PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RUPIT Asrizal STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email :
[email protected] ABSTRACT . Nursing documentation is an important element in the health care system, because of the good documentation of information about the state of health of the client can be known simultaneously. The problem is there is still nursing care is not well written and not true at the Hospital of North Rupit Musi Rawas 2014. This research is a quantitative, descriptive analytic with cross sectional approach. Sampling was carried out at the same time with the technique of "Total Sampling" as many as 80 people. The data used are primary data and secondary data. Statistical analysis was performed univariate and bivariate analysis with statistical test Chi-Square. The result showed the majority of SPK and DIII level of education (40%), the majority (42.5%) work period> 5 years and most (56.3%) of respondents feel not enough incentive and education ρtingkat value = 0.000; ρmasa work = 0,000; ρinsentif = 0.014. Conclusion No relationship of education level, years of service and incentives with documentation of nursing care. Keywords: Documenting nursing PENDAHULUAN
Mandiri dan Berkeadilan”. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, serta menciptakan tata kelola keperintahan yang baik (Kemenkes, 2014) Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai
Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia. Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping pendidikan dan pendapatan (ekonomi). Berdasarkan paradigma sehat, dirumuskan visi dan misi kesehatan. Visi Indonesia Sehat 2010-2014 adalah “Masyarakat Sehat Yang
31
tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidahkaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien (Alimul, 2007). Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang diberikan olehperawat pada pasien di berbagaitatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup wewenang sertatanggung jawab keperawatan. Agar nantinya didapatkan mutu pelayanan keperawatan yang baik serta pasien merasa puas terhadap kinerja perawat,maka hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat perlu melakukan berbagai langkah yang terstruktur dan sistematis berdasarkan proses keperawatan (pengkajian,perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya) yang tentunya akan tergambar melalui dokumentasi keperawatan (Alimul, 2007). Dokumentasi keperawatan adalah unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan
keperawatan. Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung kepada pasien (Effendy, 2013). Munculnya perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan asuhan keperawatan sebagai manajemen informasi di bidang kesehatan merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan. Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di bidang kesehatan. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Proses keperawatan dengan dokumentasi yang lengkap inilah yang nantinya dapat dijadikan tolak ukur evaluasi kinerja perawat. Dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhi kinerja perawat yaitu faktor intrinsik yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan,tingkat pendidikan, masa kerja dan faktor ektrinsik seperti insentif, pengetahuan, beban kerja, dan pelatihan (Effendy, 2013). Kualitas mutu pendokumentasian oleh seorang perawat dapat di pengaruhi oleh masa kerja. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Pengalaman adalah guru yang baik
32
mengajarkan kita apa yang telah kita lakukan baik itu pengalaman baik atau pengalaman buruk, sehingga kita bisa memetik hasi dari pengalaman tersebut. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti apa keinginan dan harapan. Lama tidaknya seseorang dalam memberikan pelayanan keperawatan juga merupakan faktor penyebab baik buruknya kinerja seseorang perawat. Semakin lama seseorang perawat bekerja, kemampuan dalam hal pendokumentasian semakin baik (Handoko, 2006). Selain itu tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor intrinsik dalam peningkatan kinerja perawat dalam hal ini adalah pendokumentasian. Pendidikan keperawatan sebagai institusi yang mengembangkan dan menciptakan tenaga keperawatan yang memiliki peran yang sangat besar dalam proses profesionalisasi keperawatan. Karena pendidikan keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga keperawatan dari lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus mampu untuk memfasilitasi pembentukan komunitas keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi profesi dan masyarakat (Husin,2009). Berdasarkan penelitian Kartika (2010), yang berjudul “Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat Dalam Pelaksanaan ASKEP” menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi tingkat pendidikan perawat, kemampuan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan semakin baik. Salah satu faktor ektrinsik yang mempengaruhi kinerja seorang perawat adalah insentif. Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan prestasi kerja. Semakin tinggi prestasi kerja semakin besar pula insentif yang diterima. Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung diluar gaji dan upah yang merupakan kompensasi tetap, yang disebut sistem kompensasi berdasarkan kinerja (Pay for Performance Plan). Insentif merupakan motivator yang positif bagi para perawat untuk meningkatkan gairah kerja, kreatifitas dan pengembangan dirinya menuju tenaga yang profesional. Insentif digunakan untuk mendorong karyawan dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil kerjanya (Handoko, 2006). Berdasarkan penelitian Achmad Ichsan (2009), Pengaruh Faktor Ektrinsik Dalam Meningkatkan Kualitas Pendokumentasian di Rumah Sakit Seragen Jawa Tengah bahwa ada pengaruh pemberian reward atau insentif terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian. Insentif mendorong perawat untuk bekerja lebih baik lagi dari biasanya. Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara adalah merupakan rumah sakit yang berada di Lubuk Linggauyang dijadikan rujukan bagi puskesmas di sekitar wilayah Musi Rawas Utara dan sekitarnya. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan lebih
33
baik dibanding Puskesmas. Untuk mencapai kepuasan pasien rumah sakit, salah satu aspek yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah aspek pelayanan dibidang asuhan keperawatan, salah satunya melalui pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik dan benar. Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia. Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping pendidikan dan pendapatan (ekonomi). Berdasarkan paradigma sehat, dirumuskan visi dan misi kesehatan.Visi Indonesia Sehat 2010-2014 adalah “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, serta menciptakan tata kelola keperintahan yang baik (Kemenkes, 2014) Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien/ pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidahkaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Kualitas mutu pendokumentasian oleh seorang perawat dapat di pengaruhi oleh masa kerja. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Pengalaman adalah guru yang baik mengajarkan kita apa yang telah kita lakukan baik itu pengalaman baik atau pengalaman buruk, sehingga kita bisa memetik hasi dari pengalaman tersebut. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti apa keinginan dan harapan. Selain itu tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor intrinsik dalam peningkatan kinerja perawat dalam hal ini adalah pendokumentasian. Pendidikan keperawatan sebagai institusi yang mengembangkan dan menciptakan tenaga keperawatan yang memiliki peran yang sangat besar dalam proses profesionalisasi keperawatan.
34
Karena pendidikan keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga keperawatan dari lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus mampu untuk memfasilitasi pembentukan komunitas keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi profesi dan masyarakat (Husin,2009)
Metode penelitian ini adalah deskripsi yang bersifat analitik serta menggunakan rancangan cross sectional. Populasi sebanyak 80 yaitu semua perawat dan teknik pengambilan sampel total sampling. Data yang digunakan yaitu data primer dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chisquare (Notoatmodjo, 2010).
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Tabel 1 Tingkat Pendidikan dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Tingkat Pendidikan
Pendokumentasi Kurang Baik N N 27 4 3 34
SPK DIII S1 Total
Total
P value
Baik
% 84,4 12,5 18,8 42,5
NN 5 28 13 46
Hasil perhitungan statistik uji Chisquare didapatkan nilai ρ = 0,000 (ρ value < 0,05) dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat
% 15,6 87,5 81,3 57,5
N 32 32 16 80
% 1100 1100 1100 1100
0,000
pendidikan dengan pendokumentasian Asuhan keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2014.
Tabel 2 Masa Kerja Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Ρ Masa Kerja Pendokumentasian Total value Kurang Baik NN Masa Kerja < 5 tahun 30
Baik
% NN 88,2 4
% 11,8
N 34
% 1100
Masa kerja > 5 tahun
4
8,7
42
91,3
46
1100
Total
34
42,5
46
57,5
80
1100
35
0,000
Hasil perhitungan statistik uji Chisquare didapatkan nilai ρ = 0,000 (ρ value < 0,05) dapat diartikan bahwa ada hubungan antara masa kerja
dengan pendokumentasian Asuhan keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2014.
Tabel 3 Hubungan Insentif Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Ρ Insentif Pendokumentasian Total Value Kurang Baik
Baik
Tidak Cukup
N N 25
% 55,6
NN 20
% 44,4
N % 45 1100
Cukup
9
25,7
26
74,3
35
Total 34 42,5 Hasil perhitungan statistik uji Chi-square didapatkan nilai ρ = 0,014 (ρ value < 0,05) dapat diartikan bahwa ada hubungan antara insentif dengan pendokumentasian Asuhan keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2014.
1100
0,014
46 57,5 80 1100 penelitian ini responden berada pada lingkungan yang mempunyai daya saing terhadap pendidikan kurang, lingkungan responden banyak yang memiliki tingkat pendidikan maximal SMA sehingga dengan keadaan lingkungan tersebut tingkat pendidikan responden. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 80 responden 32 orang atau hampir sebagian 40% berpendidikan DIII. Motivasi juga mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang dimana pada hasil penelitian ini responden tidak memiliki motivasi dan antusiasme yang tinggi terhadap pendidikan. Responden sudah merasa puas dengan tingkat jenjang yang dimilikinya dan responden tidak memiliki antusiasme terhadap jenjang kariernyasehingga responden merasa tidak termotivasi untuk melanjutkan S1. Dukungan keluarga juga mempengaruhi tingkat pendidikan responden dimana keluarga sangat merespon baik keinginan responden
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian univariat tingkat pendidikan menunjukkan bahwa dari 80 responden terdapat sebanyak 32 responden atau hampir sebagian 40% responden berpendidikan SPK. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain faktor ekonomi, faktor motivasi, faktor lingkungan, dan faktor umur. Dalam penelitian ini faktor ekonomi responden mempengaruhi tingkat pendidikan responden dimana responden dengan tingkat pendidikan SPK memiliki faktor eknomi menengah kebawah pada hasil
36
untuk mengambil S1 kesehatan, keluarga mendukung penuh baik berupa moril maupun material untuk responden. Faktor lingkungan juga mempengaruhi tingkat pendidikan responden dimana pada penelitian ini responden berada pada lingkungan yang berpendidikan yaitu lingkungan yang menyadari betapa pentingnya arti pendidikan sehingga responden memiliki keinginan kuat untuk mencapai tingkat pendidikan yang tinggi. Hasil penelitian juga diketahui bahwa hampir sebagian 43,8% atau 35 responden merasa cukup dalam hal penerimaan insentif. Berdasarkan hasil wawancara diketahui hal ini terjadi disebabkan responden merasa insentif yang diterimanya merupakan bonus tambahan dari hasil kinerja baiknya yang dilakukan selama ini dan besaran insentif yang diterima memuaskan responden.Dengan adanya insentif yang diterima, responden merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhannya. Pemberian insentif selain berdasarkan kinerja juga dilihat dari tingkat pendidikan responden dimana responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan golongan kerja yang tinggi memiliki menerima insentif yang cukup memuaskan responden. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 80 responden terdapat sebanyak 37 responden atau hampir sebagian 46,3% melaksanakan pendokumentasian kurang baik. Perawat dengan tingkat pendidikan SPK berdasarkan hasil observasi peneliti memiliki sikap suka menunda-nunda pekerjaan terutama dalam pendokumentasian, sering
mengabaikan arti penting sebuah pendokumentasian. Insentif hasil penelitian menunjukkan dari 80 responden terdapat tanggung jawab yang tinggi pula sehingga dengan kinerja yang baik responden sebagian besar 53,8% atau 43 responden melaksanakan pendokumentasian secara baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari keseluruhan jumlah perawat di rumah sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara adalah DIII dan S1 sehingga kesadaran akan tahapan asuhan keperawatan terutama pendokumentasian sangat tinggi sehingga responden dalam melaksanakan pendokumentasian dilaksanakan dengan baik. Selain itu terlaksananya pendokumentasian dengan baik disebabkan sebagian besar perawat berada pada fase masa kerja produktif dimana usia diatas 30 tahun merupakan masa-masa giatnya bekerja terutama dalam melaksanakan pendokumentasian yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan Silalahi (2006) yang mengemukakan bahwa pekerja usia 20-30 tahun mempunyai kinerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja lebih muda belum berpijak pada realitas, sehingga seringkali mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini menyebabkan rendahnya motivasi kerja dan kepuasan kerja. Hasil penelitian bivarian ini diharapkan bermanfaat dan dapat menambah masukan dalam menyusun kebijakan bagi manajemen rumah sakit dan untuk mengevaluasi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang sudah berjalan
37
serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utaradan diharapkan pihak rumah sakit memberikan pelatihan-pelatihan tentang tahapan asuhan keperawatan terutama pendokumentasian kepada perawata-perawat yang berpendidikan rendah, masa kerja < 5 tahun serta pemberian pelatihan kepada perawat-perawat yang melaksanakan pendokumentasian kurang baik. Hasil penelitian dari 34 responden dengan masa kerja < 5 tahun diketahui sebagian kecil 11,8% melaksanakan pendokumentasian dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti terjadi dikarenakan responden memiliki motivasi diri yang baik dalam menjalankan pekerjaannya. Selain itu responden memiliki semangat kerja yang tinggi karena masih masa bersuka cita mendapat pekerjaan.sian asuhan keperawatan di rumah sakit. Hubungan Insentif dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Rupit Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 responden terdapat 45 responden dengan insentif tidak cukup dimana sebagian besar 55,6% atau 25 responden melaksanakan pendokumentasian kurang baik. Hasil penelitian dari 45 responden dengan insentif tidak cukup diperoleh hampir sebagian 44,4% atau 20 perawat melaksanakan pendokumentasian dengan baik. Berdasarkan hasil observasi diketahui hal ini terjadi karena responden memiliki rasa tanggung jawab terhadap pasien sehingga responden merasa wajib
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Responden tidak terlalu mempermasalahkan insentif yang diterima, sehingga responden tetap mempertahankan kinerjanya dengan baik meskipun insentif yang diterima tidak cukup. Selain itu responden memiliki pendapatan diluar penerimaannya dari rumah sakit sehingga responden tidak merasa kekurangan. Berdasarkan hasil penelitan dari 80 responden terdapat 35 responden dengan insentif yang cukup. Dari 35 responden tersebut diketahui sebagian kecil 14,9% atau 9 responden melaksanakan pendokumentasian kurang baik. Hal ini terjadi dikarenakan responden merasa lebih senior dibandingkan dengan responden lainnya sehingga responden sering melalaikan pekerjaannya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitan dari 35 responden dengan insentif cukup diketahui sebagian besar 74,3% atau 26 responden melaksanakan pendokumentasian dengan baik. Hal ini terjadi dikarenakan responden memiliki motivasi dalam bekerja dimana responden merasa kinerjanya dihargai pihak rumah sakit dengan pemberian insentif yang sesuai semakin tinggi prestasi kerja semakin besar pula insentif yang diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan insentif dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Murata Tahun 2014 dengan nilai nilai ρ = 0,014 (ρ value < 0,05). Hasil penelitian ini senada dengan Achmad Ichsan (2009),
38
“Pengaruh Faktor Ektrinsik Dalam Meningkatkan Kualitas Pendokumentasian di Rumah Sakit Seragen Jawa Tengah” bahwa ada pengaruh pemberian reward atau insentif terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian. Seperti yang diketahui pendokumentasian adalah suatu proses dalam membuat suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Fisbach, 2009). Hasil penelitian ini senada dengan Elytha (2006), ada pengaruh yang bermakna antara masa kerja efektif terhadap produktivitas kerja seorang petugas kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat. Perawat dengan masa kerja efektif lebih dari 5 tahun mempunyai kemungkinan mempunyai cara kerja yang lebih baik dibandingkan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Pada umumnya semakin lama seseorang bekerja akan semakin baik pula cara kerjanya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam pengambilan keputusannya (Pamudji, 2006 ).
SARAN Petugas kesehatan diharapkan dapat pendokumentasian asuhan keperawatan yang sudah berjalan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan di Rumah Sakit Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara dan diharapkan pihak rumah sakit memberikan pelatihan-pelatihan tentang tahapan asuhan keperawatan terutama pendokumentasian kepada perawata-perawat yang berpendidikan rendah, masa kerja < 5 tahun serta pemberian pelatihan kepada perawat-perawat yang melaksanakan pendokumentasian kurang baik. DAFTAR PUSTAKA Achmad Ichsan. 2009. Pengaruh Faktor Ektrinsik Dalam Meningkatkan Kualitas Pendokumentasian di Rumah Sakit Seragen – Jawa Tengah. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Alimul, 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Effendy N. 2013. Pengantar Proses Keperawatan.EGC, Jakarta. Elytha, J.R., Nowlis, E.A. & Bens, P.M. 2006. Modules for basic nursing skills. (sixty edition). Philadelphia: Lipicont-Reven Publisher Fisbach T. F. 2009. Documentating care: the communication, the nursing process and documentation standards.F.A, Davis Comp. Philadelphia. Handoko, Hani T. 2006. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Ada hubungan masa kerja dan insentif dengan pendokumentasian asuhan keperawatan.
39
Manusia. BPFE. UGM Yogyakarta. Husin Umar, 2009, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Edisi revisi, Cetakan Kelima, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kartika. 2010. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat Dalam Pelaksanaan ASKEP. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Kemenkes RI. 2014. Visi dan Misi Depkes 2010-2014. http://www.depkes.go.id Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pamuji. 2006. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Silalahi, Sitorus. 2006. Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat, Jakarta, Sagung Seto
40