagi dengan 1.000 akan menjadi tak terhitung nilainya.
14
Penggambaran inilah yang dikenal dengan “Tiga Ribu Debu-Atom Kalpa”. Sutra ini mengatakan bahwa Sang Buddha telah hadir sebelum tiga ribu debu atom kalpa yang lalu. Maka dikatakan bahwa Sang Buddha adalah kekal abadi. “Kekuatan pemahamanKu tetap sejelas bagai ia baru wafat hari ini.” (P.127, L.4.) Ini menekankan bahwa pemahaman Buddha berkalpakalpa yang lalu dan saat ini adalah sama. Kebenaran mutlak tidak akan berubah, tak peduli dimanapun atau kapanpun. “Sebelum ia mencapai Kebuddhaan, ia duduk di tempat penerangan dan mengalahkan bala tentara Mara. Ia ingin mencapai Penerangan, tapi tak bisa.” (P.128, L.10.) Sering dikatakan bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, ketika kita begitu sibuk dan dikejarkejar waktu, kita tidak jatuh sakit atau terlibat kecelakaan. Akan tetapi, ketika kita bersantai dan berpikir bahwa semuanya telah beres, penyakit dan kecelakaan seringkali terjadi. Sama halnya dengan Sang raja yang terdapat dalam bab ini, meski ia mengalahkan pasukan Mara, tetap saja ia tidak mampu mencapai Kebuddhaan. Ia telah berulang kali mengalahkan Mara, akan tetapi hasilnya bukanlah penerangan. Tujuan seseorang tidak semudah itu dicapai seperti yang sering mereka pikir. Oleh karena perjuangan mencapai penerangan itu tidaklah mudah. Akan tetapi, kita harus terus berusaha untuk mencapai Kebuddhaan. “Pada akhir masa sepuluh kalpa kecil, Dharma dari para Buddha mencapai pikiran dari Buddha Kebijaksaan Agung Sempurna
No.12 / September 2005
Universal.” (P.128, L.31-P.33) Sang raja, ayahanda dari keenam belas putra tersebut akhirnya mencapai Nirvana setelah berlatih selama sepuluh kalpa kecil. Semua orang dari kita yang membaca Saddharma Pundarika Sutra sedang dalam proses untuk menjadi seorang Buddha. Siapakah orang selanjutnya yang akan menjadi Buddha? “Ketika Sang Buddha mencapai Nirvana, . . .sinar terang dari matahari dan rembulan yang ada di dunia sekitarnya diterangi oleh berkas cahaya yang luar biasa.” (P.131, L.5-L.10) Cahaya mentari dan rembulan sering melambangkan kebenaran tidak hanya dalam Buddhisme tetapi juga di agama-agama lain. Dunia spiritual hanya dijelaskan secara fisik oleh cahaya tersebut. Tanah Buddha dalam Saddharma Pundarika Sutra disebut “Jo Jakko Do” atau “Tanah Cahaya Tenang yang Kekal Abadi”. Tenang mengacu kepada sifat dasar dari kebenaran dan cahaya, kepada kebijaksanaan. Welas asih dari para Buddha menyinari tempat yang bahkan tidak mampu dicapai oleh cahaya matahari dan bulan, bahkan hingga ke dunia neraka sekalipun. “Istanaku belum pernah disinari sedemikian terangnya. Kenapakah itu terjadi?” (P.131, L.18-P.20.) Cahaya dari welas asih Sang Buddha menyinari bukan saja tempat di mana Sang Buddha berada tetapi juga kesepuluh penjuru alam semesta. Para dewa dan manusia dari kesepuluh penjuru alam semesta kemudian berusaha mencoba menemukan asal dari sumber cahaya tersebut. Akhirnya mereka menemukan Buddha Kebijaksanaan Agung Sempurna Universal duduk di atas tempat duduk
yang berbentuk seperti singa di bawah pohon Bodhi di tempat penerangan dengan dikelilingi oleh para dewa, raja-naga, manusia, dan mahkluk bukan manusia. “Semoga jasa-jasa baik yang telah kami kumpulkan melalui persembahan ini, disebarkan ke semua mahkluk hidup. Dan semoga kita dan semua mahkluk hidup, mencapai penerangan Sang Buddha!” (P.139, L.24 - L.27) Kalimat ini amatlah terkenal, dan ditulis ulang dalam doa Nichiren Shu sebagai berikut: “Semoga semua mahkluk diberkati dengan jasa baik ini dan bersama-sama dengan kami mencapai Kebuddhaan”. Saya berharap Anda dapat mengingat kalimat ini dan mengakhir doa Anda selalu dengan kalimat ini setiap harinya. Inilah yang disebut semangat Bodhisattva. Inilah jalan kepercayaan bagi Buddhis Mahayana. Semangat ini amat berbeda dengan agama yang menyatakan: “Jika Anda tidak mempercayai ini, Anda akan masuk Neraka”. “Lalu Sang Tathagata . . . memutar roda pembabaran ajaran tentang Empat Kebenaran dan membuat duabelas pernyataan sekaligus.” (P,140, L.9 - L.13.) Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya ajaran tentang Empat Kesunyataan Mulia dan Duabelas Rantai Asal Muasal yang saling Berkegantungan adalah ajaran dari Buddhisme Hinayana, yang merupakan penyelamatan yang terbatas berdasarkan individu masingmasing. Ajaran-ajaran ini adalah langkah-langkah, yang membimbing semua mahkluk kepada Saddharma Pundarika Sutra. Empat Kesunyataan Mulia:
15
1.Semua keberadaan adalah penderitaan. 2. Penyebab dari penderitaan adalah ilusi dan keinginan/hasrat. 3. Nirvana adalah alam yang bebas dari penderitaan. 4. Cara untuk mencapai Nirvana adalah pelaksanaan Jalan Mulia Beruas Delapan. Untuk penjelasan lebih detailnya, silahkan mengacu kembali ke Bab 3. Dua Belas Rantai Asal Muasal Yang Saling Berkegantungan: 1. Ketidaktahuan (Mumyo); Penyebab dari semua ilusi. 2. Kecenderungan (Gyo); Ketidaktahuan meghasilkan kecenderungan. Kedua hal inilah yang menyebabkan seseorang terlahir kedunia ini. 3. Kesadaran (Shiki); Tahap pertama dari kesadaran setelah terjadi pembuahan dalam janin. Ini merupakan sifat dasar yang dimiliki pertama oleh seseorang. 4. Fungsi-fungsi Mental & Materi (Myo Shiki); Tahap pembentukan tubuh dan pikiran seseorang dalam kandungan seorang ibu. Jaman sekarang kita mampu melihat kedalam janin Sang ibu dan berkata, “Ini adalah kepala, dan ini adalah tangan dan kaki”. Hal ini merupakan suatu tahap pembentukan obyek dan penamaan dari masing-masing objek ini. 5. Ke-Enam Indera (Rokunyu); Dalam tahap ini, kelima organ tubuh dan pikiran terhubung. Semua ini masih terjadi dalam kandungan ibu. Jaman sekarang dikatakan bahwa pendidikan dalam janin amatlah penting karena akan mempengaruhi masa depan bayi yang akan terlahir. 6. Kontak (Soku); Seorang bayi dilahirkan dalam tahap ini. Terlahir ke dunia ini merupakan suatu kontak luar biasa bagi yang baru dilahirkan.
No.12 / September 2005
7. Persepsi (Ju); Seseorang merasa baik atau buruk, memiliki perasaan kenikmatan atau ketidaksukaan, merasa nyaman atau tidak nyaman dan lain sebagainya. Tahap ini berlangsung dari kelahiran seorang bayi hingga awal usia remajanya. 8. Keinginan/Hasrat (Ai); Seseorang berkeinginan untuk menyimpan halhal dan benda-benda yang ia rasa baik, sukai, nyaman dan sebagainya dan menjauhkan hal-hal yang ia anggap negatif dari dirinya. 9. Ketergantungan / Kemelekatan (Shu); Seseorang menciptakan ketergantungan kepada hal-hal dan benda yang ia rasa baik, menyenangkan, nyaman, dan seterusnya. Ia akan merasa bahagia ketika ia mampu memiliki apa yang ia suka, tetapi ia akan merasa benci dan menderita ketika hal sebaliknya terjadi. Ini adalah tahap kehidupan remaja. Akan tetapi ketergantungan ini menyebabkan seseorang terlahir kembali di kehidupan selanjutnya. 10. Keberadaan (U); Seseorang membeda-bedakan orang lain. Kehidupan sehari-hari kita penuh dengan diskriminasi; untung atau rugi, baik atau buruk, “kepunyaanku” atau “kepunyaanmu”, hitam atau putih, panjang atau pendek, dan lain-lain. Inilah kehidupan kita di dunia ini. 11. Kelahiran (Sho); Maka kita pun akan terlahir kembali dalam kehidupan selanjutnya akibat dari penderitaan dalam tahap-tahap sebelumnya. 12. Usia tua & Kematian (Ro-Shi); Seseorang akan menjadi tua dan pada akhirnya meninggal. Dengan begitu kita mengulangi kehidupan yang tak terhitung dari masa lalu, sekarang, dan masa mendatang. Ketidaktahuan merupakan asal mula pengulangan hidup dan mati. Jika Anda tidak ingin terlahir kembali, maka Anda harus mencapai
Penerangan atau Kebenaran. Maka itu marilah kita melatih diri kita hari demi hari sehingga mencapai tujuan Penerangan dalam kehidupan ini. “Ke-enam belas pangeran... meninggalkan keduniawian dan menjadi sramanera.” (P.141, L.11.) Setelah mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha: Empat Kesunyataan Mulia, Jalan Beruas Delapan, dan Duabelas Asal Muasal yang saling Berkegantungan, para pangeran merasa gembira dan mengambil pentahbisan sebagai samanera. Tahap ini belumlah sepenuhnya menjadi bhiksu. Dalam Nichiren Shu, kita menyebut tahap ini sebagai ”sha-mi’. Seorang shami membutuhkan banyak bimbingan dan pelatihan dibawah nasehat gurunya. “Mereka telah memberi persembahan kepada ratusan dari ribuan jutaan Buddha, menjalankan pelaksanaan-pelaksanaan brahma, dan mencari Anuttara-samyaksambodhi dalam kehidupan mereka sebelumnya.” (P.141, L.14.) Hubungan antara Sang raja dan ke-enam belas pangeran tidak hanya di dunia ini tapi juga di kehidupan yang lampau. Mereka telah melaksanakan pemberian persembahan, menjaga Saddharma Pundarika Sutra, menghafalkan kalimat-kalimatnya, dan juga membabarkannya kepada orang lain. Oleh karena itulah, kita bisa bertemu dengan Sangha ini lagi dalam kehidupan kita sekarang ini. “Ke-enam belas Bodhisattva ini dengan penuh kesadaran membabarkan Sutra Bunga Teratai. Masing-masing dari mereka mengajarkannya kepada mahkluk hidup sebanyak jumlah pasir yang ada di Sungai Gangga.” (P.142,
16
Paragraf terakhir) Setelah mendengarkan Buddha Kebijaksanaan Agung Sempurna Universal yang dulunya adalah ayahanda mereka, ke-enam belas pangeran meninggalkan istana, mulai mempraktekkan jalanjalan Bodhisattva, hingga akhirnya mencapai Kebuddhaan. Putra ke-13 bernama Amida, dan ke-16 adalah Sakyamuni. Oleh sebab itu, Amida dan Sakyamuni adalah kakak beradik dalam kehidupan mereka terdahulu. Buddha Sakyamuni memiliki ketiga kebajikan sebagai Majikan, Guru, dan Ayah Bunda, yang terungkapkan dalam Bab 3: “Ketiga dunia ini adalah milikKu” melambangkan Majikan. “Semua mahkluk hidup adalah anakanakKu” melambangkan Ayah Bunda. “Hanya Akulah yang mampu menyelamatkan semua mahkluk hidup” melambangkan Guru. Akan tetapi, Buddha Amida bertempat tinggal di barat. Ia bukanlah Orang tua, ataupun Majikan kita. Di dunia Saha ini kita harus memuliakan dan menjunjung Buddha Sakyamuni karena Ia adalah Majikan, Guru, dan Ayah Bunda kita yang sesungguhnya. “Para Buddha, Sang Pemimpin, membabarkan ajaran tentang Nirvana dengan tujuan memberi kesempatan beristirahat. Ketika melihat mereka telah beristirahat, para Buddha membimbing mereka kepada kebijaksanaan Sang Buddha.” (P. 152, Baris terakhir.) Bab 7 dari Sutra Bunga Teratai adalah suatu pendahuluan untuk Bab 16 yang mengungkapkan tentang keberadaan Buddha Kekal Abadi. Meski tubuh fisik dari Buddha Sakyamuni telah wafat dalam Nirvana, ajaran-ajaranNya tetap ada selamanya. Gassho.
No.12 / September 2005
‘JATAKA’: CERITA TENTANG BUDI LUHUR SANG BUDDHA Oleh Professor Koyu Nakazawa, Universitas Rissho
Prof. Koyu Nakazawa
C
erita Jataka, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang seperti yang terdapat dalam shogyo, honshowa, atau honsho monogatari, semua cerita ini mengambarkan tentang kehidupan Sang Buddha pada masa lampau. Cerita ini ditulis dengan bentuk literatur Buddhis kuno dengan beberapa gaya dalam tulisan dan isinya. Dokumen aslinya berasal dari catatan kuno Brahmanisme dan dua cerita yang ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabharata dan Ramayana, gaya penulisan ini di India tertuang secara lengkap dalam Cerita Jataka, termasuk cerita perumpamaan, dogeng dan tulisan terkenal lainnya. Secara umum, Cerita Jataka ini mengacu pada tulisan Pali, yang mengandung 547 cerita dalam 22 buku. Cerita ini terdiri dalam tiga bagian: (1) Cerita dalam kehidupan ini, (2) Cerita tentang masa lampau, dan (3) Kalimat penyambung
Ket. foto 1; Cerita Sekelompok Monyet (Musium Calcutta), terlhat ketua monyet yang kelelahan sedang dirawat oleh Sang Raja.
Foto 2-1; Cerita tentang seorang pangerang yang berjanji tidak akan pernah menolak siapapun yang memohon kepadanya (Stupa Sanci)
17
No.12 / September 2005
diantaranya. Bagian pertama, menjelaskan keadaaan Sang Buddha tentang diriNya pada masa lampau. Bagian Kedua, berhubungan dengan cerita tentang Buddha Sakyamuni di masa lampau dengan keadaan yang terjadi pada kehidupan sekarang ini. Bagian ini termasuk banyak sajak atau puisi. Bagian terakhir mengambarkan tentang sebab dan akibat hubungan antara seseorang di dalam kehidupan sekarang dengan kehidupan dimasa lampau. Bagian utama dari Cerita Jataka adalah bagian kedua, dimana terdapat berbagai macam Bodhisattva dalam bentuk sebagai manusia, binatang buas dan burung, atau sebagai iblis yang muncul sebagai peran utama, sebagai pendukung karakter utama yang memainkan peran penting, atau hubungan cerita mengenai Buddha Sakyamuni pada kehidupan masa lampau sebelum mencapai KeBuddhaan. Beliau adalah seorang Bodhisattva, melakukan ber bagai macam pelaksanaan untuk kebajikan dan semua jenis bentuk budi luhur lainnya. Cerita ini termasuk cerita yang terkenal, perumpamaan, dan dongeng pada masa itu. Sebagai hasilnya Cerita Jataka ini hampir sama atau mirip seperti yang tercakup dalam dua cerita puisi atau sajak panjang dalam buku suci dari Brahmanisme. Cerita tentang kehidupan masa lampau selalu dimulai dengan sebuah kalimat: “Pada suatu masa lampau, selama pemerintahan Raja _ ____________, seorang Bodhisattva hidup pada masa itu adalah _______ ________” Hal ini sebagaimana dapat kita lihat dari peninggalan Buddhis seperti Bharhut, Sanci, dan Ajanta di India; Tun huang, dan Lungmen di China; Borobudur di Jawa, Indonesia; dan di Burma; Cerita Jataka tidak hanya digunakan oleh para bhiksu Buddhis untuk mengajarkan prinsip-
Foto 2-2, Cerita Pangeran Vessantara, terlihat seorang Brahman sedang meminta kereta kuda sang pangeran.
Foto 3, Cerita tentang seekor kelinci yang mengorbankan dirinya dan dilindungi oleh Dewa Indra, relif ini terdapat di Candi Borobudur, Indonesia
prinsip ajaran Buddha kepada umat tetapi juga sebagai inspirasi bagi para pelukis dan pemahat gambaran Buddhis lainnya. Berikutnya, biar saya menunjukkan beberapa contoh mengenai motif seni Buddhis yang digambarkan dalam Cerita Jataka. Foto 1, menunjukkan tentang sebuah relik yang dipahat pada monumen Bharhut mengambarkan tentang Cerita Jataka mengenai sekelompok besar monyet: “Sekelompok monyet besar berjumlah 80,000 ekor tinggal
18
disebuah pohon mangga besar dengan gembira, di sungai Gangga, India. Suatu hari sebuah mangga jatuh ke sungai dan mengapung sampai akhirnya diambil oleh seorang raja. Merasakan betapa lezatnya buah itu, sang raja ingin mendapatkan semua mangga itu. Raja kemudian memerintahkan untuk membunuh semua monyet yang kelihatan sedang menikmati buah mangga itu. Melihat hal ini, kepala rombongan monyet itu kemudian mengikatkan ranting pohon anggur dipinggangnya, terus
No.12 / September 2005
mengikatnya ke cabang lainnya sampai keseberang pohon disisi sungai lainnya. Dengan berpeganggan pada pohon mangga itu, ketua monyet itu kemudian menyuruh monyet pengikutnya untuk menyeberang ke pohon lain yang terletak di seberang sungai sambil melewati dirinya untuk menyelamatkan diri dan akhirnya semua berhasil selamat ke seberang sungai. (Foto 1) Terlihat ketua monyet itu sangat kelelahan, sang raja menjadi sangat terkesan dan dengan hati-hati merawatnya, tetapi monyet itu tidak dapat diselamatkan dan meninggal. Sang raja melaksanakan upacara penguburan dan abu monyet itu diletakkan dalam sebuah makam.” Foto kedua (Foto 2-1, 2-2), menunjukkan relif yang dipahat mendatar pada bagian pintu utara dari stupa Sanci, ini menceritakan tentang Cerita Jataka mengenai Pangeran Vessantara: “Pangeran Vessantara membuat sebuah janji atau sumpah untuk tidak menolak siapapun yang memohon atau meminta sesuatu darinya. Ketika ia memberikan seekor gajah kepada seorang Brahman, yang bersekutu dengan seorang raja musuh dari negerinya, Ia kemudian membuat marah raja dan rakyat negaranya serta diusir pergi. Tidak seorangpun yang menemaninya kecuali istri dan kedua anaknya. Ketika mencari tempat pengasingan dipegunungan dengan sebuah kereta yang ditarik empat kuda. (Foto 2-2) Dalam perjalanan itu, Pangeran itu bertemu dengan seorang Brahman, yang meminta kereta kuda itu. Ia pun memberikannya, pangeran, istri dan kedua anaknya pun berjalan kaki menuju gunung.” Foto ketiga (3), menunjukkan tentang relif yang terdapat dalam koridor pertama di Borobudur, yang mengambil Cerita Jataka tentang seekor kelinci: “Pada suatu masa didalam sebuah hutan hiduplah seekor
kelinci dan tiga orang temannya, seekor berang-berang, seekor srigala dan seekor monyet. Mereka berjanji bahwa mereka akan memberikan persembahan kepada para bhiksubhiksuni pada hari Upavasatha (pertemuan dari para bhiksu dan lainnya setiap dua bulan untuk membaca ajaran dan pertobatan). Mengetahui mengenai janji ini, Dewa Indra kemudian menyamar menjadi seorang Brahman dihadapan mereka dan memohon makanan. Berangberang kemudian menawarkan seekor ikan, serigala memberikan seekor kadal, dan monyet memberikan sebuah mangga. Terakhir, kelinci itu kemudian meloncat kedalam bara api untuk mempersembahkan dirinya sebagai makanan kepada sang bhiksu. (Foto 3) Tubuh kelinci itu tidak terbakar, karena ia dilindungi oleh Dewa Indra, yang kemudian mengambar sebuah lukisan kelinci pada permukaan bulan.” Gassho. (Foto 1, 2-1, 2-2 semua diambil oleh penulis dan Foto 3 adalah difoto di“Borobudur,” oleh Yamakawa Shuppansha, 1998)
19
No.12 / September 2005
ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU (Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)
PEMBUKAAN
KUIL RENKO JI, ITALIA UTARA Oleh: YM.Bhiksu Shoryo Tarabini
A
ku sangat gembira untuk memberitahukan sebuah karunia bagi masa depan kita, dengan dibukanya sebuah kuil baru di Italia utara. Kuil ini berlokasi disebuah daerah perdesaan sekitar 20 menit dari Milano, kuil ini lebih kecil dari Kuil Jogyoji di London, dimana Aku menjalani tugas sebelumnya dan kuil ini disebut Kuil Guhonzan Renkoji. Kuil ini berlokasi di kota Villasanta dalam propinsi Milano. Villasanta berarti “Kota Suci” dalam bahasa Italia. YM.Bhiksu Tarabini (jubah putih) dan para umat Renkoji berkumpul didepan kuil Para anggota di Italia bekerja keras lebih dari empat pusat kegiatan di Italia utara. Kami beberapa tahun, kesabaran dan tahun untuk membangun kuil ini. menemukan sebuah rumah kecil dan ketulusan hati kepercayaan, untuk Beberapa tahun ini mereka bekerja kemudian para anggota bersama- semua anggota dari semua bagian keras menyebarluaskan Dharma, sama mengecat, memperbaiki di Italia, mereka yang telah bekerja menjaga hati kepercayaan mereka, dan merenovasi bangunan itu, tanpa pamrih untuk membangun mengadakan pertemuan-pertemuan m e m i n d a h k a n p e r a b o t a n d a n Nichiren Shu di negara ini. Pada upacara ini, para umat dari rumah ke rumah dan mengundang membuat altar kuil, memasang lampu para bhiksu Nichiren Shu untuk dan beberapa pelengkapan lainnya, datang dari seluruh Italia; Milano dan memberikan pelayanan didaerah dan juga membersihkan taman untuk beberapa kota disekitar Lambardia, masing-masing. Mereka juga bekerja menyambut kedatangan para anggota Cremona (yang terkenal dengan Biola membuat dan mendapatkan dana dan tamu lainnya. Hal ini untuk Stradivarius), Genova, Torino dan sendiri, menerbitkan buletin dalam merayakan upacara Hanamatsuri daerah Piemonte, Padova, Firenze, bahasa Italia dan menyebarkannya (Hari Kelahiran Sang Buddha) dan Perugia, Roma dan Napoli. Juga keseluruh semenanjung Italia. Tahun pembukaan kuil Renkoji. Acara ini dalam rangka pembukaan kuil baru lalu, kami mengadakan perjalanan berlangsung selama dua hari dari ini, kami mendapatkan ucapan selamat dari kota ke kota lainnya untuk tanggal 9-10 April 2005, ini adalah dari YM.Kepala Bhiksu Shokai Kanai mencari tempat yang cocok sebagai puncak dari segala usaha selama dari Kuil Los Angeles Betsuin;
20
No.12 / September 2005
YM.Bhiksu Eiyu Ishii dari Kuil Choshoji, YM.Bhiksu Shodo Ando dari Kuil Mayaji dan YM.Bhiksu dan Ny. Shosen Seki dari Kuil Jokyoji, Tokyo; YM.Bhiksu Shoyo Tamura dari Kuil Hokekyoji, Sao Paolo Brazil; YM.Bhiksu Kyokei Ono dari Jerman, dan juga dari para umat di Italia, Prancis dan Jepang yang tidak dapat hadir dalam upacara ini. Dan juga, sebelum pembukaan kuil, saya menerima sebuah karya buatan tangan yakni jubah “Haku-e” dari Ny. Seiko Horiuchi dari Kuil Los Angeles, yang mana aku pakai untuk pertama kalinya pada acara pembukaan kuil ini. Aku juga ingin mengucapkan penghargaan kepada mereka yang telah membantu saya dalam mewujudkan impian mendirikan Kuil Renkoji ini, juga kepada para agen perumahan dan pertanahan, yang telah bekerja merenovasi, memperbaiki, mencat dan mengatur segala sesuatunya seperti Mauro dan Barbara Villa, Federico Pacchioni, Stefania De Cesare, Antonio Magoso, Domenico Perrone, Luca Barbieri e Simona Negri. Interior kuil baru kami sangat indah. Warna merah dan emas melapisi meja yang disumbangkan oleh YM.Kepala Bhiksu Shokai Kanai, Guru Dharma saya, yang sangat cocok dengan warna kuning dinding gaya Italia dan langit-langit tinggi yang berwarna putih, diapit oleh dua pohon – putih mongolia dan pohon bunga berwarna merah muda dan putih yang berbunga mekar, juga terdapat Shikimi dan bunga-bunga lainnya yang dibawa, disumbangkan oleh para anggota pada acara ini, juga terdapat minuman anggur, buahbuahan dan persembahan lainnya. Hanamatsuri (Festival bunga) adalah Hari Kelahiran Buddha Sakyamuni dan berdasarkan tradisi Mahayana Utara, peringatan ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 8 April. Pada tahun ini, karena tanggal itu
jatuh pada hari jumat, maka kami memindahkan acara pada hari Minggu, 10 April, sehingga banyak anggota yang dapat datang. Pada hari sabtu sore tanggal 9, kami memulai kegiatan akhir minggu dengan sebuah Meditasi Shodaigyo dengan lilin dan Odaimoku serta diikuti acara makan malam. Pada tanggal 10, minggu pagi, sekitar 50 orang hadir didepan Kuil Renkoji dan mulai membaca Jigage dan Odaimoku diluar pintu gerbang kuil yang tertutup. Setelah Odaimoku dimulai, pintu gerbang dibuka dan secara bersama-sama, kami memasuki kuil, dan melakukan upacara pembersihan didalam dan luar kuil dengan sake, garam dan beras. Untuk upacara pensucian ini, saya dibantu oleh dua murid saya yakni Sahmini Shoka Giannini dari Firenze dan Shoko Milesi dari Roma yang mengabadikan acara ini. Untuk pertama kalinya, kami membunyikan bel kuil, masuk kedepan altar, duduk dihadapan Mandala Gohonzon dan rupang Buddha Sakyamuni dan Nichiren Daishonin dan memulai upacara resmi pertama kali di kuil ini, Hanamatsuri, untuk merayakan Guru Sejati Buddha Sakyamuni yang lahir ke dunia Saha ini. Upacara ini diselenggarakan
bersama-sama dengan para bhiksu undangan seperti YA. Tae Hye Sunim dan YA. Tae Ri Sunim dari Kuil Musang Am di Leirici (La Spezia) yang menyanyikan lagu tradisional Korea (Bhiksu Tae Ri ini juga adalah seorang penganut Nichiren Shu). Upacara ini terdiri dari Shomyo: Dojoge dan Samborai, mempersembahkan dupa dan bunga kepada Buddha, diikuti janji kepada Tri Ratna, Kaikyoge dalam bahasa Jepang dan Italia, Saddharma Pundarika Sutra Bab Hoben, Juryo (bagian Jigage) dan Bab Jinriki, pesan dari Nichiren Shonin “Kanjin Honzon Sho” (dalam bahasa Italia) dan menyebut Odaimoku, selama Odaimoku berlangsung, Shoko Milesi membunyikan Taiko drum ditemani oleh Domenico Perrone dari Milano yang mengunakan drum tangan Uchiwadaiko, kita mempersembahkan teh manis kepada rupang Bayi Buddha Sakyamuni dan dupa bubuk. Setelah doa perayaan kelahiran Buddha Sakyamuni, kita melaksanakan janji I Quattro Grandi Voti del Bodhisattva (Empat Janji Agung sebagai Bodhisattva) dalam bahasa Italia dan Jepang. Upacara ini ditutup dengan Buso yang dilakukan oleh Shomyo.
YM.Bhiksu Tarabini memimpin Upacara Hanamatsuri di kuil baru Renkoji, Italia Utara
21
No.12 / September 2005
Setelah upacara, saya memberikan ceramah mengenai Kehidupan Sang Buddha, ucapan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh anggota yang telah berjuang untuk mewujudkan kuil ini – tidak hanya kepada mereka yang telah bekerja dan menyumbang, tetapi juga kepada semua yang telah berjuang menyebarluaskan hati kepercayaan dalam Nichiren Shu di seluruh negara selama bertahuntahun tanpa adanya seorang bhiksu pembimbing. Kebenarannya, semua orang-orang ini adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra, dan terima kasih kepada para anggota Italia dan hati kepercayaan mereka dan sumbangsihnya, hari ini kita tidak hanya mempunyai satu kuil, tetapi terdapat dua kuil di Italia. Dan juga terima kasih atas kedatangan para bhiksu undangan lainnya seperti YA. Tae Hye Sunim untuk memperkuat hati kepercayaan kami kepada Saddharma Pundarika Sutra dan Odaimoku. Setelah upacara ini, kita mengadakan jamuan makan diluar kuil, atau taman. Beberapa hari kemudian, kita mendapatkan sebuah karunia luar biasa dengan kedatangan dari YA. Rafaello Longo, President of the Italian Buddhist Union (Perhimpunan
Semua Sekte Buddhis di Italia), yang juga datang bersama Lama Tzong Khapa dari Tibetan monastery Istituto, yang terletak di Bukit Pomaia (dekat Pisa) di Italia Pusat. Beliau memberikan hormat kepada Buddha dialtar kita yang indah, memberikan ceramah dengann penuh kehangatan, dan melihat kesekeliling kuil dan kemudian kembali ke Pisa, beberapa jam kemudian. Perayaan berikutnya dilakukan pada akhir pekan tanggal 16-17, kita mengadakan pertemuan dan diskusi disebuah kota perdesaan yang indah di daerah Toscana diluar kota Firenze, dan disebuah kota kecil yang San Benedetto, yang terletak disekitar lautan Adriatic Sea, daerah Le Marche. Kita juga merencanakan untuk mengadakan perayaan di Roma dan Napoli Nichiren Shu, pada tanggal 23-24 Mei, tetapi kegiatan ini dibatalkan karena terjadi cuaca buruk didaerah itu. Renkoji adalah kuil kedua di Italia, dan Kuil keempat di Eropah setelah Kuil Daiseioji di Jerman dan Jogyoji di London. Byakuren’in di Roma adalah kuil pertama di Italia dan ketiga di Eropah, didirikan dua tahun yang lalu pada tanggal 28 April 2003 untuk menyambut perayaan 750th Berdirinya Nichiren
Shu. Nama dari kuil baru ini adalah Nichiren Shu Guhozan Renkoji. Ini didasarkan pada Tradisi Buddhis dari China, kita mempunyai nama gunung (sebab semua kuil di China masa lalu berada diatas gunung) dan sebuah nama kuil. Dalam Literatur modern, kita dapat menyamakan hal ini dengan nama pertama dan nama akhir seperti nama orang. Guhozan berarti “Gunung Penyebarluasan Dharma” dan Renkoji berarti “Kuil Cahaya Pundarika” dengan segala doa dan harapan dari semua maka diharapkan penyebarluasan dharma Saddharma Pundarika Sutra dan ajaran Nichiren Shonin akan tersebarluas di Italia dan sekitarnya, bersama-sama dengan seluruh bhiksu/bhiksuni dan penganut Nichiren Shu Eropah. Tahun depan, 2006, kita akan merayakan 5 th berdirinya Nichiren Shu di Italia. Menyambut perayaan ini, kami merencanakan untuk mengadakan persentasi riwayat hidup Nichiren Shonin di Italia dan kunjungan dari umat Amerika seperti dari Kuil Los Angeles, mengunjungi daerah-daerah bersejarah Sang Buddha di India dan Gunung Minobu termasuk dalam rencana ini. Kami sangat mengharapkan dukungan dan doa dari kalian semua. Gassho
UPACARA ULAMBANA 5 - 8 AGUSTUS 2005,
SEMARANG - DKI JAKARTA
U
pacara Ulambana ini merupakan kedua kalinya dilaksanakan oleh Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia. Secara tradisi upacara untuk para leluhur dalam Nichiren Shu dilakukan tiga kali dalam setahun. Upacara Ulambana adalah sebuah tradisi yang dimulai oleh Maudgalyana, salah seorang murid
Sang Buddha yang berkeinginan untuk menyelamatkan ibunya yang jatuh dalam penderitaan dunia neraka kelaparan. Pada kesempatan kali ini, Nichiren Shu Indonesia melaksanakan upacara ini dua kali yakni bertempat di Semarang (Jawa Tengah termasuk Yogyakarta) dan DKI Jakarta. Ulambana adalah salah satu upaya dan balas budi
22
kita kepada para leluhur atau untuk menyelamatkan arwah-arwah yang terjatuh dalam dunia kelaparan. Pada tanggal 5 Agustus, YM.Bhiksuni Myosho Obata datang dari Malaysia dengan dua kali penerbangan yakni Penang - Kuala Lumpur, Kuala Lumpur - Jakarta dan kemudian dilanjutkan Jakarta Semarang. Menyambut kedatangan
No.12 / September 2005
Beliau di Bandara Soekarno Hatta adalah Shami Josho S.Ekaputra. Setelah menunggu kurang lebih 2 jam karena keterlambatan penerbangan, dan tiba di Semarang sekitar jam 15:00 sore. Setibanya di Bandara Semarang yang disambut oleh Ibu Yunisari, istri dari Bapak Kwik Ing Hao, rombongan berangkat menuju Hotel Rawa Pening, Bandungan. Dalam perjalanan, rombongan berkunjung kerumah anggota yakni Bapak Yoe Ming dan disini kami bertemu dengan Bapak Kwik Ing Hao, selaku koordinator daerah Jawa Tengah. Setelah makan malam bersama, dilanjutkan ke Hotel. Tiba di hotel sekitar jam 5 sore. Suasana yang dingin meyambut kedatangan kami, karena hotel ini terletak di daerah pengunungan yang terkenal sejuk. Upacara Ulambana untuk daerah Jawa Tengah dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus, jam 11:00 siang yang diikuti oleh sekitar
5 keluarga dari Semarang dan Yo g y a k a r t a . Upacara ini dipimpin oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata dan dibantu oleh Shami Josho S.Ekaputra. Setelah upacara selesai sekitar pukul 12:00 siang dilanjutkan dengan acara makan siang bersama. Kemudian kami chek out hotel dan melanjutkan acara berkunjung ke Pusdiklat Bodhidharma, Bandungan yang merupakan pusat pelatihan bagi para calon samanera/i bagi Mahayana. Namun sayang, kami tidak bisa bertemu dengan pimpinan Pusdiklat yakni Bhiksu Bhadra Sutena, karena mereka sedang ada acara di luar. Setelah berbincang-bincang dan melihat vihara disana, kami memutuskan untuk berangkat menuju Bandara untuk kembali ke Jakarta. Beruntung sebelum keluar dari daerah Pusdiklat, kami berpapasan dengan mobil Bhiksu Bhadra Sutena, dan saling berkenalan antara Bhiksuni Myosho Obata dan para bhiksu Bodhidharma. Mereka mengundang kami untuk menginap atau mungkin pada kesempatan lain. Sungguh sebuah sambutan yang luar biasa. Semoga hubungan ini akan terus berlanjut. Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 40 menit. YM.Bhiksuni Myosho Obata dan Shami Josho S.Ekaputra tiba di Jakarta pada jam 19:00 malam dan dijemput oleh Sdri.Yunita. Makan malam pun digelar dan kemudian YM.Bhiksuni Myosho Obata, istirahat di hotel. Upacara Ulambana untuk daerah Jakarta dan Tangerang diadakan pada tanggal 7 Agustus dan diikuti oleh sekitar 30 anggota. Pada kesempatan kali ini terdapat juga lima calon anggota baru yang mengikuti Gojukai dan penerimaan Gohonzon (1 orang). Selain itu upacara pembukaan mata (kaimu) dari rupang Buddha Sakyamuni, Gohonzon dan Omamori. Pemberkatan (Kito Ket. (Atas) Upacara Gojukai, salah satu umat dan (Bawah); Kaimu Mandala Gohonzon oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata
23
No.12 / September 2005
BERITA SINGKAT KEGIATAN KUIL-KUIL NICHIREN SHU DI AMERIKA SERIKAT
Blessing) bagi seluruh anggota. Pada kesempatan ini pembacaan Dokyo yakni Bab. XII Devadatta, yang memberikan kebajikan bagi seluruh mahluk hidup untuk mencapai KeBuddhaan termasuk orang jahat dan kaum wanita dan Bab.XXII Dharani. Ketika Shodai atau penyebutan Odaimoku berlangsung, satu demi satu anggota maju kedepan menerima pemberkatan (Kito Blessing), dan melakukan pemasangan bendera untuk doa arwah, pemberkatan air kepada para Buddha, dan Shoko atau persembahan dupa. Nama-nama para leluhur atau mereka yang akan dikirim doa pun dibacakan. Persembahan doa dan pembacaaan Sutra sangat penting diberikan kepada para leluhur agar suasana mereka dapat naik pada tingkatan yang lebih baik dan mencapai Jalan Penerangan. Selesai upacara, dilanjutkan dengan acara makan siang bersama yang dihidangkan oleh para ibu-ibu. Sekitar 13:00 siang, rombongan seluruh umat meninggalkan vihara menuju rumah anggota untuk acara pemberkatan rumah baru dan pemasangan mandala Gohonzon, didaerah Tangerang. Dan pada tanggal 8 Agustus, YM.Bhiksuni Myosho Obata kembali ke Penang, Malaysia. Sampai jumpa. Gassho.
SEATTLE
Kegiatan Sekolah Minggu
Sebuah acara tahunan digelar pada bulan agustus ini, untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia II dengan mengarungkan lentera di sungai sebagai simbol penghormatan dan penyelamatan bagi mereka yang menjadi korban selama perang dunia tersebut. Dalam upaya untuk mengumpulkan dana bagi kuil, kami melaksanakan sebuah acara penjualan "Chow Mein" pada bulan september setelah Ohigan. Pada hari ini, baik anggota yang tua maupun muda bahu membahu menyiapkan Chow Mein, nasi, asinan, ayam teriyaki, kue apel dan kue kentang manis. Makanan ini sangat terkenal bagi orang Jepang-Amerika di Seatlle. Sebanyak 1,300 set Chow Mein ini terjual habis. Dan acara ini kami laksanakan rutin setiap tahunnya. Kami sangat senang jika ada orang-orang yang mau mampir di kuil kami, disini kami akan menyediakan kopi dan anda dapat beristirahat untuk pikiran dan badanmu. Selamat datang.
Kegiatan Sekolah Minggu dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 31 juli dari jam 11-13 siang di Jungle River Mini Golf Village. Anak-anak yang datang bermain dan bergembira di lapangan golf mini, makan pizza dan berbagai permainan lainnya.
HONOLULU Upacara Shin bon Upacara Shin bon adalah untuk memperingati orang-orang yang kita cintai yang telah meninggal dunia dilaksanakan pada hari sabtu, 9 Juli jam 7pm. Sebuah lentera dibuat untu keperluan tersebut. Dan juga upacara ini juga dilaksanakan pada tanggal 10 Juli jam 10pagi.
24
WAHIAWA DAN HILO Wahiawa Nichiren Mission melaksanakan Upacara Obon pada hari minggu, 17 juli, jam 4 sore dan Hilo Mission, melaksanakan upacara ini pada hari minggu, 26 juli jam 7 sore.
PUUNENE Pada tanggal 11 juni, Puunene Nichiren Mission melaksanakan acara rutin Festival "Bon Dance". Pada jam 7 P.M, Upacara Shin Bon dilaksanakan oleh YM.Bhiksu Joyo Ogawa. Setelah selesai upacara, semua anggota memenuhi halaman kuil. Para umat membuat lingkaran untuk memulai acara "Bon Dance". Pada jam 8 PM, Tanko Bushi dimulai dan semua mulai menari. Tidak ada catatan kapan acara menari ini dimulai. Ini sebuah tradisi yang dibawa para imigran Jepang ke Amerika. Selain acara ini kami juga menjual berbagai macam makanan dan semua terjual habis. Semua pendapatan dari kegiatan ini akan sangat berguna biaya perawatan kuil dan keperluan lainnya. Gassho.
No.12 / September 2005
Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu
(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia) Oleh: Sidin Ekaputra,SE
KUIL GYOJI ZAN KOSOKU JI • Nama Resmi: Gyojizan Kosokuji • Sekte Agama: Nichiren Shu Buddhisme • Didirikan pada tahun: 1274 oleh: Mitsunori Yadoya • Bhiksu Pendiri: Nichiro • Objek Pemujaan Utama: Stupa Odaimoku, Rupang Nichiren dan lainnya. • Alamat: 9-7, Hase 3-chome, Kamakura, Kanagawa 248-0016 • Luas Kuil: Lebih Kurang 15,000 meter persegi • Lokasi: 1,700 meter bagian barat dari stasiun Kamakura • Waktu Untuk Tiba: 25 menit • Buka: 7:00 sampai matahari tengelam • No.Telepon : 0467-22-2077 • Tempat Penginapan: Tidak Tersedia
Latar Belakang Sejarah
P
ada pertengahan abad 13, lokasi kuil ini digunakan sebagai tempat tinggal pribadi dari Mitsunori Yadoya, pendiri dari Kuil dan satu dari tujuh pensiunan pegawai Gubernur Ke-5, Tokiyori Hojo (1227-1263). Nichiren ket. (atas); Kuil Kosoku-Ji tampak dari depan, (bawah); peta menuju kuil 25
No.12 / September 2005
Ket. Goa Penjara; tempat dimana kelima murid Nichiren dipenjara, termasuk Nichiro Shonin, salah satu dari Enam Murid Utama Nichiren Shonin.
(1222-1282), pendiri dari Nichiren Shu Buddhisme, dan penulis dari beberapa risalah yang terkenal yang diberi judul “Tingkatan Penetapan dengan Mendirikan Ajaran”, dan mengirimkannya kepada Gubernur. Beliau berpikir bahwa Mitsunori Yadoya yang paling cocok dan meminta ia untuk menolongNya. Mitsunori menerima tugas itu dan menyampaikan risalah itu kepada Gubernur untuk diperhatikan. Kembali pada tahun 1260. Dalam risalah itu, Nichiren menyatakan bahwa ajaran yang benar dan sesuai dalam Buddhisme adalah terdapat dalam Hokekyo atau Saddharma Pundarika Sutra, bukan yang lainnya, dan ia mengkritik ajaran dari berbagai sekte lainnya termasuk Zen, yang merupakan hati kepercayaan dari Tokiyori. Dan faktanya Tokiyori yang mendirikan Kuil Zen Kenchoji, tujuh tahun yang lalu. Sebagaimana yang telah diperkirakan, Tokiyori menolak risalah itu, dan ia merasa telah diserang secara langsung. Tanpa gentar, Nichiren terus melanjutkan
penyebarluasan ajaranNya, meskipun terdapat beberapa kasus penganiayaan. Pada tahun 1271, Ia telah diajukan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati. Di Tatsunokuchi dekat Kuil Ryukoji, Ia akan dihukum mati. Pada saat-saat terakhir, Ia telah diselamatkan oleh sebuah kejadian ajaib, dan dihukum pembuangan ke Pulau Sado yang terletak di Propinsi Niigata. Pada saat yang sama, kelima murid Nichiren pun ditangkap dan dituduh bersekutu, dan di penjara disebuah goa di kediaman Mitsunori. Termasuk diantara mereka adalah Bhiksu Nichiro (1243-1320), satu dari Enam Murid Utama Nichiren, dan bhiksu pendiri dari kuil Myohonji. Beliau bergabung dengan Nichiren Shu ketika berusi 10 tahun, dan sangat penuh perhatian kepada Nichiren, dan dikatakan bahwa, “Dimanapun Nichiren berada dan pergi, disitu pasti ada Nichiro bersamaNya.” Meskipun Mitsunori ditugaskan untuk menjaga mereka sebagai penjaga penjara, namun ia memperlakukan mereka dengan
26
baik, sehingga ke lima murid itu merasa nyaman. Bhiksu Nichiro membalas keramahannya. Mitsunori pun akhirnya mengikuti kepercayaan dari Bhiksu Nichiro dan menunjukkan kesetiaannya kepada Nichiren. Sebulan sebelum berakhirnya penahanan, secara pasti Mitsunori secara sendiri meninggalkan ajaran Zen sebagai pegawai Tokiyori, mulai menerima ajaran dari Bhiksu Nichiro. Setelah kematian Tokiyori beberapa tahun kemudian, Mitsunori akhir menerima dan masuk kedalam hati kepercayaan Nichiren Shu, dan berhasil melakukan pembicaraan untuk pembebasan Nichiren dari pembuangan. Ia kemudian, merubah kediamannya menjadi sebuah Kuil dan dipersembahkan kepada Nichiren Shu, dan menetapkan Bhiksu Nichiro sebagai kepala kuil pertama. Sampai sekarang, kuil ini masih berdiri dengan kokoh. Mitsunori dapat dibaca sebagai “Kosoku” dalam dialek China, sehingga nama beliau dijadikan nama dari kuil ini. Bagian pertama nama resmi dari kuil “Gyoji” diambil dari nama ayahnya “Yukitoki”, yang bisa dibaca sebagai “Gyoji” dalam karakter china. Goa tempat penahanan Bhiksu Nichiro dan lainnya pada tahun 1271 masih tetap utuh sampai sekarang yang terletak dibagian utara dari makam. Kuil ini terdiri dari beberapa bangunan yang lebih kecil seperti Pintu Gerbang Sanmon, Aula Utama dan Tempat Tinggal Bhiksu.
Pintu Gerbang Sanmon
S
ebuah kotak sumbangan diletakkan ditengahnya. Pengunjung diharapkan dapat memberikan sumbangan sekitar 100 yen. Pintu gerbang Sanmon selalu menjadi ciri khas dari kuil Nichiren shu, dimana biasanya terdapat dua dewa penjaga didalamnya.
No.12 / September 2005
Aula Utama
D
ibangun kembali pada tahun 1650, Aula utama menempatkan sekitar 10 rupang: Rupang Nichiren dibuat pada tahun 1661, Bhiksu Nichiro dan empat rekan kerjanya dibuat pada tahun 1673, yang sama-sama dikurung di goa, dan seorang bhiksuni bernama Ohbai-in dibuat pada tahun 1844. Objek utama adalah rupang Nichiren dan Stupa Odaimoku, yang ditulis langsung oleh Nichiren sendiri ketika Beliau dihukum pembuangan di Pulau Sado.
Tugu Batu
S
egera setelah kita melewati pintu gerbang Sanmon, kamu akan menemukan sebuah tugu batu, yang diukir dengan kaligrafi yang indah. Orang awam tidak akan mampu menerjemahkan arti dari kaligrafi itu. Menurut buku petunjuk, ini adalah kaligrafi dari Nichiren, dan bagian dari surat yang dialamatkan kepada Mitsunori yang menanyakan kepada dia untuk mengantarkan riasalah Beliau kepada Tokiyori Hojo, Gubernur Ke-5 Hojo.
Goa Penjara
S
ebuah jalan kecil disebelah utara sekitar 90 langkah kaki akan membimbing para pengunjung kesebuah Goa. Disana terdapat sebuah pintu gerbang dari kayu yang berat seperti penjara, yang menutup goa bawah tanah itu dan biasanya selalu terkunci. Goa ini digunakan sebagai penjara untuk murid-murid Nichiren seperti Nichiro. Goa ini masih sesuai dengan aslinya tanpa ada perubahan. Separuh jalan menuju goa itu terdapat sepasang Tugu Makam untuk Tuan dan Nyonya Mitsunori Yadoya, pendiri dari kuil ini.
Ket. Bunga Aronia atau Malus Halliana, berbunga pada awal sampai pertengahan april.
Bunga
S
ebuah taman bunga yang penuh dengan berbagai macam bunga dan sejumlah bunga musiman lainnya seperti: Bunga Aprikot Jepang atau Prunus mume, berbunga akhir januari sampai awal maret; Bunga Mitsumata atau Edgeworthia papyrifera, berbunga pertengahan pebruari sampai awal maret; Bunga Jepang atau Chaenomeles, berbunga pada akhir maret sampai awal April; Bunga Aronia atau Malus halliana, berbunga pada awal sampai pertengahan April; Bunga Peony atau Paeonia suffruticosa, berbunga pada akhir April; Bunga Iris atau Iris laevigata: pertengahan sampai akhir Juni. Yang paling terkenal adalah Bunga Aronia Jepang yang berusia 150 tahun, dengan tinggi 7 meter dan batang berukuran 40 cm. Kota Kamakura menetapkan bunga ini sebagai Bunga Kota Kamakura. Pada saat berbunga, halaman kuil akan penuh dengan para pemotret amatir bunga dengan lensa-lensanya. Bunga Aprikot Jepang, yang berusia 300 27
tahun, juga menarik pengunjung pada bulan Pebruari.
Kenji Miyazawa dan Monumen Puisi Beliau.
S
ebuah monumen batu yang mengukir lirik dari seorang ahli filosofi dan puisi terkenal, Kenji Miyazawa (1896-1933) terletak dibagian kiri. Ia juga seorang penganut Nichiren Shu Buddhisme. Puisinya yang terkenal adalah “Kita dapat memukul hujan”, yang menjadi pelajaran di sekolah, puisi ini diukir di batu tersebut. Puisi ini mengajarkan kita agar hidup berhemat, rendah hati, tabah, murah hati, dan peduli pada orang lain. Beliau adalah seorang guru di Hanamaki, Iwate. Ia bukan seorang penulis yang biasa saja, tetapi juga seorang filosofi dan penganut Nichiren Shu. Hasil kerjanya termasuk, tiga jilid puisi yang diberi judul “Musim Semi dan Asura”, dimana sangat sulit dimengerti oleh orang awam. Tidak hanya itu, Ia juga seorang Vegatarian yang ketat dan juga tidak menikah seumur hidupnya. Gassho.
No.12 / September 2005
JADUAL DAN BAHAN pelajaran JAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN D.I.YOGYAKARTA
BAHAN PELAJARAN ::: MINGGU I, 4 SEPTEMBER 2005 Bahan : Topik Utama : "Penganiayaan Tatsunokuchi" MINGGU II, 11 SEPTEMBER 2005 Bahan: Ceramah Bhiksuni Myosho Obata: "Kandang Gajah" MINGGU III, 18 SEPTEMBER 2005 Bahan: Goibun Nichiren Shonin "Toki Dono Gohenji" MINGGU IV, 25 SEPTEMBER 2005 Bahan : Diskusi Umum
JADUAL PERTEMUAN ::: JAKARTA (SETIAP MINGGU): 10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku) 10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi
Topik Utama:
~Penganiayaan Tatsunokuchi, Hal. 01
Ceramah :
~Kandang Gajah, Hal.04 ~Menemukan Diri Sendiri, Hal.12 ~Jataka: Cerita Budi Luhur Sang Buddha, Hal.17
Goibun:
~Toki Dono Gohenji, Hal.08
Serba Serbi:
~Kishimojin dan Jurasetsunyo, Hal.05 ~Seri Pelajaran Mahayana, Hal.06 ~Legenda Nichiren Shonin, Hal.10 ~Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra, Hal.13 ~Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu, Hal.25
TANGERANG (MINGGU KE-3) 14:00 - 14:30 Dokyo Shodai 14:30 - 16:00 Pelajaran / Diskusi SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU) 19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT) 20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi
Aneka Peristiwa:
PENGUMUMAN Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:
Bank Central Asia (BCA) KCP.Muara Karang No.Account : 637-012-8152 A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia
~Pembukaan Kuil Renkoji, Hal.20 ~Upacara Ulambana, Hal.22 ~Berita Singkat Kegiatan Kuil di Amerika, Hal.24
Dana Paramita Buletin "LOTUS"
Rp.6.000,-
(Untuk Kalangan Sendiri)
Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email:
[email protected] Website: www.nshi.org 28