TANGGUNG JAWAB PERAWAT SEBAGAI PENGELOLA KASUS SESUAI UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NOONGAN Prycilia P. Mamuaja* J. Tambun** W. P. J. Kaunang*** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado ***Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK Selama ini, pengelolaan kasus dalam dunia medis dilaksanakan oleh dokter, bukan oleh perawat. UU Nomor 48 tahun 2014 tentang Keperawatan menyatakan bahwa perawat berwenang untuk mengelola kasus. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana tanggung jawab perawat sebagai pengelola kasus sesuai UU Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan, Sulawesi Utara. Penelitian ini bersifat analitik deskriptif dengan metode kualitatif. Data primer diambil dengan wawancara mendalam dan terbuka yang dikonversi menjadi transkrip untuk dilakukan identifikasi konsep. Sampel diambil dari key informan berupa perawat di RSUD Noongan (n=7), sedangkan sebagai pembanding diambil dari RSUD Sam Ratulangi Tondano (n=5). Responden dari RSUD Noongan berasal dari berbagai ruangan rawat inap maupun rawat jalan. Dua orang berpendidikan S1, dan sisanya D3. Lamanya bekerja berkisar antara 5 sampai 27 tahun (median: 14 tahun). Rata-rata responden pernah merawat pasien lebih dari 10 saat bertugas. Semua responden yang dibicarakan antara lain, menanyakan keluhan atau penyakit yang diderita oleh pasien. Kebanyakan topik atau materi pembicaraan yaitu hal-hal sekitar penyakit yang dikeluhkan oleh pasien, tindakan medis yang akan dilakukan, pemberian obat serta saran-saran lainnya. Responden pada kelompok sampel dan pembanding kurang mengetahui secara jelas fungsi, peran dan tugas sebagai case manager, meskipun pada kenyataanya, sudah sering melakukan tugas sebagai case manager dalam kasus yang dihadapi sehar-hari dalam tugas menangani pasien. Diharapkan, dapat dilakukan sosialisasi lebih mendalam tentang fungsi perawat sebagai pengelola kasus, demi peningkatan pelayanan RS terhadap pasien. Kata kunci : Pengelola Kasus, Case Manager, Perawat, RSUD Noongan ABSTRACT Until recently, case managing in hospitals in Indonesia has been performed by physicians, not by nurses. Only after the issue of Undang-Undang No. 28/2014, the previllege for nurses to perform case manager has been recognized. This research aims to identify how the implementation of case manager among nurses, in accordance to the Undang-Undang state above in Noongan General Hospital, North Sulawesi. This is a qualitative descriptive-analytic research. Primary data were obtained using open-ended in-depth interview. Data were then converted into transcript for concept extraction and identification. Samples were taken from key informants: nurses from Noongan General Hospital (n=7). As a comparison, a group of nurses from Sam Ratulangi General Hospital Tondano (n=5) was also assigned. Respondents from Noongan work in either outpatient clinics or inpatient wards. Two respondents have finished their tertiary degree, and the others are alumni of D3 vocational nursing academy. Work duration ranges from 5 to 27 years (median: 14 years). Most respondents have ever nursed more than 10 patients when on duty. All respondents communicate with their patients about the disease, complaints, medical intervention, drug administration, and others. Respondents from both Noongan and Tondano have lack of information about their function, role, and duty as a case manager. Interestingly, in reality, all respondents do perform their role as case manager in their job regardless of knowing that they are doing case manager's job. Therefore, a better insemination of information about nurses' job as a case manager is warranted, in order to improve the hospital's service towards patients. Keywords : Case Manager, Nurses, Noongan General Hospital
18
disisi
PENDAHULUAN
boleh untuk mengelola kasus.
tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
Selama ini, pengelolaan kasus dalam
di bidang upaya kesehatan masyarakat
dunia medis banyak dilaksanakan oleh
perawat berwenang untuk mengelola kasus.
Case
Association (ACMA)
dokter, bukan oleh perawat. Karena UU
kasus
Nomor 48 tahun 2014 tentang Keperawatan
Management
ialah:
menyatakan
Pengelolaan
pemberi
pelayanan,
kesehatan dan
Rumah Sakit Umum Daerah Noongan,
lain,
Sulawesi Utara,
komunitas.
kesulitan
Tujuan pengelolaan kasus kesehatan
untuk
memperoleh informasi tentang kesulitan-
kontinuum melalui koordinasi sumber daya
pencapaian
ini
jawab perawat sebagai pengelola kasus serta
dan memfasilitasi pelayanan menjadi satu
mencakup
dalam hal
memperoleh informasi tentang tanggung
Pengelolaan kasus ini mencakup komunikasi
yang efektif.
berwenang
bagaimana pelaksanaan UU Keperawatan di
yang mencakup pasien, perawat, pekerja tenaga
perawat
dilakukan, yang bertujuan untuk meneliti
kesehatan adalah model praktek kolaboratif
dokter,
bahwa
untuk mengelola kasus, maka penelitian ini
kasus di rumah sakit dan sistem pelayanan
sosial,
dunia
adanya bunyi yang mengatur bahwa perawat
RS) mengatakan bahwa Dalam menjalankan
menurut American
kepada
UU yang baru ini teristemewa terkait dengan
38 tahun 2014 tentang Keperawatan (UU
pengelola
dituntut
keperawatan untuk menyesuaikan dengan
Pasal 30 Ayat 2 Undang-undang Nomor
Definisi
lain
yang
dihadapi
oleh
seorang
perawat dalam hal mengelola kasus.
yang
optimal, akses ke pelayanan kesehatan, dan METODE
utilisasi sumber daya yang tepat, seimbang dengan
hak
pasien
untuk
Penelitian ini bersifat analitik deskriptif
menentukan
dengan
nasibnya sendiri (ACMA, 2013).
perawat
melaksanakan
diperbolehkan
pengelolaan
kasus
dengan wawancara mendalam dan terbuka
yang
yang dikonversi menjadi transkrip untuk dilakukan
dalam dunia kedokteran di Indonesia selalu
perawat. diperhatikan
oleh
dokter
bukan
identifikasi
konsep.
Sampel
diambil dari key informan berupa perawat di
oleh
RSUD Noongan (n=7). Pengolahan data
Dalam hal ini perlu untuk mengenai
Penelitian
RSUD Noongan. Data primer diambil
untuk
selama ini sebenarnya pengolaan kasus
dilaksanakan
kualitatif.
dilakukan bulan Januari-April 2016 di
Menurut definisi di atas dapat dikatakan bahwa
metode
dilakukan secara kualitatif, di mana peneliti
profesionalisme
bertindak sebagai instrument penelitian,
seorang perawat menyikapi akan adanya
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
undang-undang keperawatan yang baru yang
konseptualisasi: terhadap semua jawaban
memperbolehkan perawat untuk mengelola
responden dan key-informan akan diuraikan
kasus, disatu sisi perawat menyambut baik
secara rinci kemudian oleh penulis akan
akan adanya UU keperawatan yang baru ini
dicari kesamaan konsep maupun perbedaan
yang mengatur tentang pengelolaan kasus
konsep dari setiap jawaban; (2) kategorisasi
19
konsep
dan
informasi/dokumen: kemudian
pengelompokkan konsep-konsep
dilakukan
review
HASIL DAN PEMBAHASAN
tadi
Karakteristik Responden
untuk Data
menghindari eror atau pengulangan dalam
dan
karakteristik
disajkan dalam tabel 1
perumusan konsep kemudian dikategorisasi,
informan
berikut, yang
memuat tentang umur, kelamin, jabatan,
dan (3) triangulasi: terhadap konsep-konsep
lama bekerja, ruangan tempat bekerja,
tadi yang telah kaji segi kontekstualnya
pendidikan, dan apakah responden pernah
dilakukan pengujian yaitu mencari sumber
menangani lebih dari 10 pasien dalam 1 kali
informasi lain atau sumber informan lain
giliran jaga. Responden nomor 1 sampai 7
sebagai pembanding, dalam hal ini dari
(kode R1 sampai R7) merupakan responden
perawat di RSUD Sam Ratulangi Tondano
sampel dari RSUD Noongan.
(n=5).
Tabel 1. Data dan karakteristik responden
Kode Respond en
Lama kerja Ruang (tahun)
Pendidi kan
Penanggung jawab ruangan poli interna Perawat Pelaksana Ruangan Anak Perawat Pelaksana Instalasi Gawat Darurat Penanggung jawab ruangan
27
Poli Interna
S1
Pernah memegang >10 pasien dalam 1 kali bertugas Tidak
5
Ruanga n Anak IGD
S1
Ya
D3
Ya
D3
Tidak
P
Perawat Pelaksana
5
D3
Tidak
43
P
Perawat pelaksana
6
D3
Ya
36
L
Perawat Pelaksana
14
Poli ObsGin Ruang Interna Pria Ruanga n Anak Ruang Interna Wanita
D3
Ya
Umur
Kelam in
R1
52
P
R2
33
P
R3
40
P
R4
45
P
R5
40
R6 R7
Jabatan
Gambaran pengetahuan tentang case manager diekstraksi dari hasil wawancara, yang disajikan dalam bentuk transkrip, lalu dilakukan
20
15
pengekstraksian kata kunci untuk disalin ke dalam Tabel 2 sampai Tabel 5 berikut ini:
20
Tabel 2. Pengetahuan dan hambatan sebagai case manager
Mengetahui peran perawat sebagai case manager
Kode Responden
Jumlah kasus yang ditangani sebagai case manager dalam setahun
Berapa lama menjadi case manager
R1
Tidak
0
R2
Ya
>10
2 tahun
R3
Ya
>10
5 tahun
R4
Tidak
0
-
R5
Ya
6-10
6 bulan
R6
Ya
6-10
6 bulan
R7
Ya
1-5
6 bulan
Hambatan sebagai case manager
Kurangnya pengetahuan keluarga Keadaan sosioekonomi pasien yang rendah Kurangnya alat medis yang diperlukan Keluarga pasien terkadang tidak mengerti tentang penjelasan medis yang diberikan Secara pribadi, responden belum terlalu mengerti tentang hukum kesehatan Keluarga pasien sering tidak mendukung perawatan Kurangnya kooperasi dari keluarga pasien Penanganan yang kurang karena kurangnya fasilitas/alat kesehatan penunjang
Tabel 3. Jenis kasus, tindakan, dan lama perawatan Kode respond en R1
Jenis kasus
Tindakan/perawatan
Lama perawatan
-
-
-
R2
1. Gizi kurang 2. Bronkopneumonia
1-2 minggu
R3
1. vulnus iktum abdomen 2. Chronic kidney disease 3. observasi DHF
R4
-
Monitor tanda vital Konsultasi gizi Menimbang klien secara teratur Memberikan suntikan antibiotik Kolaborasi dengan dokter dan laboratorium 1. pencegahan dan penanganan syok, pemasangan IVFD, perawatan luka, pembuatan askep gawat darurat 2. Penanganan sesak, pemberian oksigen, pembuatan askep gawat darurat 3. Manajemen cairan tubuh, pemasangan IVFD, pembuatan askep gawat darurat -
R5
1. TB paru
1.
1. 1-2 minggu
pemasangan oksigen, pemberian
21
1. 5-15 menit 2. 5-15 menit 3. 5-15 menit
-
2. hematemesis/melena
antibiotika 2. pemasangan IVFD, pemberian makanan dan minuman
2. 1 minggu
R6
asma bronkial
1-2 hari
R7
Anemia, suspek CKD
Pemberian oksigen, konseling keluarga Penanganan sesak, pemberian oksigen, pemasangan infuse
1 minggu
Tabel 4. Jenis pertanyaan dan penjelasan yang diberikan kepada klien
Menjelaskan tindakan
Menjelaskan fungsi dan efek samping obat
Menanyakan perkembang an pasien
-
-
-
-
-
-
R2
v
v
v
v
v
v
R3
v
v
v
v
v
v
R4
-
-
-
-
-
-
R5
-
-
-
v
-
-
R6
v
v
v
v
v
v
R7
v
v
v
v
v
v
Kode Responden
Menan yakan keluhan
R1
Menanyakan soal pasien
Menanyakan soal keluarga pasien
Tabel 5. Respons pasien terhadap tindakan yang diberikan
Kode Resp onden
Membiarkan dirinya diperiksa
Bertanya tentang penyakitnya
Lebih kooperatif dan mendengarkan saran perawat
Mengeluh tentang penyakitnya
Menanyakan atau menceritakan hal lain yang tak berhubungan
R1
-
-
-
-
-
R2
-
v
-
v
-
R3
v
-
v
v
-
R4
-
-
-
-
-
R5
-
-
v
-
v
R6
v
v
-
v
-
R7
v
-
v
v
-
Perawat sebagai pengelola kasus secara normatif mempunyai tanggung-jawab yang besar sebagaimana tercantum pada Undang-undang keperawatan No 38 Tahun 2014, pasal 2 ayat 30 yang berbunyi demikian; “Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat Perawat berwenang untuk mengelola kasus”. Dalam kenyataan sehari-hari seperti yang ditujukan pada data lapangan bahwa hampir semua perawat (nurse), baik professional maupun belum nurse professional telah memahami tugas mereka,
tidak saja oleh karena adanya ketentuan undang-undang tersebut; tetapi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pekerjaan sebagai seorang perawat. Jika dilihat dari keseluruhan aspek RSUD Noongan maka boleh dikatakan meskipun RS ini berada jauh dari pusat kota Manado, namun RS untuk cukup survive menghadapi tantangan dan perkembangan perumah-sakitan di Sulawesi Utara. RSUD Noongan dapat digambarkan sebuah RS yang kecil, berada di wilayah perbukitan, jauh dari pusat pemerintah namun survive menghadapi semua rintangan.
22
Kenyataannya, meskipun undang-undang keperawatan termasuk masih relative singkat, namun 80% perawat RSUD Noongan telah dan pernah melaksanakan tugas sebagai case manager, sebagai mana dimungkinkan oleh undang-undang keperawatan. Pada penelitian ini juga peneliti melakukan triangulasi data (Bachri, 2010) dengan rumah sakit lain yang berada di daerah yang sama dengan RSUD Noongan namun mempunyai wilayah operasional yang berbeda. Dalam hal ini peneliti mengambil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sam Ratulangi Tondano sebagai rumah sakit pembanding. Lewat triangulasi data ini peneliti ingin membandingkan sejauh mana penanganan perawat sebagai case manager di RSUD Noongan dengan RSUD Sam Ratulangi Tondano mengingat terdapatnya perbaedaan instansi yang membawahi masing-masing rumah sakit tersebut, dimana RSUD Noongan di bawah Dinas Kesehatan propinsi sedangkan RSUD Sam Ratulangi Tondano di bawah Dinas Kesehatan kabupaten. Responden yang diambil sebagai key informan dari RSUD Noongan berasal dari kalangan perawat. Data diambil dengan metode wawancara mendalam dan terstruktur (in-depth interview). Dari ketujuh responden yang diambil, terdapat dua orang perawat kepala ruangan, dan sisanya adalah perawat pelaksana. Sampel diambil dari berbagai ruangan, baik rawat jalan maupun rawat inap, agar mendapatkan gambaran yang representatif dari keseluruhan rumah sakit. Juga diambil dari kalangan perawat yang berpendidikan S1 dan D3. Terdapat dua perawat yang berpendidikan S1, dan sisanya berpendidikan Diploma 3. Kebanyakan perawat berjenis kelamin perempuan, dan hanya satu yang berjenis kelamin laki-laki, agar mewakili keseluruhan populasi, di mana para “mantri” hanya mencakup sebagian kecil dibandingkan dengan para “suster”. Lamanya bekerja berkisar antara 5 sampai 27 tahun (median: 14 tahun) untuk mendapatkan hasil yang representatif. Kebanyakan perawat pernah menangani lebih dari 10 pasien dalam satu giliran jaga, yang menandakan bahwa sampel reliabel untuk diwawancarai tentang penanganan pasien sebagai case manager (Gary et al., 2004; Nugent, 1992). Jika ditemukan bahwa responden tidak menangani lebih dari 10 pasien dalam satu giliran jaga, maka
biasanya disebabkan karena jumlah tempat tidur di tempat tugasnya tidak lebih dari 10. Sebagai pembanding, diambil 5 orang perawat dari RSUD Sam Ratulangi Tondano, dengan karakteristik yang menyerupai karakteristik sampel, yaitu berasal dari kalangan kepala ruangan dan perawat pelaksana, dari pendidikan S1 dan D3, dengan masa kerja berkisar antara 5 sampai 18 tahun. Dalam wawancara mendalam tentang apakah responden mengetahui tentang case manager, ditemukan bahwa 5 orang perawat telah mengetahui dan menjalankan tugasnya sebagai case manager, sedangkan 2 perawat tidak mengetahui tentang ini. Menariknya, perawat yang tidak menerapkan case manager di RSUD Noongan merupakan perawat senior yang bertugas sebagai penanggung jawab ruangan rawat jalan (R1 dan R4), sedangkan perawat pelaksana di ruangan rawat inap, semuanya telah menjalankan tugas sebagai case manager. Jika dibandingkan dengan perawat di RSUD Tondano, terdapat satu perawat pelaksana yang tidak mengetahui tentang case manager. Di RSUD Tondano, walaupun menjabat sebagai kepala ruangan, perawat yang bersangkutan tetap mengetahui dan menjalankan tugas sebagai case manager. Hal ini tentunya menarik untuk dibahas, karena adanya perbedaan yang signifikan di antara kedua RS pemerintah ini. Dalam wawancara lebih lanjut, ternyata diketahui bahwa perawat penanggung jawab ruangan di RSUD Noongan cenderung lebih berperan sebagai pengatur adminsitrasi yang bertugas mengatur logistik ruangan, pembagian jadwal bertugas, dan pelengkap Askep. Praktik ini telah dilakukan sejak lama, sehingga terus dilakukan sampai saat ini, di mana perawat yang telah menempati posisi struktural cenderung untuk sedikit berkontak dengan pasien secara langsung. Di RSUD Tondano, kepala ruangan masih terlibat aktif, bahkan cenderung memberikan contoh untuk penanganan kasus pasien, sehingga peranannya sebagai case manager tetap berjalan, bahkan “…sebelum ada edaran tentang case manager” (pengakuan R1). Dari analisis data para perawat yang telah melaksanakan tugas sebagai case manager di RSUD Noongan, dapat terlihat bahwa perawat yang masa kerjanya kurang dari 15 tahun cenderung lebih menerapkan case manager. Hal ini mungkin saja
23
disebabkan karena perawat yang masih muda lebih terbuka terhadap hal baru dan lebih memiliki fleksibilitas untuk melakukan hal-hal yang diamanatkan dalam undangundang keperawatan terbaru. Tidak terdapat perbedaan nyata antara jenjang pendidikan perawat dalam melaksanakan tugas sebagai case manager; baik perawat S1 maupun perawat D3 ada yang melakukan case manager, dan ada yang tidak. Dari analisis di atas, di RSUD Noongan, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan tugas perawat sebagai case manager tergantung pada posisi dan jabatan perawat, di mana perawat pelaksana di ruangan lebih cenderung untuk melaksanakan fungsi case manager, sedangkan perawat penjabat struktural tidak menjalankan fungsinya sebagai case manager. Tentu saja hal ini bergantung pada kebiasaan dan kebijakan administrasi masing-masing RS. Apakah hal ini berpengaruh terhadap kinerja dan prestasi RS, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama dengan cara membandingkan kepuasan pasien dan perawat pelaksana antara RSUD Noongan dengan RSUD lainnya yang kepala ruangannya masih memegang pasien dan melakukan fungsi case manager. Selanjutnya, dari para perawat pelaksana yang melaksanakan case manager, dapat dilihat bahwa kasus yang ditanganinya amat beragam, tergantung dari ruangan tempat perawat yang bersangkutan bekerja. Sebagai contoh, R2 yang bekerja di ruangan anak telah melaksanakan fungsinya sebagai case manager pada kasus-kasus gizi kurang dan bronkopneumonia. Setiap kasus dapat ditangani oleh perawat dengan menggunakan pendekatan yang berbedabeda, sambil tetap memerhatikan fungsi perawat yang dapat mendiagnosis keadaan dan mengambil tindakan. Demikian juga R3 yang bekerja sebagai perawat di ruangan IGD, telah dapat melakukan penanganan syok, pemasangan infus, perawatan luka pada pasien luka tikam abdomen dalam waktu kurang dari 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa perawat yang memiliki pengetahuan sebagai case manager dapat bertindak lebih cepat dan tepat dalam menangani sebuah kasus, tanpa perlu menunggu instruksi dokter semata. Dibandingkan dengan RSUD Tondano, tidak ditemukan perbedaan yang nyata; para perawat yang melaksanakan tugas sebagai case manager telah dapat menangani
berbagai kasus (misalnya strok hemoragik, cedera kepala berat, ulkus diabetik, fraktur femur) dengan benar. Tidak ada perbedaan tindakan antara perawat yang melaksanakan case manager <1 tahun dengan >1 tahun pada kedua kelompok (RSUD Noongan maupun Tondano), yang menunjukkan bahwa bila perawat mengetahui peranan pentingnya sebagai case manager, maka perawat akan lebih terampil menganalisis keadaan dan lebih berani mengambil tindakan untuk menolong penderita. Sebuah pembanding yang menarik berasal dari responden pembanding dari RSUD Tondano (T5), di mana responden ini mengaku belum mengetahui tentang pentingnya peranan perawat sebagai case manager—yang menyebabkan perawat ini takut dan tidak percaya diri dalam menangani pasien. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bila perawat mengetahui fungsinya sebagai case manager, maka perawat akan menangani pasien dengan lebih tepat, cepat, dan berani. Perlu dilakukan sosialisasi tentang case manager bagi semua perawat agar kinerja para perawat dapat ditingkatkan. Perawat yang melakukan fungsinya sebagai case manager akan cenderung untuk menanyakan lebih banyak hal kepada pasien (tabel 4), tidak semata hanya menganamensis keluhan dan menyerahkan sisanya kepada dokter untuk mendiagnosis dan memberikan terapi. Hal-hal yang ditanyakan mulai dari keluhan awal, perkembangan, bahkan sampai masalah sosio-psikologis, seperti keluarga pasien. Perawat yang mengetahui fungsinya sebagai case manager juga cenderung lebih terbuka dan percaya diri dalam memberikan informasi tentang tindakan yang sedang direncanakan, obat yang harus diminum serta efek samping yang mungkin dapat terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perawat (baik di RSUD Noongan maupun RSUD Tondano) yang bekerja sebagai case manager akan lebih perhatian dan terbuka, sekaligus lebih komunikatif dengan pasien atau keluarganya. Keterbukaan dan komunikasi ini berkaitan erat dengan respons pasien, di mana pasien yang ditangani oleh perawat yang melakukan case manager akan cenderung lebih puas (tabel 5), yang ditandai dengan keterbukaan, kooperasi, serta antusiasme pasien untuk menanyakan lebih lanjut tentang penyakitnya. Antusiasme pasien untuk terlibat dalam menangani kondisi medisnya merupakan indikator positif yang
24
berhubungan dengan berhasilnya suatu perawatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perawat yang melakukan tugasnya sebagai case manager akan lebih komunikatif dengan pasien/keluarga pasien, yang direspons balik dengan meningkatnya kepuasan dan interaksi pasien dalam menangani kondisi medis yang sedang dihadapi. Para perawat dengan fungsi case manager juga menghadapi berbagai hambatan yang membuat mereka tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Kebanyakan case manager mengeluhkan tentang kurangnya alat medis yang diperlukan dalam penanganan suatu kasus. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa seorang case manager akan lebih peka dan mengintrospeksi diri lebih kritis—yang dapat dilihat dari identifikasi alat yang kurang—pada unit kerja perawat yang bersangkutan. Hal ini terjadi di RSUD Noongan maupun di RSUD Tondano. Keluhan lainnya yang muncul dari kedua RS adalah kurangnya kooperasi dari pasien maupun keluarganya terhadap perawat. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena pasien tetap menginginkan penjelasan dari dokter, bukan perawat, yang merupakan masalah baru yang patut untuk diteliti lebih lanjut, karena sebagai case manager, perawat bukan merupakan bawahan dokter, melainkan rekan kerja dokter (Baggs et al., 1999; Way et al., 2000).
melakukan tugasnya sebagai case manager akan lebih komunikatif dengan pasien/keluarga pasien, yang direspons balik dengan meningkatnya kepuasan dan interaksi pasien. Seorang case manager akan lebih peka dan mengintrospeksi diri lebih kritis dalam melakukan tugasnya. Kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas sebagai case manager adalah masih kurangnya fasilitas serta pengetahuan dari perawat yang ada di rumah sakit tentang hak dan kewajiban perawat sebagai case manager, juga faktor-faktor resiko terutama resiko hukum dalam menjalani tugas dan tanggung jawab sebagai perawat. SARAN 1.
Perawat sebaiknya mengetahui secara pasti apa tugas dan tanggung perawat dalam pelaksanaannya sebagai case manager di rumah sakit.
2.
Perlu dilakukan sosialisasi tentang fungsi dan peranan perawat sebagai seorang case manager, yang akan bermuara pada meningkatnya kinerja perawat, keyakinan, introspeksi diri, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan pasien.
3.
Sebaiknya diberikan pelatihan bagi perawat untuk meningkatkan ketrampilan, keahlian dan pengetahuan perawat.
4.
Rumah sakit yang perawatnya sudah melaksanakan fungsi sebagai case manager seharusnya menyediakan fasilitas medis yang memadai bagi tenaga kesehatan untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi tenaga kesehatan supaya terjadi peningkatan derajat kesehatan.
KESIMPULAN Sebanyak 80% perawat RSUD pernah melaksanakan tugas sebagai case manager, sebagaimana ditentukan oleh Undang-undang Keperawatan, no 38 pasal 30 ayat 2. Pelaksanaan tugas sebagai case manager, telah dilaksanakan sebelum keberlakukan UU Keperawatan, oleh karena memang bagian dari tugas sehari-hari dari seorang perawat selain melakukan asupanasupan keperawatan, seorang perawat juga harus melaksanakan; perawatan, pengamatan, pencatatan, konsultasi dan memberikan laporan perkembangan terakhir klien kepada nurse kepala. Tugas perawat sebagai case manager tergantung pada posisi dan jabatan perawat, di mana perawat pelaksana di ruangan lebih cenderung untuk melaksanakan fungsi case manager. Perawat yang mengetahui fungsinya sebagai case manager akan menangani pasien dengan lebih tepat, cepat, dan berani. Perawat yang
DAFTAR PUSTAKA ACMA, 2013. Standards of Practice & Scope of Services for Health Care Delivery System Case Management and Transitions of Care (TOC) Professionals. Little Rock, AR: American Case Management Association.
25
Bachri, B.S., 2010. Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian kualitatif. J. Teknol. Pendidik. 10, 46–62.
nursing care. J. Nurs. Manag. 20, 7– 19. Nightingale F. 1895. Florence Nightingale on public health care, Wilfrid Laurier University Press.
Baggs, J.G., Schmitt, M.H., Mushlin, A.I., Mitchell, P.H., Eldredge, D.H., Oakes, D., Hutson, A.D., 1999. Association between nursephysician collaboration and patient outcomes in three intensive care units. Crit. Care Med. 27, 1991– 1998.
Nugent, K.E., 1992. The clinical nurse specialist as case manager in a collaborative practice model: bridging the gap between quality and cost of care. Clin. Nurse Spec. 6, 106–111. Rogers ME, 1970. An introduction to the theoretical basis of nursing, Philadelphia: F.A. Davis Co.
Buchan, J., Sochalski, J., Parkin, T., Organization, W.H., 2003. International nurse mobility: trends and policy implications.
Stokes, J., Panagioti, M., Alam, R., Checkland, K., Cheraghi-Sohi, S., Bower, P., 2015. Effectiveness of Case Management for’At Risk’Patients in Primary Care: A Systematic Review and MetaAnalysis. PloS One 10, e0132340.
Gary, T.L., Batts-Turner, M., Bone, L.R., Yeh, H., Wang, N.-Y., Hill-Briggs, F., Levine, D.M., Powe, N.R., Hill, M.N., Saudek, C., 2004. A randomized controlled trial of the effects of nurse case manager and community health worker team interventions in urban AfricanAmericans with type 2 diabetes. Control. Clin. Trials 25, 53–66.
Suba, S., Scruth, E.A., 2015. A New Era of Nursing in Indonesia and a Vision for Developing the Role of the Clinical Nurse Specialist. Clin. Nurse Spec. 29, 255–257.
Gary, T.L., Batts-Turner, M., Yeh, H.-C., Hill-Briggs, F., Bone, L.R., Wang, N.-Y., Levine, D.M., Powe, N.R., Saudek, C.D., Hill, M.N., 2009. The effects of a nurse case manager and a community health worker team on diabetic control, emergency department visits, and hospitalizations among urban African Americans with type 2 diabetes mellitus: a randomized controlled trial. Arch. Intern. Med. 169, 1788–1794.
Sutherland, D., Hayter, M., 2009. Structured review: evaluating the effectiveness of nurse case managers in improving health outcomes in three major chronic diseases. J. Clin. Nurs. 18, 2978– 2992. Tappen, R.M., Davis, F.A., Tradewell, G.T., 1995. Nursing Leadership and Management: Concepts and Practice. J. Nurses Prof. Dev. 11, 280.
Hammond, K., Bandak, A., Williams, M., 1999. Nurse, physician, and consumer role responsibility perceived by health care providers. Holist. Nurs. Pract. 13, 28–37.
Way, D., Jones, L., Busing, N., 2000. Implementation strategies: collaboration in primary care— family doctors & nurse practitioners delivering shared care. Tor. Ont. Coll. Fam. Physicians 8.
Hidayat AA, 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
You, L., Aiken, L.H., Sloane, D.M., Liu, K., He, G., Hu, Y., Jiang, X., Li, X., Li, X., Liu, H., 2013. Hospital nursing, care quality, and patient satisfaction: cross-sectional surveys of nurses and patients in hospitals in
McSherry, R., Pearce, P., Grimwood, K., McSherry, W., 2012. The pivotal role of nurse managers, leaders and educators in enabling excellence in
26
China and Europe. Int. J. Nurs. Stud. 50, 154–161. Zander K, 1988. Nursing case management: strategic management of cost and quality outcomes, Department of Nursing, New England Medical Center Hospitals, Boston, Massachusetts
27