Takbiratul Ikhram Sesudah niat dan doa iftitah hendaknya kita mengangkat kedua tangan sampai ke anak telinga , sambil membaca “ ALLAHU AKBAR “. Takbir pertama itu di namakan takbiratul ihram yaitu “ Takbir yang mengharamkan”, Karena sesudah mengucapkan takbiratul ihram tersebut, kita tidak boleh bercakap– cakap biasa atau mengerjakan sesuatu selain dari gerakan shalat itu, sampai selesai. Menurut sebagian hadist mengatakan takbir itu boleh dibaca lengkap : اَهللَامبسمبيساَٗاىحَدَهللَمثيساَٗظبحاَُهللاَبنسةََٗاصيال
“Allah itu Maha Besar dan segala puji–pujian tertuju kepada Allah dan kami menyebutkan kesucian-Nya tiap pagi dan petang”. 1. Hz. Masih Mau’ud as mengucap, “Allahu Akbar sambil mengangkat kedua tangan. Adapun jari–jari sama tinggi dengan telinga.1 2. Rasulullah saw mengawali shalat dengan membaca “Allahu Akbar,” tanpa mengucapkan kata–kata lain sebelumnya. Beliau tidak melafalkan niat apapun sebelum membaca Allahu Akbar tersebut. Saat shalat, Rasulullah tidak pernah mengucapkan, ”Aku niat shalat karena Allah, menghadap kiblat, empat rakaat (atau jumlah rakaat lainnya-ed.) menjadi imam atau makmum.2 Bersedekap 1. Setelah mengucapkan takbiratul ihram, tangan diletakkan keduanya di antara dada dan pusat sedang tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri 3. 2. Umumnya beliau (Hz. Masih mau’ud) a.s. meletakkan tiga jari tengah kanan di atas tangan kiri dan tidak sampai ke siku, sedang ibu jari dan kelingking melingkarinya, atau dengan sedikit cara yang berlainan.1 Doa Iftitah Doa iftitah yang dibaca Raslullah saw. bermacam – macam di antaranya yang biasa digunakan dalam Jemaat Ahmadiyah ialah sebagai berikut : ظبحاّلَاىيٌَٖٗبحَدَكَٗحبازكَاظَلَٗحؼاهَخدكَٗالَاىَٔغيسك
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu. Maha Luhur nama-Mu dan Maha Agung sifat pemurah-Mu. Tidak ada Tuhan selain Engkau.”4
Ta’awudz Setelah selesai membaca doa iftitah, Hz. Masih Mau’ud membaca ta’awudz, yakni: ٌاػ٘ذَباهللٍََِاىشيطاَُاىسجي “Saya berlindung kepada Allah dari syathan yang terkutuk.”1
Al-Fatihah Sesudah membaca ta’awudz, lalu membaca Al-Fatihah. Adapun dalam membaca Basmallah terdapat dua cara (dalam menjadi Imam) yakni, pertama Basmalah tidak dikeraskan bacaannya. Sebagaimana diriwayatkan : َصييجَحيفَاىْبي(َصيؼٌَ)َٗابيَبنسٗػَسَٗػثَاَُفناّ٘اَيعخفحَُ٘ايرمسَُٗبعٌَهللا:ػَِّطَبٍَِاىلَقو )ٌاىسحََِباىحَدَهللَزبَاىؼاىَيَِاىسحيٌَفىَاٗهَقساةَٗالَفيَاخسَٕا(ٍَعي
“Dari Anas bin Malik, dia berkata, ”Saya shalat di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar, dan Usman. Mereka memulai dengan al-hamdulillahi rabbil’aalamiin, tidak menyebut bismillahir rahmaanir rahiim dan di awal bacaan, dan tidak pula di akhirnya (H.R. Bukhari Muslim). Kedua Basmallah dikeraskan bacaannya, sebagaimana di riwayatkan : َميحرلا نمحرلا هللاَ(زٗآَاىحامٌَفيَاىَعخدزكَٗقاه
َماَُزظ٘هَهللاَ(صيؼٌ)َيجٖسَبسم:ػَِابَِػباَضَقاه )صحيح
“Dari Ibnu “Abbas, ia berkata, Rasulullah SAW. mengeraskan bacaan Bismillahir rahma-nir rahim.”. (H.R. al-Hakim dalam al-Mustadrak dan menurutnya hadits ini shahih). Dalam perkara ini Jemaat Ahmadiyah mengambil cara pembacaan Basmallah yang pertama, karena hal ini dicontohkan oleh Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. Hz. Mirza Tahir Ahmad r.h menjelaskan bahwa memang pada awal misi kerasulan Rasulullah saw, beliau saw ada melakukan beberapa gerakan sembahyang (seperti tertulis di hadits), namun bukan yang dijadikan kebiasaan sehari–hari. Dengan demikian Hz. Imam Mahdi a.s.mengajarkan dan mempraktekan apa yang biasa dilakukan oleh Y.M. Rasulullah saw.5 Kemudian ketika membaca Surah Al-Fatihah, Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Imam shalat jangan membaca surah Al-Fatihah dengan cepat, tetapi bacalah dengan memakai jarak, supaya makmum dapat mendengarnya dan sempat pula membacanya. Sedapat mungkin antara satu ayat ke ayat berikutnya ada tenggang waktu supaya makmum menyempurnakan bacaannya. Pendeknya, harus ada kesempatan bagi makmum untuk mendengar dan membacanya untuk dia sendiri.6 Membaca Al-Fatihah pada tiap rakaat adalah wajib bagi semuanya. Makmum mengucapkan amin ketika imam selesai membaca surat Al-Fatihah. Boleh mengucapkan amin dengan suara keras (general rules: Makmum tidak bersuara lebih keras dari suara Imam). Ini sesuai dengan madzhab Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Atau dengan suara amin yang tak terdengar (Madzhab Hanafi) dan Jemaat Ahmadiyah mengikuti madzhab Hanafi.7 Setelah itu membaca surah-surah lain yang dihafal (yang pendek maupun yang panjang). Dalam shalat berjamaah, Rasulullah SAW melarang makmum mengikuti membaca ayat-ayat ini (maksudnya makmum harus memperhatikan dan mendengarkan dengan baik-baik ajaran dan nasehat dari ayat-ayat kitab suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh imam.7 Ruku’ dan I’tidal 1. Ketika hendak Ruku’, boleh diangkat tangan setinggi bahu atau daun telinga sama seperti waktu takbiratul Ihram pertama, dan boleh pula tidak mengangkat tangan.3 Namun dalam perkara ini Jemaat Ahmadiyah mengambil
cara ruku’ dengan tidak mengangkat kedua tangan. Kemudian makmum harus mengikuti gerakan imam dalam shalat, apabila imam tidak mengangkat tangan ketika hendak ruku’ maka hendaknya makmum mengikutinya, supaya tercipta keserasian, kekompakan, dan kerapihan. Kemudian cara melakukan ruku’ Hz. Masih Mau’ud ialah sambil membungkuk ruku’ memegang kedua lutut, dengan kedua telapak terbuka, jari telunjuk lurus sedangkan ibu jari dan tiga jari lainnya melingkari lutut. Dalam ruku’ setelah membaca doa ruku’, dapat juga membaca doa-doa dengan bahasa sendiri.1 Adapun doa–doa yang dibaca Rasulullah saw. pada waktu rukuk bermacam– macam, di antaranya : a) ٌظبحاَُزبيَاىؼظي “Maha Suci Tuhanku yang Maha Besar” (H.R. Bukhari Muslim) Ini adalah doa Rukuk yang biasa dibaca juga oleh Hz. Masih Mau’ud a.s.: b) َظبحاَّلَاىيٌَٖزبْاَََٗبحَدكَاىيٌَٖاغفسىي “Maha Suci dan terpujilah Engkau ya Allah ampunilah dosa–dosaku. (H.R. Bukhari dan Muslim) Setelah membaca doa ruku’, Rasulullah saw. mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, َٓظَغَهللاَىَََِحَد ”Allah telah mendengar orang–orang yang memuji-Nya.”(H.R. Bukhari). 2. Apabila dalam shalat berjamaah, maka setelah Imam membaca bacaan diatas, maka makmum hendaknya mengucapkan : ٔزبْاَىلَاىحَدَحَداَمثيساَطيباٍَبازماَفي “Ya Tuhan kami, bagi Engkaulah puji–pujian yang banyak lagi suci yang diberkati pula di dalamnya.” (H.R. Bukhari). Kemudian ketika mengangkat kepala dari ruku’ boleh juga mengangkat tangan seperti ketika mengucapkan Takbiratul Ihram. Lalu ketika Rasulullah SAW sedang berdiri dari rukuk dan di antara dua sujud selalu meluruskan tulang rusuknya. Beliau bersabda : الَحجصَئَصالةَالَيقيٌَفيٖاَاىسجوَصيبَٔفيََاىسم٘عَٗاىعج٘د “Tidak dianggap sempurna shalat seseorang yang tidak mau meluruskan punggungnya saat rukuk.” (H.R. Abu Daud) Sujud Cara sujud ialah lebih dahulu letakkan dua lutut di lantai, sesudah itu kedua telapak tangan, kemudian baru kepala. Jadi kita sujud kepala (muka), dua tangan, dua lutut dan dua kaki, (yakni 7 anggota badan). Waktu sujud itu hidung juga terletak di atas lantai. Sambil sujud dengan pertama kali meletakkan lutut ke lantai, kemudian kedua telapak tangan, disusul hidung dan dahi menempel juga di lantai.3
Beliau a.s.mendirikan telapak kaki dan mengarahkan jemari kaki yang ditekuk ke arah kiblat. Kepala beliau as berada di antara dua tangan sedangkan lengan terpisah dari rusuk, dan kedua sikut diangkat dari lantai. Apabila letih bersikap demikian karena doa yang panjang, beliau a.s. suka menopang kedua sikunya di atas lutut. Kemudian membaca doa : ظبحاَُزبيَاألػيى “Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi” atau : َظبحاّلَاىيٌَٖزبْاَٗبحَدكَاىيٌَٖاغفسىي “Maha Suci Engkau ya Tuhan kami dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah ampunilah kami.1 Duduk diantara dua Sujud 1. Abdullah bin Zubair mengatakan, bahwa Rasulullah Saw ketika di dalam shalat meletakkan kaki kirinya di antara paha dan betis, serta meluruskan telapak kaki kanan. Kemudian Rasulullah meletakkan tangan kiri diatas kaki kiri dan meletakkan tangan kanan diatas tangan kanannya, serat memberikan isyarat dengan jari jemari beliau.2 2. Setelah mengangkat kepala itu bukan untuk terus berdiri, melainkan untuk duduk lagi sebentar, dengan cara seperti ini: duduk diatas kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan sedangkan jari-jarinya melengkung menghadap ke kiblat. Tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dan tangan kiri diletakkan diatas paha kiri.3 3. Sambil bangkit, beliau as duduk diatas kedua kakinya dan meletakkan kedua tangan diatas kedua pahanya dan berdoa : اىيٌَٖاغفسىيَٗازحَْيَٗإدّيَٗازفؼْيَٗاشبسّيَٗازشقْيَياَاىيٌَٖاغفسىي “Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku, tunjukilah aku, dan angkatlah derajatku, dan beri kekuatan padaku, dan berilah rizki padaku, Ya Allah, ampunilah aku”. Atau beliau as membaca : اىيٌَٖاغفسىي sebanyak tiga kali. Beliau as pun banyak membaca doa dengan membaca doa dalam bahasa arab atau bahasa sehari-hari yang beliau as sukai. Selanjutnya beliau as sujud lagi dan berdiri meneruskan rakaat shalatnya.1 Duduk Tahiyat Awal 1. Khusus duduk tahiyat, telapak tangan kiri mengembang menghadap kiblat dan diletakkan diatas paha kiri, sedangkan tangan kanan diletakkan diatas paha kanan dengan cara meluruskan jari telunjuk dan mengepalkan lain ke telapak kanan.1 Sewaktu membaca syahadat tauhid (Asyhadu an laa ilaaha illa-Liaahu), beliau as mengangkat jari telunjuk, kemudian menurunkannya dengan membaca “Wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah “. (Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Selesai sujud kedua kali pada rakaat kedua ini, bangkit dan duduk yang caranya sama dengan cara duduk diantara dua sujud. 1
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Umar ra menyebutkan bahwa apabila Rasulullah SAW sedang duduk tasyahud, maka beliau meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya sembari sambil mengumpulkan ketiga jarinya dan mengangkat jari telunjuknya. Didalam redaksi yang lain disebutkan bahwa beliau menggenggam ketiga jarinya dan meletakkan tangannya yang kiri diatas paha kirinya1 3. Adapun dalam duduk itu di antara membaca: ََاىعالًَػييْاَٗػيىَػبادَهللا.َٔاىعالًَػييلَايٖاَاىْبيَٗزحَتَهللاَٗبسماح.اىخحي اَثَهللَٗاىصي٘اثَٗاىطيباث َٔاشٖدَاَُالَاىَٔاالهللََٗاشٖدَاَُدمحماَػبدَٓٗزظ٘ى:َِاىصاىحي Beliau as. Biasa membaca doa ini. Kemudian ketika mengucapkan Syahadat Tauhid maka telunjuk diangkat dan setelah itu diturunkan kembali. Duduk Tasyahud Akhir 1. Duduk tasyahud beliau as memasukkan kaki kiri ke kaki kanan sedangkan pantat menduduki lantai. 1 2. Bukhari dalam kitab sahihnya dari hadits Abu Hamid menuturkan bahwa beliau SAW memesukkan kaki kiri dibawah kaki kanan dan duduk ditempat duduknya.2 3. Adapun doa yang dibaca pada tasyahud akhir sama dengan pada tasyahud awal dan ditambah shalawat serta doa tasyahud akhir di antaranya : و اعىذيك هن فتنة الوحيا و فتنة.اللهن اني اعى ذبك هن عراب القبر واعىذبك هن فتنة الوسيح الدجال اللهن اني اعىذبك هن الوأ ثن وهن الوغرم.الووات Salam Terakhir Hz. Imam Mahdi as mengucap salam “Assalamu alaikum wa rahmatullahi” (Semoga keselamatan dari Allah melimpah kepada kalian semua), sambil menoleh ke kanan dan mengucapkan sekali lagi sambil menoleh ke kiri.
Referensi: 1. Tafsir Al-qur’an kartya Hz. Maulana Sayyid Muhammad Syah Sarwar, Terjemahan Mln. Syufni Zafar Ahmad sahib dan dimuat dalam edaran jhusus Jemaat Ahmadiyah Indonesia No.37 tgl 01 Oktober 1993. 2. Tuntunan shalat Rasulullah SAW : Ibnu Qayyim al-jauziayah : Akbar. 2007 3. Tuntunan Ibadah Shalat : Mln. Muhammad Saddiq, H,A : Wisma Damai. 1993 4. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh abu Daud, 775, dalam kitab Ash-Shalah, Bab Man Ra’a alIstiftah bi Subhanaka Allahumma wa bi Hamdika. 5. Darsus No. 32/1995 perihal Shalat (NIZAM/ATURAN) by Hz. Mirza Tahir Ahmad r.h.) 6. Al-Hakam, 24-2-1901, terjemahan Mln. Sufni Zafar Ahmad Syahid, dimuat dalam Edaran Khusus Jemaat Ahmadiyah Indonesia tgl. 26-2-1993
7. Darsus No. 32/1995 perihal Shalat (nizam dan aturan) oleh Hz. Khalifatul Masih Ar-Rabbi r.h