PENGARUH KREATIFITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR RUMPUN PAI SISWA KELAS V DI MI NU NGADIWARNO SUKOREJO KENDAL
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh: Nur Kholis NIM: 093111259
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
DEKLARASI Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Nur Kholis
NIM
: 093111259
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 31 Mei 2011 Saya yang menyatakan,
Nur Kholis 093111259
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 fax. 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan Judul
: Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar Pai Kelas V Di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal 2010
Nama
: Nur Kholis
NIM
: 093111259
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Semarang,
Juni 2011
DEWAN PENGUJI Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
DR Hj Sukasih, M.Pd NIP: 1952020221992032712001
Dra. Siti Mariam,M.Pd NIP: 196507271992032002
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Muslih, M.A NIP: 150276926
Mufidah, M.Pd NIP: 15027278
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 7 (tujuh) eksemplar Hal : Naskah Skripsi A.n. Nur Kholis
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara : Nama
: Nur Kholis
NIM
: 093111259
Judul
: Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar Pai Kelas
V Di MI NU Ngadiwarno Sukorejo
Kendal 2010 Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, Juni 2011 Pembimbing,
Amin Farih, M.Ag NIP.19710614 200003 1 002
iv
ABSTRAKSI Judul Penulis NIM
: Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar Pai Kelas V Di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal 2010 : Nur Kholis : 093111259
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal ? 2) Bagaimana Minat Belajar PAI Murid Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal ? 3) Bagaimana Kreatifitas Guru Dalam Mengajar dan Minat Belajar PAI Murid Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal ? Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal, 2) Minat Belajar PAI Murid Kelas V dan VI di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal, 3) Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar dan Minat Belajar PAI Murid Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode : 1) Observasi, yaitu untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan umum MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal, 2) Angket atau kuesioner, yaitu untuk mengumpulkan data tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar dan Minat Belajar PAI 3) Dokumentasi, untuk mengetahui sejarah, struktur organisasi dan keadaan guru dan siswa. Dari hasil perhitungan statistik analisa produk moment yaitu rxy = 0,797 jika di konsultasikan dengan r tabel pada level 5% dengan nilai 0,754 dan pada level 1% dengan nilai 0,874, dan pada pada level 5% r hitung lebih besar dari pada r tabel . Demikian pula perhitungan uji signifikansi korelasi melalui uji t dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan jika karena t hitung > t tabel maka ada hubungan yang signifikan. Dengan demikian hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal” telah terbukti. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kepala madrasah, pengurus, dan para guru MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal agar dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam mengajar untuk mengembangkan Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal.
v
MOTTO
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.1
1
R.H.A. Soenarjo S.H, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag, 1971), hal. 910.
vi
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini persembahan kepada : Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya kepada ananda dengan penuh kesabaran dan do’anya yang tulus tiada henti demi kebahagiaanananda. Istri dan anakku tercinta, yang telah memberikan dukungan penuh kepadaku Sahabat-sahabat setiaku, terima kasih atas spirit dan Inspirasinya
vii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada : 1.
Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik, selama masa penelitian.
2.
Amin Farih, M.Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
4.
Mustofa S.Pd.I, selaku KEPALA MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal
5.
Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya. Semarang, 31 Mei 2011
Penulis viii
DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................................. i Deklarasi..............…………………………………………………..…………………ii Halaman Pengesahan................................................................................................... iii Halaman Persetujuan Pembimbing.............................................................................. iv Abstrak......................................................................................................................... v Halaman Motto ...........................................................................................................vi Halaman Persembahan ...............................................................................................vii Kata Pengantar...........................................................................................................viii Daftar Isi ......................................................................................................................iv Halaman BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah………………………………………..
B.
Identivikasi Maslah…………………………………………….
C.
Pembatasan Masalah…………………………………………...
D.
Rumusan Masalah..…………………………………………….
E.
Metode Penelitian……………………………………………… 1. Variabel Dan Indikator……………………………………… 2. Teknik Pengambilan Sampel………………………………... 3. Teknik Pengumpulan Data………………………………….. 4. Teknik Analisa Data…………………………………………
F.
Manfaat Penelitian…..………………………………………….
ix
BAB II PERSEPSI GURU TENTANG KEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI MENGAJAR GURU A. Kreatifitas Guru Dalam Mengajar ……………………………… 1. Kreatifitas Guru Dalam Mengajar ……………………………… a. Pengertian Kreatifitas……………………………………….. b. Ciri-ciri kreativitas…………………………………………... c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas......................... d. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar 2. Minat Belajar PAI ……………………………………………….. a. Pengertian Minat…………………………………………….. b. Teori-teori Minat...................................................................... c. Unsur-unsur minat................................................................... d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar.................. e. Minat Belajar PAI…………………………………………… B.
Kerangka Teori…………………………………………………..
D. Pengajuan Hipotesis……………………………………………...
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………………………………………………... B.
Tujuan Penelitian…………………………………………………
C.
Waktu Dan Tempat Penelitian…………………………………...
D. Variabel Penelitian………………………………………………. E.
Metode Penelitian………………………………………………...
x
F.
Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel....................
G. Teknik Pengumpulan Data………………………………………. H. Teknik Analisa Data……………………………………………...
BAB IV
PENGARUH KREATIFITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR PAI DI MI NU NGADIWARNO SUKOREJO KENDAL A. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………….. 1. Kondisi Umum Umum MI NU Ngadiwarno SekorejoKendal……. a. Visi……………………………………………………….. b. Misi………………………………………………………. c. Tijauan Historis…………………………………………... d. Letak Geografis…………………………………………... e. Keadaan Guru…………………………………………….. f. Keadaan Siswa……………………………………………. g. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………………………... 2. Hasil Penelitian Tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal…………………… a. Cara guru dalam merencanakan KBM…………………… b. Cara guru dalam pelaksanaan KBM……………………... c. Cara guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran……... 3. Hasil Penelitian Tentang Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal………………………………. a. Kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu……………. b. Kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI………….
xi
c. Antusias dalam mengikuti pelajaran……………………... B.
Pengujian Hipotesis……………………………………………. 1. Analisis Pendahuluan……………………………………….. 2. Analisis Uji Hipotesis……………………………………….. 3. Analisis Lanjut………………………………………………
C.
Pembahasan Penelitian…………………………………………
D. Keterbatasan Penelitian………………………………………...
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….. B.
Saran-saran……………………………………………………..
C.
Penutup…………………………………………………………
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurangkurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Tetapi pada kenyataannya saat ini tidak semua sarana pendidikan memiliki media pembelajaran yang memadai. Hal ini terbukti dari sarana pendukung dalam proses belajar-mengajar yang kurang lengkap seperti dari sisi alat peraga atau median dan lain-lain. Dengan demikian guru kelas dalam hal ini guru madrasah mempunyai kewajiban, di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan kreatifitasnya membuat media pembelajaran, yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Selain itu untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar guru harus mampu menciptakan kondisi atau situasi belajar dan kreasi-kreasi lain yang dapat memudahkan anak didiknya dalam menerima penjelasan dari guru. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kreatifitas guru maka akan semakin tinggi pula minat belajar siswa. Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting dalam metode mengajar dan media pembelajaran. Karena kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah 1
2
pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran
akan
sangat
membantu
keefektifan
proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi”.1 Sebagaimana kita ketahui bahwa penyelenggaraan proses belajar mengajar merupakan perwujudan dari suatu upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan Undang-Undang pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan tersebut kemudian dijabarkan dalam kurikulum di masing-masing jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Umum sampai dengan Perguruan Tinggi2. Sementara itu jenjang Madrasah Ibtidaiyah, secara karakteristik dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok kelas rendah dan kelompok 1
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan (cetakan ke-7). Citra Aditya Bakti, Bandung 1994. 2 Undang-Undang pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3
3
kelas tinggi. Di mana yang termasuk masa kelas rendah Sekolah Dasar yaitu kira-kira umur 6,0 atau 7,0 sampai kira-kira umur 9,0 atau 10,0 dan masa kelas tinggi Sekolah Dasar yaitu kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai kira-kira 12,0 atau 13,0 tahun”.3 Dengan demikian siswa yaitu kelas I, II dan III. termasuk kelompok yang kelas rendah. Selanjutnya yang kelas IV, V dan VI termasuk kelompok kelas tinggi. Dilihat dari jumlah mata pelajarannya, kelas IV, V dan VI mempunyai jumlah yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah mata pelajaran kelas rendah. Namun dalam pengukuran hasil belajarnya dilakukan melalui tahapan yang sama, yaitu formatif dan sumatif (Tes Semester). Demikian halnya Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Ngadiwarno Sukorejo Kendal khususnya dalam peyelenggaraan pendidikannya secara terprogram telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Namun secara praktik di lapangan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dalam hal ini, siswa sebagai obyek sekaligus subyek pendidikan, sudah sewajarnya bila diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat berkembang sesuai dengan kemampuan intelektualitas, mental dan spiritual dan daya kreativitasnya. Namun demikian, perlu disadari bahwa potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sangat beragam. Dari berbagai sumber informasi, menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami oleh siswa dalam belajar, tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Namun ada banyak hal, sebut saja sistem pendidikan kita yang masih bersifat tradisional, di mana para guru dikejar oleh suatu pandangan yang mengharuskan bahwa pelajaran diselesaikan pada waktu yang telah ditetapkan. Sehingga mereka para guru tidak sempat menghiraukan para siswa yang mengalami masalah dalam belajarnya. Fenomena permasalahan belajar yang timbul dalam diri siswa, baik yang berprestasi tinggi, rata-rata ataupun di bawah rata-rata, perlu mendapat perhatian yang serius dari para pendidik. Mengingat masih banyak siswa yang 3
hal 44.
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta, 1997,
4
enggan mengatakan bahwa dirinya mengalami masalah dalam belajarnya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus siswa tersebut tidak akan dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Meskipun dengan keterbatasan waktu dan tenaga, para guru Sekolah Dasar atau Madrasah punya tanggungjawab mengembangkan kreatifitasnya di sekolah atau madrasah. Lalu dengan keterbatasan tersebut, mungkinkah guru mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal ? Alhasil nilai tes semester tahun 2009/2010 menunjukkan ketercapaian belum maksimal selanjutnya setelah dioptimalkannya kreatifitas guru, khususnya dalam menciptakan kreasi-kreasi dan memanfaatkan media atau alat peraga yang disesuaikan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, minat belajar siswa akan menjadi lebih baik. Selain itu, satu hal yang membuat penulis tertarik untuk meneliti MI Ma’arif Ngadiwarno Sukorejo Kendal, ingin mengetahui sejauh mana kreativitas yang dimiliki oleh para guru sehubungan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar yang mereka lakukan. Sehingga apabila guru telah mengembangkan kreativitasnya diharapkan minat belajar PAI dapat meningkat dan lebih baik lagi. B. Rumusan Masalah Bedasarkan beberapa pemaparan seperti yang terungkap dalam latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal ? 2. Bagaimana Minat Belajar PAI Murid Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal ? 3. Bagaimana Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar PAI Murid Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal ?
5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar
Terhadap Minat Belajar PAI di MI NU
Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dengan tujuan penelitian sebagai berikut: a. Ingin Mengetahui Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal b. Ingin Mengetahui Minat Belajar PAI Murid Kelas V dan VI di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal c. Ingin Mengetahui Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar PAI Murid Kelas V dan VI di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk penelitian lanjutan mengenai
kreatifitas guru dalam mengajar dan
minat belajar PAI yang belum dikaji dalam penelitian ini. b. Manfaat Praktis 1) Untuk MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal Memberikan sumbangan bagi pihak madrasah dalam usaha meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar dengan memberikan informasi mengenai kreativitas guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tututan dan kebutuhan murid, baik dari sisi teori maupun praktek pembelajarannya. 2) Untuk Guru MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal Dapat
memberikan
informasi
mengenai
pengaruh
kreatifitas guru dalam mengajar dan minat belajar PAI murid kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal. 3) Untuk siswa MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal
6
Dapat memberikan sumbangan bagi siswa dalam usaha meningkatkan minat belajar PAI murid kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal dilihat dari sudut pandang kreativitas guru dalam mengajar.
BAB II KREATIFITAS GURU DALAM MENGAJAR DAN MINAT BELAJAR
A. Deskripsi Teori 1. Kreatifitas Guru Dalam Mengajar a. Pengertian Kreatifitas Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan kreativitas
oleh dengan
Utami
Munandar
mengemukakan
menjelaskan
pengertian
beberapaperumusan
yang
merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Ketiga secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan.1 Kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai. Kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu
1
Munandar Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta, Rineka Cipta, Tahun 2004,
hlm. 47-48
16
17
yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku, bangunan, dan lain-lain.2 Dalam proses belajar mengajar guru yang kreatif akan dapat mengubah proses ini, menjadi suatu yang menarik dan bermakna bagi peserta didik, karena disajikan dengan penuh variasi dalam mengajar. Daya kreatifitas ini juga tersirat dalam Al-Qur’an yaitu dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:3
Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Disamping itu ditgaskan lagi bahwa berfikir kreatif memungkinkan manusia untuk lebih terbuka dan divergen, artinya tidak selalu terikat dengan hal-hal yang sudah ada, sehingga memungkinkan sekali untuk dapat menerima perubahan dan inovasi. Tersirat pula dalam AlQur’an:4
2
Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, Tahun 1995,
hlm. 45 3
Hasbi Asshidiqi, dkk, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Semarang: PT Tanjung Mas Semarang, hlm. 46 4 Hasbi Asshidiqi, dkk, Ibid, hlm. 874
18
Artinya: (39) dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (40) dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). (41) kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna. Dari makna yang tersirat pada ayat tersebut di atas, secara luas dapat dijabarkan bahwa manusia haruslah selalu mengembangkan diri untuk berkreasi supaya mempunyai kemampuan yang lebih dalam hal tertentu.
Seperti
halnya
seorang
guru
yang
harus
mempu
mengembangkan dirinya sendiri untuk dapat berbuat yang lebih baik dalam pembelajaran. Chabib Toha berpendapat bahwa guru sendiri dalam melakukan proses kreatif dalam pembelajaran haruslah tetap berlandasan terhadap unsur-unsur pokok dari belajar, yang meliputi: a. Belajar harus membawa perubahan, baik aktual maupun potwnsial (sikap dan tingkah laku), Dalam arti bahwa belajar itu sanggup membawa perubahan-perubahan baru. b. Pada prinsipnya perubahan itu terjadi dan dilakukan dengan sadar c. Hasil perubahan itu pada pokoknya adalah didapatnya perubahan baru yang sifatnya sedikit banyak permanent atau tetap.5 Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada.6 Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
5 6
Chbib Toha, Tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajawali, 2001, hlm. 27
Wijaya, Cece, & A. Tabrani Rusyan., Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1992, hlm. 189
19
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah.7 Menurut Moh Athiyah Al Abrasyi, guru adalah spirituil father
atau bapak rohani bagi murid-
muridnya, ia yang memberikan santapan jiwa bagi murid-muridnya dengan ilmu dan akhlak, oleh karena itu menurut beliau seorang guru harus memiliki sifat : a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan hanya mengajar untuk keridhoan Allah. b. Bersih baik jiwa maupun raga, jauh dari sifat riya, perselisihan maupun sifat tercela lainnya. c. Ikhlas. d. Pemaaf. e. Guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru. f. Mengetahui karakter siswa. g. Menguasai mata pelajaran8 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Dan kreatifitas guru harus didukung oleh jiwa yang zuhud, ikhlas tidak riya, pemaaf, mengerti karakter siswa, dan menguasai materi. b. Ciri-ciri kreativitas Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat orang ahli tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut: 7
Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar, Penerbit Reneka Cipta, Jakarta, Tahun. 2008, hlm.126 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2000), hlm. 34 8
20
c. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude) 1). Keterampilan berpikir lancar yaitu a) Mencetuskan
banyak
gagasan,jawaban,
penyelesaian
masalah atau pertanyaan, b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, c) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2). Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel) yaitu: a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3) Keterampilan berpikir rasional yaitu: a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. d) Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu e) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, f) menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. 5) Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu: a) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka,
21
c) tidak
hanya
mencetuskan
gagasan,
tetapi
juga
melaksanakannya. d. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude) 1) Rasa ingin tahu yaitu (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan orang, objek dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti. 2) Bersifat imajinatif yaitu (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan dan kenyataan. 3) Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu (a) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. 4) Sifat berani mengambil resiko yaitu (a) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur. 5) Sifat menghargai yaitu (a) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, (b) menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.9 Ciri-ciri guru kreatif yang lain dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Fleksibel Guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati 9
Munandar Utami, Ibid, hlm. 5-10
22
anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak. 2) Optimistis Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan yakin akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang fun akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut. 3) Respek Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekadar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya. 4) Cekatan Anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu di imbangi oleh guru sehingga mampu bertindak sesuai kondisi yang ada. 5) Humoris Anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat membantu mengaktifkan kinerja otak kanan mereka. 6) Inspiratif Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan peserta didik mengikutnya, guru harus dapat menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya. 7) Lembut Dimanapun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasing sayang akan
23
lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul. 8) Disiplin Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup bebagai hal lain. Sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisplinan tanpa harus sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. Contoh, disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar dan sebagainya. Dengan demikian, akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin. 9) Responsif Ciri guru yang profesional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi, dll. 10) Empatik Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses penerimaan, serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda. Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga bisa lebih memahami kebutuhan-kebutuhan belajar mereka. 11) Nge-friend Jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya karena posisi Anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan guru-murid. Sehingga, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungannya.10
10
http://blog.unnes.ac.id/liha099/2011/05/08/menjadi-guru-kreatif/ senin 9 Mei 2011
24
Sedangkan menurut pendapat sarjana yang lain menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar; b. Besikap terbuka terhadap pengalaman baru; c. Panjang akal; d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti; e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit; f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan; g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas; h. Berpikir fleksibel; i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak; j. Kemampuan membuat analisis dan sitesis; k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti; l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik; m. Memililki latar belakang membaca yang cukup luas.11 Dan teknik pemecahan masalah itu sendiri secara kreatif melalui 5 (lima) tahap yaitu : Pertama, menemukan fakta (fact finding) dalam tahapan ini diajukan pertanyaan-pertanyaan faktual, yang menanyakan tentang apa yang terjadi dan yang ada sekarang atau di masa lalu. Pertanyaanpertanyaan tersebut dikelompokkan kedalam dua fase, yaitu fase divergen dimana pertanyaan-pertanyaan ditulis berdasarkan apa yang muncul dari pikiran kita dengan tidak mempersoalkan apakah pertanyaan tersebut bias memperoleh data yang relevan atau tidak. Fase konvergen, dimana pertanyaanpertanyaan factual diseleksi mana yang penting dan relevan dan selanjutnya dicari jawaban yang paling tepat.
11
Slameto, Ibid, hlm. 147-148
25
Kedua, menemukan masalah (problem finding) dalam tahap ini diajukan banyak kemungkinan pertanyaan kreatif. Pertanyaanpertanyaan tersebut diangkat dalam penemuan fakta. Ketiga, menemukan gagasan (idea finding) dalam tahap ini diinginkan untuk diperoleh alternatif jawaban sebanyak mungkin untuk pemecahan masalah yang telah ditentukan dalam tahap sebelumnya
yaitu mengumpulkan alternatif jawaban sebanyak
banyaknya dan menyeleksi jawaban atau gagasan yang paling relevan dan tepat untuk memecahkan masalah. Keempat, menemukan jawaban (solution finding) dalam tahap ini disusun kriteria, tolok ukur, atau persyaratan untuk menentukan jawaban. Melalui pemikiran divergen, tolok ukur disusun berdasarkan antisipasi terhadap semua kemungkinan yang bakal terjadi baik yang bersifat positif maupun negatif sekiranya salah satu gagasan dipakai dalam pemecahan masalah. Sedangkan berpikir konvergen, alternatif jawaban yang ditemukan berdasarkan tolak ukur yang telah disusun diseleksi mana yang lebih tepat dan relevan atau berisiko paling rendah apabila diangkat sebagai jawaban yang akan dipakai untuk memecahkan masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalah-masalah
yang
bernilai.
Mereka
dapat
memusatkan
perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara sadar atau tidak, untuk memecahkannya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul dari dirinya sendiri atau yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian ia mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif, sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia secara energik menterjemahkan idenya melalui tindakan dan mengakibatkan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna.
26
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat dikemukakan oleh Munandar sebagai berikut: 12) Berani dalam pendirian/keyakinan; 13) Ingin tahu; 14) Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan; 15) Menyibukkan diri terus menerus dengan kerjanya; 16) Intuitif; 17) Ulet; 18) Tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja.12 Berbagai macam karakteristik diatas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut. Dari berbagai karakteristik orang yang kreatif dapat disimpulkan bahwa guru yang kreatif cirinya adalah : punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, mau bekerja keras, berani, kemampuan intelektualnya dimanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri, dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan berbagai alternatif terhadap subyek tertentu. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: 12
Munandar Utami, Ibid, hlm. 36
27
a. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas b. Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personel pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi c. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Perbedaan status yang tidak terlalu tajam di antara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih harmonis. e. Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya. f. Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas g. Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.13 Kreativitas dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik). e. Motivasi untuk Kreativitas Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, untuk mewujudkan dirinya; dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas seseorang. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika 13
Wijaya, Cece, & A. Tabrani Rusyan., Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1992, hlm. 189-190
28
individu
membentuk
hubungan-hubungan
baru
dengan
lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers, 1982 dalam Munandar, 1999). Motivasi intrinsik ini yang hendakanya dibangun dalam diri individu sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu dengan kegiatankegiatan kreatif, dengan tujuan untuk memunculkan rasa ingin tahu, dan untuk melakukan hal-hal baru f. Kondisi Eksternal yang mendorong Perilaku Kreatif Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong munculnya kreativitas. Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Individu memerlukan kondisi yang memupuk dan memungkinkan individu tersebut mengembangkan sendiri potensinya. Maka penting mengupayakan
lingkungan
(kondisi
eksternal)
yang
dapat
memupuk dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya. Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan
kondisi
keamanan
dan
kebebasan
psikologis
memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif 1) Keamanan Psikologis Hal ini dapat terbentuk melalui tiga proses yang saling berhubungan yakni : Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Mengusahakan suasanan yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada, sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam. Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) Dalam suasana ini ”real self” dimungkinkan untuk timbul, untuk diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru dalam hubungannya dengan lingkungannya. Inilah pada dasarnya yang disebut memupuk kreativitas. 2) Kebebasan Psikologis
29
Memberikan
kesempatan
pada
individu
untuk
bebas
mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaanperasaannya,
permissiveness
akan
memberikan
individu
kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Ekspresi dalam bentuk tindakan agresif tidak
selalu
dimungkinkan,
namun
tindakan-tindakan
konstruktif kearah kreatif hendaknya dimungkinkan.14 d. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara
terpadu dalam proses belajar mengajar.
Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsure seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam
proses
belajar
mengajar
sesuai
dengan
perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator. Dari uraian diatas jelas bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan paling tidak memiliki tiga kemampuan yaitu kemampuan membantu siswa belajar efektif 14
Mei 2011
http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ciri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/ 2
30
sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya. Ada beberapa syarat untuk menjadi guru yang kreatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar yaitu : 1. Profesional, yaitu sudah berpengalaman mengajar, menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, disamping secara klasikal, mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai berbagai teknik dan model penelitian. 2. memiliki kepribadian, antara lain : bersikap terbuka terhadap halhal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh perhatian, mempunyai sifat toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu. 3. menjalin hubungan sosial, antara lain : suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat dengan segala keresahannya dan memahami anak tersebut, dapat menyesuaikan diri, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain.15 Apabila syarat diatas terpenuhi maka sangatlah mungkin ia akan menjadi guru yang kreatif, sehingga mampu mendorong siswa belajar secara aktif dalam proses belajar mengajar. Tahapan dalam kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam pelaksanaan PBM dan cara guru dalam mengadakan evaluasi. 15
Munandar Utami, Op.,cit, hlm. 67
31
1) Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar. Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal: a. Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar, perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif siswa diharapkan mampu memahami secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar ingatan atau pemahaman saja. Disamping itu diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis
yang
akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas. b. Memilih buku pendamping bagi siswa selain buku paket yang ada yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk menentukan buku-buku pendamping diluar buku paket yang diperuntukkan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan buku yang digunakan benarbenar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan wawasan bagi siswa dimasa datang. c. Memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode
yang
digunakan
guru
dalam
mengajar
akan
berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Suatu misal penggunaan metode diskusi akan lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode
32
ceramah, karena siswa akan dituntut lebih aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar nantinya. d. Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media/alat peraga yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Diusahakan seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih sederhana.16 Peranan guru di sekolah diperjelas oleh James W Brown, bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan
materi
mempersiapkan
pelajaran
pelajaran,
merencanakan
sehari-hari,
mengontrol
dan dan
mengevaluasi kegiatan siswa.17 Tugas dan peranan guru yang paling vital adalah dalam proses pembelajaran, yang meliputi hal-hal sebagi berikut : a. Menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, artinya bahwa materi yang diajarkan guru kepada siswa, harus benar-benar telah dikuasai dari sisi teori maupun praktek. Dan guru harus mampu menghubungkan kerangka teoritis dalam materi pelajaran dengan kejadian-kejadian yang ada di sekitar sekolah atau madarasah. Hal ini dimaksudkan sebagi upaya pengembangan materi, agar siswa lebih
16
Purwanto, M, Purwanto, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, Remaja Rosda Karya, Bandung, Tahun, 2000. 17 Sardiman, A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta,. 142
33
mudah memahami dari apa-apa yang dijelaskan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, guru telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan tujuan agar guru lebih sesuai dalam penyampaian materi, dan dapat memperhitungkan target waktu yang telah ditentukan. c. Mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Dalam setiap pemebelajaran secara teori maupun praktek, seorang pengajar harus melihat hasil yang dicapai oleh siswa, yaitu sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi pada diri siswa, pada sebelum dan setelah pembelajaran. Dimaksudkan pula untuk mengetahui sejauh mana yang dicapai, terkait dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan dari proses pembelajaran.18
2) Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar 18
Sardiman, A.M., Op.cit, Hal. 124-125
34
aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dapat merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah. Selanjutnya guru boleh menggugah inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk didalam hal ini daya imajinasinya. Seandainya tidak ada satupun cara yang sesuai atau memadai yang dikemukakan oleh para siswa, maka
guru
boleh
membimbing
cara-cara
melaksanakan
eksperimennya. Tentu saja guru tersebut harus menguasai seluruh langkah-langkah pelaksanannya. Dianjurkan supaya guru mengutamakan metode penemuan. Pendayagunaan alat-alat sederhana atau barang bekas dalam kegiatan belajar. Mengajar sangat dianjurkan, guru yang kreatif akan melakukannya, ia dapat memodivikasi atau menciptakan alat sederhana untuk keperluan belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dituntut kreativitasnya dalam mengadakan apersepsi, penggunaan teknik dan metode pembelajaran sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru yang kreatif tentu tidak lepas dari model pembelajaran yang dapat menyentuh motivasi untuk belajar, sperti yang termaktub dalam PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
35
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Dimana pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAKEM di kelasnya. PAKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. PAKEM kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif
dan
menyenangkan.
Aktif
berarti
dalam
proses
pembelajaran Kreatif berarti Efektif berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menyenangkan berarti suasana dalam KBM Dari kepanjangannya PAKEM mempunyai empat ciri-ciri pembelajaran yaitu Aktif, Kreatif , Efektif, Menyenangkan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Aktif Ciri aktif dalam PAKEM berarti dalam pembelajaran memungkinkan
siswa
berinteraksi
secara
aktif
dengan
lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta mengamati pengaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Guru terlibat secara aktif dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajarannya.
36
Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya. b) Kreatif Kreatif merupakan ciri ke-2 dari PAKEM yang artinya pembelajaran yang membangun kreativitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama siswa lainnya
terutama
dalam
pembelajarannya.Gurupun
menyelesaikan
dituntut
untuk
tugas-tugas
kreatif
dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran. Guru diharapkan mampu menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. c) Efektif Maksudnya
pembelajaran
yang
aktif,
kreatif
dan
menyenangkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d) Menyenangkan Menyenangkan merupakan ciri ke empat dari PAKEM dengan maksud pembelajaran dirancang untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan.
Menyenangkan
berarti
tidak
membelenggu, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran, dengan demikian waktu untuk mencurahkan perhatian (time of task) siswa menjadi tinggi. Dengan demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.19 Meskipun model pembelajaran PAKEM sudah banyak dikenal oleh para guru, namun kebanyakan dari mereka masih melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Jika dalam pembelajaran dapat dilaksanakan secara aktif, kreataif, efektif, dan menyenangkan berarti kreatifitas proses pelaksanaan pembelajaran 19
http://eko13.wordpress.com/ciri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/ 2 Mei 2011
37
akan dapat membangkitkan gairah kegiatan belajar mengajar, baik oleh peserta didik maupun guru. 3) Cara guru dalam mengadakan evaluasi Proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Namun demikian, didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang kreatif tidak akan cepat memberi penilaian terhadap ide-ide atau pertanyaan dan jawaban anak didiknya meskipun kelihatan aneh atau tidak biasa. Hal ini sangat penting di dalam pelaksanaan diskusi. Kalau dikatakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas, maka salah satu caranya adalah dengan
menggunakan
keterampilan
proses
dalam
arti
pengembangan dan penguasaan konsep melalui bagaimana belajar konsep, maka dengan sendirinya evaluasi harus ditujukan kepada keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan penguasaan materi pelajaran. Dalam pengertian yang luas evaluasi merupakan proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.20 Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain : a. Penilaian dapat dilakukan melalui tes maupun non tes. b. Mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu: pengetahuan, ketrampilan dan sikap. c. Menggunakan cara penilaian pada saat kegiatan belajar berlangsung. d. Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran. e. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian seperti memberikan laporan pada orang tua.
20
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda
Karya,2000),hlm. 61
38
f. Alat penilaiaan harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas misalnya tes tertulis.21 Adapun
kecenderungan
melakukan
penilaian
hanya
menggunakan tes pilihan berganda, ataupun pertanyaan yang hanya menuntut satu jawaban benar, merupakan tantangan atau hambatan bagi pengembangan, sehingga perlu kiranya diperlukan penilaian seperti yang dikembangkan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup penilaian dari segi kognitif, penilaian yang menyangkut perilaku siswa (afektif), dan penilaian yang menyangkut keterampilan motorik
siswa
(psikomotorik),
sehingga
guru
mempunyai
perangkat penilaian yang lengkap dari masing-masing siswa yang nantinya
akan
berbarengan
dalam
penentuan
akhir
dari
keberhasilan siswa tersebut. Dalam sistem evaluasi pendidikan itu sendiri berlaku prinsip-prinsip: 1.
Terus menerus, evaluasi dilakukan secara kontinue, pada waktu mengajar sambil mengevaluasai sikap dan perhatian murid.
2. Menyeluruh, seluruh segi perkembangan yang patut dibina harus dievaluasi antara lain : hafalan, ketajaman pemahaman, kecepatan dan keakuratan berfikir, ketrampilan, kejujuran, keikhlasan, kebaikkan, kerajinan dan sebagainya. 3. Ikhlas, kebersihan niat atau hati guru agama bahwa ia melakukan evaluasi itu dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan agama Islam.22
21 22
,hlm. 79
Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islsm, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001), hlm. 29
39
Evaluasi dalam konteks Pendidikan Islam merupakan tehnik penilaian tingkah laku manusia didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual religius. Karena hasil dari proses Pendidikan Islam tidak hanya sosok pribadi yang hanya bersifat religius melainkan juga berilmu dan berketrampilan yang sanggup beramal dan berbakti pada Allah dan masyarakat. 2. Minat Belajar PAI a. Pengertian minat Beberapa pengertian tentang minat dipaparkan oleh banyak ahli dengan susut pandang yang berbeda, namun pada akhirnya bermuara pada konsep yang sama. Adapun beberapa difinisi minat tersebut adalah sebagai berikut: Minat adalah suatu landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar”.23 Sedangkan menurut Abu Ahmadi menerangkan bahwa minat adalah sikap jiwa orang seseorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat.24 Menurut Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, minat adalah suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan tindakan terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai dengan perasaan senang.25 Sedangkan pengertian minat menurut W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu.26
23
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar Di Sekolah, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm.78 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 151 25 Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.263 26 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm.30 24
40 Lester B. Crow dan Alice Crow menerangkan: “interest may refer to the motivating force that impels us to attend to a person, a thing or an activity, or it may be the affective experience that has been stimulated by the activity itself. In other words, interest can be the cause of an activity and the result of participation in the activity.”27 Rasa tertarik mengacu pada kekuatan motivasi yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, benda atau aktivitas. Interest juga pengalaman afektif yang dirangsang oleh aktivitas itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat disebabkan oleh aktifitas dan hasil peran serta dalam aktifitas. Dalam buku Child Development mengatakan: Interest are source of motivation which drive people to do what they want to do when they are free to choose. When they see that some thing will benefit them, they be come interested in it.28 Minat adalah sumber motivasi yang mengarahkan orang untuk berbuat. Ketika ia menjumpai sesuatu akan dibutuhkannya, mereka menjadi tertarik didalamnya. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba yang mengemukakan, minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu pada umumnya disertai rasa senang pada sesuatu itu.29 Dengan mengutip dari Doyles Fryer, Wayan Nukancana dan PPN Sumartono yang mengemukakan bahwa minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktifitas yang menstimulasi perasaan senang pada individu.30 Selanjutnya Agus Sudjanto dalam bukunya yang berjudul: psikologi umum menjelaskan bahwa minat ialah suatu pemusatan perhatian
27
yang tidak
disengaja
yang terlahir dengan penuh
Lester D Crow & Alice Crow, Education Psychology, (New York: American Book Company, 1958), Revised Edition, hlm. 248 28 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Singapore: McGraw-Hill, 1084, 6th hlm. 420 29 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), hlm.84 30 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 224
41 kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya.31 Tampubolon dalam bukunya yang berjudul: mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada anak mengatakan bahwa: minat adalah perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.32 Andi Mappiare dalam bukunya yang berjudul: psikologi remaja mengatakan bahwa minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.33 Dalam buku At Tarbiyah wa Thuruqu at Tadris pengertian minat
dijabarkan
kecenderungan
didifinisikan
yang
sebagai
berhubungan
berikut
dengan
Minat
perbuatan.34
adalah HC.
Witherington mengatakan bahwa minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.35 Beberapa pendapat tersebut di atas nampak berbeda, namun apabila diamati dengan seksama satu dengan yang lainnya mempunyai persamaan dan saling melengkapi di mana semua pendapat tersebut menunjukkan bahwa ciri unsur-unsur minat itu ditandai dengan adanya rasa kesenangan, adanya rasa butuh terhadap apa yang diminati, dan apa yang diminati tersebut dengan suatu aktifitas yang menyenangkan. Sedangkan pengertian belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.36 Arno F. Witting mengemukakan: learning can be defined as any relatively permanent change in an organism’s behavioral revertoire that occurs as result of experience.37 Belajar
31
Agus Sudjanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1989), hlm.92 Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca, (Bandung: Angkasa, tt), hlm.4 33 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usana Offset, tt), hlm.62 34 Sholeh Abdul Aziz, At Tarbiyah wa Thuruqu at Tadris, (Makkah: Darul Ma’arif, 1971), hlm.31 35 HC. Witherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1978), hlm. 124 36 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm.5 37 Arno F. Witting, Psicology Of Learning, (New York, Mc Crow Hiel Book Company, tt), p.2 32
42
dapat didifinisikan sebagai perubahan yang relative tetap dalam tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Dengan berbagai penjelasan dari beberapa ahli di atas maka dapatlah ditarik sesuatu kesimpulan, bahwa minat belajar yang dimaksud di sini adalah kecenderungan siswa terhadap suatu obyek yang berkait yang disertai dengan perasaan senang serta adanya perhatian, kesungguhan, keaktifan, juga adanya motif atau tujuan untuk belajar. Secara sematik arti minat identik dengan pengertian niat, dan penegertian ini sesuai dengan yang adal dalam ensiklopedi hukum Islam, niat berarti maksud, keinginan, kehendak, cita- cita tekad, dan menyengaja.38 b. Teori-teori Minat Kompleksitas perilaku manusia sejak dulu telah menjadi bahasan Psikologi. Salah satu tugas psikologi adalah memahami perilaku individu dalam kelompok sosialnya, memahami motivasi perbuatan dan mencoba meramalkan respon manusia agar dapat memperlakukan manusia dengan sebaik-baiknya. Lebih luas, psikologi sosial mencoba memahami perilaku massa, perilaku kelompok secara keseluruhan untuk dapat melakukan manipulasi perilaku kelompok. Sebagai salah satu dasar pemahaman perilaku kelompok itu maka mempelajari kaitan antara sikap individu dalam kelompok, sikap individuindividu sebagai anggota kelompok secara keseluruhan, adalah sangat penting. Pengetahuan mengenai sikap mengenai proses terbentuknya sikap individu dan sikap kelompok, mengenai proses perubahan sikap dan sebagainya akan sangat bermanfaat dalam penanganan masalahmasalah sosial. Penanganan itu antara lain dalam bentuk pemberian stimulusstimulus tertentu untuk memperoleh efek perilaku yang
38
hlm. 1325
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996),
43
diinginkan. Tanpa memahami sikap individu, seseorang tidak akan dapat memasukkan idenya kepada orang lain dan tidak akan dapat mempengaruhi orang lain. Dengan pengetahuan tentang sikap dan cara-cara mempengaruhinya maka manipulasi dan pengendalian psikologis dapat dilakukan. Meskipun di atas telah dikemukakan bahwa faktor penentu terhadap bentuk perilaku itu sangat banyak, bukan semata-mata sikap, dan kita tidak dapat menyimpulkan sikap individu semata-mata dari bentuk perilaku yang diperlihatkannya akan tetapi dalam batas-batas tertentu perilaku manusia masih dapat diprediksikan. Walaupun secara individual sangat sulit untuk meramalkan reaksi manusia terhadap suatu stimulus akan tetapi secara kelompok reaksi manusia masih lebih terikat pada hukum-hukum stimulus-respon yang berlaku. Oleh karena itulah teori-teori psikologi mengenai perilaku sangat bermanfaat.39 c. Unsur-unsur minat Dari berbagai uraian tentang minat seperti yang telah disajikan di atas dapat disimpulakan, bahwa unsur-unsur minat meliputi beberapa hal yaitu: 1) Perasaan senang Secara umum menusia akan mempunyai keinginan atau minat didahului dengan sebuah perasaan. Perasaan senang merupakan aktifitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai dari suatu obyek.40 Perasaan senang ini merupakan faktor psikis yang non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar. Melalui semangat perasaannya, siswa akan lebih berminat belajar, karena adanya perasaan senang. Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran tentu dengan senang hati selalu belajar, mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru.
39 40
Ibid Wayan Nur Kancana dkk, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hlm.230
44
2) Perhatian Menurut Agus Suyanto, perhatian adalah konsentrasi atau aktivitas jiwa kita, terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan menyampaikan yang lain baik dari pada itu.41 Sedangkan menurut Wasty Sumanto, perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertuju pada suatu obyek atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktifitas.42 Perhatian lebih bersifat sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya adalah minat sifatnya
menetap
sedangkan
perhatian
sifatnya
sementara,
adakalanya timbul adakalanya menghilang.43 3) Motif Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.44 Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam, dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapai suatu tujuan.45 Sedangkan menurut W.A. Gerungan, motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu.46 Motif ini akan mendorong manusia untuk berbuat, menjadi penggerak atau motor, mengarah pada suatu tujuan yang diinginkan dicapai dengan mempertimbangkan dan menyeleksi perbuatan yang akan dikerjakan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa yang memiliki motif belajar tentunya akan tergugah hatinya selalu mengikuti pelajaran. 4) Perasaan tertarik 41
Agus Sujanto, Op.Cit., hlm. 89 Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1990), hlm.32 43 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.22 44 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 70. 45 Sudirman A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 71 46 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), hlm. 141. 42
45
Motif sosial dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya ingin mendapatkan penghargaan dari masyarakat, ingin mendapat penerimaan dan perhatian dari orang lain.47 Dijelaskan sebelumnya bahwa motif adalah daya penggerak dari dalam diri subyek, sedangkan motif sosial di sini adalah daya penggerak dari luar diri subyek yang berasal dari lingkungan subyek. Kurt Singer mengatakan bahwa sejak semula dunia ini menunjukkan suatu karakter yang bersifat mengajak bagi seorang anak, artinya dunia ini memperlihatkan dirinya dengan cara yang menarik dan memikat.48 Seorang yang mempunyai perasaan tertarik pada suatu pelajaran, ia akan cenderung untuk terus melakukan pendekatan terhadap pelajaran tersebut dan sebaliknya bila ia tidak mempunyai rasa tertarik maka ia akan berusaha menghindar dari pelajaran tersebut. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Dalam beberapa hal minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Minat juga tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Seperti halnya dalam teori Perilaku Terencana, minat ini dipengaruhi dari norma yang berlaku, informasi di
lingkungan sekitar,
keyakinan akan perilaku diri
sendiri
(pengalaman) maupun dari orang lain. Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow dalam Education Psychology, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.49 a. Faktor internal. Faktor internal merupakan faktor dari diri sendiri, yang meliputi antara lain: 1) Motivasi 47
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Loc.Cit., hlm.265 Kurt Singer, Loc.Cit. hlm. 79 49 Lester D. Crow dan Alice Crow, Loc.Cit., hlm. 250 48
46
Motivasi ini akan mendorong manusia untuk berbuat, menjadi penggerak atau motor, mengarah pada suatu tujuan yang diinginkan dicapai dengan mempertimbangkan dan menyeleksi perbuatan yang akan dikerjakan demi mencapai tujuan yang diinginkan. 2) Kebutuhan Kebutuhan ini dipengaruhi dari usia seseorang. Misalkan, awal masa dewasa muda (usia 22-25 tahun), sering disebut juga masa berharap bekerja (job hopping).50 Maka yang diperlukan adalah bekerja dan mempunyai penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan inilah dapat menumbuhkan minat untuk bekerja. Sekolah adalah kebutuhan untuk mendapatkan pekerjaan (secara konkret) di hari kemudian, maka
seseorang
berminat
sekolah
untuk
mendapatkan
pekerjaan. 3) Sikap terhadap obyek Sikap senang terhadap obyek dapat memperbesar minat seseorang terhadap obyek. Sebaliknya, jika sikap tidak senang terhadap obyek, maka akan memperkecil pula minat terhadap obyek. 4) Tingkat Kecerdasan Seseorang yang cerdas dapat mengkondisikan diri untuk menentukan apakah berminat atau tidak. Dengan memilah dan mempertimbangkan yang hendak dilakukan. 5) Kesehatan Kondisi kesehatan
organ-organ mata
dan
tubuh
seperti
telinga
serta
kebugaran
jasmani,
kepenuhan
gizi,
mempengaruhi minat seseorang. Ia akan mengetahui kondisi fisik diri sendiri untuk berminat terhadap sesuatu.
50
153
Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM,2002), hlm.
47
b. Faktor eksternal Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial, yang meliputi: 1) Lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam diri siswa. Keluarga memegang peranan penting, karena keluarga adalah sekolah pertama dan terpenting. Dalam keluargalah seseorang dapat membina kebiasaan, cara berfikir, sikap, dan cita-cita yang mendasari kepribadiannya.51 Di lingkungan sekolah seorang akan berhadapan dengan guru, staf TU, teman dan sebagainya. Bahkan
peran
teman
yang
berlebihan
dapat
banyak
berpengaruh daripada keluarga. 2) Lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar keadaan cuaca, waktu belajar dan sebagainya.52 Hal ini terkait dengan sarana dan fasilitas yang menunjang minat seseorang. Berkaitan dengan fungsi minat menurut Abdul Wahib yang mengutip pendapat Elizabeth B. Hurlock, Elizabeth mengutip pendapat dari Nuckols dan Banducci, ada 4 fungsi minat53: a) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. b) Minat sebagai bahan pendorong yang kuat. c) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang. d) Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
51
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hlm.104 Tim WRI, Psikologi Dan Pembelajaran Materi Interview, KKG _ MGMP 2001, hlm.166. 53 Chabib Thoha & Abdul Mu’thi (ed), PBM PAI di Sekolah: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm109-110 52
48
e. Minat Belajar PAI Seperti diterangkan sebelumnya, minat belajar diwujudkan dengan pengakuan serta perasaan senang, perhatian, motivasi dan perasaan tertarik. Sedangkan minat belajar ini tidak merupakan bawaan, melainkan dapat dipengaruhi faktor ekstern dan intern. Maka dalam penyampaian materi dapat melibatkan media belajar yang tidak hanya sebagai perantara saja, melainkan mampu menumbuhkan minat belajar. Pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran ini akan lebih membantu dalam memaksimalkan kecerdasan peserta didik yang dimiliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan sosial terhadap lingkungan.54 Sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam dan tatanan nilai kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan melalui perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik. Dengan melihat bahwa mata pelajaran PAI sebagai mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam dan tatanan nilai kehidupan Islami, seperti yang dijelaskan dalamAl Qur’an.
54
Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), cet. III, hlm. 14.
49
Artinya: Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? "Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (Q.S. az-Zumar: 9)55 Sabda Rasulullah SAW yang menyatakan, Bahwasannya telah
mengabarkan kepada kami dari Sa'id bin Ghufair dari Ibnu Syihab dari Humaid bin Abdurrahman r.a. mengatakan bahwa ia mendengar Muawiyah berkhutbah, katanya, "Dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Barangsiapa dikehendaki Allah akan beroleh kebaikan, diberi- Nya pengertian dalam hal agama. Dalam waktu yang hampir bersamaan, ada anak didik yang berteriak histeris mengejutkan anak didik yang lain yang sedang mendengarkan penjelasan guru. Kelas menjadi gaduh. Jalan pelajaran terhenti. Semua anak didik dan guru mengarahkan perhatian mereka ke arah sumber suara. Anak itu berteriak histeris bukan karena kejatuhan cecak, tetapi karena himpitan persoalan hidup yang berat yang tak tahan disandang akibat keluarga yang broken home. Padahal anak itu datang ke sekolah untuk belajar bersama temantemannya di kelas. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, permasalahan yang timbul dari perilaku anak didik bermacam-macam ketika pelajaran sedang berlangsung di kelas. Karenanya, anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan. (H.R. al-Bukhary)56 Dari ayat-ayat suci Al-Qur’an dan sabda Rosululloh itulah yang kemudian menjadi pedoman dengan diadakannya pembelajaran pendidikan agama Islam. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu :57
55
56
Ibid., hlm. 747
Abu Abdillâh al-Bukhâry, Sahîh al-Bukharî, Juz. I, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1410 H/1990 M), hlm. 28 57
Mukhtar, Ibid, hlm. 14.
50
a) Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b) Peserta didik disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. c) Pendidik melakukan kegiatan bimbingan dan latihan secara sadar terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam, d) Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam peserta didik. Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilainilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih,
menetapkan
dan
mengembangkan
caracara
(strategi
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga belajar terwujud dalam peserta didik. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, dalam hal ini adalah tujuan Pendidikan Agama Islam.58 Hal ini dikarenakan
58 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Rosdakarya, 2004), cet.1, hlm. 117.
51
PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). Adapun pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.59 Senada dengan itu Ahmad Tafsir memberikan istilah pendidikan agama Islam sebagai suatu bidang studi mata pelajaran sebenarnya kurang tepat, karena bila dihubungkan dengan kalimat mengajarkan pendidikan agama Islam kalimat tersebut bisa dipahami. Mengajarkan kegiatan pendidikan agama Islam, padahal maksud kalimat di atas adalah mengajarkan agama Islam.60 Namun demikian kalau penggunaan istilah Pendidikan Agama Islam (PAI) dimaksudkan agar lewat mata pelajaran pendidikan agama Islam akan terjadi kegiatan pendidikan agama yang arahnya pada pembentukan pribadi muslim yang taat. Maka istilah pendidikan agama Islam merupakan pengajaran agama dan alat untuk mencapai pendidikan agama.61 B. Kerangka Teori Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam ciri-ciri aptitude maupun non-aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Menjadi guru kreatif tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, melainkan lahir dari proses pergumulan dengan ruang dan waktu seiring pengalaman yang dilaluinya. Guru yang kreatif artinya guru yang memiliki daya cipta, misalnya dalam menyiapkan metode, perangkat, media dan
59 60
Zuhairini, Op.Cit., hlm. 27. Ahmad Tafsir, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), cet.
IV, hlm. 8. 61
Zuhairini, Op. Cit., hlm. 28.
52
muatan materi pembelajaran. Dari kreativitas guru tersebut, akan menular pada siswa secara jangka pendek maupun panjang. Karena siswa -disadari atau tidak- cenderung belajar dari aktivitas dan kreativitas gurunya dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar yang variatif, dapat merangsang semangat dan rasa penasaran siswa untuk belajar PAI. Guru perlu membuat keterbukaan komunikasi dengan siswanya. Sebelum pelajaran PAI dimulai pada tahun ajaran baru, seyogyanya guru melakukan ’kontrak belajar’ dengan siswa. Guru memposisikan cara pandang bersama terhadap aktivitas di kelas sebagai relasi dan komunikasi di kelas adalah saling belajar. Kontrak belajar ini meliputi kenalan, curah harapan dan pendapat atas pelajaran PAI serta membangun kesepakatan dan kesepahaman kolektif antara guru dan siswa, seperti tentang cara dan tempat belajar misalnya. Membangun kreativitas guru membutuhkan proses, ia tidaklah lahir tiba-tiba, ada proses yang mengawalinya seperti: pertama, belajar dari pengalaman mengajar, baik diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman guru lain. Guru dapat belajar dan merefleksikan perjalanan proses belajar mengajarnya ke dalam praktik pembelajaran bersama siswa. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap muridmuridnya agar mereka menjadi manusia ideal di masa yang akan datang. Cinta adalah energi kehidupan. Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya kreativitas. Jika ada cinta dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa guru terlibat dalam proses pengajaran dan pendidikannya sehingga totalitas kinerja guru lahir. Perasaan siswa dapat menangkap cinta kasih gurunya sehingga terjalin hubungan psikologis antara siswa dan guru. Ketiga, adanya tanggung jawab yang mendalam terhadap tugasnya. Keempat, guru giat belajar untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
53
kepribadian dan keterampilannya yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.62 Dengan pembelajaran secarakreatif yang dilakukan guru, maka diharapkan minat belajar murid akan termotifasi dengan baik, yang pada gilirannya akan menumbuhkan prestasi belajar yang baik pula. C. Pengajuan Hipotesis Maksud dari hipotesis penelitian adalah Pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memakainya63. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, bahwa hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih harus dibuktikan kenyataanya
64
Dua pengertian diatas, pada hakekatnya hipotesis merupakan kesimpulan atas kondisi yang masih sementara, namun demikian konklusi yang diambil tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Berpijak dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada Pengaruh Positif Antara Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar PAI Kelas V Di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal”
62
Sumber: http://www.google.co.id/search?q=ciriciri+guru+kreatif&hl=id&client=firefox a&rls=org.mozilla:en-US:official&hs=pRp&start=10&sa=N. 63 64
S. Nasution, Metode Research ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003 ) hal. 39 Sutrisno Hadi, Statistik jilid II, (Yogyakarta: Andi, 2001 ), hal 257
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan sumber data Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara terukur, tentang tentang Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar Rumpun PAI Siswa Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal, sehingga pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, dimaksudkan untuk merancang penelitian atas obyek yang eksplisit, teramati dan terukur.1 Dalam Lexy J Moleong dinyatakan bahwa penlitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek peneliti, misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.2 Adapun pendekatan penelitian adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang berdasarkan perhitungan angka-angka atau data statistik dari suatu variabel untuk dapat dikaji secara terpisah-pisah yang kemudian untuk dihubungkan. Dengan kata lain penelitian kuantitatif mencakup jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan statistik.3 Namun demikian bukan berarti penelitian
kualitatif
tidak
boleh
menggunakan
angka-angka
dalam
pengumpulan datanya, penelitian kualitatif juga bisa menggunakan angkaangka seperti pada penelitian kuantitatif, akan tetapi model pengolahan data tersebut bersifat sederhana. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang sangat detil dalam proses pengolahan datanya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengambil lokasi di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, yang berarti sumber data dalam penelitian ini meliputi: 1
Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin, 2006, Hlm. 5 Lexy J.Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 6 3 Lexy J.Moleong, , Ibid, hlm. 520 2
65
66
1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat sendiri oleh peneliti secara langsung dari subyek penelitian yaitu Kreatifitas Guru Dalam Mengajar dan Minat Belajar Rumpun PAI Siswa Kelas V di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat sebagai pendukung data primer. Data primer penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa buku-buku yang ada relefansinya dengan kajian penelitian. Sedangkan jenis datanya menggunakan jenis data yang kuantitatif yang mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan pada perhitungan statistik B. Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar
Terhadap Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno
Sukorejo Kendal, dengan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Ingin Mengetahui Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal 2. Ingin Mengetahui Minat Belajar PAI Murid Kelas V dan VI di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal 3. Ingin Mengetahui Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar Rumpun PAI Siswa Kelas V di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal C. Waktu Dan Tempat Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Waktu penelitian
: 26 Nopember 2010 s/d 25 Januari 2011
2. Tempat penelitian
: MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
67
D. Variabel Penelitian Dalam suatu penelitian variabel merupakan suatu hal yang pokok, karena variabel merupakan Obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian4.
Variabel yang akan diteliti dijabarkan melalui item-item dari variabel yang disebut indikator. Berikut ini adalah penjabaran variabel kedalam indikator, yaitu : a. Variabel Bebas ( Independent Variable ) Variabel Bebas ( Independent Variable ) adalah merupakan variabel X atau variabel yang mempengaruhi, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Kreatifitas Guru Dalam Mengajar, dengan indikator-indikatornya sebagi berikut : Cara guru dalam merencanakan KBM Cara guru dalam pelaksanaan KBM Cara guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran b. Variabel Terikat ( Dependent Variable ) Variabel Terikat ( Dependent Variable ) adalah merupakan variabel Y atau variabel yang kena pengaruh, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Minat Belajar PAI, dengan indikatorindikatornya sebagi berikut : Kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu Kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI Antusias dalam mengikuti pelajaran E. Metode Penelitian Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal “ adalah penelitian kuantitatif.
4
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta, 2001), hal 62
68
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ex post facto. Metode yang digunakan untuk mencari data sebagai alat untuk mengetahui hasil dari penelitian ini adalah metode wawancara, angket dan observasi. F. Populasi Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel Obyek penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah semua guru di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Adapun jumlah seluruh guru pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah sejumlah 7 orang yang selanjutnya disebut sebagai populasi penelitian. Seperti yang diterangkan oleh Suharsini Arikunto bahwa Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian.5 Sutriso Hadi menyatakan bahwa Sampel merupakan bagian yang diambil dari populasi yang dijadikan sebagai sasaran dari populasi
6
Jadi yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah bagian dari papulasi, yaitu para guru di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Teknik atau prosedur cara pengambilan sampel menurut Suharsini Arikunto menyatakan Jika subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semuanya sehingga merupakan penelitian populasi, jika subyeknya besar dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih7 Dari sejumlah populasi sebanyak 8 guru, dalam penelitian ini penulis akan mengambil sampel sebesar 100 % atau yang disebut dengan sampel populasi G. Teknik Pengumpulan Data Penelitian lapangan (field research) yang dikaji ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, sehingga peneliti akan menggunakan metode-metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Observasi Metode Observasi adalah merupakan kegiatan Menatap kejadian, gerak atau proses, mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia
banyak
dipengaruhi
oleh
minat
dan
kecenderungan
kecenderungan yang ada, dengan kata lain harus obyektif 5
Suharsini Arikunto, op.cit, hal 102 Sutrisno Hadi, op.cit, hal 104 7 Suharsini Arikunto, op.cit., hal 107 8 op.cit., hal 205 6
8
–
Metode
69
observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Tujuan Observasi atau pengamatan ialah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interelasi elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam pola-pola kultural tertentu.9 Dalam hal ini yang diobservasi adalah guru pendidikan agama Islam mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar dan kreatifitas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam mengajar di kelas, kepala sekolah dan mungkin beberapa siswa di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Jadi dalam penelitian ini metode observasi penulis gunakan untuk melihat, mencatat dan mengamati gejala dan fenomena yang terjadi di lapangan yang terkait dengan veriabel penelitian. Sehingga kegiatan ini dapat mengumpulkan data yang berhubungan dengan veriabel bebas maupun variabel terikat, sebagai pendukung pokok permasalahan dalam penulisan penelitian ini. 2. Metode Interview Di dalam buku berjudul Bimbingan dan Penyuluhan di madrasah dinyatakan bahwa Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data anak atau orang, dengan mengadakan hubungan langsung dengan informan
10
Metode interview yaitu metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis dengan berlandaskan tujuan penelitian. Melalui metode ini, peneliti mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban informan penelitian dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).11
9
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990),
hlm. 157. 10
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (Penerbit fak. psikologi UGM, Yogyakarta 1998), hal 54 11 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1999), hlm. 67.
70
Dalam penelitian ini, yang diwawancarai adalah kepala madrasah dan guru PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Wawancara yang akan dilakukan seputar bagaimana proses mengajar kreatifitas guru, bagaimana sebenarnya minat belajar PAI dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan. 3. Metode Questionnaire ( Angket ) Metode kuesioner atau angket adalah cara untuk mengumpulkan data yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai hal atau dalam suatu bidang.12 Dengan demikian, angket dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban jawaban dari peserta didik. Metode angket ini ditujukan pada peserta para guru. Metode ini digunakan karena pertimbangan waktu, tenaga dan biaya disamping itu objek yang diteliti akan lebih mudah memberikan jawaban sesuai dengan keadaan peserta didik, dengan kisi-kisi sebagai berikut: Variabel Kreatifitas
Jumlah
Nomor
Item
Soal
5
1-5
5
6-10
evaluasi
5
11-15
untuk
5
16-20
Indikator Guru 1. Cara
Dalam Mengajar
guru
dalam
merencanakan KBM
2. Cara
guru
dalam
pelaksanaan KBM
3. Cara
guru
melakukan
dalam
pembelajaran Minat Belajar PAI 1. Kemauan mengikuti
KBM
tepat
waktu 12
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 173
71
5
21-25
5
26-30
2. Kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI
3. Antusias dalam mengikuti pelajaran
4. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi yaitu merupakan kegiatan
Mencari data
mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, surat kabar, majalah, notulen agenda dan lain – lain 13 Dalam penelitian ini metode dokumentasi diefektifkan untuk memperoleh data tentang : letak geografis, keadaan guru dan karyawan, keadaan bangunan dan fasilitasnya dan lain – lain Metode dokumen ini juga dipergunakan untuk memperoleh data mengenai data guru PAI dan program yang telah dilakukan untuk peningkatan minat belajar PAI. H. Teknik Analisa Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif yaitu suatu analisis yang terdapat kumpulan bahan, keterangan-keterangan yang berwujud angket (analisis statistik). Dan untuk menganalisa data tersebut dilakukan beberapa tahap, yaitu : 1) Analisis Pendahuluan Pada proses pendahuluan yang dilakukan penulis adalah mengolah data kualitatif menjadi data kuantitatif, yaitu dengan cara memberi skor pada jawaban responden sesuai dengan jawaban kualitatif, dengan cara membuat kategori jawaban agar mudsah dalam penentuan skornya. Dalam penelitian ini penulis menentukan kategori jawaban yaitu sebagai berikut :
13
Suharsini Arikunto, op.cit, hal 78
72
- Untuk alternatif jawaban ( a ) diberi skor 4 - Untuk alternatif jawaban ( b ) diberi skor 3 - Untuk alternatif jawaban ( c ) diberi skor 2 - Untuk alternatif jawaban ( d ) diberi skor 1 2) Analisis Uji Hipotesis Pada tahap ini penulis menganalisis uji hipotesis dengan melakukan perhitungan statistik, dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Adapun
untuk
menguji
kebenaran
hipotesanya,
penulis
menggunakan analisis statistik yaitu dengan teknik korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut :
r
xy
=
xy ( x )( y 2
2
)
keterangan :
r = koefisien korelasi antara variable x dan variable y xy = jumlah product moment x dan y Dari hasil perhitungan product moment ( r ) tersebut, xy
xy
kemudian
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi product moment 3) Analisis Lanjut Di dalam analisis ini, penulis menginterpretasikan hasil yang telah diperoleh, sehingga pada akhirnya akan dapat diketahui sejauh mana pengaruh antara Kreatifitas Guru Dalam Mengajar dan Minat Belajar PAI Murid Kelas V dan VI di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Dengan ketentuan jika
r
0
( hasil perhitungan ) telah dikonsultasikan
dengan r tabel maka akan muncul interpretasi yang diharapkan, sehingga rumusan dari hipotesis yang penulis ajukan, dapat diterima atau justru ditolak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian. 1. Kondisi Umum Umum MI NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang berciri khas Islam, terletak di Dusun Kabunan Desa Ngadiwarno Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Berada pada lingkungan masyarakat dengan kultur yang kental ajaran Islam karena banyak penduduknya yang merupakan alumni pesantren baik sallafi maupun pesantren modern. Ditopang kehidupan masyarakat yang mayoritas mata pencahariannya bertani, maka Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal menjalankan fungsinya ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat khususnya desa Ngadiwarno. Beberapa hal yang dapat di ungkap dengan keberadaan Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal, antara lain: a. Visi Visi Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal yang telah dicanangkan bersama oleh warga madrasah adalah “Terwujudnya manusia yang bijak, cakap, berakhlkul karimah dan bermasyarakat dengan berlandaskan syari’at Islam dan Pancasila” b. Misi Dalam rangka untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, maka Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal mencanangkan misinya sebagai berikut: 1. Melaksanakan
pembelajaran
dan
bimbingan
baik
mata
pelajaran umum maupun mata pelajaran agama secara efektif. 2. Menumbuhkan semangat serta motivasi belajar secara intensif kepada seluruh warga belajar.
84
85
3. Membimbing dan membekali pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa agar hidup mandiri di masyarakat. c. Tijauan Historis Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal didirikan dengan tujuan selain untuk memenuhi harapan masyarakat ngadiwarno dan sekitarnya, secara luas juga mempunyai tujuan untuk ikut berpartisipasi mempersiapkan generasi generasi muda yang berilmu pengetahuan, taffaquh fiddin, berguna bagi nusa dan bangsa, masyarakat, serta taqwa kepada Allah Swt. Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal berdiri pada 1 Agustus 1962 yang keberadaanya bertempat pada tanah wakaf dari Bapak Khasan Juki penduduk setempat yang sangat peduli dengan dunia pendidikan Islam, dengan luas tanah 604 m 2 Adapun nadzir tanah wakaf tersebut adalah: 1. Akhmad Rosyid
: Sebagai Ketua
2. Maksum
: Sebagai Sekretaris
3. Rozikin
: Sebagai Anggota
4. Baeti
: Sebagai Anggota
Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal dipimpin oleh seorang kepala madrasah, dimana sampai dengan tahun pelajaran 2010-2011 telah berganti sampai enam periode. Pada awal pendiriannya yaitu tahun 1962 s/d 2004 Madrasah Ibtida’iyah (MI) Ngadiwarno Sekorejo Kendal berada dibawah Yayasan Al-Islam. Pada awal pendiriannya perserta didik yang ditampung adalah sebanyak 127 siswa, hal ini dikarenakan pada saat itu desa Ngadiwarno hanya ada satu sekolahan yaitu Madrasah Ibtida’iyah Al-Islam. Sehingga sangatlah wajar bila peserta didik waktu itu demikian banyak. Tetapi setelah di desa Ngadiwarno didirikan dua Sekolah Dasar (SD) anak-anak yang mendaftar menjadi berkurang, dimana tahun 1999-2000 hanya mempunyai siswa 45 saja. Faktor lain penyebab
86 kurangnya minat belajar di Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal, juga dikarenakan kurang tenaga pendidik yang berkompeten dibidangnya. Tahun 2004 atas kemauan masyarakat dan komite madrasah bahwa Mdrasah Ibtid’iyah Al-Islam Ngadiwarno Sukorejo Kendal diubah menjadi Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal. Dengan perubahan ini ditambah sumbangan dari komite madrasah dua orang tenaga edukatif, jumlah siswa yang mendaftar sedikit demi sedikit mulai bertambah. Dalam perjalanannya Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal telah melakukan akreditasi dua kali, yaitu pada tanggal 12 Januari 1999 dengan mendapat status DIAKUI dengan Surat Keputusan No. N.S.M 15.2.03.24.02.012, akreditasi yang kedua dengan status akreditasi B dengan Nomor statistik 112032403012, dan NSM 15 2032403012. d. Letak Geografis Secara geografis letak Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal sangat menguntungkan, karena terletak tidak jauh dari ditepi jalan utama dari Sukorejo menuju Pekalongan, dengan demikian lembaga pendidikan ini juga sangat mudah dijangkau dengan alat transportasi umum maupun kendaraan pribadi. Dengan ketinggian 80 meter dari permukaan air laut, maka suhu di lingkungan pesantren sangat sejuk dan nyaman, ditambah lagi di sana masih rendah tingkat polusinya, baik itu polusi udara maupun pulosi suara
atau
kebisingan.
Hal
yang
demikian
ini
akan
lebih
mempermudah bagi para pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar, dan keuntungan juga pada pihak siswa yaitu dapat belajar dengan penuh konsentrasi dan bersemangat. Lokasi Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal berbatasan dengan :
87
- Sebelah utara
: Masjid
- Sebelah barat
: Rumah Saudara Siti Mariyam
- Sebelah timur
: Saudara Tasilah
- Sebelah selatan
: Balai Desa Ngadiwarno
e. Keadaan Guru Tenaga edukatif yang ada di Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal seluruhnya berjumlah 7 orang tenaga pengajar, dan tuk lebih jelasnya sperti pada tabel berikut
TABEL 1 TENTANG TENAGA EDUKATIF MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) NU NGADIWARNO SEKOREJO KENDAL
No Nama
Pend
Jabatan
Jabatan tertentu
1
Mustofa
DII
Guru
Kepala Madrasah
2
Haryati
DII
Guru
Sekretaris
3
Yarkoni
DII
Guru
Wakamad
4
Surtinah, S.Pd I
S1
Guru
Bendahara
5
Saudi
DII
Guru
6
Nur Kholis
DII
Guru
7
Saifudin
DII
Guru
Segenap tenaga pengajar Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal bersepakat untuk meningkatkan mutyu pendidikan dengan menambahkan pelajaran ekstra, yang dilakuan setelah pulang sekolah yaitu jam 13.00 sampai jam 15.00. adapun yang menjadi jenis kegiatan ekstra adalah sperti ter tuang dalam tabel berikut ini.
88
TABEL 2 TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) NU NGADIWARNO SEKOREJO KENDAL
No Nama Pembina 1
2
3 4
Mustofa Surtinah, S.Pd I Haryati Saudi Yarkoni Saifudin Nur Kholis
Jenis Kegiatan
Kelas
Hari
Pramuka
III, IV, V
Sabtu
Komputer
III, IV, V, VI
Selasa, Rabu, Kamis
Qiro’
V, VI
Jum’at
Bola Voly
IV, V
Senin
f. Keadaan Siswa Jumlah keseluruhan siswa Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah 71 siswa yang terdiri laki-laki 34 dan perempuan 37 siswa. Jumlah tersebut hanya berasal dari Dusun Kabunan yang tersebar dalam 4 Rukun Tetangga (RT), artinya hanya satu dusun saja yang menjadi siswa di Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal, padahal desa Ngadiwarno terdiri tiga dusun. Berikut penulis sajikan data perkembangan siswa dari tahun ketahun, seperti yang disajikan pada tabel berikut ini.
89
TABEL 3 TENTANG KEADAAN SISWA MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) NU NGADIWARNO SEKOREJO KENDAL No
Tahun Pelajaran
Jumlah siswa
1
2004-2005
50
2
2005-2006
51
3
2006-2007
63
4
2007-2008
65
5
2008-2009
68
6
2009-2010
70
7
2010-2011
71
g. Keadaan Sarana Dan Prasarana Fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Ibtida’iyah (MI) NU Ngadiwarno Sekorejo Kendal adalah sebagai berikut: 1)
Prasarana Sekolah TABEL 4 TENTANG PRASARANA MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) NU NGADIWARNO SEKOREJO KENDAL No
Jenis Bnagunan
Jml
Luas
1
Tanah
1
593 m 2
2
Ruang Kelas
6
252 m 2
3
Ruang Tamu
1
6 m2
4
Ruang Guru
1
16 m 2
5
Papan Nama
1
2 m2
6
Lapangan
1
167 m 2
7
Tiang Bendera
1
6m
90
2) Sarana Sekolah (forniture) TABEL 5 TENTANG SARANA (FORNITURE) MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) NU NGADIWARNO SEKOREJO KENDAL No Jenis Sarana Jml 1
Meja Murid
52
2
Kursi Murid
70
3
Papan Tuli
6
4
Meja Pengajar
5
5
Kursi Pengajar
5
6
Almari Kantor
2
7
Meja Tamu
8
Meja Kepala Madrasah
1
9
Meja Guru
7
10
Meja Perpustakaan
2
11
Almari Perpustakaan
1
12
Komputer
1
13
Radio Tape
1
14
Telepon
1
1 set
3) Adminstrasi Dan Olah Raga TABEL 6 TENTANG ADMINSTRASI DAN OLAH RAGA MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) NU NGADIWARNO SEKOREJO KENDAL No
Jenis Sarana
Jml
1
Buku Perpustakaan
110
2
Bola Sepak
2
3
Bola Kasti
3
4
Bola Volly dan Net Volly
1/1
91
2. Hasil Penelitian Tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal Hasil angket tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, terdapat dalam pertanyaan nomor 1 s/d 15 dan dari hasil sekor dapat dianalisis hal-hal sebagai berikut. a. Cara guru dalam merencanakan KBM Pada sekor hasil angket dari indikator cara guru dalam merencanakan KBM, skore yang dicapai nilai tertinggi adalah 20 sedangkan terendah adalah 18 (data terlampir pada lampiran 2). Dari hasil sekor indikator cara guru dalam merencanakan KBM dapat dianalisis hal-hal sebagai berikut: 1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 dibulatkan menjadi 4 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 20 – 18 R=2
3) Menentukan interval I=
R K
I=
2 4
I = 0,5 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti table dibawah ini
92
Tabel 7 Interval Nilai (X)
No
Nilai (x)
Keterangan
1
20
Baik
2
19
Cukup
3
18
Kurang
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang cara guru dalam merencanakan KBM, dengan memasukan kedalam table berikut Tabel 8 Distribusi Frekuensi Tentang cara guru dalam merencanakan KBM No
Nilai (x)
(f)
(%)
1
20
1
14,28
2
19
1
14,28
3
18
5
71,44
7
100,00
Jumlah
Dari hasil data distribusi frekuensi cara guru dalam merencanakan KBM MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi pada interval yang kesatu dan kedua yaitu masingmasing 1 orang responden atau 14,28% dari keseluruhan responden, sedangkan interval yang ketiga sebanyak 5 orang reponden atau sebesar 71,44%. 5) Membuat gambar histogram Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi frekuensi cara guru dalam merencanakan KBM di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal tersebut di atas, maka dapat
93
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar berikut ini: 5
4 3 2 1 18
19
20
Gambar 1: Cara Guru Dalam Merencanakan KBM b. Cara guru dalam pelaksanaan KBM Pada sekor hasil angket dari indikator cara guru dalam melaksanakan KBM, skore yang dicapai nilai tertinggi adalah 20 sedangkan terendah adalah 15 (data terlampir pada lampiran 3). Dari hasil sekor indikator cara guru dalam melaksanakan KBM dapat dianalisis hal-hal sebagai berikut:
1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 20 – 15 R=5 3) Menentukan interval I=
R K
I=
5 4
94
I = 1,25 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti table dibawah ini Tabel 9 Interval Nilai (X)
No
Nilai (x)
Keterangan
1
19-20
Baik
2
17-18
Cukup
3
15-16
Kurang
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang keinginan penguasaan materi pelajaran, dengan memasukan kedalam table berikut Tabel 10 Distribusi Frekuensi Tentang cara guru dalam melaksanakan KBM No
Nilai (x)
(f)
(%)
1
19-20
1
14,28
2
17-18
4
57,14
3
15-16
2
28,58
7
100,00
Jumlah
Dari hasil data distribusi frekuensi cara guru dalam melaksanakan KBM MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi pada interval yang kesatu terdapat 1 orang responden atau 14,28%, pada interval kedua yaitu 4 orang responden atau 57,14% dari keseluruhan responden, sedangkan interval yang ketiga sebanyak 2 orang reponden atau sebesar 28,58%. 5) Membuat gambar histogram
95
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi frekuensi cara guru dalam melaksanakan KBM di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal tersebut di atas, maka dapat divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar berikut ini:
5 4 3 2 1 15-16
17-18
19-20
Gambar 2: Cara Guru Dalam Melaksanakan KBM c. Cara guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran Pada sekor hasil angket dari indikator cara guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran, skore yang dicapai nilai tertinggi adalah 19 sedangkan terendah adalah 15 (data terlampir pada lampiran ke 4). Dari hasil sekor indikator cara guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran dapat dianalisis hal-hal sebagai berikut: 1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 19 – 15
96
R=4
3) Menentukan interval I=
R K
I=
4 4
I= 1 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti table dibawah ini
Tabel 11 Interval Nilai (X)
No
Nilai (x)
Keterangan
1
19-20
Baik
2
17-18
Cukup
3
15-16
Kurang
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang keinginan penguasaan materi pelajaran, dengan memasukan kedalam table berikut Tabel 12 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Guru Dalam Melakukan Evaluasi Pembelajaran No
Nilai (x)
(f)
(%)
1
19-20
1
14,28
2
17-18
5
71,44
3
15-16
1
14,28
7
100,00
Jumlah
97
Dari hasil data distribusi frekuensi cara guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi pada interval yang kesatu terdapat 1 orang responden atau 14,28%, pada interval kedua yaitu 5 orang responden atau 71,44% dari keseluruhan responden, sedangkan interval yang ketiga sebanyak orang reponden atau sebesar 14,28%. 5) Membuat gambar histogram Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi
frekuensi
cara
guru dalam melakukan
evaluasi
pembelajaran di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal tersebut di atas, maka dapat divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar berikut ini: 5
4 3 2 1 15-16
17-18
19-20
Gambar 3: Cara Guru Dalam Melakukan Evaluasi Pembelajaran 3. Hasil Penelitian Tentang Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal Hasil angket tentang Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, terdapat dalam pertanyaan nomor 16 s/d 30 dan dari hasil sekor dapat dianalisis hal-hal sebagai berikut
a. Kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu
98
Pada sekor hasil angket dari indikator kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu, skore yang dicapai nilai tertinggi adalah 20 sedangkan terendah adalah 15 (data terlampir pada lampiran ke 5) 1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 20 – 15 R=5 3) Menentukan interval I=
R K
I=
5 4
I = 1,25 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti table dibawah ini
Tabel 13 Interval Nilai (X)
No
Nilai (x)
Keterangan
1
19-20
Baik
2
17-18
Cukup
99
3
15-16
Kurang
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu, dengan memasukan kedalam table berikut Tabel 14 Distribusi Frekuensi Tentang Kemauan Untuk Mengikuti KBM Tepat Waktu No
Nilai (x)
(f)
(%)
1
19-20
1
14,28
2
17-18
5
71,44
3
15-16
1
14,28
7
100,00
Jumlah
Dari hasil data distribusi frekuensi kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi pada interval yang kesatu terdapat 1 orang responden atau 14,28%, pada interval kedua yaitu 4 orang responden atau 57,14% dari keseluruhan responden, sedangkan interval yang ketiga sebanyak 2 orang reponden atau sebesar 28,58% 5) Membuat gambar histogram Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi frekuensi kemauan untuk mengikuti KBM tepat waktu di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal tersebut di atas, maka dapat divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar berikut ini: 5
4
100
3 2 1 15-16
17-18
19-20
Gambar 4: Kemauan Untuk Mengikuti KBM Tepat Waktu
b. Kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI Pada sekor hasil angket dari indikator kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI, skore yang dicapai nilai tertinggi adalah 20 sedangkan terendah adalah 17 (data terlampir pada lampiran ke 6) 1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 20 – 17 R=3 3) Menentukan interval I=
R K
I=
3 4
I = 0,75 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti table dibawah ini
Tabel 15 Interval Nilai (X)
101
No
Nilai (x)
Keterangan
1
20
Baik
2
19
Cukup
3
18
Kurang
4
17
Buruk
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI, dengan memasukan kedalam table berikut Tabel Distribusi Frekuensi Tentang Kemauan Untuk Selalu Mengikuti Pelajaran PAI No
Nilai (x)
(f)
(%)
1
20
1
14,28
2
19
0
0
3
18
2
28,58
4
17
4
57,14
7
100,00
Jumlah
Dari hasil data distribusi frekuensi kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi pada interval yang kesatu terdapat 1 orang responden atau 14,28%, pada interval kedua yaitu 0 orang responden atau 0% dari keseluruhan responden, dan interval yang ketiga sebanyak 2 orang reponden atau sebesar 28,58%, sedangkan interval yang keempat sebanyak 4 orang reponden atau sebesar 57,14% 5) Membuat gambar histogram
5
102
4 3 2 1 17
18
19
20
Gambar 5: Kemauan Untuk Selalu Mengikuti Pelajaran PAI c. Antusias dalam mengikuti pelajaran Pada sekor hasil angket dari indikator kemauan untuk selalu mengikuti pelajaran PAI, skore yang dicapai nilai tertinggi adalah 20 sedangkan terendah adalah 16 (data terlampir pada lampiran ke 7): 1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 20 – 16 R=6 3) Menentukan interval I=
R K
I=
4 4
I= 1 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 16 Interval Nilai (X)
103
No
Nilai (x)
Keterangan
1
20-21
Baik
2
18-19
Cukup
3
16-17
Kurang
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang antusias dalam mengikuti pelajaran, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Tentang Antusias Dalam Mengikuti Pelajaran No
Nilai (x)
(f)
(%)
1
20-21
1
14,28
2
18-19
2
28,58
3
16-17
4
57,14
Jumlah
100,00
Dari hasil data distribusi frekuensi antusias dalam mengikuti pelajaran di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi pada interval yang kesatu terdapat 1 orang responden atau 14,28%, pada interval kedua yaitu 2 orang responden atau 28,58% dari keseluruhan responden, dan interval yang ketiga sebanyak 4 orang reponden atau sebesar 57,14%. 5) Membuat gambar histogram Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi frekuensi antusias dalam mengikuti pelajaran di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal tersebut di atas, maka dapat
104
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar berikut ini: 5 4 3 2 1 16-17
18-19
20-21
20
Gambar 6: Antusias Dalam Mengikuti Pelajaran
B. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Pendahuluan Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran dari hipotesis yang telah penulis ajukan pada bab sebelumnya, sehingga dalam hal ini adalah untuk menguji kebenaran pernyataan ada hubungan positif antara kreatifitas guru dalam mengajar dengan minat belajar PAI. Kemudian untuk memperjelas dalam uji hipotesis maka terlebih dahulu analisis tiap variabel, yaitu: a. Anilisis Variabel Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Untuk mengetahui hasil perolehan skor dari angket tentang kreatifitas guru dalam mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, maka penulis menyajikan data seperti yang terlihat dalam lampiran 8 yaitu sebagai bahwa nilai akumulasi skore tertinggi adalah 59 sedangkan nilai terendah 48. Hasil angket yang telah dibuat kemudian digunakan untuk menganalisa hala-hal sebagai berikut: 1) Menentukan banyaknya kelas interval k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79
105
k = 3,79 dibulatkan menjadi 4 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 59 – 48 R = 11 3) Menentukan interval I=
R K
I=
11 4
I = 2,75 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini Tabel 18 Interval Nilai (X)
No
Interval
Keterangan
1
57-59
Sangat baik
2
54-56
Baik
3
51-53
Cukup baik
4
48-50
Kurang baik
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang kreatifitas guru dalam mengajar, dengan memasukan kedalam table berikut Tabel 19 Distribusi Frekuensi Tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
No
Interval
(f)
(%)
1
57-59
1
14,28
106
2
54-56
2
28,58
3
51-53
3
42,86
4
48-50
1
14,28
7
100,00
Jumlah
Dari hasil data distribusi frekuensi persepsi guru tentang kreatifitas guru dalam mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi terbanyak pada interval 51-53 yaitu dengan sejumlah 3 orang responden atau 42,86%, sedangkan pada interval 54-56 terdapat 2 orang reponden atau 28,58% dari kesluruhan, serta pada interval 4850 dan 57-59 maing-masing 1 orang responden atau 14,28%. 5) Membuat gambar histogram Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi frekuensi tentang kreatifitas guru dalam mengajar di MI NU Ngadiwarno
Sukorejo
Kendal
tersebut
di
atas,
maka
dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar 1 berikut ini:
6 5 4 3 2 1 48-50
51-53
54-56
57-59
Gambar 7: Kreatitifitas Guru Dalam Mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
6) Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dengan menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih dahulu.
107
Tabel 20 Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi Kreatifitas Guru Dalam Mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
No
Interval
f
x
fx
1
57-59
1
58
58
2
54-56
2
55
110
3
51-53
3
52
156
4
48-50
1
49
49
Jumlah
Mx = Mx =
7
373
fX N
373 7
Mx = 53,29 Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil perhitungan adalah 53,29 yang termasuk kedalam interval yang ketiga yaitu 51-53 b. Analisis Variabel Minat Belajar PAI Untuk mengetahui hasil perolehan skor dari angket tentang Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, maka penulis menyajikan data seperti yang terlihat dalam lampiran 9 yaitu sebagai bahwa nilai akumulasi skore tertinggi adalah 60 sedangkan nilai terendah 49. Hasil angket yang telah dibuat kemudian digunakan untuk menganalisa hala-hal sebagai berikut: 1) Menentukan banyaknya kelas interval
108
k = 1+3,3 log N k = 1 + 3,3 log 7 k = 1 + 3,3 x 0,845 k = 1 + 2,79 k = 3,79 dibulatkan menjadi 4 2) Menentukan range R = Nilai tertinggi – Nilai terendah. R = 50 – 49 R = 11 3) Menentukan interval I=
R K
I=
11 4
I = 2,75 Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 21 Interval Nilai (X)
No
Interval
Keterangan
1
58-60
Sangat baik
2
55-57
Baik
3
52-54
Cukup baik
4
49-51
Kurang baik
4) Membuat distribusi frekuensi data tentang Minat Belajar PAI, dengan memasukan kedalam table berikut
109
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Tentang Minat Belajar PAI Di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
No
Interval
(f)
(%)
1
58-60
1
14,28
2
55-57
0
0
3
52-54
3
42,86
4
49-51
3
42,86
7
100,00
Jumlah
Dari hasil data distribusi frekuensi persepsi guru tentang Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut: Frekuensi terbanyak pada interval 49-51 dan 52-54 yaitu masingmasing sejumlah 3 orang responden atau 42,86%, sedangkan pada interval 58-60 terdapat 1 orang reponden atau 14,28% dari kesluruhan responden. 5) Membuat gambar histogram Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data distribusi frekuensi tentang Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal tersebut di atas, maka dapat divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar 7 berikut ini:
6 5 4 3 2 1 49-51
52-54
55-57
58-60
110
Gambar 7: Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
6) Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dengan menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih dahulu. Tabel 23 Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal
No
Interval
f
x
fx
1
58-60
1
59
59
2
55-57
0
56
0
3
52-54
3
53
159
4
49-51
3
50
150
Jumlah
Mx = Mx =
7
368
fX N
368 7
Mx = 52,57
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil perhitungan adalah 52,57 yang termasuk berada diantara interval yang ketiga dan interval keempat.
2. Analisis Uji hipotesis Untuk menganalisis uji hipotesis diperlukan hasil sekor variabel kreatifitas guru dalam mengajar (lampiran 8) dan variabel minat belajar PAI (lampiran 9), yang kemudian dibuat tabel kerja sebagai berikut: Tabel 24
111
Table Kerja Analisis Korelasi Product Moment Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI No
X
Y
x
y
x2
y2
xy
1
53
52
-0,29
-0,43
0,084
0,1849
0,1247
2
52
49
-1,29
-3,43
1,664
11,7649
4,4247
3
48
50
-5,29
-2,43
27,98
5,9049
12,8547
4
59
60
5,71
7,57
32,6
57,3049 43,2247
5
54
50
0,71
-2,43
0,504
5,9049
-1,7253
6
54
52
0,71
-0,43
0,504
0,1849
-0,3053
7
53
54
-0,29
1,57
0,084
2,4649
-0,4553
373
367
63,43
83,7143 58,1429
Res
Keterangan: x 2 = 63,43 y 2 = 83,7143 xy = 58,1429
xy ( x )( y
rxy =
2
2
)
rxy =
58,1429 (63,43)(83,7143)
rxy =
58,1429 5309,99804 9
rxy =
58,1429 72,87
rxy = 0,797 Dari hasil perhitungan statistik analisa produk moment, kemudian uji signifikansi korelasi melalui uji t dengan rumus: t hitung
r ( N 2) 1 r 2
112
t hitung
t hitung
0,797 (7 2) 1 0,7972
0,797 5 1 0,635209
t hitung
0,797 5 0,365
t hitung
1,782 0,604
t hitung 2,950
3. Analisis Lanjut Dari hasil perhitungan statistik analisa produk moment yaitu rxy = 0,797 Kemudian dilakukan uji signifikansi korelasi melalui uji t dengan hasil t hitung 2,950 . Dari hasil perhitungan statistik analisa produk moment yaitu rxy = 0,797 jika di konsultasikan dengan r tabel pada raraf 5% dengan nilai 0,754 dan pada raraf 1% dengan nilai 0,874, dan pada pada raraf 5% r hitung lebih besar dari pada r tabel Demikian pula perhitungan uji signifikansi korelasi melalui uji t dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan jika karena t hitung > t tabel maka ada hubungan yang signifikan. C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah memalului berbagai perhitungan pada sub bab sebelumnya, untuk mengetahui tingkat signifikansi Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal, yaitu dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan jika karena t hitung > t tabel maka korelasi kedua varibel signifikan.
113
Dari hasil perhitungan menujukkan bahwa t hitung = 2,950 jika dibandingkan dengan t tabel (0,10: 7) = 1,895 sehingga karena t hitung > t tabel berarti korelasi antara variabel persepsi guru tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI signifikan. Dengan demikian hasil penelitian tersebut di atas menujukkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal” telah terbukti. D. Keterbatasan Hasil Penelitian Penulis menyadari dalam setiap melakukan kegiatan atau pekerjaan pasti terjadi kendala atau hambatan, seperti halnya dalam penulisan tugas skripsi ini. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor kesengajaan, akan tetapi dikarenakan oleh adanya keterbatasan yang dialami dalam proses pelaksanaan penelitian, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterbatasan waktu dan lokasi penelitian Mengingat lokasi penelitian di MI NU Ngadiwarno Kendal jauh dari tempat tinggal penulis sehingga waktu menjadi bagian dari kendala dalam penelitian. Sehingga penelitian ini memakan waktu yang cukup lama yaitu akhir bulan desember sampai dengan bulan april. 2. Keterbatasan tenaga Disamping kertebatasan waktu dan lokasi penelitian, keterbatasan tenaga juga merupakan kendala tersendiri bagi penulis. Hal ini disebabkan penulis adalah kepala rumah tangga, yang harus membagi tenaganya untuk kepentingan keluarga dan kepentingan penelitian, agar tidak terjadi keimpangan dalam kehidupan rumah yangga. 3. Keterbatasan biaya Biaya meskipun beukan merupakan satu-satunya faktor penghambat dalam penelitian ini, akan tetapi pada dasarnya merupakan suatu hal yang memegang peranan penting dalam menyukseskan penelitian. Peneliti menyadari bahwa minimnya biaya penelitian, akan dapat berakibat pada
114
terhambatnya proses penelitian. Hal ini disebabkan mahalnya biaya operasional yang menyebabkan ikut terhambatnya proses penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah memalului berbagai perhitungan pada sub bab sebelumnya, untuk mengetahui tingkat signifikansi Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean variabel kreatifitas guru dalam mengajar hasil perhitungan adalah 53,29 yang termasuk kedalam interval yang ketiga yaitu 51-53 yang berarti kreatifitas guru dalam mengajar di MI NU Ngadiwarno Kendal cukup baik. 2. Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean pada variabel minat belajar hasil perhitungan adalah 52,57 yang termasuk berada diantara interval yang ketiga dan interval keempat yang berarti minat belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal dalam kategori cukup baik. 3. Dari
hasil
perhitungan
menujukkan
bahwa
t hitung =
2,950
jika
dibandingkan dengan t tabel (0,10: 7) = 1,895 sehingga karena t hitung > t tabel berarti korelasi antara variabel persepsi guru tentang Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI signifikan. Dengan demikian hasil penelitian tersebut di atas menujukkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar PAI di MI NU Ngadiwarno Kendal” telah terbukti
118
119
B. Saran Suatu lembaga pendidikan akan bisa mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu menigkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan visi dan misi Madrasah, apabila apa yang sudah direncanakan, sebagai pengejawantahan dari visi dan misi madrasah dapat berjalan dengan baik dan dilaksanakan oleh semua komponen-komponen lembaga pendidikan. Apabila semua komponen dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan maka akan terjadi gool concruence atau keselaran tujuan di antara komponen-komponen yang ada. Untuk lebih meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, maka dalam hal ini diberikan saran – saran kepada sebuah komponen pendukung MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal antara lain : 1. Kepada Kepala Madrasah. Kepala Madrasah merupakan
penanggung jawab secara umum
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi Madrasah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana
dan
prasara,
maka
hendaknya
senantiasa
meningkatkan kualitas maupun kuantitas pembinaan terhadap semua personal pendukung terselenggaranya pendidikan di Madrasah, baik itu kepada para guru, para staff tata usaha, serta bagian-bagian lain yang ikut mendukung proses belajar mengajar di MI NU Ngadiwarno Sukorejo Kendal, sehinga mereka mempunyai kadar etos kerja yang tinggi dengan tetap berpegangan pada tugas dan wewenang masing-masing.
120
Dengan adanya semangat kerja yang dilakukan kepala madrasah dapat menyebabkan semua komponen pendidikan akan menyadari fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab sebagai seseorang yang mengabdi pada dunia pendidikan, yang harus mengedepankan aspek kreatifitas dalam mengajar. 2. Kepada Para Guru Pengajar. Tenaga pengajar atau sering disebut ustadz / ustadzah merupakan komponen yang paling vital bagi penyelenggaraan dunia pendidikan, karena tanpa tenaga pengajar atau guru proses belajar mengajar secara formal tidak akan dapat dilaksanakan, sehingga guru harus senantiasa meningkatkan minat belajar murid dengan perannya sebagai pengajar dan pendidik. Hal ini harus disadari oleh setiap pendidik, agar murid dapat terdorong untuk melakukan hal–hal yang bersifat kreatif, yang mengandung arti bahwa setiap murid akan selalu mengembangkan potensi kreatifitas belajarnya melalui hal–hal yang terkait dengan pengembangan kepribadiannya.
Dimana pada gilirannya nanti guru akan mampu
mendorong murid untuk menumbuhkan berbagai macam ide, inisiatif dan imaginasi yang ditujukan untuk dapat meraih prestasi yang baik. C. Penutup Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini, penulis merasa bersyukur dan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah
121
dan inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dengan tiada suatu halangan apapun yang berarti. Dan tidak lupa pada bab terakhir ini penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing, serta sahabat – sahabat yang mendorong penulis untuk melaksanakan tugas penyusunan skripsi ini, semoga semua amal budi baik yang diberikan kepada penulis akan mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa dalam rangka penulisan skripsi ini masih sangat banyak kekurangan – kekurangan yang terjadi, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik dari para pembaca pada umumnya, agar dalam berkarya dikemudian hari penulis dapat membuahkan hasil karya yang sempurna. Dan semoga penulisan atau hasil karya ini, mendapat ridho dari Allah SWT serta bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, syukur – syukur dapat menjadi sumbangan kepada masyarakat untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Daftar pustaka -
A.Tabrani dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, Inti Media Cipta Nusantara, 2001
-
Ahmadi Abu, Psikologi Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003)
-
Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta, 2001)
-
Arno F. Witting, Psicology Of Learning, (New York, Mc Crow Hiel Book Company, tt)
-
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996)
-
Asshidiqi Hasbi, dkk, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Semarang: PT Tanjung Mas Semarang
-
Djamarah Bahri Syaiful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2000)
-
Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islsm, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001)
-
-
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Rosdakarya, 2004)
-
Gerungan W.A., Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996)
-
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan (cetakan ke-7). Citra Aditya Bakti, Bandung 1994
-
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya,2000)
-
Hurlock B.Elizabeth, Child Development, Singapore: McGraw-Hill, 1084 6th
-
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar Di Sekolah, (Bandung: Remaja Karya, 1987 Lester D Crow & Alice Crow, Education Psychology, (New York: American Book Company, 1958)
-
118
119
-
Majid Abdul, Perencanaan Pembelajaran,”Mengembangkan Standar Kompetensi Guru”, (Bandung : Remaja Rosda Karya,2005)
-
Munandar Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta, Rineka Cipta, Tahun 2004
-
Marimba D Ahmad., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: AlMa’arif, 1974)
-
Mappiare Andi, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usana Offset, tt)
-
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta, 1997
-
Nur Kancana Wayan dkk, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986)
-
Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003)
-
Poerwanti Endang dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM,2002)
-
Purwanto, M, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, Remaja Rosda Karya, Bandung, Tahun, 2000
-
Slameto, Belajar Dan Faktoe-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, Tahun 1995
-
Sudjana Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1989)
-
Saleh Rahman Abdul dan Wahab Abdul Muhbib, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004)
-
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia; Teori dan Pengukurnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
-
Sudjanto Agus, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1989)
-
Sholeh Abdul Aziz, At Tarbiyah wa Thuruqu at Tadris, (Makkah: Darul Ma’arif, 1971)
-
Sumanto Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1990)
120
-
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998
-
Sudirman A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001)
-
Toha Chbib, Tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajawali, 2001
-
Tampubolon, Mengembangkan Minat (Bandung: Angkasa, tt)
-
Tim WRI, Psikologi Dan Pembelajaran Materi Interview, KKG _ MGMP 2001
-
Tafsir Ahmad, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998)
-
Undang-Undang pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3
-
Usman Uzer Moh., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990)
-
Witherington HC., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1978
-
W Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta, 2002
-
Walgito Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (Penerbit fak. psikologi UGM, Yogyakarta 1998)
-
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983)
-
Wijaya, Cece, & A. Tabrani Rusyan., Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1992
-
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983
dan
Kebiasaan
Membaca,
LAMPIRAN 1: ANGKET PENELITIAN Hubungan Kreatifitas Guru Dalam Mengajar dan Minat Belajar PAI Murid Kelas V dan VI di MI Ngadiwarno Sukorejo Kendal
NO:…….. IDENTITAS DIRI Nama : ……………………………………….. Jenis kelamin : ……………………………………….. Jabatan : ……………………………………….. Lama mengajar : ……………………………………….. PETUNJUK PENGISISAN ANGKET - Isilah jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) yang tersedia pada jawaban a, b, c. Atau d. - Mohon diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya - Terimakasih atas bantuan Bapak / Ibu guru I. Kreatifitas Guru Dalam Mengajar 1. Apakah saudara memahami cara pembuatan perangkat pembelajaran yang benar ? a. Sangat paham c. Kurang paham b. Paham d. Tidak paham 2.
Apakah saudara memahami cara pembuatan RPP yang benar ? a. Sangat paham c. Kurang paham b. Paham d. Tidak paham
3.
Apakah saudara sebelum membuat RPP terlebih dahulu melihat perhitungan minggu efektif ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
4.
Apakah saudara sebelum membuat RPP terlebih dahulu melihat Silabus pembelajaran ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
5.
Apakah saudara mempunyai buku penunjang materi pembelajaran yang memadai ? a. Sangat memadai c. Kurang memadai b. Memadai d. Tidak memadai
6.
Apakah saudara memahami metode pembelajaran ? a. Sangat paham c. Kurang paham b. Paham d. Tidak paham
7.
Apakah saudara melaksanakan meteode pembelajaran di kelas ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
8.
Bagaimanakah repon anak terhadap kegiatan belajar mengajar yang saudara lakukan ? a. Sangat baik c. Kurang baik b. Baik d. Tidak baik
9.
Menurut pengamatan saudara ketika mengajar, apakah anak-anak aktif dalam mengikuti pembelajaran ? a. Sangat aktif c. Kurang aktif b. Aktif d. Tidak aktif
10. Menurut pengamatan saudara ketika mengajar, apakah anak-anak aktif dalam bertanya atau memberi pendapat ? a. Sangat aktif c. Kurang aktif b. Aktif d. Tidak aktif 11. Kapan saudara mengadakan ulangan harian ? a. Setiap selesai pembahasan masalah b. Setiap selesai satu bab
c. Jika perlu saja d. Tidak pernah
12. Apakah hasil ulangan dibagikan kepada murid lagi ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 13. Apakah hasil ulangan juga dibahas kembali ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 14. Apa tindakan anda jika nilai anak-anak hasil ulangannya jelek ? a. Membahas kembali dan c. Diadakan ulangan lagi diadakan ulangan lagi b. Membahas kembali d. Biarkan saja 15. Apakah anda merasakan manfaat evaluasi yang dilakukan ? a. Sangat merasakan c. Kurang merasakan b. Merasakan d. Biasa saja
II. Minat Belajar PAI 16. Dalam pengamatan saudara pada saat mulai pembelajaran, apakah anak-anak sudah siap mengikuti pembelajaran ? a. Sangat siap c. Kurang siap b. Siap d. Tiadk siap 17. Dalam pengamatan saudara pada saat mulai pembelajaran, apakah anak-anak sudah siap dengan buku sesuai dengan materi yang anda ajarkan ? a. Sangat siap c. Kurang siap b. Siap d. Tiadk siap 18. Apakah dalam setiap kegiatan belajar mengajar anda selalu menyesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 19. Menurut pengamatan saudara pada saat pembelajaran, apakah anakanak memahami dengan pendelasan saudara ? a. Sangat paham c. Kurang paham b. Paham d. Tidak paham 20. Dalam setiap penyelasaian kegiatan belajar mengajar yang saudara lakukan, bagiamanakah perasaan saudara setelah selesai mengajar ? a. Sangat puas c. Kurang puas b. Puas d. Tidak puas 21. Bagaimanakah menurut pengamatan apakah anak-anak memperhatikan ? a. Semua memperhatikan c. b. Sebagian besar yang d. memperhatikan
saudara pada saat pembelajaran, Sebagian memperhatikan Sebagian kecil yang memperhatikan
22. Apakah dalam proses kegiatan belajar yang saudara sampaikan kepada anak-anak saudara merasa sudah sesuai dengan kemauan peserta didik ? a. Sangat merasa c. Kurang merasa b. Merasa d. Tidak merasa 23. Dengan durasi waktu yang telah jam pelajaran yang tersedia, apakah saudara merasa sudah sesuai dengan tuntutan materi ? a. Sangat sesuai c. Kurang sesuai b. Sesuai d. Tidak sesuai
24. Menurut pengamatan saudara, apakah anak-anak dikelas selalu ingin penjelasan yang lebih rinci dari keterangan yang saudara berikan ? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 25. Menurut pengamatan saudara dalam pelaksanaan pembelajaran, apakah anak-anak tertarik dengan materi pelajaran yang saudara sampaikan di depan kelas ? a. Sangat tertarik c. Kurang tertarik b. Tertarik d. Tidak tertarik 26. Misalkan saudara memberikan tugas terhadap anak-anak untuk dikerjakan, bagaimanakah repson dari anak-anak ? a. Semua mengerjakan c. Sebagian mengerjakan b. Sebagian besar mengerjakan d. Sebagian kecil mengerjakan 27. Menurut pengamatan saudara dalam pelaksanaan pembelajaran, apakah anak-anak mempunyai rasa keingintahuan kelanjutan dari materi yang dibahas ? a. Sangat ingin tahu c. Kurang ingin tahu b. Ingin tahu d. Biasa saja 28. Jika saudara terpaksa harus meninggalkan kelas, bagaimana sikap yang ditujukkan anak ? a. Sangat kecewa c. Tidak begitu kecewa b. Kecewa d. Malah senang 29. Menurut pengamatan saudara dalam pelaksanaan pembelajaran, dari sekian banyak murid berapa yang tertarik pada pelajaran PAI ? a. Semua tertarik c. Sebagian kecil tertarik b. Sebagian besar tertarik d. Tidak ada yang tertarik 30. Menurut pengamatan saudara dalam pelaksanaan pembelajaran, ada berapa anak yang ngantuk atau bergurau pada saat meteri pelajaran di sampaikan ? a. Tidak ada c. Sebagian b. Sebagian kecil saja d. Semuanya ngatuk atau bergurau
LAMPIRAN 2: CARA GURU DALAM MERENCANAKAN KBM NO Nomor angket dan skore jawaban Jml RES 1 2 3 4 5 1 3 4 4 3 4 18 2 4 3 4 4 3 18 3 4 4 3 3 4 18 4 4 4 4 4 4 20 5 4 3 4 4 3 18 6 4 4 3 4 4 19 7 4 4 3 4 3 18
LAMPIRAN 3: CARA GURU DALAM PELAKSANAAN KBM NO Nomor angket dan skore jawaban Jml RES 6 7 8 9 10 1 3 4 3 4 4 18 2 3 2 4 3 4 16 3 3 3 3 3 3 15 4 4 4 4 4 4 20 5 4 3 4 4 3 18 6 3 3 3 4 4 17 7 3 4 4 4 3 18
LAMPIRAN 4: CARA GURU DALAM MELAKUKAN EVALUASI PEMBELAJARAN NO Nomor angket dan skore jawaban RES 11 12 13 14 15 1 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 3 6 3 4 3 4 4 7 3 4 3 4 3
Jml 17 18 15 19 18 18 17
LAMPIRAN 5: KEMAUAN UNTUK MENGIKUTI KBM TEPAT WAKTU Nomor angket dan skore jawaban NO RES 16 17 18 19 20 1 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 6 4 4 3 3 3 7 3 4 3 4 3
Jml 17 15 17 20 17 17 17
LAMPIRAN 6: KEMAUAN UNTUK SELALU MENGIKUTI PELAJARAN PAI Nomor angket dan skore jawaban NO Jml RES 21 22 23 24 25 1 4 4 3 3 3 17 2 4 3 4 3 3 17 3 3 4 3 4 3 17 4 4 4 4 4 4 20 5 3 4 4 3 3 17 6 4 3 4 3 4 18 7 4 4 3 4 3 18
LAMPIRAN 7: ANTUSIAS DALAM MENGIKUTI PELAJARAN NO Nomor angket dan skore jawaban Jml RES 26 27 28 29 30 1 4 4 3 4 3 18 2 4 4 3 3 3 17 3 3 3 4 3 3 16 4 4 4 4 4 4 20 5 4 3 3 3 3 16 6 4 4 3 3 3 17 7 4 3 4 4 4 19
LAMPIRAN 8: HASIL SKOR ANGKET VARIABEL X Nomor angket dan skore jawaban NO RES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 6 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 7 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4
13 3 3 3 4 4 3 3
14 3 4 3 4 4 4 4
15 3 4 3 4 3 4 3
Jml 53 52 48 59 54 54 53
LAMPIRAN 9: HASIL SKOR ANGKET VARIABEL Y Nomor angket dan skore jawaban No Res
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1 2 3 4 5 6 7
3 3 3 4 3 4 3
4 3 4 4 3 4 4
3 3 4 4 3 3 3
4 3 3 4 4 3 4
3 3 3 4 4 3 3
4 4 3 4 3 4 4
4 3 4 4 4 3 4
3 4 3 4 4 4 3
3 3 4 4 3 3 4
3 3 3 4 3 4 3
4 4 3 4 4 4 4
4 4 3 4 3 4 3
3 3 4 4 3 3 4
4 3 3 4 3 3 4
3 3 3 4 3 3 4
Jml
52 49 50 60 50 52 54
LAMPIRAN 10: DAFTAR NAMA RESPONDEN No Nama
Pend
Jabatan
Jabatan tertentu
1
Mustofa
DII
Guru
Kepala Madrasah
2
Haryati
DII
Guru
Sekretaris
3
Yarkoni
DII
Guru
Wakamad
4
Surtinah, S.Pd I
S1
Guru
Bendahara
5
Saudi
DII
Guru
6
Nur Kholis
DII
Guru
7
Saifudin
DII
Guru
LAMPIRAN 11:
LAMPIRAN 12: LAMPIRAN 13: LAMPIRAN 14: LAMPIRAN 15:
Lampiran - Lampiran