Sholat Hajat Segala Puji Bagi Allah ba’du :
, sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad
, wa
Salah satu sholat sunnah yang banyak dikerjakan ditengah umat Islam adalah sholat Hajat, yakni sholat yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki hajat (kepentingan) baik dunia maupun akhirat agar hajatnya dapat dikabulkan oleh Allah . Artikel ini bertujuan untuk mengupas jalan periwayatan dalil disyariatkannya sholat hajat. Hadits berkaitan dengan sholat hajat diriwayatkan dari beberapa sahabat yaitu : 1. Dari sahabat Abdullah bin Abi Aufa dari Nabi secara marfu’ Haditsnya ditakhrij oleh Imam Tirmidzi dalam “Sunan” (no. 481), Imam Ibnu Majah dalam “Sunan” (no. 1447), Imam Al Hakim dalam “Al Mustadrok” (no. 1199), Imam Baihaqi dalam “Syu’abul Iman (no. 2118), Imam Ibnul Mubarok dalam “Az-Zuhud” (no. 1074) dan Imam Ibnul Arobiy dalam “Al Mu’jam” (no. 2299) semuanya dari jalan Faid bin Abdur Rokhman dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata : ‘Rasulullah bersabda :
ِ ِﻪ ﺣﺎﺟﺔٌ أَو إِﻟَﻰ أﺖ ﻟَﻪ إِﻟَﻰ اﻟﻠ آد َم ﻓَـﻠْﻴَﺘَـ َﻮ ﻢ ﻟْﻴُﺜْ ِﻦ ُﻞ َرْﻛ َﻌﺘَـ ْﻴ ِﻦ ﺛ ﺼ ُ ﺿﺄْ َوﻟْﻴُ ْﺤ ِﺴ ِﻦ اﻟ ُْﻮ َ َﺣ ٍﺪ ﻣ ْﻦ ﺑَﻨِﻰ ُ ْ ََﻣ ْﻦ َﻛﺎﻧ َ ُﻢ ﻟْﻴ ُﻮء ﺛ ْ َ َ َ َ ﺿ ِ ﻪ اﻟ اﻟﻠﻢ ﻟْﻴـ ُﻘﻞ ﻻَ إِﻟَﻪ إِﻻ ُ ﺛ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﺒِﻰﻞ ﻋﻠَﻰ اﻟﻨ ِﻪ وﻟْﻴﺼﻋﻠَﻰ اﻟﻠ ِﻪﻳﻢ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َن اﻟﻠ َ َ َُ َ َ َ ُ ْ َ ُ ﻴﻢ اﻟْ َﻜ ِﺮ ُ ْﺤﻠ ِ ِ ب اﻟْﻌﺮ ِِ ِ ِ َ ُب اﻟْﻌﺎﻟَ ِﻤﻴﻦ أَﺳﺄَﻟ ِ َ ِﻚ و َﻋﺰاﺋِﻢ ﻣﻐْ ِﻔﺮﺗ ِ ﺮِﻞ ﺑ ﻴﻤﺔَ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ْ َ َ ﻪ َرْﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟﻠ َ ش اﻟ َْﻌﻈ ِﻴﻢ اﻟ ْ َ َر َ ﻚ َواﻟْﻐَﻨ َ َ َ َ َ َ ﻚ ُﻣﻮﺟﺒَﺎت َر ْﺣ َﻤﺘ ِ ْ ﻞ إِﺛْ ٍﻢ ﻻَ ﺗَ َﺪ ﺴﻼَﻣﺔَ ِﻣﻦ ُﻛ ﻀ ْﻴﺘَـ َﻬﺎ ﻳَﺎ َ َ ﻗﺿﺎ إِﻻ ً ﻚ ِر َ َﺎﺟﺔً ِﻫ َﻰ ﻟ ْ َ َواﻟ َ ﺮ ْﺟﺘَﻪُ َوﻻَ َﺣ ﻓَـﻤﺎ إِﻻ ﻏَ َﻔ ْﺮﺗَﻪُ َوﻻَ َﻫع ﻟﻰ ذَﻧْـﺒًﺎ إِﻻ ِِ ﻴﻦ َ ﺮاﺣﻤ أ َْر َﺣ َﻢ اﻟ
“Barangsiapa yang memiliki hajat (keperluan) kepada Allah atau kepada salah seorang anak Adam, maka hendaknya berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, lalu sholat 2 rakaat, lalu memuji Allah dan bersholawat kepada Nabi , kemudian berdoa : ‘Tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali Allah yang Maha Penyantun dan Maha Mulia, segala puji bagi Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Aku memohon kepada Engkau dikabulkan rahmat-Mu, dikuatkan dengan ampunan-Mu, mendapatkan ghanimah dari seluruh kebaikan, keselamatan dari seluruh dosa, jangan sisakan dosaku, kecuali Engkau ampuni, tidak juga kesulitan, melainkan Engkau berikan jalan keluar dan tidak juga hajat (keperluan) itu semua kuserahkan kepada ridho-Mu, melainkan Engkau mengabulkannya wahai Dzat Yang Paling Penyayang dari semua penyayang”.
Dalam riwayat Imam Ibnu Majah terdapat tambahan :
ِ ُ ﻢ ﻳﺴﺄ ُﺛ ِ ِ ﺪ ُر ﻪُ ﻳُـ َﻘﺎء ﻓَِﺈﻧ َْ َ ﺪﻧْـﻴَﺎ َواﻵﺧ َﺮة َﻣﺎ َﺷ َل اﻟﻠ َﻪ ﻣ ْﻦ أ َْﻣ ِﺮ اﻟ
“Kemudian ia meminta kepada Allah karena itu akan ditentukan”.
urusan dunia dan akhirat yang ia kehendaki,
Kedudukan sanad : 1. Abul Warqoo’ Faid bin Abdur Rokhman Al Kuufiy, Tabi’I shighor, didhoifkan oleh para ulama, bahkan sebagian mereka sangat keras dalam mendhoifkannya, seperti Imam Bukhori, Imam Abu Hatim, Imam Nasa’I dan selainnya. Penilaian agak positif diberikan oleh Imam Ibnu Adiy, kata beliau “( ”و ﻤﻊ ﻀﻌﻔﻪ ﻴﻜﺘب ﺤدﻴثia dengan kedhoifannya ditulis haditsnya) (Tahdzibain). 2. Abdullah bin Abi Aufa seorang sahabat. Penilaian : sanad hadits ini lemah, Imam Tirmidzi setelah meriwayatkan hadits ini berkata : ِ ﻒ ﻓِﻲ اﻟْﺤ ِﺪ ٌ ﻳﺐ َوﻓِﻲ إِ ْﺳﻨَ ِﺎد ِﻩ َﻣ َﻘ ﻳﺚ ٌ َﻫ َﺬا َﺣ ِﺪ ﺎل ﻓَﺎﺋِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ُ ﻀﻌ َ ُاﻟﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﻳ َ ٌ ﻳﺚ ﻏَ ِﺮ “ini hadits Ghorib dalam sanadnya ada pembicaraan, Faid bin Abdur Rokhman dilemahkan (oleh ulama) dalam haditsnya”. Namun Imam Al Hakim dalam “Al Mustadrok” setelah meriwayatkan hadits ini berkata : ﻓﺎﺋﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ أﺑﻮ اﻟﻮرﻗﺎء ﻛﻮﻓﻲ ﻋﺪادﻩ ﻓﻲ اﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ و ﻗﺪ رأﻳﺖ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ أﻋﻘﺎﺑﻪ و ﻫﻮ ﻣﺴﺘﻘﻴﻢ اﻟﺤﺪﻳﺚ إﻻ أن اﻟﺸﻴﺨﻴﻦ ﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎ ﻋﻨﻪ و إﻧﻤﺎ ﺟﻌﻠﺖ ﺣﺪﻳﺜﻪ ﻫﺬا ﺷﺎﻫﺪا ﻟﻤﺎ ﺗﻘﺪم “Faid bin Abdur Rokhman Abul Warqoo’ Kuufiy terhitung kalangan Tabi’in, aku melihat sekelompok ulama mengkritiknya, ia sebenarnya lurus haditsnya, namun Bukhori-Muslim tidak meriwayatkan darinya. Aku hanya menjadikan haditsnya sebagai penguat hadits sebelumnya”. Kesimpulan : hadits ini minimalnya dapat dijadikan sebagai penguat. 2. Dari sahabat Anas bin Malik dari Nabi secara marfu’ Haditsnya ditakhrij oleh Imam Ibnu ‘Asaakir dalam “Al Mu’jam” (no.245) dari jalan :
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺟﺎﻣﻊ ﺑﻦ ﻫﺒﺔ اﷲ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺷﻬﺎدة أﺑﻮ اﻟﻔﻀﺎﺋﻞ اﻟﺮﺣﺒﻲ ﻣﻦ ﻟﻔﻈﻪ ﺑﺮﺣﺒﺔ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﻃﻮق ﻗﺎل ﺛﻨﺎ أﺑﻮ ﻋﻠﻲ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺑﻦ أﺣﻤﺪ اﻟﻘﺮﺷﻲ ﺛﻨﺎ اﻹﻣﺎم اﻟﻮاﻟﺪ ﻗﺪس اﷲ روﺣﻪ ﻗﺎل ﺛﻨﺎ اﻟﺸﺮﻳﻒ اﻟﻤﻌﻤﺮ أﺑﻮ ﻋﺒﺪ اﷲ اﻟﺤﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ اﻟﺤﺴﻴﻨﻲ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺷﻴﺨﻲ ﺷﻘﻴﻖ اﻟﺒﻠﺨﻲ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻮ ﻫﺎﺷﻢ اﻷﺑﻠﻲ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﻲ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺧﺎدم رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ إﻟﻰ اﷲ ﺣﺎﺟﺔ ﻓﻠﻴﺴﺒﻎ اﻟﻮﺿﻮء وﻟﻴﺼﻞ رﻛﻌﺘﻴﻦ وﻟﻴﻘﺮأ ﻓﻲ اﻟﺮﻛﻌﺔ اﻷوﻟﻰ: اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎب وآﻳﺔ اﻟﻜﺮﺳﻲ وﻓﻲ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺑﺄم اﻟﻜﺘﺎب و )آﻣﻦ اﻟﺮﺳﻮل( ﻓﺈذا ﻓﺮغ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ ﻳﺪﻋﻮ ﺑﻬﺬا
اﻟﺪﻋﺎء وﻫﻮ ﻳﺎ ﻣﺆﻧﺲ ﻛﻞ وﺣﻴﺪ وﻳﺎ ﺻﺎﺣﺐ ﻛﻞ ﻓﺮﻳﺪ وﻳﺎ ﻗﺮﻳﺐ ﻏﻴﺮ ﺑﻌﻴﺪ وﻳﺎ ﺷﺎﻫﺪ ﻏﻴﺮ ﻏﺎﺋﺐ وﻳﺎ ﻏﺎﻟﺐ ﻏﻴﺮ ﻣﻐﻠﻮب ﻳﺎ ﺣﻲ ﻳﺎ ﻗﻴﻮم ﻳﺎ ذا اﻟﺠﻼل واﻹﻛﺮام ﻳﺎ ﺑﺪﻳﻊ اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض اﻟﻠﻬﻢ إﻧﻲ أﺳﺄﻟﻚ ﺑﺎﺳﻤﻚ ﺑﺎﺳﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ اﻟﺤﻲ اﻟﻘﻴﻮم اﻟﺬي ﻻ ﺗﺄﺧﺬﻩ ﺳﻨﺔ وﻻ ﻧﻮم وأﺳﺄﻟﻚ ﺑﺎﺳﻤﻚ ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﺎﻟﺮﺣﻴﻢ اﻟﺤﻲ اﻟﻘﻴﻮم اﻟﺬي ﻋﻨﺖ ﻟﻪ اﻟﻮﺟﻮﻩ وﺧﻀﻌﺖ ﻟﻪ اﻟﺮﻗﺎب وﺧﺸﻌﺖ ﻟﻪ اﻷﺻﻮات ووﺟﻠﺖ ﻟﻪ اﻟﻘﻠﻮب ﻣﻦ ﺧﺸﻴﺘﻪ أن ﺗﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ آل ﻣﺤﻤﺪ وأن ﺗﺠﻌﻞ ﻟﻲ ﻣﻦ أﻣﺮي ﻓﺮﺟﺎ وﻣﻦ ﻛﻞ ﻫﻢ وﻏﻢ ﻣﺨﺮﺟﺎ . وﺗﻔﻌﻞ ﺑﻲ ﻛﺬا وﻛﺬا ﻗﺎل ﻟﻨﺎ أﺑﻮ اﻟﻔﻀﺎﺋﻞ ذﻛﺮ اﻟﺸﻴﺦ أن واﻟﺪﻩ أﺧﺒﺮﻩ أﻧﻪ ﻟﻘﻲ اﻟﺸﺮﻳﻒ اﻟﻤﻌﻤﺮ ﻓﺬﻛﺮ أﻧﻪ ﻋﺎش ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺳﻨﺔ ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﻟﻢ أﻛﺘﺒﻪ إﻻ ﻣﻦ ﻫﺬا اﻟﻮﺟﻪ وإﺳﻨﺎدﻩ إﺳﻨﺎد واﻩ واﻟﺤﻤﻞ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﺸﺮﻳﻒ واﷲ. وﺳﺘﻴﻦ ﺳﻨﺔ أﻋﻠﻢ ﺟﺎوﻟﻲ “haddatsanaa Jaami’ bin Hibatullah bin Muhammad bin Ali bin Syahaadah Abul Fadhoil Ar-Rohbiy dari lafadznya Malik bin Thouk ia berkata, haddatsanaa Abu Ali Al Hasan bin Ali bin Yusuf bin Ahmad Al Qurosy, haddatsanaa Al Imam Al Walid semoga Allah mensucikan ruhnya ia berkata, haddatsanaa Asy-Syariif Al Mu’mir Abu Abdillah Al Husain bin Ali Al Husainiy ia berkata, haddatsanii guruku Syaqiiq Al Balkhiy ia berkata, haddatsanii Abu Hasyim Al Ibiliy ia berkata, haddatsanii Anas bin Malik ra pelayan Rasulullah ia berkata, Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang memiliki hajat kepada Allah , hendaknya berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, lalu sholat 2 rakaat, bacalah pada rakaat pertama surat Al Fatihah dan ayat Kursi pada rakaat keduanya membaca Al Fatihah dan “Amana Ar Rasul” (Al Baqoroh ayat 285). Setelah selesai sholat berdoa dengan doa ini yaitu : “Wahai Yang mengatur semua orang, Yang menemani semua yang sendirian, Yang dekat tidak jauh, Yang hadir tidak ghoib, Yang menguasai bukan yang dikuasai, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, Yang Memiliki Ketinggian dan Kemulian, Yang Menciptakan Langit dan bumi. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri Yang tidak dihinggapi rasa kantuk dan tidak tidur, aku memohon kepada-mu dengan nama-Mu dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri yang wajah-wajah menghadap kepada-Nya, yang hati tunduk kepada-Nya, yang suara-suara khusyu’ kepada-Nya, yang membuat hati menjadi bergetar karena takut kepada-Nya. Sholawat kepada Muhammad, keluarganya. Jadikan untukku urusanku
kemudahan dari setiap kesedihan dan kesulitan jalan keluar, dan lancarkanlah pebuatanku demikian demikian”. Abul Fadhoil berkata kepada kami : ‘Syaikh menyebutkan bahwa ayahnya mengabarinya bahwa ia bertemu dengan Asy-Syariif Al Mu’mir yang hidup pada tahun 260 H. hadits ini tidak aku tulis, kecuali dari sisi ini dengan sanad yang lemah dan diriwayatkan oleh Asy-Syariif. Wallahu A’lam. 3. Dari Abu Darda dari Nabi secara marfu’ Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam “Al Musnad” (no. 28260) dan Imam Al Muhalimiy dalam “Al Amaliy” (no. 67) dari jalan :
ِ ِ ﻤ ِ ﻰ اﻟﺘ ِﻤ ٍﺪ اﻟْﻤﺮﺋ ﻳـ ْﻌﻨِﻰ أَﺑﺎ ﻣﺤ- ﻣ ْﻴﻤﻮ ٌن ِﻪ ﺑْ ِﻦﻒ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠ َ َ ﻗ- ﻰ ﻴﻤ َ ﻮﺳ َُ َ َ ُ ُﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳَ ْﺤﻴَﻰ ﺑْ ُﻦ أَﺑِﻰ َﻛﺜﻴ ٍﺮ َﻋ ْﻦ ﻳ ﺎل َﺣ َُ ََ ِ ﺎل ﺻ ِﺤﺒﺖ أَﺑﺎ اﻟﺪ ِ ِ ِ َ َت ﻗ ﺎس ﺑِ َﻤ ْﻮﺗِِﻪ ُ ﻀ َﺮﻩُ اﻟ َْﻤ ْﻮ َ ﻤﺎ َﺣ َ ُﻢ ﻣ ْﻨﻪُ ﻓَـﻠر َداء أَﺗَـ َﻌﻠ ُ ْ ﻓَﺂذَﻧ.ﺎس ﺑِ َﻤ ْﻮﺗِﻰ ْ َ ُ ْ َ َ ََﺳﻼٍَم ﻗ َ ﺖ اﻟﻨ َ ﺎل آذن اﻟﻨ ﺎل َ َ ﻗ.ُﺪ ُار َوَﻣﺎ ِﺳ َﻮاﻩ ﻚ َوﻗَ ْﺪ ُﻣﻠِ َﺊ اﻟ َ َ ﻗ.ُﺪ ُار َوَﻣﺎ ِﺳ َﻮاﻩ ﺖ َوﻗَ ْﺪ ُﻣﻠِ َﺊ اﻟ َ ِﺎس ﺑِ َﻤ ْﻮﺗ ُ ْْﺖ ﻗَ ْﺪ آذَﻧ ُ ﺎل ﻓَـ ُﻘﻠ ُ ﻓَ ِﺠ ْﺌ َ ﺖ اﻟﻨ ِ ﺎل أ ﺻﻠﻰ اﷲ- ِﻪﻮل اﻟﻠ َ ﺖ َر ُﺳ َ َ ﻗ.َُﺟﻠَ ْﺴﻨَﺎﻩ َ َ ﻗ.ﺴﻮﻧِﻰ ُ ﻰ َﺳ ِﻤ ْﻌﺎس إِﻧ ْ ﺎل ﻓَﺄ ْ َ َ ﻓَﺄَ ْﺧ َﺮ ْﺟﻨَﺎﻩُ ﻗ.أَ ْﺧ ِﺮ ُﺟﻮﻧِﻰ ُ ـ َﻬﺎ اﻟﻨﺎل ﻳَﺎ أَﻳ ُ َﺟﻠ ﻮل » َﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻮ ﺠﻼً أ َْو َل ُﻣ َﻌ َ ﻪُ َﻣﺎ َﺳﺄﻤ ُﻬ َﻤﺎ أَ ْﻋﻄَﺎﻩُ اﻟﻠ ِﻰ َرْﻛ َﻌﺘَـ ْﻴ ِﻦ ﻳُﺘﺻﻠ ُ ﻳَـ ُﻘ-ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ُ َﺳﺒَ َﻎ اﻟ ُْﻮ ْ ﺿﺄَ ﻓَﺄ َ ﻢ ُﻮء ﺛ َ ﺿ ٍ ﻪُ ﻻَ ﺻﻼَ َة ﻟِﻤﻠْﺘَ ِﻔﺎت ﻓَِﺈﻧ ِ ﺎ ُﻛﻢ وﺎس إِﻳـ َﻬﺎ اﻟﻨﺪر َد ِاء ﻳﺎ أَﻳ ﺎل أَﺑﻮ اﻟ َﻮِع ﻓَﻼَﻄﺖ ﻓَِﺈ ْن ﻏُِﻠ ْﺒﺘُ ْﻢ ﻓِﻰ اﻟﺘ َ اﻻﻟْﺘِ َﻔ َ ْ ُ َ َ ﻗ.« ًﺮاُﻣ َﺆﺧ ُ َ َْ ُ .ﻳﻀ ِﺔ َ ﻦ ﻓِﻰ اﻟْ َﻔ ِﺮ ُﺗُـ ْﻐﻠَﺒ
“Maimun –yakni Abu Muhammad Al Maroi At Tamiimiy- ia berkata, haddatsanaa Yahya bin Abi Katsir dari Yusuf bin Abdullah bin Salam ia berkata : ‘aku menemani Abu Darda aku belajar darinya, maka ketika menjelang wafatnya ia berkata : ‘beritahukan kepada manusia tentang kematianku’. Lalu aku pun memberitahu orang-orang tentang menjelang ajalnya Abu Darda , aku datang dan rumahnya telah dipenuhi manusia. Aku berkata : ‘aku telah mengumumkan kepada orang-orang tentang kematianmu dan rumahmu telah dipenuhi orang’. Abu Darda’ berkata : ‘keluarkan aku!’, kami pun mengeluarkannya, lalu katanya : ‘dudukkan aku!’ kami pun mendudukkannya. Abu Darda berkata : “Wahai manusia aku mendengar Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, lalu sholat 2 rakaat yang ia sempurnakan, Allah akan memberinya apa yang diminta baik segera atau lambat”. Abu Darda berkata : ‘Wahai manusia, hati-hatilah kalian dari tengak-tengok dalam sholat, karena tidak ada sholat bagi orang yang tengak-tengok, jika hal ini tidak dapat dikendalikan pada sholat Tathowu’ maka jangan sampai terjadi pada sholat fardhu”. Kedudukan sanad : Imam Al Haitsami dalam “Majmuz Zawa’id berkata : . ﻻ ﻳﻌﺮف:رواﻩ أﺣﻤﺪ واﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﻜﺒﻴﺮ وﻓﻴﻪ ﻣﻴﻤﻮن أﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ ﻗﺎل اﻟﺬﻫﺒﻲ
“Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam “Al Kabiir” didalam sanadnya ada Maimun Abu Muhammad, Imam Adz-Dzahabi : ‘Tidak dikenal”. Kesimpulan : sanadnya lemah karena kemajhulan Maimun ini. 4. Dari Utsman bin Hunaif Haditsnya ditulis oleh Imam Tirmidzi dalam “Sunan” (no. 3927), Imam Ibnu Majah dalam “Sunan” (no. 1448), Imam Ahmad dalam “Al Musnad” (no. 17703), Imam Nasa’I dalam “Sunan Kubro” (no. 10495), Imam Al Hakim dalam “Al Mustadrok” (no. 1128) dan Imam Ibnu Khuzaimah dalam “Shahih” (no. 1219) dari jalan Abu Ja’far dari Umaroh bin Khuzaimah dari Utsman bin Hunaif , sedangkan Imam Thobroni dalam “Mu’jam Kabir” (no. 8232) menulis dari jalan Abu Ja’far dari Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif dari Utsman bin Hunaif ia berkata :
ﺖ َ َ ﻗ. َﻪ أَ ْن ﻳُـ َﻌﺎﻓِﻴَﻨِﻰع اﻟﻠ َ ﻓَـ َﻘ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﻰ ِﺒﺼ ِﺮ أَﺗَﻰ اﻟﻨ َ ًن َر ُﺟﻼ َأ َ ﺎل » إِ ْن ِﺷ ْﺌ ُ ﺎل ا ْد َ َﺿ ِﺮ َﻳﺮ اﻟْﺒ ﺎل ﻓَﺄ ََﻣ َﺮﻩُ أَ ْن ﻳَـﺘَـ َﻮ ﻮءﻩُ َوﻳَ ْﺪ ُﻋ َﻮ ﺑِ َﻬ َﺬا َ َ ﻗ.ُﺎل ﻓَﺎ ْد ُﻋﻪ َ َ ﻗ.« ﻚ َ ﺻﺒَـ ْﺮ ُ َد َﻋ ْﻮ ُ ﺿﺄَ ﻓَـﻴُ ْﺤ ِﺴ َﻦ ُو َ َت ﻓَـ ُﻬ َﻮ َﺧ ْﻴـٌﺮ ﻟ َ ت َوإِ ْن ِﺷ ْﺌ َ ﺖ َ ﺿ ِ ِ ﺎﺟﺘِﻰ َ ِﺖ ﺑ َ ﻚ ﺑِﻨَﺒِﻴ َ ﺟﻪُ إِﻟَْﻴ ﻚ َوأَﺗَـ َﻮ َ َُﺳﺄَﻟ ُ ﺟ ْﻬ ﻰ ﺗَـ َﻮﺮ ْﺣ َﻤ ِﺔ إِﻧ ﻰ اﻟ ِﻤ ٍﺪ ﻧَﺒ ﻚ ُﻣ َﺤ ْ ﻰ أﻢ إِﻧ ُﻬﺪ َﻋﺎء » اﻟﻠ اﻟ َ ﻰ ﻓﻰ َﺣﻚ إِﻟَﻰ َرﺑ « ﻰ ِﻔ ْﻌﻪُ ﻓ ﺸ َ َﻢ ﻓ ُﻬﻀﻰ ﻟِﻰ اﻟﻠ َ َﻫ ِﺬ ِﻩ ﻟِﺘُـ ْﻘ
“ada seorang yang terganggu penglihatannya datang kepada Nabi , lalu ia berkata : ‘doakanlah aku agar Allah menyembuhkanku’. Nabi bersabda : “jika engkau mau, aku akan berdoa, jika engkau bersabar itu lebih baik bagimu”. Ia berkata : ‘doakan aku’. Maka Nabi memerintahkannya untuk berwudhu dan membaguskan wudhunya dan berdoa dengan doa ini. Yaitu : “Yaa Allah aku memohon kepada Engkau aku menghadapMu dengan Nabi-Mu Muhammad Nabi Rakhmat aku menghadapkan wajahku kepadaMu kepada Rabbku dalam kebutuhanku ini agar Engkau mengabulkannya. Ya Allah Sembuhkanlah ia karenaku”. Kedudukan sanad : Imam Tirmidzi setelah meriwayatkan hadits ini berkata : ِ ِ ﻳﺚ ﺣﺴﻦ ِ ِ ٍ ﻒ ُﻫﻮ أَ ُﺧﻮ ﺳ ْﻬ ِﻞ ﺑْ ِﻦ ﺣﻨَـ ْﻴ ٍ ِ ِ ِ ِِ ﻒ َ ٌ َ َ ٌ َﻫ َﺬا َﺣﺪ ٌ ﺻﺤ ُ َ ٌ ﻴﺢ ﻏَ ِﺮ َ ﻲ َوﻋُﺜْ َﻤﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ُﺣﻨَـ ْﻴ ﻻ ﻣ ْﻦ َﻫ َﺬا اﻟ َْﻮ ْﺟﻪ ﻣ ْﻦ َﺣﺪﻳﺚ أَﺑﻲ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ َو ُﻫ َﻮ ا ْﻟ َﺨﻄْﻤِﻳﺐ َﻻ ﻧَـ ْﻌ ِﺮﻓُﻪُ إ “ini hadits Hasan shahih Ghorib kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini dari adalah haditsnya Abu Ja’far yaitu Al Khothomiy dan Utsman bin Hunaif saudaranya Sahal bin Hunaif Kesimpulan : Hadits ini shahih, dishahihkan juga oleh Imam Al Hakim, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Al Albani dan para ulama lainnya. Berdasarkan hal ini maka pelaksanaan Sholat hajah adalah sholat sunnah yang disyariatkan. Diantara para ulama yang menganjurkan pelaksanaan sholat ini : 1. Dari kalangan madzhab Hanafi, diantara mereka : A. Penulis “Bahrur Roqoiq” (4/245) berkata :
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎت ﺻ َﻼةُ اﻟْﺤ ِ ِ ِ ِ ِ ُ َﺣ ِﺎد ﻮرةٌ ﻓِﻲ َ ﺎﺟﺔ َوﻫ َﻲ َرْﻛ َﻌﺘَﺎن َﻛ َﻤﺎ ذَ َﻛ َﺮﻩُ ﻓﻲ َﺷ ْﺮ ِح ُﻣ ْﻨـﻴَﺔ اﻟ ُْﻤ َ ََوﻣ ْﻦ اﻟ َْﻤ ْﻨ ُﺪوﺑ َ ﻲ َﻣ َﻊ َﻣﺎ ﻗَـ ْﺒـﻠَﻪُ ﻣ ْﻦ اﻻ ْﺳﺘ َﺨ َﺎرة َو ْاﻷﺼﻠ َ َ َ ﻳﺚ ﺑ َﻬﺎ َﻣ ْﺬ ُﻛ ِ ﺮِﻫْ ﻴﺐ َواﻟﺘـ ِ ﺮ ِﻏْ اﻟﺘـ ﻴﺐ “Termasuk amalan sunnah adalah sholat hajat yaitu sholat yang dikerjakan 2 rakaat sebagaimana aku sebutkan dalam “Syaroh Munyatil Musholliy” bersama penjelasan sebelumnya tentang sholat istikhoroh dan hadits-hadits tentang ini disebutkan dalam Targhib wa tarhib”. B. Syaikh Ismail sebagaimana disebutkan dalam “Radul Mukhtar” (5/193) begitu juga ini pendapat penulis kitab tersebut. C. Imam Thohawi dalam “Al Hasyiyah” (2/394). D. Imam Hasan bin Ammaar dalam “Maraqil Falah” (1/174). 2. Dari kalangan madzhab Hanbali, diantara mereka : A. Imam Ibnu Qudamah dalam “Syaroh Kabir” (1/741). B. Imam Ibnu Muflih dalam “Al Furu’” (2/368). 3. Dari kalangan muhaqiqin, diantara mereka : A. Tim kementerian agama Kuwait dalam “Maushu’ah Fiqihiyah” (28/216) menulis : اﺗّﻔﻖ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻋﻠﻰ أ ّن ﺻﻼة اﻟﺤﺎﺟﺔ ﻣﺴﺘﺤﺒّﺔ “Para ulama fiqih sepakat sholat hajat itu sunnah”. B. Syaikh Hisamuddin ‘Afanah dalam “Fatawa yas’alunak” (3/25) menjawab : اﺗﻔﻖ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻋﻠﻰ أن ﺻﻼة اﻟﺤﺎﺟﺔ ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ وأﻧﻬﺎ ﺗﻜﻮن ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﻌﺮض ﻟﻺﻧﺴﺎن ﺣﺎﺟﺔ ﻣﻦ ﺣﻮاﺋﺞ اﻟﺪﻧﻴﺎ اﻟﻤﺸﺮوﻋﺔ ﻓﻴﺴﺘﺤﺐ ﻟﻪ ﻓﺄرﺟﻮ أن ﻳﺤﻘﻖ اﷲ ﻟﻪ ﻣﺎ، ﻓﺈن ﻓﻌﻞ ذﻟﻚ ﻣﺆﻣﻨﺎً ﺑﻘﺪرة اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ، وﻳﺴﺄل اﷲ ﺟﻞ وﻋﻼ ﺣﺎﺟﺘﻪ، أن ﻳﺘﻮﺿﺄ وﻳﺼﻠﻲ رﻛﻌﺘﻴﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ أراد “Telah sepakat kebanyakan ulama fiqih atas (disyariatkannya) sholah hajat dan ia sunnah, sholat ini dikerjakan ketika seseorang memiliki kebutuhan dari kebutuhan-kebutuhan dunia yang disyariatkan, maka dianjurkan baginya untuk berwudhu lalu sholat 2 rakaat karena Allah , kemudian ia memohon kepada Allah , jika yang melakukan seorang Mukmin maka dengan takdir Allah , aku berharap Allah merealisasikan apa yang diinginkannya”. C. Syaikh Abu Bakar Al Jazairi dalam menjelaskan faedah dari ayat 89-99 surat Al Hijr dalam “Aisir Tafasir”, kata beliau : ﻣﺸﺮوﻋﻴﺔ ﺻﻼة اﻟﺤﺎﺟﺔ ﻓﻤﻦ ﺣﺰﺑﻪ أﻣﺮ أو ﺿﺎق ﺑﻪ ﻓﻠﻴﺼﻞ ﺻﻼة ﻳﻔﺮج اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺑﻪ او ﻳﻘﻀﻲ ﺣﺎﺟﺘﻪ أن ﺷﺎء وﻫﻮ اﻟﻌﻠﻴﻢ-4 . اﻟﺤﻜﻴﻢ “(Point no. 4) Disyariatkannya sholat hajat, maka barangsiapa yang sedang akan memberikan mendapatkan kesulitan, hendaknya sholat niscaya Allah jalan keluar dan mengabulkan hajatnya jika Dia berkehendak dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Sholawat dan salam kepada Rasulullah
wal imu indallah. Wallahu A’lam.