TANGGUNG JAWAB GURU DALAM PEMBELAJARAN (Persepsi-Persuatif dalam Menangani Kesulitan Mengajar Guru PAI) Oleh: A. Samad Usman Abstrak: Guru merupakan sarana pengajaran pertama untuk merealisasi tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran dalam menyadarkan, membimbing serta meluruskan masyarakat. Kemampuan guru sangat diharapkan untuk mempersiapkan sejumlah generasi dan mendidik siswa dalam ilmu pengetahuan, perilaku serta akhlak. Tugas dan tanggung jawab guru sangatlah besar dalam mendidik anak-anak, bahkan harus benar-benar mampu menguasai ilmu dalam bidangnya. Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam menduduki posisi strategis. Guru terlibat secara fisik dan emosional dalam proses pengembangan fitrah manusia baik langsung ataupun tidak akan memberi warna tersendiri terhadap corak dan model sumber daya manusia yang dihasilkannya. Kajian dalam artikel ini antara lain memberikan pemahaman kepada pembaca tentang tujuan pembelajaran PAI, tanggung jawab guru PAI, dan kesulitan-kesulitan yang dialami guru PAI dalam pembelajaran di sekolah. Pembahasan dalam artikel ini menjadi kontribusi positif bagi setiap guru khususnya guru PAI dalam meningkatkan mutu dan kompetensi guru dalam pembelajaran di sekolah. Kata Kunci: Tanggung Jawab Guru, Kesulitan Guru, dan Pembelajaran PAI.
Pendahuluan Mengajar merupakan salah satu jenis profesi yang tidak terlepas dari ragam problema yang dihadapi. Seorang guru yang kurang memiliki kemampuan dalam penguasaan materi ajar, penggunaan metode, dan penggunaan media akan menjadi menghadapi berbagai kendala sehingga menghambat tercapainya kesuksesan dalam pembelajaran (khususnya pembelajran agama Islam) akhirnya menimbulkan kesulitan. Memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar bidang studi agama pada sekolah, maka harus melibatkan berbagai komponen terutama pimpinan sekolah, kreatifitas guru, partisipasi masyarakat (orang tua) dan siswa itu sendiri. Guru sebagai pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide di kalangan anak didik dengan membangkitkan minat, motivasi serta semangat belajar. Terutama Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 174 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 175 dari 22 )
yang menyangkut dengan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, dan sistem evaluasi. Demikian pula orang tua merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran belajar anak di rumah, dorongan dan motivasi orang tua sangat besar fungsinya bagi keberhasilan anak serta kelancaran proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di sekolah. Partisipasi masyarakat terhadap sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di sekolah. Untuk itu, guru harus mampu mengembangkan metode-metode pembelajaran, menguasai materi, menjalin kerjasama dengan masyarakat serta membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran agama. Guru harus benar-benar berfungsi sebagai fasilitator dan motivator untuk memanfaatkan potensi lingkungan, bahkan seorang guru harus mampu meningkatkan profesionalitasnya dalam mengatasi berbagai kesulitan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah. Begitulah situasi yang dialami oleh guru-guru dewasa ini, realitas menunjukkan bahwa sebagian guru bidang studi pendidikan agama Islam di Aceh masih mengalami berbagai kendala dalam menyajikan materi pelajaran kepada anak didik. Kendala utama yang sering dihadapi oleh guru agama Islam adalah kurangnya sarana dan fasilitas belajar, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, di samping kurangnya perhatian pemerintah pusat dan daerah terhadap sekolah agama yang berdampak pada kelangsungan proses belajar mengajar. Pembahasan Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam merupakan bagian pendidikan yang amat penting dan berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan juga pemerintah. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 175
A. Samad Usman ( 176 dari 22 )
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. Di samping itu pendidikan agama Islam juga merupakan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar untuk memperkuat iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam yang diselenggarakan di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia-manusia muslim yang beriman dan bertqwa kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam pada MTs yaitu sebagai berikut: Tujuan pendidikan agama Islam di MTs adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.1 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan diberikan pendidikan agama Islam bagi peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai pedoman untuk mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.
Di
samping
itu,
pendidikan
agama
Islam
juga
untuk
mengembangkan dan menciptakan akhlak mulia bagi peserta didik agar mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ditinjau dari lingkup pembahasan, pengajaran agama Islam yang umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah agama atau sekolah umum terdiri 1
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 2 Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 176 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 177 dari 22 )
dari sejumlah mata pelajaran yang saling berkaitan antara satu sama lainnya. Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dalam konsep KBK, standar kompetensi mata pelajaran agama Islam disebutkan bahwa: Ruang lingkup mata pelajaran agama Islam secara keseluruhan meliputi al-Qur’an dan Hadits, keimanan, akhlak, dan fiqh/ibadah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup perwujudan keserasian keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.2 Untuk lebih jelas tentang ruang lingkup pendidikan agama Islam di sekolah, akan penulis uraikan secara rinci sebagai berikut; Pertama. AlQur’an dan Hadits. Al-Qur’an merupakan salah satu bagian mata pelajaran PAI pada tingkat MTs yang digunakan untuk mengarahkan pemahaman dan penghayatan isi yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ruang lingkup pembahasan al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana disebutkan dalam KBK adalah “(a) Membaca, mengartikan dan menyalin surat-surat pilihan, (b) menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiah dan alif lam qamariah, nun mati/tanwin dan mim mati, (c) menerapkan bacaan qalqalah, tafkhim dan tarqiq huruf lam dan ra serta mad, dan (d) menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham.3 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran al-Qur’an di tingkat MTs bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca alQur’an serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits. Kedua. Keimanan, kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama Islam berisi sekumpulan kemampuan
2
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 2.
3
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 3. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 177
A. Samad Usman ( 178 dari 22 )
minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan agama Islam di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sejumlah kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar merupakan penjabaran dari kemampuan dasar yang harus dicapai oleh setiap siswa MTs. Dalam KBK disebutkan beberapa komponen yang melingkupi pendidikan keimanan yaitu: “(a) Allah SWT dan memahami sifat-sifatnya, (b) malaikat dan memahami tugas-tugasnya, (c) kitab dan memahami arti beriman kepadanya, (d) rasul dan memahami arti beriman kepadanya, (e) hari akhir dan memahami arti beriman kepadanya, dan (f) qadha dan qadar dan memahami arti beriman kepadanya”.4 Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa ruang lingkup pengajaran keimanan meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya kepada Allah, percaya kepada rasul, percaya pada malaikat, percaya pada kitab-kitab Allah, percaya pada hari akhirat dan percaya kepada qadha dan qadar, serta memahami arti beriman kepada rukun iman tersebut. Ketiga. Akhlak, merupakan adat yang sengaja dikehendaki adanya. Dengan kata lain, akhlak merupakan kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan. Pengajaran akhlak merupakan salah satu bagian dari pengajaran agama. Karena itu, patokan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama. Oleh karena itu, pengajaran akhlak di sekolah-sekolah sasaran utamanya adalah bentuk batin seseorang. Adapun ruang lingkup pengajaran akhlak di MTs adalah untuk menciptakan peserta didik berakhlak terpuji. Sebagaimana disebutkan dalam KBK pada bidang studi aqidah akhlak disebutkan bahwa: “(a) Berprilaku dengan sifat-sifat terpuji, (b) menghindari sifat-sifat tercela, 4
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 4.
Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 178 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 179 dari 22 )
dan (c) Bertata krama”.5 Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pengajaran akhlak di MTs berarti pengajaran menciptakan manusia-manusia yang berprilaku terpuji, menghidari peserta didik dari sifat-sifat tercela serta memiliki sikap dan tata kerama dalam pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Keempat. Fiqh (ibadah), ruang lingkup pengajaran ibadah sangat luas mencakup semua rukun Islam, membicarakan hal-hal wajib, sunat, yang dapat membuat ibadah sah atau batal, syarat, rukun, kaifiyah dan bai’atnya. Maka pengajaran ibadah tidak mungkin diajarkan secara keseluruhan dalam suatu tingkat pengajaran. Semakin tinggi tingkat pengajaran, semakin luas dan dalam pula jangkauan dan ruang lingkupnya. Adapun materi ibadah yang akan diberikan kepada siswa, sebagaimana disebutkan dalam KBK, pendidikan agama Islam yaitu: (a) Melakukan thaharah (bersuci), (b) melakukan shalat wajib, (c) melakukan macam-macam sujud, (c) melakukan shalat jum’at, (d) melakukan shalat jamak dan qashar, (e) melakukan macam-macam shalat sunnah, (f) melakukan puasa, (g) melakukan zakat, (h) memahami hukum Islam tentang makanan, minuman, dan binatang, (i) memahami ketentuan aqiqah dan qurban, (j) memahami tentang ibadah haji dan umrah, (k) melakukan shalat jenazah, dan (l) memahami tata cara pernikahan.6 Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa lingkup pembahasan fiqh (ibadah) mencakup semua bentuk ibadah baik yang diwajibkan maupun yang disunnahkan. Sehingga dengan mempelajari materi ibadah diharapkan kepada siswa mampu melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kelima. Sejarah Islam (tarikh), pengajaran sejarah Islam di tingkat MTs bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam, menghargai para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban yang membawa kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan pada diri peserta 5
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 4.
6
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 5. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 179
A. Samad Usman ( 180 dari 22 )
didik. Adapun ruang lingkup sejarah Islam sebagaimana tersebut dalam KBK adalah sebagai berikut: (a) Memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datangnya Islam, (b) memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulullah SAW, (c) memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datangnya Islam, dan (d) memahami perkembangan Islam pada masa Khullafaur Rasyidin.7 Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa melalui materi sejarah Islam, siswa dapat memahami seluk-beluk kota Mekkah dan Madinah baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam. Di samping itu, siswa dapat mengetahui kondisi masyarakat Arab sebelum Islam datang dan keadaan masyarakat sesudah Islam datang. Tujuan Pendidikan Agama Islam di MTs Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh semua orang atau kelompok. Demikian juga halnya dengan pendidikan agama Islam yang diajarkan pada lembaga pendidikan baik tingkat dasar maupun tingkat Aliyah tentunya mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Pengajaran pendidikan agama Islam di tingkat sekolah merupakan pengajaran yang dikembangkan atas tiga kerangka yaitu ‘aqidah, syari’ah, dan akhlak, yang tujuannya untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah. Dalam Departemen Agama disebutkan bahwa: “Tujuan pengajaran PAI adalah untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia) serta memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik”.8 Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di sekolah adalah
7
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 5.
8
. Departemen Agama, Pedoman Khusus Pendidikan Agama Islam, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 2004), h. 3 Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 180 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 181 dari 22 )
terbinanya rasa keimanan bagi peserta didik sehingga mertambah ketaqwaannya terhadap Allah SWT. Adapun pendidikan agama Islam di MTs merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok dasar yang terdapat dalam agama Islam. Adapun rumpun mata pelajaran agama Islam terdiri dari alqur’an hadits, fiqh, aqidah akhlak, dan sejarah dan kebudayaan Islam. Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam di sekolah disusun sesuai bidang studi masing-masing yang dikembangkan. Sedangkan tujuan masing-masing bidang studi yang merupakan rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) adalah sebagai berikut; Pertama. Tujuan mata pelajaran al-qur’an hadits, mata pelajaran al-qur’an hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI di sekolah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami al-qur’an dan al-hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Kementerian Agama, menyebutkan bahwa: “Mata pelajaran qur’an hadits adalah mata pelajaran yang memberikan bekal kepada siswa untuk memahami qur’an dan hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi al-qur’an dan hadits dalam kehidupan sehari-hari”.9 Selanjutnya, pengajaran mata pelajaran al-qur’an hadits bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman
siswa
terhadap
al-qur’an
hadits
serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran agama Islam di sekolah yaitu membina manusia beragama. Berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya. Kementerian Agama, dalam KBK menyebutkan bahwa tujuan pengajaran al-qur’an hadits di sekolah adalah: 9
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 2. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 181
A. Samad Usman ( 182 dari 22 )
Pembelajaran al-qur’an dan hadits bertujuan agar siswa bersemangat untuk membaca al-qur’an dan hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.10 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran mata pelajaran al-qur’an hadits di sekolah adalah untuk memberi motivasi kepada siswa agar terdorong untuk membaca dan memahami al-qur’an hadits serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan. Selanjutnya, tujuan mempelajari al-qur’an hadits di sekolah agar siswa mampu meningkatkan pengetahuan, iman, dan taqwa serta menjadi pedoman akhlak dan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, siswa/i memiliki pengetahuan tentang tata cara pelaksanaan amal ibadah dalam kontek muámalah, ritual, dan sosial. Kedua. Tujuan mata pelajaran fiqh, mata pelajaran fiqh untuk MTs bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar taat beribadah kepada Allah SWT. Adapun tujuan pelajaran fiqh di sekolah sebagaimana disebutkan oleh Kementerian Agama yaitu: (a) Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok syariat Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, dan (b) agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan syariat Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan syariat Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.11 Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa mata pelajaran fiqh di sekolah berguna bagi anak didik untuk menumbuhkan kesadaran beribadah serta pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Ketiga. Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak, mata pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan sebagai wahana 10
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 4.
11
. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., h. 4.
Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 182 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 183 dari 22 )
pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Departemen Agama disebutkan bahwa: Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak di MTs adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang aqidah Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.12 Dari kutipan di atas jelaslah bahwa mata pelajaran aqidah akhlak di MTs bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan akhlak Islami dan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Keempat. Tujuan mata pelajaran sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs sebagai bagian integral dari mata PAI, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi secara substansial mata pelajaran SKI memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran SKI memberi pengetahuan kepada siswa agar mengetahui sejarah perkembangan Islam serta menanamkan kemauan dan motivasi bagi siswa untuk mempelajari sejarah Islam secara keseluruhan. Sebagai bagian dari pendidikan agama Islam di sekolah, pelajaran SKI di MTs memiliki tujuan sebagai berikut: (a) Memberikan pengetahuan tentang sejarah agama Islam dan kebudayaan Islam kepada siswa, agar ia memiliki konsep yang objekstif dan sistematis dalam perspektif historis, (b) mengambil ibrah/hikmah, nilai, dan makna yang terdapat dalam sejarah, (c) menanamkan 12
. Departemen Agama, Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 3. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 183
A. Samad Usman ( 184 dari 22 )
penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatannya atas fakta sejarah yang ada, dan (d) membekali siswa untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.13 Dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari pelajaran SKI bagi siswa di sekolah adalah untuk membekali dan menanamkan pengetahuan dan sejarah perkembangan agama Islam. Di samping itu, untuk mengambil hikmah dari sejarah perkembangan agama Islam. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan agama Islam wajib diselenggarakan di semua satuan pendidikan. Sedangkan satuan pendidikan merupakan lembaga penyelenggara kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah. Ini berarti bahwa satuan pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas dari sekolah. Departemen Agama menyebutkan bahwa: “Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada semua satuan pendidikan telah diatur melalui Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atau Menteri lain penyelenggara satuan pendidikan”.14 Demikian juga halnya dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah
yang
merupakan
salah
satu
mata
pelajaran
yang
wajib
diselenggarakan oleh sekolah. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam saja, akan tetapi juga untuk 13
. Departemen Agama, Kurikulum dan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam, Dirjend Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 2003), h. 2 14
. Departemen Agama, Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu, Dirjend Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 1995), h. 71 Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 184 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 185 dari 22 )
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana pengajaran pendidikan agama Islam tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif, melainkan afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran PAI di sekolah-sekolah, isi mata pelajarannya didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam yaitu al-qur’an dan hadits. Di samping itu, materi pengajaran PAI juga diperkaya dengan hasil-hasil istibat dan ijtihad para ulama yang lebih sering disebut dalil aqli, sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan mendetil. Pengajaran agama Islam di sekolah agama (madrasah), baik negeri maupun swasta seluruh bahannya diorganisasikan dalam bentuk kelompok-kelompok mata pelajaran, yang dinamakan dengan bidang studi dan dilaksanakan melalui sistem kelas. Dalam struktur program sekolah, pengajaran agama merupakan satu kesatuan atau satu keseluruhan yang dipandang sebagai bidang studi. Dalam struktur sekolah, pelaksanaan pendidikan agama Islam dibagi menjadi empat bidang studi yaitu: (1) Bidang studi aqidah akhlak, yaitu suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing untuk dapat mengetahui, mengamati, memahami, dan menyakini aqidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran Islam; (2) Bidang studi al-qur’an hadits, merupakan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayatayat al-qur’an dan hadits-hadits tertentu yang sesuai dengan kepentingan siswa menurut tingkat-tingkat sekolah yang bersangkutan; (3) Bidang studi syari’ah, merupakan pengajaran dan bimbingan untuk mengetahui syariat Islam yang di dalamnya mengandung suruhan atau perintahperintah agama yang harus diamalkan dan dilarang atau perintah-perintah agama untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan; dan (4) Bidang studi sejarah Islam, merupakan suatu bidang yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam, meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa nabi dan sahabatnya, baik pada daulah islamiah maupun pada negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di tanah air.15 15
. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 173. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 185
A. Samad Usman ( 186 dari 22 )
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semua bidang studi merupakan suatu keseluruhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, saling kait mengkait dan tunjang menunjang sehingga mewujudkan suatu pengajaran agama Islam yang bulat dan menyeluruh. Dari definisi tersebut, jelaslah bahwa pengajaran agama Islam dilaksanakan di sekolah, walaupun hanya melalui sebuah bidang studi saja. Daradjat menyebutkan bahwa: “Pelaksanaan pengajaran agama Islam di sekolah meliputi tiga aspek yaitu aspek hubungan manusia dengan Allah, aspek hubungan manusia dengan sesamanya dan aspek hubungan manusia dengan alam”.16 Lebih lanjutnya, dapat penulis jelaskan bahwa hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan vertikal antara makhluk denga khalik. Hubungan manusia dengan Allah menempati prioritas pertama dalam pengajaran agama Islam di sekolah, karena merupakan sentral dan dasar utama dari ajaran Islam. Ruang lingkup program pengajarannya meliputi segi iman, Islam dan ihsan. Keimanan dengan pokok-pokok rukun Islam, keislaman dengan pokok-pokok rukun Islam dan keihklasan sebagai hasil perpaduan iman dan Islam yang diwujudkan dalam perbuatan kebajikan, dalam melaksanakan hubungan diri dengan Allah SWT. Aspek hubungan antara manusia dengan sesamanya merupakan hubungan horizontal antara manusia dengan manusia dalam suatu kehidupan bermasyarakat, dan menempati prioritas kedua dalam ajaran Islam. Dalam hal ini, guru harus berusaha menumbuhkembangkan pemahaman anak mengenai keharusan mengikuti tuntunan agama dalam menjalani kehidupan sosial, karena dalam kehidupan bermasyarakat inilah akan tampak citra dan makna Islam melalui tingkah laku pemeluknya. Pendidikan agama Islam banyak mengajarkan kepada kita tentang alam sekitar. Menyuruh manusia sebagai khalifah di bumi untuk mengolah dan memanfaatkan alam 16
. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran ..., h. 176.
Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 186 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 187 dari 22 )
yang telah dianugerahkan Tuhan, menurut kepentingannya sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan agama. Program pengajarannya berkisar pada mengenal, memahami dan mencintai alam, sehingga memiliki berbagai keterampilan untuk memelihara, mengolah, dan memanfaatkan alam sekitar serta mampu mensyukuri segala nikmat Allah, termasuk masalah apresiasi atau penghargaan, melalui penilaian dan sikap yang tepat. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI dalam Pembelajaran Guru merupakan figur seorang pemimpin, arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun agamanya. Djamarah menyebutkan bahwa: Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengajar, mendidik dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.17 Guru atau pengajar menjadi standarisasi dalam pendidikan, pengajaran, dan dakwah. Guru merupakan sarana pengajaran pertama untuk merealisasi tujuan
dan
prinsip-prinsip
yang
diyakininya
dalam
menyadarkan,
membimbing serta meluruskan masyarakat. Kemampuannya diharapkan untuk mempersiapkan generasi dan mendidik siswa dalam hal ilmu pengetahuan, perilaku serta akhlak. Zuhaili, menyebutkan bahwa tugas guru dalam hal membimbing dan mengajarkan ilmunya adalah: 17
. Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
74. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 187
A. Samad Usman ( 188 dari 22 )
Guru adalah sumber penyinaran pertama, kira-kira untuk menolong para pelajar dan pemuda juga generasi muda dengan seluruh hal negatif yang melekat pada mereka (kaum muda) untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan manuju cahaya terang dan sekaligus menjaga mereka dari kerusakan serta kesesatan. Kemudian mengembalikan mereka kepada syari’at yang diciptakan Allah.18 Pentingnya guru terlihat dari kepribadiannya, perilaku dan pengaruhnya yang sangat besar terhadap jiwa anak didik dan pelajar. Banyak pelajar yang berkepribadian meniru salah satu gurunya dalam setiap tindakan, akhlak, pemikiran, dan perilakunya. Khususnya dalam tingkat pendidikan awal (dasar) dan kemudian pendidikan menengah. Selanjutnya, untuk terlaksananya tugas dan tanggung jawab guru dengan baik serta sesuai dengan yang diharapkan maka kepada setiap guru agama dituntut memiliki kepribadian yang ideal dan agamis. Adapun Daradjat menyebutkan bahwa: “Guru agama yang ideal adalah guru yang keseluruhan pribadi, sikap, tindakan, dan seluruh jalan hidupnya mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkannya itu, di samping mengetahui perkembangan jiwa anak-anak yang dihadapinya, tahu cara mendidik dan menguasai ilmu agama itu sendiri”.19 Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa tugas dan tanggung jawab guru agama di setiap sekolah sangatlah besar dalam mendidik anak-anak sebagaimana yang diharapkan oleh agama, masyarakat dan juga orang tua. Bahkan guru agama harus benar-benar mampu menguasai ilmu dalam bidangnya. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam menduduki posisi strategis dan vital. Pendidik yang terlibat secara fisik dan emosional dalam proses pengembangan fitrah manusia baik langsung ataupun tidak akan memberi warna tersendiri terhadap corak dan model sumber daya manusia yang dihasilkannya. 18
. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adilah Press, 1997), h. 103. 19
. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran ..., h. 262.
Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 188 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 189 dari 22 )
Oleh karena itu, di samping sangat menghargai posisi strategis pendidik, Islam telah menggariskan fungsi, peranan dan kriteria seorang pendidik. Syar’i, menyebutkan bahwa: “Dalam melaksanakan pendidikan Islam, peranan pendidik sangat penting, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik”.20 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidik mempunyai tugas mulia, sehingga Islam memandang pendidik (guru) mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan sebagai pendidik. Islam sangat menghargai dan menghormati pendidik, karena pendidik mengemban tugas berat dan mulia, tugas penyelamat kehidupan manusia agar selalu berada dalam lingkaran ketentuan Allah. Dapatkah kita bayangkan, apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia jika tidak adanya keterlibatan guru dalam pengembangan fitrah kemanusiaan.
Sehubungan
dengan
pernyataan
di
atas,
al-Abrasyi
menyebutkan bahwa: Sebagai pengembang fitrah kemanusiaan anak atau peserta didik, maka pendidik harus memiliki nilai lebih atau nilai plus dibanding si terdidik. Tanpa memiliki nilai lebih, sulit bagi pendidik untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik, sebab itu, akan kehilangan arah, tidak tahu ke mana fitrah anak didik dikembangkan serta daya dukung apa yang dapat digunakan. Nilai lebih yang harus dimiliki oleh seorang pendidik Islam mencakup tiga hal pokok, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang didasarkan nilai-nilai ajaran Islam.21 Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan harapan yang menjadi titik tolak umat terletak pada pundak guru. 20
. Ahmad Syar'i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1998),
h. 35. 21
. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Terj. Bustami A. Gani, Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 82. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 189
A. Samad Usman ( 190 dari 22 )
Merekalah penanggung jawab terhadap penyampaian kepada kita, dari generasi ke generasi yang lain. Generasi sekarang dan masa depan berada di tangan guru dan para penyeru di jalan Allah, khususnya dalam keadaan di mana banyak pemikiran sesat yang dilontarkan oleh kaum anti Islam. Di pundak para guru terletak beban untuk memperbaiki, meluruskan dan memberikan kebenaran serta memberikan arahan yang lurus, jika tidak mereka akan mempertanggung jawabkan perbuatan mereka di dunia dan di depan generasi-generasi mendatang, serta tercatat dalam catatan sejarah buruk. Selanjutnya Zuhaili menyebutkan bahwa : Tanggung jawab guru dalam hal mendidik tidak kurang dari tanggung jawab orang tua di rumah. Para pelajar di sekolah adalah amanah di tangan mereka. Keluarga, masyarakat dan negara telah memberi mereka posisi kunci dalam mendidik generasi muda, untuk melatih mereka, mengarahkan, mengajar serta membimbing mereka kepada kebaikan dan kemuliaan. Untuk menjaga genarasi yang tumbuh ini dan memberikan mereka pengawasan serta menjaga urusan mereka. Guru dipercaya untuk melindungi dari eksploitasi musuh dan pengusaha, lalu mengembalikan mereka kepada keluarganya dengan selamat.22 Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa tanggung jawab seorang guru terhadap anak didiknya tidak kalah pentingnya dari tanggung jawab orang tua di rumah. Kemampuan orang tua terkadang terbatas, oleh karena itu ia harus menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk dididik. Dengan demikian peran dan tanggung jawab seorang guru sangatlah berat, di mana seorang guru harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dititipkan oleh orang tua anak. Selanjutnya, agar dapat melaksanakan tanggung jawab sebagai guru agama dalam mendidik anak ke arah yang sempurna. Al-Abrasyi menyebutkan tujuh sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru agama yaitu: (1) Bersifat zuhud, dalam arti tidak mengutamakan kepentingan materi dalam pelaksanaan tugasnya, namun lebih mementingkan perolehan keridhaan Allah. Ini tidak berarti mereka harus miskin, tidak boleh kaya 22
. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam..., h. 102.
Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 190 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 191 dari 22 )
atau tidak boleh menerima gaji, tetapi menekankan niat dan motivasi mendidik didasarkan atas keikhlasan; (2) Berjiwa bersih dan terhindar dari sifat akhlak buruk, dalam arti bersih secara fisikm (jasmani) dan bersih secara mental (rohani), sehingga dengan sendirinya terhindar dari sifat/perilaku buruk; (3) Bersikap ikhlas dalam melaksanakan tugas mendidik, dalam arti bersikap terbuka, mau menerima kritik dan saran tidak terkecuali dari peserta didik sehingga dalam pembelajaran tercipta interaksi antara guru dengan murid bagaikan interaksi antar sesama subjek; (4) Bersifat pemaaf, peserta didik adalah manusia yang kerap menciptakan rasa jengkel, kurang puas, menyinggung perasaan dan tidak meyenangkan guru. Dalam menghadapi anak didik yang serba tidak enak, guru haruslah bersifat pemaaf; (5) Bersifat kebapaan, dalam arti guru harus memposisikan diri sebagai pelindung yang mencintai muridnya serta selalu memikirkan masa depan mereka. Dengan begitu semangat dan upaya mendidik murid hidup dan bergelora; (6) Berkemampuan memahami bakat, tabiat dan watak peserta didik, dalam arti seorang pendidik Islam tentu harus memiliki pengetahuan dan keterampilan psikologi agar mampu memahami tabiat, watak, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai landasan dasar pengembangan potensi mereka; dan (7) Menguasai bidang studi, dalam arti guru agama harus lebih dahulu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan muatan materi yang diajarkan kepada peserta didik, sehingga aktivitas pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi efektif dalam arti berjalan sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.23 Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa sifat dan kemampuan yang dipersyaratkan kepada guru agama hanyalah sebagian dari sekian banyak sifat dan kemampuan yang harus dimiliki agar fungsi dan peran guru agama Islam dalam proses pendidikan dapat berjalan sesuai tuntunan ajaran Islam serta perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia pendidikan Islam. Kesulitan dalam Penguasaan Materi Ajar Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran merupakan hal pokok dalam proses belajar mengajar dan salah satu ciri dari profesionalitas seorang guru. Kemampuan dasar profesional guru, mampu menguasai bahan pelajaran yang akan diberikan kepada anak didiknya. Kekurangmampuan guru menguasai materi pelajaran merupakan kendala yang perlu ditanggapi 23
. Ahmad Syar'i, Filsafat Pendidikan Islam ..., hal. 36. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 191
A. Samad Usman ( 192 dari 22 )
dengan serius oleh pihak sekolah. Kesulitan menguasai materi yang akan disajikan merupakan suatu kendala yang dialami oleh guru pendidikan agama di sekolah. Jika guru kurang mampu menguasai materi ajar, dengan sendirinya proses belajar mengajar akan tersendat, bahkan pelajaran yang diberikan menjadinya tidak terarah. Hal ini menyebabkan anak-anak menjadi bosan dalam belajar dan tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Ketidakmampuan guru menguasai materi pelajaran biasanya dialami oleh guru-guru yang bukan profesinya, misalnya guru yang mengajar pendidikan agama bukan dari jurusan PAI. Demikian sebaliknya guru agama mengajar pelajaran lain seperti matematika, dan seterusnya. Jika guru yang mengajar bukan ahlinya (non skill), maka materi pelajaran sudah tentu tidak mampu dikuasai seluruhnya. Kesulitan guru menguasai materi pelajaran selain disebabkan oleh kurangnya sarana dan fasilitas belajar juga disebabkan kurangnya pembinaan guru seperti tidak pernah mengikuti penataran, tidak pernah mengikuti MGMP. Hal ini berakibat fatal bagi guru, karena penataran atau MGMP selain untuk mengembangkan kemampuan guru juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi bagi guru-guru untuk mengembangkan potensinya. Selanjutnya, kesulitan penguasaan materi pelajaran bagi guru-guru agama di sekolah harus segera diatasi. Karena jika terus dibiarkan maka berakibat fatal bagi kelangsungan pendidikan di sekolah. Untuk mengatasi kesulitan penguasaan materi oleh guru agama dapat dilakukan dengan jalan mengikuti pelatihan-pelatihan, mengikuti MGMP dan juga KKG. Sebagai tenaga professional, sekurang-kurangnya guru harus menguasai empat macam kompetensi dengan baik. Di antara kompetensi yang harus dikuasai oleh guru antara lain menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan, menguasai metodologi pembelajaran, menguasai teknik evaluasi dengan baik, dan memahami serta mengamalkan nilai-nilai moral sebagai guru. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 192 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 193 dari 22 )
Kesulitan dalam Penerapan Metode Metode merupakan salah satu komponen yang ikut terlibat dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Hal ini berarti guru harus benar-benar memahami kedudukan metode sebagai alat motivasi intrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode yang tidak sesuai atau tidak tepat dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa.
Ketidakmampuan
guru
menggunakan
metode
yang
tepat
menyebabkan pelajaran tidak akan berjalan secara efektif. Bahkan anak-anak tidak dapat mengikuti pelajaran hanya karena metode yang digunakan guru kurang sesuai. Kesulitan dalam Evaluasi Pembelajaran Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan yang telah ditetapkan, maka guru agama Islam perlu mengadakan evaluasi. Tujuannya untuk mengukur sejauhmana daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari, di samping itu evaluasi juga dilaksanakan untuk memberi umpan balik bagi guru yang bersangkutan apakah cara atau metode yang digunakan sudah sesusai atau belum. Namun demikian, para guru agama masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan evaluasi terhadap anak didiknya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal terutama belum tersedianya sarana dan fasilitas belajar. Di samping itu kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi juga masih sangat rendah sehingga hasil evaluasi belum memberikan manfaat secara maksimal. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 193
A. Samad Usman ( 194 dari 22 )
Adapun bentuk evaluasi yang sering digunakan guru untuk mengukur keberhasilan belajar agama Islam antara lain tes tertulis dan tes lisan. Untuk tes tertulis guru sering mengalami kesulitan dalam merumus soal yang harus sesuai dengan taraf kemampuan siswanya. Sehingga mereka sering menyusun soal tidak berdasarkan acuan yang ditetapkan. Hal ini perlu diatasi segera dengan jalan mengikuti berbagai kegiatan seperti MGMP, KKG, pelatihan-pelatihan serta penataran. Kesimpulan Pendidikan agama Islam merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan agama Islam menjadi bagian pendidikan yang amat penting dan berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai. Dalam realisasinya, pendidikan agama Islam sering mengalami kendala dan minimnya perhatian dari berbagai kalangan baik dari kontrol pribadi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun kendala utama yang sering dihadapi oleh guru agama Islam di setiap satuan pendidikan adalah kurangnya sarana dan fasilitas belajar, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, di samping itu, kurangnya perhatian pemerintah pusat dan daerah terhadap sekolah agama untuk dapat meningkatkan program dan peningkatan mutu siswa dalam memahami seluk-beluk ilmu-ilmu keislaman. Untuk maksud tersebut, ketiga komponen baik orang tua, masyarakat (melalui perwakilan guru dan tenaga pengajar), dan juga pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan pemahaman generasi muda menuju generasi yang bermartabat, bertaqwa kepada Allah SWT. Tanggung jawab tersebut tidak kalah pentingnya dari tanggung jawab orang tua di rumah. Dengan demikian peran dan tanggung jawab seorang guru sangat berat, seorang guru harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dititipkan oleh wali siswa agar mendidik anakanaknya ke arah yang sempurna. Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran 194 | Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015
A. Samad Usman ( 195 dari 22 )
Adapun kesulitan yang sering dihadapi guru PAI dalam pembelajaran di sekolah antara lain dalam penguasaan materi ajar, dalam penerapan metode, dan dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Kesulitan ini baru bisa ditangani oleh masing-masing guru PAI melalui pengembangan kapasitas ilmu dan wawasan dalam keterlibatannya untuk mendalami lebih lanjut tentang ilmu mendidik dan ilmu mengajar baik melalui seminar, pendidikan, dan pelatihan. Daftar Pustaka Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Terj. Bustami A. Gani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000). Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003). ......................, Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003). ......................, Pedoman Khusus Pendidikan Agama Islam, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 2004). ......................, Pembinaan Pendidikan Agama Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 1995).
Islam
Terpadu,
Dirjend
Djamarah, Saiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Syar'i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1998). Zuhaili, Muhammad, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adilah Press, 1997).
Tanggung Jawab Guru dalam Pembelajaran Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni 2015 | 195