Taman Patah Hati… Senja Di Sagamihara. Lagi-lagi aku melihatnya. Cowok itu, duduk dibangku taman sembari membaca buku setiap senja sejak satu minggu lalu. Tapi cowok itu tidak terlihat seperti kutu buku, jauh dari istilah itu malah. Gayanya cool, dengan rambut jabrik serta kemeja biru berlengan pendek. Tapi yang membuatku terganggu dengan keberadaannya adalah, ia duduk dibangku favoritku. Bangku bercat biru, di bawah pohon rindang, samping ayunan. Taman ini sudah kuanggap sebagian dari hidupku. Aku kerap datang kesini saat aku sedih atau ingin menenangkan diri, tapi sekarang, cowok asing itu merebut posisiku. “Huuuh……..” Ia bahkan tak menatapku, ia terpekur dengan buku ditangannya. Karena kesal, kuambil sebuah kerikil dan kulemparkan padanya. Aku melirik sekilas dan berpura-pura memainkan laptopku. Kulihat cowok itu celingukan mencari pelaku yang melemparkan
kerikil padanya, dia menatapku dan aku balas memandangnya. Mungkin ia curiga padaku. “Masa sih cewek cantik dan polos itu yang melemparku???” Kucoba menebak-nebak apa yang ada dipikirannya. Kemudian dia kembali sibuk dengan bukunya. Lama menunggu cowok itu beraksi kembali, aku berharap ia menatapku lagi. Namun ia hanya diam hingga aku mati dalam kebosanan. Aku mengamati sekelilingku, hmm……. Suasana taman hari ini sangat tenang. Tidak banyak orang yang berkunjung kesini. Mungkin mereka tidak ada yang sedih. Good day untuk mereka, tapi malah aku yang merasa tidak tenang karena cowok itu masih duduk ditempat favoritku. Sudah satu jam lebih aku menunggu, karena kesal aku menghampirinya. “Kau sudah mengambil tempat favoritku, dan sampai sekarang kau belum pergi juga” makiku. Matanya masih berkutat pada buku yang dibacanya. “Aku tidak merasa mengambil tempatmu” katanya sambil menatapku. 2
Aku menatapnya geram, “dasar tidak tahu diri,” akupun beringsut darinya, kuambil kerikil dan kulemparkan kearahnya. Tuuuk….. Tepat mengenai punggungnya, dan aku berlari tanpa menoleh lagi, namun ia hanya diam, tak bergeming. “Rasakan….” kataku mengumpat. " Sore wa warera ga warera wa ushinau to, sore wa watashi-tachi ga nagainode, sore ga sonzai shite ita ka wakaranai toyuu koto ni mo shin to naru yō ni motte iru ka wakaranai koto wa tashikadesu" . “Memang benar yang kita tidak akan tahu apa yang kita punyai sehinggalah kita kehilangannya dan juga benar bahwa kita tidak akan tahu apa yang kita rindukan sehinggalah ianya hadir”.
3
Reyzandi Rizianda, itu nama lengkapku. Aku tak tahu mengapa orang tuaku memberi nama serumit itu. Mungkin sebelumnya mereka terobsesi ingin memiliki bayi laki-laki, mungkin juga campuran dari nama Reyzaloviana, aktris favorit mama. Tapi tak perlu memanggil sepanjang itu, cukup Zian saja, mudah kan. Aku terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga blasteran Jepang-Indonesia. Rambut cokelat pendek sebahu, dan aku suka warna red azure. Sesuatu yang paling kutakuti adalah hujan. Kenapa? Itu memang sudah kualami sejak kecil dan mungkin itu takkan bisa hilang jika aku tidak berusaha berdamai dengan pikiranku. Aku suka menyendiri dan memendam masalahku. Mungkin orang yang baru kenal denganku akan berfikir bahwa aku orang yang sombong dan cuek. Padahal tidak, aku hanya agak susah bersosialisasi dengan lingkungan baru. Memasuki umur 17 tahun bukan hal yang mengasyikkan, kehidupanku pun tak ada yang berubah, Di rumah kerjaaanku hanya makan, tidur, menyelesaikan tugas sekolah dan santai. Begitu juga dengan orang tuaku, 4
mereka bekerja dan pulang larut. Memang tidak terlalu enak menjadi anak tunggal. Tapi satu hal yang belum pernah kurasakan, yaitu jatuh cinta. Kata yang sangat biasa didengar namun masih asing bagiku. Bagaimana tidak, dari orangtuapun aku tidak mendapatkan cinta batin, aku hanya diberi cinta materi. Tapi aku tak ambil pusing, mungkin suatu saat akan datang pangeran tampan dengan kereta putih menghampiriku. Hmm…. Impian bodoh. Kembali ke kehidupanku, mama selalu berpesan agar aku menjaga diri dan memilih jika mencari pasangan hidup, yah… tentunya agar aku tidak jatuh seperti mama. Papa menduakan mama dengan pekerjaannya, huh jalan hidup orang dewasa memang sulit. Karena kehidupanku itulah, aku menikmati kesendirianku, walaupun hampa menderaku. Dan itu membuatku menjadi sosok misterius yang tak banyak cakap dan hanya dikenal sebagai siswa yang pintar disekolah. 5
“At Senior High School Of Natural” Wooww… aku bangun kesiangan, padahal hari ini giliran kelompokku presentasi, aku pasti disemprot teman-teman karena semua bahan presentasi ada padaku. Dengan secepat kilat aku mandi dan merapikan alat sekolah. Make up! Sepertinya tidak perlu. cukup sedikit bedak tabur dan lipgloss sudah membuatku cantik, hehehe….. Sally.
“Non Zian nggak makan dulu?” teriak Bi “Nggak bi…..” Kataku seraya berlari.
Tak lama kemudian busway membawaku kesekolah. Di kelas…. Saat itu mengabsen murid-muridnya. “Hikaru Azawa” “Hadir” “Tim Anitasa” “Hadir”
6
Mr.
Andrea
“Reyzandi Rizianda” tak ada suara. “Reyzandi Rizianda” suara Mr. Andrea menggema. “Reyzandi Rizian……
“I am here Mr…. “ Kataku ngos-ngosan,
semua mata tertuju padaku yang berdiri didepan pintu.
Apa yang akan dilakukan Zian setelah itu? Apakah Mr. Andrea akan mengizinkannya masuk? Siapa saja yang hadir dalam kehidupan Zian selanjutnya?? Temukan semuanya dalam novel ini.
7