HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS Vera Susanti1, Dewi Yuliani H2 1STIKES 2STIKES
Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar
(Alamat Respondensi:
[email protected]/085342812939)
ABSTRAK Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2012).Penelitian ini dilakukan Untuk mengetahui hubungan kompetensi bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan di percaya di Ruangan Perawatan Bedah dan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros.Jenis penelitian Disproportionate Stratified Random Sampling dengan metode cross sectional (studi potong lintang). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Kemudian hasilnya diolah menggunakan tabel 2x2 dengan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa pengetahuan (0.014), sikap (0,002) dan keterampilan (0,004). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan bedah dan interna rumah sakit umum daerah Salewangang Maros. Kata kunci : pengetahuan, sikap,keterampilan, mutu pelayanan keperawatan
PENDAHULUAN Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasaan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan keinginan, kebutuhan dan harapan. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Pasien akan mengeluh bila perilaku caring yang dirasakan tidak memberikan nilai kepuasan bagi dirinya (Nursalam, 2012).
Untuk memenuhi standar kompetensi dalam keperawatan termasuk kemampuan berkomunikasi maka seorang perawat harus memenuhi beberapa unsur meliputi unsur kognitif yaitu pengetahuan (knowledge), unsur psikomotor yaitu keterampilan (skill) dan unsur afektif yaitu sikap (attitude) (Nursalam, ferri Effendi, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Armilatius Shalihah, 2011. dalam penelitiannya tentang pola komunikasi perawat dan pasien rawat inap dalam pelayananan medis bahwa unsur yang paling penting dalam hubungan antara perawat dan pasien dalam pelayanan medis adalah komunikasi.Dengan komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada orang lain secara timbal balik. Berdasarkan hasil penelitian Neni Lya Wati,dkk.2010. Dalam penelitiannya tentang pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan menunjukkan bahwa sikap profesional tinggi yang dimiliki oleh perawat sangat berhubuungan dengan pemberian pelayanan keperwatan. Hal ini bisa saja menjadi sebuah masalah apabila sikap
44 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
profesionalisme itu masih kurang dimiliki oleh perawat-perawat yang ada di berbagai rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian Haryanto adi Nugroho dan Septyani Aryati 2009. Dalam penelitiannya tentang Hubungan Antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien, bahwa komunikasi terapeutik yang baik terdiri dari 4 tahap yaitu praintraksi,orientasi kerja, dan terminasi akan berdampak terhadap kepuasan pasien, di mana kepuasan pasien merupakan satu ukuran untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian J.H. Sinaulan 2012.Dalam penelitiannya tentang Komunikasi terapeutik dalam perspektif islam,bahwa komunikasi terapeutik akan lebih bermakna apabila seorang perawat berintraksi langsung dengan pasien, terlebih dengan penguatan unsur-unsur spritual yang akan menjadi sugestif positif untuk kesembuhannya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI (Badan pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan) 2012, diperoleh data bahwa di Indonesia terdapat 220.004 perawat dan di propinsi Sulawesi Selatan terdapat 8.118 perawat sedangkan di kabupaten Maros terdapat 413 perawat (kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan data awal yang diambil dari bagian keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros (2013) menunjukkan bahwa jumlah perawat di Ruang Perawatan Bedah dan Interna terdapat 40 perawat dengan klasifikasi pendidikan Strata I Keperawatan sebanyak 8 orang, Diploma III Keperawatan sebanyak 30 orang,dan Sekolah Perawat Kesehatan sebanyak 1 orang, Ners sebanyak 1 orang. Data awal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pendidikan perawat dimana mayoritas perawat berpendidikan Diploma III Keperawatan. Hal ini akan berdampak pada perbedaan tingkat pengetahuan, sikap maupun keterampilan dalam melakukan komunikasi terapeutik sehingga berdampak pada kualitas atau mutu rumah sakit. Menurut Asmadi (2008) setiap perawat dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya melalui pendidikan formal maupun informal. Oleh karena itu dalam setiap diri perawat harus tertanam motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilannya termasuk dalam bidang komunikasi. Dengan demikian,terdapat perbedaan tingkat pendidikan perawat. Hal ini akan berpengaruh pada perbedaan tingkat pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
dalam melakukan komunikasi terapeutik sehingga berdampak pada kualitas atau mutu pelayanan rumah sakit. Hal inilah yang mendorong agar penting untuk dilaksanakan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan dan keterampilan para perawat dalam memberikan pelayanan di Ruang Bedah dan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan karena akan berdampak pada kualitas pelayanan. BAHAN DAN METODE Lokasi, sampel, dan populasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juni –29 Junii 2013 di RSUD Salewangang Maros. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di ruang perawatan bedah dan interna di RSUD Salewangang Maros. Berdasarkan jumlah perawat pada Januari-maret 2013, maka jumlah populasinya adalah 40 dengan Besar sampel yaitu 40 responden. Jenis dan metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Tehnik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik Disproportionate Startified Random sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel yang dilakukan apabila sifat atau unsur dalam populasi tidak H0mogen dan berstrata secara kurang atau tidak proporsional. Yang menjadi sampel adalah perawat yang berada di ruang perawatan Bedah dan Interna RSUD Salewangang Maros. Pengumpulan data Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengukuran dan pengisian kuesioner dan alat yang digunakan adalah alat tulis menulis serta bahan yang digunakan adalah kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak rumah sakit yakni data jumlah perawat di ruangan Bedah dan Interna pada rekam medik RSUD Salewangang Maros. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang menjadi sampel pilihan. Adapun urutan prosedur penelitian sebagai berikut : Membuat kuesioner sebanyak jumlah responden yang akan ditentukan, membagi kuesioner kepada responden, mengumpulkan kuesioner yang telah dibagi, dan mentabulasi data Setelah data diperoleh dimasukkan kedalam pengujian statistik untuk memperoleh kejelasan tentang hubungan kompetensi
45 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
bidang komunikasi di ruang erwatan bedah dan interna RSUD Salewangang Maros. Analisis data 1. Analisis univariat yaitu data yang diperoleh dari masing-masing variabel dimasukkan kedalam variabel frekuensi. Selanjutnya dilakukan 2. Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui atau menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yang dilakukan dengan uji Chi-Square pada program SPSS 16,0 dengan nilai kemaknaan α = 0,05. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Demografi responden berdasarkan mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan bedah dan interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewanagang Maros Mutu Pelayanan n % Keperawatan Cukup 34 85 Kurang 6 15 Total 40 100.0 Hasil penelitian pada tabel 1, diperoleh jumlah responden yang memiliki mutu pelayanan keperawatan yang cukup sebanyak 34 responden (85%), sedangkan yang memiliki mutu pelayanan keperawatan yang kurang sebanyak 6 responden (15%). Tabel 2 Demografi Responden Berdasarkan Pengetahuan perawat bedah dan interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros Pengetahuan n % Cukup 26 65 Kurang 14 35 Total 40 100.0 Hasil penelitian pada tabel 2, diperoleh jumlah responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (65%), sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 responden (35%). Tabel 3 Demografi Responden Berdasarkan Sikap Perawat Bedah Dan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros Sikap n % Cukup 34 85 Kurang 6 15 Total 30 100.0
Hasil penelitian pada tabel 3, diperoleh jumlah responden yang memiliki sikap cukup sebanyak 34 responden (85%), sedangkan yang memiliki sikap kurang sebanyak 6 orang (15%). Tabel 4 Demografi Responden Berdasarkan Keterampilan perawat bedah dan interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros Keterampilan n % Cukup 29 72.5 Kurang 11 27.5 Total 40 100.0 Hasil penelitian pada tabel 4, diperoleh jumlah responden yang memiliki keterampilan cukup sebanyak 29 responden (72,5%), sedangkan yang memiliki keterampilan kurang sebanyak 11 responden (27,5%). 2. Analisis Bivariat Tabel 5 Hubungan Pengetahuan Dalam Bidang Komunikasi dengan Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Bedah Dan interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros tahun 2013 Mutu Pelayanan Keperawatan Total Pengetahuan Cukup Kurang n % n % n % Cukup 25 62.5 1 2.5 26 65.0 Kurang 9 22.5 5 12.5 14 35.0 Total 34 85.0 6 15.0 40 100.0 p= 0.014
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan dalam bidang komunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan sebanyak 25 (62,5%) dan responden yang mempunyai pengetahuan dalam bidang komunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 1 responden (2,5%). Sedangkan pengetahuan dalam bidang komunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 9 (22,5%) dan responden yang pengetahuan dalam bidang komunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 5 responden (12,5%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p =0,014 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, yang berarti ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan pengetahuan dalam bidang komunikasi.
46 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Tabel 6 Hubungan Sikap Dalam Bidang Komunikasi Dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Di Ruang Perawatan Bedah dan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros tahun 2013 Sikap Cukup Kurang Total
Mutu Pelayanan Keperawatan Total Cukup Kurang n % n % n % 32 80.0 2 5.0 34 85 2 5.0 4 10.0 6 15 34 85.0 6 15.0 40 100.0 p= 0.002
Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 32 responden (80,0%) dan responden yang mempunyai sikap dalam bidang komunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 2 responden (5,0%). Sedangkan sikap dalam bidang komunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan sebanyak 2 responden (5,0%) dan responden yang sikap dalam bidang Komunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 4 responden (10%). Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 diperoleh nilai p =0,002 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, berarti ada hubungan antara sikap dalam bidang komunikasi dengan pelayanan keperawatan. Tabel 7 Hubungan Keterampilan Dalam Bidang Komunikasi Dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Di Ruang Perawatan Bedah dan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros tahun 2013 Mutu Pelayanan Keperawatan Total Keterampilan Cukup Kurang n % n % n % Cukup 28 70.0 1 2.5 29 72.5 Kurang 6 15.0 5 12.5 11 27.5 Total 34 85.0 6 15.0 40 100.0 p= 0.004
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keterampilan dalam bidang komunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 28 responden (70,0%) dan
responden yang mempunyai keterampilan dalam bidang komunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan kurang 1 responden (2,5%). Sedangkan keterampilan kurang dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 6 responden (15,0%) dan responden yang keterampilan dalam bidang komunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 5 responden (12,5%). Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 diperoleh nilai p =0,004 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, berarti ada hubungan antara keterampilan dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan. PEMBAHASAN 1. Analisis Hubungan Pengetahuan Perawat Dalam Bidang Komunikasi Dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan dalam bidang komunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 25 (62,5%) dan responden yang mempunyai pengetahuan cukup dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 1 responden (2,5%). Sedangkan pengetahuan kurang dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 9 (22,5%) dan responden yang pengetahuan kurang dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 5 responden (12,5%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 diperoleh nilai p =0.014 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, yang berarti ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan pengetahuan. Konsep yang dikemukakan oleh potter dan perry (2005), bahwa tingkat pengetahuan seseorang dalam berkomunikasi akan berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang rendah akan sulit merespon pertanyaan atau informasi yang menggunakan bahasa verbal dari tingkat pengetahuannya yang tinggi. Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Hamid (2000) bahwa seorang perawat profesional harus memiliki pengetahuan yang dikembangkan melalui peningkatan pendidikan, penelitian maupun pelatihanpelatihan sehingga dalam memberikan
47 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
pelayanan keperawatan, perawat menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan interpersonal dan tekhnikal yang tercermin melalui proses berpikir logis dan kritis (Abdul Rakhman dkk, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Armilatus Shalihah, 2011. Bahwa unsur yang paling penting dalam hubungan antara perawat dan pasien dalam pelayanan medis adalah pengetahuan dalm berkomunikasi. Karna dengan adanya berkomunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada orang lain secara timbal balik. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses melihat, menyaksikan, dan mengalami sangat menentukan terjadinya pengetahuan pada seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2010). Oleh karena itu pengetahuan dalam berkomunikasi yang dimiliki responden secara langsung dapat mempengaruhi pelayanan keperawatan karena dapat menjadi stimulus (rangsangan) yang baik sehingga mampu mempengaruhi perilaku responden dalam pemberian pelayanan keperawatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan dalam berkomunikasi merupakan pendukung tindakan seseorang. Perawat juga harus menyadari pentinganya mengelolah pengetahuan di dalam berkomunikasi dengan pasien, pengelolaan ini dengan cara sharing kepada perawat lainnya, sehingga semua bisa tahu dan memecahkan masalahmasalah yang timbul dalam hal pelayanan keperawatan. Bahkan diharapkan dengan pengetahuan dalam berkomunikasi bisa mengantisipasi masalah yang akan muncul sehingga resiko semakin kecil. Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki dapat mengubah atau mempengaruhi perilaku perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Oleh karena itu pengetahuan berkomunikasi yang dimiliki responden secara langsung dapat mempengaruhi perilaku responden dalam
pemberian pelayanan keperawatan, dapat dikatakan bahwa pengetahuan dalam berkomunikasi merupakan pendukung tindakan seseorang. 2. Analisis hubungan sikap dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap berkomunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 32 responden (80.0%) dan responden yang mempunyai sikap berkomunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 2 responden (5,0%). Sedangkan sikap dalam berkomunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 2 responden (5,0%) dan responden yang sikap dalam berkomunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 4 responden (10,0%). Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 diperoleh nilai p =0,002 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, berarti ada hubungan antara sikap dalam berkomunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan. Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Iskandar Yul (2010) bahwa Sikap dalam berkomunikasi adalah sebuah perubahan tingkah laku yang sesuai. Biasanya sikap berkomunikasi memerlukan bakat, minat, dan aktif yang dapat merubah perilaku. Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik adalah merupakan hal yang penting dikuasai oleh seorang perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Sehingga tujuan memberikan asuhan keperawatan kepada klien dapat tercapai yaitu klien mendapatkan kesembuhan secara paripurna, Ainusi Demianus (2008). Sikap merupakan perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien Dalam memberikan asuhan keperawatan, karena perawat akan selalu bertemu dengan pasien selama 24 jam, dan dalam pertemuannya diperlukan yang lebih intens dan interaksi yang lebih intensif. Pada saat berkomunikasi ada beberapa sikap yang diterapkan oleh seorang perawat, yaitu kehadiran diri secara fisik dan kehadiran diri secara psikologis. Beberapa sikap tersebut dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Sikap dalam melakukan komunikasi dengan
48 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
pasien ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikapsikap dalam berkomunikasi adalah semangat, memakai cara yang baik, proaktif, positif pasien, penuh kesabaran dan tidak mengada-ada, dan tepat waktu. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikap berkomunikasi tersebut juga harus dimiliki oleh seorang perawat karena sikap berkomunikasi perawat terhadap pasien juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa saling percaya. Peneliti berasumsi bahwa mutu pelayanan keperawatan sangat besar kaitannya dengan sikap berkomunikasi perawat ditunjukkan dengan sebagian besar perawat mempunyai sikap yang cukup dalam hal mutu pelayanan keperawatan. Karena sikap dalam berkomunikasi adalah sebuah perubahan tingkah laku yang diterapkan oleh seorang perawat yaitu kehadiran diri secara fisik dan kehadiran diri secara psikologis. Sehingga sikap merupakan perilaku yang harus di tonjolkan perawat ketika menghdaai pasien dalam memberikan asuhan keperawatan. 3. Analisis hubungan keterampilan dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keterampilan berkomunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 28 responden (70,0%) dan responden yang mempunyai keterampilan berkomunikasi cukup dengan mutu pelayanan keperawatan kurang 1 responden (2,5%). Sedangkan keterampilan berkomunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan cukup sebanyak 6 responden (15,0%) dan responden yang keterampilan berkomunikasi kurang dengan mutu pelayanan keperawatan kurang sebanyak 5 responden (12,5%). Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 diperoleh nilai p =0,004 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, berarti ada hubungan antara keterampilan dengan mutu pelayanan keperawatan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahrianoor (2004) yang menyebutkan bahwa keterampilan di bidang Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau lambang yang
melibatkan dwiperson atau lebihyang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah/persoalan masing-masing pihak. Keterampilan komunikasi Bulatau (2007) merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu proses hubungan antara individu satu dengan lainnya yang berisi kegiatan menyampaikan dan menerima pesan atau kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Untuk menghasilkan perawatan kesehatan yang berkualitas tinggi perlu juga adanya tenaga kerja keperawatan dengan keterampilan berkomunikasi yang berkualitas. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan aspek penting dari praktek keperawatan untuk menyampaikan ide-ide dan telah dilakukan diskusi secara verbal dan non-verbal tentang cara yang paling efektif untuk memberikan pelayanan yang efektif kepada pasien dan keluarganya. Perawat tidak hanya harus dibekali dengan ilmu pengetahuan yang tinggi tapi juga harus mempunyai keterampilan dalam melakukan komunikasi atau skill yang tinggi dan keduanya harus berjalan dengan seimbang sehingga memberikan makna kumunikasi sebagai suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan saling pengertian antara perawat, pasien dengan keluarganya dan menghasilkan seorang perawat professional, yang mampu memberikan asuhan keperawataan secara menyeluruh pada klien yang ada dimasyarakat, maupun yang ada dalam pelayanan kesehatan atau dirumah sakit. Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan berkomunikasi yang cukup yang berkaitan dengan mutu pelayanan keperawatan, sehingga dengan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki dapat mengubah atau mempengaruhi perilaku perawat dalam memberikan mutu pelayanan keperawatan kepada pasien. Hal ini menunjukkan suatu proses hubungan antara individu satu dengan yang lainnya, yang berisi kegiatan menyampaikan dan menerima pesan untuk mengoprasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Oleh karena itu untuk menghasilkan perawat kesehatan yang berkualitas tinggi perlu juga adanya tenaga
49 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
kerja keperawatan dengan keterampilan berkomunikasi yang berkualitas. KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara pengetahuan dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan, 2. Ada hubungan antara sikap dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan, 3. Ada hubungan antara keterampilan dalam bidang komunikasi dengan mutu pelayanan keperawatan. SARAN 1. Bagi perawat, dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan perawat lebih memaksimalkan cara berkomunikasi yang baik untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Dan dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada perawat agar lebih meningkatkan pengetahuan dalam
berkomunikasi,sikap dalam berkumunikasi dan keterampilan dalam berkomunikasi terhadap pasien dan keluarganya. 2. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya dalam meneliti lebih lanjut tentang kompetensi bidang komunikasi yang berhubungan dengan mutu pelayanan keperawatan. Sehingga hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat dikembangkan lagi di masa depan. 3. Bagi rumah sakit, diharapkan pihak rumah sakit tidak berhenti memperhatikan pengetahuan dalam berkomunikasi, sikap dalam berkomunikasi dan sketerampilan dalam berkomunikasi perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap pasien dan keluarganya dalam hal ini salah satunya dengan menerapkan senyum, sapa, salam dalam berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA Abdulrakhman dkk. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Di RSUD. Sumbawa Besar,(online),(http;fk.ub.ac,id/artikel/id/filedownload/keperawatan/ Majalah%20105070209111022. pdf,sitasi tanggal 22 juni 2013). Asmadi. 2012.Konsep Dasar Perawatan. EGC: Jakarta. Damaiyanti, M. 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan. PT Refika Aditama: Bandung Demianus,.2008.Pengetahuan sikap ilmiah, (online), http://berbagireferensi.blogspot.com/ 2010/06/lebih-jauhtentang-pengertian-sikap.html. sitasi 14 April 2013 Kemenkes RI, 2013. Sebaran Tenaga Perawat Per Kabupaten, (online), go.id/sdmk/laporan/perawat2.php?prov=73, sitasi tanggal 29 Maret 2013.
(http://bppsdmk.depkes.
Kemenkes RI, 2013. Sebaran Tenaga Perawat Per Sarana Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Maros, (online). (http://bppsdmk.depkes.go.id/sdmk/laoran//perawat3.php?kab=7308, sitasi 29 Maret 2013. Lya Wati, Neni., Ernawati, Juniar dan Nurju’ah. 2011. Analisis Pelaksanaan Pemberian Pelayanan Keperawatan di Ruang Murai I dan Murai II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, (online), (ejoernal.unri.ac.id /index.php/JNI/article/download/635/628), Sitasi 27 Maret 2013. Martono, N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Nursalam. dan Efendi, F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Salemba medika: Jakarta. PPNI. 2005. Standar Kompetensi Perawat Indonesia.Jakarta.
50 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721