STUDI DESKRIPTIF TENTANG KEMAMPUAN GURU RUMPUN PAI DALAM MENERAPKAN 8 KETERAMPILAN MENGAJAR BAGI GURU MTs MU’ALIMIN MU’ALIMAT REMBANG TAHUN AJARAN 2010-2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh : NINA RIFA’ATUL AZIZAH NIM. 073111161
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nina Rifa’atul Azizah
NIM
: 073111161
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 25 November 2011 Saya yang menyatakan,
Nina Rifa’atul Azizah NIM: 073111161
ii
KEMENTERIAN AGAMA INS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISO LISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. D Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan, Semarang, Telp. (024)76 024)7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Studi di De Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun mpun PAI dalam m Me Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi agi Guru Gu MTs Mu’alimin alimin Mu’alimat Rembang Nama : Ninaa Rifa Rifa’atul Azizah NIM : 07311116 111161 Jurusan : Pendidika didikan Agama Islam Program Studi : Pendidika didikan Agama Islam telah diujikan dalam sidan sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas ltas Tarbiyah Ta IAIN Walisongo dann dapa dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh peroleh gelar sarjana dalam Ilmu pendid pendidikan Islam. Semarang, DEWAN PENGUJI Ke Ketua,
Sekretaris,
Pen Penguji I,
Penguji II,
Pemb Pembimbing I,
Pembimbing II,
Nasirudin, M.Ag NIP. 196910121996 21996031002
Dra. Ani Hidayati, yati, M.Pd M NIP. 19611205 199303 99303 2 001
iii
Semarang, 25 November
NOTA PEMBIMBING 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang Nama : Nina Rifa’atul Azizah NIM : 073111161 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr.wb Pembimbing I,
Nasirudin M.Ag NIP. 196910121996031002
iv
Semarang, 25 November
NOTA PEMBIMBING 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang Nama : Nina Rifa’atul Azizah NIM : 073111161 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr.wb Pembimbing II,
Dra. Ani Hidayati, M.Pd NIP. 19611205 199303 2 001
v
Judul
Penulis NIM
ABSTRAK : Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang Tahun Ajaran 2010-2011 : Nina Rifa’atul Azizah : 073111161
Skripsi ini membahas tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan guru tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari data, informasi dan untuk mengetahui tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan yang dilaksanakan di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan data guru pada rumpun mata pelajaran PAI dan untuk mengetahui kemampuan guru rumpun mata pelajaran PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Datanya diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi. Setelah data terkumpul maka dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu analisis data diwujudkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu'alimat Rembang dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar sudah cukup mampu menerapkan 8 keterampilan mengajar guru dengan rincian 84,4% untuk kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya, 75% keterampilan memberi penguatan, 68,8% keterampilan mengadakan variasi, 83,3% keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 75% keterampilan menjelaskan, 62,5% keterampilan mengelola kelas, 95% keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan 75% untuk keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademik dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang menjadikan dirinya suri tauladan serta contoh yang mulia beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian jiwanya hingga akhir hayat. Dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan motivasi dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih terutama kepada: 1. Dr. Sujai, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo semarang beserta stafnya yang telah memberi izin penulisan skripsi ini. 2. Nasirudin, M.Ag. selaku pembimbing I dan Dra. Ani Hidayati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga ditengah kesibukannya yang taramat padat. Terimakasih atas nasehat, motivasi, dan bimbingan yang sunguh tiada ternilai harganya. Mudah-mudahan Allah membalas segala kebaikannya. 3. Semua dosen fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberi penulis bekal ilmu yang begitu besar dengan penuh kesabaran dan pengertian. 4.
H. Suyono, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang beserta staf dan siswa-siswanya, yang telah berkenan memberi izin untuk melaksanakan penelitian.
5. Bapak dan Ibu guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang selaku guru mata pelajaran Fiqih, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam yang telah membantu dalam proses penelitian.
vii
6. Ayahanda Damsiri S.H dan ibunda Sri Sarinastuti S.H yang selalu mencurahkan kasih sayang dan selalu memberi semangat. Terimakasih atas jasa-jasamu yang takkan pernah aku lupakan. Doamu selalu kuharapkan dalam setiap langkahku. 7. Kakakku Effi Hajrah Nurbaiti dan adik-adikku (M. Misbahul Munir dan Marsi Ningsih (almh) yang selalu memberi kebahagiaan dan keceriaan dalam kehidupanku. 8. Teman-temanku senasib seperjuangan (PAID 07) Mb Umi, Ulya, Hanik, Rizki dan mb’ nurul yang menemaniku dalam studi baik dalam suka maupun duka. 9. Teman-teman kos J.30 dan I.32, mba’ fida, mb’ elis, mb’ nely, dewi, de’ isti, dan de’ nur dan lain-lain. Kita selalu hidup bersama baik suka maupun duka di kos tercinta. 10. Semua pihak yang mungkin belum dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam lembar ini karena keterbatasan yang ada. Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, penulis hanya bisa berdo’a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak menjadi amal ibadah yang diterima disisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat pada diri sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan di IAIN Walisongo Semarang khususnya dalam ilmu Tarbiyah, dan bagi kita semua yang membacanya, Amiin ya Rabbal ‘Alamin.
Semarang, 25 November 2011 Penulis
Nina Rifa’atul Azizah NIM. 073111161
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….. i PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………………………………… ii PENGESAHAN………………………………………………………………………….. iii NOTA PEMBIMBING………………………………………………………………….. iv ABSTRAK……………………………………………………………………………….. vi KATA PENGANTAR………………………………………………………………….... vii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ix
BAB I
: PENDAHULUAN.................................................................................... 1 A. Latar Belakang………………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………… 5
BAB II
: LANDASAN TEORI............................................................................... 7 A. Kajian Pustaka………………………………………………………. 7 B. Kemampuan Guru PAI........................................................................ 10 1. Pengertian Guru PAI...................................................................... 10 2. Peran Guru PAI.............................................................................. 18 3. Tugas Guru PAI............................................................................. 22 C. 8 Keterampilan Mengajar Guru........................................................... 24 1. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru................................... 24 2. Jenis-jenis 8 Keterampilan Mengajar Guru................................ 26 a. Keterampilan Bertanya......................................................... 26 b. Keterampilan Memberi Penguatan....................................... 32 c. Keterampilan Mengadakan Variasi....................................... 36 d. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran.................. 38 e. Keterampilan Menjelaskan.................................................... 41 f. Keterampilan Mengelola Kelas............................................. 43 g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.......... 46 h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.....49 9
BAB III
: METODE PENELITIAN........................................................................ 54 A. Jenis Penelitian………………………………………………………. 54 B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….. 54 C. Sumber Penelitian…………………………………………................ 55 D. Fokus Penelitian………………………………………………........... 55 E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 56 F. Teknik Analisis Data………………………………………………… 57
BAB IV
: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN............................................... 60 A. Gambaran Umum MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang……………………………..................................................60 1. Tinjauan Historis............................................................................ 60 2. Letak Geografis.............................................................................. 62 3. Visi dan Misi................................................................................... 63 4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik.................................. 63 5. Sarana dan Prasarana...................................................................... 65 B. Analisis Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang..............................................................................................67
BAB V
: PENUTUP................................................................................................. 77 A. Kesimpulan………………………………………………………....... 77 B. Saran ………………………………………………………………… 77
DAFTAR KEPUSTAKAAN DARTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh panutan, dan identitas bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.1 Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir yang demikian menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif.2 Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Interaksi edukatif, yaitu suatu interaksi antara guru dan siswa yang diikat oleh tujuan yang mengandung nilai-nilai tinggi (keutamaan) dalam arti dapat mengeluarkan dan mengembangkan potensi pikir, rasa, karsa, karya, cipta dan budi nurani sebagai satu kesatuan yang utuh serta harmonis.3 Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu rumpun bidang studi di MTs, salah satunya di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Di MTs tersebut terdapat empat guru mata pelajaran PAI, yaitu guru mata pelajaran Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih dan SKI. Tujuan dari pembelajaran PAI merupakan terbentuknya pribadi muslim yang cerdas dalam berfikir, 1
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 37. 2
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 99. 3
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hlm. 18.
1
bersikap dan bertindak. Dalam hal ini menguasai pengetahuan yang luas yaitu membentuk manusia agamis yang berakhlakul karimah, menanamkan aqidah keimanan, berbudi pekerti yang baik untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat berbagai komponen yang saling berkait dan saling mempengaruhi, di antaranya adalah guru. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa guru adalah sebagai salah satu komponen pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan khususnya guru Pendidikan Agama Islam.4 Kemampuan cara mengajar di depan kelas masih kurang dimiliki guru-guru. Selama ini pembelajaran yang berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan guru lebih banyak ceramah, media belum dimanfaatkan, pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi. Pembelajaran yang demikian ini tidak menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti. Pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan bagaimana cara guru mengajar, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil. Mutu pendidikan menekankan pada cara guru melaksanakan pembelajaran peserta didik aktif dan bermakna yaitu pembelajaran komunikatif (communicative approach) dan pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan.5 Belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan perubahan terhadap diri manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.6
4
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
5
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
hlm. 99.
Alfabeta, 2009), hlm. 164-165. 6
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 166.
2
Kompetensi yang harus dimiliki setiap calon guru salah satunya adalah kemampuan melaksanakan program pengajaran yang merupakan salah satu kriteria keberhasilan pendidikan prajabatan guru, maka perlu ada semacam instrumen penilaian yang dapat mengungkapkan aspek-aspek keterampilan yang sifatnya dasar dan umum. Bersifat dasar artinya keterampilan itu merupakan prasyarat bagi pelaksanaan tugas-tugas mengajar dan mendidik secara efektif, sedangkan bersifat umum menunjukkan kenyataan bahwa aspek-aspek keterampilan tersebut relatif paling sering dipersyaratkan terlepas dari jenjang kelas, murid, dan jenis bidang pengajaran yang sedang disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar.7 Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu, keterampilan dasar mengajar merupakan syarat mutlak agar guru bisa mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas pada bab selanjutnya.8 Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks dan integratif dari sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan terhadap seseorang. Agar seorang
7
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.
8
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
119.
Kencana, 2010), hlm. 33.
3
guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang memadai. 9 Sudah dijelaskan di atas bahwa, keterampilan mengajar diperlukan bagi seorang guru. Keterampilan mengajar juga sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.10 Beberapa keterampilan di atas dapat dikatakan sebagai 8 keterampilan mengajar yang harus dimiliki seorang guru. Menerapkan 8 keterampilan merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran. Karena menerapkan 8 keterampilan itu bisa dikatakan juga sebagai sebuah metode bagi seorang guru, khususnya guru mata pelajaran PAI dalam proses belajar-mengajar, dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dan untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi.11 Selain itu, dengan memiliki keterampilan mengajar guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah.12 Berdasarkan atas latar belakang itulah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang “Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang”. 9
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hlm. 14-17.
10
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 69. 11
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 78. 12
Hamzah B. Uno, Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 168.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
di
atas,
yang
menjadi
pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mencari data, informasi dan untuk mengetahui tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan penelitian sesuai dengan tema dan judul skripsi. Utamanya pada masalah “Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang pada Tahun Ajaran 2010-2011”. b. Secara Praktis 1. Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi tentang sejauh mana kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar. 2. Bagi peserta didik Diharapkan para peserta didik dapat belajar lebih efektif dan efisien dan tidak merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan
5
guru, setelah guru khususnya guru rumpun PAI menerapkan 8 keterampilan mengajar. 3. Bagi guru Memberikan masukan pada guru mengenai pentingnya penerapan 8 keterampilan mengajar bagi guru khususnya pada guru rumpun PAI. 4. Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Skripsi “Pengaruh Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Negeri Kudus”, oleh Anifah (2009), hasil dari penelitian ini adalah Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak Siswa MTs Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009, adalah tergolong baik, Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Negeri Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009 juga sangat baik dan ada Pengaruh positif Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Negeri Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009.1 Antara judul skripsi ini dengan judul skripsi peneliti sendiri ada kesamaan. Kesamaannya, sama-sama membahas tentang keterampilan mengajar seorang guru. Skripsi dari peneliti menjelaskan tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Oleh karena itu peneliti mengambil judul skripsi di atas, karena ada kesamaan antara kedua skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan atau kemampuan mengajar guru. Di samping terdapat persamaan antara judul skripsi ini dengan judul skripsi peneliti, terdapat juga perbedaan antara kedua judul skripsi tersebut. Perbedaannya, judul pada skripsi ini termasuk penelitian kuantitatif, sedangkan judul pada skripsi peneliti termasuk penelitian kualitatif. Judul pada skripsi ini membahas tentang Pengaruh Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Aqidah 1
Anifah, Pengaruh Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Siswa MTs Negeri Kudus, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
7
Akhlak Siswa MTs Negeri Kudus. Sedangkan judul skripsi peneliti menjelaskan tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar. Jadi, judul pada skripsi ini lebih ditekankan pada siswanya atau pengaruh persepsi siswa tersebut pada keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar siswa tersebut. Sedangkan pada judul skripsi peneliti di sini lebih ditekankan pada guru tersebut, yaitu kemampuan guru tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar. 2. Skripsi “Keterampilan Guru dalam Melatih Kecerdasan Emosional Siswa di TK An-Nur Tugurejo Tugu Semarang”, oleh Anton Sutikno (2008), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Keterampilan Guru Melatih Kecerdasan Emosional dilatihkan melalui langkah-langkah: kemandirian, kedisiplinan, pendampingan, menumbuhkan persahabatan antar teman dan orang lain, mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan dan belajar bergaul dengan teman dan orang lain.2 Judul dari skripsi peneliti sendiri adalah Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’limat Rembang. Antara judul skripsi ini dengan judul skripsi peneliti ada persamaannya, yaitu sama-sama menjelaskan tentang keterampilan seorang guru. Oleh karena itu peneliti mengambil judul skripsi di atas, karena ada kesamaan antara kedua skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan seorang guru atau kemampuan guru dalam mengajar. Selain ada persamaan
antara kedua judul skripsi, terdapat pula
perbedaan di dalamnya. Perbedaannya, pada judul skripsi ini membahas tentang bagaimana keterampilan guru dalam melatih kecerdasan emosional siswa. Dan keterampilan guru di sini belum dijelaskan keterampilan yang seperti apa yang digunakan guru tersebut dalam melatih kecerdasan emosional
2
Anton Sutikno, Keterampilan Guru dalam Melatih Kecerdasan Emosional Siswa di TK AnNur Tugurejo Tugu Semarang, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang, 2008).
8
siswa. Sedangkan yang terdapat pada judul skripsi peneliti sudah dijelaskan keterampilan
yang
akan
digunakan.
Keterampilan
yang
dijelaskan
menggunakan 8 keterampilan mengajar guru, yang meliputi keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kedua judul skripsi di atas guru sama-sama memberi keterampilan pada siswa. Tapi yang membedakannya, kalau judul skripsi ini guru memberikan keterampilan pada siswa TK, sedangkan pada judul skripsi peneliti guru tersebut memberikan keterampilan pada siswa MTs. 3. Skripsi “Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru dan Pengaruhnya terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh di Kelas V MI Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati”, oleh Susmiyati (2009), hasil dari penelitian ini adalah Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru PAI di MI Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati Tahun Pelajaran 2008/2009 berdasarkan hitungan sudah cukup baik, motivasi belajar Fiqh Siswa juga baik dan ada Pengaruh Positif dari Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru terhadap Motivasi Siswa Kelas V MI Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati Tahun Ajaran 2008/2009.3 Skripsi ini dan skripsi dari peneliti sendiri dengan judul Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’limin Mu’alimat Rembang, juga ada kesamaan, yaitu sama-sama meneliti tentang kemampuan guru. Karena menurut peneliti, cara mengajar guru sama dengan kemampuan guru dalam mengajar. Oleh karena itu peneliti mengambil judul skripsi di atas, karena ada kesamaan
3
Susmiyati, Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru dan Pengaruhnya terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh di Kelas V MI Thoriqotul Islamiyah Luwang Tayu Pati, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang, 2009).
9
antara kedua skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang kemampuan seorang guru atau cara mengajar guru. Di samping terdapat persamaan antara judul skripsi ini dengan judul skripsi peneliti, terdapat juga perbedaan antara kedua judul skripsi tersebut. Perbedaannya, judul pada skripsi ini termasuk penelitian kuantitatif, sedangkan judul pada skripsi peneliti termasuk penelitian kualitatif. Judul pada skripsi ini membahas tentang Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru dan Pengaruhnya terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh di Kelas V MI Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati. Sedangkan judul skripsi peneliti menjelaskan tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar. Jadi, judul pada skripsi ini lebih ditekankan pada persepsi atau pendapat siswa tersebut tentang cara mengajar guru dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa tersebut. Sedangkan pada judul skripsi peneliti di sini lebih ditekankan pada guru tersebut, yaitu kemampuan guru tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar.
B. Kerangka Teoritik 1. Kemampuan Guru PAI a. Pengertian Guru PAI Sebelum menjelaskan tentang pengertian guru PAI, perlu dijelaskan terlebih dulu apa pengertian dari guru dan PAI. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.4 Pengertian dari guru menurut istilah inggris adalah
4
Syuaiban Muhammad, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 7.
10
The teacher is “learned”. He should know more than his students. However, he recognizes that he does not know everything, and he is mainly a learner. The teacher is an example tohis students. Yet, he also makes mistakes; he is human. The teacher should be objective, but the teacher student relationship is so close that it often may be difficult to be objective”.5 Arti seorang guru menurut istilah inggris tersebut adalah guru sebagai seorang pengajar, dia harus tahu lebih banyak daripada muridnya, akan tetapi dia mengakui atau sadar bahwa dia tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia adalah seorang pengajar yang utama. Guru adalah contoh bagi muridnya. Namun, dia juga membuat kesalahan, dia adalah manusia, guru harus objektif, tetapi hubungan antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang lebih dekat sehingga mungkin sulit objektif. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya. Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Selain itu, agar guru mempunyai citra yang baik di masyarakat, maka guru tersebut dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru
5
Earl, V. Pollias and James D. Young, Teacher Many Thing, (USA: Fawself, 1998), hlm. 14.
11
berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, temantemannya serta anggota masyarakat.6 Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat. Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.7 Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Kualitas pengajaran sangat tergantung dari cara menyajikan materi yang harus dipelajari. Selain itu, bagaimana cara guru menggunakan peneguhan, bagaimana cara guru mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses belajar, dan bagaimana cara guru memberikan informasi kepada siswa tentang keberhasilan mereka, merupakan cara-cara yang biasa disampaikan. Semua hal tersebut menuntut keterampilan didaktik guru.8
6
Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.42-43.
7
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 31-32.
8
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 11.
12
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.9 Sesuai dengan yang disebutkan di atas, bahwa guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru, karena tidak sembarang orang bisa menjadi guru. Guru juga dapat diartikan sebagai orang yang kerjanya mengajar. Karena mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya.10 Namun pada dasarnya setiap orang adalah guru, contoh yang digugu dan ditiru.11 Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masingmasing anak.12 Keberhasilan siswa dalam pelajaran adalah hasil dari seberapa baik guru merancang cara memberikan pelajaran dan mengecek kemampuan siswa menguasai pelajaran tersebut.13 9
Sudarman Danim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 17. 10
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), hlm.127. 11
Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, (Bandung, Mizan, 2009), hlm. 18.
12
Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, hlm. 20.
13
Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong, Menjadi Guru Efektif The First Days of School, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 14.
13
Guru adalah sosok penting yang cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang ini ada berbagai sumber belajar alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun sumber belajar lainnya, tetapi guru tetap menjadi kunci untuk optimalisasi sumber-sumber belajar yang ada. Guru tetap menjadi sumber belajar yang utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan maksimal. Guru merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam makna luas, toleran dan senantiasa berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip, mereka yang disebut sebagai guru bukan hanya mereka yang memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan di perguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam ukuran kognitif, afektif dan psikomotorik.14 Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup. Guru harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan sebagainya. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid untuk lebih baik dan maju. Guru selalu mengembangkan dirinya terhadap ilmu pengetahuan dan mendalami keahliannya.15 Tetapi guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik 14
Wardono Jaka Rimba, “Keteladanan Guru PAI”, dalam http:// blogspot. Com/2011/06. html, diakses 26 Oktober 2011. 15
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),hlm. 5-7.
14
jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupannya sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.16 Setelah membahas mengenai pengertian guru, kemudian akan dibahas mengenai pengertian pendidikan agama atau pendidikan agama Islam. Pengertian dari pendidikan menurut istilah inggris “Education is a process of instilling something into human being”.17 Arti pendidikan dari istilah Bahasa Inggris tersebut adalah pedidikan itu sebuah proses untuk memprogram sesuatu ke dalam diri manusia. Maksud dari arti tersebut adalah pendidikan itu suatu yang selalu berubah-ubah sesuai kondisi untuk menjadikan sesuatu agar dapat diterima manusia menjadi hal-hal yang manusiawi. Jadi intinya yang dimaksud dengan pendidikan adalah memanusiakan manusia supaya lebih memiliki adab dan perubahan perilaku yang baik melalui suatu proses. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan ketakwaan dan menjadi usaha-usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.18 Sedangkan pengertian dari pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam meyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara 16
Soetjipto, Profesi Keguruan, hlm. 50.
17
Syed Muhammad Naquib, The Concept of Education in Islam, (Kuala Lumpur Malaisiya: Art Printing Works, 1931), hlm. 13. 18
Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: t.p., 2005), hlm. 39.
15
keseluruhan dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.19 Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak. Jadi, pendidikan agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan pimpinan untuk membantu mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.20
19
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130-132. 20
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hlm. 135-138.
16
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serat mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilainilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak untuk terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek sejarah kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.21 Jadi dapat disimpulkan, bahwa pengertian dari guru PAI adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru PAI juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah.
21
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (ttp: t.p., 2008), hlm. 48-49.
17
Di samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.22 Allah berfirman dalam Al-Qur’an Q.S. Ali ‘Imran: 164
öΝÍκön=tæ (#θè=÷Gtƒ ôΜÎγÅ¡àΡr& ôÏiΒ Zωθß™u‘ öΝÍκÏù y]yèt/ øŒÎ) tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tã ª!$# £tΒ ô‰s)s9 ’Å∀s9 ã≅ö6s% ÏΒ (#θçΡ%x. βÎ)uρ sπyϑò6Ïtø:$#uρ |=≈tGÅ3ø9$# ãΝßγßϑÏk=yèãƒuρ öΝÍκÅe2t“ãƒuρ ϵÏG≈tƒ#u .( ٣ انNOP ال: رةJK) ∩⊇∉⊆∪ AÎ7•Β 9≅≈n=|Ê
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Ali ‘Imran: 164).23 b. Peran Guru PAI Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Keberhasilan seorang anak saat dewasa apakah dia akan menjadi orang yang baik atau jahat, pintar atau bodoh, sukses atau gagal, dipengaruhi oleh didikan guru mereka, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungannya. Tidak ada seorang tokoh pun di dunia ini yang ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Dia tidak akan berhasil menjadi politikus andal, ilmuwan yang pintar, tentara yang gagah berani, dan sebagainya, kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru. Bahkan, Rasulullah SAW pun mengawali masa kecilnya dalam bimbingan seorang guru, sekaligus ibu susunya, yaitu 22
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, hlm. 128.
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S. Ali ‘Imran: 164, (Bandung: Jumanatul ‘Ali-Art, 2005), hlm. 71.
18
Halimatus Sa’diyah. Halimahlah yang mengajarkan kepada Rasulullah tentang cara bertutur kata dan bersikap baik.24 Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam
meningkatkan
kesempatan
belajar
bagi
siswanya
dan
memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru juga berperanan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajarmengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuantujuan pendidikan yang mereka capai.25 Untuk membangun sebuah lingkungan belajar bagi anak, diperlukan kemampuan guru dalam menciptakan suasana yang kondusif sehingga anak dapat belajar dengan menyenangkan. Lingkungan belajar yang dibangun, hendaklah dapat merangsang minat dan memfasilitasi kegiatan belajar anak.26 Guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran Pendidikan Agama Islam haruslah orang yang memiliki pribadi yang saleh. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak 24
Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, hlm. 16-17.
25
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, hlm. 11-12.
26
Rita Mariyana, dkk., Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 138.
19
didiknya menjadi anak saleh. Seorang guru agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati peserta didik sehingga semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi ini. Semua ini tercermin melalui perannya dalam sebuah proses pembelajaran, sebagai berikut: 1. Peran pendidik sebagai pembimbing Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat dengan
praktik
keseharian.
Untuk
dapat
menjadi
seorang
pembimbing, seorang pendidik harus mampu memperlakukan para peserta didik dengan menghormati dan menyayangi (mencintai). Selain menghormati dan menyayangi peserta didik, pendidik juga harus mampu dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan mampu dalam mengatasi masalah yang ada pada peserta didik. Seorang guru untuk mengembangkan potensi pada peserta didik, dengan cara memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan.27 Dalam proses belajar mengajar, peserta didik pasti mengalami masalah pada saat menerima pelajaran. Misalnya, peserta didik lamban belajar atau peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.28 Oleh karena itu, guru yang berperan sebagai pembimbing peserta didik harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan mengatasi 27
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 36. 28
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 121.
20
masalah yang dialaminya, dengan tujuan untuk keberhasilan belajar peserta didik. 2. Peran pendidik sebagai model Dalam
aktivitas
dan
proses
pembelajaran,
termasuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas ataupun di luar kelas memberikan kesan segalanya berbicara terhadap siswa. Dengan demikian, tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan gerak-gerik pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya pendidik dalam mengajar pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. Karakteristik pendidik selalu diteropong dan sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Baik itu karakter yang baik seperti, kedisiplinan, kejujuran, keadilan dan kebersihan. Maupun karakter yang jelek seperti, pendidik yang sering berlaku curang kepada siswa, tidak akan berhasil dalam mendidik kejujuran kepada siswa. Pendidik yang jorok tidak akan berhasil mengajarkan siswa untuk hidup bersih. Pendidik yang tidak disiplin tidak akan berhasil mengajarkan kedisiplinan. 3. Peran pendidik sebagai penasihat Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidik berperan aktif sebagai penasihat. Peran pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran di kelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya tersebut. Namun, lebih dari itu, ia juga harus
21
mampu memberi nasihat bagi siswa yang membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak.29 c. Tugas Guru PAI Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, seorang guru juga memiliki tugas yang harus dilakukan sebagai seorang guru kepada peserta didiknya, yaitu Pertama, guru bertugas sebagai seorang pendidik, dengan mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Kedua, guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan. Ketiga, guru sebagai fasilitator,
guru
memfasilitasi
murid
untuk
menemukan
dan
mengembangkan bakatnya secara cepat dengan cara guru memberikan bimbingan, arahan, dan visi hidup ke depan, sehingga anak didik bersemangat mencari bakat unik dan potensi terbesarnya demi meraih impian hidup di masa depan. Keempat, guru sebagai motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya. Ketika anak didiknya mengantuk di dalam kelas, tidak semangat, dan keletihan menerima pelajaran dari pagi sampai siang, guru yang cerdas akan mampu membaca situasi ini. Ia akan menyegarkan dulu pikiran anak didik dengan cerita dan motivasi hidup orang-orang sukses, setelah itu baru melanjutkan pelajaran dengan tenang dan energik. Kelima, guru sebagai administrator, dalam mengajar guru harus mengabsen terlebih dahulu, mengisi jurnal kelas dengan lengkap mulai dari nama, materi
29
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), hlm. 93-96.
22
yang disampaikan, kondisi siswa, dan tanda tangan. Ia juga membuat laporan berkala sesuai dengan sistem administrasi sekolah. Keenam, guru sebagai evaluator, sebaik apapun kualitas pembelajaran pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Di sinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dengan evaluasi ini, guru diharapkan lebih baik dalam segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas kepribadiannya, pendekatan metodologi pengajarannya yang lebih segar, progresif, aktual dan performance yang lebih menarik dan energik.30 Selain dari penjelasan di atas, guru diharapkan juga harus mempunyai beberapa kompetensi atau kemampuan yang dimiliki seorang guru, yaitu Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi ini terdiri atas lima subkompetensi, yaitu: memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
merancang dan mengevaluasi pembelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. Kedua, kompetensi
kepribadian.
Kompetensi
ini
terdiri
dari
lima
subkompetensi, yaitu: kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa,
dan
berakhlak
mulia.
Ketiga,
kompetensi
sosial.
Kompetensi ini memiliki tiga subranah, yaitu: mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, mampu berkomunikasi secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan dan mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat luar. Keempat, kompetensi profesional. Kompetensi ini terdiri dari dua subranah, yaitu: menguasai substansi
30
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 39-54.
23
keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar dan menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial meguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.31 Dengan keempat kompetensi yang dimiliki guru tersebut, diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang guru kepada peserta didiknya dalam proses belajar-mengajar. Agar mendapatkan hasil maksimal, sesuai yang diharapkan baik dari guru sendiri maupun peserta didiknya. 2. 8 Keterampilan Mengajar Guru a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru Keterampilan atau terampil adalah telaten, cekatan dan rapi dalam melakukan sesuatu.32 Sedangkan pengertian dari mengajar adalah sebuah keterampilan, sebuah seni yang harus dipelajari.33 Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliput seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Atau dapat diartikan mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses 31
Sudarman Danim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, hlm. 22-24.
32
M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 757.
33
Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong, Menjadi Guru Efektif The First Days of School,
hlm.11.
24
belajar.34
Mengajar
juga
merupakan
suatu
proses
mentransfer
pengetahuan, nilai dan keterampilan serat mengembangkan semua potensi anak. Di sini kegiatannya termasuk menciptakan situasi belajar, mengorganisasi
lingkungan,
menumbuhkan
kegiatan
belajar,
membimbing, mentransfer kebudayaan serta menanamkan nilai-nilai keutamaan.35 Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar.36 Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.37 Keterampilan itu adalah sama halnya dengan kemampuan. Mengajar itu sama halnya dengan menyampaikan ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Sedangkan guru sendiri berperan sebagai pendidik. Jadi keterampilan mengajar guru 34
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hlm. 11-13. 35
Chabib Thoha, PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998), hlm. 222. 36
Purjatifis, “Keterampilan Dasar Mengajar”, dalam http://www. blogspot. com/, diakses 26 Oktober 2011. 37
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 69.
25
adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam mengajar dituntut memiliki sebuah keterampilan atau kemampuan pada saat guru tersebut mengajar menyampaikan ilmu pengetahuan. Dengan tujuan agar peserta didik pada saat proses belajar-mengajar dan pada saat peserta didik menerima pelajaran, mereka tidak merasa jenuh atau bosan dan juga tidak tidur di dalam kelas. Oleh sebab itu, seorang guru benar- benar diharapkan dapat memiliki sebuah keterampilan atau kemampuan untuk membantu peserta didik dalam pembelajaran berlangsung dan dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. b. Jenis-jenis 8 Keterampilan Mengajar Guru 1. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya melibatkan atau menggunakan tanya jawab. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau balikan dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Dalam proses investigasi, misalnya, pertanyaan yang baik akan menuntun kita pada jawaban yang sesungguhnya. Demikian juga sebaliknya, pertanyaan yang jelek akan menjauhkan kita dari jawaban yang memuaskan.38 Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal guru akan selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada siswanya. Cara bertanya untuk seluruh kelas, untuk kelompok, atau untuk individu, memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya pada 38
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 99-100.
26
belajar siswa, tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun emosional. Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi. Demikian guru tidak hanya akan belajar bagaimana bertanya “bertanya” yang baik dan benar, tetapi juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di dalam proses belajar mengajar. Komponen yang sangat penting dalam bertanya antara lain harus jelas dan ringkas.39 Suatu pertanyaan yang “baik” ditinjau dari segi isinya, tetapi cara menyajikannya kepada murid tidak tepat (umpamanya tidak jelas dalam menyampaikannya), akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik pertanyaan harus pula dipahami dan dilatih, agar guru dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajarnya Faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain adalah seperti berikut ini: a) Kejelasan dan kaitan pertanyaan Harap diusahakan agar pertanyaan yang dikemukakan itu jelas maksudnya, serta nampak benar kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lainnya. Usahakan tidak diselingi oleh kata-kata sisipan yang bersifat mengganggu, misalnya: ee, em, anu dan lain-lain. Berikut ini disajikan contoh pertanyaan yang tidak jelas maksud serta kaitannya. 39
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 106-107.
27
Guru: Nah, anak-anak sekarang akan, eh saya maksud siapa dapat menjawab, em dapat menyebutkan, eh dapat memberikan
alasan
menggunakan
kail
mana, atau
yang
membeli
lebih
baik
tombak
untuk
mendapatkan ikan di laut? Pertanyaan tersebut dikatakan tidak jelas maksudnya karena
menggambarkan
jalan
pikiran
yang
belum
terkonsolidasi dan bagaimana kaitannya antara menggunakan kail dan membeli tombak. Pertanyaan tersebut semestinya sebagai berikut: Guru: Nah anak-anak, bagaimana menurut pendapatmu, manakah yang lebih baik menggunakan kail atau tombak untuk memperoleh ikan di laut? Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menerapkan kejelasan dan kaitan pertanyaan. Karena, pertanyaan yang dikemukakan guru sudah jelas dan tidak diselingi oleh kata-kata sisipan yang mengganggu. b) Kecepatan dan selang waktu (pause) Kecepatan menyampaikan pertanyaan, tergantung pada jenis pertanyaan itu sendiri. Pada umumnya guru-guru muda (belum
berpengalaman)
cenderung
banyak
melontarkan
pertanyaan daripada menerima jawaban, dan pertanyaanpertanyaannya diucapkan dengan cepat tanpa diselingi pause untuk memberi kesempatan murid berpikir. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam kecepatan dan selang waktu pada saat mengajukan pertanyaan. Karena, cepat dalam menyampaikan
28
pertanyaan dan diberi waktu berpikir untuk menemukan jawabannya. c) Arah dan distribusi (penyebaran) Pertanyaan yang diajukan seharusnya kepada seluruh murid, sehingga seluruh murid didorong untuk berusaha menentukan jawabannya. Hanya dalam keadaan tertentu, umpamanya untuk menarik pemusatan perhatian seorang siswa, pertanyaan dapat langsung ditujukan kepada seorang murid. Sesudah pertanyaan diajukan kepada seluruh siswa kelas, serta memberikan waktu secukupnya kepada murid-murid untuk berpikir, barulah ditunjuk seorang untuk menjawabnya. Hal ini menyangkut
pemerataan
distribusi
kesempatan
pertanyaan
pada
untuk
menjawab pertanyaan. Dalam diperhatikan
mengajukan sistim
distribusinya,
yaitu
murid
agar
usahakan
agar
pertanyaan itu didistribusikan secara merata seluruh kelas. Hal ini berhubungan dengan sifat pemalu atau kurang berani yang ada pada murid. Murid pemalu biasanya cenderung segan menampilkan jawabannya secara sukarela. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam penyebaran pertanyaan pada murid, karena guru tersebut memberikan pertanyaannya menyeluruh pada semua murid. d) Teknik penguatan Pemakaian yang tepat dari teknik penguatan ini akan menimbulkan sikap yang positif bagi murid serta meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi.
29
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat
dalam
teknik
penguatan,
karena
guru
memberikan penguatan berupa acungan jempol dan tepuk tangan pada murid yang berhasil menjawab pertanyaan. e) Teknik menuntun (promting) Promting questions dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas
jawaban
murid.
Pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun murid agar isinya dapat menemukan jawaban yang lebih benar. Contoh: Guru: Pada pertemuan yang lalu kita telah belajar tentang hidup hemat khususnya peran hidup hemat dalam kehidupan. Coba kamu habib, menurutmu dengan cara apa dapat dilakukan hidup hemat? Habib: Menunjukkan ekspresi berpikir Guru: Silahkan ditinjau dari cara penggunaan harta atau uang! Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menerapkan teknik ini, karena guru tersebut membantu muridnya secara perlahan untuk menemukan jawaban yang benar. f) Teknik menggali (prabing question) Prabing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari murid guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan. Contoh: Guru: Setelah kemarin kita bersama-sama membagi zakat yang terkumpul
di
Madrasah
pendapatmu, Nisa’?
30
ini,
bagaimana
menurut
Nisa’: Sangat menarik, pak? Guru: Faktor apa yang menarik? Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menerapkan teknik ini, karena guru tersebut mampu menggali pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang lebih lanjut dan beralasan dari murid. g) Pemusatan (Focussing) Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang ruang lingkupnya luas, kemudian dilanjutkan ke pertanyaan yang lebih khusus. Contoh: “Meliputi jenis apa sholat sunnat itu?” (pertanyaan luas), kemudian dilanjutkan ke pertanyaan sempit “Kapan dilakukan sholat sunnat rawatib?” Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam pemusatan pertanyaan pada murid. Karena guru memberikan pertanyaan yang ruang lingkupnya luas. h) Pindah gilir (re- derecting) Teknik pindah gilir digunakan untuk mengundang partisipasi semua anak. Untuk itu teknik ini dilakukan dengan cara, mengajukan pertanyaan ke seluruh kelas, kemudian memilih siswa tertentu, dan dilanjutkan ke siswa yang lain. Dalam menggunakan teknik pindah gilir agar tidak menunjuk anak secara berurutan sesuai dengan urutan duduk maupun urutan yang ada dalam absensi.40
40
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 108-113
31
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam pindah gilir pertanyaan pada murid. Karena guru mengajukan pertanyaan secara menyeluruh pada semua murid. 2. Keterampilan Memberi Penguatan Menyadari pentingnya peranan penghargaan atas siswa yang berprestasi, maka calon guru atau guru perlu menguasai keterampilan dasar memberi penghargaan yang dalam bahasan ini disebut “keterampilan dasar memberi penguatan”.41 Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku
tersebut timbul kembali.42
Apakah yang dimaksud dengan penguatan? Penguatan adalah respons positif yang dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Atau penguatan dapat diartikan pula sebagai respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar kelihatannya biasa saja. Yaitu memberi tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa, yang dinyatakan dalam bentuk antara lain: kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, anggukan, atau memberi hadiah secara material. Namun demikian, keterampilan ini sulit dilakukan jika guru tidak memahami makna yang ingin dicapai dalam keterampilan memberi penguatan. Untuk tujuan inilah, keterampilan penguatan perlu mendapat perhatian sebab, respons 41
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 116.
42
J.J. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 58.
32
positif adalah penghargaan yang diberikan guru karena siswa menunjukkan perilaku positif (berprestasi dalam belajarnya). Dengan respons positif tersebut pada gilirannya memotivasi anak untuk mempertahankan prestasi, bahkan meningkatkannya.43 Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu: a) Penguatan Verbal Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respons atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata; bagus, baik, betul, benar, tepat dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat; misalnya hasil pekerjaanmu baik sekali atau sesuai benar tugas yang kau kerjakan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan penguatan verbal. Karena, guru dalam merespons tingkah laku siswa menggunakan katakata bagus, baik dan benar. b) Penguatan Gestural Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respons, tingkah laku, pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan lain-lain. Semua gerakan tubuh tersebut adalah merupakan bentuk pemberian penguatan gestural. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan sendiri, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku 43
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 116-117.
33
sehingga dapat memperbaiki interaksi guru dengan siswa yang menguntungkan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan penguatan gestural dengan melakukan tepuk tangan dan acungan jempol. c) Penguatan Kegiatan Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Perlu diperhatikan di sini, bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. Contoh penguatan kegiatan: pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih, bermain, berolahraga, menjadi ketua, membantu siswa lain, mendengarkan musik atau radio, melihat TV, dan lain-lain yang menyenangkan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam melakukan penguatan kegiatan dengan memberikan tugas pada siswa sesuai pada tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. d) Penguatan Mendekati Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa, dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati siswa secara fisik dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan sentuhan. Contoh penguatan mendekati: berdiri di samping siswa, berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi, dan berjalan maju.
34
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan penguatan mendekati dengan berdiri di samping siswa dan berjalan mendekati siswa. e) Penguatan Sentuhan Erat sekali hubungannya dengan penguatan mendekati, penguatan sentuhan adalah merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikkan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan penguatan sentuhan dengan menepuk bahu siswa. f) Penguatan Tanda Bila guru menggunakan berbagai macam simbol, apakah itu benda atau tulisan yang ditujukan kepada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa, disebut sebagai penguatan tanda (token reinforcement). Penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis terhadap pekerjaan siswa, ijazah, sertifikat, tanda penghargaan dan lain-lain, yang berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan suatu benda, misalnya: bintang, piala, medali, buku, stiker, gambar, perangko, kembang gula, dan lain-lain.44 Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan penguatan tanda dengan
44
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 102-104.
35
memberi penghargaan terhadap tingkah laku atau kerja siswa berupa piala, medali dan buku. 3. Keterampilan Mengadakan Variasi Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan. Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: a) Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil. b) Memusatkan perhatian. c) Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak). d) Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik. e) Variasi gerakan badan dan mimik. f) Mengubah posisi; misalnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajaran. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan variasi gaya mengajar dengan variasi suara, memusatkan perhatian, variasi gerak badan dan mimik juga variasi mengubah posisi pada saat mengajar. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
36
a) Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat. b) Variasi alat dan bahan yang dapat didengar. c) Variasi dan bahan alat yang diraba dan dimanipulasi. d) Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan variasi media pembelajaran dengan memakai televisi dan CD pada saat mengajar. Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut: a) Variasi
dalam
pengelompokkan
peserta
didik:
klasikal,
kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan. b) Variasi tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas. c) Variasi dalam pola pengaturan guru dengan peserta didik: langsung (tatap muka), dan melalui media. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tidak tepat dalam menggunakan variasi pola interaksi. Karena, variasi guru dengan peserta didik kurang menguasai. Misal, pada saat peneliti mengamati guru yang sedang mengajar, terdapat salah satu siswa yang tidur di dalam kelas. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut: a) Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. b) Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar. c) Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi. d) Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.45
45
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 78-80.
37
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menggunakan variasi kegiatan pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran pada saat mengajar. 4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membuka dan menutup pelajaran mulai dari awal hingga akhir pelajaran. Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan pengantar atau pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan merangkum inti pelajaran pada akhir setiap penggal kegiatan. Keterampilan ini sangat penting dalam membantu siswa menemukan konsep, prinsip, dalil, hukum, atau prosedur dari inti bahasan yang telah dipelajari. Membuka pelajaran dilakukan tidak hanya pada setiap awal pelajaran tetapi pada setiap penggal awal dan akhir pelajaran atau setiap kali beralih ke hal atau topik baru. Misalnya dari penggal pengertian sholat beralih ke penggal syarat dan rukun sholat dan seterusnya. Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan: (a) menarik perhatian siswa, (b) memotivasi siswa, (c) memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja dan pembagian waktu, (d) mengaitkan antara topik yang
38
sudah dikuasai dengan topik baru, atau (e) menanggapi situasi kelas. Dalam usaha menarik perhatian dan memotivasi siswa, guru dapat menggunakan alat bantu seperti alat peraga atau surat kabar atau gambar-gambar, guru dapat menceritakan kejadian actual, guru dapat memberi contoh atau
perbandingan yang
menarik. Tetapi hendaknya diperhatikan semua cara itu harus relevan dengan isi dan indikator kompetensi hasil belajar yang akan dipelajari siswa. Guru yang memiliki improvisasi seni atau cerita lucu yang relevan akan dapat menarik perhatian dan motivasi belajar siswa, namun cerita lucu pada awal pelajaran yang tidak relevan dengan materi pelajaran serta dibuat-buat hanya menarik siswa sesaat. Dalam usaha mengaitkan antara pelajaran baru dengan materi yang sudah dikuasai siswa, guru hendaknya mengadakan apersepsi. Apersepsi merupakan mata rantai penghubung antara pengetahuan siap siswa yang telah dimiliki oleh siswa untuk digunakan sebagai batu loncatan atau titik pangkal menjelaskan halhal baru atau materi baru yang akan dipelajari siswa. Dalam membuka pelajaran guru dapat mempergunakan lebih dari satu cara sekaligus. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi dan memotivasi siswa menggunakan media pembelajaran pada saat guru mengajar. Tapi guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tidak tepat membuka pelajaran pada saat berinteraksi dengan siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan menutup pelajaran bukanlah mengucapkan salam penutup dan membaca hamdalah atau
39
do’a pada setiap selesai kegiatan pembelajaran, karena kegiatankegiatan tersebut memang sudah seharusnya dilakukan setiap mengakhiri suatu kegiatan. Akan tetapi yang dimaksud dengan keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran supaya siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi dan hasil belajar yang telah dipelajari. Menutup pelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, ingin mengetahui keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran, dan menentukan titik pangkal untuk pelajaran berikutnya. Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menutup pelajaran dengan meninjau kembali pelajaran yang telah diajarkan di awal pelajaran, efektif pada saat guru mengevaluasi atau melakukan tes untuk mencoba sejauh mana materi yang diserap oleh siswa pada saat guru meyampaikan pelajaran. Guru tepat dalam mengadakan tindak lanjut dengan memberi tugas pada siswa untuk dibahas minggu berikutnya. Dari penelitian yang telah diadakan ternyata bahwa kemajuan hasil belajar siswa meningkat paling besar jika pada akhir pelajaran diberikan suatu ringkasan pokok-pokok materi yang telah dipelajari. Seperti halnya kegiatan “membuka pelajaran” kegiatan “menutup pelajaran” juga dilakukan bukan hanya pada setiap akhir pelajaran, tetapi juga pada setiap akhir penggal atau pokok bahasan selama satu pelajaran. Beberapa usaha yang dapat dilakukan seorang guru untuk menutup pelajaran adalah merangkum atau meringkas isi pokok pelajaran, memberikan dorongan psikologis dan atau sosial kepada
40
siswa, dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru selesai.46 5. Keterampilan Menjelaskan Menjelaskan adalah Mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang optimal. Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa
komponen
yang
harus
diperhatikan.
Komponen-
komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Perencanaan Guru perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserta didik. Yang berhubungan dengan isi pesan (materi standar): tentukan garis besar materi yang akan dijelaskan, susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik dan siapkan alat peraga untuk memberikan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang akan dijelaskan. Sedangkan yang berhubungan dengan peserta didik: memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, 46
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 53-57.
41
dan pengetahuan dasar apa yang telah dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus sudah terbayang kondisi penerima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis
kelamin,
kemampuan,
latar
belakang sosial,
dan
lingkungan belajar. Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam hal penyajian pada keterampilan menjelaskan dengan menyampaikan materi yang pada segi bahasanya mudah dipahami oleh siswa. Guru juga tepat dalam memberikan penjelasan pada siswa dengan melihat kemampuan, usia dan jenis kelamin siswa tersebut. b) Penyajian Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajian ada yang perlu diperhatikan, yaitu bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, tapi dapat didengar oleh seluruh peserta didik, gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan, gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”, “mm”, “ya ya ya”, “ya toh” (hal ini perlu dilatih dan dibiasakan), bila ada istilah-istilah yang khusus atau baru, berilah definisi yang tepat dan perhatikanlah, apakah semua peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar mereka. Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik
42
perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaanpertanyaan
dan
berilah
kesempatan
untuk
mengajukan
pertanyaan. Berdasarkan balikan tersebut, guru perlu menyesuaikan penyajian pembelajaran. Misalnya mengurangi kecepatan bicara,
menambah
contoh
atau
ilustrasi,
mengadakan
pengulangan terhadap hal-hal yang penting, dan mengadakan variasi dengan teknik-teknik yang lain untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.47 Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam memberikan penjelasan berupa penyajian,yaitu bahasa yang digunakan jelas mudah dipahami siswa dan mengurangi kecepatan bicara pada saat guru menjelaskan materi kepada siswa. 6. Keterampilan Mengelola Kelas Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan guru adalah pengelolaan kelas, lebihlebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
47
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 80-83.
43
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan
memelihara
kondisi
belajar
yang
optimal
dan
mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Yang termasuk ke dalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif. Setiap guru masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa, sehingga proses interaksi edukatif dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya, memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dan anak didik, dan membuat aturan kelompok yang produktif.48
48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 144-145.
44
Komponen keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) Keterampilan
yang
berkaitan
dengan
penciptaan
dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. 1) Menunjukkan sikap tanggap, melalui sikap tanggap ini siswa merasakan bahwa “guru hadir bersama dengan mereka” dan “tahu apa yang mereka perbuat” (withiness). Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara saksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan, dan memberikan reaksi terhadap gangguan serta kekacauan siswa. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tidak tepat dalam melakukan sikap tanggap pada anak didik. Karena, guru belum begitu tanggap terhadap kekacauan pada anak didik. Bahkan pada saat guru mengajar, peneliti tidak sengaja melihat ada salah satu anak didik yang sedang tidur dalam kelas. 2) Membagi perhatian, pengelolaan kelas yang efektif ditandai dengan pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan membagi perhatian dapat dikerjakan secara visual dan verbal. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam membagi perhatian pada pengelolaan kelas. 3) Memusatkan perhatian kelompok, perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa, menuntut tanggung jawab siswa. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tidak tepat dalam memusatkan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi.
45
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. 5) Menegur, teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan, diantaranya adalah tegas, jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu dan tingkah laku yang harus dihentikan, menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung
penghinaan,
menghindari
ocehan
yang
berkepanjangan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menegur siswa yang mengganggu dan siwa yang ramai di kelas pada saat jam pelajaran berlangsung. Dengan cara, guru tersebut mendekati siswa dan memberi peringatan jelas, tegas dan tidak ada unsur penghinaan. b) Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar
guru
dapat
mengadakan
tindakan
remedial
untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.49 Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tidak tepat dalam mengkondisikan belajar siswa secara baik dan optimal. 7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut: (a) memusatkan perhatian peserta didik 49
J.J. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, hlm. 83-84.
46
pada tujuan dan topik diskusi, (b) memperluas masalah atau urunan pendapat,
(c)
meningkatkan
menganalisis partisipasi
pandangan
peserta
didik,
peserta (e)
didik,
(d)
menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, dan (f) menutup diskusi. Untuk menyukseskan jalannya diskusi kelompok kecil, terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin diskusi, sebagai berikut: 1) Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara: (a) merumuskan tujuan diskusi secara jelas, (b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, (c) menandai halhal yang tidak relevan dengan topik diskusi, (d) merangkum hasil pembicaraan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam merumuskan tujuan masalah dan merangkum masalah. 2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat melalui: (a) menguraikan kembali dan merangkum pendapat peserta didik, (b) mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok tentang pendapat setiap anggota. Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam memperjelas masalah dan merangkum pendapat peserta didik. 3) Menguraikan setiap gagasan anggota kelompok. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam menguraikan gagasan kelompok dari peserta didik. 4) Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara: (a) mengajukan pertanyaan kunci yang menantang, (b) memberi contoh secara tepat, (c) menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang
47
mengundang perbedaan pendapat, (d) memberikan waktu berpikir, (e) mendengarkan dengan penuh perhatian. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif dalam memberi contoh, dan memberi waktu berpikir peserta didik dalam diskusi. 5) Menyebarkan
kesempatan
berpartisipasi,
melalui:
(a)
memancing pendapat peserta yang kurang berpartisipasi, (b) memberikan kesempatan pertama kepada peserta yang kurang berpartisipasi, (c) mencegah terjadinya monopoli pembicaraan, (d) mendorong peserta didik untuk mengomentari pendapat temannya, (e) meminta pendapat peserta didik ketika terjadi kebuntuan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimat Rembang efektif dalam mendorong peserta didik untuk ikut berpartisipasi mengomentari pendapat temannya . 6) Menutup kegiatan diskusi, dengan cara: (a) merangkum hasil diskusi, (b) tindak lanjut, (c) menilai proses diskusi yang telah dilakukan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam menutup diskusi dengan merangkum, mengevaluasi dan mengadakan tindak lanjut. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru, agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran adalah topik yang sesuai, pembentukan kelompok secara tepat, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif.50
50
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 89-91.
48
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Q.S. Ali ‘Imran: 159
( y7Ï9öθym ôÏΒ (#θ‘ÒxΡ]ω É=ù=s)ø9$# xá‹Î=xî $ˆàsù |MΨä. öθs9uρ ( öΝßγs9 |MΖÏ9 «!$# zÏiΒ 7πyϑômu‘ $yϑÎ6sù ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã #sŒÎ*sù ( Í÷ö∆F{$# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ öΝçλm; öÏøótGó™$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù .(١٥٩ انNOP ال: رةJK) ∩⊇∈∪ t,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä†
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran: 159).51 8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan a) Rasional Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu perbuatan yang bersifat memanusiawikan pendidikan. Perbuatan ini berarti bahwa perbedaan individual siswa perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam pengajaran klasikal pada dasarnya kebutuhan masing-masing siswa tidak dapat dilayani oleh guru karena semua anak diperlakukan sama. Supaya setiap anak lebih mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, perlu direncanakan dan dilaksanakan bentuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan. b) Pengertian
51
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S. Ali ‘Imran:159, hlm. 71.
49
Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya melayani 3 – 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. c) Peranan guru Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, guru berperan sebagai: 1) Organisator kegiatan belajar-mengajar. 2) Sumber informasi bagi siswa. 3) Pendorong bagi siswa untuk belajar. 4) Orang yang mendiagnosa kesulitan siswa serta memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 5) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. 6) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti lainnya; ini berarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah atau mencari kesepakatan bersama sebagaimana siswa lain melakukannya. d) Komponen keterampilan Ada empat komponen yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan, yakni: 1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi. Prinsip yang penting dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat diciptakan dengan cara: a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa.
50
b) Memberikan respons positif terhadap pikiran siswa. c) Membangun hubungan saling mempercayai. d) Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa. e) Mendengarkan secara simpati. f) Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan. g) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’limat Rembang tepat dalam mendekati siswa dan memberi respons positif terhadap pemikiran siswa pada saat memecahkan masalah yang dihadapi. 2) Keterampilan mengorganisasi Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama pelajaran berlangsung adalah: a) Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan secara jelas. b) Memvariasikan kegiatan yang mencakup penetapan ruangan kerja, peralatan, cara kerja, aturan, dan waktu. c) Membentuk kelompok yang tepat pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa. d) Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta penggunaan materi dan sumber sehingga dapat memberikan bantuan dengan tepat.
51
e) Membagi-bagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap datang membantu siapa saja yang memerlukannya. f) Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari kegiatan. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat dalam merumuskan tujuan masalah dan menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut. 3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar Keterampilan ini diperlukan untuk membantu siswa maju
tanpa
mengalami
frustasi.
Adapun
beberapa
keterampilan yang menunjang adalah: a) Memberikan penguatan b) Mengembangkan supervisi proses lanjut, dikerjakan setelah kegiatan berjalan lama, dan sifatnya selektif. Interaksi yang muncul dapat berupa memberikan bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi, dan sebagai katalisator. c) Mengadakan supervisi pemaduan, dikerjakan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat dicapai
dalam
rangka
menyiapkan
pelaksanaan
rangkuman, dan pemantapan. Pada akhirnya siswa dapat saling belajar serta memperoleh wawasan yang menyeluruh tentang kegiatan tersebut. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’limat Rembang tepat dalam membimbing dan memudahkan
52
belajar siswa dengan cara memberi penguatan dan memotivasi siswa untuk memimpin diskusi. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan yang cukup kompleks dan memerlukan penguasaan keterampilanketerampilan
sebelumnya,
yakni
keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, dan membimbing diskusi kelompok kecil.
Keberhasilannya
sangat
ditentukan
oleh
pengetahuan, kemampuan, kreativitas, serta hubungan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.52
52
J.J. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, hlm. 77-80.
53
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif. Alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah didasarkan pada rumusan masalah pada penelitian ini. Rumusan masalahnya yaitu Bagaimana Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara menjelaskan atau menjabarkan Bagaimana Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian tepatnya di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang Jl. Pahlawan 43 Rembang. Dasar pertimbangannya sebagai berikut: a.
Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh kendaraan umum dan keadaan sekolah yang menarik.
b.
Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, dan semua pihak sekolah yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian.
c.
Suasana sekolah yang nyaman, tertib, dan rapi, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan selama satu bulan atau 30 hari dengan surat rekomendasi dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Sedangkan
54
pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data mulai tanggal 1 sampai 30 Oktober 2011 yaitu kepada guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. C. Sumber Penelitian Sebelum menjelaskan sumber penelitian atau sumber data perlu dijelaskan lokasi yang menjadi obyek pada penelitian ini. Obyek pada penelitian ini adalah kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang ini di dalamnya terdapat 4 guru mata pelajaran PAI, yaitu guru Al- Qur’an Hadits, guru Aqidah Akhlak, guru Fiqih dan guru SKI. Sumber penelitian atau sumber data pada penelitian ini adalah penelitian lapangan, dan sumber data yang peneliti gunakan adalah metode observasi sebagai data utama atau data primernya dan dokumentasi sebagai data pendukung atau data sekundernya, maka sumber datanya bisa berupa benda atau proses sesuatu. Misal, peneliti mengamati bagaimana kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar, sumber datanya adalah guru, sedangkan objek penelitiannya adalah kemampuan guru tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar. Selain itu peneliti juga membutuhkan data guru atau dokumentasi, khususnya guru rumpun PAI sebagai pendukung untuk melengkapi data utama atau observasi. Agar penelitian yang dilakukan peneliti hasilnya lebih lengkap dan sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. D. Fokus Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pada penelitian ini akan difokuskan pada studi deskriptif tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.
55
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini atau teknik pengumpulan data pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data
yang
memenuhi
standar
data
yang
ditetapkan.1
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkan dan kadang-kadang sulit. Kadang-kadang dari jauh ke suatu sekolah, kantor, atau tempat, disambut dengan dingin, bahkan kadang-kadang raut wajah yang kecut merupakan suatu ujian mental yang tidak ringan, yang dapat membawa berat keputusan dan kegagalan dalam penelitian. Maka mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti.2 Dalam teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket) dan dokumentasi.3 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini peneliti menggunakan dua metode, yaitu: 1. Metode Wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang mengajukan jawaban atas pertanyaan itu. Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, misal data mengenai asal-usul sekolah dan apa yang ada di dalamnya, selain itu juga untuk memperoleh data guru khususnya
1
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 62.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 223. 3
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 62-63.
56
guru rumpun mata pelajaran PAI, karyawan dan peserta didik yang ada lingkup MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. 2. Metode observasi. Observasi sama halnya dengan mengamati adalah menatap kejadian gerak atau proses.4 Dalam arti, peneliti mengamati kejadian atau gerak yang terjadi pada guru baik di dalam maupun di luar kelas pada saat guru tersebut sedang mengajar. Peneliti menggunakan metode observasi tersebut guna untuk memperoleh data pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. 3. Metode dokumentasi. Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.5 Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, misal untuk memperoleh data mengenai asal-usul sekolah dan apa yang ada di dalamnya, selain itu juga untuk memperoleh data guru khususnya guru rumpun mata pelajaran PAI, karyawan dan peserta didik yang ada lingkup MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. F. Teknik Analisis Data Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 230.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 231.
57
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others” Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.6 Teknik analisis data pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi. Dalam analisis data kualitatif terdapat pula langkah-langkah di dalamnya, yaitu: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan,
memilah-milah,
mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. 3. Berpikir dengan jelas dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umun.7
6
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 88.
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 248.
58
Dalam analisis data juga terdapat triangulasi. Yaitu, sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara , dan berbagai waktu. Triangulasi ada tiga, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.8 Triangulasi digunakan untuk pengecekan keabsahan data dengan melalui sumber, teknik pengumpulan data dan waktu. Setelah peneliti mendapatkan data dari observasi atau pengamatan dan data dokumentasi yang peneliti lakukan pada saat penelitian, kemudian peneliti melakukan teknik analisis data dengan cara mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil data observasi dan dokumentasi tersebut.
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 372.
59
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang 1. Tinjauan Historis Sampai tahun 1968 di kota Rembang baru ada sebuah madrasah diniyah yaitu Madrasah Diniyah An Nawawiyah (Ibtidaiyah) di Desa Tasik Agung Rembang.1 Madrasah ini telah berjasa ikut mempersiapkan para Ulama Muda di kota Rembang. Oleh Pimpinan GP Ansor Kabupaten Rembang (periode 1968-1970) keadaan tersebut dirasakan masih kurang, mengingat di kota Rembang sebagai ibu kota Kabupaten II: a. Belum ada madrasah tingkat menengah (Tsanawiyah dan Aliyah) yang representatif sesuai dengan perkembangan zaman. b. Belum ada madrasah dengan kurikulum yang memenuhi tuntutan zaman. c. Belum ada pihak lain yang berkompeten yang mengupayakan pendidikan madrasah untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Maka Pimpinan Cabang GP Ansor Rembang waktu itu mengadakan pertemuan dengan mengundang para Kiyai/Ulama kota Rembang dan para aktifis Pemuda Ansor dengan acara “ Manaqiban” (Upacara pembacaan manaqib Asy Syeh Abdul Qodir Jaelani), dan dilanjutkan sarasehan membicarakan masalah pendidikan Islam di kota Rembang. Pertemuan ini diselenggarakan di rumah Sdr. A. Siradj Hasan, Jl. Sudirman no 31 Rembang (sekarang 37). Pertemuan tersebut menghasilkan satu kesepakatan akan
1
Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Sejarah Berdirinya Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011
60
mendirikan madrasah. Maka dibentuklah pada saat itu pula Panitia Pendiri, dengan susunan sebagai berikut: Ketua
: Amiruddin, BA
Wakil Ketua
: KH. Cholil Bisri
Sekretaris
: Roestanam
Bendahara
: Karyadi
Pembantu Umum
: A. Siradj Hasan H. Masmuk Zuhdi Ahmad Kamil H. Mansur Chafidz Busyairi Asyhari
Adapun nama dan jenjang madrasah yang akan didirikan itu belum diputuskan dan akan dimusyawarahkan pada pertemuan berikutnya. Pada musyawarah berikutnya yang dihadiri oleh semua yang hadir waktu pertemuan pertama berhasil diputuskan nama madrasah yang akan didirikan yaitu “Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang” dengan jenjang Pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah (SLTP dan SLTA). Sedang kurikulumnya menggunakan kurikulum PGAP dan PGA plus kurikulum intern, yaitu: 1. Qiro’atul Qur’an dengan tajwidnya 2. Nahwu dan shorof 3. Aswaja (ahlus sunnah wal jama’ah). Sistem dan metode pendidikan dan pengajarannya menggunakan sistem dan metode campuran antara metode & sistem Madrasah (modern) dan pondok pesantren (salaf). Dengan metode campuran ini diharapkan dapat menghasilkan kader-kader bangsa dan agama yang mempunyai kepribadian salaf dan mempunyai wawasan yang luas dan modern. Madrasah yang hendak diselenggarakan ini dimaksudkan juga sebagai lembaga yang mempersiapkan
61
dan mencetak da’i-da’i yang memang dirasa masih kurang, terutama untuk membina desa-desa yang dulunya menjadi menjadi basis PKI dan desa-desa yang minus agama. Langkah pertama untuk mendapatkan murid dan menarik masyarakat agar mau menyekolahkan putra-putranya di Madrasah ini, masingmasing anggota Panitia mencari calon murid dengan menjanjikan bebas SPP (biaya) dan bahkan diberi alat tulis secara cuma-cuma/gratis. Alhamdulillah cara seperti ini berhasil mendapatkan siswa sebanyak 49 siswa. Gebrakan pertama ini ternyata mendapat tanggapan positif dari masyarakat, terbukti tahun ajaran ke dua pemasukan siswa bertambah banyak yaitu sejumlah 63 siswa baru dan bahkan dari pihak wali murid menuntut agar madrasah mau menetapkan dan menarik SPP dari wali murid. Demikianlah sejarah ringkas berdiri/perkembangan Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat Rembang, sebagai sebuah Madrasah Tsanawiyah/Aliyah/Aliyah Swasta yang menggunakan Kurikulum Negara Plus, yang pertama-tama ada dalam weilayahKabupaten Dati II Rembang.2 2. Letak Geografis Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat Rembang didirikan di atas tanah seluas ±12.000 M² dan terletak di jalan Pahlawan No 43 Desa Kabongan Kidul Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Adapun batas-batas wilayahnya: Sebelah Utara : Jalan menuju sekolahan MAN Rembang Sebelah Timur : Halaman belakang Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang 2
Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Sejarah Berdirinya Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
62
Sebelah Selatan : Makam Pahlawan Sebelah Barat
: Rumah Penduduk Kabongan Kidul
Dilihat dari letak geografis Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang sangat dekat dekat dengan pemukiman penduduk, tapi untuk menuju ke lokasi Madrasah Mu’alimin Mu’alimat tersebut memang tidak ada kendaraan umum seperti bis untuk menuju ke lokasi tersebut. Jadi baik guru, karyawan maupun siswa ada yang naik motor dan ada juga yang jalan kaki, karena mondok di pondok pesantren.3 3. Visi dan Misi Visi Madrasah: Disiplin, Berkualitas dan Berakhlaqul Karimah Misi Madrasah: a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan inovatif b. Meningkatkan Kemampuan Akademis Guru c. Meningkatkan pembinaan Kader Pemimpin yang handal d. Meningkatkan manusia yang beriman, berilmu dan beramal sholeh e. Membina Lingkungan Masyarakat untuk meningkatkan kepeduliannya pada Pendidikan.4 4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik Usaha belajar mengajar tidak akan terwujud apabila hanya terdiri dari peserta didik saja, untuk bisa terwujud harus ada yang mengajar, namun juga kurang baik dalam pengelolaan administrasi tanpa dibantu oleh karyawan atau tenaga administrasi. Karena yang peneliti teliti pada skripsi ini adalah guru, karyawan dan peserta didik Madrasah Tsanawiyah dan bukan Madrasah 3
Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Letak Geografis Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat
Rembang, tgl 18 Oktober 2011. 4
Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
63
Aliyah, maka dari itu peneliti hanya mencantumkan keadaan dari guru, karyawan dan peserta didik MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.5 a. Keadaan Guru NAMA
NO
Status Ijazah
Jurusan
Akta IV
GT
S1
PAI
-
H.M. Taslim, S Ag
GTT
S1
Akhwal Syahsiyah
Akta IV
3
Muchtar Lutfi, S Ag
GTT
S1
Ekonomi
Akta IV
4
Noor Reihanah Zulfa, S
GTT
S1
PAI
Akta IV
1
H. Suyono
2
Ag 5
K. Imam Sofwan
GTT
PGA
-
-
6
Suseno Adi, S Pd
GTT
S1
Matematika
Akta IV
7
Eka Meilia, S Pd
GTT
S1
Bhs Inggris
Akta IV
8
Sukardi
GT
MA
-
-
9
Drs. Sugeng Purwanto
PNS
S1
PAI
Akta IV
10
Ir. Suijah
GTT
S1
Peternakan
Akta IV
11
Ahmad Fauzi
GT
MA
-
-
12
Ahmad Hufron, SHI
GTT
S1
Akhwal Syahsiyah
-
13
Sri
PNS
S1
Matematika
Akta IV
Wigati
Noezoel
Alfiah, S Pd 14
Zakaria Al Ansori
GTT
D2
Bhs Arab
-
15
M. Hardi Sugi Suyatno, CPNS
S1
Bhs Indonesia
Akta IV
GTT
S1
PPKN
Akta IV
S Pd Siti Patimah Wigati, S
16
Pd 17
Sudiono
GTT
MA
-
-
18
Sakroni
GTT
S1
POR
Akta IV
5
Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik
Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
64
19
Maya Kartikasari, S Pd
GTT
S1
Fisika
Akta IV
20
Mochamad Ribkhan, S
GT
S1
Bhs Arab
Akta IV
Ag 21
Indah Oktadiana, S Pd
GTT
S1
Bhs Inggris
Akta IV
22
Moch. Sholechan, S Pd
GTT
S1
Penjaskes
Akta IV
b. Keadaan Peserta didik JUMLAH SISWA KELAS
Keterangan
2008/2009
2009/2010
2010/2011
VII
119
115
92
VIII
109
110
109
IX
123
141
109
JUMLAH
393
366
310
c. Keadaan Karyawan NO
NAMA
JABATAN
IJAZAH
1
Zumairoh
Ka TU
MA
2
Siti Rosyidah
Bendahara
MA
3
Subandi
Agendaris
MA
4
Abdul Hamid
Kesiswaan
MA
5
Lasmini
Staf Tata Usaha
MA
6
Supandoli
Staf Tata Usaha
MA
5. Sarana dan Prasarana a. Tanah 1. Status Tanah
: Milik Lembaga
65
Keterangan
2. Surat Kepemilikan tanah : Sertifikat / Akte No 772 3. Luas tanah
: ±12.000 M²
b. Bangunan 1. Ruang Kelas
: 756 m²
2. Ruang Media
: 63 m²
3. Ruang Kantor
: 42 m²
4. Ruang Kepala
: 42 m²
5. Ruang Tata Usaha
: 63 m²
6. Ruang BP
: 32 m²
7. Ruang OSIS
: 35 m²
8. Ruang Pramuka
: 35 m²
9. Ruang UKS
: 32 m²
10. Ruang Ibadah
: 64 m²
11. Ruang Gudang
: 21 m²
12. Ruang Komputer
: 21 m²
13. Ruang Lab. Bahasa
:
14. Ruang Keterampilan
: 63 m²
15. Ruang / Tempat Bermain:
- m²
- m²
16. Ruang Jamban
: 52 m²
17. Ruang Sirkulasi
:
18. Ruang Ganti Pakaian
: 42 m²
19. Ruang Guru
: 96 m²
20. Tempat Parkir
: 172 m²
21. Rumah Penjaga
: 70 m²
22. Kantin
: 21 m²
23. Kamar Mandi/WC
: 52 m²
24. Perpustakaan
: 105 m²
25. Laborat IPA
: 84 m²
26. Laborat Komputer
: 63 m²
- m²
66
: 32 m² 6
27. Koperasi
B. Analisis Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang Pendidikan perkembangan
diselenggarakan seiring
dengan
dari
waktu
perkembangan
ke
waktu
zaman.
mengalami Pertumbuhan
masyarakat yang semakin cepat menuntut pendidikan untuk selalu melakukan inovasi agar tidak tertinggal dengan kemajuan tersebut. Problem masyarakat yang semakin kompleks, menuntut para praktisi pendidikan mencari format yang tepat dalam penyelenggaraan pendidikan di lembaga sekolah. Era desentralisasi pendidikan dan pembelajaran mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan pembelajaran. Sehingga untuk menyikapi pembelajaran tersebut, para pelaksana pendidik harus mengadakan perubahan pada pembelajaran peserta didik. Seperti halnya yang terjadi di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Pada kenyataannya bahwa Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, sebagai sekolah agama yang senantiasa mendapat tempat dalam kebijaksanaan pada lingkungan Kemenag. Dengan demikian pembelajaran diterapkan di lembaga tersebut dalam pelaksanaannya harus berorientasi pada kebutuhan peserta didik dalam menghadapi tantangan zaman. Untuk melakukan perubahan pada pembelajaran peserta didik, di dalamnya tidak terlepas dari peran seorang guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam untuk membantu melaksanakan perubahan pada pembelajaran tersebut. Karena, guru sangat berperan untuk mengembangkan minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam pembelajaran atau dalam proses belajar-mengajar guru juga dituntut mampu 6
Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Sarana & Prasarana Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
67
berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut, agar peserta didik juga ikut aktif dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dan tidak merasa jenuh atau bosan pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Seorang guru juga bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, seorang guru juga sekaligus mentransfer nilai-nilai diantaranya yang terpenting adalah nilai-nilai ajaran Islam. Walaupun sebenarnya tugas untuk membentuk pribadi peserta didik menjadi pribadi yang luhur, berakhlak mulia, memiliki nilai-nilai yang diharapkan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab semua guru, namun guru PAI lah yang berperan lebih aktif untuk membentuk pribadi peserta didik yang luhur dan berakhlak mulia. Sesuai dengan namanya, guru Pendidikan Agama Islam, maka sepantasnya guru PAI menjadi guru yang mampu memberikan keteladanan-keteladanan yang baik, sesuai yang di ajarkan agama Islam, sehingga dari keteladanan inilah akan memperlihatkan kewibawaan-kewibawaan yang luhur dan mulia yang dapat diteladani oleh peserta didik. Tetapi sebaliknya, jika guru PAI sebagai pembentuk peserta didik yang bertakwa, berakhlak mulia dan santun, tetapi guru itu sendiri tidak memiliki kriteria yang harus ada sesuai dengan gelarnya yaitu guru Pendidikan Agama Islam. Untuk membuat peserta didik agar tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran, maka guru dituntut mampu bersikap aktif, kreatif dan inovatif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Agar suasana belajar menjadi menyenangkan. Sesuai dengan judul skripsi peneliti, yang mana judul tersebut adalah membahas tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Oleh sebab itu, agar tercipta pembelajaran yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, maka seorang guru dituntut untuk bisa menerapkan 8 keterampilan mengajar guru yang sudah dijelaskan pada bab dua.
68
Di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, jumlah guru PAI yang ada di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tersebut ada empat guru rumpun PAI.Yaitu, ada guru mata pelajaran Fiqih, Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam. Di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah ada mengenai 8 keterampilan mengajar bagi guru. Agar peneliti bisa mengamati dan mengetahui apakah guru tersebut sudah menerapkan 8 keterampilan tersebut atau belum dan peneliti juga dapat mengamati bagaimana cara guru menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut. Maka dari itu peneliti mengadakan penelitian di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, dengan cara mengamati guru tersebut dalam mengajar, khususnya guru rumpun mata pelajaran PAI. Dengan adanya 8 keterampilan mengajar tersebut, diharapkan guru mampu untuk menerapkannya. Guru yang sudah mampu menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut, berarti guru tersebut sudah berhasil menciptakan peserta didik dan suasana kelas yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Jadi, peserta didik tidak merasa jenuh dan mengantuk pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Dan peserta didik akan bersemangat belajarnya, yang pada akhirnya akan mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan sesuai dengan yang diharapkan. Tapi, apabila guru tersebut belum bisa atau belum mampu untuk menerapkan 8 keterampilan tersebut, berarti sebaliknya guru tersebut belum berhasil menciptakan peserta didik dan suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Selain guru menerapkan tentang 8 keterampilan tersebut, di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang guru juga menerapkan suatu kegiatan yang bisa disebut dengan kegiatan beramal. Di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, setiap pagi hari peserta didik diminta untuk iuran sumbangan seikhlasnya, kadang ada yang menyumbang seribu, dua ribu, bahkan ada yang lima ribu. Hal tersebut dapat mengajarkan atau menjadikan peserta didik menjadi anak yang luhur, berbudi pekerti yang baik dan berakhlak mulia.
69
Guru- guru di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, gurunya baik-baik dan juga ramah-ramah. Pada saat guru menyampaikan materi pada peserta didik, materi yang disampaikan sudah sesuai dengan bidang guru masing-masing. Jadi guru tersebut tidak kesulitan untuk menyampaikan materi pada peserta didik dan peserta didik juga dapat menerima materi yang disampaikan guru. Apalagi ditambah dengan penerapan 8 keterampilan mengajar guru, yang akan membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar. Bagaimana cara mengetahui kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang?. Untuk mengetahuinya, dapat dilihat dari beberapa penjelasan atau analisis dari peneliti mengenai pengertian 8 keterampilan mengajar guru beserta kemampuan dari beberapa guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut, antara lain sebagai berikut: 1. Keterampilan bertanya adalah sebuah keterampilan atau kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai seorang guru. Untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran, yaitu dengan cara menumbuhkan sifat keberanian pada peserta didik dalam menjawab pertanyaan dari guru. Guru dalam mengajukan pertanyaan juga harus jelas, tidak berbelit-belit dan pertanyaan tersebut dapat dipahami oleh peserta didik. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah mampu menerapkan keterampilan bertanya dengan prosentase mencapai 84,4%. Guru Qur’an Hadits 80%, dapat dilihat guru tersebut dalam menerapkan keterampilan bertanya pada kejelasan dan kaitan pertanyaan dan kecepatan, selang waktu. Guru Fikih 84%, dapat dilihat dari penyebaran pertanyaan dan penguatan. Guru SKI 75%, dapat dilihat dari menuntun peserta didik dalam mencari jawaban dan pindah gilir pertanyaan.
70
Hal tersebut dilakukan dengan cara memberi pertanyaan yang jelas pada peserta didik, dan sesuai dengan materi yang disampaikan. Kemudian guru memberi waktu kepada peserta didik untuk berpikir agar menemukan jawaban, guru juga menuntun peserta didik untuk mendapatkan jawaban yang
benar.
Setelah
mendapatkan
jawabannya,
kemudian
guru
mengajukan pertanyaan berikutnya pada peserta didik yang lain secara bergiliran. 2. Keterampilan memberi penguatan adalah keterampilan yang dilakukan guru dengan cara merespon kembali, memberi pujian atau hadiah kepada peserta didik yang berprestasi dan melakukan hal-hal yang positif. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat sudah menerapkan keterampilan memberi penguatan dengan prosentase 75%. Guru Qur’an Hadits 70%, dapat dilihat dari penguatan verbalnya, misal:berupa katakata baik, bagus dan benar. Guru Fikih 75%, dapat dilihat dari penguatan gesturalnya, misal tepuk tangan dan acungan jempol. Guru SKI 65%, dapat dilihat dari penguatan mendekati peserta didik tersebut. Guru melakukan penguatan dengan cara memberi pertanyaan kepada peserta didik, kemudian peserta didik berhasil menjawab pertanyaan itu dengan benar. Pada saat itu guru memberikan penguatan berupa acungan jempol dan tepuk tangan pada peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. 3. Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampilan yang dimiliki guru untuk mengatasi kejenuhan peserta didik pada saat menerima pelajaran. Misalnya, variasi dalam gaya mengajar guru tersebut harus berbeda-beda dan tidak boleh monoton. Kemudian variasi dalam berinteraksi kepada peserta didik dan variasi pada media pembelajaran. Dalam keterampilan variasi ini, guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang mendapatkan prosentase 68,8%, karena belum semua menerapkan keterampilan mengadakan variasi. Guru Qur’an Hadits 65%, dapat dilihat
71
dari variasi dalam gaya mengajar. Guru Fikih 68%, dapat dilihat dari variasi interaksi dengan peserta didik. Guru SKI 60%, dapat dilihat dari variasi media pembelajaran. Pada keterampilan variasi menggunakan media pembelajaran, ada guru yang menggunakan media belajar dan ada juga yang tidak menggunakan media belajar. Selain media belajar, guru juga kurang mampu melakukan variasi dalam interaksi pada peserta didik. Sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dalam menerima pelajaran, bahkan ada peserta didik yang tertidur dalam kelas. 4. Membuka dan menutup pelajaran adalah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan guru pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran. Dalam membuka pelajaran dapat dilakukan dengan cara guru
memberikan
motivasi, penjelasan pada materi dan perhatian kepada peserta didik. Sedangkan menutup pelajaran, guru memberikan kesimpulan dan evaluasi terhadap materi yang telah disampaikan pada peserta didik. Dalam membuka pelajaran guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah menerapkan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dengan prosentase 83,3%. Guru Qur’an Hadits 80%, dapat dilihat dari melakukan apersepsi pada saat membuka pelajaran dan menutup pelajaran dengan meninjau kembali, evaluasi dan tindak lanjut. Guru Fikih 83%, dapat dilihat dari membuka pelajaran dan menutup pelajaran. Guru SKI 75%, dapat dilihat dari membuka dan menutup pelajaran. Guru membuka pelajaran melalui memberikan motivasi pada peserta didik dengan mengadakan apersepsi. Yaitu, guru mengulas sedikit mata pelajaran yang dipelajari minggu lalu dan mengaitkan pelajaran minggu lalu dengan pelajaran yang akan dipelajari hari ini. Selain itu guru juga memberi motivasi pada peserta didik dengan cara memutarkan film bersejarah pada saat mata pelajaran SKI. Hingga pada akhir pelajaran, guru menutup pelajaran dengan merangkum materi pelajaran yang
72
disampaikan, kemudian guru melakukan evaluasi dan tindak lanjut dengan memberikan tugas pada peserta didik untuk dibahas minggu depan. 5. Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan yang dimiliki guru dalam menjelaskan materi ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Guru dalam menyampaikan materi ajar harus jelas mimik, intonasi suara dan gerak-geriknya, agar peserta didik dapat memahami materi ajar yang disampaikan oleh guru tersebut. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah menerapkan keterampilan menjelaskan dengan prosentase 75%. Guru Qur’an Hadits 70%, dapat dilihat dari hal perencanaan pada materi. Guru Fikih 75%, dapat dilihat dari penyajiannya dalam bahasa yang jelas dan dapat dipahami. Guru SKI 65%, dapat dilihat dari perencanaannya pada materi dan peserta didik. Pada saat menyampaikan materi pelajaran, guru tersebut sudah menyampaikannya dengan jelas, lancar, tidak berbelit-belit dan materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga meteri yang disampaikan guru dapat dipahami oleh peserta didik. 6. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam mengelola kelas. Dalam pengelolaan kelas, guru harus dapat membuat suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, agar peserta didik dalam kelas juga merasa nyaman pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan pembelajaran dalam kelas juga dapat kondusif. Pada keterampilan mengelola kelas, guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang mendapatkan prosentase 62,5%, karena belum begitu mampu menerapkan keterampilan tersebut. Pada saat guru mengajar, guru tersebut kurang begitu tanggap terhadap keadaan peserta didiknya. Guru Qur’an Hadits 60%, dapat dilihat pada saat mengelola kelas dan peserta didik. Guru Fikih 62%, dapat dilihat dari mengkondisikan kelas. Guru SKI 55%, dapat dilihat dari menegur peserta didik yang nakal. Pada saat peneliti mengamati guru mengajar, peneliti mengetahui ternyata ada peserta didik
73
yang tidur dalam kelas, mungkin karena peserta didik tersebut merasa jenuh dengan materi yang disampaikan oleh guru. Keterampilan mengelola kelas di sini hampir sama dengan keterampilan mengadakan variasi. Yaitu, sama-sama bertujuan mengkondisikan kelas dan peserta didik pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Agar peserta didik merasa nyaman dan tidak jenuh pada saat menerima pelajaran. 7. Membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu proses interaksi yang dilakukan guru pada peserta didik dengan cara mengadakan diskusi. Bertujuan agar peserta didik dapat belajar untuk mengungkapkan pendapat yang dimiliki dan juga belajar untuk dapat memecahkan masalah. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat sudah mampu menerapkan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dengan prosentase 95%. Guru Qur’an Hadits 90%, dapat dilihat dari merumuskan masalah dan memperjelas masalah. Guru Fikih 95%, dapat dilihat dari membimbing diskusi dan meningkatkan urunan pendapat peserta didik. Guru SKI 85%, dapat dilihat dari guru membimbing diskusi dan urunan pendapat peserta didik. Guru melakukan kegiatan diskusi, pertama dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Kemudian tiap kelompok diberi satu pertanyaan yang dituliskan di papan tulis untuk didiskusikan dan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Setelah menemukan jawabannya, kemudian peserta didik diminta guru untuk mengisi jawaban dari pertanyaan di papan tulis secara bergantian sesuai dengan pembagian kelompoknya masing-masing. Pada akhir diskusi, guru merangkum hasil diskusi dan menjelaskan sedikit inti dari hasil diskusi tersebut. 8. Keterampilan
mengajar
kelompok
kecil
dan
perorangan
adalah
keterampilan ini merupakan keterampilan yang dimiliki guru dalam hubungan atau interaksi antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Pada keterampilan ini guru hanya
74
mengajar 3-8 peserta didik untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Dalam keterampilan ini, guru di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah menerapkan mengajar kelompok kecil dan perorangan dengan prosentase 75%. Guru Qur’an Hadits 70%, dapat dilihat dari memberikan tugas. Guru Fikih 75%, dapat dilihat dari membagi kelompok. Guru SKI 65%, dapat dilihat dari mengajar peserta didik. Guru menerapkannya dengan cara memberikan tugas pada peserta didik. Dari pemberian tugas tersebut dapat membantu hubungan yang akrab antara guru dan peserta didik, juga akan memotivasi peserta didik untuk belajar. Mengerjakan tugas sama artinya dengan mencari jawaban atau memecahkan masalah. Dalam hal tersebut, guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang juga ikut menyumbangkan pendapatnya untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya, dan memudahkan peserta didik dalam belajar. Dengan melihat paparan di atas, maka madrasah harus benar-benar berusaha menjadikan peserta didiknya sebagai manusia yang berilmu pengetahuan dan beriman bertakwa, serta mampu memahami, menguasai ilmu pengetahuan di kelas dan mampu mempraktekannya dalam lapangan masyarakat. Demikian juga bagi seorang guru khususnya guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, juga harus mampu menguasai dan menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Agar dapat bermanfaat bagi peserta didik supaya aktif, rajin dan disiplin dalam menerima pelajaran, dan bagi gurunya dalam menyampaikan pelajaran pada peserta didik. Jadi berdasarkan analisis di atas, guru rumpun mata pelajaran PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah cukup mampu menerapkan 8 keterampilan mengajar guru dengan rincian di atas. Maka dengan diterapkannya 8 keterampilan mengajar di atas, diharapkan baik dari pihak sekolah dan guru khususnya guru rumpun PAI benar-benar dapat menguasai dan menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut dengan baik dan benar.
75
Sehingga dapat membantu peserta didik dalam menerima dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat membuat peserta didik agar selalu aktif, rajin dan disiplin dalam belajar. Pada akhirnya, baik dari pihak sekolah, guru dan peserta didik akan mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan sesuai dengan yang diharapkan.
76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari penelitian mengenai bagaimana kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar sudah cukup mampu menerapkan 8 keterampilan mengajar guru dengan rincian 84,4% untuk kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya, 75% keterampilan memberi penguatan, 68,8% keterampilan mengadakan variasi, 83,3% keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 75% keterampilan menjelaskan, 62,5% keterampilan mengelola kelas, 95% keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan 75% untuk keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. B. Saran-saran 1. Kepala Sekolah Kepada Kepala Sekolah Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang, untuk lebih memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana perkembangan dan keadaan yang ada di sekolah, keadaan guru, karyawan dan peserta didik. Kepala Sekolah juga memberi masukan khususnya pada guru agar guru tersebut lebih aktif dan memperhatikan kondisi peserta didik pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. 2. Guru Guru hendaknya lebih meningkatkan profesionalisme sebagai pengajar, khususnya pada kemampuan seorang guru terhadap menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Agar peserta didik ikut aktif dalam proses pembelajaran dan peserta didik tidak merasa bosan pada saat menerima pelajaran.
77
3. Peserta Didik Peserta didik hendaknya selalu aktif, disiplin dan rajin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga dapat menerima dan memahami dengan baik materi yang disampaikan oleh bapak dan ibu guru. 4. Sekolah Agar pelaksanaan proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus didukung oleh para guru yang profesional dan dapat menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Dengan dilengkapi sarana dan prasarana pengajaran yang memadai dan ditetapkan peraturan-peraturan yang harus dipenuhi oleh semua guru, peserta didik maupun karyawan sekolah sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan secara baik dan lancar.
78
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002. Asfandiyar, Andi Yudha, Kenapa Guru Harus Kreatif, Bandung, Mizan, 2009. Dahlan, Al Barry M, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994. Danim, Sudarman, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2010. Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S. Ali ‘Imran: 164, Bandung: Jumanatul ‘Ali-Art, 2005. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Earl, V. Pollias and James D. Young, Teacher Many Thing, USA: Fawself, 1998. Fathoni, Muhammad Kholid, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta: t.p., 2005. Hamzah B. Uno, Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hasibuan, J.J dkk., Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Jamal, Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Jogjakarta: Diva Press, 2010. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Rosdakarya, 2007.
Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Mariyana, Rita, dkk., Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Muhammad, Syuaiban, Undang-Undang Guru dan Dosen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003. Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Murni, Wahid dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Naquib, Muhammad Syed The Concept of Education in Islam, Kuala Lumpur Malaisiya: Art Printing Works, 1931. Nurdin, Muhamad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, ttp: t.p., 2008. Purjatifis, “Keterampilan Dasar Mengajar”, dalam http://www. blogspot. com/, diakses 26 Oktober 2011. Rimba, Wardono Jaka, “Keteladanan Guru PAI”, dalam http:// blogspot. Com/2011/06. html, diakses 26 Oktober 2011. Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2009. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010. Soetjipto, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Thoha, Chabib, PBM-PAI di Sekolah, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998. Usman, Moh. Uzer, , Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Wong, Harry K. dan Rosemary T. Wong, Menjadi Guru Efektif The First Days of School, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Yamin, Martinis Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a RPP Siklus I Lampiran 1b RPP Siklus II Lampiran 2a Lembar Evaluasi Siswa Siklus I Lampiran 2b Lembar Evaluasi Siswa Siklus II Lampiran 3
Pedoman Format Lembar Observasi Siswa
Lampiran 4a Tabel Hasil Test Siklus I Lampiran 4b Tabel Hasil Test Siklus II Lampiran 5
Tabel Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
Instrument Observasi 8 Keterampilan Mengajar Guru
A. Keterampilan Bertanya Komponen – komponen keterampilan
No.
Ya
Tidak
Komentar (tepat, tidak tepat, efektif, tidak ada respon)
1.
Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Ya
Tepat
2.
Kecepatan dan selang waktu (pause) Arah dan distribusi (penyebaran) Teknik penguatan Teknik menuntun (promting) Teknik menggali (prabing question) Pemusatan (focussing)
Ya
Tepat
3. 4. 5. 6. 7.
Efektif Ya Tepat Tepat
Ya Ya
Tepat Ya Efektif Ya
8.
Pindah gilir (rederecting)
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Efektif Ya
Tidak ada respons: 1 Prosentase:
× 100% =
× 100% = 84,4%
B. Keterampilan Memberi Penguatan Komponen – komponen keterampilan
No.
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
1 1. 2. 3.
Penguatan verbal Penguatan gestural Penguatan kegiatan
Ya Ya Ya
Tepat Tepat Tepat
4. 5. 6.
Penguatan mendekati Penguatan sentuhan Penguatan tanda
Ya Ya Ya
Tepat Tepat Tepat
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100% =
× 100% = 75%
C. Keterampilan Mengadakan Variasi Komponen – komponen keterampilan
No. 1. 2.
3. 4.
Variasi dalam gaya mengajar Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar Variasi dalam pola interaksi Variasi dalam kegiatan pembelajaran
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
Ya
Tepat
Ya
Tepat
Ya
Tidak tepat
Ya
Tepat
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100% =
× 100% = 68,8%
D. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Komponen – komponen keterampilan
No.
1. 2. 3. 4.
5.
1. 2.
Membuka Pelajaran: Menarik perhatian siswa Memotivasi siswa Memberi acuan Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru Menanggapi situasi kelas
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
Ya Ya Ya Ya
Tepat Tepat Tepat Tepat
Ya
Tidak tepat
Menutup pelajaran: Meninjau kembali
Ya
Tepat
Mengevaluasi
Ya
Efektif
Tindak lanjut
Ya
Tepat
3.
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100% =
× 100% = 83,3%
E.
Keterampilan Menjelaskan Komponen – komponen keterampilan
No. 1. 2.
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
Ya Ya
Perencanaan Penyajian
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100% = × 100% = 75%
Tepat Tepat
F.
Keterampilan Mengelola Kelas
No.
Komponen – komponen keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal: 1. 2.
3.
Menunjukkan sikap tanggap Membagi perhatian pengelolaan kelas
Ya
Tidak tepat
Ya
Tepat
Memusatkan perhatian kelompok atau perhatian dari siswa tersebut
Ya
Tidak tepat
Memberikan petunjukpetunjuk yang jelas
Ya
Tepat
Menegur siswa
Ya
Tepat
4.
5.
Pengembalian kondisi belajar yang optimal: 1.
Respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
Tidak tepat
:2
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100% =
× 100% = 62,5%
G.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Komponen – komponen keterampilan
No. 1.
2. 3. 4.
5.
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan topik diskusi Memperluas masalah atau urunan pendapat Menganalisis pandangan peserta didik Meningkatkan partisipasi peserta didik
Ya
Efektif
Ya
Efektif
Ya
Efektif
Ya
Efektf
Menutup diskusi
Ya
Tepat
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100% =
× 100% = 95%
H.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Komponen – komponen keterampilan
No. 1.
2. 3.
Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi Keterampilan mengorganisasi Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Efektif
:4
Tepat
:3
Tidak tepat
:2
Ya
Tidak
Komentar (efektif, tepat, tidak tepat, tidak ada respon)
Ya
Tepat
Ya
Tepat
Ya
Tepat
Tidak ada respons: 1
Prosentase:
× 100 =
× 100% = 75%
KUNCI JAWABAN TEST SIKLUS I
1. D
11. D
2. C
12. A
3. D
13. A
4. A
14. C
5. B
15. C
6. B
16. A
7. A
17. C
8. D
18. B
9. A
19. D
10. D
20. A
KUNCI JAWABAN TEST SIKLUS II 1. A
11. B
2. D
12. A
3. A
13. A
4. D
14. C
5. B
15. C
6. A
16. B
7. A
17. B
8. B
18. A
9. C
19. A
10. A
20. D
Pedoman Format Lembar Observasi Siswa NO
Nama Siswa
Keaktifan Yang dilakukan A
B
C
D
Keterangan : A. Bertanya saat menemui kesulitan B. Mendengarkan penjelasan guru C. Hadir saat proses pembelajaran berlangsung D. Dapat memberikan tanggapan atau pendapat saat diskusi berlangsung.
Jumlah Keaktifan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nina Rifa’atul Azizah
Tempat/ Tanggal lahir : Rembang, 03 Juli 1989 Alamat asal
: Jl. Pemuda Km 1, Leteh Dukuh Kedungdoro RT. 05 RW. 03 Rembang
Alamat sekarang
: Perum BPI Blok I.32 Purwoyoso Ngaliyan Semarang
Pendidikan formal
: 1. SD Leteh III Rembang
lulus tahun 2001
2. MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
lulus tahun 2004
3. MAN Lasem
lulus tahun 2007
4. Fakultas Tarbiyah PAI IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2007
Pendidikan Non Formal: PonPes Nailun Najjah Lasem Rembang
Semarang, 25 November 2011 Penulis
Nina Rifa’atul Azizah NIM. 073111161