Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat penting artinya bagi Indonesia, khususnya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, sebagai salah satu sumber andaIan untuk ekspor, sumber minyak nabati, dan sarana peningkatan pendapatan petani pekebua Di samping itu, usaha kebun kelapa sawit juga merupakan gantung-an hidup jutaan tenaga keja perkebunan. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat pesat dan diperkirakan akan mencapai tiga juta hektar pada tahun 2000. Pesatnya perkembangan luas areal ini pada gilirannya mengarah kepada peng-
gunaan tanah-tanahyang selama ini tergolong marginaL Tanah-tanah ini oleh Goenadi (1984) dilaporkan sebagai tanah liat beraktivitas rendah
GAR),karena kadar bahan
organik sangat rendah dan didominasi oleh liat tipe 1 : 1 dan seskuioksida. Tanah-tauah marginal di Indonesia potensi luasnya mencapai 115.965.000 ha,
yang umumnya terdiri dari tanah-tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan Oksiiol (Nasoetion, 1991). Sinukaban (1995) menyatakan bahwa tanah-tanah itu bereaksi masam, h a n g subur, terdapat di wilayah berlereng cukup curam clan sebagian sudah
tergolong sebagai lahan kritis. Curah hujan yang cukup tinggi dan lereng yang curam menyebabkan erosi yang cukup intensif. Anas dkk (1997) menyatakan bahwa proses degradasi tanah merupakan penurunan kualitas sifat-siht tanah secara fisik, kimia dan biologi Intensitas pelapukan yang tmggi memicu dekomposisi bahan organik berlangsung cukup cepat. Tanpa adanya pengembalian baban organik ke tanah dalam jumlah yang memadai, kadar bahan organik tanah makin lama makin menurun. Rendahnya
bahan organik tanah ini diyakini sebagai faktor utama yang mengakibatkan terjadinya degradasi sat-sifat tanah. Lahan padang alang-alang/rumput di Sosa &pat dikelompokkan sebagai lahan
yang telah terdegradasi. Kebakaran yang terjadi setiap tahun di daerah ini menyebabkan permukaan tanah terbuka terhadap sinar matahari dan curah hujan. Sinar matahari yang langsung ke permukaan tanah akan meningkatkan suhu tanah sehingga intensitas proses dekomposisi bahan organik meningkat. Meningkatnya proses dekomposisi bahan organik diperkirakan dapat menurunkan jumlah agregat yang stab& sehingga
agregat tanah mudah terdiipersi oleh butir-buti. hujan. Proses inilah yang diduga meningkatkan erosi pada lapisan atas terutama yang mengakibatkan pemindahau fiaksi liat dan unsw hara dari lapisan ini. Migrasi fiaksi liat dari lapisan atas ke lapisan bawah menyebabkan lapisan yang terakhir ini bertekstur liat dan berkonsistensi teguh sehingga terbentuk lapisan yang padat. Lapisan ini mengakibatkan pergerakan air ke bawah berlangsung lambat. Akibatnya perkolasi air ke dalam tanah juga rendah clan dampaknya persediaan air tanah juga rendah Hal ini terbukti dengan cepatnya permukaan tanah di daerah ini menjadi kering pada musirn kemarau sehingga alangalang/rumput mudah terbakar. Kebalikannya pada musim hujan sungai-sungai yang melewati daerah ini selalu menimbulkm banji akibat tingginya aliran permukaan.
Hasil pengukuran awal pada areal yang tidak d i W menunjukkan bahwa
tanah-tanahdi daerah tersebut me*
-
kerapatan lindak 1,53 1,65 g/cm3; ketahanan
-
penetrasi 250 - 300 ~lcm';dan kadar liat 36 44 %. Kondisi sifat fisii tanah seperti
ini secara teoritis akan menghambat perkembangan akar tanaman, tennasuk kelapa sawit. Menurut Russel (1982) titik laitis bagi akar untuk mampu tumbuh dan berkem-
bang secara optimal adalah pada kerapatan lindak 1,49 g/cm3untuk tanah bertekstur
liat dan 1,75 g/cm3 untuk tanah bertekstur pasir. Untuk ukuran ketahanan peoetrasi pada tekanan sekitar 15 bar, akar yang mampu berkembang menurun hngga tinggal
20 %. Menurut Unger dan Kaspar (1994) pada tingkat ketahanan penetrasi pada 200 ~ / c m 'kemampuan penetrasi akar hanya sekitar 20 % dan pada ketahanan penetrasi ' sudah tidak mampu lagi melakukan penetrasi. Proses perkembangan 300 ~ / c m akar
akar di lapisan berkerapatan lindak tinggi ini diduga melibatkan reaksi fisik, kimia dan biologi, yang dampaknya merubah sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang ber*tan.
-
Sifat kimia tanah di Sosa dicirikan oleh pH 4,4 4,6 (masam); C-organik 0,3
-
- 0,05 % (sangat rendah); kapasitas tukar kation 3,6 9,8 me/lOO g (rendah); kejenuhan basa 12,32 - 34,38 % (rendah); kalium 0,11 - 0,30 d l 0 0 g (rendah); natrium 0,06 - 0,12 d l 0 0 g (rendah); magnesium 0,15 - 0,45 me1100 g (sangat rendah); clan kalsium 0,52 - 1,48 me/100 g (sangat rendah) (Tabel 1,9 % (rendah); N-total 0,01
Lampiran 86). Fenomena ini merupakan indikasi bahwa tanah pada lahan padang alang-alang/rumput di Sosa telah mengalami tingkat pelapukan yang cukup lanjut. Pada tahun 1985 PT. Perkebunan VII yang sekarang dikenal dengan PT. Perkebunan Nusantara 4, memperluas areal kelapa sawitnya ke daerah padang alangalang/rumput di Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera
Utara. Areal seluas 80.000 Ha di wilayah ini merupakan lahan yang h a n g subur.
Hasil evaluasi lahan menunjuMcan bahwa lahan tersebut tergolong ke dalam kelas I11 bagi tanaman kelapa sawit (Pusat Penelitian Marihat, 1983). Faktor pembatas utama-
.
nya adalah curah hujan yang tidak merata, tekstur halus, kerapatan lindak tinggi dan
kesuburan tanah rendah. Namun dalam kenyataannya tanaman kelapa sawit yang kiembangkan di areal tersebut mampu turnbuh dan berproduksi sebaik pada layaknya produksi di lahan kelas I. Fenornena ini menarik untuk dikaji, karena kelapa sawit yang dikelola secara tepat terbukti dapat berproduksi baik, walaupun kondisi tanah marginal. Keberhasilan penanaman kelapa sawit di Sosa ditunjukkan oleh produktivitas tanaman kelapa sawit yang mencapai rata-rata 26 ton TBS/Ha/tahun, walaupun kondisi tanahnya tergolong buruk. D i samping itu kelapa sawit mempunyai keunggulan lain apabila ditanam pada lahan yang rawan kebakaraa Tanaman ini jika terbakar di
lapangan tidak akan mati selama titik tumbuhnya tidak ikut hangus, sedangkan tam-
man lainnya secara umum akan mati apabila terbakar. Hal ini tampak pada tanaman kelapa sawit yang telah berkali-kali terbakar di daerah ini clan temyata tetap dapat tumbuh kembali danberproduksi dengan baik. Pada umumnya areal kebun rawan terhadap kebakaran pada saat kelapa sawit be-
-
rumur 0 6 tahun. Apabila periode ini &pat dikdui, maka areal tersebut akan selarnat dari dampak negatif akibat kebakaran l a b Keadaan ini terjadi karena pada musim
kemarau rerumputan di bawah pohon kelapa sawit tidak cepat k e ~ g yang , berarti bahwa kelembaban tanah di kgkungan ini cukup optimal. Hal ini diduga sebagai &bat dari perubahan porositas tanah yang ditirnbulkan oleh terbentuknya sistem perakaran kelapa sawit. Akar kelapa sawit yang tumbuh normal akan mencapai keda-
-
laman 2 5 m, tergantung pada berat ringannya tekstur tanah ( T i e r , 1976; Hartley, 1977; Fatmawaty dan Ginting, 1987) dan secara horizontal dapat mencapai lebih dari 4,s m dari batang pada lapisan tanah bagian atas (Jourdan dan Rey, 1997).
/
Dalarn perturnbuhannya, akar tanaman akan rnengeluarkan senyawa-senyawa or-
ganik yang terdm dari mucigel sel-sel akar yang mati, clan eksudat. Komposisi bahan organik ini menurut Russel (1982) adalah karbohidrat, protein (asam-asam amino), asam organik, enzim, dan bahan-bahan lainnya yang dapat menjadi penghambat mau-
pun perangsang bagi pertumbuhan fungii bakteri dan nematoda. Senyawa organik ini biianya langsung dimadaatkan oleh mikroba pelapuk tanah sebagai sumber energi. lceadaan inilah yang menyebabkan populasi mikroba rhizosfer lebii besar jumlahnya
dibardmgkan dengan tanah yang jauh jaraknya dari akar tanaman (Rao, 1994). Aktivitas mikroba dan hasil akhir dekomposisi bahan organik yang berupa asam-asarn organik inilah yaag diyakini aktif dalam mengubah sifat-sifat baik kimia maupun fisik tanah. Perubahan ini diduga akan menciptakan suatu lingkungan yang sesuai bagi akar untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Berdasarkan uraian di atas timbul satu dugaan bahwa pada dasamya tanaman kelapa sawit me*
kemampuan tumbuh yang tinggi pada tanah-tanah berkesu-
buran rendah dan memiliki kerapatan lindak yang tinggi. Masalah rendahnya kesuburan tanah dapat diatasi melalui penerapan sistem pemupukan baku. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan akar akibat kondisi kerapatan lindak tanah yang tinggi diperkecil dengan penerapan sistem penanaman dengan lubang tanam yang cukup besar. Dengan pembuatan lubang tanam ini kerapatan lindak di dalam lubang ditu'iunkan dan diseragamkan sehingga lebii optimal guna menyediakan media pertumbu-
han akar tanaman dalam periode awal sebelum menghasilkan. Bagaimanapun juga, tingkat kemampuan akar kelapa sawit untuk tumbuh dan berkembang tanpa hambatan pada zona lapisan tanah berkerapatan lindak tinggi belum banyak diketahui khusus-
nya dalam ha1 perkembangan akar setelah akar mulai tumbuh di luar lubang tanam. Di samping itu, sebagai salah satu jenis tanaman palrna, sistem perakarannya sangat eksqensif. Luasnya zona perakaran tanaman ini diduga memberikan sumbangan terhadap pembahan sifat-sifat tanah, terutama yang terkait de-ngan dinarnika bahan organik
tanah yang berasal dari sisa-sisa jaringan akar yang melapuk dan atau pengaruh fisik-
mekanik selama proses pertumbuhan akar berlangsung. Tujuan Penelitian Penelitian ini dhksamkan dengan tujuan (1) mempelajari perkembangan akar tanaman kelapa sawit pada tanah terdegradasilmginal, dan (2) mengkaji pengaruh
pengwxbmnya terhadap perubahan sifat-sifat fkik dan kimia tanah Tujuan ini ditetapkan guna mencapai sasaran berupa informasi tentang dampak pemanfaatan
lahan terdegradasi/margid sebagai kebun kebpa sawit dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan sifat-sifat tanahnya. Hipotesis
Dalam penelitian inibeberapa hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1.
Akar kelapa sawit mampu berkembang tanpa mengalami hambatan pada tanah terdegradasi dan memiliki sub-horizon dengan kerapatan lindak tinggi. Kernampuan akar kelapa sawit untuk berkembang di bawah kondisi tanah ini sampai tingkat ter-
tentu diduga berkaitan erat dengan umur tanaman. 2. Pertumbuhan akar tanaman kelapa sawit yang ekstensif mampu meningkatkan mutu
beberapa sifat fisik tanah seperti indeks stabilitas agregat, persentase ruang pori clan persentase air tersedii dan atau kerapatan lindak tanah.
3. Sistem baku yang diterapkan dalam budidaya kelapa sawit berdampak positif dalarn memperbaiki beberapa sifat kimia tanah seperti kernasaman, kadar hara, kapasitas tukar kation, clan atau kejenuhan basa tanah.