Abstrak Bambang Irawan Manajemen Masjid Pasar Tanah Abang Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat Perkembangan Masjid di Indonesia teramat pesat yang bermunculan di komplek perkantoran, kampus, perhotelan, bahkan pusat perbelanjaan termasuk Masjid Pasar Tanah Abang Blok A sehingga masjid memerlukan pengelola yang terampil dan professional. Banyak diantara masjid yang masih memfungsikan masjid hanya sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikannya masjid sebagaimana mestinya. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru kurang mendapatkan prioritas, semakin baik pengolahan masjid dengan kreatif dan inovatif meramu kegiatan akan memberikan citra tersendiri bagi sebuah masjid dimana tercermin budaya, pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan masyarakat setempat. Pengelolaan masjid secara professional berarti mengembangkan masjid. akan tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan managerial dengan cara tidak lain adalah dengan mengadakan berbagai macam program kegiatan disertai sarana fasilitas masjid yang mendukung dan memadai. Masjid Pasar Tanah Abang Blok A adalah salah satu Masjid yang berada di tengah-tengah hiruk pikuknya sebuah tempat perbelanjaan yang terbesar di asia tenggara, yaitu Pasar Tanah Abang. pendirian masjid juga menjawab keluhan masyarakat akan minimnya sarana ibadah di Pasar Tanah Abang yang pada umumnya sarana ibadah yang tersedia tidak layak dan kurang nyaman. Maka dari itu Masjid Blok A hadir dengan segala keistimewaan yang dimilikinya dan bisa menjadi icon dan symbol di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen masjid Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pedagang di tanah abang baik itu dari segi Aplikasi pada bidang Program, Kepengurusan, Bidang Fisik dan sarana masjid, dan juga sikap dan perhatian pengurus masjid melalui penelitian lapangan yang langsung turut serta akan kegiatan di Masjid Blok A dan juga melalui studi kepustakaan dan literatur lainnya yang mendukung. Dari hasil penelitian tampak bahwa usaha para takmir masjid yang dilakukan untuk masjid dari waktu ke waktu telah memberi dampak positif bagi warga sekitar masjid pada khususnya dan bagi masyarakat luar pada umumnya. Selain memberi dampak positif, masjid Blok A juga menjadi inspirasi bagi Mall-mall atau pusat perbelanjaan lainnya untuk menyediakan sarana ibadah yang nyaman dan bersih untuk selalu dapat dijadikan tempat ibadah yang efektif bagi kemajuan Umat Islam.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Azza Wa Jalla, Ya Rabbul Izzati, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, pemilik segala zat kehidupan ini yang telah banyak memberikan kepada kita semua nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada Suri Tauladan kita Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama bagi umatnya, bagi seluruh alam. Hanya dengan Ridho Allah SWT, penyusunan skripsi dengan judul “ MANAJEMEN
MASJID
BLOK
A
TANAH
ABANG
DALAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT” ini dapat terselesaikan. Dalam menyusun skripsi ini, tentunya banyak sekali pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan serta kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :.
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah 2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi 3. Drs. Cecep Castrawijaya, MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah 4. Bapak Mulkan., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, terima kasih atas waktu yang diberikan dalam membantu mahasiswanya.
5. Drs. Sugiharto,MA selaku Dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas segala waktu dan pikiran yang telah diberikan dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi terutama Jurusan Manajemen Dakwah yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah 7. Seluruh Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas dan Staf Tata Usaha dalam membantu memberikan pelayanan kepada penulis selama kuliah di sini 8. Ayahanda H. Marsodo dan Ibunda Hj. Sri Tugi Yati, selaku kedua orang tua penulis, yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis seharihari, yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam memberikan motivasi, yang tidak hentinya dalam memberikan kasih sayang dan didikan, yang selalu memberikan
dukungan
dengan
moril
dan
materil,
yang
selalu
memanjatkan do’a kepada Allah SWT untuk kebahagiaan dan kesuksesan anaknya, dengan apa yang harus ku balas untuk jasa mereka? Tanpa mereka saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Maka itu, Karya Kecil ku ini kupersembahkan paling pertama untuk Dua Insan yang Wajib dihormati, yaitu Kedua Orang tua ku agar dapat membuat sebuah senyuman indah yang terpancar di wajahnya. 9. seluruh Kelurgaku yang telah memberikan motivasi yaitu Mas Budi dan Mba Susi dan adik ku Candra serta saudara-saudara kelurga yang lainnya.
10. Pimpinan, Pembina, dan seluruh Takmir Masjid Blok A Tanah Abang, yaitu Bapak Djan Faridz, Habib Agil Alatas, SE, Ust.Mahdi Alatas, S.Ag, Ust.Dhomiri, S.Ag, Ust.Lutfi, Ibu Fathiyah, serta para Takmir Masjid lainnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan meluangkan wakktunya dan data yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini. 11. Untuk Seorang Wanita yang telah mewarnai hidup penulis dengan sifat cerianya, perhatiannya, dukungannya, motivasinya, serta doanya yang memberikan dengan tulusnya dan dia sangat berperan dalam penyusunan skripsi penulis yaitu Ernawati Zahrah, Ana Uhibbuki Fillaah. 12. Untuk Para Sohib penulis, yaitu Dita Megawati, Ade Ardiansyah, Khoiruddin, Heti Susanti, Sumayyah Ati Afifah, Nika Zahra, Dinnia Nurul Maharani, Ade Wahyu Yusuf, Maulana, Widya, Nurul Fitriana, Yevi Nursyaidah, yang senantiasa membantu penulis kapanpun, Jazakumullah Khairan Katsiran,Uhibbukum Fillah. 13. Untuk Teman-teman Kampus yaitu Ika, Dani, Rifa, Himah, Nurul, Juned, Indra, Solihin, Ashif, dan Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2005 manajemen dakwah A& B, yaitu khususnya teman-teman MD A atas kebersamaan, susah senag, tawa canda yang senantiasa mengobati rasa jenuh yang akan menjadi kenangan yang sulit tuk dilupakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tentunya ini adalah langka awal untuk terus mengembangkan
potensi diri. Adanya saran dan kritik guna menambah pengetahuan penulis sangat di harapkan kepada pihak-pihak yang ikut terlibat di dalamnya. Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas kesempatan yang telah diberikan sehingga skripsi ini telah mampu penulis selesaikan dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jakarta, Maret 2010
Bambang Irawan
MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh: BAMBANG IRAWAN 105053001782
JURUSAN MANAJEMAN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….....................................................................v DAFTAR ISI............................................................................................................viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………….....1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………..9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………9 D. Metodologi Penelitian……………………………………………10 E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………15 F. Sistematika Penulisan……………………………………………16
BAB II
LANDASAN TEORI A. Manajemen 1) Pengertian Manajemen…………………………………….... 18 2) Unsur- unsur Manajemen…………………………………… 22 3) Fungsi-fungsi Manajemen……………………………………24 B. Masjid 1) Pengertian Masjid…………………………………………….28
2) Manfaat dan Tujuan Masjid…………………………………..32 3) Macam-macam Masjid………………………………………..36 4) Manajemen Masjid……………………………………………37 C. Pengertian Aktivitas Keagamaan…………………………………39 D. Pedagang 1) Pengertian Pedagang…………………………………............. 41 2) Karakteristik Pedagang………………………………………..42 3) Perdagangan dalam Perspektif Islam………………………….43
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID PASAR TANAH ABANG BLOK A
A. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………….46 B. Visi dan Misi Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………………………. 52 C. Struktur Kepengurusan Masjid Pasar Tanah Abang Blok A…………….. 53 D. Letak Geografis………………………………………………………….. 56 E. Karakter dan Aktivitas Masjid Pasar Tanah Abang Blok A……………… 57
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG
A. Usaha-Usaha Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan
1) Aplikasi pada Bidang Program Kegiatan Masjid………………………………. 64 2) Aplikasi pada Bidang Kepengurusan…………………………………………... 72 3) Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid……………………………….. 76 4) Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid…………………………………………. 90 B. Faktor Pendukung dan penghambat Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………… 100 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………….
103
B. Saran-saran………………………………………………………..
104
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama Dakwah, dan menjadi kewajiban kaum Muslimin secara pribadi / organisasi untuk mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan bagi kesempurnaan pelaksanaannya. Suatu kewajiban tidak bisa sempurna pelaksanaannya kecuali ada kelengkapan dan sarana. Dakwah Islam adalah perjuangan yang besar dan berat, karena merupakan pembangunan umat yang menyeluruh di segala bidang dan lapangan kehidupan. Oleh karenanya, dalam melaksanakan Dakwah memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup banyak sebagai sarana dan dapat mengantar perjuangan umat sampai kepada tujuannya. Dakwah merupakan usaha membumikan dan menyebarluaskan ajaran Islam di tengah-tengah umat manusia, dalam rangka menuntun manusia untuk senantiasa menjalankan segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh ajaran Islam dalam segala lapangan kehidupan sebagai bentuk ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Di berbagai negara, apalagi yang mayoritas penduduknya muslim, jumlah Masjid mengalami pertambahan yang amat pesat. Pertambahan jumlah mesjid merupakan sesuatu yang harus kita syukuri, apalagi ini bertanda bahwa eksistensi Islam dan umatnya, khususnya negeri kita masih kuat. Namun sebagai muslim yang baik, kita tdak boleh puas hanya karena Masjid dan musholla kian
1
2
bertambah banyak, hal ni karena apabila kita lihat dari sisi lain yakni menilai sejauh mana fungsi masjid yang telah terwujud sekarang ini, yang seharusnya kita merasa prihatin melihat kenyataan sebagian besar dari masjid-masjid kita yang belum berfungsi sebagaimana mestinya. Secara teoritis konseptual, Masjid adalah pusat kebudayaan umat islam. Di tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, material spiritual dimulai, karena setelah Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah, beliau berusaha bersama Muhajirin lainnya dengan masyarakat setempat (kaum Anshor) membangun masjid supaya orang islam berkumpul untuk melaksanakan shalat lima waktu. 1 Selain berfungsi sebagai tempat ibadah ritual, masjid menurut Ulama terkemuka, Syaikh Yusuf Qardhawi 2 , Masjid juga berfungsi sebagai tempat sosial kemasyarakatan seperti bersillaturahmi untuk memperkuat ikatan persaudaraan, tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan dana zakat, infak dan sedekah, tempat penyelesaian sengketa, lembaga solidaritas dan bantuan kemanusiaan, tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat, tempat membina keutuhan jamaah, dan tempat bergotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Akan tetapi, fungsi strategis diatas, belakangan ini ternyata sudah banyak mengalami pergeseran. Bahkan, ada kecenderungan umum bahwa masjid lebih difungsikan dari aspek sakralnya saja, yakni seremonial. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru
1 2
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.29 Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), Cet.Ke-1, h.7
2
3
kurang mendapat proritas. Kondisi inilah yang diprediksi menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya kemajuan umat islam dan rapuhnya kesatuan umat islam. Selain itu, barang kali pula, yang menjadi salah satu faktor penyebab mundurnya peradaban dari umat islam. 3 Sayangnya, banyak di antara Masjid yang masih memfungsikan Masjid sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikan Masjid sebagaimana mestinya, tentu hal ini akan menjadi mimpi belaka saat mengelola Masjid tanpa di iringi Manajemen yang professional, karena Masjid dipandang sebagai bangunan yang Megah semata, namun perlu untuk dimakmurkan oleh seluruh komponen (pengurus masjid) dan jamaah. Maka dalam hal ini masjid harus berperan sebagai wadah pemersatu yang memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat atas dasar persamaan agama. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu atau kualitas kegiatan masjid khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah.4 Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 18:
☺
☺
☺
3 4
Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, h.8 Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet.1, h.1
3
4
Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. at Taubah: 18)
Masjid bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana penyucian tetapi masjid berarti juga tempat melaksanakan segala aktifitas manusia yang mencerminkan kepatuhan pada Allah SWT. Masjid tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan ibadah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan. Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas pastilah menginginkan spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Keluaran dari proses ini jelas akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu mendobrak kebekuan umat. Dewasa ini Umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan Masjid, baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok pedesaan, bahkan hampir di setiap lingkungan perkantoran, di kampus-kampus, di lingkungan pusat kegiatan ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun kantor-kantor swasta berdiri dengan megah masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur. 5 Begitupun juga Masjid dibangun di dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan, dalam hal ini banyak sekali bangunan Mall yang sudah menjajahi negara ini secara tidak langsung, ini berarti membuktikan bahwa semakin banyak penduduk yang membutuhkan keperluan masing-masing yang mengarah gaya hidup yang konsumtif. Mall atau Pusat Perbelanjaan baru saat ini berlomba untuk menyajikan 5
Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 2
4
5
pesona untuk menarik pengunjungnya dengan memperindah bangunannya, ataupun memberikan berbagai fasilitas bagi pengunjungnya, mulai dari lapangan parkir yang luas (ada yang gratis pula), toilet yang nyaman dan gratis, kendaraan antar jemput ke dalam mall, mendatangkan artis terkenal bahkan disediakan ruang menyusui. Tetapi, Melihat Realita yang ada saat ini dari semua fasilitas yang ada dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan di Jakarta pada khususnya, pihak mall sangat mengeyampingkan kenyamanan kita dalam beribadah yaitu keberadaan atau penyediaan tempat beribadah yaitu Masjid atau Mushollah. Mengapa Negara yang berpenduduk muslim terbesar, memiliki Mall atau Pusat Perbelanjaan yang Masjidnya sangat kecil, kebanyakan Masjid di dalam mall dengan istilah menyedihkan. Mall-mallnya megah, tetapi Masjidnya selalu ditempatkan diarea parkir, terkesan yang penting ada. Kebanyakan bentuknya sempit, panas, bau dan letaknya jauh di basemen ataupun dekat tangga darurat. Jamaah yang ingin sholat mesti antri berdesakan dan harus segera pergi bila sudah selesai sholat, jangan harap ada waktu untuk dapat berdoa dengan khusu’. Pengelola mal masih beranggapan bahwa keberadaan mushola belum menjadikan nilai tambah untuk mal tersebut. Pengelola mal masih berpikir ala kapitalis, hanya memikirkan keuntungan materi belaka. Ketika pengelola mall membangun arena parkir luas, menampung ratusan mobil, mereka hanya menyediakan mushala seukuran parkir empat buah mobil, sehingga antrian untuk shalat pun menjadi panjang. Usai salam tanpa sempat berdoa sudah harus diganti
5
6
jamaah lain. Mall yang buka 12 jam, mulai pukul 10.00-22.00, tentu melalui waktu shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Dzuhur dan Isya waktunya cukup panjang. Tapi, Ashar dan Maghrib yang waktunya sempit, Apa harus dijamak setiap berada di mall? 6 Belanja, Itulah alasan banyak orang yang mengunjungi mall. Tapi, belanja bukan satu-satunya alasan. Ada pula yang motif utamanya rekreasi: berkumpul, cuci mata, dan lain-lain kendati untuk menikmati gaya hidup itu tak sedikit yang menebusnya dengan rupiah, misalnya membeli soft drink atau juice di food court. Mall saat ini telah menjadi ruang untuk beragam ekspresi masyrakat perkotaan, bukan hanya tempat belanja, makan, atau kumpul-kumpul. Mall telah menjadi ruang publik paling nyaman. Dengan hal ini mestinya Mall atau Pusat Perbelanjaan yang gemerlap tak sekedar menjadi ruang ekspresi duniawi, tetapi juga memfasilitasi ekspresi ‘masa depan’ sebagai hamba Allah. “ Untuk itulah peran ruang kecil yang biasa disebut mushalah sebagai sarana ekspresi keimanan sangat dibutuhkan. Itu untuk menjaga hubungan vertical dengan pemilik alam semesta.” 7 Belanja maupun rekreasi di pasar modern yang menyediakan aneka kebutuhan dalam balutan suasana nyaman, kerap melenakan. Sedang asyik memilah dan memilih barang, jalan-jalan dan sedang ngobrol bersama kerabat atau teman kita,
6
Citizen Journalism, Mushala Kecil Nan Menyedihkan Apa Kata Dunia?, (Jakarta: Replubika, 2007), h. A2 7 Citizen Journalism, Mushala di Mal, Belanja Rekreasi Shalat Yes, (Jakarta: Replubika, 2007), h. A3
6
7
jarum jam berputar cepat. Saat sadar, waktu shalat hampir habis terutama shalat maghrib. Mencari tempat shalat di luar mall jelas butuh waktu dan energi. Karena ruang sebuah mall laksana menggecetkan waktu dan memacunya untuk berlari. Oleh karena itu, mushalah di Mall atau Pusat Perbelanjaan amat diperlukan. Mushalah nyaman tak sekedar layak perlu disediakan disetiap lantai agar memudahkan pengunjung dalam beribadah sehingga tidak perlu adanya antrian. Hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar. Begitu pula dengan Pusat Perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. Aktivitas transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung dari pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku bangsa dan warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak pernah sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar. Namun, bila diperhatikan secara saksama, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi dengan pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi masjid atau mushala ditempatkan di bagian sudut. Di mal-mal, pada umumnya, masjid atau mushala ditempatkan di pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau di parkiran. Hal tersebut berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di lokasi ini justru
7
8
ditempatkan di bagian paling atas gedung pasar, yakni di lantai 14 sehingga relatif bisa membuat Ibadah menjadi nyaman. Berdasarkan Latar Belakang dan fenomena kondisi Masjid pada Mall atau Pusat Perbelanjaan di Jakarta sekarang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang keberadaan Masjid yang ada di Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang. Maka penulis memilih Judul “ Manajemen Masjid Pasar Tanah Abang Blok A dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang Di Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat “.
8
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, maka Penulis Membatasi Masalah yang akan diteliti hanya pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Blok A. Dari pembatasan masalah tersebut dapat diuraikan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Upaya Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat? 2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan: Berdasarkan Rumusan Penelitian yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan: a) Untuk Mengetahui Bagaimana Usaha-usaha Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam menjalankan Aktivitas Dakwahnya.
10
b) Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Pendukung dan Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Manfaat : Adapun Manfaat penelitian yang ingin penulis capai, adalah sebagai berikut: a) Kegunaan Akademis Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu manajemen, khususnya Manajemen Masjid dan Manajemen Dakwah itu sendiri. b) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan, seperti teoritisi, praktisi, dan aktifitas dakwah Islam pada umumnya serta para pengelola Masjid Blok A Tanah Abang, dan pada khususnya yang menjadikan Masjid Blok A Tanah Abang sebagai sarana dakwah untuk lebih meningkatkan kembali fungsi masjid dan manajemennya.
D. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah Metode penelitian Kualitatif yaitu dengan menggunakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
11
tertulis dari orang atau perilaku yang diamati, kegiatan penelitian ini merupakan data yang diambil dari lapangan penelitian dengan pendekatan survei, data yang dikumpulkan berupa fakta-fakta, gambar dan bukan angka-angka. Dalam hal ini penulis melakukan dengan mengamati, dan mengumpulkan data-data dan kemudian data-data yang diperoleh disusun dan dikembangkan dan selanjutnya dikemukakan dengan seobjektif mungkin kemudian dianalisa. 1
1. Subjek dan Obyek Penelitian a. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi Subjek dalam Penelitian ini adalah Masjid Blok A Tanah Abang sebagai sarana Ibadah, dalam hal ini penulis mengambil datadata dari pengurus Masjid Blok A Tanah Abang, yang dapat memberikan informasi representatif dan mempunyai akses dan mengetahui pengaruh terhadap aktivitas keagamaan pedagang. b. Objek Penelitian Sedangkan yang menjadi Objek Penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah
Manajemen
Masjid
Blok
A
Tanah
Abang
dalam
Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.
1
Soetrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h.136
12
2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. 2 Dalam hal ini penulis akan mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di Masjid Blok A Tanah Abang untuk memperoleh data-data yang di inginkan. 3. Tekhik Pengumpulan Data Dalam Teknik Pengumpulan Data, penulis menggunakan beberapa metode atau cara sebagai berikut : a) Observasi Observasi atau pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala objek
yang
diteliti. 3 Dalam hal ini, penulis langsung melakukan Observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta pusat. b) Wawancara Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden. 4 Dalam melakukan wawancara 2
ini
bentuknya
adalah
wawancara
bebas,
namun
tetap
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, h.329 3 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), Cet.7, h.102 4 Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), Cetke-5, h. 129
13
menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus pada tujuan penelitian. 5 Dalam hal ini penulis akan mewawancarai pengurus harian atau takmir dari Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. c) Dokumentasi Dokumentasi, yakni mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dsb. 6
4.
Waktu dan Tempat Penelitian a) Waktu Penelitian Waktu penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. b) Tempat Penelitian Tempat Penelitian skripsi ini yaitu Masjid Blok A Tanah Abang terletak di Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang, letak Masjid ini sangat strategis yang berada di persimpangan jalan antara KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan utara, sedangkan dari sebelah timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang masih dalam wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat.
5
Nadzir, Mohammad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 234 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202 6
14
Masjid Pasar Tanah Abang Blok A berada di puncak gedung, yaitu pada lantai 14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141.
5. Teknik Analisis Data Analisis Data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Moleong adalah Proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar. 7 Di Dalam Penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut menggambarkan keadaan sasaran apa adanya. 8 Teknik Metode Penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), diterbitkan oleh CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
7 8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 280 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 21
15
E. Tinjauan Pustaka Penulis menemukan Skripsi yang dijadikan Tinjauan Pustaka sebagai Bahan Pertimbangan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam pembuatan skripsi yang akan penulis susun, yaitu sebagai berikut: a) Amir Hamzah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan judul “ Manajemen Penggerakkan Ta’mir Masjid Jami Al Hidayah Kali Abang Bungur Bekasi ” Menitikberatkan pada Penggerakkan ta’mir Masjid Jami Al Hidayah. b) Lutfi Saefullah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan judul “ Manajemen Masjid Ibnu Sina Pamulang dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah pada anak Usia Dini ” yang membahas tentang pengembangan dakwah melalui kegiatan yang mendidik anak usia dini. c) Hani Ma’rifati, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan judul “ Masjid Sebagai Pusat Dakwah (Analisis tentang Strategi Dakwah Masjid Atta’awun) yang membahas tentang strategi dakwah di Masjid Atta’awun.
Sedangkan Skripsi Penulis menjelaskan tentang Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.
16
F. Sistematika Penulisan Agar
karya
Ilmiah
ini
tersusun
secara
sistematis,
maka
penulis
menjabarkannya dalam lima bab yaitu: BAB I
PENDAHULUAN Berisikan tentang Latar Belakang Maslah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN, MASJID DAN AKTIVITAS KEAGAMAAN Berisikan: A.Manajemen, yang meliputi: Pengertian Manajemen, Unsur-unsur Manajemen, dan Fungsi Manajemn. B. Masjid, yang meliputi: Pengertian Masjid, Manfaat dan Tujuan Masjid, Macammacam Masjid, dan Manajemen Masjid. C. Pengertian Aktivitas Keagamaan. D. Pedagang, yang meliputi: Pengertian Pedagang, Karakteristik Pedagang, dan Perdagangan dalam Perspektif Islam.
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID TANAH ABANG BLOK A Berisikan tentang Sejarah Singkat Berdirinya dan Gambaran Masjid, Vsi dan Misi, Strukur Kepengurusan Masjid, Letak Geografis dan Aktivitas dan Karakter Masjid Tanah Abang Blok A.
17
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN MASJID PASAR TANAH ABANG BLOK
A
DALAM
MENINGKATKAN
AKTIVITAS
KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG Berisikan Usaha-Usaha Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, di antaranya Aplikasi pada Bidang Program, Aplikasi di bidang Kepengurusan, Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid, dan juga Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid serta Faktor-faktor Pendukung dan Penghambatnya. BAB V
PENUTUP Kesimpulan dan Saran – saran
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA LAMPIRAN – LAMPIRAN
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yang dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand berarti mengurus, to control yang berarti memeriksa atau mengawasi, to guide yang berarti menuntun atau mengemudikan. Jadi, apabila hanya dilihat dari asal katanya, Manajemen berarti “Mengurus, Memeriksa, Mengawasi, Pengendalian, Mengemudikan, atau Membimbing.” 1 Dan juga dapat diartikan Pengendalian, Menangani, dan Mengelola 2 . Dan dalam bahasa latin, manus yang berarti Memimpin, Menangani, dan Mengatur. 3 Pada Pengertian lain, Istilah Manajemen berasal dari bahasa Italia, yaitu maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan kemudian dalam bahasa inggris menjadi management, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu tata laksana, pengelolaan atau pengurusan. 4 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Arab, Manajemen disebut dengan Idarah. 5
1
John M.Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h.375 Yayat M.Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.1 3 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.1 4 Soni Sumarsono, Manajemen Koperasi, Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), Edisi I, h.72 5 Zaid Husein Hamid, Kamus Muhyassar: Indonesia Arab, (Pekalongan: Raja Murah, 1982), h.26 2
19
Manajemen merupakan sebuah kegiatan yang pelaksanaannya disebut managing dan orang yang melakukannya disebut manajer, individu yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat “manajerial” yang penting diantaranya menghilangkan kecenderungan untuk melaksanakan segala sesuatunya seorang diri. 6 Manajemen adalah Penggunaan Sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran. 7 Pada dasarnya manajemen memiliki pengertian yang begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada satu definisi pun yang digunakan secara permanen. Berikut ini beberapa definisi tentang Manajemen yang dikutip dari beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) George R. Terry, yang dikutip oleh Sarwoto, mengatakan bahwa “ Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari planning, organizing, actuating, controlling”. Dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula. 8 Dalam bukunya Mochtar Effendi, George R.Terry juga mendefinisikan bahwa Manajemen adalah sesuatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak
6
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000), h. 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.708 8 Sarwoto, Dasar-dasar Manajemen, h.46 7
20
menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab di tangan yang memerintah. 9 Definisi Manajemen menurut George R. Terry diatas yang menandakan adanya tanggung jawab bagi seseorang pemimpin. Hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Surat Al Mudatsir ayat 38:
☺
⌧
Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (Q.S. Al Mudatsir: 38) 10
2) Winardi, yang dikutip oleh Abdul Syani, mengatakan bahwa “Manajemen adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis, dikumpulkan dan diterima sehubungan dengan pengertian tentang kebenaran-kebenaran universal”. 11 3) Dalam bukunya Jawahir Tantowi, Lauren A. Aply juga berpendapat bahwa: “ Management is art getting things done through people” (Manajemen adalah seni untuk menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu). 12
9
Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1986), Cet.Ke-1, h. 9 10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1353 11 Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), h.1 12 Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Husna , 1983), h.10
21
4) M. Manulang berpendapat bahwa: “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, penggerakkan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”. 13 5) Robert Kritner dalam bukunya Management yang dikutip oleh Zaini Muchtarom, mengatakan bahwa: “ Management is the of working with and the through other to achieve organizational objectives in a changing environment central to process is the effective and efficient use of limited resources” (Manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain dan untuk mencapai suatu tujuan organisasi dalam lingkup yang berubah, proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas). 14
Dari Definisi-definisi Manajemen yang telah disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran dan tujuan dengan menjalankan setiap fungsi manajemen sesuai dengan ketentuan yang
telah
ditetapkan.
Adapun
proses
tersebut
adalah
Perencanaan,
Pengorganisasian, Penggerakkan, dan Pengawasan. Dengan proses tersebut diharapkan tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
13
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet.Ke-1, h.15 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1996), Cet.Ke-1, h.36 14
22
2. Unsur-unsur Manajemen Manajemen selalu dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia, yang mana merupakan suatu proses aktifitas guna mencapai sasaran atau suatu telaah yang direncanakan terlebih dahulu, untuk mencapai sasaran itu, diperlukan sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut juga sebagai unsur-unsur manajemen. 15 Dalam bukunya Ibrahim Lubis, George R. Terry mengemukakan lima unsur manajemen (5M) lebih luas dan terperinci daripada pendapat O.F. Peterson, yaitu: Man, Materials, Machines, Methods, Money. 16 Selain teori 5M diatas dalam dunia perdagangan dikenal unsur dasar yang ke6 daripada Manajemen yaitu “Market” (Pasar). 17 Adapun unsur-unsur tersebut terdiri 6 macam: Man, Money, Material, Machine, Method, dan Market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan pasar) yang dirumuskan menjadi 6M.18 Dan untuk lebih jelasnya dari unsur-unsur tersebut, yaitu sebagai berikut: 1) Man (Tenaga Kerja Manusia) Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur yang terpenting sehingga berhasil / kuatnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manager untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.
15
H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h.42 Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke I, h. 34 17 Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), Cet.ke-8, h.49 18 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 43 16
23
Sedangkan Manager atau pimpinan itu sendiri orang yang mencapai hasil atau tujuan melalui orang lain. 19 Manusia merupkan hal yang mutlak, tak akan ada Manajemen tanpa adanya manusia, sebab manusialah yang merencanakan, melakukan, menggunakan dan merasakan hal dari manajemen itu sendiri. 20 2) Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan) Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan, disamping manusianya. Pengaruh dan peranan uang dalam pergaulan manusia telah dipahami kita bersama. Uang digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang di inginkan bias tercapai dengan baik sehingga tidak memerlukan uang yang begitu besar. 3) Methods (Sistem / Cara untuk mencapai tujuan) Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai kerja (metode) yang tepat sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi. Sebab, dengan cara atau metode yang ditata dengan baik, maka akan menghasilkan produk yang baik pula, sehingga tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. 4) Material (Bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan) Faktor Material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa dukungan kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan 19
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 6 Hamzah Yaqub, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 31 20
24
suatu kegiatan oleh organisasi tertentu perlu dipersiapkan bahan perlengkapan apa-apa yang sedang dibutuhkan. 5) Machines (Mesin-mesin yang diperlukan) Peranan Mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan lagi, mesin dapat membantu manusia dalam pekerjaannya, mendefinisikan waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga memperoleh keuntungan yang lebih banyak dan baik.. 6) Market (Pasar / Tempat untuk menjual hasil produksi / hasil karya) Peranan Market sangat penting dalam Manajemen karena tanpa market tidak akan ada produksi. Market merupakan aktivitas yang berhubungan dengan penjualan barang hasil produksi. Pengadaan bahan baku supaya kegiatan berjalan secara kontinu, promosi produksi dan sampai kepada usaha menerobos pasar supaya penjualannya memperoleh keuntungan. Pasar juga menghendaki seorang manager untuk mempunyai orientasi pemasaran. 21
3. Fungsi- Fungsi Manajemen Fungsi-fungsi Manajemen merupakan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dalam bidang manajemen. Fungsi manajemen adalah hal-hal yang secara khas dilakukan oleh para manajer dan bersifat universal. Artinya, Fungsi manajemen dapat digunakan dalam organisasi apapun dan dalam bentuk perusahaan apapun.
21
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 17
25
Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli manajemen tentang fungsi manajemen ini, namun secara umum mempunyai kesamaan. Dan disini penulis hanya menggunakan 4 fungsi manajemen yang sering / biasa digunakan adalah Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Agar lebih mudah dipahami penjelasan, arti, dan maksud dari setiap fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berkut: 1. Planning (Perencanaan) Planning atau disebut juga Perencanaan adalah gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan dipakai dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan imajinasi dan pandangan ke depan yang terarah berdasarkan penilaian yang benar. 22 Perencanaan (Planning) adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang akan melaksanakannya. 23 Perencanaan adalah suatu kumpulan keputusankeputusan yang saling kait mengait sehingga sulit perencanaan tersebut di buat secara mendadak. 24 Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. 25
22
Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 75 Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 56 24 Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987), h. 39 25 George R. Terry Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999), h. 1 23
26
2. Organizing (Pengorganisasian) Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses penetuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. 26
Pengorganisasian
(Organizing)
adalah
keseluruhan
proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 27 Pengorganisasian adalah suatu proses dimana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani, dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan. 28 Pengoranisasian adalah proses penentuan struktur dan alokasi kerja.29 Pengorganisasian adalah menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja.30 Pengorganisasian adalah menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya. 31
26
Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 119 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 81-82 28 Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 375 29 Joseph L. Massie, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1979), h. 7 30 Chuck Williams, Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 9 31 Stephen p. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999), h. 11 27
27
3. Actuating (Penggerakkan) Fungsinya meliputi kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan yang
ada
dalam
pengorganisasian,
struktur, ditunjuk
setelah
diadakan
orang-orang
yang
pembagian akan
pekerjaan
melaksanakan
/
dan
bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Bila rencana telah tersusun, struktur organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah di isi, maka tugas pimpinan untuk menggerakkan atau mengerahkan bawahan agar apa yang menjadi tujuan perusahaan tersebut dapat direalisasikan. Penggerakkan (Actuating) juga berarti keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis. 32 4. Controlling (Pengawasan) Fungsinya Pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain. Pengawasan atau biasa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah di gariskan. Fungsi Manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi dan rencana yang didesain untuk mencapainya yang sedang
32
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 128
28
dilaksanakan. 33 Pengawasan (Controlling) juga berarti suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaannya sesuai dengan rencana semula. 34 Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 35 Pengawasan adalah memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan rencana. 36 Pengawasan adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan korektif bilamana dibutuhkan. 37 Pengawasan adalah memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan. 38
B. Masjid 1. Pengertian Masjid Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujudan, masjidan, yang berarti “tempat merendah diri”, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah. 39
33
AM. Radarman SJ, Jusuf Usaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h.132 34 Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, h. 140 35 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 169 36 Winardi, Asas-asas Manajemen, h. 588 37 Chuck Williams, Manajemen, h. 9 38 Stephen p. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, h. 11 39 Muhammad Idris Abdul Ra’uf Al- Marbawi, Kamus Arab Melayu, (Melayu: T.Pn., 1350), Cet.Ke-4, h. 279
29
M.HR.Songge menyatakan Masjid secara etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah, dimana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT. 40 Masjid berasal dari bahasa Arab, sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah. Bumi yang kita tempati bersama ini adalah Masjid bagi kaum Muslimin, Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan sillaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di Masjid pula lah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat shubuh. 41 Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologi, Masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah umat islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan Baitullah (Rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah.42 Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.
40
M. hr. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta: PT. Media Citra, 2001), h. 12-
13 41
Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1, h. 1-2 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Cet.Ke-1, h.23 42
30
Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam Surat Al- Jin ayat 18:
☺
⌧
Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah” (Q.S. Al-Jin: 18) 43
Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qarni, “Masjid adalah tempat saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin, karena disaat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang absen atau tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau yang lainnya. Dengan demikian maka akan timbul rasa tolong menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh iktan kasih saying antar jamaah masjid kaum mukmin. 44 Sedangkan Syaikh Sayid Sabiq, dalam Bukunya Fiqhus Sunnah mengartikan bahwa Masjid sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada umat ini yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai Masjid, dimana saja seorang Muslim telah sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau mendapatinya. 45
43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1343 44 Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid, langkah maju kebangkitan islam, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2005), h. 44 45 Syaid Sabiq, Fiqhus Sunnah, (Beirut: Dar-Alfik, 1981), Jilid 1
31
Sedangkan pengertian Masjid menurut istilah adalah sebagai berikut: “ tempat sujud, yaitu tempat umat Islam mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan Dakwah Islamiyah. 46 Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah, seperti makna yang tersirat dalam firman Allah SWT An-Nur ayat 36-37:
☺
⌧
⌧
Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu
46
M. Abdul Mujieb, et.al, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 201
32
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (Q.S. An Nuur: 36-37) 47
Dengan demikian, Masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik. 48
2. Manfaat dan Tujuan Masjid Dengan semangat tinggi Masjid yang kita bangun secara bergotong royong, saling membantu, berkorban menyalurkan harta shadaqah, infak dan wakaf demi berdirinya masjid bangunan suci Allah SWT dan tanpa memandang kaya, miskin atau golongan, masjid-masjid dapat berdiri dengan megahnya, layaknya kawasan taman-taman surga nan indah dan damai, sejuk menyegarkan, harum semerbak mewangi, semua tersenyum puas. Tinggal lagi mengisi dan memakmurkannya, hendaknya masjid jangan sampai sepi dalam syi’ar atau kegiatannya. Masjid dalam fungsi dan perannya harus mampu melayani keperluan jama’ah atau umat dari berbagai aspek manfaat paling tidak ada enam aspek yang terdiri dari: 49 a) Aspek Ibadah Manfaat Kemakmuran masjid bagi ibadah sesuai dengan kebiasaan atau sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya yang menjadi tolak ukur dan tuntunan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadah adanya khusyuk dalam 47
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 798 48 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet.Ke-1, h.7 49 Jurnal Manajemen Kemasjidan, (TA’MIR MASJID), Juni 2006, Vol.V, No.2, h.51
33
shalat, suasana tenang, damai dan ada rasa dekat kepada Allah SWT, termasuk juga membayar zakat harta atau fitrah dengan rasa senang, dengan pelayanan yang ceria dan cerah tanpa pilih kasih. Dengan demikian masjid yang berjalan menurut sistem dan aturan yang jelas memudahkan jama’ah, dan masyarakat sekitar bertambah simpatik dan senang untuk berjama’ah secara rutin, apalagi dengan Imam Shalat yang bagus dan baik dari segi bacaan ayat-ayat suci Alqur’an, yang Insya Allah menambah khusyu’ dalam beribadah. 50 Dengan demikian, masjid merupakan tempat yang baik untuk latihan dan kritik diri kita, serta pembaharuan I’tikad baik. b) Aspek Kehidupan, Sosial, Ekonomi, dan Pemberdayaan SDM (Mu’amalah). Dilihat dari aspek mu’amalah ini antara lain dari kehidupan social, ekonomi, dan pemberdayaan SDM, bila masjid berfungsi dan berjalan dengan programprogram atau kegiatan yang jelas terhadap kegiatan social dan lain sebagainya, akan menambah kepercayaan jama’ah atau masyarakat. Jama’ah yang kurang mampu akan merasa aman karena ada perhatian tentang diri mereka bentukbentuk santunan, bantuan dan lain jelas arahnya siapa yang berhak menerimanya. Masjid sebagai pusat kebudayaan di samping pusat ibadah juga menampung semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam batas-batas taqwa, atau yang menunjang tercapainya rohani taqwa. c) Aspek Bagi Keluarga, Lingkungan Masyarakat.
50
Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 53
34
Pada setiap kepala keluarga dan anggota keluarga yang telah dewasa dalam memakmurkan masjid, maka keluarga tersebut mendapatkan yakni rahmat Allah karena do’a yang dibaca setiap memasuki masjid kita berdoa’a kepada Allah SWT: “ Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat engkau ”, dan ketika keluar dari masjid lalu memohon kepada Allah, “ Ya Allah, sesungguhnya saya karunia dari engkau ”, maka sesama keluarga-keluarga penuh dengan naungan rahmat Allah, akan tercipta sesama terutama yang membuahkan banyak kebaikan dan kebaikan dari Allah, belum lagi manfaat dari shalat jama’ah akan memperkuat tali persaudaraan dengan anggota jama’ah lainnya, dengan demikian akan terbangunnya rasa solidaritas atau ta’awun (saling tolong menolong), dampak positif bagi lingkungan masyarakat akan menambah hubungan baik, lingkungan akan nyaman, peraudaraan antara lingkungan masyarakat makin kuat. Dengan demikian akan tercipta dilingkungan masyarakat masyarakat yaitu rasa marhamah (saling kasih sayang). 51 d) Aspek Bagi Generasi Muda. Generasi Muda yang membuahkan mata hati yang sejuk dipandang, dan calon pemimpin masa depan, harus dapat dilahirkan dari masjid-masjid yang berfungsi dan mampu membaca dan memberikan peluang terhadap generasi muda merupakan cikal bakal pemimpin masa depan. Dengan program-program kegiatan pembinaan terhadap generasi muda, masjid dapat mandiri dan dapat menolong masyarakat lemah dilingkungan masjidnya. Sementara ini memang hasil belum 51
Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 54
35
maksimal
pembinaan
generasi
muda
masjid,
sehingga
menimbulkan
ketimpangan-ketimpangan, hendaknya jangan sampai terjadi kekosongan pembinaan terhadap generasi muda masjid, kekosongan pembinaan akan membawa dampak negatif atau kemunduran masjid masa-masa mendatang. e) Aspek Ta’lim dan Pendidikan (Tarbiyatul Islam) Dengan ilmu, kita akan sadar dan berupaya membangun diri untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu masjid yang makmur memberikan peluang untuk para jama’ah atau masyarakat sekitar melakukan belajar dan mengajar. Maka pengelolaan masjid harus dapat memprogramkan kegiatan belajar dan mengajar. f) Aspek Dakwah Kita ketahui bahwa dakwah adalah ummul hasanah, induk segala kebaikan. Dakwah merupakan kewajiban kita semua. Perubahan jama’ah atau masyarakat sekitar masjid terhadap pengamalan agama dengan sendirinya menjadi baik, dakwah menyebabkan datangnya hidayah, dengan hidayah dapat mencerahkan manusia dari kegelapan. Dahulu orang-orang yang semula-mula mengagungkan berhala, tekhnologi, harta benda dan keduniaan lainnya. Dakwah mampu menggunakan semuanya dan sekaligus itu dapat menyakini hanya kekuasaan adalah milik Allah yang mutlak mengalahkan semua. Maka di situlah bahwa masjid berfungsi secara benar, dapat menjadi makmur bila dakwah dapat berperan. Maka dengan sendirinya masjid menjadi pusat segala aktivitas umat.
36
Pengelolaan masjid perlu berfikir bagaimana lebih jauh bias memberdayakan umat untuk lebih berdayaguna untuk memakmurkan dari aspek dakwah tersebut, sehingga masjid akan benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. 52
3. Macam- Macam Masjid a) Masjid Kota Masjid Kota ini sudah jelas harus berlokasi di pusat kota, mengingat pusat kota ini mempunyai aksebilitas yang sangat tinggi terhadap penduduk di seluruh wilayah kota. b) Masjid Wilayah Masjid Wilayah ini berfungsi melayani penduduk di daerah perumahan dalam skala wilayah dan penduduk yang berada pada pusat-pusat aktivitas untuk melaksanakan shalat fardhu, shalat jum’at serta kegiatan keagamaan lainnya yang mencakup kegiatan sosial bagi masyarakat. c) Masjid Kecamatan Pada prinsipnya Masjid Kecamatan ini dibangun untuk melayani penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan tersebut, terutama dalam melaksanakan shalat jum’at, shalat Hari Raya, serta kegaiatan-kegiatan sosial masyarakat. d) Masjid Lingkungan 52
Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 57
37
Lokasi Masjid Lingkungan ini lebih berorientasi ke arah perumahan, karena fungsinya hanya melayani penduduk di dalam daerah pelayanannya untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jum’at serta kegiatan keagamaan lainnya. e) Masjid Lokal (Langgar / Mushollah) Langgar atau Mushollah ini hanya dipergunakan untuk shalat sehari-hari, tidak dipergunakan dalam pelaksanaan shalat jum’at. 53
4. Manajemen Masjid Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip. Dalam buku Idarah Masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan: “ idarah masjid ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam”. 54 Sementara itu Drs. Moh.E. Ayub dalam bukunya Manajemen Masjid yang diterbitkan Gema Insani Press, mendefinisikan: “Idarah Masjid adalah Usahausaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya”. 55 Dari sini kita bisa merumuskan definisi lain. Manajemen Masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai
53
Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 86-90 Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), h. 81 55 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 35 54
38
aktivitas yang positif. Dengan demikian, ketua pengurus masjid harus melibatkan seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid. Dalam pelaksanaan manajemen masjid atau idarah masjid, secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a) Idarah Binail Maadiy (Physical Management), yaitu manajeman secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fifik masjid, penjagaan kehormatan, ketertiban dan keindahan masjid, pemeliharaan tata tertib dan keamanan, pengaturan-pengaturan keuangan, dan administrasi masjid serta pemeliharaan fasilitas yang dimiliki masjid tersebut dan penataan masjid lainnya yang bersifat fisik. b) Idarah Binail Ruhiy (Functional Management), yaitu Pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat kebudayaan islam. Idarah Binail Ruhiy ini meliputi pendidikan islamiyah, pembinaan
akhlakul
karimah,
pelaksanaan
dakwah,
pembinaan-
pembinaan mental spiritual dan pemberdayaan ekonomi umat dalam rangka menciptakan kesejahteraan material umat. Disamping itu, kegiatan penerangan ajaran islam secara teratur meliputi: 1) Pembinaan Ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat, 2) Melahirkan Fikrul Islamiyah dan Kebudayaan Islam, dan 3) Mempertinggi mutu keIslaman dalam diri pribadi dan masyarakat. 56
56
Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, h. 33
39
C. Pengertian Aktivitas Keagamaan Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga ”. 57 Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari kata Ling: activity; lat; activus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan dunia. Manusia mengalihkan dan megalahkan alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan kemudian secara bertahap mengembangkan proses historieskultural yang bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya. Ada dua jenis aktivitas, yaitu eksternal dan internal. Dan yang dimaksud dengan aktivitas eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki, sedangkan aktivitas internal, menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis. 58 Dapat
disimpulkan
bahwa
aktivitas adalah sebuah tindakan untuk
menghasilkan sesuatu yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, dan aktivitas terkadang juga terkait dengan lembaga atau sebuah organisasi.
57
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet.Ke-3, h. 17 58 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga pengkajian kebudayaan nusantara, LPKN, 1997), Cet.Ke-1, h. 25
40
Menurut Ensiklopedi Islam, kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din dalam bahasa arab. Sedangkan kata Din mempunyai arti “ menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan “. Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan. 59 Sementara itu, konteks keberagaman menurut Quraish Shihab tidak hanya berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat superficial atau menekankan aspek-aspek “luar” dengan sikap batin atau aspek-aspek “dalam”. 60 Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutipkan oleh Djamaluddin Ancok ada empat macam dimensi keagamaan: 1) Dimensi Keyakinan, berisi pengharapan-pengharapan di mana orang beragama berpegang teguh kepada teologis tertentu dan mengakui doktrindoktrin tersebut. 2) Dimensi Praktek Agama, mencakup perilaku pemujaan dan ketaatan yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. 3) Dimensi Pengalaman, berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama memandang pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi, dan sensasi yang dialami seseorang. 59
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet.Ke-1, h.
60
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), Cet.Ke-1, h. 210
63
41
4) Dimensi Pengetahuan Agama, mengacu pada harapan bahwa orang yang sudah beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus, dan tradisi. Dimensi pengalaman konsekuensi mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. 61 Dengan demikian aktivitas keagamaan adalah suatu perbuatan, tindakan yang dilakukan secara individu atau golongan dalam hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan tertentu.
D. Pedagang 1. Pengertian Pedagang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagang adalah orang-orang yang mencari nafkah dengan berdagang. 62 Sedangkan hakikat dari pedagang itu sendiri adalah orang atau instansi yang memperjualbelikan suatu produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. 63 Pengertian pedagang dalam pembahasan ini lebih difokuskan kepada pedagang kecil termasuk dalam sektor informal, yaitu para pelaku usaha berskala kecil yang memproduksi serta menjual barang dan jasa dengan tujuan pokok 61
Djamaluddin Ancok dan Fuad Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 77-78 62 M. Deden Ridwan, Islam dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: PT. Media Cita & Yayasan Kalam, 2000), h. 7-8 63 Dansar, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Erafindo Persada, 2002), Cet.Ke-2, h. 35
42
untuk menciptakan kesempatan kerja dalam pendapatan bagi dirinya masingmasing.
2. Karakteristik Pedagang Orang-orang mukmin dalam pandangan Al-Qur’an bukanlah orang yang berdiam diri di masjid, bukan pula seperti pendeta-pendeta yang mendiami gereja-gereja, tetapi orang mukmin adalah manusia pekerja. Keistimewaan mereka, bahwa kesibukan duniawinya tidak memalingkan meraka dalam memenuhi kewajiban agama. Dalam dunia perdagangan dikenal adanya pedagang, barang yang diperdagangkan, pembeli dan alat tukar. Dengan demikian terjadi perputaran sistem dagang yang mengikuti jalur distribusi. Dalam dunia ekonomi, pedagang dapat dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: a) Pedagang Distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak distribusi atau produk-produk dari perusahaan tertentu. b) Pedagang (partai) Besar, yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksud untuk dijual kembali kepada pedagang yang lain. c) Pedagang Kecil (Eceran), yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen. 64
64
Ahmad Syarabasya, Tanya Jawab Hukum Dan Pengetahuan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), Cet.Ke-1, h. 344
43
3. Perdagangan dalam Perspektif Islam Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dan butuh kepada manusia lainnya, pola hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, memiliki pola hubungan yang beragam. Dalam Islam, pola hubungan anatara manusia dengan manusia yang lainnya diatur sedemikian rupa menjadi hubungan timbal balik yang harmonis. Salah satu interaksi hubungan antara manusia dengan manusia lainnya adalah lewat hubungan perdagangan atau perniagaan dan itu telah melekat pada kehidupan manusia bahkan seumur dengan kehidupan manusia di dunia. Selanjutnya, perdagangan telah mengalami perkembangan dari zaman ke zaman, baik dari pola hubungannya maupun dari segi barang yang diperdagangkan. Dan Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “. (Q.S. Al-Baqarah: 275) 65
Dalam Ayat Al Baqarah ke 275, menjelaskan bahwa perdagangan itu pada asalnya adalah mubah (boleh). Dalam hadits juga, disebutkan 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang. Ini berarti bahwa perdagangan bisa membawa 65
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 95
44
keberuntungan. Selagi agama membolehkan untuk berdagang, maka di belakang perdagangan itu dapat menimbulkan keuntungan. Tetapi agama sendiri melarang adanya keuntungan yang diperoleh dari suatu dosa, yaitu tambahan keuntungan melebihi ukuran yang umum. 66 Perdagangan atau perniagaan yang salah satu aktivitasnya adalah jual beli ini kemudian juga menjadi tinjauan yang dianggap penting di dalam Islam. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diutus menjadi Nabi dan Rasul yang seorang pedagang yang sukses. Dengan kejujuran dan keuletannya, beliau berhasil menjadi pedagang yang memiliki komitmen dan iman yang kuat, baik dari konsumen pembelinya maupun dari pemilik barang dagangan beliau. Di samping itu juga, Masyarakat Arab pada saat dimana beliau tinggal adalah masyarakat yang mayoritas aktivitas hidupnya, adalah pedagang. Kegiatan perdagangan bangsa Arab ini kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an yang terdapat pada Surat Al-Quraisy ayat 1-4:
⌧
66
Ahmad Syarabasya, Tanya Jawab Hukum dan Pengetahuan Islam, h. 345
45
☺ Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendak mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (Q.S. Al Quraisy: 1-4) 67
Dalam surat tersebut memang yang disorot adalah Bangsa Arab Quraisy yang memiliki mobilitas dan naluri bisnis atau dagang yang tinggi, sehingga tak salah bila Allah SWT mengabadikan dalam Al-Qur’an. Hal ini sangatlah berguna bagi umat Islam untuk pembelajaran bahwa kegiatan berdagang atau berbisnis telah menjadi kegandrungan suatu bangsa tersebut. Dari sinilah kemudian muncul persepsi bahwa aktivitas bisnis atau perdagangan adalah aktivitas yang memiliki nilai tinggi disisi Allah SWT, disamping aktivitas ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Berdagang merupakan cara mencari nafkah yang halal, sistem Islam dalam memperoleh harta berdasarkan atas prinsip bahwa tidak seorang pun mempunyai hak memperoleh keuntungan atas pengorbanan orang lain. Sedangkan transaksi yang di izinkan hanyalah yang di dalamnya kedua belah pihak saling menguntungkan dengan cara yang adil. 68
67
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1434 68 Syeh Mahmudanassir, Islam Konsepsi dan Sejarah, (Bandung: PR. Remaja Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-4, h. 465
46
46
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID BLOK A TANAH ABANG
A. Sejarah Berdirinya dan Gambaran Masjid Blok A Tanah Abang Lazimnya sebuah Pasar, keramaian pun pasti mewarnai suasana Pasar Tradisional ataupun Modern, tak terkecuali pada Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta. Di setiap lantai pasar ini, penat dan hawa panas kerap menyerang pengunjung walaupun gedung Ber-AC. Namun rasa itu seketika akan sirna jika kita terus meniti sampai ke atap gedung. Disinilah saya bisa menemukan Keteduhan yang ditawarkan Masjid Blok A Tanah Abang. 1 Masjid Blok A Tanah Abang berdiri pada tahun akhir 2005. Setelah terjadinya renovasi besar-besaran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso terhadap pasar Tanah Abang dengan menggandeng pengembang Pasar P.T Priamanaya maka terbentuklah sebuah pasar yang dikonsep bergaya Modern, Lux dan Nyaman. Pasar yang berbeda dari yang sebelumnya dengan dilengkapi penunjang-penunjang yang lengkap seperti AC, Lift, Escalator, dan keamanan 24 jam. Dan tentunya juga Masjid yang megah, nyaman dan bersih. 2 Proses pembangunan Pasar Tanah Abang Blok A lengkap dengan masjid megahnya itu yang memakan waktu satu setengah tahun lebih. Dana keseluruhan yang 1
http://alifmagz.com/2009/09/07/masjid-di-atap-pusat-pertokoan/ diakses pada tanggal 17
Februari 2010 jam 20.15 WIB 2
2010)
Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari
47
dibutuhkan untuk pembangunan keseluruhannya adalah Rp 770 milyar. Oleh Pemda DKI Jakarta, bangunan itu diharapkan sebagai icon ibu kota. Masjid ini merupakan yang terindah, yang ada di sebuah pusat perbelanjaan. hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar. Begitu pula dengan pusat perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. Aktivitas transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung dari pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku bangsa dan warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak pernah sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar yang tak pernah sepi. Namun, bila diperhatikan secara seksama, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi dengan pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi Masjid atau Mushalah ditempatkan di bagian sudut. Di mall-mall, pada umumnya, Masjid atau Mushalah ditempatkan di pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau di parkiran. Hal tersebut berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di lokasi ini justru ditempatkan di bagian paling atas, yakni di lantai 14.
48
Tentu, ada pesan berbeda yang ingin disampaikan pengelola pasar melalui keberadaan masjid yang berada di lantai paling atas ini. Pertama, untuk menempatkan posisi sebagai puncak tertinggi dalam mengagungkan asma Allah. Kedua, tentunya agar selalu terlihat indah dan bersih. Bagi yang belum pernah berkunjung ke lokasi ini, keberadaan masjid di puncak bangunan itu mungkin akan terasa merepotkan karena harus menaiki ratusan anak tangga. Tapi, jangan salah, pengelola pasar sudah mengantisipasi hal tersebut dengan menyediakan tangga berjalan (eskalator) dan lift. Sehingga, akan memudahkan para pengunjung dan jamaah masjid untuk menjalankan ibadah kepada Allah. 3 Para pedagang yang berada di basement pun tak perlu khawatir akan ketinggalan shalat berjamaah. Sebab, kumandang azan akan senantiasa berseru kepada mereka untuk menunaikan shalat di rumah Allah ini melalui pengeras suara yang tersedia dari lantai dasar hingga puncak. Konsep pendirian Masjid Blok A Tanah Abang dimaksudkan untuk memberikan tempat ibadah yang nyaman dan tenang bagi pengunjung dan pelaku niaga di Pasar Blok A Tanah Abang. Ini ide dari Pak Djan Faridz yang sekarang beliau adalah anggota DPD RI dan juga sebagai pemilik gedung Blok A Tanah
3
http://koran.republika.co.id/koran/153/101048/Masjid_Blok_A_Tanah_Abang_Sentuhan_Isl
am_Klasik_dan_Eropa/ dikases pada tanggal 18 Februari jam 21.15 WIB
49
Abang. Bahkan, konsep dan gaya arsitektur masjid ini pun beliau yang memilihkan. 4 Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba, Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet (permadani) di atas lantainya semakin memperindah ruangan masjid yang hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk berdiri ini. Menyaksikan sekaligus menikmati ruangan dan aneka kaligrafi di dinding masjid membuat hawa sejuk langsung menyelimuti setiap hati para jamaah ataupun pengunjung masjid. Bukan saja karena ruangannya yang full AC di setiap sudutnya, tetapi asma Allah selalu berkumandang dengan lantunan irama yang syahdu.
4
Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
50
Karena itu, hati jamaah akan senantiasa larut bermunajat kepada Sang Khaliq. Keindahan arsitekturnya membuat orang betah untuk berlama-lama berada di dalamnya dan mengagumi karya anak manusia yang diberikan dari Sang Maha Karya, pemilik keindahan dan keagungan. Allah SWT. Kesan ini menafikan keberadaan tempat ibadah yang dibuat seadanya di berbagai pusat perbelanjaan, bahkan hotel-hotel berbintang sekalipun. Bila di lokasi seperti ini masjid hanya menjadi sekadar memenuhi persyaratan untuk umat Islam, sebaliknya di Pasar Blok A Tanah Abang, tempat ibadah ditempatkan pada posisi yang sesungguhnya, yakni tinggi, indah, bersih, dan mewah. Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem.
51
Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut. Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu. Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh, nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat
52
menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas kakinya. 5 Habib Agil menjelaskan, Masjid Blok A Tanah Abang ini hanya beroperasi saat Zuhur, Ashar, dan Maghrib. Hal ini disebabkan pada saat itulah, banyak pedagang Muslim di Pasar Tanah Abang yang melakukan perniagaan. Situasi dan kondisi di dalam masjid sangat kontras dengan kondisi pada lantai-lantai paling bawah yang tak pernah sepi dari pembelanja, karena memang Tanah Abang merupakan pusat grosir terbesar di Asia Tenggara yang terkenal hingga ke Benua Afrika.
B. Visi dan Misi Masjid Pasar Tanah Abang Blok A Visi adalah suatu angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat indah dan mempesona sehingga diperlukan usaha keras untuk mewujudkannya. Visi juga bisa diartikan sebagai suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi yang akan datang.
5
Ust. Lutfi, Sie. Bidang Pembangunan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
53
Misi, untuk mencapai visi tersebut maka diperlukannya misi. Dan Misi itu sendiri adalah suatu pernyataan tentang aktivitas dari perusahaan atau organisasi. 6 Visi dan Misi dari Masjid Blok A Tanah Abang, adalah: Visi: Menjadikan Masjid sebagai sarana Islam yang berkah, menghimpun dan penggerak kebersamaan dalam meningkatkan iman, ilmu, dan pengamalan menuju kemaslahatan hidup umat khususnya di Pasar Tanah Abang Blok A. Misi: 1) Mengelola Masjid sebagai pusat Ibadah, ilmu dan peradaban Islam dalam pelayanan sosial. 2) Menyelenggarakan pembinaan umat yang melahirkan komunitas yang terbaik. 3) Membangun suasana pasar tanah abang sebagai pasar yang Islami yang diterima masyarakat luas. 4) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islam non formal dalam kehidupan global dan pasar bebas.
C. Struktur Kepengurusan Masjid Pasar Tanah Abang Blok A Dari segi bahasa, struktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun. Sedangkan organisasi dapat berarti perkumpulan orang-orang atau
6
Ahmad Sutarmadi, Visi Misi dan Langkah-langkah Strategis Pengurus Dewan Masjid Indonesia dan pengelola masjid, (Jakarta: Logos, 2002), h. 2
54
kelompok kerja sama antar orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama atau susunan dan aturan dari berbagai organ dan sebagainya sehingga merupakan kesatuan yang teratur. 7 Organisasi adalah kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar, yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah. 8 Biasanya daftar tugas yang akan dilaksanakan ini dianalisa dan dibagi-bagi dalam berbagai pusat kegiatan atau bagian atau departemen. Bagian ini bisa dibagi berdasarkan region, rayon, atau daerah, bisa berdasarkan fungsi dan sebagainya. Cara kerja dan kerjasama antara bagian yang sudah dibagi itu disebut Struktur Organisasi. 9 Jadi, Struktur Organisasi Masjid adalah susunan unit-unit kerja yang menunjukkan hubungan antar unit, adanya pembagian kerja sekaligus keterpaduan fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut dan adanya wewenang, garis pemberian tugas dan laporan. 10
7
Andrini T. Nirmala dan Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Prima Medika, 2003), h. 288 dan 435 8 Dydiet Hardjito, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 5 9 Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Darma Bhakti Prima Yasa, 1993), h. 35 10 Moh. E. Ayyub et al., Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.Ke-1, h. 44
55
Masjid Pasar Tanah Abang Blok A
Pembina
Pimpinan Umum Gedung Blok A
Manager Operasional Masjid
Sekretaris
Bendahara Takmir Masjid
Bid. Dakwah dan Peribadatan
Bid. Kesra & Sosial
Bid. Umum dan Perlengkapan
Bid. Pembangunan
56
Susunan Pengurus Masjid Pasar Tanah Abang Blok A:
Pembina
: Bpk. H. Djan Faridz
Pimpinan Umum Gedung Blok A : Ibu Radiza Djan Manager Operasional Masjid
: Bpk. Agil Alatas, S.E
Sekretaris dan Bendahara
: Ibu Fathiyah
Takmir Masjid Bidang Dakwah dan Peribadatan : Bpk. Ust. Mahdi, S.Ag Bidang Kesra dan Sosial
: Bpk. Ust. Dhomiri, S.Ag
Bidang Pembangunan
: Bpk. Ust. Lutfi
Bidang Umum dan Perlengkapan : Bpk. Ridwan Bpk. Abdurrahman Bpk. Syamsudin Bpk. Abdul Rahim
D. Letak Geografis Masjid Blok A Tanah Abang Masjid Blok A Tanah Abang terletak di Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang, letak Masjid ini sangat strategis yang berada di persimpangan jalan antara KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan
57
utara, sedangkan dari sebelah timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang masih dalam wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Masjid Blok A Tanah Abang berada di puncak gedung, yaitu pada lantai 14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141, nama Blok A di gunakan untuk membedakan dari gedung - gedung yang lain.
E. Karakter dan Aktivitas Masjid Blok A Tanah Abang Karakteristik Masjid Blok A Tanah Abang: 1) Dari segi tempat, sudah sangat jelas masjid ini terletak dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Blok A. 2) Dari segi kegiatan, masjid lebih banyak berfungsi ketika Mall sedang berbuka, dan berfungsi lebih dominan pada waktu Dzuhur dan Ashar, mayoritas jamaahnya setelah ba’da Ashar pada pulang, sehingga jamaah masjid bukanlah jamaah yg tetap melainkan jamaah yang tidak tetap dikarenakan dalam lingkungan pusat keramaian yang pengunjungnya pun berbeda-beda. 3) Dari segi kepengurusan, para pengurus masjid ini mayoritas terikat dengan pengelola gedung Tanah Abang, dan juga mempunyai keputusan yang terbatas yang harus di koordinasikan terlebih dahulu dengan pihak pengelola gedung.
58
4) Dari segi aktivitas, dalam Masjid Tanah Abang Blok A ini terdapat dua aktivitas yaitu Aktivitas Eksklusif dan Inklusif. Aktivitas Eksklusif adalah Aktivitas yang terkait dengan dirinya sendiri tanpa perlu mengajak orang lain dan bersifat kewajiban beribadah dan pensucian diri yang terbatas hanya pada dirinya sendiri, seperti Shalat, Membaca Al-Qur’an, Ikut Kajian Islam, dan sebagainya. Sedangkan Aktivitas Inklusif addalah Aktivitas yang terbuka dan melibatkan banyak orang dan manfaatnya selain untuk dirinya sendiri juga buat orang lain. Seperti Isra Mi’raj, Maulid Nabi, Nuzulul Qur’an, Muharram, Idul Adha, dan sebagainya. 11
Aktivitas Masjid Blok A Tanah Abang : Dalam Rangka pengembangan kegiatan Dakwah Islam, Masjid Blok A Tanah Abang mengadakan berbagai aktivitas yang semuanya mengarah pada Dakwah Islam. Dalam hal ini, penulis mengkategorikan aktivitas itu ke dalam beberapa bidang, diantaranya adalah: 1. Bidang Dakwah dan Peribadatan Salah satu fungsi utama masjid adalah sebagai pusat ibadah, maka dalam hal ini Masjid Blok A Tanah Abang telah menyelenggarakan shalat berjama’ah terutama shalat fardhu lima waktu dan Shalat Jum’at. Dengan diatur oleh salah satu takmir masjid 11
dan bagian informasi dari pihak
Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
59
pengelola gedung pasar tanah abang blok A yang biasanya menghimbau dan juga Kumandangnya Adzhan yang memanggil sendiri kepada seluruh pedagang dan pengunjung serta karyawan Pasar Tanah Abang Blok A untuk segera melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Blok A Tanah Abang. Sebagaimana telah diketahui bahwa Masjid ini berada pada Lingkungan Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, yang di dalamnya terdapat pedagang-pedagang yang hampir seluruhnya pedagang muslim, yang mereka terbagi dalam beberapa macam pedagang: Pakaian Muslim dan Muslimah, Batik, Sprei, Tekstil, Pakaian Anak-anak, Tas, Kaos dan Kemeja, Karpet, Souvenir Pernikahan, alat-alat ibadah, seperti mukena, sarung, sajadah, dan sebagainya. Ketika Bulan Ramadhan datang, aktivitas peribadatan pun kian betambah, hal ini dibarengi dengan ibadah puasa, yang diantara kegiatannya adalah Tadarusan Ramadhan, Sahur, Buka Bersama dengan adanya penyediaan Ta’jil buat jamaah masjid yang berbuka di Masjid. Hal ini dilakukan agar para pengunjung dan pedagang dapat mengambil makna dari bulan suci ramadhan tersebut, tanpa menyampingkan aktivitas mereka. Telah dimaklumi bersama dalam Mall atau pusat perbelanjaan, tidaklah semua melaksanakan ibadah puasa terlebih lagi bagi yang non muslim, oleh karena itu dalam pasar tanah abang ini tidak dapat disamakan dengan warung atau
60
restoran di pinggir jalan yang harus menutupi demi menghargai orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa ramadhan. Ada perbedaan dari masjid pasar tanah abang blok A ini, yaitu ketika shalat shubuh dan isya, jama’ah yang melaksanakan shalat di masjid hanyalah dari kalangan pengurus masjid (marbot) yang menginap dan juga dari aparat kemanan gedung. Karena Pasar Tanah Abang Blok A, buka untuk umum Pkl. 08.00 sampai dengan menjelang waktu Maghrib, itupun sudah tinggal sedikit saja yang masih dalam gedung dikarenakan mereka bermaksud untuk menghindari macet di jalan, jadi ada sebagian yang pulangnya belakangan. Biasanya hanyalah shalat Dzuhur dan Ashar saja yang padat jama’ahnya, sedangkan Maghrib masih lumayan ramai, apalagi Shalat Shubuh dan Isya yang hanya beberapa orang saja yaitu Marbot dan Aparat Keamanan Gedung Pasar Tanah Abang. Pada saat Ramadhan, Masjid juga mengadakan Shalat Tarawih
beserta
Witir
dan
membentuk
kepanitiaan
khusus
untuk
mempersiapkan dan mengatur segala aktivitas pada Bulan yang Agung ini. Sebagai pusat dakwah, Masjid Blok A Tanah Abang menyelenggarakan pengajian ta’lim mingguan pembacaan Yassin dan Ratib Al Athos. Dan juga setiap hari senin di adakannya kajian Ekonomi Islam dan juga Shirah Nabi. Dan masjid juga mengadakan pengajian TPA bagi anak-anak setiap harinya dari senin sampai kamis. Sedangkan kegiatan lainnya yaitu Tabligh Akbar pada kegiatan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), diantaranya Maulid Nabi,
61
Isra’Miraj, Nisfu Sya’ban, Nuzulul Qur’an, Muharram, Idul Adha, dan Idul Fitri. Dan juga mengatur jadwal khatib, muadzin dan bilal jum’at serta Imam Shalat Fardhu. Hal ini dilakukan agar adanya variasi dalam penyampaian dakwah, apabila dakwah yang dilakukan masjid monoton dan membosankan, hal ini akan mengakibatkan kejenuhan jamaah masjid sehingga menjadi pemahaman yang kurang maksimal. Turut memberi dukungan ulama-ulama diantaranya Habib Muhammad Rizieq Shihab, Ust. Othman Umar Shihab, Ust. Muhammad Arifin Ilham, Ust. Husein Hamid Alatas, KH. Zainuddin MZ, H. Rhoma Irama atas kontribusinya pada aktivitas keagamaan yang digelar oleh pengurus Masjid Blok A. Bahkan untuk shalat jum’at saja sengaja dihadirkan Penceramahpenceramah yang disukai dan yang tidak monoton agar tidak jenuh jamaah masjid. 12 2. Bidang Kesra dan Sosial Masjid Blok A Tanah Abang menjalankan beberapa pokok kegiatan, seperti: a) Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara
12
Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12
Februari 2010)
62
menyebarkan brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha, yaitu Penyembelihan hewan Qurban, Masjid menerima dan menyalurkan hewan qurban. Mekanisme pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan Ramadhan. b) Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban, Masjid Blok A Tanah Abang dalam hal pendistribusian bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan Badan wakaf Al Qur’an, untuk Daging Kurban, Masjid membagikan hewan kurban yaitu berupa sapi atau kambing yang akan diserahkan kepada masjid-masjid luar yang ada di sekitar tanah abang. c) Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada yang terkena musibah bencana alam. Dan pengumpulan dana dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung pasar Tanah Abang blok A. 13
Dalam hal pendanaan Masjid Blok A Tanah Abang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan masjid sudah tentu memerlukan dana.
13
Ust. Dhomiri, Bid. Kesra dan Sosial, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
63
Tanpa adanya Dana, kegiatan masjid tidak akan terjadi sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, disamping memberikan sumbangan pemikiran, jama’ah masjid diharapkan terlibat juga dalam membantu masjid dengan kontribusinya yaitu pemberian dana. Dana dari jama’ah ini dapat berupa: a) Sumbangan Insidental, yaitu sumbangan yang diberikan sewaktu-waktu ketika ada kegiatan yang mau diadakan masjid. b) Donatur Tetap, yaitu jama’ah memberikan sumbangannya secara rutin untuk menunjang program dan kegiatan masjid. Dalam menggali dana tetap dari jama’ah hendaknya masjid melakukan sillatturahmi agar jama’ah merasa dekat dan percaya, sehingga mereka memberikan sumbangannya dengan ringan. 14
3.
Bidang Pembangunan Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada
beberapa bagian diantaranya: a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid. b) Mengawasi
dan
merawat
kebersihan
seluruh
fisik
masjid
lingkungannya. c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan. d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid 15
14 15
Moh. E. Ayyub, Manajemen Masjid, h. 151 Ust. Lutfi, Bid. Pembangunan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
dan
64
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG
A. Usaha-usaha
Manajemen
Masjid
dalam
Meningkatkan
Aktivitas
Keagamaan 1) Aplikasi pada Bidang Program Program kegiatan masjid merupakan penjabaran secara teknis dalam upaya merealisir peran dan fungsinya masjid sekaligus sebagai uapaya mencapai tujuan dari keberadaan masjid itu sendiri. Adapun program-program yang dilaksanakan pengurus masjid, antara lain sebagai berikut 1 : 1. Bidang Dakwah dan Peribadatan Masjid Pada bidang ini, pelaksanaan program kegiatan dakwah masjid dalam bidang peribadatan yang bersifat khusus, seperti: Pertama, pelaksanaan shalat lima waktu secara berjama’ah dan terpadu dengan menentukan atau menetapkan muadzin, sebagaimana halnya dengan membaca Al-Qur’an, mengumandangkan Adzhan juga harus dibaca sesuai dengan tajwid dan makhraj yang benar. Maka seorang Muadzin harus fasih agar suara adzhan yang dikumandangkan terdengar syahdu agar dengan sendirinya 1
Ust. Mahdi, Bid. Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
65
menjadi magnet yang dapat menarik para umat muslim untuk shalat berjamaah di masjid. Ada perbedaan dari Masjid Blok A Tanah Abang ini, yaitu ketika shalat shubuh dan isya, jama’ah yang melaksanakan shalat di masjid hanyalah dari kalangan pengurus masjid (marbot) yang menginap, tekhnisi gedung dan house keeping (penjaga kebersihan dari gedung pasar tanah abang blok A) serta dari aparat kemanan gedung pasar. Karena Pasar Tanah Abang Blok A, buka untuk umum Pkl. 08.00 sampai dengan menjelang waktu Maghrib, itupun sudah tinggal sedikit saja yang masih dalam gedung dikarenakan mereka bermaksud untuk menghindari macet di jalan, jadi ada sebagian yang pulangnya belakangan. Dengan melihat jam bukanya Gedung Pasar, otomatis para pedagang, pengunjung dan karyawan tidak dapat melaksanakan shalat shubuh di sana. Biasanya hanyalah shalat Dzuhur dan Ashar saja yang padat jama’ahnya yang mencapai 6 sampai 8 Shaf, sedangkan Maghrib masih lumayan ramai, sedangkan Shalat Shubuh dan Isya yang hanya beberapa orang saja yaitu para marbot, tekhnisi gedung dan Aparat Keamanan Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kedua, pelaksanaan shalat jum’at dengan menentukan Khatib dan Imam, Disamping harus memenuhi standar minimal seorang Imam, juga harus memiliki kemampuan berkhutbah yang baik agar khutbah jum’at yang disampaikan dapat berlangsung menarik dan jamaah pun antusias mengikutinya. Yang tidak kalah pentingnya dalam kaitan ibadah jum’at adalah menyiapkan Imam dan Khatib
66
cadangan sehingga apabila Khatib dan Imam yang semestinya bertugas tiba-tiba berhalangan, maka Khatib dan Imam cadangan sudah siap menggantikannya, baik dari segi penampilan, kemampuan menyampaikan maupun penguasaan materi khutbah. Ada Keunikan dari Masjid Blok A Tanah Abang ini dibandingkan dengan Masjid-masjid yang lain, yaitu dalam setiap pelaksanaan shalat jum’at adanya Bilal, yaitu seseorang yang mengikuti suara Imam yang letaknya berdekatan dengan posisi Imam, seperti halnya dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Mekkah. Adapun kemaslahatan dari adanya Bilal ini, adalah: Sebagai penyeimbang antara Imam dan Makmum, khususnya untuk jamaah wanita yang letak shaf shalatnya agak berjauhan dengan posisi Imam, sebagai pengingat Imam ketika Imam melakukan kesalahan dan lupa dalam shalat, dan juga sebagai pengganti atau cadangan Imam apabila Imam batal di saat melakukan shalat berjamaah. Dan Bilal ini juga diterapkan dalam Shalat Fardhu lima waktu, terkecuali pada saat shalat shubuh. Ketiga, Menyusun Jadwal Kegiatan pada Bulan Ramadhan, baik dalam pelaksanaan shalat tarawih dan witir setiap harinya selama Ramadhan, menyelenggarakan tadarus al-qur’an per juz saat ba’da ashar, peringatan Nuzulul Qur’an pada malam 17 ramadhan, buka puasa bersama dan ta’jil selama sebulan penuh, dan juga membagikannya pada seluruh masjid-masjid yang ada di sekitar pasar tanah abang blok A, sesuai dengan saran Bpk.H. Djan Faridz, selaku
67
Pembina dari Masjid Blok A Tanah Abang. Dan Kultum setiap ba’da Dzuhur dari berbagai penceramah serta menerima dan menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) yang termasuk zakat fitrah juga. Dalam hal ini, Masjid bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Al-Qur’an yang juga membuka stand pada sepuluh hari terakhir di area masjid untuk memudahkan para muzakki dalam menyerahkan zakatnya. serta santunan bagi anak-anak yatim piatu yang diselenggarakan pihak masjid dan juga dibantu oleh pengelola Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Keempat, pelaksanaan shalat hari raya Idul Adha, dalam hal penentuan tempat yang mau dipakai, Imam dan Khatib. Pengurus Masjid Tanah Blok A Tanah Abang ini cukup selektif dalam memilih Khatib dan Penceramah di setiap kegiatan dakwahnya. Yang tentunya mempunyai kemampuan dan kualitas keilmuan yang tidak diragukan lagi oleh kebanyakan orang, seperti dari kalangan Kyai, Para Habaib, dan juga Ulama atau Ustadz yang terkenal. Dengan harapan dapat menarik antusias para jamaah masjid. Kelima, pelaksanaan penyembelihan hewan qurban yang diatur dengan baik, mulai dari petugas pelaksanaannya hingga penyalurannya secara adil dan merata. Dalam hal ini, Masjid Blok A sendiri, kurang lebih sekitar 15 Sapi dan beberapa Kambing disembelih di area masjid yang kemudian daging kurban langsung dibagikan kepada karyawan gedung pasar, pengurus masjid sendiri sebagai amil serta dibagikan juga ke masjid-masjid sekitar tanah abang. Dan pihak Masjid juga
68
memberikan hewan qurban kepada masjid-masjid luar yang berada di sekitar tanah abang untuk disembelih sendiri oleh pihak masjid luar. Keenam, pelaksanaan Tabligh Akbar dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), diantaranya adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban, Nuzulul Qur’an, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Dalam setiap kegiatan dakwahnya, pengurus masjid sangat memperhatikan dan mendengar kemauan jamaah masjid yaitu yang meminta agar pengisi ceramah, baik itu di pengajian rutin setiap minggunya, ataupun acara PHBI, serta Khatib Jum’at agar didatangkan Kyai atau Ulama yang mempunyai gaya berdakwah yang mudah dimengerti dan juga komunikatif agar jamaah tidak cepat jenuh dalam mengikuti setiap kegiatan masjid. Dan hal ini, sangat direspon baik oleh pengurus masjid yang selalu mendatangkan pengisi acara yang berkompeten di bidangnya, dan juga tentunya yang komunikatif, humoris, dan tidak kaku agar jamaah tidak jenuh dan antusias dalam mengikuti setiap menitnya acara masjid. Ketujuh, Masjid Blok A Tanah Abang ini juga mengadakan Pengajian Umum yang diadakan setiap hari senin ba’da dzuhur, pada minggu pertama dan ketiga bertemakan tentang Ekonomi Islam yang dibawakan oleh Habib Muhammad Rizieq Shihab, dan pada minggu kedua bertemakan tentang Tafsir Fi Zilaalil Qur’an yang dibawakan oleh Ustadz Husein Hamid Alatas, dan pada minggu keempatnya yaitu bertemakan tentang Sejarah dan Wawasan Islam yang
69
dibawakan oleh Ustadz Fikri Thoriq, Serta Pengajian Tahsin dan Tahfizul Qur’an yang dibawakan oleh Syekh Ali Al Jabir dari Madinah yang dilakukan setiap ba’da ashar, akan tetapi pengajian ini hanya dilakukan per Gelombang saja tergantung kondisional dan juga kondisi waktu dari Syekh Ali Al Jabir selaku pengajar. Masjid Blok A juga menyelenggarakan pengajian ta’lim mingguan setiap malam jumat ba’da maghrib yaitu pembacaan Yassin dan Ratib Al Athos (pembacaan pujian-pujian bagi Baginda Nabi Muhammad SAW serta riwayat hidupnya). Kedelapan, Masjid Blok A juga mengadakan Pengajian TPA untuk anak-anak dan juga Tahlil bersama Anak Yatim yang dilakukan pada hari senin sampai kamis setiap ba’da ashar yang kurang lebih mempunyai murid sekitar 40 anak. dan kebanyakan muridnya berasal dari anak-anak kuli panggul (porter) pasar tanah abang blok A, dan juga orang yang kurang mampu di sekitar tanah abang. Pengajian TPA ini langsung diajarkan oleh Ustadz-Ustadz Masjid Blok A sendiri. Dan Pengajian ini Gratis diadakan oleh pengurus Masjid demi mencerdaskan anak bangsa dalam membaca Al-Qur’an.
Dari uraian yang telah disebutkan, bahwasanya aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Masjid Blok A Tanah Abang tidak saja yang bersifat ritual semata, misalnya shalat lima waktu, shalat jumat, dan sebagainya. Akan tetapi, masjid ini juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan aktivitas keagamaan khususnya
70
untuk para pedagang dan pengunjung pada umumnya, misalnya adanya kajian tentang ekonomi islam yang mana ini sangat cocok dengan para pedagang di Tanah Abang agar terhindar dari perdagangan yang diharamkan dalam islam. Hal ini juga dalam rangka mengembangkan fungsi masjid yang tak terlepas dari sebuah struktur organisasi yang patut untuk memperhatikan saran-saran baik dari para pengurus, maupun pedagang atau pengunjung (jamaah masjid) guna meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan dalam beribadah.
2. Bidang Kesra dan Sosial Masjid Pasar Tanah Abang Blok A menjalankan beberapa pokok kegiatan, seperti : a) Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara menyebarkan brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha, yaitu Qurban, Masjid
menerima
dan
menyalurkan
hewan
kurban.
Mekanisme
pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan Ramadhan. b) Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban, masjid pasar tanah abang blok A dalam hal pendistribusian bekerjasama
71
c) Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada yang terkena musibah dan bencana alam. Dan pengumpulan dana dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung pasar tanah abang blok A. yang kemudian setelah dana terkumpul akan langsung diberikan kepada korban-korban bencana alam, seperti Gempa di Jogja, Sumatra Barat, Sukabumi, dan korban bencana alam lainnya. 2
Dengan adanya kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh Masjid Tanah Abang Blok A,misalnya pengelolaan zakat fitrah, infaq dan sedekah, santunan anak yatim piatu, pembagian hewan qurban, dan bantuan bagi korban bencana alam. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa Masjid Tanah Abang Blok A mampu mengubah keadaan masyarakat ke arah yang lebih baik yaitu melalui pengurusan zakat, infaq dan sedekah serta pembagian hewan qurban serta santunan anak yatim piatu tersebut yang disalurkan kepada yang benar-benar membutuhkan dan berhak dibantu.
2
Ust. Dhomiri, Bid. Kesra dan Sosial, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
72
3. Bidang Pembangunan Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada beberapa bagian diantaranya: a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid. b) Mengawasi
dan
merawat
kebersihan
seluruh
fisik
masjid
dan
lingkungannya. c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan. d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid 3
2) Aplikasi pada Bidang Kepengurusan Masjid yang tidak memperlihatkan kemakmuran sebagaimana mestinya adalah karena kepengurusan masjid yang kurang handal, baik dari segi kepribadian wawasan keislaman, kemampuan kerja ataupun kemampuan managerial sebagai pengurus masjid. Oleh karena itu, beberapa sisi kepengurusan masjid perlu kita lihat bersama yang selanjutnya kita kembangkan perwujudannya agar masjid dapat dimakmurkan dengan baik. Perbaikan yang paling mendasar dalam organisasi masjid atau mushollah adalah dengan menetapkan spesialisasi peran. Katakanlah dengan menentukan seseorang sebagai Imam shalat yang bertanggung jawab penuh sebagai Imam Shalat. Langkah ini akan bergerak cukup maju dengan penetapan seseorang sebagai khatib, dan individu yang lain lagi
3
Ust. Lutfi, Bid. Pembangunan. Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
73
sebagai muadzin. Sistem pengurusan yang sederhana itu merupakan cikal bakal yang baik untuk membentuk sebuah badan pengurus masjid yang baik dan handal. Organisasi sederhana itu bisa saja disebut dengan, misalnya Badan Kesejahteraan
Masjid
atau
Badan
Kesejahteraan
Mushollah.
Hadirnya
kelembagaan yang definitif itu setidaknya menepis anggapan bahwa masjid atau mushollah hanya dipergunakan untuk ibadah jum’at. Alangkan baiknya apabila di dalam badan pengurus itu diikutsertakan pula tenaga-tenaga guru setempat. Mereka, disamping dapat menangani perkara-perkara administrasi, juga dapat membantu bidang pendidikan sebagai penceramah atau pengajar. Dalam menjalankan roda organisasi dan administrasi masjid, diperlukan kejelasan tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, rencana kerja masjid, dan pembagian tugas di antara anggota pengurus masjid. 1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Masjid4 Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan, tugas dan tanggung jawabnya cukup berat. Pengurus memperoleh gaji dan imbalan yang memadai, harus pula rela mengorbankan waktu dan tenaganya. Sebagai orang yang dipilih dan dipercaya oleh jamaah, pengurus masjid diharapkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik, serta bertanggung jawab. Tidak berlebihan dan sebaiknya pribadi yang memiliki jiwa pengabdian dan ikhlas. 4
42
Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.Ke-1, h.
74
Tugas dan tanggung jawab itu antara lain: a) Memelihara Masjid Masjid sebagai tempat ibadah menghadap Allah perlu dipelihara dengan baik, bangunan dan ruangannya dirawat agar tidak kotor dan rusak. Perlengkapan masjid seperti pengeras suara, karpet, mimbar, kotak amal, juga dipelihara agar awet dan dapat dipakai selama mungkin. Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid, mengawasi kebersihan seluruh fisik masjid
dan
lingkungannya,
mengatur
jadwal
petugas
kebersihan,
melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid. Dengan pelaksanaan tempat ibadah yang sesuai, masjid yang bersih akan menjadikan suasana ibadah yang tenang dan khusyu. Tapi apabila masjid dalam keadaan berantakan, kotor dan berbau tidak sedap tentu akan mengganggu ketenangan dalam beribadah. Dan juga masjid yang kotor dan kurang terawat tentu akan merusak citra masjid itu sendiri sebagai tempat suci dan tempat ibadah. b) Mengatur Kegiatan Segala kegiatan yang dilaksanakan di masjid menjadi tugas dan tanggung jawab pengurus masjid untuk mengaturnya. Baik kegiatan ibadah rutin maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Pengurus harus memahami arti dan cara menyusun program atau rencana kegiatan, sebelum sampai pada tahap
75
pelaksanaan, program yang disusun itu adalah untuk memenuhi kepentingan tujuan. Pengurus juga telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai berikut: 1) Pengaturan jadwal khatib, muadzin, dan bilal jum’at 2) Pengaturan jadwal ta’lim mingguan dan bulanan 3) Pengaturan jadwal Imam rawatib dan muadzin harian 4) Mengagendakan acara peringatan hari besar Islam 5) Melaporkan kegiatan dakwah dan peribadatan 6) Membuat dan melaporkan Keuangan Masjid 7) Pengaturan jadwal Kebersihan Masjid 8) Memelihara Arsip dan Dokumentasi Masjid 5 Dengan adanya perencanaan, kegiatan masjid lebih dapat berjalan dengan teratur dan terarah. Dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan masjid, kejelian pengurus membaca kondisi dan kebutuhan jamaah yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang awam, maka materi pengajian yang disampaikan pun sebaiknya dipilihkan yang sesuai dengan kondisi mad’u dan kebutuhan kalangan awam. 6
2. Rencana Kerja Pengurus Masjid Blok A Rencana kerja pengurus masjid disesuaikan dengan kemampuan pelaksana dan keadaan atau kebutuhan lokal. Setiap rencana yang akan dilaksanakan
5 6
Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010) Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 3
76
dibuat berdasarkan musyawarah, seperti kegiatan ibadah shalat fardhu, shalat jumat, pengajian ta’lim atau tabligh akbar, bakti sosial, penerimaan zakat, infaq, dan shadaqah dari warga, pelaksanaan kegiatan bulan suci ramadhan, peringatan hari besar islam, dan kegiatan dalam bidang lainnya. dan semuanya ini sangat membutuhkan rencana kerja pengurus masjid. Dalam hal ini, pengurus masjid blok A, juga telah menyusun rencana kerja yang ditulis dalam pencatatan jadwal kegiatan kerja pengurus masjid.
3) Aplikasi Pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid Masjid sebagai tempat ibadah harus memiliki berbagai fasilitas yang bermanfaat bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya. Fasilitas masjid berguna pertama-tama untuk keperluan beribadah
menghadap Allah SWT, tapi tidak
tertutup kemungkinan digunakan untuk kepentingan lain. Baik kegiatan yang diadakan di dalam masjid maupun yang dilaksanakan di luar untuk keperluan masyarakat. Jamaah dan Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk kepentingan tertentu. Fasilitas masjid yang didayagunakan dengan baik akan menjadikannya berfungsi sosial dan dakwah disamping dapat pula mendatangkan income (pendapatan) bagi kas masjid. Fasilitas tersebut itu berupa: Aula, pengeras suara, halaman, karpet, podium, dan sarana penyelenggaraan jenazah. Namun, pendayagunaan fasilitas ini perlu digariskan dengan peraturan yang jelas, agar tidak disalahgunakan dan difungsikan dengan benar.
77
Tujuan penggunaan fasilitas masjid harus jelas dan pasti. Tanpa jaminan semacam itu, bisa saja timbul penyimpangan dan penyelewengan. Tujuan paling utama pemanfaatan semua fasilitas masjid mesti tetap di dalam jalur kepentingan dakwah. Mengingat pendayagunaan fasilitas masjid ini dapat menambah income kas masjid, pengurus masjid perlu menentukan tarif. Namun, karena jamaah atau masyarakat memanfaatkan untuk tujuan dakwah, tarif yang diterapkan hendaknya cukup murah dan terjangakau oleh semua kalangan. Hal ini akan menarik khalayak yang memerluakn dan tidak menganggapnya sebagai usaha sewa menyewa komersial. Bila perlu, serahkan saja penentuan tarif tersebut kepada pihak pemakai, dan mereka secara sadar memberikan amal infak sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka. 7 Masjid yang ideal dari sisi peran dan fungsinya dengan segala program yang hendak dilaksanakan, harus teraplikasi dalam bentuk bangunannya. Program yang banyak dan bervariasi, kepengurusan yang solid, dan jamaah yang aktif menuntut tersedianya sarana aktivitas di dalam masjid yang memadai. Bila secara fisik tidak memadai, amat sulit bagi pengurus dan jamaah masjid untuk bisa mewujudkan masjid yang ideal. Namun seminim apapun fasilitas fisik yang dimiliki oleh sebuah masjid, pengembangan aktivitas tetap harus dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisinya.
7
Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 161-162
78
a) Kebebasan Arsitektur Dalam membangun dan mengembangkan fisik masjid, yang harus diperhatikan dalam kaitan arsitekturnya adalah kesesuaian dengan fungsi dan tujuan masjid itu sendiri. Sementara arsitektur yang menyangkut bentuk dan model bangunan bisa saja disesuaikan dengan kultur dan budaya setempat atau mungkin juga berkembang mengikuti arsitektur modern. Meskipun demikian, niali-nilai islam tetap harus menjiwai setiap bangunan yang dibangun oleh seorang muslim, inilah kesimpulan pendapat Drs. Miftah Faridh dalam bukunya “Masjid” yang diterbitkan oleh pustaka Bandung. 8 Di Negara Indonesia yang kini jumlah masjid dan mushollahnya telah mencapai 600.000 buah, model-model arsitekturnya bermcam-macam, ada yang kubah-kubahnya berbentuk bulat dengan gaya Timur Tengah, tapi ada pula yang berbentuk joglo dengan gaya jawa dan berbagai bentuk khas kedaerahan lainnya. Karena itu, Miftah Faridh merasa perlu menyebutkan criteria bangunan masjid. Menurutnya: “ Bangunan masjid yang ideal adalah masjid yang bentuk dan arsitekturnya dapat menyentuh rasa yang dalam dari setiap jamaahnya untuk memperoleh kedamaian, ketentraman rohaniah dan kepuasan batin dalam menhadapi Dzat yang Maha Kuasa. Dengan demikian, setiap orang yang berada di dalam masjid dapat merasakan keheningan dan keredupan suasana sehingga hal itu menumbuhkan rasa cinta kepada Sang Khaliq. Bahkan bentuk bangunan sebuah masjid yang ideal hendaknya dapat memberikan daya tarik kaum 8
Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), Cet.ke-1, h. 47
79
muslimin untuk senantiasa mengunjunginya dan berada di dalamnya untuk beribadah. Dengan demikian, arsitektur masjid bisa kita sesuaikan dengan tradisi kedaerahan, khas sebuah Negara maupun perkembangan zaman, namun semua itu harus berpijak pada fungsi dan aplikasi program kegiatannya. Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba, Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet (permadani) di atas lantainya semakin memperindah ruangan ibadah masjid. Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam
80
di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem. Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut. Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu. Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh,
81
nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas kakinya. 9
b) Ruang-ruang Masjid Sebagaimana ysng diketahui, masjid merupakan pusat pembinaan umat, dalam konteks keumatan yang semakin komplek sekarang ini. Bangunan fisik masjid harus dilengkapi dengan ruangan lain dalam arti ruangan yang tidak sekedar untuk tempat shalat yang kemudian dikenal dengan istilah ruang peribadatan dan tempat wudhu, tapi juga ruangan yang menggambarkan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat islam, dan umat itu sendiri tidak hanya 9
Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
82
yang berusia remaja atau dewasa yang dapat ditampung aktivitasnya bagi umat, tapi juga kanak-kanak, anak-anak, pria, wanita, yang berpendidikan tinggi atau rendah dan sebagainya. Kesemua itu harus mendapat tempat untuk melaksanakan pembinaan diri di masjid dan inilah yang dimaksud dengan berbagai fasilitas fisik masjid yang harua ada pada masjid-masjid. 10 Karena itu, ada sejumlah ruangan yang perlu ada pada masjid-masjid modern guna menghadapi tantangan dan perkembangan hidup pada masa sekarang dan masa yang akan datang 1. Ruang Peribadatan Ruang Peribadatan adalah ruang yang disediakan khusus untuk melaksanakan peribadatan seperti shalat, dengan tikar atau karpet yang bersih, diberi tanda shaf (barisan) shalat dengan garis, podium atau mimbar yang enak bagi khatib, mihrab imam yang luas dan nyaman, ruang pengaturan sound system (pengeras suara) yang terletak di sisi mihrab dan ruang istirahat untuk khatib dan imam yang juga biasanya terletak di sisi mihrab. Disamping itu, ruang peribadatan juga harus dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup agar sirkulasi udara menjadi lancer, kpas angina, penerangan yang memadai, tempat menyimpan Al-Qur’an yang cukup, beberapa buah jam dinding yang bisa dilihat oleh jamaah dan khatib / penceramah, dan juga kotak amal yang baik , dan sebagainya. Dalam Masjid Blok A ini mempunyai Ruang Ibadah yang luas dan nyaman yang beralaskan karpet turki dan ruang shalat yang diberikan AC sehingga para 10
Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, h. 49
83
jamaah masjid tidak perlu khawatir akan rasa panas sehingga membuat ibadah menjadi nyaman dan khusyu.
2. Ruang Wudhu dan MCK Sudah jelas bahwa masjid mutlak harus menyediakan tempat wudhu yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup, karena memang hal ini menyangkut aurat jamaah yang harus tertutup khususnya bagi wanita. Karena memeang hal ini menyangkut aurat jamah yang harus tertutup. Hingga kini masih banyak masjid yang belum memisahkan tempat wudhu khusus antara pria dan wanita. Dan yang sedikit memprihatinkan lagi adalah belum tersedianya secara baik tempat MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang seharusnya ada. Jamaah wanita, yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan jamaah pria, perlu mendapat pelayanan khusus dari pengurus masjid. Pelayanan khusus ini antara lain berupa adanya kamar kecil khusus, tempat ganti pakaian yang khusus. Dan yang terakhir ini sangatlah diperlukan oleh jamaah wanita, terutama untuk mengganti pakaian atau memakai mukena sebelum shalat. Ruang Wudhu dan MCK yang ada pada Masjid Blok A ini sangatlah baik dan bersih, serta luas sehingga tidak membuat antri para jamaah masjid yang ingin berwudhu. Disediakan juga wastafel dan kaca untuk menambah kenyamanan jamaah masjid serta kamar mandi yang terawat kebersihannya.
84
3. Ruang Khusus di Samping Mihrab Mihrab senantiasa ada pada setiap masjid. Mihrab digunakan sebagai tempat imam memimpin shalat dan tempat khatib berdiri menyampaikan khutbahnya. Sebelum shalat berjamaah dilaksanakan, khususnya shalat jum’at, biasanya imam atau khatib sudah berada di tempat ini. Mereka sudah bersiap-siap duduk di temapt tugasnya tersebut. Ada saatnya, Imam atau Khatib datang terlambat. Mereka tidak patut melangkahi para jamaah. Sesuai Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “ Seorang Laki-laki datang melangkahi kuduk-kuduk orang pada hari jum’at ketika Nabi sedang Berkhutbah, maka Nabi Saw berkata, Duduklah engkau, sesungguhnya engkau telah menyakiti dan telah terlambat ”. (HR. Abu Daud, An Nasaiy)
Di dekat Mihrab perlu disediakan ruangan khusus. Imam atau Khatib yang terlambat dapat masuk lewat ruangan ini. Selain itu, bagi Khatib yang ingin melaksanakan sunnah Rasul, memasuki masjid langsung berdiri di atas Mimbar dan mengucapkan salam kepada para jamaah menjadi tidak terhalang dengan adanya ruangan ini. Ruang ini juga bermanfaat untuk mempersiapkan diri, baik bahan khutbah maupun kerapihan berpakaian seorang Khatib atau Imam. 11 Ruangan khusus ini letaknya bisa disamping kiri atau kanan mihrab masjid. Ruangan khusus ini dibangun dengan memanfaatkan tanah kososng yang ada di tempat itu. Mihrab memang tidak nampak dari luar, tetapi terlihat jelas dari dalam 11
Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 180
85
masjid. Ia bisa dibangun bersamaan mihrab, atau disusul belakangan jika mihrab sudah lebih dulu ada. Luas ruangan khusus ini disesuaikan dengan keperluan, keadaan tanah, dan kemampuan keuangan masjid. Bagi masjid-masjid besar, tempat ruangan ini cukup luas. Bagi masjid yang berukuran kecil, ruangan khusus ini tidak terlalu luas, yang penting ruangan itu ada dan dapat berfungsi.
4. Ruang Sekretariat Kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan pengelolaan masjid tentu saja amat memerlukan ruangan. Di Masjid, ruangan ini biasanya disebut dengan sekretariat atau kantor masjid. Ruang sekretariat tentu saja harus dilengkapi dengan sarana yang utama, misalnya mesin ketik atau computer, beberapa meja tulis dan kursinya, lemari untuk menyimpan arsip, dokumen dan perlengkapan masjid, meja dan kursi tamu, jam dinding, papan tulis putih (white board) untuk menulis informasi, dan sebagainya. Sekarang ini banyak masjid yang tidak mempunyai ruang sekretariat atau punya sekretariat tapi kurang memadai atau ada juga yang sudah memilikinya dengan baik tapi tidak difungsikan sebagaimana mestinya sehingga mekanisme kerja kepengurusan dan pengaturan administrasi masjid tidak berlangsung secara baik. Akan tetapi pada Masjid Blok A ini sudah mempunyai ruang skretariat yang nyaman yang biasa dipakai untuk membuat segala kegiatan yang bersifat administratif masjid.
86
5. Ruang Konsultasi Setelah mendapatkan gambaran keislaman yang baik dan bagaimana seharusnya seorang muslim yang ideal, terasa betul nantinya kalau jamaah kita itu menghadapi banyak persoalan, ada problematika pribadi dan keluarga yang mereka hadapi. Karena itu pengurus masjid berkewajiban untuk membantu jamaahnya mengatasi dan memecahkan persoalan, misalnya dengan membuka kesempatan kepada jamaah untuk berkonsultasi guna mengatasi persoalan yang dihadapi, bahkan kalau melihat atau mengamati dan mendapat informasi bahwa jamaahnya memiliki persoalan, pengurus masjid yang baik akan secara aktif memecahkan persoalan jamaahnya itu. Oleh karena itu, di masjid sebaiknya disediakan tempat untuk berkonsultasi bagi jamaah masjid sehingga dengan tempat yang baik, jamaah mau berkonsultasi terhadap masalah yang harus dipecahkannya sehingga dapat dihindarkan dari terjadinya jamaah yang mengalami penurunan imam karena menhadapi banyak masalah. Diperlukannya ruangan khusus ini karena dalam mengutarakan masalah dan memecahkannya memang harus di ruang tertutup agar tidak didengar orang lain, apalagi kalau masalah yang diceritakan itu merupakan sesuatu yang bersifat keaiban pribadi atau keluarga yang tentunya tidaklah pantas diketahui oleh orang lain yang tidak berkepentingan. Masjid Blok A ini mempunyai Ruang Tamu VIP yang biasa digunakan untuk menerima tamu yang bisa juga untuk ruang konsultasi bagi para jamaah masjid.
87
6. Ruang Penginapan Pada Zaman Rasulullah, Masjid juga berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi para musafir. Bagi mereka yang datang kemaleman atau hendak melepas lelah karena berjalan jauh disediakan tempat menginap dan tempat istirahat. Tetapi jangan di identikkan masjid dengan losmen atau hotel. Fungsi semacam itu tetap berjalan sampai sekarang. Biasanya sehabis shalat Dzuhur, karena letihnya bekerja pada siang hari, jamaah beristirahat dan tidur-tiduran yang kadang-kadang sampai tertidur. Atau para remaja dan pemuda masjid yang sangat aktif sampaisampai tertidur di masjid. Demikian pula pada waktu Bulan Ramadhan, terlebihlebih pada 10 hari terakhir, saat menyambut malam lailatul qadar. Ruangan Penginapan juga perlu dimiliki oleh masjid, baik untuk menampung tamu-tamu jauh yang perlu bermalam disitu, juga untuk Imam Rawatib, Marbot atau petugas-petugas masjid yang dituntut banyak waktunya di masjid. Oleh karena itu, Masjid Blok A juga menyediakan ruang penginapan yang diperuntukkan untuk Imam rawatib dan marbot masjid.
7. Gudang Setiap masjid tentunya memiliki barang-barang inventaris. Barang-barang ini ada yang dipergunakan secara tetap dan ada yang dipergunakan sewaktu-waktu. Yang digunakan secara tetap tentu tidak akan dipindah-pindahkan tempatnya. Sedangkan barang yang dipergunakan sewaktu-waktu memerlukan tempat
88
penyimpanan. Sebuah gudang di masjid dapat berfungsi untuk menyimpan, memelihara, dan menjaga keamanan barang dari kemungkinan rusak dan pencurian. Ada banyak barang-barang atau inventaris masjid yang penggunaannya hanya pada waktu-waktu tertentu seperti Karpet yang digelar di bagian luar masjid atau di sekitar pelataran masjid dan juga Kotak Amal yang hanya digunakan pada hari Jum’at. Selama tidak digunakan, maka barang-barang itu semestinya disimpan di tempat khusus yang kemudian disebut dengan gudang. Oleh
karena
itu,
masjid-masjid
haruslah
memiliki
gudang
tempat
penyimpanan barang yang tidak terpakai secara rutin. Apabila masjid tidak memiliki gudang
secara khusus, sementara tempat yang berfungsi sebagai
gudang amatlah diperlukan, maka banyak masjid yang menjadikan mihrab atau mimbar menjadi tempat seperti gudang, padahal tempat ini semestinya harus selalu dalam keadaan yang terjaga kenyamanan dan kebersihannya. Masjid Blok A juga mempunyai Gudang yang berguna untuk menyimpan segala inventaris masjid yaitu berupa karpet. pengeras suara, kotak amal, dan sebagainya.\
8. Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal Jamaah yang datang ke masjid untuk beribadah perlu mendapatkan pelayanan dari pengurus masjid. Mereka membutuhkan kekhusyukan dalam melaksanakan ibadah, mereka juga memerlukan keselamatan dan keamanan diri dan harta
89
bendanya. Mereka datang ke masjid memakai sepatu atau sandal, dengan harapan sepatu atau sandalnya selamat dan aman dari hal-hal yang tidak diinginkannya. Di Masjid ataupun Musholla seringkali terjadi jamaah yang tertukar bahkan hilang sepatu dan sandalnya sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan untuk shalat di masjid, atau shalat di masjid tapi tidak memperoleh ketenangan karena khawatir kalau sepatu dan sandalnya hilang. Oleh karena itu, Masjid Blok A menyediakan tempat penitipan sandal, sepatu dan juga barang bawaan jamaah guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada jamaah dan menghindari terjadinya kehilangan dan pencurian.
9. Halaman dan Parkir Idealnya masjid-masjid memiliki halaman yang cukup luas dan asri. Adanya halaman ini tidak hanya membuat masjid bertambah indah dan asri saat dipandang, tapi juga bila daya tampung jamaah tidak memadai di dalam masjid, maka halaman yang bersih, indah, dan asri itu bisa menjadi laternatif. Halaman ini juga bisa digunakan untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang memang sebaiknya dilakukan di tanah lapang, disamping itu halaman yang luas juga bisa menjadi sarana bermain dan rekreasi bagi jamaah, khususnya anak-anak sehingga mereka menjadi betah di areal sekitar masjid. Disamping itu, Halaman Parkir kendaraan yang luas juga diperlukan sehingga apabila jamaah membawa kendaraan ke masjid mudah menempatkan parkirnya,
90
dan kenyamanannya lebih terjamin. Pada Masjid Blok A ini, mempunyai halaman yang cukup luas yang terdiri dari lorong-lorong masjid yang biasa buat sekedar duduk santai para jamaah masjid, sedangkan tempat parkirnya tersedia banyak yang mencapai 14 lantai yang jadi satu dengan gedung pasar tanah abang blok A, karena memang sebagian besar jamaah masjid blok A berasal dari pedagang yang berjualan di sekitar pasar tanah abang.
4) Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid Sikap dan perhatian pengurus masjid disini termasuk dari pada manajemen masjid yang disebut dengan Ri’ayah yang berarti perhatian. Pengurus masjid yang dimaksud adalah mereka yang menerima amanah dari jamaah untuk mengelola masjid dengan baik dan benar serta memakmurkannya. Mereka juga adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan pemahaman keagamaannya serta berakhlak mulia. Pengurus masjid menyatu dengan jamaahnya. Mereka senantiasa berhubungan secara akrab dan bekerjasama secara terpadu dalam seluruh pelaksanaan kegiatan masjid. Pengurus menjaga sikap baiknya ketika memberikan pelayanan ataupun ketika bertukaran pikiran dan bermusyawarah dengan jamaahnya. Modal kepribadian seperti inilah yang memudahkan keberhasilan pelaksanaan tugastugas mereka, karena mereka mendapat dukungan dan peran serta jamaah.
91
Terhadap jamaahnya, pengurus masjid hendaknya mampu mempunyai sikap seperti ini: a) Keterbukaan Sikap keterbukaan merupakan sikap yang sangat diperlukan oleh setiap pengurus masjid. Faktor keterbukaan akan berpengaruh pada kinerja pengurus masjid yaitu pada sisi program-program yang ditawarkan kepada jamaah dan juga dalam sirkulasi keuangan, hal ini dapat diharapkan adanya rasa percaya yang timbul dari jamaah yang juga secara tidak langsung jamaah dapat memantau kepengurusan masjid itu sendiri. Hasil temuan penulis, pengurus Masjid Blok A patut bersikap terbuka terhadap jamaahnya, baik menyangkut program atau rencana kegiatan maupun keuangan masjid. Jamaah tidak saja diberi tahu, tapi juga dilibatkan dalam penyusunan rencana kerja pengurus. Sehingga, peran serta jamaah berupa pemikiran, tenaga, dana, dan doa pun tumbuh untuk menyukseskan kegiatan dan pembangunan masjid. Jika pengelolaan keuangan terbuka, open management, jamaah selalu dapat memantau lalu lintas keuangan masjid. Pengurus menyampaikan laporannya kepada jamaah yang diumumkan pada kesempatan shalat jum’at.
92
b) Keakraban dan Kesetiakawanan Keakraban antar pengurus terhadap jamaah memang harus tercipta guna terjadinya sharing antar keduanya baik dalam masalah agama maupun pribadi, ini akan mewujudkan hubungan emosional yang erat serta dapat memperlancar tugas dan kegiatan-kegiatan masjid. Begitupun juga dengan rasa kesetiakawanan sebaiknya haruslah ada antara sesama pengurus masjid ataupun dengan jamaah. Apabila ada pengurus yang sedang terkena musibah, sudah sepatutnya pengurus yang lain berkunjung dan bersillaturahmi ke rumahnya untuk memberikan bantuan baik materil maupun moril dengan harapan dapat meringankan beban yang sedang terkena musibah. 12 Keakraban pengurus Masjid Blok A terhadap jamaah dapat memperlancar tugas dan kegiatan-kegiatannya. Berbagai problem pengurus dapat dibahas bersama-sama. Sebaliknya, berbagai masalah yang dihadapi para jamaah pun mungkin saja dapat dicarikan jalan keluarnya melalui diskusi dan musyawarah dengan pengurus masjid. Alangkah baiknya jika setelah shalat berjamaah, pengurus menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dari hati ke hati, bertukar pikiran dan pengalaman dengan para jamaah masjid. Dan dalam suasana akrab dan
12
Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 102
93
santai seperti ini, biasanya potensi dari kedua belah pihak akan muncul ke permukaan dengan secara alami.
c) Memelihara Lingkungan Masjid Dalam hal ini, memelihara lingkungan masjid juga termasuk dari sikap dan perhatian pengurus masjid, diantaranya sebagai berikut: a. Memelihara Keindahan Masjid Masjid adalah Rumah Allah, tempat ibadah menghadap Allah SWT. Sebagai tempat ibadah, sudah seharusnya umat islam membangun masjid itu dengan baik, megah, dan juga indah sehingga jamaah yang masuk ke dalamnya merasa nyaman dan damai serta dapat melaksanakan ibadah dengan khusyu. Namun, apabila masjidnya buruk, rusak, dan kotor, jamaah juga yang beribadah akan merasa tidak nyaman dan tidak khusyu serta enggan mau melaksanakan ibadah di masjid lagi. Membangun masjid tampaknya tidak terlalu susah. Siapa pun dapat melaksanakan asalkan dia mempunyai kemauan dan sumber daya yang memadai. Dan bagian yang tersulit adalah memeliharanya agar masjid itu tetap baik, terawat dan indah. Betapa banyak masjid yang dibangun dengan baik, megah, dan indah, tetapi kini masjid-masjid itu telah rusak, buruk dan kotor akibat kurangnya pemeliharaan keindahan masjid.
94
Tempat-tempat yang penting dipelihara kebersihan dan keindahannya adalah ruangan untuk shalat, baik itu lantai dan karpetnya, tempat wudhu dan juga WC. Biasanya, tempat wudhu dan WC ini yang kurang diperhatikan oleh pengurus masjid sehingga bau yang tidak sedap sering menyengat hidung para jamaah masjid. Bangunan masjid, halaman, dan perlengkapan masjid harus juga dalam keadaan yang terawat. Apabila ada bangunan masjid yang rusak, segera diperbaiki dan di cat dengan warna yang indah. Dinding-dinding masjid diberikan hiasan kaligrafi dan ukiran yang indah demi menambah keindahan masjid. Perlengkapan masjid, seperti pengeras suara, kotak amal, karpet, bila sudah rusak akan segera diperbaiki atau beli yang baru. Apa yang dilakukan oleh pengurus Masjid Blok A adalah membuat jadwal piket kebersihan untuk membersihkan tempat wudhu, WC, dan ruangan shalat serta secara menyeluruh area masjid. Apabila kebersihan dan keindahan masjid dapat dijaga dengan baik, itu berarti umat islam benar-benar bertanggung jawab terhadap rumah Allah, baik dalam pembangunannya dan juga pemeliharaannya. Masjid yang terjaga kebersihan dan keindahannya akan berpengaruh besar kepada orang-orang yang melakukan ibadah di masjid dan kepada orang lain yang hanya sekedar lewat saja di sekitar masjid sehingga membuat ibadah atau
95
aktivitas keagamaannya menjadi meningkat karena kenyamanannya dan kebersihannya, dan ibadah pun menjadi lebih khusyu. b. Kerja Bakti di Masjid Pemeliharaan kebersihan, keindahan, dan kerapihan masjid merupakan tanggung jawab bersama yaitu pengurus dan jamaah masjid. Setiap jamaah masjid haruslah membantu pengurus masjid agar lancarnya aktivitas masjid. Baik dalam bentuk sumbangan pemikiran (di dalam musyawarah),
dan
dalam
bentuk
dana
(untuk
perawatan
dan
penanggulangan kebutuhan masjid), maupun tenaga fisik (dalam kegiatan yang bersifat massal), salah satu kegiatan yang membutuhkan dan melibatkan orang banyak di masjid adalah kerja bakti. Dalam hal ini, Masjid Blok A biasanya melakukan kerja bakti setiap dua minggu sekali yang dilakukan hari jumat demi memberikan kenyamanan jamaah dalam ibadah jumat. Keterlibatan jamaah masjid amatlah menjadi penting, bukan saja karena panggilan tanggung jawabnya melainkan sebagai amal jariah yang nyata dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. c. Memelihara Suasana Masjid Khusyu dalam beribadah di masjid sangatlah didambakan oleh setiap jamaah masjid. Shalat yang khusyu di dalam masjid akan mencapai nilai ibadah yang tinggi, disamping memberinya dorongan untuk senantiasa
96
untuk memakmurkan masjid. Oleh Karena itu, masjid perlu diciptakan iklim atau suasana yang menunjang khusyu dalam beribadah. Usaha pengurus Masjid Blok A dalam menciptakan suasana masjid yang kondusif, diantaranya dengan menciptakan: pertama, Suasana Tenang, dengan cara mencegah dan mengantisipasi suara yang mengganggu dan merusak ketenangan di dalam maupun luar masjid. Misalkan suara bising dan berisik yang ditimbulkan akibat pengeras suara yang korslet, orang berteriak dan bernyanyi serta suara anak-anak kecil yang seringkali menyulitkan pengurus masjid untuk menegurnya, karena keaktifan sifat anak kecil. Akan tetapi pada Masjid Blok A ini mempunyai kelebihan daripada masjid-masjid yang lainnya yang terhindar dari suara bising kendaraan bermotor dikarenakan letak masjid diatas gedung pasar yang jauh dari jalan ibukota. Kedua, Suasana Tertib, pengurus masjid berkewajiban mengingatkan para jamaah, khususnya anak-anak dan remaja agar tidak berisik, bersenda gurau, mengobrol, dan bermain-main selama berada di dalam masjid, terutama saat berlangsungnya shalat berjamaah. Dan Jamaah dihimbau untuk merapikan shaf, meluruskan dan merapatkannya, agar ibadah shalt dapat berjalan dengan tertib, tenang, dan khusyu. Seusai shalat, jamaah meninggalkan masjid dengan tertib dan tidak melintasi mereka yang sedang melaksanakan shalat.
97
Ketiga, Suasana Aman, pengurus masjid harus dapat menghadirkan suasana ini bagi jamaahnya, baik yang menyangkut jiwa maupun hartanya. Instalasi listrik masjid yang hendaknya dikontrol secara rutin guna mncegah terjadinya korslet dan kebakaran. Kamar wudhu dan WC yang senantiasa dibersihkan agar tidak licin untuk menghindari jamaah terpleset jatuh. Sepatu dan sandal serta barang-barang bawaan yang perlu dijaga, maka dari itu disediakan tempat penitipan sepatu dan sandal yang siap mengamankan sepatu, sandal maupun barang bawaan para jamaah masjid. Pihak pengurus masjid juga perlu mencegah dan menghindari pertentangan masalah-masalah khilafiyah dan furuiyah, yang mana nantinya akan membuat para jamaah bingung, enggan, dan segan untuk datang untuk memakmurkan masjid. Dengan demikian jamaah akan merasa aman, tenang, dan khusyu dalam melaksanakan ibadah di dalam Masjid. d. Memelihara Ketertiban Masjid Sebagai tempat bersujud kepada Sang Khaliq, masjid harus diperlakukan secara tertib dan santun. Masjid yang tertib akan memberikan citra dan pengaruh yang baik dalam masyarakat. Siapapun akan merasa senang dan nikmat melaksanakan ibadah di dalamnya. Ketika akan melaksanakan shalat berjamaah, seluruh shaf diatur rapat dan lurus menunjukkan ketertiban dalam shalat yang mencerminkan kekompakan
98
umat atau jamaah, Untuk praktisnya, pengurus masjid blok A membuatkan tanda atau garis shaf sebagai pembatasan shaf dalam masjid serta pengurus masjid juga memasang pemberitahuan tentang tata tertib di dalam masjid, yang diantaranya tentang larangan membunyikan hp ketika dalam masjid, tentang tata cara shaf dalam shalat yang benar, dilarang buang sampah sembarangan, larangan tidur dalam masjid, dan tata tertib lainnya. Memelihara ketertiban masjid merupakan tugas dan tanggung jawab bersama, baik pengurus maupun jamah masjid. Harus bahu membahudan bekerja sama. Pengurus bertanggung jawab memberitahukan, mengawasi, dan mengingatkan jamaah agar memperhatikan tat tertib masjid. Sedangkan
para
jamaah
masjid
bertanggung
jawab
mematuhi,
menjalankan, dan menghormati tata tertib tersebut. e. Memelihara Masjid Di Waktu Malam Penerangan lampu di Masjid pada malam hari sangatlah penting dan tidak dapat dipungkiri lagi akan kegunaannya dalam menghidupkan suasana masjid. Dan juga terangnya masjid akan menambah kenikmatan dan khusyu dalam beribadah malam di masjid. Masjid yang gelap akan membuat enggan jamaah untuk datang ke masjid di malam hari. Halaman masjid yang terang akan dapat mengundang minat masyarakat untuk mendatangi dan melakukan ibadah di dalam masjid.
99
Lampu masjid dinyalakan apabila waktu menjelang maghrib dan dimatikan pada saat fajar menyingsing. Dikarenakan, letak Masjid yang jadi satu dengan gedung pasar tanah abang yaitu di lantai paling atas (atap) gedung, otomatis kegiatan masjid di malam hari hanya diadakan pada saat Bulan Ramadhan saja yaitu Shalat Tarawih dan Witir. Selebihnya masjid blok A hanya melakukan shalat isya berjamaah saja itupun hanya penjaga gedung pasar dan Marbot Masjid. Lampu-lampu masjid yang menyala akan memberi kesan ada “kehidupan” di dalam masjid itu. Namun, aspek penghematan dalam menggunakan listrik perlu pula mendapat perhatian. Lampu masjid hendaknya dinyalakan pada saatsaat diperlukan saja, tanpa harus menghidupkan semuanya secara terus menerus. 13 f. Pengecatan Masjid Keindahan dan kemegahan masjid mesti dijaga agar masjid tetap menarik dan menumbuhkan kegembiraan umat islam. Apabila masjid kotor, tidak terawat bangunannya, catnya pudar dan penuh debu, pengurus dan jamaah wajib memulihkannya menjadi baru lagi. Dalam hal ini, pengurus masjid blok A melakukannya dengan cara membersihkan dan mengecat kembali, bangunan dan tembok masjid yang warnanya sudah pudar dan terkelupas. Dan dilakukan secara teratur setiap 3 bulan sekali. 13
Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 199
100
Bangunan masjid yang Catnya senantiasa rapih dan cerah akan memperindah pemandangan masjid itu sendiri serta dapat menambah kenyamanan dan khusyu dalam beribadah di masjid.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Berhasil atau suksesnya suatu usaha, tidaklah mungkin terlepas dari faktorfaktor yang mendukungnya begitupun dengan manajemen Masjid Blok A dalam pelaksanaan Dakwah Islamnya, adalah sebagai berikut: a) Bangunan Masjid yang dibangun dengan megah yang mengadopsi arsitektur bergaya islam klasik yang dipadukan dengan gaya eropa serta dua masjid kebangaan umat islam yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan Masjid Blok A ini juga sangat terjaga akan kebersihannya yang senantiasa bersih dan juga kenyamanannya dalam beribadah yang jauh akan suasana bising sehingga Ibadah pun menjadi sangat nyaman dan khusyu. b) Berlokasi di tempat yang strategis yang berada di pusat perbelanjaan grosir terbesar di asia tenggara yang jamaahnya berasal dari berbagai suku dan ras, jadi jamaah masjid blok a bukan hanya berasal dari lokal tapi juga banyak yang berasal dari luar negeri.
101
c) Fasilitas Masjid yang sangat memadai, diantaranya tempat wudhu dan wc yang bersih, nyaman dan juga banyak sehingga tidak perlu ngantri. Serta tersedianya
tempat penitipan sandal dan sepatu, serta sarana lift dan
eskelator yang siap mengantarkan anda menuju lantai atap gedung pasar yang mana lokasi dari Masjid Blok A ini. d) Para pengisi acara masjid yang terpilih dan yang berkualitas serta mempunyai kapasitas untuk menyampaikan sesuai bidangnya. Seperti dari kalangan para Kyai, para Habaib, dan juga Ulama yang terkenal masyarakat luas. e) Dukungan dana yang dimiliki oleh masjid lumayan besar, sehingga setidaknya akan dapat mendanai sendiri dari kegiatan-kegiatan masjid yang berskala besar dan berkelanjutan. f) Adanya dukungan yang antusias dari berbagai pihak, baik dari ekstern maupun intern, yang mana ini merupakan dukungan moril untuk selalu bersemangat dan eksis dalam melaksanakan kegiatan dakwah islam di lingkungan pasar tanah abang.
Hambatan di dalam suatu kegiatan pada hakikatnya merupakan ujian dalam mencapai kemajuan dan untuk perbaikan lebih lanjut, hambatan tersebut kadang dari dalam dan kadang dari luar. Menurut pengamatan penulis yang menjadi
102
faktor penghambat dalam meningkatkan aktivitas kegamaan di Masjid Blok A, adalah sebagai berikut: a) Karena keterbatasan luas masjid yang berada di lantai paling atas gedung pasar, jadi terkadang masjid tidak dapat menampung jamaah, yang hanya menampung kurang lebih sekitar 3000 jamaah ini. b) Terbatasnya waktu, dikarenakan jam operasi buka gedung pasar Tanah Abang Blok A yang dimulai dari menjelang dzuhur dan sampai menjelang maghrib. Sehingga kegiatan masjid dilaksanakan di waktu yang sempit. c) Belum adanya Layanan Kesehatan dari Masjid Blok A Tanah Abang dalam melayani jamaah yang kurang mampu berobat ke rumah sakit yang relative besar biayanya. d) Tidak adanya kotak saran masjid, yang berguna untuk menampung saran, pendapat, dan kritik dari jamaah yang dapat disampaikan secara tidak langsung dan tertulis yang akan bermanfaat untuk demi kemajuan masjid dan kepengurusan masjid itu sendiri.
103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan oleh penulis, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1) Manajemen Masjid Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pedagang di Pusat perbelanjaan Tanah Abang Blok A terbagi menjadi beberapa usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya adalah sebagai berikut: pertama, Aplikasi pada bidang program yaitu adanya Bidang yang menangani Dakwah dan Peribadatan, Bidang Kesra dan Sosial, dan juga Bidang Pembangunan, usaha yang kedua, Aplikasi pada Bidang Kepengurusan yaitu pembagian tugas dalam menjalankan program-program yang telah disepakati bersama, dan membuat rencana kerja pengurus masjid itu sendiri. Dan usaha yang ketiga, aplikasi pada bidang fisik dan sarana masjid, yang meliputi sarana prasarana yang ada di masjid. Dan yang keempat, adalah usaha pada sikap dan perhatian pengurus masjid yang meliputi adanya sikap keterbukaan, keakraban dan kesetiakawanan, dan memelihara lingkungan masjid yang meliputi memelihara keindahan masjid, memelihara, kerja bakti, memelihara suasana masjid, memelihara ketertiban masjid, memelihara masjid di waktu malam, dan pengecatan masjid.
104
2) Dilihat dari fakor pendukung dan penghambatnya, Masjid Blok A, mempunyai faktor pendukung yang diantaranya adalah bangunan masjid yang megah, nyaman dan bersih sehingga membuat para jamaah masjid menjadi nyaman dalam beribadah yang mana dapat meningkatkan aktivitas keagamaan khususnya para pedagang. Sedangkan faktor penghambat yang diantaranya waktu yang sangat terbatas karena berada diatas gedung pasar tanah abang blok A dan juga daya tampung masjid yang seringkali tidak dapat menampung semua jamaah masjid yang banyak.
B. Saran Saran Setelah
penulis
mengadakan
penelitian
melalui
pengamatan
serta
menganalisis hasil wawancara dengan beberapa informan, maka dalam hal ini mengajukan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut: 1) Pengurus Masjid Blok A hendaknya mengadakan program tambahan seperti pelatihan pidato, kursus bahasa asing, kaligrafi bagi anak-anak didik yang berasal dari warga sekitar masjid guna untuk mmenambah keterampilan dan pengetahuan mereka dalam ilmu berbahasa. 2) Pengurus Masjid Blok A hendaknya mengadakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan manajemen masjid guna untuk menciptakan regenerasi baru serta menambah wawasan dan keahlian para pengurus masjid.
105
3) Pengurus Masjid Blok A hendaknya mengadakan pelayanan kesehatan gratis yang sangat dibutuhkan oleh jamaah yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit yang membutuhkan biaya yang besar. 4) Hendaknya bagi seluruh pengurus Masjid Blok A agar senantiasa aktif dalam melaksanakan pembenahan-pembenahan untuk meningkatkan jamaah dalam hal memakmurkan masjid dan senantiasa memelihara semua fasilitas sarana prasarana yang ada di masjid agar tidak cepat rusak dan menjadi terawat.
DAFTAR PUSTAKA Al- Marbawi, Muhammad Idris Abdul Ra’uf. Kamus Arab Melayu, Cet.Ke-4, Melayu: T.Pn.,1350 Al-Qardhawi, Yusuf. Tuntunan Membangun Masjid, Cet.Ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 Al-Qarni, Aidh bin Abdullah. Memakmurkan Masjid, langkah maju kebangkitan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2005 Ancok, Djamaluddin Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999 Anwari, Ahmad. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987 Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, Edisi Revisi II, Jakarta: Rineka Cipta, 1993 Ayub, Moh.E. Manajemen Masjid, Cet.Ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Cet.Ke-1, Jakarta: Lembaga pengkajian kebudayaan nusantara, LPKN, 1997 Dansar, Sosiologi Ekonomi, Cet.Ke-2, Jakarta: PT. Raja Erafindo Persada, 2002 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.Ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Cet. Ke-1, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993 Echols, John M. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 1996 Effendi, Mochtar Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Cet.Ke-1, Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1986 Hadi, Soetrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989 Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Hamid, Zaid Husein. Kamus Muhyassar: Indonesia Arab, Pekalongan: Raja Murah, 1982 Harahap, Sofyan Syafri Manajemen Masjid, Yogyakarta: Darma Bhakti Prima Yasa, 1993 Hardjito, Dydiet Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, Jakarta: Bina Aksara, 1989 Hasibuan, Malayu. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Cet.Ke-1, Jakarta: PT Gramedia, 2000 Herujito, Yayat M. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Grasindo, 2001 Journalism, Citizen. Mushala Kecil Nan Menyedihkan Apa Kata Dunia?, Jakarta: Replubika, 2007 Jurnal Manajemen Kemasjidan, (TA’MIR MASJID), Juni 2006, Vol.V, No.2 Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, Cet.Ke-5, Jakarta: PT Gramedia, 1993 Lubis, Ibrahim.Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, Cet.Ke1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985 Mahmudanassir, Syeh. Islam Konsepsi dan Sejarah, Cet.Ke-4, Bandung: PR. Remaja Rosda Karya, 1994 Manulang, M. Dasar-dasar Manajemen, Cet.Ke-1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996 Massie, Joseph L. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1979 Mohammad, Nadzir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Cet.Ke-1, Yogyakarta: Al Amin Press, 1996 Mujieb, M. Abdul. et.al, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994
Nirmala, Andrini T. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Prima Medika, 2003 Radarman SJ, AM. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994 Ridwan, M. Deden Islam dan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: PT. Media Cita & Yayasan Kalam, 2000 Robins, Stephen p. Manajemen, Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999 Rukmana , Nana. Masjid dan Dakwah, Cet.Ke-1, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002 Ruslan, Rosady Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Sabiq, Syaid Fiqhus Sunnah, Jilid I, Beirut: Dar-Alfik, 1981 Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Cet.Ke-8, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991 Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Cet. Ke-1, Bandung: Mizan, 1992 Siagian, Sondang P. Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta: Bina Aksara, 1989 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, Cet.Ke-1, Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2005 Songge, M. HR. Pesan Risalah Masyarakat Madani, Jakarta: PT. Media Citra, 2001 Sumarsono, Soni. Manajemen Koperasi, Teori dan Praktek, Edisi I, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004 Surakhmad, Winarno.Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet.Ke-7, Bandung: Tarsito, 1980 Sutarmadi, Ahmad. Visi Misi dan Langkah-langkah Strategis Pengurus Dewan Masjid Indonesia dan pengelola masjid, Jakarta: Logos, 2002 Syani, Abdul. Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1992 Syarabasya, Ahmad Tanya Jawab Hukum Dan Pengetahuan Islam, Cet.Ke-1, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987
Tantowi, Jawahir. Unsur-unsur Manajemen menurut Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al Husna , 1983 Terry, George R. Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000 Williams, Chuck. Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 2001 Winardi, Asas-asas Manajemen, Bandung: Mandar Maju, 1990 Yani, Ahmad., Panduan Mengelola Masjid, Cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007 Yaqub, Hamzah. Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung: Diponegoro, 1984
Hasil Wawancara I
Nama
: Habib Agil Alatas, SE dan Ust. Mahdi Alatas, S.Ag
Jabatan
: Manager Masjid dan Bid. Dakwah dan Peribadatan
Waktu Wawancara
: 12 Februari 2010
Pukul
: Ba’da Jum’at ( Pukul 14.00 WIB)
Tempat
: Ruang Tamu VIP Masjid
1. Kapan berdirinya Masjid Blok A Tanah Abang? Dan sejarah Pembangunannya serta Apa saja yang melatarbelakanginya? Jawab : Masjid Blok A Tanah Abang berdiri akhir tahun 2005. Setelah terjadinya renovasi besar-besaran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso terhadap pasar TN.Abang dengan menggandeng pengembang Pasar P.T Priamanaya maka terbentuklah sebuah pasar yang Modern,Lux dan nyaman pasar yang berbeda dari yang sebelumnya dengan dilengkapi penunjang-penunjang yang lengkap seperti AC, Lift, Escalator, dan keamanan 24 jam, Bapak H. Djan Farid selaku Pimpinan P.T Priamanaya memutuskan untuk mendirikan masjid di atas lantai 14 (puncak dari gedung Blok A) Pendirian Masjid tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan membuat suatu tempat ibadah yang betul-betul dapat dicontoh gedung-gedung lain yang selamaini meletakkan masjid atau mushollah di tempat yang kurang layak seperti basement yang kumuh dan agak bau karena dekat dengan toilet umum.
2. Bagaimanakah letak geografis Masjid Blok A Tanah Abang? Jawab: Masjid Blok A Tanah Abang terletak di Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang, letak Masjid ini sangat strategis yang berada di persimpangan jalan antara KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan utara, sedangkan dari sebelah timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang masih dalam wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Masjid Blok A Tanah Abang
berada di puncak gedung, yaitu pada lantai 14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141, nama Blok A di gunakan untuk membedakan dari gedung - gedung yang lain.
3. Misi dan visi Masjid blok A Tanah Abang? Jawab : Visi dan Misi dari Masjid Blok A Tanah Abang, adalah: Visi: Menjadikan Masjid sebagai sarana Islam yang berkah, menghimpun dan penggerak kebersamaan dalam meningkatkan iman, ilmu, dan pengamalan menuju kemaslahatan hidup umat khususnya di Pasar Tanah Abang Blok A. Misi: ¾ Mengelola Masjid sebagai pusat Ibadah, ilmu dan peradaban Islam dalam pelayanan sosial. ¾ Menyelenggarakan pembinaan umat yang melahirkan komunitas yang terbaik. ¾ Membangun suasana pasar tanah abang sebagai pasar yang Islami yang diterima masyarakat luas. ¾ Menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islam non formal dalam kehidupan global dan pasar bebas.
4. Bagaimanakah Struktur Kepengurusan Masjid Blok A ? Serta nama-nama pengurus masjidnya? Jawab: Susunan Pengurus Masjid Pasar Tanah Abang Blok A: Pembina
: Bpk. H. Djan Faridz
Pimpinan Umum Gedung Blok A : Ibu Radiza Djan Manager Operasional Masjid
: Bpk. Agil Alatas, S.E
Sekretaris dan Bendahara
: Ibu Fathiyah
Takmir Masjid
Bidang Dakwah dan Peribadatan : Bpk. Ust. Mahdi, S.Ag Bidang Kesra dan Sosial
: Bpk. Ust. Dhomiri, S.Ag
Bidang Pembangunan
: Bpk. Ust. Lutfi
Bidang Umum dan Perlengkapan : Bpk. Ridwan Bpk. Abdurrahman Bpk. Syamsudin Bpk. Abdul Rahim
5. Apa saja Fasilitas yang ada dalam Masjid Blok A Tanah Abang? Jawab: Ruang Ibadah yang Nyaman yang dilapisi oleh Karpet Permaidani serta dilengkapi dengan AC, dan Jam Penunjuk Sholat Fardu Secara Digital, Al-Qur’an yang ditempatkan di setiap pojok ruang ibadah masjid Dan dilengkapi juga dengan Ruang Wudhu dan MCK yang bersih karma terjaga kebersihannya oleh pihak takmir masjid, ruang tamu, ruang sekretariat dan tempat penitipan barang dan sandal / sepatu yang kesemuanya itu demi menunjang kenyamanan pengunjung dalam beribadah serta meningkatkan aktivitas keagamaan di dalam masjid.
6. Apa saja Aktivitas Dakwah yg diselenggarakan oleh Masjid Blok A ? Baik yg rutin mau pun yg kondisional? Jawab: Diantara aktivitas Dakwah yang dilaksanakan oleh pihak Takmir Masjid: Pertama, Pelaksanaan Shalat Fardhu secara Berjamaah Kedua. Pelaksanaan Shalat Jumat secara Berjamaah Ketiga, Menyusun Jadwal Kegiatan selama Bulan Ramadhan Keempat, Pelaksanaan Shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Kelima, Pelaksanaan Penyembelihan Hewan Qurban Keenam, Pelaksanaan Tabligh Akbar pada PHBI Ketujuh, Mengadakan Pengajian Umum setiap Senin Bada Dzuhur Kedelapan, Mengadakan Pengajian TPA dan juga Tahlil bersama Anak Yatim
7. Apa Konsep Dakwah yg diterapkan Masjid blok A ? Jawab : Tentunya memadukan ketiganya yaitu dengan Dakwah Bil Lisan (Ucapan), Dakwah Bil Qolam (Tertulis), dan Dakwah bil Hal (Perbuatan).
8. Usaha atau Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan oleh pihak takmir masjid dalam meningkatkan aktivitas keagamaan di Masjid Blok A Tanah Abang? Jawab: Yaitu dengan 4 Aplikasi: ¾ Aplikasi pada Bidang Program Kegiatan Masjid, yang meliputi Program pada Bidang Dakwah dan Peribadatan, Bidang Kesra dan Sosial, serta Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan Mesjid. ¾ Aplikasi pada Bidang Kepengurusan (Takmir) Masjid, yang meliputi Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Masjid, Memelihara Masjid, dan Mengatur Kegiatan Masjid, serta Rencana Kerja Pengurus Masjid. ¾ Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid, yang meliputi Kebebasan Arsitektur dan Ruang-ruang Masjid. ¾ Aplikasi pada Sikap dan Perhatian para Pengurus Masjid, yang meliputi Keterbukaan, dan Keakraban serta Kesetiakawanan, Memelihara Lingkungan Masjid baik berupa Prasarana dan Suasana Masjid.
9. Menurut Pengamatan Para Pengurus Masjid, Apa sajakah Pengaruh Adanya Masjid Blok A ini dalam meningkatkan Aktivitas Keagamaan ,khususnya buat para Pedagang dan umumnya buat para pengunjung di Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat? Jawab: Masjid Blok A Tanah Abang ini sengaja dibangun untuk memenuhi pelayanan kepada para pengunjung dan pedagang akan fasilitas ibadah yang nyaman dan tidak kumuh yang jarang sekali didapatkan di pusat perbelanjaan atau Mall pada tempat lain, maka dari itu pihak pengelola pasar tanah abang membangun masjid ini yang bertempatkan di Pasar Grosir Terbesar se-Asia Tenggara. Dari fasilitas ibadah yang
nyaman dan bersih inilah membuat para pengunjung dan pedagang semakin rajin akan ibadah dalam masjid, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnah, mengaji, dan juga menghadiri kajian2 tentang keislaman yang diadakan oleh pihak Takmir Masjid. Dan makin banyak juga penampilan para pedagang pada khususnya yang lebih agamis dari segi penampilan serta lebih mengerti akan pemahaman keislaman karma pihak takmir masjid yang mengadakan pengajian setiap bada dzuhur di hari senin, salah satunya kajian ekonomi islam yang mana tema ini sangat mendukung keadaan pedagang akan praktek dan transaksi perdagangan di pasar tanah abang ini agar lebih terjaga dari praktek perdagangan yang haram dan menjadi perdagangan yang islami yang halal dan thayibah.
10. Menurut Pengamatan Pihak Takmir Masjid, Faktor Apa Sajakah yang menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat Perbelanjaan Tanah Abang? Jawab: Berhasil atau suksesnya suatu usaha, tidaklah mungkin terlepas dari faktor-faktor yang mendukungnya begitupun juga dengan manajemen Masjid Blok A dalam pelaksanaan dakwah Islamnya, adalah sebagai berikut: a) Bangunan Masjid yang dibangun dengan megah yang mengadopsi arsitektur bergaya islam klasik yang dipadukan dengan gaya eropa serta dua masjid kebangaan umat islam yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan Masjid Blok A ini juga sangat terjaga akan kebersihannya yang senantiasa bersih dan juga kenyamanannya dalam beribadah yang jauh akan suasana bising sehingga Ibadah pun menjadi sangat nyaman dan khusyu. b) Berlokasi di tempat yang strategis yang berada di pusat perbelanjaan grosir terbesar di asia tenggara yang jamaahnya berasal dari berbagai suku dan ras, jadi jamaah masjid blok a bukan hanya berasal dari lokal tapi juga banyak yang berasal dari luar negeri. c) Fasilitas Masjid yang sangat memadai, diantaranya tempat wudhu dan wc yang bersih, nyaman dan juga banyak sehingga tidak perlu ngantri. Serta tersedianya tempat penitipan sandal dan sepatu, serta sarana lift dan eskelator
yang siap mengantarkan anda menuju lantai atap gedung pasar yang mana lokasi dari Masjid Blok A ini. d) Para pengisi acara masjid yang terpilih dan yang berkualitas serta mempunyai kapasitas untuk menyampaikan sesuai bidangnya. Seperti dari kalangan para Kyai, para Habaib, dan juga Ulama yang terkenal masyarakat luas. e) Dukungan dana yang dimiliki oleh masjid lumayan besar, sehingga setidaknya akan dapat mendanai sendiri dari kegiatan-kegiatan masjid yang berskala besar dan berkelanjutan. f) Adanya dukungan yang antusias dari berbagai pihak, baik dari ekstern maupun intern, yang mana ini merupakan dukungan moril untuk selalu bersemangat dan eksis dalam melaksanakan kegiatan dakwah islam di lingkungan pasar tanah abang.
Hambatan di dalam suatu kegiatan pada hakikatnya merupakan ujian dalam mencapai kemajuan dan untuk perbaikan lebih lanjut, hambatan tersebut kadang dari dalam dan kadang dari luar. Menurut pengamatan penulis yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan aktivitas kegamaan di Masjid Blok A, adalah sebagai berikut: a) Karena keterbatasan luas masjid yang berada di lantai paling atas gedung pasar, jadi terkadang masjid tidak dapat menampung jamaah, yang hanya menampung kurang lebih sekitar 3000 jamaah ini. b) Terbatasnya waktu, dikarenakan jam buka gedung pasar tanah abang blok a yang dimulai dari menjelang dzuhur dan sampai menjelang maghrib. Sehingga kegiatan masjid dilaksanakan di waktu yang sempit. c) Belum adanya Layanan Kesehatan dari Masjid Blok A Tanah Abang dalam melayani jamaah yang kurang mampu berobat ke rumah sakit yang relative besar biayanya. d) Tidak adanya kotak saran masjid, yang berguna untuk menampung saran, pendapat, dan kritik dari jamaah yang dapat disampaikan secara tidak langsung dan tertulis yang akan bermanfaat untuk demi kemajuan masjid dan kepengurusan masjid itu sendiri.
Hasil Wawancara II
Nama
: Ust. Dhomiri dan Ust. Lutfi
Jabatan
: Takmir Masjid Bid.Kesra Sosial dan Bid. Pembangunan
Waktu Wawancara
: 19 Februari 2010
Pukul
: Ba’da Jum’at ( Pukul 14.00 WIB)
Tempat
: Ruang Sekretariat Masjid
1. Apa Sajakah Tugas Takmir Masjid Bid. Kesra dan Sosial? Jawab: Sesuai dengan namanya Bidang Kesra Sosial lebih konsentrasi dalam menangani Kegiatan Masjid yang lebih bersifat social, misalnya dalam pelaksanaan dan membentuk panitia kecil untuk Amil Zakat Fitrah, Infaq dan Shadaqah ketika Bulan Ramadhan datang, serta panitia penyembelihan hewan qurban di saat hari raya Idul Adha dan menyalurkan kepada yang berhak. Serta menggalang dana untuk kepedulian sosial misalnya korban bencana alam.
2. Bagaimanakah penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah Masjid ? Jawab: Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara menyebarkan brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha, yaitu Qurban, Masjid menerima dan menyalurkan hewan kurban. Mekanisme pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan Ramadhan. Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban, masjid pasar tanah abang blok A dalam hal pendistribusian bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Al Qur’an, untuk Daging Kurban, Masjid membagikan hewan
kurban yaitu berupa sapi atau kambing yang akan diserahkan kepada masjid-masjid luar yang ada di sekitar tanah abang. Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada yang terkena musibah dan bencana alam. Dan pengumpulan dana dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung pasar tanah abang blok A. yang kemudian setelah dana terkumpul akan langsung diberikan kepada korban-korban bencana alam, seperti Gempa di Jogja, Sumatra Barat, Sukabumi, dan korban bencana alam lainnya.
3. Apa sajakah tugas Takmir Masjid Bid. Pembangunan? Jawab: Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada beberapa bagian diantaranya: a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid. b) Mengawasi dan merawat kebersihan seluruh fisik masjid dan lingkungannya. c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan. d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid.
4. Bagaimanakah Gaya Arsitektur dari Masjid Tanah Abang Blok A ini? Jawab: Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba, Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet
(permadani) di atas lantainya semakin memperindah ruangan masjid yang hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk berdiri ini. Menyaksikan sekaligus menikmati ruangan dan aneka kaligrafi di dinding masjid membuat hawa sejuk langsung menyelimuti setiap hati para jamaah ataupun pengunjung masjid. Bukan saja karena ruangannya yang full AC di setiap sudutnya, tetapi asma Allah selalu berkumandang dengan lantunan irama yang syahdu. Karena itu, hati jamaah akan senantiasa larut bermunajat kepada Sang Khaliq. Keindahan arsitekturnya membuat orang betah untuk berlama-lama berada di dalamnya dan mengagumi karya anak manusia yang diberikan dari Sang Maha Karya, pemilik keindahan dan keagungan. Allah SWT. Kesan ini menafikan keberadaan tempat ibadah yang dibuat seadanya di berbagai pusat perbelanjaan, bahkan hotelhotel berbintang sekalipun. Bila di lokasi seperti ini masjid hanya menjadi sekadar memenuhi persyaratan untuk umat Islam, sebaliknya di Pasar Blok A Tanah Abang, tempat ibadah ditempatkan pada posisi yang sesungguhnya, yakni tinggi, indah, bersih, dan mewah. Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem. Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian
belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut. Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu. Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh, nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. AlQur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas kakinya.