HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT JEMBER
Artikel Jurnal
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH
DONI IBNU HAJAR MALIK 10.1101.1041
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2014
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT JEMBER Doni Ibnu Hajar1, Asmuji, SKM., M.Kep.2 Fakultas Ilmu Kesehataan Program Studi S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember
ABSTRAK Inroduksi: Pendidikan keperawatan merupakan standar yang digunakan untuk diaplikasikan di rumah sakit yang telah mengikuti perkembangan ilmu dan tekhnologi, dengan peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Jenjang pendidikan keperawatan meliputi: Akademi atau Pendidik Ahli Madya Keperawatan dan Program Profesi (Ners) dan Program S2 atau Magister serta konsultan (S3) yang terkait dengan keperawatan. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi korelasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujun untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan mutu pelayanan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di 4 ruang inap yang berjumlah 43 perawat dengan sampel sejumlah 39 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode teknik Total sampling. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kuesioner. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 perawat berpendidikan Ners menyatakan 100% sudah memberikan pelayanan secara baik, dari 29 perawat berpendidikan D3 Keperawatan menyatakan 44,8%nya sudah memberikan pelayanan secara cukup baik dan 55,2% sudah memberikan pelayanan baik. Diskusi: Hasil uji statistik sperman’s rho, didapatkan ada hubungan dalam kategori sedang antara tingkat pendidikan perawat dengan mutu pelayanan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember. Dengan kekuatan korelasi sedang dengan arah negatif (-), artinya semakin besar nilai variabel maka semakin kecil nilai variabel lainnya (P value = 0,009; α = 0,005; r = -0,415). Rekomendasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan instrumen penelitian yang lebih baik dan jumlah responden yang lebih banyak untuk memperkuat hasil penelitian ini. Kata kunci : Pendidikan, Mutu Pelayanan, Perawat Daftar Pustaka : 19 (2002 – 2013).
ABSTRACT Introduction: Nursing education is the standard used to be applied in the hospital who has been following the development of science and technology, with an increase in both the level and quality of education. Qualification nursing include: Academy of Nursing or Associate Expert Educator and Program Professionals (nurses) and the Program or Masters (S2) and consultants (S3) related to nursing. Method: This study used a correlational study design with cross sectional to identify the correlation between education level of nurse with nursing care quality patient in hospital regional Kalisat Jember. The study population was all nurses in 4 inpatient space totaling 43 nurses with a sample of 39 respondents. The sampling technique using total sampling techniques. Instruments used in the data collection in the form of a questionnaire. Results: The results showed that of the 10 nurses educated nurses stated 100% already provide services better, educated nurses from 29 states 44.8% Nursing D3 was already providing services is quite good and 55.2% have given good service. Discuss: Results of Spearman's rho statistical test, found The Correlation Between Education Level of Nurse with Nursing Care Quality Patient In Hospital Regional Kalisat Jember. With the strength of the correlation was negative direction (-), ie, the greater the value of the variable, the smaller the value of other variables (P value = 0.009; α = 0.005; r = -0.415). Recommendations need to do further research to better research instruments and the number of respondents is much more to strength the results of this study. Key words : Education, Quality of Care, Nurse Bibliography : 19 (2002-2013). PENDAHULUAN Tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan
Gartiah (2008) menyatakan bahwa dalam
termasuk pelayanan keperawatan akan
menghadapi
terus meningkat baik dalam aspek mutu
masyarakat salah satu langkah konkrit
maupun keterjangkauan serta cakupan
yang harus dilakukan adalah pengelolaan
pelayanan.
sistem
Hal
ini
disebabkan
tuntutan
pendidikan
kebutuhan
keperawatan.
meningkatnya kesadaran masyarakat akan
Pendidikan keperawatan merupakan unsur
kesehatan
pertama yang harus dilakukan penataan
serta
kompleksitas
meningkatnya
masalah
kesehatan
karena
melalui
pendidikan
masyarakat. Dalam menghadapi tuntutan
perkembangan profesi keperawatan akan
kebutuhan masyarakat
terarah dan berkembang sesuai dengan
dalam
bidang
ini,
khususnya
keperawatan
harus
kemajuan ilmu dan teknologi sehingga
melakukan perubahan dalam berbagai
dapat menghasilkan tenaga keperawatan
aspek termasuk pendidikan keperawatan
yang berkualitas (Murwani, 2008).
(Kusnanto, 2003). Sejalan dengan itu
Mutu pelayanan dapat dipersepsikan baik
meningkatkan mutu pelayanan kepada
dan memuaskan pasien, adalah jika jasa
pasien
yang diterima sesuai atau melebihi dari
standar profesi masing-masing yang dalam
yang diharapkan dan sebaliknya mutu
hal ini adalah standar praktek asuhan
pelayanan dipersepsikan jelek atau tidak
keperawatan
memuaskan jika pelayanan yang diterima
Semakin patuh semua tenaga profesional
lebih
kepada
rendah
dari
yang
diharapkan
diharapkan
yang
standar
Sesuai
telah
yang
dengan
ditetapkan.
diakui
oleh
(Kotler, 2000 Supranto, 2001). Menurut
masingmasing profesi, akan semakin tinggi
Sukardi
pelayanan
pula mutu asuhan keperawatan terhadap
kesempurnaan
pasien yang berarti bahwa kinerja tenaga
(2005)
menunjukkan pelayanan
tingkat kesehatan
menimbulkan sesuai
mutu
kepuasan
kode
etik
yang
dapat
profesional kesehatan atau keperawatan
karena
telah
semakin meningkat (Wijono, 1997).
dan
standar
pelayanan professional. Bagian integral dari
standar
pelayanan
profesional
kesehatan di rumah sakit salah satunya adalah pelayanan keperawatan.
Pendidikan
keperawatan
bukan
lagi
merupakan pendidikan vokasional akan tetapi bertujuan tenaga ilmu
untuk
menghasilkan
keperawatan yang menguasai keperawatan
dan
mampu
Dalam kepuasan, hal terpenting adalah
melaksanakan
persepsi pelanggan, bukan hal-hal yang
profesional kepada masyarakat. Seperti
aktual seperti yang dipikirkan produsen
yang telah dijelaskan dalam lokakarya
atau pemberi jasa. Sehingga masyarakat
nasional tahun 1983 bahwa pendidikan
sering menilai baik buruknya pelayanan
keperawatan telah mulai dibenahi dengan
diinstalasi
sistem pendidikan ke jenjang pendidikan
rawat
inap tergantung
bagaimana kinerja dari perawat (Aditama,
tinggi.
2003). Hal ini juga dapat mengurangi
pendidikan
kepuasan pasien, mengurangi tingkat
dalam
kunjungan dan tingkat hunian
keperawatan
rumah
keperawatan
Pengembangan tinggi
sistem
sangat
pengembangan secara
secara
berperan pendidikan
profesional,
sakit (BOR), karena itu kinerja petugas
teknologi keperawatan serta pembinaan
keperawatan sangat berhubungan dengan
keprofesian karena pendidikan keperawatan
mutu pelayanan yang diberikan kepada
sebagai sarana mencapai profesionalisme
pasien.
keperawatan (Hidayat, 2002).
Petugas
kesehatan
dalam
Pendidikan
merupakan
satu
seperti yang akan mereka lakukan sesuai
manusia
dengan tingkat pendidikan, pelatihan, dan
yang diperlukan untuk pengembangan
pengalaman kerja yang di-miliki. Selama
diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
ini mereka mengerjakan tugas yang sudah
semakin mudah mereka menerima serta
merupakan pekerjaan rutin yang harus
mengembangkan
mereka lakukan (Neila, 2004).
kebutuhan
salah
dasar
pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu palayanan keperawatan untuk masyarakat melalui pengaturan dan pengadaan sistem pendidikan
berkelanjutan
(Grossmann,
1999). Pada saat ini berbagai upaya untuk lebih
mengembangkan
pendidikan
keperawatan profesioal memang sedang dilakukan
dengan
mengkonvensikan
pendidikan SPK ke jenjang pendidikan akademi keperawatan (D III keperawatan) dan dari lulusan akademi keperawatan diharapkan
dapat
melanjutkan
pendidikan ke D IV keperawatan atau SI Keperawatan (Nursalam, 2002). Mutu
pelayanan
keperawatan
yang
tinggi dan beban kerja perawat yang besar. Dari hasil observasi masih dijumpai adanya perawat yang tidak peduli dengan keluhan yang disampaikan oleh pasien Perawat
dalam
memberikan pelayanan perawatan belum banyak
terpapar
dengan
bahwa faktor - faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pemberian pelayanan
antara
lain umur, tingkat pendidikan perawat, status kepegawaian, masa kerja, peralatan, motivasi, kompensasi, dan iklim kerja. Kurangnya tenaga
keperawatan baik
secara kualitas maupun kuantitas akan sangat
mengganggu kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien sehingga
beban
kerja
bertambah dan dapat
semakin
menyebabkan
prestasi kerja menurun, kepuasan kerja berkurang, dan pada akhirnya kepuasan pasien juga berkurang (Musni, 2005).
kurang disebabkan karena tuntutan pasien
maupun keluarganya.
Menurut hasil penelitian Syah (2004)
kompetensi
Fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai pelayanan yang telah diberikan kepada pasien kebanyakan di rumah sakit, yaitu pasien mengeluh atas mutu pelayanan kurang baik yang telah diberikan perawat di rumah sakit. Hal ini terjadi kerena kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor tersebut diantaranya tingkat
pendidikan perawat, status kepegawaian
tingkat pendidikanya hanya ada S1 dan D3
dan kesejahteraan perawat yang kurang.
dengan perawat S1 berjumlah 8 orang dan
perawat berlomba – lomba
perawat D3 berjumlah 33 orang yang
Sehingga
meningkatkan
golongan
melalui
tersebar di tiga runangan kelas satu, dua
guna
dan tiga yang meliputi ruang anak, ruang
atau
interna dan ruang bedah. Di tiga ruangan
kesejahteraan hidupnya. Pandangan dan
ini peneliti juga melakukan wawancara dan
pendapat perawat rumah sakit mengenai
observasi kepada sepuluh pasien. Hasilnya
hal ini yaitu semakin tinggi seorang
yaitu
perawat untuk melanjutkan ke tingkat
peningkatan mutu pelayanan dari perawat
pendidikan yang lebih tinggi semata-mata
yang telah meningkatkan tingkat. Maka hal
dimaksudkan
ini yang membuat peneliti tertarik untuk
pendidikan
yang
berkelanjutan
memenuhi
tuntutan
ekonomi
untuk
meningkatkan
belum
adanya
perubahan
pangkat, gaji, dan golongan. Akan tetapi
melakukan
kualitas dari tingkat pendidikan perlu
Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat
dipertanyakan. Tidak heran jika Pasien
Dengan Mutu Pelayanan Pada Pasien di
mengeluh perawat yang kurang tanggap,
RSUD Kalisat Jember.
kurang terhadap
cepat,
dan
pasien
kurang
dalam
ramah
memberikan
pelayanan kesehatan (Neila, 2004). Ada penelitian terdahulu tentang hubungan tingkat
pendidikan
perawat
terhadap
kinerja perawat di Rumah Umum Pandan
Arang
Sakit
Kabupaten
Boyolali, ditunjukkan dengan nilai chisquare sebesar 17,47,dan taraf signifikan yang dihasilkan kurang dari5% yaitu p = 0,002. Berdasarkan
penelitian
pendahuluan
yang
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah di tetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh
proses
penelitian
(Nursalam,
2013). Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan perawat
dengan Pada
mutu
palayanan
Pasien,
dengan
menggunakan rancangan penelitian cross
dilakukan peneliti di Rumah Sakit Kalisat
sectional
Jember di didapatkan data jumlah perawat
pengumpulan data.
berdasarkan tingat pendidikannya, dimana
judul
METODOLOGI
keperawatan studi
dengan
atau
yang
menekan
pada
Populasi, sampel, dan sampling
antara perawat perempuan 22 (56,4%)
Populasi adalah seluruh subjek penelitian
orang
(Arikunto,
(43,6%) orang.
2006).
Populasi
dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat di 4 ruang inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember yang berjumlah 43 perawat. Sampel
adalah
sebagian atau
wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 39 responden dari 43 perawat yang
meliputi
S1
Ners
dan
D3
keperawatan, empat sampel tidak di ambil dikarenakan menjabat ruangan yang
sebagai kepala
lebih berperan dalam
manajemen ruangan yang berada di empat ruangan di Rumah Sakit Daerah Kalisat. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili
populasi.
Dalam
penelitian ini, sampling yang digunakan adalah dengan tekhnik Total sampling.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Berdasarkan umur perawat, menunjukkan bahwa jumlah perawat RSD Kalisat yang berusia antara 26 – 31 tahun, memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 26 (66.7%)
orang.
Berdasarkan
kelamin,
menunjukan
bahwa
jenis jumlah
perawat RSD Kalisat hampir berimbang
dengan
perawat
laki-laki
17
Analisis Bivariat Berdasarkan
tingkat
pendidikan,
menunjukan bahwa pendidikan perawat RSD
Kalisat
sebagian
besar
adalah
ditingkat D3 keperawata sebanyak 29 (74,4%)
perawat.
Berdasarkan
mutu
pelayanan kepada pasien, menunjukan bahwa sebanyak 26 (66,7%) perawat mempersepsikan bahwa mutu pelayanan keperawatan di kategori baik.
RSD
Kalisat
dalam
Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Perawat dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Pada Pasien di Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember, 19 Juni 2014 (n = 39) Mutu Pelayanan
Kriteria
Pendidikan Perawat
cukup 0 (0%) 13 (44.8%) 13 (33.3%)
Ners D3
Total
baik 10 (100%) 16 (55.2%) 26 (66.7%)
P Value
Total
10 (100%) 29 0.009 (100%) 39 (100.0%)
r
-0,415
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui
dengan parameter kekuatan korelasi yang
bahwa dari 10 orang yang mempunyai
telah ditentukan bahwa nilai koefisien
pendidikan
bahwa
korelasi penelitian yang telah dilakukan
perawat mempersepsikan 100% sudah
memiliki kekuatan korelasi sebesar -0,415
memberikan mutu pelayanan secara baik.
yang berarti “sedang” yaitu diantara 0,40
Sedangkan
yang
< KK ≤ 0,70 dengan arah korelasinya
mempunyai pendidikan D3 keperawatan
negatif (-), artinya semakin besar nilai
menyatakan,
variabel maka semakin kecil nilai variabel
Ners
dari
menyatakan
29
orang
bahwa
mempersepsikan
perawat
44,8%
sudah
lainnya.
memberikan mutu pelayanan secara cukup baik dan 55,2% sudah memberikan mutu
PEMBAHASAN
pelayanan baik. Hasil analisis uji statistik
Pendidikan Perawat RSD Kalisat
Spearma’sn
Pendidikan
Rho
diperoleh
angka
sekarang ilmu
selaras dan
dengan
signifikansi yang terlihat pada P value
perkembangan
dengan nilai 0,009 atau kurang dari α =
pendidikan keperawatan tahap demi tahap
5% (0.05) dan nilai r adalah -0,415 maka
mengalami
Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga ada
maupun
hubungan
antara
tingkat
pendidikan
pendidikan keperawatan di Indonesia
perawat
dengan
mutu
pelayanan
adalah Akademi atau Pendidik Ahli
keperawatan pada pasien di Rumah Sakit
Madya keperawatan dan program sarjana
Daerah Kalisat Jember. Namun sesuai
keperawatan (Ners) dan program S2 atau
peningkatan mutu
tekhnologi,
baik
pendidikan.
jenjang Jenjang
magister serta konsultan (S3) yang terkait
keperawatan lebih ke peran advokasi dan
dengan keperawatan (Pusdiknakes, 2001).
manejerialnya. Sehingga tidak terlalu
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa pendidikan perawat RSD Kalisat sebagian besar adalah ditingkat D3 keperawata
banyak
pada
perawat
S1
Ners
keperawatan yang telah ditempatkan di masing – masing ruangan di RSD Kalisat.
sebanyak 29 (74,4%) perawat. Hasil data
Mutu Pelayanan pada Pasien
tersebut, sesuai dengan kebijakan Direktur
Definisi mengenai mutu telah banyak
RSD Kalisat yang membuat komposisi
dijelaskan oleh para ahli. Azwar (1996)
bahwa jumlah perawat D3 keperawatan
menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat
lebih
D3
kesempurnaan dari penampilan sesuatu
keperawatan sebagai perawat vokasional
yang sedang diamati dan juga merupakan
atau perawat terampil sedangkan perawat
kepatuhan terhadap standar yang telah
S1 Ners keperawatan dibutuhkan oleh
ditetapkan, sedangkan Tappen (1995)
rumah sakit sebagai perawat manajerial
menjelaskan
yang mengatur masalah pelayanan yang
penyesuaian terhadap keinginan pelanggan
baik di tiap – tiap ruangan yang ada di
dan sesuai dengan standar yang berlaku
RSD Kalisat,
serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
banyak
kerena
selain
perawat
itu
menghemat
bahwa
mutu
adalah
anggaran yang tiap bulan membiayai para
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa
perawat atau karyawan yang bekerja di
sebanyak
rumah sakit tersebut akan tetapi perawat
mempersepsikan bahwa mutu pelayanan
D3 keperawatan dengan kesadarannya
keperawatan di
sendiri
kategori baik. Hasil penelitian tersebut
meningkatkan
pendidikan
S1
keperawatan.
keperawatan
(66,7%)
RSD
perawat
Kalisat
dalam
sesuai dengan teori menurut Fitzmmons
Peneliti berpendapat bahwa pendidikan D3
26
lebih
banyak
dibandingkan dengan pendidikan S1 Ners keperawatan dikarenakan pendidikan D3 keperawatan sebagai perawat pelaksana yang membutuhkan jumlah yang cukup banyak sedangkan pendidikan S1 Ners
(dalam Nasution 2003) yang menyatakan bahwa dalam menenetukan mutu jasa atau pelayanan
ada
lima
dimensi
pelayanan (Service Quality),
mutu
meliputi:
Wujud nyata (tangibles), Kehandalan (reliability), Ketanggapan(responsiveness, Jaminan (empathy).
(assurance)
dan
Empati
Peneliti
berpendapat
bahwa
hasil
negatif (-), artinya semakin besar nilai
penelitian ini yang menunjukan sebanyak
variabel maka semakin kecil nilai variabel
26 (66,7%) perawat
mempersepsikan
lainnya. Dari analisis tersebut maka Ho
bahwa mutu pelayanan keperawatan di
ditolak dan H1 diterima, sehingga ada
RSD Kalisat dalam kategori baik di
hubungan
antara
tingkat
pendidikan
pengaruhi oleh fasilitas cukup memadai
perawat
dengan
mutu
pelayanan
guna menunjang kinerja perawat ruangan
keperawatan pada pasien di Rumah Sakit
yang ada dirumah sakit, pendidikan
Daerah Kalisat Jember.
perawat juga mempengaruhi persepsi dan pengalaman perawat mengenai rumah sakit tempat dia bekerja dan macam – macam pelayanan yang di berikan oleh rumah sakit serta manajemen rumah sakit dan manajemen ruangan yang telah diberlakukan oleh Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember.
Berdasarkan tabel 5.5 menggambarkan bahwa perawat di RSD Kalisat, dari 39 responden, 10 perawat yang memiliki pendidikan
S1
Ners
keperawatan
menyatakan bahwa mayoritas (100%) perawat
mempersepsikan
sudah
memberikan mutu pelayanan secara baik sedangkan 29 perawat yang memiliki
Pendidikan
pendidikan D3 keperawatan menyatakan
Pelayanan
bahwa sebagian besar (55,2%) perawat
Keperawatan pada Pasien di Rumah
mempersepsikan sudah memberikan mutu
Sakit Daerah Kalisat Jember.
pelayanan secara baik.
Hubungan Perawat
Tingkat dengan
Mutu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan uji Korelasi Spearman’s Rho didapatkan hasil nilai koefisien korelasi (r)
sebesar
-0,415
dengan
tingkat
signifikansi (P) sebesar 0,009 atau kurang dari α = 5% (0.05). Sesuai dengan parameter kekuatan korelasi yang telah ditentukan bahwa nilai koefisien korelasi memiliki kekuatan korelasi sebesar -0,415 yang berarti “sedang” yaitu diantara 0,40 < KK ≤ 0,70 dengan arah korelasinya
Hasil
tersebut
Mendikbud
No
sesuai
dengan
056/U/1994
SK yang
menyatakan bahwa Program Pendidikan Ners menghasilkan Sarjana Keperawatan dan perawat professional (Ners, “First, Profesional
Degree”)
dengan
sikap,
tingkah laku, kemampuan professional, serta kompetensi untuk
melaksanakan
asuhan atau praktik keperawatan dasar ( sampai dengan tingkat kerumitan tertentu)
secara
mandiri.
bertugas
Perawat
professional
mendasar
dan
menyeluruh,
misalnya
memberikan perawatan yang
penyesuaian sikap dan pandangan, serta
sesuai dengan kebutuhan objektif klien, dan
pengetahuan dan kemampuan dari perawat
melakukan supervise praktik keperawatan
sendiri. dengan demikian peran dan fungsi
yang dilakukan oleh perawat professional
perawat juga akan dirasakan manfaatnya
pemula. Selain itu mereka juga dituntut
oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan
untuk
dalam
keperawatan yang bermutu, dan berupa
pelayanan
kepuasan kerja perawat sendiri karena
memiliki
kemampuan
meningkatkan keperawatan
mutu dengan
memimpin
iptek
adanya otonomi. Saat ini keperawatan
keperawatan. Serta melakukan riset dasar
sebagai profesi masih terus dalam transisi,
keperawatan.
sehinnga
Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian terkait yang telah dilakukan oleh Faizin dengan judul hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali, didapatkan hasil ada hubungan
tingkat
pendidikan perawat
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit
Umum
Pandan
Arang
Kabupaten Boyolali, ditunjukkan dengan nilaichi-square sebesar 17,47,dan taraf signifikan
yang dihasilkan kurang dari
5% yaitu p = 0,002.
di
RSD
Kalisat
sangat
menentukan pembinaan sikap pandangan, dan
kemampuan
Profesionalisme dilakukan
dengan
perkembangan
berbagai praktek keperawatan profesional yang teruji dan dapat dan dapat diakui sebagai model praktik keperawatan dalam lingkup
keperawatan
pada
sistem
pelayanan kesehatan, sehingga perlunya pendidikan berkelanjutan untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada klien.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pendidikan
perawat
di
RSD
Kalisat sebagian besar adalah D3 keperawatan.
Peneliti berpendapat pendidikan tinggi keperawatan
diperlukan
professional,
keperawatan penyesuaian
perlu secara
2. Mutu pelayanan keperawatan di RSD Kalisat dalam kategori baik. 3. Ada
hubungan
antara
tingkat
pendidikan perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan
pada
pasien di Rumah Sakit Daerah
D3
keperawatan
maupun
Kalisat Jember.
mahasiswa S1 Ners keperawatan menurut porsinya masing – masing sehingga nantinya lulusan institusi
B. Saran 1. Bagi RSD Kalisat Dalam
tersebut memiliki lulusan yang
meberikan
pelayanan
bermutu yang siap memberikan
kepada pasien, diharapkan lebih
pelayanan di Rumah sakit dengan
memperhatikan
sangat memuaskan klien.
peningkatkan
pengontrolan
kepada
perawatnya
sendiri
memberikan
pelayanan
pasien
harus
para sebelum
Perlu dilakukan penelitian lebih
kepada
lanjut dengan instrumen penelitian
–
benar
benar
disipkan baik dari segi penampilan maupun
pendidikan
dan
pengetahuannya sehingga
keperawatan
professional
tercipta yang
memuaskan pasien. 2. Bagi Perawat
keperawatan
kepada
pasien yang diberikan oleh D3 keperawatan
dengan
cara
melanjutkan tingkat pendidikan ke tingkat S1Ners keperawatan. 3. Institusi Pendidikan Keperawatan perhatian
membekali
khusus
mahasiswa
lebih
baik
dan
jumlah
responden yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik keperawatan.Jakarta : Rineka Cipta Asmuji.
Perlu ditingkatkan kembali mutu
Perlu
yang
ilmu
dibidang
keperawatan,
pelayanan
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
untuk didik
dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan secara motorik halus dan motorik kasar baik mahaiswa
(2003). Manajemen keperawatan.Jogjakarta : ARRuzz Media
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Indriyani, Dyan., et al. (2013) panduan penulisan skripsi. FIKESUniversitas Muhhamdyah Jember : tidak di publikasikan Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Jakarta : Rineka Cipta.
Kurniawan,
Deni. (2013). Hubungan fasilitas kesehatan dangan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Balung Jember. Skripsi. Fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadyah Jember : Tidak di Publikasikan
Notoatmojo,Soekidjo.(2003).Sosiologi dan AntropologiKesehatan.Yogyakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Reza, Fandi (2013). Tingkat pendidikan perawat dengan komunikasi terapeutik pada pasien Di Rumah Sakit Dr. Soebandi Jember : Tidak dipublikasikan Nursalam.(2011).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2.Jakarta : Salemba Medika
Sugiyono
(2007) Statistika untuk penelitian. Bandung: Penerbit CV Alvabeta
Nursalam.2013.Metodologi Penelitian Keperawatan,Jakarta.Salemba Medika Santrok J.W. (2002). Adolescence. Edisi ke enam . Jakarta : Erlangga. Potter, P.A. Perry, A.G. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan :Konsep,Proses, Dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bhasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC Sa’adah, K. (2011). Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Tingkat Kepuasan Klien Rawat Inap Di Puskesmas Sukowono Jember. Tidak Dipubikasikan. Ali.Z (2002). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.Jakarta: Widya Medika Perry & Potter. (2005).Fundamental Keperawatan. Konsep Dan Praktek.Jakarta : EGC