BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai hasil kuesioner dan pendapat para pelanggan Elsari mengenai brownies Elsari serta kepuasan mereka membeli produk brownies Elsari. Setelah itu akan dibahas mengenai analisa kelayakan bisnis dan terakhir akan dilakukan analisa SWOT pada industri kecil Elsari. 5.1 Data Umum Pelanggan Elsari Pada Tabel 6 dapat kita lihat data umum konsumen dari pelanggan brownies Elsari. Jumlah konsumen yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 65 responden namun yang mengembalikan sejumlah 55 responden. Dari 55 responden dipilih 50 responden berdasarkan kelengkapan dalam pengisian kuesioner. a.
Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen adalah perempuan dengan prosentase sebesar 64%. Hal ini berkaitan dengan jenis barang yang diteliti berupa kue/brownies (makanan) dimana yang berbelanja umumnya wanita dan adanya peran seorang isteri di dalam rumah tangga didalam menyiapkan hidangan makanan bagi keluarga. Hasilnya mungkin akan lain bila yang diteliti mengenai peralatan mesin yaitu barang bersifat maskulin yang biasanya dilakukan/diminati oleh laki-laki. Tabel 6 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah
b.
Jumlah (orang) 18 32 50
Persentase (%) 36.0 64.0 100.00
Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan Sebagian besar dari konsumen yang diwawancara mempunyai status menikah (66%), 26% belum menikah dan 4% duda/janda.
51
Data ini mendukung data sebelumnya di atas bahwa sebagian besar konsumen berstatus sebagai seorang isteri, dimana dalam status sosial dituntut peran seorang isteri dalam menyiapkan atau menentukan hidangan makanan bagi keluarga. Pelanggan yang telah menikah (suami/isteri) umumnya membeli brownies dua kali atau lebih dalam sebulan. Tabel 7 Data Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Belum menikah Menikah Duda/Janda
Jumlah
c.
Jumlah (orang)
Persentase (%)
13 33 4
50
26.0 66.0 8.0
100.0
Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan Pada Tabel 8 terlihat bahwa konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebanyak 44%, tingkat pendidikan Diploma/Akademi dan Sarjana masing-masing sebanyak 28% dan 24%, sisanya berpendidikan SLTP 2% dan Pascasarjana 2%. Tabel 8 Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan Status Pendidikan terakhir
SD SLTP SLTA Diploma/Akademi Sarjana Pasca sarjana
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
0 1 22 14 12 1
50
0.0 2.0 44.0 28.0 24.0 2.0
100.0
Namun bila dikelompokkan berdasarkan konsumen yang telah mengecap pendidikan di perguruan tinggi dan yang tidak/belum belajar di perguruan tinggi diperoleh hasil jumlah pelanggan yang telah mengecap pendidikan di perguruan tinggi sebanyak 54% konsumen dan sisanya 46% adalah mereka yang tidak/belum belajar di perguruan
52
tinggi. Sehingga kelompok yang pernah mengecap pendidikan di Perguruan Tinggi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kelompok berpendidikan SLTA ke bawah. Biasanya mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi lebih selektif dan kritis di dalam memilih produk. Dengan melihat persentase tersebut produk brownies ini telah mendapat perhatian dari kelompok ini, maka hal-hal seperti label halal, merk, dan kemasan menjadi penting untuk diperhatikan oleh Elsari. Namun tetap harus diperhatikan, secara umum produk brownies Elsari mempunyai pelanggan berpendidikan SLTA ke atas. Pangsa Pasar Berdasarkan hasil survei seperti yang terlihat pada Tabel 9 maka pekerjaan konsumen terbanyak berasal dari kalangan pegawai swasta (38%), diikuti oleh pegawai negeri (26%). Peringkat selanjutnya adalah ibu rumah tangga (16%), wirausaha (14%), pelajar/mahasiswa (4%) dan pensiunan (2%). Dengan demikian pelanggan Elsari sebagian besar berasal dari kalangan pegawai yaitu sebesar 64% dari konsumen. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak manajemen Elsari di dalam merencanakan penjualan produknya. Tabel 9 Data Konsumen Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Berwiraswasta/wirausaha Pensiunan Ibu Rumah Tangga Lainnya: ..........................
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 13 19 7 1 8 0
50
4.0 26.0 38.0 14.0 2.0 16.0 0.0
100.0
Dari hasil survei diperoleh data bahwa pelanggan Elsari terbanyak adalah pelanggan yang mempunyai pendapatan dalam sebulan diantara Rp 1 juta sampai dengan Rp. 2 juta sebesar 42% dari konsumen. Namun apabila kelompok pendapatan dibagi menjadi kelompok pendapatan di bawah Rp. 2
53
juta, kelompok menengah dengan pendapatan diantara Rp. 2 juta s.d. Rp. 5 juta dan kelompok pendapatan di atas Rp. 5 juta maka akan didapat masingmasing prosentase sebesar 52%, 38% dan 10%. Dilihat dari hasil tersebut mayoritas pelanggan Elsari terutama berasal dari kelompok menengah ke bawah (pendapatan sampai dengan Rp. 5 juta) namun dari kelompok berpenghasilan diatas kelompok menengah (pendapatan Rp. 5 juta keatas) telah pula membeli produk ini dengan prosentase sebesar 10%. Bila dikaitkan dengan tujuan pemilik Elsari yang menginginkan produk Elsari ditujukan bagi kalangan menengah namun masih bisa dijangkau oleh kalangan bawah maka tujuan tersebut tercapai. Dengan demikian harga produk masih dapat diterima di kalangan menengah ke bawah. Namun demikian berdasarkan pengelompokan pada Tabel 10 maka kelompok yang berpendapatan diantara Rp.1 juta dan Rp. 2 juta merupakan pelanggan dominan Elsari yaitu mencapai 42% dibandingkan dengan kelompok lainnya yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian manajemen Elsari terutama bila akan melakukan kebijakan menaikkan harga. Tabel 10 Data Konsumen Berdasarkan Pendapatan dalam Sebulan Pendapatan dalam sebulan < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 — Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.001 — Rp.3.000.000 Rp. 3.000.001 — Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.000 — Rp. 5.000.000 > Rp. 5.000.000
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5 21 8 8 3 5
50
10.0 42.0 16.0 16.0 6.0 10.0
100.0
Untuk melihat hal tersebut maka pada Tabel 11 dapat dilihat tanggapan konsumen mengenai harga brownies Elsari. Sebagian besar konsumen (74% konsumen) berpendapat bahwa harga brownies Elsari cukup murah dan hanya 12% konsumen yang menyatakan bahwa brownies Elsari murah, sedangkan sisanya 14% menyatakan harga brownies Elsari mahal. Dengan mayoritas pelanggan menyatakan cukup
54
murah (sedang) maka harga jual produk masih aman dan masih dapat diterima namun manajemen Elsari tetap harus berhati-hati di dalam menaikkan harga, karena dikhawatirkan bila pendapat konsumen bergeser menilai produk menjadi ’mahal’, mereka akan memilih produk lain yang lebih kompetitif atau beralih membeli produk substitusi. Tabel 11 Tanggapan Konsumen atas Harga Brownies Elsari Harga Brownies Elsari Mahal Cukup Murah Murah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
7 37 6
Jumlah
50
14.0 74.0 12.0
100.0
Sebanyak 30% konsumen pelanggan Elsari mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan lebih dari Rp. 2 juta, urutan kedua yaitu sebanyak 28% konsumen mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 500 ribu sampai dengan Rp. 1 juta. Konsumen yang mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 1.5 juta s.d. Rp. 2 juta sebanyak 18%, urutan selanjutnya adalah konsumen yang mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 1 juta
s.d. Rp. 1.5 juta sebanyak 16%, dan terakhir konsumen yang
mempunyai pengeluaran di bawah Rp. 0.5 juta sebanyak 8%. Bila diperhatikan maka pelanggan Elsari yang mempunyai pengeluaran lebih dari Rp.1.5 juta sebanyak 48%, para pelanggan ini tentunya dapat menjadi pangsa pasar potensial bagi industri kecil Elsari. Industri kecil Elsari harus berupaya bagaimana agar kelompok ini membelanjakan biaya pengeluaran yang biasanya digunakan untuk membeli konsumsi kue merk lain sekarang digunakan untuk membeli lebih banyak produk Elsari, salah satunya adalah dengan melakukan promosi kepada kelompok ini dan melakukan pengembangan produk, membuat kreasi/inovasi baru sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan dan merasa tertarik untuk membeli salah satu produk Elsari.
55
Tabel 12 Data Konsumen Berdasarkan Pengeluaran Ratarata dalam Sebulan Pengeluaran rata-rata konsumen dalam sebulan (di luar cicilan rumah dan mobil) < Rp. 500.0000 Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 - Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.001 - Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
4 14 8 9 15
8.0 28.0 16.0 18.0 30.0
50
100.0
Data di atas ditunjang dengan hasil survei dimana pelanggan berpendapat bahwa keragaman dan variasi produk ini maka menurut 48% konsumen dinyatakan cukup beragam, 32% menyatakan beragam dan 14% konsumen yang menyatakan kurang beragam. Tanggapan konsumen sebenarnya telah di atas rata-rata, hal ini menjadi modal/keuntungan bagi Elsari pada saat menawarkan produk kepada pelanggannya sehingga diharapkan semakin banyak pembelian oleh para pelanggan Elsari. Namun demikian yang menyatakan ‘cukup beragam’ dan ‘kurang beragam’ jumlahnya cukup banyak (62%) juga sehingga Elsari diharapkan bisa menghasilkan lebih beragam produk lagi. Dari perhitungan tingkat kinerja maka keragaman dan variasi produk Elsari dibawah rataan (lihat Lampiran 2). Tabel 13 Tanggapan Konsumen atas Keragaman dan Variasi Produk Keragaman dan Variasi Produk Sangat Beragam Beragam Cukup Beragam Kurang Beragam Tidak Beragam Jumlah
Jumlah (orang) 3 16 24 7 0 50
Persentase (%) 6.0 32.0 48.0 14.0 0.0 100.0
56
5.2 Tanggapan Pelanggan Elsari terhadap Produk Brownies Elsari Pada saat survei ditanyakan kepada konsumen beberapa hal berkenaan dengan produk brownies industri kecil Elsari. Tanggapan dari konsumen tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 sd Tabel 18 di bawah ini. a.
Tanggapan Konsumen terhadap Citarasa Brownies Elsari Sebanyak 44% Konsumen berpendapat bahwa brownies Elsari memiliki citarasa kelezatan yang lezat dan 50% konsumen menyatakan cukup lezat. Sisanya 4% menyatakan citarasa kelezatan Brownies Elsari sangat lezat dan 2% menyatakan kurang lezat. Kecenderungan tanggapan konsumen 94% berada pada kisaran pendapat ‘lezat’ dan ‘cukup lezat’, hal ini memperlihatkan bahwa citarasa kelezatan brownies Elsari sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka citarasa produk Elsari sudah di atas rataan (lihat lampiran 2). Tabel 14 Tanggapan Konsumen atas Citarasa Kelezatan Brownies Elsari Citarasa Kelezatan Brownies Elsari Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat
Tanggapan
Persentase (%)
2 22 25 1 0
Jumlah
b.
Jumlah (orang)
Konsumen
50
terhadap
Kelezatan
4.0 44.0 50.0 2.0 0.0
100.0
Brownies
Elsari
Dibandingkan Produk Lain. Bila dibandingkan dengan brownies merk lainnya maka jumlah konsumen yang menyatakan brownies Elsari cukup/sama lezat sebanyak 62%. Tigapuluh dua persen (32%) konsumen menyatakan brownies Elsari lezat dan sisanya hanya 4% konsumen menyatakan sangat/lebih lezat dibandingkan dengan brownies merk lainnya,
57
sedangkan 2% konsumen menyatakan kurang lezat dibandingkan dengan brownies merk lainnya. Tabel 15 Tanggapan Konsumen atas Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain Kelezatan Brownies Elsari
Dibandingkan Produk Lain Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 16 31 1 0
Jumlah
50
4.0 32.0 62.0 2.0 0.0
100.0
Dengan demikian Industri kecil Elsari harus lebih meningkatkan kelezatan produknya karena lebih dari setengah konsumen (62%) menyatakan brownies Elsari cukup atau sama lezatnya dengan produk sejenis lainnya, sehingga masih ada kemungkinan pelanggan brownies Elsari memilih produk sejenis merk lainnya. Data dapat diperoleh dengan cara melakukan riset pasar untuk mengetahui citarasa yang diinginkan pelanggan dan menampung informasi balik yang dikeluhkan pelanggan untuk dievaluasi. Dari perhitungan tingkat kinerja maka Kelezatan Brownies Elsari dibandingkan Produk Lain masih di bawah rataan (lihat lampiran). c.
Tanggapan Konsumen terhadap Aroma Brownies Elsari Aroma brownies Elsari dinilai harum oleh lebih dari setengah jumlah konsumen yaitu sebanyak 56% konsumen, 38% konsumen menyatakan cukup harum. Hasil survei memperlihatkan tanggapan konsumen atas aroma brownies Elsari sudah baik dan harus tetap dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka aroma produk Elsari berada di atas rataan (lihat lampiran).
58
Tabel 16 Tanggapan Konsumen atas Aroma Brownies Elsari Aroma Brownies Elsari Sangat harum Harum Cukup harum Kurang harum Tidak harum
2 28 19 1 0
Jumlah
d.
Jumlah (orang)
50
Persentase (%) 4.00 56.00 38.00 2.00 0.00
100.0
Tanggapan Konsumen terhadap Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain. Ukuran brownies Elsari dibandingkan dengan ukuran brownies merk lain, mayoritas konsumen menyatakan sama besar (74%). Sedangkan yang menyatakan ‘sedikit lebih besar’ dan yang menyatakan ‘sedikit lebih kecil’ persentasenya sama yaitu 12%, yang menyatakan lebih besar sebanyak 2% dan tidak ada yang menyatakan lebih kecil. Tabel 17 Tanggapan Konsumen atas Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain Ukuran Brownies Elsari dari Brownies Lain Lebih besar sedikit lebih Besar sama besar sedikit lebih kecil Lebih kecil
Jumlah
Jumlah (orang) 1 6 37 6 0
50
Persentase (%) 2.0 12.0 74.0 12.0 0.0
100.0
Bila dilihat dari sisi besarnya ukuran produk maka ukuran yang dihasilkan selama ini sudah mencukupi kecuali pihak manajemen memandang lain merasa perlu diubah karena suatu alasan misalnya untuk meningkatkan daya saing ukuran brownies diperbesar atau sebaliknya misalnya karena faktor bahan baku yang meningkat sehingga perlu mengurangi sedikit ukuran kue dengan pertimbangan harga masih tetap terjangkau. Dari perhitungan tingkat kinerja maka ukuran produk Elsari berada di bawah rataan tingkat kinerja lainnya sehingga faktor ini dapat
59
menjadi prioritas rendah bila konsumen tidak terlalu memperhatikan hal tersebut dan menjadi prioritas utama bila ternyata konsumen menginginkan ukuran yang lebih besar. e.
Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari Sedangkan mengenai daya tahan produk 54% konsumen menyatakan daya tahan brownies Elsari baik. Tiga puluh enam persen (36%) konsumen menyatakan cukup baik. Enam persen menyatakan sangat baik. Hanya 4% yang menyatakan daya tahan brownies Elsari kurang baik. Hal ini menunjukkan daya tahan produk Elsari telah mengalami perbaikan dan harus tetap dipertahankan. Namun demikian harus diwaspadai kejadian di tahun 2005 dimana daya tahan produk menurun drastis dan banyak mengalami retur (pengembalian produk dari counter penjualan). Pendistribusian pada hari yang tepat dapat menjadi suatu pertimbangan bagi pihak manajemen sehingga diharapkan produk dapat cepat terserap pasar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pendistribusian dilakukan sedemikian rupa sehingga produk dapat tersedia pada hari-hari dimana biasanya ramai terjadi transaksi pembelian yaitu umumnya pada hari Jum’at sore sampai dengan hari Minggu yang umumnya merupakan waktu puncak pembelian (peak day) dalam seminggu. Dari perhitungan tingkat kinerja maka daya tahan brownies Elsari berada di atas rataan (lihat lampiran). Tabel 18 Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari Daya Tahan Brownies Elsari Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik
Jumlah (orang) 3 27 18 2 0
Jumlah
50
Persentase (%) 6.0 54.0 36.0 4.0 0.0
100.0
60
5.3 Perilaku Pembeli dan Pemasaran Produk Bila dilihat dari jumlah konsumen di atas maka pelanggan yang bekerja di kantor sebanyak 64% yaitu dari kalangan pegawai negeri dan pegawai swasta. Kecuali pada hari Sabtu dan Minggu, pada hari kerja waktu untuk berbelanja bagi kelompok ini terbatas pada saat jam istirahat kantor dengan waktu terbatas dan pada saat pulang kantor. Hal ini harus mendapat perhatian dari pihak Elsari yaitu dengan menempatkan produk pada lokasi-lokasi counter yang strategis dan mudah dicapai. Tempat lain yang dapat dipertimbangkan adalah rumah makan atau tempat yang sering dikunjungi karyawan pada saat makan siang. Untuk menampung kemungkinan karyawan membeli setelah pulang kerja maka sebagian produk sebaiknya ditempatkan pada counter-counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor. Apabila dilihat dari hasil survei maka hasil tersebut memperlihatkan 18% konsumen merasa sangat mudah mendapatkan produk, 44% merasa mudah memperoleh brownies Elsari., dan 38% menyatakan cukup mudah memperoleh brownies Elsari. Bahkan 18% menyatakan sangat mudah memperoleh produk tersebut. Hal survei ini memperlihatkan bahwa produk Elsari dapat diperoleh dengan mudah oleh pelanggannya, setidaknya hal ini harus dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor Kemudahan Memperoleh Produk berada di atas rataan (lihat lampiran). Tabel 19 Tanggapan Konsumen Memperoleh Produk Kemudahan untuk memperoleh produk Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Kurang Mudah Tidak Mudah Jumlah
atas Jumlah (orang)
9 22 19 0 0 50
Kemudahan Persentase (%) 18.0 44.0 38.0 0.0 0.0 100.0
Namun demikian usaha di atas tentunya dapat dipertimbangkan sehingga diharapkan jumlah pembeli meningkat dengan adanya kemudahan
61
di dalam menemukan produk sehingga prosentase pelanggan yang menyatakan ‘mudah’ meningkat dan yang menyatakan ‘cukup mudah’ menurun beralih kepada pendapat ‘mudah’. Tabel 20 memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap tempat pembelian yang sering mereka lakukan. Umumnya mereka membeli brownies Elsari di counter/toko (60%), di industri Elsari Jl. Pondok Rumput (22%) atau melalui teman kantor & saudara (16%). Dengan demikian jumlah yang membeli di counter mendominasi dari tempat pembelian lainnya, bahkan dari pembeli yang membeli langsung ke industri kecil Elsari sendiri. Hal ini dikarenakan pemasaran lebih diorientasikan pada counter-counter. Tabel 20 Tanggapan Konsumen Brownies Elsari Dimana anda sering membeli Elsari? Di counter/toko (Roti Venus, Gepuk Karuhun, RM Palem, TK. Buah Fortune, dll.) Di industri Elsari Jl. Pondok Rumput Melalui teman kantor, saudara Lainnya : ……………… Jumlah
atas
Lokasi
Jumlah (orang)
30 11 8 1 50
Pembelian Persentase (%)
60.00 22.00 16.00 2.00 100.0
Bila dilihat dari kebiasaan dan perilaku pembeli maka umumnya konsumen membeli secara tidak menentu (68%), tetapi ada pula yang teratur membeli satu kali dalam sebulan (4%), dua kali dalam sebulan (10%) dan lebih dari dua kali dalam sebulan (18%). Tabel 21 Tanggapan Konsumen atas Frekuensi Pembelian Brownies Elsari Berapa kali dalam sebulan anda membeli brownies Elsari? 1 kali 2 kali Lebih dari dua kali Tidak menentu Jumlah
Jumlah (orang)
2 5 9 34 50
Persentase (%) 4.00 10.00 18.00 68.00 100.0
62
Mereka umumnya (82%) telah membeli lebih dari dua kali brownies Elsari, selebihnya (18%) telah membeli brownies dua kali seperti yang terlihat pada Tabel 22. Melihat hal ini yaitu frekuensi pembelian yang tidak menentu dalam satu bulan bisa disebabkan kurangnya promosi yang dilakukan oleh pihak marketing Elsari atau target pemasaran masih pada golongan ekonomi menengah dimana kemungkinan membeli brownies lebih dari dua kali sebulan kurang dimungkinkan karena terbentur pada kebutuhan lain yang lebih utama. Tabel 22 Tanggapan Konsumen atas Pernah Tidaknya Membeli Brownies Elsari Berapa kali anda pernah membeli brownies Elsari? 1 kali / pertama kali 2 (dua) kali Lebih dari dua kali
Jumlah (orang)
0 9 41
Persentase (%) 0.00 18.00 82.00
Berdasarkan hasil survei pada Tabel 23, informasi yang mereka dapatkan pertama kali berasal dari teman (38%), secara coba-coba (34%), marketing Elsari (20%) dan Saudara/kerabat keluarga (8%). Sebagai suatu catatan bahwa marketing Elsari hanya mendapatkan 20% dan perilaku pembeli seperti disebutkan di atas 68% konsumen masih membeli secara tidak menentu sehingga sebaiknya usaha marketing Elsari ditingkatkan. Tabel 23 Tanggapan Konsumen atas didapatnya informasi Brownies Elsari pertama kali Dari mana Anda mendapatkan informasi brownies pertama kali?
Jumlah
Saudara/kerabat keluarga Teman Marketing Elsari Coba-coba /Mencoba membeli secara tidak sengaja Jumlah
4 19 10
8.00 38.00 20.00
17 50
34.00 100.0
(orang)
Persentase (%)
Bentuk kemasan brownies Elsari menurut 56% konsumen kemasan tersebut praktis & menarik dan sebanyak 36% menyatakan cukup praktis &
63
menarik. Dengan demikian desain kemasan produk Elsari yang telah ada sekarang dapat terus dipertahankan. Tabel 24 Tanggapan Konsumen atas Kemasan Brownies Elsari Kemasan Brownies Elsari
Jumlah (orang)
Sangat praktis & menarik Praktis & menarik Cukup praktis & menarik Kurang praktis & menarik Tidak praktis & menarik
3 28 18 1 0
Jumlah
50
Persentase (%) 6.0 56.0 36.0 2.0 0.0
100.0
Merk Elsari menurut 40% konsumen sudah sangat dikenal (6%) dan dikenal (34%). Sedangkan 48% konsumen menyatakan merk Elsari cukup dikenal (rata-rata). Terdapat 2% yang menyatakan baru mengetahui produk Elsari. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pemilik dan marketing Elsari untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor Merk berada di bawah rataan (Lampiran 2). Tabel 25 Tanggapan Konsumen atas Merk Brownies Elsari Merk Brownies Elsari Sangat dikenal Dikenal Cukup Dikenal Kurang Dikenal Tidak Dikenal/ Baru tahu
Jumlah (orang)
3 17 24 5 1
Persentase (%) 6.0 34.0 48.0 10.0 2.0
Tabel 26 memperlihatkan tanggapan konsumen atas promosi yang dilakukan oleh IK Elsari. Empatpuluh empat persen (44%) konsumen menyatakan promosi Elsari sedang/biasa saja, 24% konsumen menyatakan sering dan 14% menyatakan jarang, bahkan 10% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian Elsari diharapkan meningkatkan promosi dan iklan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor promosi berada di bawah rataan.
64
Tabel 26 Tanggapan Konsumen atas Promosi Brownies Elsari Jumlah
Promosi
(orang)
Sangat Sering Sering Sedang / Biasa saja Jarang Tidak pernah
4 12 22 7 5
Persentase (%) 8.0 24.0 44.0 14.0 10.0
Selain merk, maka label halal menurut 56% konsumen sangat penting, 24% konsumen menyatakan penting, dan 18% konsumen menyatakan cukup penting hanya 2% yang menyatakan tidak penting. Dengan demikian adanya label tersebut harus terus dipertahankan ada pada kemasan Elsari. Hasil perhitungan tingkat kinerja maka faktor Label Halal berada di atas nilai rataan. Tabel 27 Tanggapan Konsumen atas Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari
Jumlah (orang)
Sangat penting / yang pertama diperhatikan Penting Cukup penting Kurang penting Tidak penting
28 12 9 0 1
Jumlah
50
Persentase (%) 56.0 24.0 18.0 0.0 2.0
100.0
Tingkat Kepuasan Pelanggan Mengenai kepuasan membeli produk maka dari hasil survei melalui kuesioner ini didapat 60% konsumen menyatakan cukup puas, 36% konsumen menyatakan puas. Sehingga hanya 38% yang menyatakan di atas rata-rata (cukup puas) yaitu 2% konsumen merasa sangat puas dan 36% konsumen
menyatakan
puas.
Sehingga
menjadi
tantangan
untuk
meningkatkan rating kepuasan membeli produk brownies Elsari menjadi ‘puas’. Hasil perhitungan tingkat kinerja menunjukan faktor Kepuasan Membeli Produk masih berada di bawah nilai rataan.
65
Tabel 28 Tanggapan Konsumen atas Kepuasan Membeli Produk Kepuasan membeli produk Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 18 30 0 1 50
2.0 36.0 60.0 0.0 2.0 100.0
Pelayanan karyawan Elsari dalam melayani konsumen menurut konsumen, 44% menyatakan pelayanan cukup ramah/sopan dan 40% menyatakan ramah/sopan sementara 16% menyatakan sangat ramah dan sopan. Keramahan dan kesopanan karyawan ini diharapkan dapat dipertahankan dan akan lebih baik bila dapat ditingkatkan. Hasil perhitungan tingkat kinerja menunjukan faktor Keramahan dan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari sudah berada di atas nilai rataan. Tabel 29 Tanggapan Konsumen atas Keramahan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari Keramahan dan kesopanan Sangat Ramah / Sopan Ramah / Sopan Cukup Ramah / Sopan Kurang Ramah / Sopan Tidak Ramah / Sopan Jumlah
Jumlah (orang)
dan
Persentase (%)
8 20 22 0 0 50
16.0 40.0 44.0 0.0 0.0 100.0
Kepuasan pelanggan perlu ditingkatkan atau minimal dipertahankan dikarenakan menurut konsumen terdapat produk sejenis yang merupakan saingan terdekat brownies Elsari, mayoritas menyatakan bahwa brownies Amanda merupakan saingan terdekat Elsari (72%), kemudian disusul oleh brownies Kartika Sari (16%) dan merk brownies lainnya (6%), sedangkan yang menyatakan brownies Elsari tidak ada saingan hanya 6%.
66
Tabel 30 Tanggapan Konsumen atas Produk Brownies yang Merupakan Saingan Terdekat Elsari Menurut Anda produk brownies mana yang merupakan saingan terdekat Elsari? Brownies Kartika Sari Brownies Amanda Tidak ada saingan Brownies ..............
Jumlah (orang)
8 36 3 3
Persentase (%) 16.00 72.00 6.00 6.00
Dengan demikian hal-hal yang dapat dipertimbangkan untuk mendapat perhatian dari IK Elsari adalah mengenai penentuan harga produk, lebih meningkatkan kelezatan produk dibanding produk sejenis lain, ukuran brownies, peningkatan promosi, lebih mengenalkan Merk pada khalayak, menciptakan lebih banyak keragaman dan variasi produk, serta meningkatkan kepuasan pelanggan dalam membeli produk.
67
5.4 Analisa Kelayakan Usaha Industri Kecil Brownies Elsari ASPEK KEUANGAN Pada bagian ini akan dibahas analisa kelayakan usaha dari industi kecil Elsari. Untuk menghitung analisa kelayakan usaha dari Industri Kecil Brownies Elsari dengan menggunakan kriteria investasi : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C ratio dan Payback Period maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai Biaya Investasi yang telah dikeluarkan oleh Industri Kecil Elsari dari awal berdiri hingga sekarang, Biaya Operasional / Produksi, Biaya Bunga Pinjaman, Biaya Penyusutan dan biayabiaya lainnya (Biaya Administrasi, Biaya Overhead). Menurut Volume Produksi maka Biaya dapat dibagi menjadi Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) dimana besar dari Biaya Tetap tidak dipengaruhi oleh volume produksi sedangkan Biaya Tidak Tetap tergantung dari volume produksi. Biaya Total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (Fixed Cost) dengan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost). 1. Biaya Investasi Awal dan Aset Elsari
Pada awal usaha industri kecil Elsari mempunyai modal sebesar tiga juta rupiah. Uang tersebut dipergunakan sebagai modal awal untuk usaha. Modal tersebut diinvestasikan dalam bentuk aset/barang yaitu berupa peralatan untuk keperluan produksi (bila berdasarkan umur ekonomisnya sebagian berupa aset tetap tetapi sebagian merupakan supply karena umurnya kurang dari satu tahun) dan perlengkapan kantor. Aset Industri Kecil Elsari pada awal usaha adalah sebagai berikut : 1 (satu) buah unit kompor gas, 1 (satu) buah meja produksi yang terbuat dari kayu, 2 (dua) unit mixer kecil, 50 loyang, 2 (dua) unit oven duduk biasa, satu buah meja tulis dan dua buah kursi kerja seperti terlihat pada Tabel 31. Dengan investasi tersebut dapat dihasilkan produk brownies sebesar 600 box per bulan. Sistem pemasaran masih door to door dari satu komplek perumahan ke komplek perumahan lainnya.
68
Tabel 31 Modal awal (investasi) Industri Kecil Brownies Elsari Tahun 2003 ASET Kompor gas Meja Produksi Kayu Mixer Kecil Loyang Oven duduk biasa Meja Tulis Kursi Sumber : IK Elsari, 2009
Satuan
Jumlah Aset
unit
1
buah unit buah unit buah buah
1 2 50 2 1 2
Jumlah aset dari industri kecil Elsari dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 32 sampai dengan Tabel 35. Tabel 32 memperlihatkan jumlah aset Industri Kecil Elsari secara kumulatif dari tahun 2003 s.d. tahun 2009. Nilai kumulatif tiap tahun dari aset tersebut dapat dilihat pada Tabel 33. Pada Tabel-tabel tersebut aset dibagi dalam dua kelompok yaitu Aset Tidak Bergerak dan Aset Bergerak (Kendaraan Bermotor) Besarnya Investasi IK Elsari per tahun dapat dilihat pada Tabel 35. Sedangkan untuk melihat besarnya penambahan biaya investasi yang dilakukan tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19 dimana investasi/aset dikelompokkan kedalam : peralatan dan mesin produksi,
perlengkapan
kantor,
dan
supply
(barang
penunjang
produksi/barang pakai habis/persediaan karena umurnya maksimum satu tahun). Umur ekonomis dari peralatan tersebut dan Nilai Sisa diakhir umur ekonomisnya dapat dilihat pada Table 34. Umur ekonomis ini didapat dari hasil wawancara dengan pemilik IK Elsari berdasarkan pengalaman selama lebih dari lima tahun menjalankan usaha dan sebagian lainnya merupakan asumsi yang diambil. Asumsi yang dipakai untuk umur ekonomis dan Nilai Sisa barang adalah sebagai berikut : a. Kendaraan Bermotor = 5 tahun, Nilai Sisa = 80% dari harga awal.
69
b. Komputer = 3 tahun, Nilai Sisa = 50% dari harga awal dengan alasan cepatnya perkembangan teknologi komputer sehingga Nilai Sisa cenderung cepat turunnya. c. Kulkas = 3 tahun, Nilai Sisa = 25% dari harga awal d. Meja dan Rak terbuat dari stainless steel = 10 tahun. Nilai Sisa = 50% dari harga awal, dengan alasan meja/rak stainless steel pada umur tersebut masih mempunyai nilai jual cukup baik karena terbuat dari bahan stainless steel dan mempunyai kekuatan yang baik. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari Jumlah Kumulatif Aset pada Tahun (buah):
ASET 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Kompor gas
1
2
4
6
6
6
6
Meja Produksi Kayu
1
2
3
3
3
3
3
Meja Produksi Stainless Steel
-
-
-
-
-
2
2
Rak kayu
-
2
3
4
4
4
4
Rak stainless steel
-
-
-
-
-
2
2
Kulkas
-
1
1
1
1
1
1
Mixer Besar
-
-
1
1
1
1
1
Mixer Kecil
2
4
5
5
5
4
4
Loyang
50
200
300
600
500
500
500
Oven berdiri
-
-
1
1
1
2
2
Oven duduk biasa
2
4
4
4
4
4
4
Oven duduk kukus stainless steel
-
-
-
-
-
2
2
Oven Brownies Stainless Steel
-
-
-
-
-
8
8
Komputer
-
1
1
1
1
2
2
Meja Tulis
1
3
6
5
6
7
7
Kursi
2
5
6
6
6
6
6
I. ASET TIDAK BERGERAK
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor
-
1
2
3
4
3
3
Mobil Hijet
-
1
-
-
-
-
-
Mobil Carry
-
-
1
1
1
1
1
Mobil APV
-
-
-
1
1
1
1
Mobil Suzuki Carry Box
-
-
-
-
-
-
1
70
e. Nilai sisa untuk barang-barang lain yang rusak setelah umur ekonomis dianggap tidak mempunyai nilai sisa (nilai sisa = 0) f. Besarnya penyusutan ditentukan dengan Metode straight line. Proyeksi penyusutan investasi industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 14a. Pada Lampiran tersebut, untuk tahun 2008 masih terdapat beberapa aset yang belum mencapai nilai ekonomisnya sehingga pada tahun tersebut masih mempunyai nilai sisa. Tabel 33 Nilai Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari
No.
Nilai Kumulatif Aset pada Tahun ( dalam ribuan rupiah)
Uraian 2003
A
2004
2005
2006
2007
2008
2009
BIAYA INVESTASI I. ASET TDK BERGERAK Kompor gas
300
600
1,200
1,800
1,800
1,800
1,800
Meja Produksi Kayu
250
500
750
750
750
750
750
Meja Produksi Stainless Steel
-
-
-
-
-
8,000
8,000
Oven berdiri
-
-
3,000
3,000
3,000
6,000
6,000
Mixer Besar
-
-
3,000
3,000
3,000
3,000
3,000
1,000
2,000
2,500
2,500
2,500
2,000
2,000
Loyang
300
1,200
1,800
3,600
3,000
3,000
3,000
Kulkas
-
2,000
2,000
2,000
500
500
500
500
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Mixer Kecil
Oven duduk biasa Oven duduk kukus stainless steel Rak kayu
-
-
-
-
-
1,000
1,000
-
400
600
800
800
800
800
Rak stainless steel
-
-
-
-
-
8,000
8,000
Oven Brownies Stainless Steel
-
-
-
-
-
4,000
4,000
Komputer
-
3,000
3,000
3,000
3,000
6,000
6,000
Meja Tulis
500
1,500
3,000
2,500
3,000
3,500
3,500
Kursi
600
1,500
1,800
1,800
1,800
1,800
1,800
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor
-
12,500
25,000
37,500
50,000
37,500
37,500
Mobil Hijet
-
12,000
-
-
-
-
-
Mobil Carry
-
-
85,000
85,000
85,000
85,000
85,000
Mobil APV
-
-
-
117,000
117,000
117,000
117,000
Mobil Suzuki Carry Minibus
-
-
-
-
-
-
77,000
3,450
38,200
133,650
265,250
276,150
298,650
375,650
Jumlah Sub Total B =
Total Biaya Investasi
71
Tabel 34
Umur Ekonomis Aset Industri Kecil Brownies Elsari
Nama Barang
Umur Ekonomis Barang
Harga satuan ( x Rp. 1000)
Nilai Sisa ( x Rp. 1000)
I. ASET TIDAK BERGERAK Kompor gas Meja Produksi Stainless Steel Oven berdiri Mixer Besar Mixer Kecil Loyang Kulkas Oven duduk kukus stainless steel Rak stainless steel Oven Brownies Stainless Steel Komputer Meja Tulis Kursi
2 10 1 2 6 1 3
thn thn *) thn thn bln thn thn
300 4,000 3,000 3,000 500 6 2,000
2,000 500
1 10 1 3 10 10
thn thn *) thn thn *) thn thn
500 4,000 500 3,000 500 300
2,000 1,500 -
thn *) thn *) thn *) thn *) thn *)
12,500 12,000 85,500 117,000 77,000
10,000 9,600 68,400 93,600 61,600
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor Mobil Hijet Mobil Carry Mobil APV Mobil Suzuki Carry Minibus
5 5 5 5 5
Keterangan : *) berdasarkan asumsi
Di dalam analisa loyang dianggap mempunyai umur ekonomis maksimum satu tahun, hal ini dikarenakan kondisi perlakuan di pabrik berbeda dengan di rumah, demikian pula untuk kondisi loyang yang berkarat tidak dipakai lagi karena akan berpengaruh terhadap hasil akhir produk (brownies) yaitu dilihat dari sisi/sudut pandang
kesehatan
(keamanan produk terhadap kesehatan manusia). Begitu pula dengan mixer-kecil karena dipakai setiap hari berakibat pada cepat rusaknya mixer tersebut dan rata-rata hanya dapat bertahan selama enam bulan.
72
Tabel 35 Investasi Industri Kecil Brownies Elsari per Tahun
INVESTASI
Jmh Investasi Awal Thn 2003
Besar Investasi per Tahun (ribuan Rp.)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
I. INVESTASI BENDA TDK BERGERAK Kompor gas
300
300
900
600
900
Meja Produksi Kayu
600
900
250
250
250
0
0
0
0
Meja Produksi Stainless Steel
0
0
0
0
0
8,000
0
Rak kayu
0
400
200
200
0
0
0
Rak stainless steel
0
0
0
0
0
8,000
0
Kulkas
0
2,000
0
0
0
0
0 3,000
Mixer Besar Mixer Kecil Loyang Oven berdiri Oven duduk biasa Oven duduk kukus stainless steel
0
0
3,000
0
3,000
0
1,000
4,000
5,000
5,000
5,000
4,500
4,000
300
1,200
1,800
3,600
3,000
3,000
3,000
0
0
3,000
3,000
3,000
6,000
3,000
500
1,000
1,000
1,000
1,000
0
0
0
0
0
0
0
1,000
1,000
Oven Brownies Stainless Steel
0
0
0
0
0
4,000
4,000
Komputer
0
3,000
0
0
3,000
3,000
0
Meja Tulis
500
1,000
1,500
0
500
500
0
Kursi
600
900
300
0
0
0
0
II. INVESTASI BENDA BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor
0
12,500
12,500
12,500
12,500
0
0
Mobil Hijet
0
12,000
0
0
0
0
0
Mobil Carry
0
0
85,000
0
0
0
0
Mobil APV
0
0
0
117,000
0
0
0
0 3,450
0 38,550
0 114,450
0 142,900
0 31,900
0 38,600
77,000
Mobil Suzuki Carry Minibus
JUMLAH
2. Jumlah Produksi Brownies Elsari per Tahun
Untuk menentukan jumlah produksi brownies Elsari per tahun beberapa asumsi digunakan disini dikarenakan kurangnya data pendukung (data tidak tercatat) terutama pada awal berdirinya Elsari pada tahun 2003 dan 2004. Berdasarkan lembaran “Riwayat Hidup Elsari Brownies & Bakery” yang dibuat pada tanggal 18 Oktober 2008 oleh pemilik Elsari tertera produksi per bulan 600 box namun per tahun tertulis 6000 box bukan 7200 box sehingga untuk keperluan analisa diambil produksi pada tahun 2003 sebesar 600 box per bulan, dengan pertimbangan seseorang
95,900
73
lebih mudah mengingat dalam jangka waktu (selang waktu) pendek dibandingkan dalam kurun waktu yang lebih panjang. Pada tahun 2004 data penjualan tercatat hanya pada bulan Oktober, November dan Desember, sedangkan pada sembilan bulan diawal tahun tidak terdapat data. Asumsi produksi Elsari pada bulan Januari dianggap masih berproduksi 600 box per bulan, pada bulan Februari 2004 telah berproduksi 900 box per bulan, dua bulan selanjutnya (Maret dan April 2004) diasumsikan berproduksi 1200 box per bulan dan 1500 box per bulan, demikian seterusnya dimana setiap bulan diasumsikan naik 300 box/bulan sehingga pada bulan September 2004 jumlah brownies yang diproduksi berjumlah 3000 box per bulan. Diasumsikan juga jumlah produksi dianggap sama dengan jumlah penjualan. Tabel 36 Penjualan Elsari Tahun 2004 s.d. 2007 Tahun (box brownies)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Jumlah produksi per tahun
2004
2005
2006
2007
600 *) 900 *) 1200 *) 1500 *) 1800 *) 2100 *) 2400 *) 2700 *) 3000 *) 3483 4310 4416 2367.42
4139 4264 4799 4455 4003 3726 4051 4544 4306 4382 2993 4881 4211.92
4191 3938 4404 4661 5616 5647 5744 5920 4367 4722 6242 5457 5075.75
4085 5918 6864 7483 6517 5757 4456 5518 4367 4993 5595.80**)
28,409
50,543
60,909
67,150***)
Rata-rata (box brownies) 4857.3 4553.0 4429.3 5011.3 5494.3 5618.7 5437.3 5407.0 4376.3 4526.3 3890.0 4763.3
Sumber = Elsari, 2009, diolah *) = asumsi, kenaikan produksi disesuaikan dengan jumlah penambahan tenaga kerja per bulan pada tahun 2003 **) = rata-rata dari riil penjualan ***) = jumlah Januari s.d. Oktober 2007 + (2 x 5595.80 ) = tidak ada data / tidak diperoleh
74
Asumsi tersebut diambil berdasarkan keterangan pemilik Elsari bahwa penambahan tenaga kerja setiap bulan bertambah satu orang sehingga jumlah karyawan pada akhir tahun 2004 berjumlah 10 orang (untuk analisa diambil 6 orang yaitu pada tengah tahun) dan pernyataan dari pemilik Elsari bahwa pada bulan-bulan tersebut di tahun 2004 jumlah produksi telah mencapai 2000-2500 box per bulan. Sedangkan untuk tahun 2008 angka produksi sebesar 70.952 box di dapat dari nilai pendapatan Elsari tahun 2008 sebesar Rp. 1,546,753,600,per tahun dibagi dengan harga penjualan per box senilai Rp. 21.000/box untuk harga counter dan harga normal Rp. 25.000/box pada counter Elsari di Pondok Rumput, dimana 80% dari produk Elsari disebar ke countercounter dan 20% merupakan penerimaan dari counter Elsari. Perhitungan ini diambil dikarenakan data penjualan per bulan untuk tahun 2008 masih belum tersusun. 3. Biaya Tidak Tetap / Biaya Variabel
Biaya-biaya variabel (variable costs) adalah biaya - biaya yang dihubungkan terhadap pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya keluaran (output). Biaya tidak tetap mencakup biaya yang dikeluarkan pada saat peralatan beroperasi. Besarnya biaya tergantung pada jumlah jam kerja pemakaian atau jumlah produk yang dihasilkan. Biaya variabel pada pembuatan brownies Elsari terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya kemasan, biaya BBG elpiji serta biaya belanja barang peralatan produksi. Biaya Bahan Baku Brownies
Banyaknya bahan baku yang diperlukan oleh Industri Kecil Elsari setiap tahunnya terlihat pada Tabel 37.
75
Tabel 37 Jumlah Bahan Baku yang Dibutuhkan untuk Produksi Brownies dari Tahun 2004 s.d. 2008
No.
Bahan Baku
Jumlah Bahan Baku Terpakai pada Tahun :
Quantity per unit
Unit
2004
2005
2006
2007
2008
1,800
17,609
50,543
59,052
67,150
84,000
Jumlah Produksi
box
Tepung terigu
kg
0.01250
22.5
220.1
631.8
738.2
845.7
1050.0
2
Coklat
kg
0.03125
56.3
550.3
1579.5
1845.4
2114.3
2625.0
3
Gula
kg
0.01250
22.5
220.1
631.8
738.2
845.7
1050.0
4
Telur
peti
330.2
947.7
1107.2
1268.6
1575.0
kg
281.3
2751.4
7897.3
9226.9
10571.4
13125.0
11.3
110.1
315.9
369.1
422.9
7
Minyak Tropikal Bahan Pengembang / Soda Garam
0.01875 0.15625
33.8
5
8
Vanili
1
6
1
2003
ons
0.00625
bungkus ons
525.0
0.00313
5.6
55.0
157.9
184.5
211.4
262.5
0.00625
11.3
110.1
315.9
369.1
422.9
525.0
Biaya yang dibutuhkan oleh Industri Kecil Elsari untuk membeli bahan baku setiap tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, diperlihatkan pada Tabel 38. Tabel 38
Biaya Bahan Baku Produksi Brownies Elsari dari Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2008 Biaya Bahan Baku per Tahun :
No.
Bahan Baku
(Rp.) 2003
1
Tepung terigu
2
Coklat
2004
2005
2006
2007
2008
63,000
1,120,905
3,285,295
5,024,993
5,707,716
7,350,000
1,890,000
27,477,741
59,388,025
83,749,875
98,416,133
131,250,000
3
Gula
63,000
1,245,450
2,843,044
3,730,676
4,532,598
5,880,000
4
Telur
4,087,125
59,407,965
128,221,273
180,899,730
212,654,390
283,500,000
5
Minyak Tropikal Bahan Pengembang / Soda
3,768,750
54,877,641
118,460,156
167,499,750
197,251,950
262,500,000
150,750
2,195,106
4,738,406
6,699,990
7,890,078
10,500,000
2,250
31,136
63,179
95,170
104,921
131,250
6 7 8
Garam Vanili
189,000
2,755,558
5,938,803
8,374,988
9,862,598
13,125,000
JUMLAH BIAYA
10,213,875
149,111,501
322,938,181
456,075,172
536,420,383
714,236,250
Jumlah Produksi (box) BIAYA BAHAN BAKU PER BOX (Rp. / box)
1,800
24,909
50,543
60,909
67,657
84,000
5674
5986
6389
7488
7929
8503
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Lampiran 10b memperlihatkan biaya yang diperlukan untuk membayar tenaga kerja langsung. Data yang didapat berupa besarnya gaji seluruh pegawai per bulan, sehingga nilai biaya tahunan merupakan perkalian jumlah gaji perbulan dikalikan 12 bulan.
76
Biaya Kemasan
Biaya kemasan merupakan biaya untuk membuat kemasan brownies Elsari yang berupa box dari kertas karton cetak seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Harga satu kemasan naik dari Rp. 600,- pada tahun 2003 menjadi Rp.950,- pada tahun 2008. Harga kemasan per tahun merupakan perkalian dari harga satuan kemasan dikalikan jumlah produksi brownies pada tahun bersangkutan. Biaya kemasan dapat dilihat pada Lampiran 10c.
Gambar 8 Kemasan Brownies Elsari Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi
Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi yang dimaksudkan di sini adalah barang dengan umur pakai kurang dari atau maksimum satu tahun. Barang ini diperlukan dalam proses produksi, yang termasuk barang ini adalah loyang, oven (oven berdiri, oven duduk kukus stainless steel, oven brownies stainless steel), dan mixer kecil. Biaya Overhead Variabel
Yang dimasukkan ke dalam Biaya overhead variabel dalam analisa ini adalah biaya pemakaian bahan bakar gas elpiji. Biaya didapat dari pemakaian gas elpiji (dalam satuan tabung gas 12 kg) setahun dikalikan dengan harga gas tabung 12 kg. Tahun 2003 industri kecil Elsari mulai
77
berproduksi dari bulan Oktober 2003 (3 bulan) dengan jumlah produksi setiap bulannya 600 box. Biaya overhead dapat dilihat pada Lampiran 11. 4. Biaya Tetap
Yang dimasukkan ke dalam Biaya Tetap dalam analisa ini adalah biaya-biaya: Biaya Administrasi, Biaya Penyusutan, Biaya Overhead Tetap, dan Biaya Bunga Pinjaman. Biaya Overhead Tetap
Pada Lampiran 11 yang dimasukkan ke dalam Biaya Overhead Tetap adalah biaya sewa rumah per tahun yang digunakan sebagai tempat produksi Elsari, biaya listrik, biaya penggunaan air PDAM, biaya penggunaan telpon, biaya pemeliharaan kendaraan operasional, biaya akomodasi dan transport, biaya asuransi dan biaya perizinan. Biaya Administrasi
Biaya administrasi yang dmaksudkan dalam analisa ini berupa Biaya Perjamuan, Pengajian, Promosi, Biaya Perbaikan & Pengembangan, Alat Tulis Kantor, dan Biaya Administrasi Lainnya. Industri Kecil Elsari sering mendapat kunjungan tamu dari daerah lain sehingga perlu adanya biaya perjamuan. Bentuk Promosi antara lain: (a) pemberian produk Elsari (brownies) kepada seseorang dalam rangka promosi/pengenalan produk, (b) memberikan bonus gratis brownies pada saat mencapai jumlah tertentu. Perhitungan biaya administrasi ini berdasarkan suatu asumsi yang diambil, yaitu diambil sebesar 4.5% dari omzet penjualan, kecuali pada tahun 2003 diambil asumsi 1% karena jumlah : produksi dan biaya ATK masih sedikit serta belum adanya biaya perjamuan. Biaya administrasi dapat dilihat pada Lampiran 13. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan dari peralatan dan mesin produksi, penyusutan perlengkapan kantor, dan penyusutan kendaraan. Besarnya penyusutan aset tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 14a. Penyusutan dterapkan untuk barang dengan nilai
78
ekonomis lebih dari satu tahun. Tabel 34 memperlihatkan nilai ekonomis dari barang-barang yang ada di industri kecil Elsari. Biaya Bunga Pinjaman
Lampiran 15 a memperlihatkan besarnya bunga pinjaman yang harus dibayar oleh industri kecil Elsari tiap tahunnya dari pinjaman yang diperoleh dari berbagai sumber seperti yang terlihat pada Tabel 39, Tabel 40 dan Lampiran 15 b. Tingkat suku bunga dan jangka waktu pengembalian dari pinjaman perorangan diperlihatkan pada Tabel 39: Sedangkan tingkat suku bunga bank dan jangka waktu pengembalian dari Bank BRI diperlihatkan pada Tabel 40.
Tabel 39 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari pinjaman perorangan dan pinjaman saudara
Sumber Pinjaman Perorangan Saudara
Jangka waktu pinjaman
Tahun
Besar pinjaman
Tingkat suku bunga
2003-2004
Rp. 40.000.000,-
12 bulan
36% per tahun (3% per bulan)
2004
Rp. 40.000.000,-
12 bulan
25% per tahun*)
Keterangan : *) Jumlah pengembalian Rp.50.00.000,- merupakan selisih sebesar Rp. 10.000.000,- dari pinjaman awal dan merupakan pemberian kepada saudara atas inisiatif dari pemilik industri kecil Elsari namun untuk kebutuhan perhitungan dianggap setara dengan tingkat suku bunga : 25% per tahun)
Tabel 40 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Bank BRI
Tahun
Besar pinjaman
Jangka waktu pinjaman
2005
Rp. 10.000.000,-
10 bulan
2006
Rp. 30.000.000,-
10 bulan
2007
Rp. 65.000.000,-
24 bulan
2008
Rp. 80.000.000,-
36 bulan
Tingkat suku bunga 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan)
79
5. Definisi Kondisi Sekarang dan Kondisi Lancar Penjualan Elsari.
Pada tulisan ini akan dikemukakan dua istilah : kondisi sekarang dan kondisi lancar penjualan Elsari. ’Kondisi penjualan sekarang Elsari’ adalah kondisi penjualan Elsari saat ini dimana mengalami hambatan berupa adanya produk yang terbuang karena tidak laku di pasar dan menjadi sampah. Tingkat produk yang terbuang ini (wasted product) berkisar 6%8% dari produk yang dihasilkan. Istilah wasted product dipakai di sini untuk mendefinisikan produk yang terbuang akibat dari adanya retur penjualan yang tidak dapat dijual ulang karena produk tersebut rusak karena basi, berjamur atau kadaluarsa masa jualnya. Kondisi ini merupakan hambatan yang dihadapi oleh IK Elsari dalam sistem pemasaran dan dalam menciptakan daya tahan produk yang lebih baik. Kondisi
Elsari
menjadi
lebih
baik
setelah
diciptakan
brownies
kering(’broker’). Sedangkan istilah spoiled goods dipakai untuk produk yang rusak pada saat pembuatan/pabrikasi dan dikarenakan produknya adalah makanan sehingga tidak dapat diperbaiki
maka istilah spoiled
goods tersebut dirasa lebih cocok dibandingkan dengan istilah defect goods dimana pada defect good/defect product barang tersebut masih dapat diperbaiki kemudian dijual dengan harga normal. Apabila faktor wasted product dari retur penjualan (sales return) ini tidak ada atau sama dengan nol dalam perhitungan, sementara faktorfaktor lainnya tetap (spoiled goods tetap dihitung 2%, dll.) maka kondisi ini akan kita sebut ’kondisi lancar’ dengan pertimbangan bahwa hal tersebut sebenarnya merupakan kendala yang dapat diatasi, misalnya dengan mengupayakan perputaran penjualan yang lebih cepat, sistem penjualan secara cash dll. (lebih lanjut akan dibahas pada pembahasan mengenai analisa SWOT pada akhir bab ini). Di dalam tulisan ini Penulis lebih menyukai memakai istilah kondisi lancar dibanding kondisi ideal karena faktor spoiled goods (produk rusak saat pabrikasi) masih diperhitungkan sebesar 2%.
80
Pada kondisi lancar, spoiled goods dari produk hasil pabrikasi masih dipertimbangkan sehingga perhitungan menjadi lebih realistis. Pada contoh kasus dimana Elsari mendapat pesanan yang pasti dan dibayar secara tunai, maka dalam kondisi tersebut wasted product otomatis menjadi tidak ada, namun faktor kemungkinan adanya kegagalan pada saat pembuatan (spoiled goods) masih tetap ada. Kedua kondisi ini (kondisi lancar dan kondisi terdapat wasted produk) akan dianalisa untuk perhitungan NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period sebagai bahan perbandingan. 6. Besarnya Laba dan Biaya Pajak
Proyeksi laporan laba rugi industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 17. Pada tahun 2003 keuntungan bersih Elsari sebesar Rp. 3 juta (berkisar 9.8% dari nilai penjualan) dengan kecenderungan nilai omzet meningkat namun menurun apabila dihitung terhadap prosentase penjualan. Pada tahun 2008 keuntungan bersih Elsari sekitar Rp. 54 juta atau hanya berkisar 3.79% dari nilai penjualan. Pada ’kondisi lancar’ maka proyeksi keuntungan bersih Elsari pada tahun 2003 keuntungan bersih Elsari sebesar Rp. 3 juta (9.8%) dan pada tahun 2008 keuntungan bersih sekitar Rp. 117,7 juta atau berkisar 7.76% dari nilai penjualan. Perhitungan besarnya pajak dari laba industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan tersebut didasarkan dari besarnya ’laba sebelum pajak’ pada Laporan Laba Rugi Lampiran 17. Berdasarkan Peraturan Pajak Tahun 1994 besarnya adalah sebagai berikut : − 10% untuk Rp. 10 juta pertama − 15% untuk Rp. 40 juta berikutnya − 30% untuk sisa laba berikutnya 7. Analisa Break Even Point (BEP)
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai BEP untuk tahun 2003 sebesar Rp. 22,272,897,- yaitu setelah terjual 1310 box brownies Elsari. Sedangkan
81
untuk tahun 2008 didapat nilai BEP sebesar Rp. 965,861,660,- yaitu setelah dapat menjual sebanyak 45.993 box brownies Elsari. Analisa Break Even Point dapat dilihat pada Lampiran 4. Untuk kondisi lancar nilai BEP sama dengan kondisi sekarang, karena nilai BEP ditujukan untuk mencari berapa jumlah produk yang harus terjual sehingga nilai penjualan sama dengan nilai biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi jumlah tersebut, sehingga wasted product tidak ikut dihitung. 8. Analisa Net Present Value (NPV) dan Internal Rate Return (IRR)
Analisa Net Present Value (NPV) untuk produksi brownies dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil analisa tersebut didapat nilai NPV sebesar Rp. 113.236.973,- dan nilai IRR sebesar 66.81%. Tingkat diskonto diambil sebesar 20% yaitu berdasarkan tingkat bunga pinjaman bank yang masih berkisar antara 15 – 16%. Analisa Net Present Value (NPV) untuk kondisi lancar didapat nilai NPV sebesar Rp. 267.157.761,- atau nilai NPV di atas angka nol (positif) sehingga menguntungkan; dan nilai IRR sebesar 132.35%, jauh di atas bunga deposito Bank yang hanya di bawah 10% sehingga investasi ini sangat menarik bila permasalahan penjualan dan wasted product dapat di atasi. 9. Analisa Payback Period (PP) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Untuk kondisi sekarang Elsari, Payback Period tercapai setelah 31.7 bulan (2.64 tahun) sedangkan untuk Discounted Payback Period dicapai dalam 33.8 bulan (2.82 tahun). Nilai Benefit-Cost Ratio menunjukkan nilai 1.45 lebih besar dari 1.0 sehingga dianggap menguntungkan (telah memenuhi persyaratan lebih besar dari satu). Sedangkan analisa Payback Period untuk produksi brownies Elsari dalam kondisi lancar memperlihatkan bahwa usaha tersebut akan kembali modal dalam waktu 18.4 bulan (1.53 tahun), namun bila discount factor (DF) ikut diperhitungkan dengan menganggap DF sebesar 20%,
82
pengembalian modal baru tercapai dalam waktu 18.5 bulan (1.54 tahun). Sedangkan
dari
hasil
analisa
Benefit-Cost
Ratio
pada
kondisi
normal/lancar didapat nilai 2.21 dimana perbandingan jumlah present value dari arus kas operasional 2.57 kali lebih besar dari nilai investasi. Dengan nilai B/C ratio lebih besar dari 1 menunjukkan usaha ini menguntungkan bila masalah penjualan dan wasted material bisa diatasi. 10. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan untuk kondisi Elsari sekarang diperoleh empat nilai kriteria investasi berada di atas persyaratan yaitu nilai NPV sebesar Rp. 113.236.973,- dan nilai IRR sebesar 66.81%, Payback Period dicapai pada 2.64 tahun dan B/C ratio sebesar 1.45 kali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha brownies IK Elsari adalah layak. Apabila permasalahan penjualan dan wasted product teratasi maka berdasarkan empat kriteria investasi yang dihitung yaitu : NPV sebesar Rp. 267.157.761,- , IRR sebesar 132.35%, Payback Period selama 18.4 bulan,
dan B/C ratio sebesar 2.21, maka usaha ini menjanjikan. 11. Analisa Sensitivitas
Pada analisa sensitivitas ini dihitung pengaruh dari naiknya bahan baku sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 15% dari kondisi Elsari sekarang; turunnya penjualan sebanyak 5%, 10% dan 15% yang diikuti dengan (berubah menjadi) penambahan wasted product akibat dari retur penjualan sebesar 5%, 10% dan 15% dari turunnya penjualan tersebut. Selanjutnya dilakukan analisa pengaruh penurunan dan penambahan penjualan dari kondisi Elsari sekarang sebagai titik awal dimana Elsari pada saat ini mengalami wasted produk dari retur sebanyak 6-8%. Analisa sensitivitas tersebut dilakukan untuk kenaikan penjualan sebesar 2%, 4% dan 6% dari kondisi penjualan Elsari sekarang dan analisa sensitivitas untuk penurunan penjualan sebesar 2%, 4%, dan 6% dari kondisi penjualan Elsari sekarang.
83
Selain itu dilakukan pula analisa sensivitas untuk kondisi kombinasi yaitu : (a) kondisi terjadi penurunan penjualan 2% disertai dengan kenaikan bahan baku sebesar 2% dan (b) kondisi terjadi penurunan penjualan 4% disertai dengan kenaikan bahan baku sebesar 4%. Semua analisa ini untuk memperlihatkan ketahanan dari Elsari terhadap perubahan yang terjadi dan untuk memperlihatkan apabila hambatan pada Elsari dapat diatasi yaitu teratasinya masalah penjualan dan waste product dari retur/pengembalian maka usaha ini sebetulnya sangat menguntungkan. Untuk memudahkan dalam uraian maka kondisi-kondisi tersebut diberi nama Kondisi A, Kondisi B, Kondisi C, Kondisi D, Kondisi E dan Kondisi F dengan penjelasan sebagai berikut: kondisi dimana terjadinya kenaikan bahan baku
a. Kondisi A(x%) :
U
U
sebesar x% dari kondisi Elsari sekarang U
b. Kondisi B(x%) :
kondisi
U
dimana
terjadinya
penurunan U
U
omzet
penjualan sebesar x% dari kondisi Elsari sekarang U
c. Kondisi C (x%) : kondisi
dimana
terjadinya
penurunan U
U
U
omzet
penjualan sebesar x% d. Kondisi D (x%) : kondisi dimana terjadi kombinasi kenaikan bahan U
U
baku x% dan penurunan omzet penjualan sebesar x%. e. Kondisi E
: kondisi Elsari sekarang yaitu kondisi dimana tidak U
U
U
terjadi/ada kenaikan bahan baku dan penurunan U
omzet penjualan serta banyaknya wasted product dari retur sebanyak 6%-8% (≈7.4%) f. Kondisi F
: kondisi lancar yaitu kondisi dimana tidak terjadi U
U
U
U
kenaikan bahan baku dan penjualan berjalan lancar tidak ada retur, sehingga tidak timbul adanya wasted U
U
U
product (retur dan wasted product = 0%). U
Hasil dari analisa sensitivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 41 di bawah ini.
84
Tabel 41 Analisa Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku Produksi dan Penurunan Penjualan Brownies Elsari
Kriteria Investasi No.
Kondisi
PP (bulan)
NPV (i = 20 %) IRR (%) (Rp.)
Payback Period
Discounted Payback (i = 20 %)
B/C ratio (times)
1
Kondisi Lancar (Penjualan lancar tdk ada retur)
267,157,761
132.35
18.4
18.5
2.21
2
Kondisi Sekarang Elsari (wasted product dari retur = 6 - 8%)
113,236,973
66.81
31.69
33.82
1.45
Naik/turunnya Penjualan dari Kondisi Elsari skrg (retur/wasted product 6-8%) 3
Penjualan naik 6% (wasted product = 1.4%)
227,290,546
116.27
20.3
20.6
1.99
4
Penjualan naik 4% (wasted product = 3.4%)
189,635,741
99.99
22.8
23.4
1.81
26.4
26.6
1.63
5
Penjualan naik 2% (wasted product = 5.4%)
151,980,937
83.73
6
Penjualan turun 2% (wasted product = 9.4%)
73,035,877
49.28
> 63
> 63
1.25
7
Penjualan turun 4% (wasted product = 11.4%)
28,409,446
30.12
> 63
> 63
1.04
-19,654,958
9.47
> 63
> 63
0.82
8
Penjualan turun 6% (wasted product = 13.4%)
Turunnya persentase penjualan sebesar persentase retur/wasted product: 10 11
Penjualan turun 5% (wasted product = 5%)
89.39
24.6
25.4
1.73
Penjualan turun 10% (wasted product = 10%)
166,014,408 59,660,721
43.64
> 63
> 63
1.22
12
Penjualan turun 15% (wasted product = 15%)
-70,949,473
-14.32
> 63
> 63
0.61
Kenaikan Bahan Baku 13
Kenaikan Bahan Baku 2%
96,383,709
59.42
35.3
38.2
1.36
14
Kenaikan Bahan Baku 4%
79,121,858
51.90
> 63
> 63
1.28
15
Kenaikan Bahan Baku 5%
70,150,786
48.02
> 63
> 63
1.24
60,765,940
43.98
> 63
> 63
1.20
41,628,121
35.78
> 63
> 63
1.10
22,213,856 -29,598,580
27.48
> 63
> 63
1.01
5.20
> 63
> 63
0.77
16
Kenaikan Bahan Baku 6%
17
Kenaikan Bahan Baku 8%
18 19
Kenaikan Bahan Baku 10% Kenaikan Bahan Baku 15%
Kombinasi Penjualan Turun dan Kenaikan Harga Bahan Baku 20
21
Kombinasi Penjualan turun 2% dan Kenaikan Harga Bahan Baku 2%
54,163,185
41.16
> 63
> 63
1.16
Kombinasi Penjualan turun 4% dan Kenaikan Harga Bahan Baku 4%
-12,309,851
12.65
> 63
> 63
0.85
Hasil analisa memperlihatkan bahwa pengaruh dari penurunan penjualan lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan bahan baku. Hal ini terlihat pada kondisi terjadinya penurunan penjualan 4% dibandingkan dengan kondisi kenaikan bahan baku 4%. Pada kondisi terjadinya penurunan penjualan 4% (Kondisi B(4%)), nilai IRR, NPV, PP dan B/C ratio masing-masing bernilai 30.12%, Rp. 28.409.446, >63 bulan dan 1.04 kali dibandingkan pada saat terjadinya kenaikan bahan baku 4% (Kondisi
85
A(4%)) dimana nilai IRR, NPV, PP dan B/C ratio masing-masing bernilai 51.90%, Rp. 79.121.858, >63 bulan, dan 1.28 kali. Kombinasi penurunan penjualan sebesar 4% (Kondisi C) diikuti dengan kenaikan bahan baku 4% membuat penurunan beberapa kriteria investasi turun tajam, IRR turun dari 66.81% pada kondisi sekarang Elsari menjadi hanya 12.65%, NPV turun dari Rp. 113.236.973,- pada kondisi sekarang Elsari menjadi Rp. -12.309.851. Demikian pula dengan B/C ratio menjadi 0.85 kali dari kondisi awal 1.45 kali. Payback Period pada kedua kondisi tersebut lebih besar dari 63 bulan (waktu pengamatan). Pada kondisi Elsari sekarang (Kondisi E), empat nilai kriteria investasi masih memenuhi syarat yaitu nilai NPV sebesar Rp. 113.236.975,- , IRR sebesar 66.81%, Payback Period dapat dicapai dalam 31.69 bulan (2 tahun 8 bulan) dan B/C ratio sebesar 1.45 kali. Namun pada kondisi lancar (Kondisi F) dengan menggunakan kriteria investasi di atas, maka semua kriteria memenuhi yaitu : nilai NPV > 0, IRR masih di atas tingkat dikonto, bunga deposito dan BI rate, jangka waktu Payback Period pendek (kurang dari 2 tahun/24 bulan) dan B/C ratio > 1 sehingga layak untuk menanam investasi pada usaha ini, yaitu bila masalah penjualan, retur dan wasted produk teratasi. Gambar 9 di bawah ini memperlihatkan sensitivitas Elsari terhadap perubahan persentase penjualan, dengan titik acuan kondisi Elsari sekarang (label kotak,
). Pada kondisi terjadi penurunan penjualan
sebesar 6% dari kondisi Elsari sekarang, nilai NPV menjadi negatif. Dari hasil interpolasi, nilai NPV=0 diperoleh pada penurunan penjualan sebesar 5.18%. Penurunan penjualan ini mengakibatkan bertambahnya waste product dari retur sebanyak 5.18% karena tidak dapat dimanfaatkan lagi. Karena kondisi Elsari saat ini telah mempunyai nilai retur sebesar 7.4% sehingga nilai total retur yang sebenarnya terjadi sebesar 5.18% ditambah 7.4% atau sebesar 12.58% dimana retur ini akhirnya menjadi wasted product (Gambar 10).
86
250,000,000 227,290,546 200,000,000 189,635,741
151,980,937
150,000,000
113,236,973 NPV (Rp.)
100,000,000 73,035,877 50,000,000 28,409,446 0 -8
-6
-19,654,958
-4
-2
0
-45,408,716
2
4
6
8
-50,000,000 Posisi Elsari
NPV
-100,000,000 Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (%)
Gambar 9.
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (Titik acuan : Kondisi Elsari Sekarang) 300,000,000 Rp267,157,761
250,000,000 Rp227,290,546
200,000,000
Rp189,635,741
Rp166,014,408
Rp151,980,937
NPV (Rp.)
150,000,000
Rp113,236,973
113,236,973
100,000,000 Rp73,035,877
Rp59,660,721
50,000,000 Rp28,409,446
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
Rp(19,654,958)
0 0.00
5.00
10.00
-50,000,000
Rp(45,408,716) Rp(70,949,473)
-100,000,000 Persentase Kenaikan (Penurunan) Penjualan(%)
Posisi Elsari Penurunan Omzet Penjualan (dilihat secara keseluruhan) Penurunan penjualan (ditinjau dari titik awal kondisi Elsari skrg)
Gambar 10.
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Presentase Penurunan Omzet Penjualan (Kenaikan Waste Product) dari Dua Titik Peninjauan
87
Pada Gambar 10 terlihat adanya translasi dari Grafik Penurunan Penjualan dengan acuan Kondisi Elsari sekarang (label ∆ ) kepada Grafik S
S
Penurunan Penjualan secara keseluruhan (label ◊ ). Kondisi Elsari terlihat S
S
pada Grafik dengan Label Kotak, . Besarnya translasi sama dengan nilai retur yang terjadi pada Elsari saat ini yaitu 7.4%. Kondisi ‘lancar’ dalam grafik diwakili dengan Label Lingkaran,Ο, pada sumbu ordinat dan berada di atas kondisi Elsari. Hal ini menunjukkan bahwa apabila masalah penjualan dapat teratasi − dimana di dalam kasus ini diikuti dengan retur yang berakibat pada produk terbuang (wasted product) − maka akan diperoleh kenaikan keuntungan yang cukup signifikan. Gambar 11 merupakan perluasan dari Gambar 9 dimana pada gambar ini ditambahkan Grafik Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku (label S
∆ S
) dengan titik awal Kondisi Elsari sekarang. Kenaikan Harga
Bahan Baku menyebabkan nilai NPV menurun. Nilai NPV negatif terjadi pada saat kenaikan harga bahan baku melebihi 12.14%. 250,000,000
Posisi Elsari 227,290,546
Penurunan Omzet Penjualan
200,000,000 189,635,741
Kenaikan Harga Bahan Baku
150,000,000 151,980,937 113,236,973
Kombinasi 2% Kenaikan Harga Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan
96,383,709
NPV (Rp.)
100,000,000 113,236,973 73,035,877
41,628,121
54,163,185
50,000,000
Kombinasi 4% Kenaikan Harga Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
79,121,858 70,150,786 60,765,940
22,213,856
28,409,446
0
-12,309,851
-19,654,958 -45,408,716
-29,598,580
-50,000,000
-100,000,000 -10
-5
0
5
10
15
Kenaikan Harga Bahan Baku dan/atau Penurunan Omzet Penjualan (%)
Gambar 11.
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap: Presentase Kenaikan Bahan Baku dan Presentase Penurunan Omzet Penjualan
20
88
150,000,000
Posisi Elsari 113,236,973
Penurunan Omzet Penjualan
113,236,973
100,000,000 113,236,973
96,383,709 79,121,858
Kenaikan Harga Bahan Baku
70,150,786 60,765,940 73,035,877
Kombinasi 2% Kenaikan Harga Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan
41,628,121
NPV (Rp.)
50,000,000 54,163,185
Kombinasi 4% Kenaikan Harga Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
22,213,856 28,409,446
0
-29,598,580
-12,309,851 -45,408,716
-50,000,000
-100,000,000 0
5
10 Persentase Kenaikan Harga Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (%)
15
20
Gambar 12. Perbandingan Sensitivitas Kriteria NPV terhadap : Presentase Kenaikan Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya
Gambar 12 merupakan cara lain untuk membandingkan besarnya pengaruh dari masing-masing grafik sensitivitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah absis dari gafik tersebut bernilai positif, sehingga nilai penurunan omzet penjualan 5% mempunyai arti negatif yaitu penambahan omzet penjualan sebanyak -5%, nilai penurunan omzet penjualan 10% mempunyai arti penambahan omzet penjualan sebanyak -10%, demikian seterusnya. Dengan
disatukannya
ketiga
grafik
tersebut
dalam
satu
kuadran/gambar dimaksudkan untuk mempermudah melihat perbandingan diantara ketiga grafik (tiga kondisi) tersebut dengan lebih jelas. Pada Gambar 12 tersebut terlihat grafik kenaikan harga bahan baku (label S
∆ ) mempunyai gradien yang lebih landai daripada grafik S
penurunan omzet penjualan ( ◊ ). Hal ini memperlihatkan penurunan S
S
omzet penjualan lebih sensitif terhadap perubahan variabel pada ordinat yaitu NPV daripada kenaikan bahan baku. Pada nilai (mutlak) presentase
89
yang sama, diperoleh nilai NPV akibat penurunan omzet penjualan lebih kecil daripada akibat perubahan kenaikan bahan baku. Kondisi kombinasi yaitu terjadi kenaikan bahan baku sebesar 2% dan penurunan omzet penjualan sebesar 2% terlihat pada grafik dengan satu label segitiga di kiri bawah. Sedangkan untuk kondisi kombinasi kenaikan bahan baku sebesar 4% disertai penurunan omzet penjualan sebesar 4% ditandai dengan label lingkaran di kiri bawah. Kondisi dimana terjadinya kombinasi dua variabel tersebut (Kondisi C) menyebabkan pengaruh yang lebih besar/signifikan dibandingkan pengaruh bila hanya masing-masing variabel terjadi (Kondisi A dan Kondisi B). Trend ini berlaku untuk Gambar 12 s.d Gambar 14. Kondisi Elsari saat ini (Kondisi E) terlihat pada satu label segiempat di kiri atas gambar. Gambar 13 memperlihatkan hal yang sama dengan Gambar 13, yang membedakan yaitu ordinat dari gambar merupakan nilai IRR. Pengaruh penurunan omzet penjualan (kondisi B) lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku (Kondisi A). Keterangan label sama dengan keterangan label pada gambar-gambar sebelumnya. 80.00
Posisi Elsari 70.0066.81 66.81 60.00
Penurunan Omzet Penjualan (=penambahan wasted product) Kenaikan Bahan Baku
59.42
49.28
50.00
Kombinasi 2% kenaikan Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan
51.90 48.02
Kombinasi 4% kenaikan Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
IRR (%)
43.98
41.16
40.00
35.78 30.12
30.00 27.48
20.00 12.65 10.00 5.20 -1.71
0.00 0
5
10
15
20
-10.00 Persentase Kenaikan Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (=penambahan wasted product) (%)
Gambar 13 Perbandingan Sensitivitas Kriteria IRR terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya
90
1.60 1.45 1.45 1.40
1.36 1.25
1.20
1.28
1.24 1.20
1.16
B/C Ratio (times)
1.04
1.10 1.01
1.00 0.85 0.80
0.77
0.70
Posisi Elsari 0.60
Penurunan Omzet Penjualan 0.40
Kenaikan Bahan Baku
0.20
Kombinasi 2% kenaikan Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan Kombinasi 4% kenaikan Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
0.00 0
5
10 Persentase Kenaikan Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (%)
15
20
Gambar 14 Perbandingan Sensitivitas Kriteria B/C Ratio terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya
Gambar 14 adalah analisis sensitivitas untuk kriteria investasi BenefitCost ratio. Gambar 14 menceritakan hal yang sama dengan gambargambar sebelumnya dimana Kondisi B lebih berpengaruh dari Kondisi A. Kondisi Elsari sekarang (Kondisi E) diwakili dengan label kotak, , di kiri atas. Jumlah produk yang terbuang (wasted product) dalam analisa ini sama dengan jumlah retur (sales return) karena retur tersebut tidak bisa dijual kembali, sedangkan barang retur terjadi akibat penurunan penjualan. Dengan demikian persentase produk yang terbuang karena rusak/basi berbanding lurus dengan persentase penurunan penjualan produk yang tidak laku. Dilihat dari Grafik Penurunan Omzet Penjualan dampak dari penurunan penjualan produk (yang berarti pula jumlah persentase wasted product) lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku.
Gradient Grafik Penurunan Omzet Penjualan lebih curam
dibandingkan dengan Grafik Kenaikan Harga Bahan Baku
sehingga
perubahan sedikit saja pada sumbu horisontal (absis) akan menyebabkan
91
sensitivitas yang lebih tinggi. Namun demikian kombinasi pengaruh dari penurunan omzet penjualan dan kenaikan harga bahan baku memberikan pengaruh yang paling signifikan dibandingkan dengan kedua grafik lainnya. ASPEK PRODUKSI Proses Produksi U
Proses produksi untuk membuat brownies adalah sebagai berikut : pertama adalah pengecekan terhadap bahan baku yang akan dipergunakan. Langkah kedua adalah melakukan pengayakan bahan baku seperti tepung terigu. Proses ini berlangsung kurang lebih sepuluh menit. Langkah selanjutnya adalah dilakukan penimbangan. Kemudian pada langkah keempat dilakukan pengocokan telur dan gula sampai merata dimana proses ini memakan waktu selama sepuluh menit. Pengocokan atau pengadukan ini menggunakan mixer besar. Langkah kelima setelah pengadukan adalah memasukkan terigu, coklat, vanili dan soda, proses ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke loyang dan diratakan, dan ditunggu hingga 5 menit. Setelah itu kemudian dipanggang ke dalam oven duduk selama 15 menit dengan suhu berkisar 70-90o C. Setelah selesai P
P
kemudian dikeluarkan dari loyang dan didinginkan selama sepuluh menit. Proses selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan dengan membuat tester. Setelah semuanya berjalan dengan baik dan pada suhu sudah mulai dingin sekitar 40o C maka brownies telah siap dimasukkan kedalam P
P
kemasan dan selanjutnya disimpan di gudang distribusi yang siap dikirim ke konsumen atau ke counter namun biasanya pembuatan dilakukan pada sore hari dan pada pagi hari siap dikirim. Proses pembuatan brownies ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram proses di bawah ini :
92
Pengayakan Bahan Baku (±10 menit)
Pengecekan Bahan Baku
Pemasukan bahanbahan terigu, coklat, vanili, soda (±15 menit)
Didinginkan (± 10 menit)
Pengisian adonan ke loyang & diratakan (± 5 menit)
Diperiksa dan dibuat tester
Pengocokan telur dan gula sampai merata (±10 menit)
Penimbangan
Dipanggang dalam oven (± 15 menit)
permukaan brownies dihias
Dikeluarkan dari loyang
Dimasukkan ke dalam kemasan
Disimpan di gudang distribusi
Dikirim ke counter Gambar 15 Diagram Alur Proses Produksi Brownies
Alur Pemindahan Ruangan U
Dalam proses produksi brownies ini dilakukan tiga kali pemindahan (Gambar 16), yaitu : 1. Ruangan dapur 2. Ruang Penyimpanan Barang Kondisi Panas, pada ruang ini brownies didinginkan kemudian dihias permukaan atasnya. 3. Ruang Distribusi yaitu ruang penyimpanan sebelum diistribusikan ke counter-counter, brownies telah diberi kemasan
Dapur
Ruang Penyimpanan Barang Kondisi Panas Gambar 16 Alur Pemindahan Ruangan
Ruang Distribusi
93
5.5 Analisa Lingkungan Internal Perusahaan 1. Keuangan / Finance Seperti telah diceritakan di muka, pada awal usaha Industri Kecil Elsari mempunyai modal usaha sebesar Rp. 3 juta. Namun dengan berkembangnya usaha, Industri Kecil Elsari memerlukan modal yang lebih besar. Modal tersebut didapat dari pinjaman saudara (adik ipar) pemilik Elsari sebesar Rp. 40 juta untuk membeli peralatan dan biaya sewa tempat usaha, modal tersebut dikembalikan satu tahun kemudian sejumlah Rp. 50 juta. Dana bantuan / pinjaman dari Bank BRI semenjak awal usaha terlihat pada Tabel 42. Pada awalnya Bank BRI hanya memberikan pinjaman Rp 10 juta dari Rp. 50 juta jumlah kredit yang diajukan. Tetapi setelah dalam waktu 8 bulan kredit pinjaman telah dikembalikan IK Elsari, BRI mulai menaikkan plafon kredit yang diberikan kepada IK Elsari pada pengajuan kredit yang kedua kalinya. Selain dari Bank BRI, Elsari mendapat tawaran kredit dari beberapa bank lainnya seperti Bank BNI, Bank Jabar dan Bank Mandiri. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa pembayaran kredit yang dilakukan Elsari tidak pernah bermasalah (sistem perbankan kita telah memiliki database nasabah bermasalah yang dapat diketahui oleh setiap bank). Kepercayaan dari bank-bank besar tersebut
merupakan
salah
satu
kekuatan
Elsari
dikarenakan
kemampuannya dapat membayar kewajiban kredit pada Bank BRI tepat waktu, disamping itu dapat pula dianggap sebagai suatu peluang untuk mendapatkan modal lebih untuk pengembangan usaha. Tabel 42 Pinjaman Kredit Elsari dari Bank BRI Besar Pinjaman
No.
Tahun
1
2005
10.000.000,-
2
2006
30.000.000,-
3
2007
65.000.000,-
4
2008
80.000.000,-
(Rp.)
94
Pinjaman terakhir sebesar Rp. 80 juta dipergunakan Elsari untuk keperluan penggantian peralatan seperti meja dan oven dari bahan stainless steel. Dana tersebut juga digunakan untuk menanggulangi dana-dana yang tertahan, maka Elsari melakukan seleksi terhadap counter-counternya. Sebagian dana diperoleh dari pinjaman perorangan dengan bunga 3% per bulan. Elsari mempunyai kemampuan memproduksi brownies dan bakery sebulan berkisar antara 6000 s.d 7000 box dan bila satu box brownies dan bakery dianggap mempunyai harga yang sama yaitu Rp. 21.000,- (harga jual Elsari kepada counter) akan didapat omzet Elsari per bulan sebesar rata-rata 6000 box * Rp. 21.000,- /box atau senilai Rp. 126.000.000,/bulan. Analisa lebih jauh mengenai kelayakan usaha melalui indikator NPV, IRR, B/C ratio, Payback Period dibahas di muka secara terpisah pada bagian analisa kelayakan bisnis.
2. Manajemen Manajemen menurut Stoner & Wankel, seperti yang dikutip pada buku
Manajemen
penerbit
ITB
(Siregar,1988),
adalah
proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usahausaha organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (Siregar,1988) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Industri Kecil Elsari telah menerapkan strategi pemasaran secara sederhana. Kajian mengenai pengaruh lingkungan eksternal maupun lingkungan internal oleh perusahaan masih belum dilakukan kajian secara khusus. Perencanaan pemasaran berada di tangan pemilik Elsari. Pemilik merencanakan expansi pasar, sebagai contoh : pada saat memasuki pasar di Kota Bandung (tahun 2004) maka dipasarkan terlebih dahulu di
95
Terminal Leuwipanjang (segmen golongan menengah ke bawah) dengan strategi melengkapi apa yang tidak disediakan/dilakukan oleh pesaing (Brownies Kartika Sari, Amanda) yaitu dengan sistem meminimalkan resiko pada si pemasar/counter. Saat itu sistem Kartika Sari mengharuskan membayar dimuka dengan DP dan counter akan menanggung resiko rugi bila dagangan tersebut tidak laku terjual, sementara itu Elsari menerapkan strategi menawarkan sistem pembayaran di belakang dan sistem retur bila dagangan tidak laku dijual sehingga counter tidak menanggung resiko. Counter akan diberi lebih satu box bila berhasil menjual 50 box. Disini pemilik menetapkan target jumlah penjualan, bila dinilai berhasil maka pemasaran akan dilanjutkan ke wilayah Cihampelas dimana banyak wisatawan datang ke Cihampelas untuk berbelanja, disini pemilik telah memperkirakan segmen pasarnya adalah golongan menengah dan ditetapkan target penjualan. Sedangkan pada tahun 2005 pemilik merencanakan masuk ke Karawang dan sekarang telah berjalan. Strategi pembayaran di belakang tersebut selain terdapat keuntungan seperti diuraikan dimuka, juga mempunyai kelemahan yaitu seringnya dana tertahan di counter dalam jangka waktu tertentu padahal produksi tetap harus berlangsung (defisit kas) sehingga Elsari harus meminjam uang/dana ke perorangan berupa dana segar untuk produksi dengan bunga yang cukup tinggi yaitu 3% per bulan. Visi dan Misi Perusahaan Hasil wawancara dengan pemilik perusahaan mengenai visi dan misi perusahaan adalah seperti uraian di bawah ini. Industri kecil Elsari mempunyai visi sosial dan meningkatkan tingkat keagamaan pegawai dengan misi yaitu mempekerjakan tenagatenaga muda yang menganggur menjadi tenaga yang terampil sehingga diharapkan mereka bisa berusaha sendiri. Dengan kata lain perusahaan mempunyai misi menjadikan karyawannya menjadi tenaga ahli yang terampil di segala bidang khususnya di bidang administrasi, produksi, delivery dan pemasaran / marketing. Visi dan misi ini dilandasi oleh
96
ibadah, dimana pemilik perusahaan telah menjalani masa pensiun tetapi tidak mau bergantung dari pemberian anak-anaknya. Visi
dan
misi
ini
telah
membangkitkan
eratnya
rasa
persaudaraan/kekeluargaan dan keagamaan antara pemilik dengan karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja maksimal untuk perusahaan disamping merasa terbekali dengan keterampilan yang baru karena pemilik tidak segan-segan mendidik tenaga yang tadinya tidak mempunyai keterampilan sama sekali di bidang roti, khususnya brownies, menjadi tenaga yang terampil dilandasi rasa ibadah. Siraman ibadah diberikan berupa pengajian : setiap hari Sabtu pagi jam 8.00 – 9.00 WIB dan setelah sholat Jum’at hingga sore hari dilakukan pada minggu keempat tiap bulannya, disamping adanya keharusan menjalankan kewajiban sholat tepat waktu. Dengan demikian moral karyawan dibentengi dengan keagamaan. Tujuan usaha diselaraskan dengan ibadah. Hal ini memberikan rasa memiliki tujuan, arah dan peluang bersama pada setiap karyawan perusahaan. Tujuan perusahaan dimengerti oleh karyawannya sehingga mendapatkan respon yang positif. Kondisi ini merupakan kekuatan tersendiri bagi perusahaan; hubungan kekeluargaan menjadi tinggi dan moral karyawan meningkat. Organisasi Struktur
Organisasi
Industri
Kecil
Elsari
sudah
terdapat
pembagian tugas/fungsi dan dibagi menjadi enam bagian yaitu Bagian Produksi Brownies, Bagian Produksi Bakery, Bagian Administrasi Keuangan, Bagian Pemasaran dan Bagian Delivery adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Namun sebagaimana kebanyakan Industri Kecil pada umumnya, pemilik masih memegang peranan/kendali yang besar. Hierarki telah terbagi namun kewenangan tidak sepenuhnya dipegang kepala bagian tetapi masih sebatas formalitas, pengaruh pemilik masih besar. Pergantian Kepala Bagian bisa dua kali dilakukan dalam satu tahun.
97
Pemilik H. Maman Surahman
Penanggung Jawab Hj. Elli Ratnasari
Kabag Produksi Brownies Rahmat
Kabag Produksi Bakery Yusep G
Kabag Personalia Lidya Sabariah
Kabag Adm. Keuangan Erfi Septiany
Kabag Pemasaran Lutfi Noerman
Kabag Delivery Wahyu K
Ahmad D. Asep M Sofyan
Ahmad A. Yana Lilim Neneng
Agus M A Rizal Yusup
Nurhaenil
Faisal R Nana M Max Ezri
Richi I Lukman F Rian M
Gambar 17 Struktur Organisasi Elsari
Buku aturan kepegawaian tentang job description untuk setiap Bagian pernah dibuat, namun sekarang tidak terpakai, job description setiap pegawai lebih sering dalam bentuk penyampaian secara lisan oleh pemilik Elsari. Struktur organisasi Elsari masih termasuk sederhana dan cukup memadai untuk kondisi sekarang, namun untuk tantangan ke depan diperlukan tenaga R&D untuk inovasi produk, riset pasar dan strategi pengembangan. Tidak ada tenaga R&D karena pengembangan dan inovasi produk masih dilakukan oleh pemilik perusahaan. Seiring dengan peningkatan produksi maka jumlah karyawan pun dari tahun ke tahun meningkat. Pada awal usaha tahun 2003 berjumlah 3 orang (Bapak H. M. Surahman, isteri, dan satu orang anak), akhir tahun 2004 mencapai 10 orang, pada tahun 2005 jumlah karyawan meningkat menjadi 15 orang, tahun 2006 menjadi 20 orang karyawan, tahun 2007 jumlah karyawan menjadi 25 orang dan terakhir pada tahun 2008 jumlah karyawan menjadi 27 orang. Tabel 43 di bawah ini memperlihatkan perkembangan jumlah karyawan Elsari.
98
Tabel 43 Jumlah Karyawan di Industri Kecil Elsari Tahun
Jumlah Karyawan (orang)
2003-2004
3-10
2005
15
2006
20
2007
25
2008
27
Penghargaan khusus bagi pegawai yang berprestasi belum dilakukan, sistem reward kepada pegawai masih belum diterapkan. Penunjukan Kepala Bagian didasarkan pada senioritas (sudah lama kerja) dan pekerjaan/skill yang lebih bagus. Pencatatan absensi pegawai telah dilakukan walaupun masih secara manual.
3. Marketing/Pemasaran Segmen Pasar Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Elsari, segmen pasar yang dibidik oleh Elsari sebenarnya lebih ke segmen golongan menengah tetapi diharapkan masih terjangkau oleh golongan bawah sehingga harga jual tidak dibuat terlalu mahal. Pengaruh luar seperti kenaikan harga BBM sempat membuat kekhawatiran Elsari karena kenaikan harga bahan baku akan menyebabkan kenaikan harga produk yang akan mempengaruhi besarnya penjualan (turunnya permintaan). Dalam kondisi demikian maka yang dilakukan Elsari adalah tidak menaikkan sebesar kenaikan bahan baku karena dikhawatirkan akan sangat menurunkan permintaan tetapi hanya menaikkan harga sedikit sehingga diharapkan permintaan masih lebih banyak dan perputaran lebih cepat sehingga keuntungan tetap sama dengan bila menaikkan harga sesuai kenaikan bahan baku. Pasar untuk wilayah Bogor masih terbuka luas untuk produk kue brownies ini. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Bogor
99
maka pangsa pasar diharapkan meningkat. Selain itu Kota Bogor yang sering mendapatkan kunjungan wisatawan lokal menjadi keuntungan tersendiri, serta menjadi peluang pasar bagi Elsari. Saat ini setiap peningkatan jumlah produksi brownies Elsari masih terserap pasar, namun demikian kondisi pasar tetap harus diperhatikan karena pada saat ini setiap pengiriman brownies pada counter selalu harus dicadangkan/dilebihkan paling sedikit dua counter tujuan pengiriman untuk mengantisipasi belum terserapnya produk di counter-counter yang dituju tersebut. Pemasaran dibagi menjadi pemasaran ke pasar yang baru dan pasar lama yang telah dimasuki. Untuk penjualan kepada pasar lama biasanya pengiriman berdasarkan hasil pengalaman tahun lalu. Pada saat-saat tertentu seperti tanggal 25 s.d. tanggal 5 setiap bulan, disaat Lebaran dan liburan sekolah, pengiriman ditingkatkan. Sehingga pengiriman bersifat fluktuatif. Pendistribusian produk biasanya dilakukan melalui counter, koperasi dan agen akan dibahas di bawah ini. Sedangkan untuk bakery biasanya didasarkan atas jumlah pesanan. Untuk pasar lama pegawai delivery lebih berperan sedangkan untuk pasar baru pegawai marketing dan pemilik Elsari yang lebih berperan. Sebagai contoh pemasaran yang dilakukan oleh pemilik perusahaan hingga terjadinya transaksi penjualan atas usaha pemilik terlihat pada saat penjualan brownies ke PJKA, dimana pada saat para tenaga marketing Elsari mengalami jalan buntu, transaksi terjadi atas usaha pemilik menemui manajer PJKA. Pelanggan Elsari berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh Rizki (2007) dalam kaitannya dengan penelitian ”Kajian Manajemen Kualitas Perspektif Six Sigma pada Perusahaan Elsari Brownies & Bakery Bogor” diketahui bahwa konsumen Elsari sebagian besar berusia 17-28 tahun (86%), bekerja sebagai karyawan swasta (88%), berpendidikan SLTA (88%) dan berstatus sebagai ibu/isteri (62%) dengan 72% konsumen berpenghasilan Rp.500.000 – Rp.1.500.000. Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan kuesioner seperti yang telah diuraikan dimuka diperoleh data sebagai
100
berikut : mayoritas pelanggan Elsari bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta (64%), prosentase terbesar berpendidikan SLTA (44%), sebagian besar telah menikah (66%) dan
konsumen berpenghasilan di bawah
Rp.2.000.000 sebanyak 52%.
Distribusi Pemasaran Penjualan brownies disamping dijual sendiri juga dijual pada counter-counter yang tersebar di Kota Bogor yaitu counter Latuye, counter Gepuk Karuhun, beberapa counter Venus (roti unyil), dan beberapa counter toko kue maupun ke luar Kota seperti ke Bandung, Sukabumi, Tangerang, Karawang, Serang, Banten, Merak, Bengkulu, Jambi dan Bali. Tabel 44 dan Tabel 45 memperlihatkan counter-counter yang menjual Elsari untuk daerah Bogor dan sekitarnya serta daerah Bandung. Selain itu brownies Elsari disalurkan juga melalui koperasi dan agen. Yang dimaksud dengan agen disini adalah orang-orang/pelanggan di dalam perusahaan-perusahaan yang melakukan pesanan langsung ke IK Elsari atau Marketing Elsari. Biasanya yang menjadi agen adalah pegawai bagian Marketing, General Affair, Receiptionist, atau orang perorangan di perusahaan agen tersebut, misalnya untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan di perusahaan ditempat agen tesebut bekerja. Elsari mensyaratkan pada setiap counter untuk menjual dengan harga minimum Rp. 25.000,00 atau lebih kepada pembeli akhir. Counter membeli brownies dari Industri Kecil Elsari dengan harga Rp. 21.000,00, sedangkan untuk pembeli dengan maksud menjual kembali (sebagai penjual brownies, penjual antara, termasuk pula marketing Elsari diperbolehkan menjadi penjual antara) mendapat harga
Rp. 23.000,-.
Sedangkan untuk Koperasi diberi discount maksimum 10%. Elsari tidak mengenal Harga Eceran Tertinggi tetapi yang ada adalah Harga Eceran Terendah.
101
Tabel 44
Daftar Counter di Kota Bogor dan Sekitarnya yang Menyediakan Brownies Elsari BOGOR DAN SEKITARNYA
No.
COUNTER
KOTA
No.
1 2 3 4 5 6 7
Venus Lutuye Venus Damri Venus Bangbarung Tk. Buah Fortune Tk. Simpang Tiga RM. Palem Gepuk Karuhun
Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor
14 15 16 17 18 19 20
8
Eviboy
Bogor
21
9 10 11 12 13
Al-Amin Tk. Maju Tk. Ahu Tk. Kita Tk. Mocy
Bogor
22 23 24 25
Tabel 45
COUNTER Tk. Berkah Baru Inti Cake Tk. Mukala Tk. Asinan Tajur Tk Barokah Wemart 1 Total Buah Segar Fatmawati Total Buah Segar Rawamangun Tk Clarisa Tk Degung Raya Tk Nasib Putra Tk Oleh-Oleh
Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari BANDUNG
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
COUNTER Karya Umbi Ojolali Sari Rasa Oleh-Oleh Camilan Rumah Snack Hanaya Sari Raos 1 Sari Raos 2 Sari Raos 4 Sari Raos 5 Sari Raos 6 Isola
No. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
COUNTER Yani KPAD Sarina Maya Novisari Syifasari Indosnack Kabita Snack Istana Brownies Cinta Laksana Bintang Laksana Tk 89 Rinie Mayasari
KOTA
102
Tabel 45
Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari (lanjutan).
BANDUNG No.
COUNTER
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
No.
Cecep Marni Borma Marni Swalayan Putri Putri 2 Putri 3 Putri 4 Lavi Ud. Snack Pengkolan
37 38 39 40 41 42 43 44 45
COUNTER Setuju Sari Gurih Kartika Rasa Sari Priangan Citra Rasa Wendi Sari Nikmat Istana Antapani Parahiangan
Pemasaran melalui sistem counter ini dirasakan pemilik Elsari sebagai penjualan yang efektif. Pemilihan lokasi counter merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan mengingat pelanggan Elsari berdasarkan hasil survei yang diuraikan di muka, persentase terbesar adalah pegawai / karyawan. Promosi Promosi tidak langsung terjadi ketika perusahaan diwawancarai oleh surat kabar setempat seperti Surat Kabar Radar Bogor, atau dari liputan televisi nasional seperti TVRI, JakTV, dan dari penyiaran RRI Kota Bogor serta dimasukkannya dalam Buku ”Potensi dan Prospek Kota Bogor” dimana semuanya tidak mengeluarkan biaya. Disamping itu Industri kecil Elsari sering mendapat kunjungan dari industri kecil luar kota sebagai industri kecil yang ditunjuk/dipilih oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Bogor. Atas
permintaan
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
(Disperindagkop) Kota Bogor, Industri Kecil Elsari turut berpartisipasi mengikuti antara lain : (a) Festival Makanan se-Jawa Barat di Bandung pada bulan Juli 2008, (b) Indonesian City Expo di Solo pada bulan JuliAgustus 2008 dan (c) Pameran Kongres Kebudayaan Indonesia yang menampilkan produk-produk Kota Bogor dimana Brownies Elsari
103
merupakan salah satunya. Event ini dimanfaatkan Elsari sebagai ajang promosi. Disperindagkop Kota Bogor kadang berperan pula dalam pemasaran Elsari dengan membawa contoh produk Elsari pada event-event di luar Kota Bogor (sebagai perantara) sebagai salah satu produk yang mewakili Kota Bogor, dalam hal ini Disperindagkop selektif dalam memilih industri kecil karena ada implikasi akibat dari event tersebut misalnya harus siap memasok/menyediakan produk akibat adanya permintaan/pesanan dari pengunjung pameran. Salah satu alat lain untuk promosi adalah Merk, Melalui Disperindagkop Kota Bogor atas tawaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan biaya Dirjen HAKI Departemen Kehakiman dan HAM maka Industri Kecil Elsari telah didaftarkan merknya pada 5 Juni 2008, dan sertifikatnya saat ini telah selesai. Dengan adanya merk maka diharapkan Citra Produk Elsari semakin meningkat. Biaya promosi masih sedikit yang dikeluarkan oleh Elsari untuk mengenalkan produknya pada masyarakat luas. Akan lebih baik apabila Elsari meningkatkan dana untuk biaya iklan dan promosi. Elsari pernah membuat iklan di Koran Bopuncur namun sekarang tidak dilakukan lagi. Namun pemilik Elsari merasa telah puas dengan sistem promosi yang ada sekarang seperti diterangkan di atas. Pemilik Elsari meyakini bahwa promosi dari mulut ke mulut merupakan promosi yang paling baik. Pemberian cuma-cuma brownies kepada tamu Elsari dan para calon pelanggan juga merupakan bentuk promosi. Disamping itu
kemasan
didesain menarik sehingga diharapkan orang akan tertarik pada kemasannya dan mau mencicipi brownies Elsari dan mau membeli kembali, dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan. Bonus 1 box brownies terhadap counter yang berhasil menjual 50 box brownies merupakan promosi lainnya. Pemberian gratis kepada pelanggan counter yang merasa brownies Elsari yang dibelinya tidak enak. Pemilik Elsari juga selalu berpesan kepada setiap marketing Elsari agar selalu berlaku ramah, bersikap sopan santun dalam melayani pelanggan dan tidak mudah
104
menyerah. Berdasarkan keterangan pemilik Elsari, Elsari menganggarkan biaya 10% dari biaya produksi untuk losses (kehilangan), retur dan bonus. Market research Pada saat penyerahan pesanan kepada counter-counter, pegawai marketing dan atau pegawai delivery Elsari akan menanyakan keluhankeluhan dari counter maupun pelanggan. Hal ini merupakan feedback bagi perusahaan meskipun masih dilakukan secara lisan (berupa obrolan). Keluhan tersebut akan disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan perbaikan. Sebagai contoh, ada keluhan dari pelanggan yang merasa bosan dan menanyakan apakah ada produk yang baru, hal tersebut merupakan masukan bagi pemilik yang akhirnya ditindaklanjuti dengan munculnya inovasi terciptanya produk-produk brownies lainnya. Market research masih dilakukan dari adanya penyampaian keluhan pelanggan secara lisan belum dilakukan sebagai suatu penelitian tersendiri yang terencana. Kualitas Produk Harga brownies yang relatif murah dengan mempertahankan kualitas yang baik dan rasa yang enak merupakan kekuatan dari Elsari. Kualitas produk brownies umumnya baik dan bisa bertahan dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Bila dalam jangka waktu kurang dari satu minggu brownies telah basi (buluk) maka produk tersebut dapat dikembalikan (retur) tanpa harus membayar. Namun penurunan kualitas produk tersebut secara umum jarang terjadi, pernah terjadi kejadian tersebut pada tahun bulan Februari 2005 sehingga terdapat retur sekitar 200 box brownies disebabkan brownies telah basi sebelum waktunya. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya karena bahan yang dipergunakan tetap sama. Diperkirakan musim hujan merupakan salah satu faktor penyebabnya dimana udara menjadi lembab. Untuk memperpanjang umur produk maka diciptakan produk baru yaitu Brownies Kering atau sering disingkat menjadi Broker. Daya tahan produk ini lebih lama bisa mencapai satu bulan. Brownies kering Elsari ini
105
sekarang telah ditiru oleh pembuat brownies lainnya seperti Kartika Sari Bandung. Pendidikan dan Pelatihan (Training) Pegawai Pemasaran Pegawai pemasaran Elsari belum diberikan / mendapatkan diklat mengenai pemasaran dari perusahaan. Beberapa diklat mengenai desain grafis dari Pemda Kota Bogor pernah diikuti pegawai pemasaran, namun tentunya diklat ini bukan diklat pemasaran. Frekuensi pendidikan dan pelatihan untuk manajer pemasaran belum ada, namun diharapkan dapat menimba ilmu dari pengalaman selama enam tahun berdirinya Industri Kecil Elsari (2003 – 2009). 4. Manajemen Sistem Informasi Industri Kecil Elsari sebagaimana umumnya Industri Kecil di Indonesia masih belum menerapkan Sistem Informasi Manajemen sebagaimana mestinya. Penggunaan komputer terbatas pada penggunaan untuk pengetikan, pembuatan administrasi penjualan, dll. dengan mempergunakan software Microsoft Excell dan Microsoft Word. Pada struktur organisasi Elsari belum mencantumkan Sistem Informasi sebagai bagian tersendiri karena belum dirasakan perlu. 5. Produksi Dan Operasional Bahan Baku Pasokan bahan baku Industri Kecil Elsari di dapat dari dalam dan luar kota. Bahan baku coklat didatangkan dari Bandung yaitu coklat Delfi sedangkan tepung terigu,gula dan telur didapat dari pemasok yang berlokasi di Perumahan Indraprasta Kota Bogor, minyak Tropikal dibeli dari pemasok di daerah Keradenan Bogor. Bahan-bahan lain seperti soda, bahan pengisi&penghias, garam dan vanili dibeli di Pasar Anyar Bogor. Lokasi Produksi Lokasi Elsari terletak di dalam perumahan sehingga berada di pinggir jalan komplek yaitu Jl Pondok Rumput Raya No.18, dan bila dilihat dari tingkat keramaian lalu lintas maka sebenarnya tingkat lalu
106
lintasnya rendah sehingga bila digunakan sebagai tempat counter kurang menguntungkan. Namun karena Elsari merupakan produsen brownies dimana sistem penjualannya/distribusinya melalui counter-counter lain dan koperasi, maka hal itu tidak merupakan suatu masalah. Pemilik Elsari sendiri bahkan merasa tempat tersebut strategis dan membawa keberuntungan. Hal yang harus diperhatikan adalah memilih countercounter yang berlokasi strategis dan ramai dikunjungi. Peralatan yang dimiliki Industri Kecil Elsari telah memiliki peralatan untuk produksi dan operasional seperti yang tertera pada Tabel 32 dan Tabel 33 di halaman 69. Peralatan tersebut kondisinya masih baik dan secara teratur memerlukan penggantian alat (Tabel 34), beberapa bahkan merupakan peralatan yang baru dibeli seperti peralatan-peralatan yang terbuat dari stainless steel. Keuntungan dari penggunaan peralatan stainless steel adalah: (a) cepat panas, (b) cepat dingin, (c) perawatan lebih mudah dan tahan lama (d) hasil produksi lebih bagus Seperti telah dibahas di atas, peralatan tersebut dibeli dari modal yang dipinjam dari Bank BRI dengan bunga 12% setahun. Dengan peralatan-peralatan yang ada telah memenuhi kebutuhan produksi dan pesanan yang ada. Namun demikian apabila peralatan lebih modern misalnya dengan adanya oven listrik maka pengaruh cuaca dapat diminimalkan sehingga kualitas produksi bisa terjaga meskipun sedang dalam musim hujan. Selain itu dengan oven listrik suhu didalam oven dapat terpantau dan terjaga secara otomatis dimana selama ini menjadi kendala karena tidak diketahui suhu saat pengovenan. Bila Industri Kecil Elsari telah berkembang menjadi Industri Menengah tentunya modernisasi peralatan menjadi sangat dibutuhkan. Foto-foto pada Gambar 18 menampilkan beberapa peralatan yang dimiliki Elsari (kompor, oven dan loyang).
107
Gambar 18 Peralatan Produksi dan Operasional Industri Kecil Elsari
Produksi dan Penjualan Produksi Elsari seperti diterangkan di atas berfluktuasi. Dalam memproduksi brownies biasanya Elsari menyediakan stock sebanyak 10 persen dan biasanya stock tersebut sudah habis dalam waktu dua hari setelah pembuatan 1). Gambar 19, Gambar 20 dan Gambar 21 memperlihatkan trend jumlah produksi/penjualan brownies Elsari dari tahun 2005, 2006 dan 2007. Penjualan di sini belum dikurangi retur penjualan, tetapi merupakan jumlah produk yang dilempar ke pasar dari hasil produksi. 1)
Sumber : Bpk. Ade Lutfi, Marketing Elsari.
108
Penjualan Elsari Tahun 2005 4881
4799
5000
4544
4455 4500
4139
4306
4264 4051
4003
4000
4382
3726
3500
Jumlah (box)
2993 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Januari
Maret
Mei
Juli Bulan
September
November
Gambar 19 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2005
Penjualan brownies Elsari tahun 2005 memperlihatkan dinamika penjualan, dimana terdapat jumlah penjualan yang tidak sama setiap bulannya tetapi terdapat turun-naik penjualan dengan periode tertentu. Pada tahun 2005 bulan : Maret, Agustus dan Desember
merupakan
puncak penjualan di tahun 2005 (Gambar 19). Penjualan Elsari Tahun 2006 6242
7000
5457 5920 5616
6000
5647
5744
4661
5000
4722 4367
4404
4191
Jumlah (box)
3938 4000
3000
2000
1000
0 Januari
Maret
Mei
Juli Bulan
September
November
Gambar 20 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2006
Pada tahun 2006 bulan Mei s.d Agustus dan bulan November merupakan puncak penjualan pada tahun tersebut. Pada bulan November terdapat penjualan(diproduksi) sebanyak 6242 box (Gambar 20).
109
Penjualan Elsari Tahun 2007 7483
8000 6864
6517
7000 5918
5757
6000
5518 4993
Jumlah (box)
5000
4456
4367
4085 4000
3000
2000
1000
0 Januari
Maret
Mei
Juli Bulan
September
November
Gambar 21 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2007
Pada tahun 2007 bulan April merupakan puncak penjualan pada tahun tersebut. Pada bulan tersebut diproduksi sebanyak 7483 box (Gambar 21).
Penjualan Periode 2004 s.d. Oktober 20072007 Penjualan Brownies ElsariOktober Periode Oktober 2004 s.d Oktober 8000
7000
5000
4000 Series1
3000
14 bulan
14 bulan 2000
1000
Hujan
Kemarau
Kemarau
Hujan
Kemarau
Hujan
bulan
Gambar 22 Penjualan Brownies Elsari dari Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
Oktober 2007**)
September 2007
Juli 2007
Agustus 2007
Mei 2007
Juni 2007
April 2007
Maret 2007
Januari 2007
Februari 2007
November 2006
Desember 2006
Oktober 2006**)
September 2006
Juli 2006
Agustus 2006
Mei 2006
Juni 2006
April 2006
Maret 2006
Januari 2006
Februari 2006
Nov 2005**)
Desember 2005
Oktober 2005
September 2005
Juli 2005
Agustus 2005
Mei 2005
Juni 2005
April 2005
Maret 2005
Januari 2005
Februari 2005
Nov 2004**)
Desember 2004
0 Oktober 2004
(box)
Penjualan brownies
6000
110
Bila diperhatikan pada grafik di atas maka terdapat peningkatan jumlah produksi rata-rata setiap tahun (Gambar 22). Terlihat pula adanya pola periodik tahunan dengan perioda 14 bulan yaitu dari bulan Oktober 2004 – November 2005 dan November 2005 – Januari 2007. Terdapat pola peningkatan penjualan (produksi) setelah satu bulan dari bulan Lebaran yaitu pada bulan Desember 2004, Desember 2005, dan November 2006 disamping itu bulan Desember juga merupakan musim liburan anak sekolah
dan
menjelang
Tahun
Baru
Masehi,
dimana
terdapat
kecenderungan pembelian produk di atas rata-rata. Bulan dimana terdapat hari Lebaran (hari raya Idul Fitri) ditandai dengan tanda kotak segiempat pada grafik. Puncak penjualan terjadi pada bulan April 2007 dimana diproduksi brownies sebanyak 7483 box brownies. Tidak terdapat pola yang jelas hubungan antara penjualan di musim hujan dan di musim kemarau, namun pada musim kemarau terjadi peningkatan penjualan ratarata dan pada bulan Februari terjadi penurunan. Bila jumlah produksi/penjualan dihitung per tahun kemudian digambarkan dalam bentuk grafik maka akan didapat siklus hidup produk terlihat seperti di bawah ini (Gambar 23). Siklus Hidup Produk 80000 70000 67149.6 60000
70952
60909
50543 (box)
Penjualan
50000 40000 30000
28409 y = 306.59x 3 - 6390.75x 2 + 45415.40x - 37934.87 R2 = 1.00
20000 10000 1800
0 0
1
2
2003
2004
4 3 Tahun ke -
2005
2006
5
2007
6
7
2008
Gambar 23 Siklus Hidup Produk Brownies Elsari
Dalam siklus produk dikenal tahapan : (a) tahap pengembangan produk, (b) tahap pengenalan, (c) tahap pertumbuhan, (d) tahap
111
kematangan dan kejenuhan serta (e) tahap penurunan. Dari grafik tersebut maka produk brownies Elsari berada diantara : tahap pertumbuhan, dan tahap kematangan / kejenuhan. Dengan demikian maka sebaiknya Elsari selalu menerapkan strategi yang disesuaikan dengan siklus hidup produk misalnya dengan memperkenalkan produk-produk baru atau modifikasi produk untuk menggantikan produk-produk lama, membuka segmen pasar baru, dll. Quality Control dan Pelatihan Pegawai khusus yang mengurus Quality Control belum ada di Industri Kecil Elsari. Quality Control masih dipegang oleh Kepala Bagian Produksi. Garansi yang diberikan oleh Elsari selama 1 – 2 minggu dan apabila kue kualitasnya jelek dapat dikembalikan kepada Elsari tanpa membayar. Pemilik
Elsari
pernah
mengikuti
Pelatihan
dari
Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor antara lain : Pelatihan Gugus Kendali Mutu (GMK), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis Critical Control Point (HCCP) yang dapat menunjang pengetahuan produksi dan Quality Control yang baik.
6. Research And Development Industri Kecil Elsari belum mempunyai tenaga R&D secara khusus. Pengembangan produk masih dilakukan oleh pemilik Elsari dan isteri. Produk baru terakhir hasil inovasi Elsari adalah Brownies Kering atau Broker. Produk-produk tersebut dipromosikan dari mulut ke mulut kepada pelanggan lama. Hasil Inovasi Elsari selama enam tahun terakhir ini beserta harganya dapat dilihat pada Tabel 46 di bawah ini.
112
Tabel 46 Produk Inovasi Elsari & Daftar Harga PRODUK INOVASI ELSARI & DAFTAR HARGA (April 2009) BROWNIES PANGGANG COKLAT 1 Maises 2 Coklat Chips 3 Kismis 4 Kacang Mede 5 Keju Panggang 6 Keju Basah / Parut 7 Kombinasi 8 Pisang Keju
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
BESAR 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 26,000.00 27,000.00 26,000.00 27,000.00
BORJU (SUSU) 1 Kacang Mede 2 Keju Panggang 3 Keju Basah / Parut
Rp 25,000.00 Rp 26,000.00 Rp 27,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
KECIL 13,000.00 13,000.00 13,000.00 13,000.00 13,500.00 14,000.00 13,500.00 14,000.00
Rp 13,000.00 Rp 13,500.00 Rp 14,000.00
BROWNIES KUKUS COKLAT 1 Coklat Chips 2 Kismis 3 Kacang Mede 4 Keju Basah / Parut 5 Pisang Keju 6 Maises Kombinasi 7 Ketan Hitam 8 Pandan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
BESAR 27,000.00 27,000.00 27,000.00 28,000.00 28,000.00 27,000.00 27,000.00 27,000.00
BROWNIES KUKUS COKLAT 1 Kacang Mede 2 Keju Basah / Parut 3 Pisang Keju
Rp 27,000.00 Rp 28,000.00 Rp 28,000.00
KECIL -
-
LAIN-LAIN 1 2 3 4 5 6
Lapis Legit Lapis Surabaya Pisang Bollen Pastri Brownies Kering PP Panggang
Rp Rp Rp Rp
32,000.00 30,000.00 32,000.00 28,000.00 Rp 27,000.00
Rp 19,000.00 Rp 18,000.00 Rp 15,000.00 -
113
5.6 Analisa Lingkungan Eksternal Perusahaan 1.
Competitor Produk Sejenis Menurut narasumber seorang marketing Elsari, terdapat beberapa produk brownies yang terdapat di Kota Bogor diantaranya : Brownies Bogor, Tresna Rasa, Marlin Brownies, Bintang Brownies, Ramana Brownies, Manika Brownies, Resky Brownies, Panorama cake dan Laksana Cake & Brownies Namun menurut Bpk Gupuh salah seorang Kepala Seksi di Disperindagkop Kota Bogor menurutnya untuk lingkup Kota Bogor produk brownies Elsari hampir tidak mendapat saingan berarti dari produk sejenis yang berasal dari Kota Bogor. Industri mikro yang memproduksi Brownies di Kota Bogor hanya bersifat temporer tidak ada yang spesialis. Puteri dari Bpk. H. M Surahman bergerak pula di bidang brownies namun bukan merupakan saingan. Saingan yang ada (yang terdaftar di Disperindagkop) Kota Bogor hanya Brownies Bie Biee yang beralamat di Jl. Batu Tulis Gg Lurah No. 12A, pemiliknya Bpk. Didi Karnadi namun sekarang mulai beralih ke pembuatan kue donut. Usaha brownies di kota Bogor kebanyakan merupakan usaha perumahan kecil-kecilan dan memproduksi banyak jenis kue sehingga brownies hanya merupakan bagian dari produksinya dan dibuat bila ada pesanan. Saingan Industri Kecil Elsari dari produk sejenis justru datang dari produsen brownies berasal dari Bandung yang memasuki pasar Kota Bogor seperti Brownies Amanda dan Brownies Kartika Sari. Kedua produk brownies tersebut telah terlebih dahulu memasuki pasar dan telah dikenal orang lebih dahulu, sedangkan brownies Elsari baru berdiri pada tahun 2003 atau baru beroperasi lima setengah tahun. Dari sisi pandang pemilik Elsari menilai bahwa kekurangan produk brownies Amanda adalah kurang variatif. Dari sisi harga, brownies Elsari lebih murah dibandingkan pesaingnya baik dari brownies Kartika Sari ataupun brownies Amanda, namun dari sisi rasa tidak kalah enak dari brownies Amanda maupun Kartika Sari. Sebaliknya beberapa konsumen
114
brownies Elsari dari hasil kuesioner berpendapat bahwa brownies Amanda justru lebih lezat, enak tidak enek(terlalu manis), legit, lebih empuk, lebih gurih, lebih terasa coklatnya, dan aromanya lebih harum. Ada pula yang menilai bahwa brownies Amanda lebih higienis, lebih menarik, lebih murah, lebih variatif, lebih khas, dan lebih dikenal. Kelebihan lainnya dari brownies Amanda adalah konsumen langsung mendapatkan produk brownies saat keluar dari oven dalam kondisi hangat sehingga konsumen merasa yakin bahwa produk tersebut baru dan tidak basi, serta karena baru masak dari oven jangka waktu kadaluarsa lebih terjamin, hal ini berbeda dengan sewaktu konsumen membeli di counter dimana konsumen harus meyakinkan apakah produk tersebut baru dan belum melampaui masa kadaluarsa. Brownies Amanda telah mempunyai toko di Kota Bogor yang terletak di Jl. Pajajaran. Tabel 47
No.
Daftar Industri Roti-Kue yang merupakan saingan utama potensial Bakery Elsari
Nama Industri Roti
Alamat
1 2 3
Bambi Venus Bogor Permai
Jl Sawo Jajar 12/22 Jl Siliwangi 17A Jl. Sudirman 23A
4
Sukses Bakeri
5
Berkah
6 7
Mahkota Bakery Yun Yen
8
Evy Boy
9 10
Tista De Paris
11
Merdeka
Gg Besi Rt 02/11 Kebun Pala Jl Blk Fakultas Rt 06/04 Tegalgundil Jl Roda Gg Liti Belakang Fakultas Tegallega Jl Perintis Kemerdekaan Gg Tirta No.1 Jl Julang I No.3 Jl Suryakencana No. 299 Jl Bangbarung Blok AA-AB Ruko Vila Indah
Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007
Jenis Komoditi Roti dan kue Roti manis Roti manis/tawar Roti
Kapasitas Produksi per Tahun (buah) 2.600.000 1.800.000 1.080.000 780.000
Roti
750.000
Roti Roti
600.000 500.000
Roti, kue
500.000
Roti, kue Roti manis dan tawar Roti manis dan tawar
360.000 270.000 270.000
115
Sebaliknya, untuk produk bakery Elsary banyak pesaing untuk produk sejenis di Kota Bogor, setidaknya terdapat 39 industri roti-kue yang mempunyai TDI terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Di antara jumlah tersebut yang menjadi pesaing utama adalah industri roti yang mempunyai kapasitas produksi yang cukup besar.
2.
Pemasok Bahan Baku Bahan Baku untuk brownies, seperti telah diterangkan di depan, sebagian besar diperoleh dari Kota Bogor kecuali untuk coklat didatangkan dari Bandung (coklat Delfi). Pengiriman bahan baku coklat dilakukan setiap minggu dan dilakukan pembayaran sebulan sekali. Bahan baku tepung terigu, gula dan telur didapat dari pemasok yang berlokasi di Perumahan Indraprasta, sedangkan bahan baku minyak Tropikal diperoleh dari Keradenan Bogor. Bahan-bahan lain seperti soda, bahan pengisi dan penghias, garam serta vanili diperoleh dari pasar tradisional (Pasar Anyar Bogor). Selama ini pengiriman dan pembayaran berjalan dengan baik dan lancar tidak terdapat masalah. Posisi tawar berimbang seperti umumnya pembeli dengan penjual.
3.
Distributor Distributor brownies dilakukan oleh : (a) counter-counter yang berada di dalam dan di luar Kota Bogor, (b) para agen yang merupakan orang perorangan di dalam perusahaan langganan yang ingin menjualkan sendiri dan (c) melalui koperasi. Hubungan relasi dengan para distributor terjaga dan berjalan dengan baik Pada umumnya penjualan melalui distributor ini berjalan dengan baik, namun dalam beberapa kasus terjadi kemacetan pembayaran, oleh karena itu pemilik Elsari menerapkan sistem seleksi terhadap para distributor tersebut untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran (piutang).
116
4.
Penyedia Modal Modal Elsari didapat dari beberapa pinjaman, yaitu : modal yang berasal dari pinjaman perorangan dengan bunga yang cukup besar yaitu 3% per bulan atau 36% per tahun, pinjaman dari saudara dan pinjaman dari perbankan (Bank BRI), sedangkan modal awal hanya berjumlah Rp. 3 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli peralatan kerja dan investasi, biaya sewa tempat usaha, dan biaya operasional perusahaan. Bank BRI pada awalnya hanya memberikan pinjaman dibawah jumlah kredit yang diajukan. Tetapi berangsur mulai menaikkan plafon kredit yang diberikan kepada IK Elsari pada pengajuan kredit selanjutnya. Bahkan sekarang selain dari Bank BRI, Elsari mendapat tawaran kredit dari beberapa bank lainnya seperti Bank BNI, Bank Jabar dan Bank Mandiri. Hal tersebut tentunya merupakan keuntungan bagi Elsari. Pembayaran kredit kepada Bank BRI selama ini berjalan dengan lancar.
5.
Kondisi Politik Pada saat penelitian dan penulisan tesis ini berlangsung, telah diadakan pemilihan Kepala Daerah/Walikota Bogor serta anggota DPRD Kota Bogor pada tahun 2008 akhir dan dilangsungkannya PEMILU untuk pemilihan anggota DPR RI yang dilanjutkan dengan pemilihan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009.
6.
Demografi Kota Bogor Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2007 tercatat sebanyak 905.132 jiwa terdiri dari laki-laki 457.717 jiwa dan perempuan sebanyak 47.415 jiwa. Dengan kepadatan penduduk 7.746 jiwa per km2 ([Bappeda, BPS Kota Bogor] 2008b).
117
Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Kota Bogor Tahun 2008 mengenai komposisi penduduk Kota Bogor berdasarkan kelompok umur terlihat pada Gambar 24. 67.03 70
60
Persentase (%)
50
40 28.94
30
20
4.03 10
0 0-14
15-64
65+
Kelompok Umur
Gambar 24 Persentase Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur (Sumber : Bapeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor 2008a, diolah)
Bila dilihat dari komposisi umur maka kelompok umur 15-64 tahun merupakan kelompok yang dominan (Gambar 24) dengan nilai ratarata 67.03%, yang juga merupakan kelompok produktif maka terdapat peluang dengan besarnya jumlah penduduk Kota Bogor IK Elsari dapat meningkatkan penjualannya. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Rizki (2007) pelanggan terbesar Elsari berada di kelompok ini. Demikian pula dengan hasil penelitian/survei penulis dimana konsumen terbesar adalah dari kelompok karyawan. Potensi Sosial Ekonomi Daerah. Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak - Cianjur juga merupakan
118
potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. ([Bappeda, BPS Kota Bogor] 2008b). Kondisi Kota Bogor sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan menjadi peluang tersendiri bagi IK Elsari untuk meningkatkan penjualannya dan menjadikan citra Elsari sebagai makanan oleh-oleh asal Kota Bogor lainnya sebagaimana makanan khas Bogor seperti Asinan/Manisan Bogor, Taleus Bogor, Roti Unyil yang telah dikenal masyarakat di luar Kota Bogor lebih dahulu. 7. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) Kebijakan Suku Bunga BI dan Bank Umum Beberapa tahun terakhir ini Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate dengan maksud supaya sektor riil berkembang lebih cepat. Dengan suku bunga pinjaman yang rendah diharapkan pengusaha terutama pengusaha kecil-menengah dapat meminjam modal dari bank tanpa beban bunga yang terlalu berat. Kredit Bank merupakan salah satu sumber pinjaman modal untuk pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah . Kebijakan Bank Indonesia menurunkan suku bunga BI akan bermanfaat bagi industri kecil bila segera diikuti oleh turunnya suku bunga pinjaman di bank-bank umum. Penurunan SBI tersebut dapat menjadi suatu keuntungan bila Elsari dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Namun
Elsari
tetap
mempertimbangkan
harus
kemampuan
menganalisa keuangan
dengan perusahaan
baik
dan
bila
akan
melakukan pinjaman untuk investasi. Kredit Usaha Rakyat Dengan adanya program KUR ini dimana sebagian besar jaminan dijamin pemerintah merupakan suatu kebijakan pemerintah yang memberi peluang bagi industri kecil untuk mendapatkan modal pinjaman tanpa harus ada agunan sepenuhnya dari pihak industri kecil, dimana umumnya masalah agunan merupakan masalah atau kendala utama bagi industri mikro dan kecil pada saat akan meminjam uang untuk modal usaha.
119
Peluang tersebut juga merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri kecil Elsari untuk modal pengembangan usaha. 8. Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Inflasi di Indonesia berdasarkan sumber BPS seperti yang dikutip oleh koran harian Kompas dapat dilihat pada Gambar 25 yang memperlihatkan laju inflasi di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Laju Inflasi Indonesia Tahun 2000 s.d. 2008 18.00 17.11 16.00
14.00 12.55 12.00 11.06 10.03
Inflasi
10.00 9.35 8.00
6.59
6.40
6.00
6.60 5.06
4.00
2.00
0.00 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Sumber : BPS, Litbang Kompas, 3 Februari 2009, diolah
Gambar 25 Laju Inflasi Indonesia dari Tahun 2000 s.d. 2008
Faktor inflasi dapat menjadi bahan pertimbangan dalam analisa bisnis dimana inflasi akan menyebabkan kenaikan harga bahan baku yang pada akhirnya akan berpengaruh pada harga produk Elsari. Bila tidak disertai dengan peningkatan penghasilan konsumen adanya inflasi akan menyebabkan daya beli konsumen menurun. Melihat pengalaman lalu pada saat terjadi krisis di tahun 1998 dimana terjadi inflasi yang sangat besar dan sempat terjadi nilai kurs rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp.15.000 per US$, menyebabkan harga produk melambung tinggi misalnya harga susu pada saat itu naik beberapa kali lipat. Hal tersebut tentunya sangat memberatkan bagi rakyat dan bagi
120
kalangan industri yang membutuhkan produk tersebut sebagai bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. 9. Naiknya Harga Bahan Baku Tepung Terigu Gambar 26 memperlihatkan fluktuasi harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Kenaikan harga tepung terigu dapat dipicu oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya kenaikan harga gandum di pasar internasional, terganggunya lahan produksi gandum akibat kebakaran, dan sebagainya. Pasokan bahan baku tepung terigu yang masih didatangkan dari luar negeri/import akan sangat berpengaruh terhadap harga tepung terigu. Bila permintaan tetap tinggi dan atau pasokan bahan baku sulit didapat maka harga tepung terigu juga akan mengalami kenaikan. . Tepung terigu merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan brownies namun demikian karena persentase biaya pembelian bahan baku tepung terigu hanya 1% dari biaya bahan baku total, maka kenaikan harga tepung terigu pengaruhnya tidak terlalu besar. Biaya bahan baku terbesar justru muncul dari pembelian telur (40%), minyak tropikal (37%) dan coklat (18%) yang merupakan bahan baku produksi lokal (Tabel 38).
Sumber : Harian Kompas, 11 Februari 2009.
Gambar 26 Fluktuasi Harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum
121
10. Pengaruh Perekonomian Global Resesi Ekonomi di Amerika Serikat Krisis finansial yang membuat krisis perekonomian dunia, dipicu oleh hancurnya pasar perumahan di Amerika Serikat (AS) yang dimulai sejak 2006. Subprime mortgage adalah kredit perumahan berbunga tinggi karena risiko yang tinggi akibat rendahnya aset dari peminjam rumah. Subprime
mortgage
merupakan
kredit
perumahan
yang
skema
pinjamannya telah dimodifikasi sehingga mempermudah kepemilikan rumah oleh orang miskin yang sebenarnya tidak layak mendapat kredit. Ekonomi AS membutuhkan suntikan likuiditas segera dikarenakan sebagian investor terus mencairkan investasinya. Kondisi semakin parah karena pada saat bersamaan semua pihak membutuhkan likuiditas, yang berakibat terjadinya kelangkaan likuiditas (credit crunch).Untuk menutupi kebutuhan likuiditas, mayoritas investor terpaksa menjual portofolionya, termasuk sahamnya, secara besar-besaran, di seluruh dunia yang mengakibatkan terempasnya pasar modal dunia. Adanya berita negatif tentang perusahaan-perusahaan raksasa yang bangkrut dan bank yang mulai kering likuiditas setiap hari membuat kepanikan pada para investor yang terlihat dari jatuhnya indeks. (Hermawan, 2008) Dampak dari krisis ekonomi global tersebut yaitu naiknya harga dollar AS, terjadinya desinvestasi, sulitnya menarik investor dan semakin berhati-hatinya investor menanamkan modal, berkurangnya pesanan eksport, meningkatnya pengangguran, harga barang import naik dikarenakan naiknya kurs dollar AS, menurunnya daya beli masyarakat dan hal-hal lain yang merupakan bentuk sebab akibat dari hal-hal di atas. Pengangguran, Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS dan Daya Beli Masyarakat Adanya krisis global telah menambah pengangguran baru di dunia sebanyak 20 juta orang sehingga tingkat pengangguran dunia saat ini mencapai lebih dari 220 juta orang.(Hermawan, 2008). Adanya pengangguran akibat krisis global ini, khususnya di Indonesia, harus menjadi pertimbangan industri kecil Elsari dalam
122
pengembangan
produk
dengan
bersikap
hati-hati
dan
melihat
perkembangan pasar. Bertambahnya pengangguran erat kaitannya dengan penurunan daya beli masyarakat sehingga pangsa pasar kemungkinan menurun, dengan demikian jumlah produksi harus diperhatikan; pengamatan terhadap konsumen utamanya harus diperhatikan apakah dampak krisis berpengaruh terhadap pembelian/jumlah pesanan brownies Elsari ataukah tidak ada pengaruh berarti. Lemahnya daya beli masyarakat tentunya akan berpengaruh pada penghasilan Industri Kecil karena ada kemungkinan hasil penjualan produksinya mengalami penurunan. Industri kecil yang terpengaruh oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terutama adalah industri kecil yang membutuhkan bahan baku import dikarenakan harus membayar dalam dollar AS sedangkan Industri Kecil yang bergerak dalam bidang makanan dimana mayoritas bahan bakunya berasal dari dalam negeri (lokal) tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Indonesia meskipun mengalami penurunan dari pertumbuhan ekonomi sebelum krisis, Bank Dunia (2009) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,4 persen, atau masih di bawah China (7,5 persen) dan India (5,8 persen). Level ini masih di atas kompetitor terdekat Indonesia dalam menarik modal global, yaitu Thailand sebesar 3,6%, Malaysia sebesar 3,7% dan Filipina sebesar 3,0%, sedangkan Singapura, Hongkong
dan
Korea
Selatan
justru
masing-masing
mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -2.2%, -1% dan -1.7% (Kompas, 2009). 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor PDRB Kota Bogor sebagai potret keadaan perekonomian memberikan gambaran situasi serta merupakan alat untuk mengkaji dan mengevaluasi perekonomian Kota Bogor. Nilai PDRB yang disajikan adalab PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000. Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2007 secara umum seluruh Sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 17.92 persen dibanding tahun 2006, yaitu dari Rp.
123
7.257.742,09 juta pada tahun 2006 menjadi Rp. 8.558.035,70 juta di tahun 2007. ([Bappeda, BPS Kota Bogor], 2008c). Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 mengalami pertumbuhan sebesar 6,09 persen dari Rp. 3.782.273,71 juta di tahun 2006 menjadi Rp. 4.012.743,18 juta pada tahun 2007 (Tabel 48). Tabel 48
No.
(1)
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2003 — 2007 (dalam Jutaan Rupiah )
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan rupiah)
Tahun
(2)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Jutaan rupiah)
(3)
(4)
1
2003
4.165.569,13
3.168.185,54
2
2004
5.245.746,82
3.361.438,93
3
2005
6.191.918,90
3.567.230,91
4 5
2006 *)
7.257.742,09 8.558.035,70
3.782.273,71 4.012.743,18
2007 **) *)
Angka Perbaikan
**)
Angka Sementara
Dengan melihat bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 4.165.569,13 juta di tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 8.558.035,70 juta di tahun 2007 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatan dari Rp. 3.168.185,54 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 4.012.743,18 juta di tahun 2007,. maka hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan riil yang walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat atau tingkat inflasi yang terjadi (Tabel 49). PDRB Perkapita/Pendapatan perkapita Pendapatan Perkapita (PDRB Perkapita) merupakan hasil bagi antara Pendapatan Regional (Nilai PDRB) dengan jumlah penduduk Pendapatan Perkapita ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk. Dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Pendapatan perkapita Kota Bogor menunjukkan peningkatan dari Rp. 5,26 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 9,98 juta di tahun 2007.
124
Demikian pula terjadi peningkatan pada PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 ([Bappeda, BPS Kota Bogor], 2008a, 2008c). Tabel 49 PDRB Perkapita Kota Bogor No. URAIAN (1)
1
2
(2)
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000
PDRB (Rp. juta / Kapita) 2003 (3)
2004 (4)
2005
2006
(5)
(6)
2007 (7)
5.26
6.49
7.51
8.63
9.98
4.00
4.16
4.33
4.50
4.68
Sumber : Bappeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor, 2008c.
Bila dilihat dari PDRB maka perekonomian di Kota Bogor mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan PDRB perkapita maka dapat diperkirakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor dari adanya peningkatan penghasilan per kapita penduduk Kota Bogor. Dengan meningkatnya penghasilan diharapkan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi semakin meningkat dikarenakan daya beli semakin meningkat. Elsari dapat berharap jumlah penjualan browniesnya meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan masyarakat kota Bogor, namun tentunya harus disertai rencana pemasaran yang baik agar penjualan dapat meningkat. 12. FLUKTUASI HARGA BBM DAN KRISIS ENERGI Harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang besar selama tahun 2008. Produsen minyak OPEC bahkan menuduh adanya spekulan di belakang naiknya harga minyak. Harga minyak sempat menembus angka lebih dari US$ 145 per barrel. Seiring dengan naik turunnya harga BBM dunia, maka harga BBM di dalam negeri juga mengalami fluktuasi . BBM Premium/bensin misalnya, setelah mengalami kenaikan mencapai Rp. 6000,- per liter, beberapa bulan terakhir ini Pemerintah menurunkan harga premium secara bertahap turun dari Rp 6000 per liter menjadi Rp. 5500 per liter kemudian turun kembali menjadi Rp. 5000,- per liter masingmasing pada tanggal 1 Desember dan 15 Desember 2008 dan terakhir
125
turun menjadi Rp.4500,- per liter mulai tanggal 15 Januari 2009 (Gambar 27). Naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM) akan menyebabkan mahalnya biaya produksi, biaya distribusi dan mahalnya harga bahan baku produksi yang berakibat pada naiknya harga produk yang dibuat. Kondisi naik turunnya BBM, sempat membuat industri kecil Elsari berada dalam posisi yang sulit, margin keuntungan menjadi kecil dan menjadi suatu dilema untuk menaikkan harga. Pada akhirnya manajemen Elsari memilih kebijakan untuk tidak terlalu menaikkan harga sebesar kenaikan BBM dengan harapan perputaran penjualan yang cepat dan konsumen Elsari masih mampu membeli sehingga tidak terlalu kehilangan pelanggan. Adanya penurunan harga BBM yang terjadi saat ini merupakan suatu peluang bagi industri kecil Elsari supaya lebih kompetitif di dalam penentuan harga saat memasuki pasar baru atau mempertahankan pasar yang telah ada.
Gambar 27 Perbandingan Turun Naiknya Harga BBM Dunia dan Nasional Periode Mei 2008 s.d Januari 2009
126
5.7 PEMBUATAN MATRIK IFE (INTERNAL FACTOR EVALUATION) Dari hasil analisa lingkungan internal perusahaan di atas melalui audit dengan teknik observasi lapangan dan wawancara dengan pemilik Elsari, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan matriks IFE. Matriks IFE terdiri dari faktor-faktor yang merupakan kekuatan perusahaan dan kelemahan perusahaan. Faktor-faktor yang merupakan kekuatan perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha b. Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat
Halal dari MUI c. Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai
keagamaan yang kuat d. Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri,
BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal e. Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop f. Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk g. Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dengan
tetap mempertahankan kualitas yang baik h. Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku i.
Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial)
j.
Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran. Sedangkan faktor-faktor yang merupakan kelemahan perusahaan adalah
sebagai berikut : a. Tingkat kualitas SDM yang masih rendah b. Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan c. Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya
tenaga pembukuan.
127
d. Mesin/Peralatan masih sederhana e. Struktur organisasi masih sederhana
Untuk memperoleh Matriks IFE terlebih dahulu ditentukan Bobot dan Rating. Bobot dan Rating didapat setelah melakukan diskusi dan wawancara dengan pemilik perusahaan dan seorang yang dianggap mengetahui industri kecil Elsari (expert) yaitu Bpk Gupuh Samirono, BBA, Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor yang membawahi bidang industri karena mengetahui kondisi industri kecil Elsari. Setelah nilai Rating dan Bobot diperoleh maka selanjutnya nilai Matriks IFE didapat (Tabel 50). Tabel 50 Matriks Internal Factor Evaluation Faktor Strategi Internal A 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran Sub Jumlah A =
Bobot a
Rating b
Skor c = axb
0.069
4.0
0.276
0.054
3.5
0.188
0.069
3.5
0.242
0.057
3.5
0.200
0.057 0.070
2.5 3.0
0.143 0.211
0.077
2.0
0.155
0.070
3.0
0.211
0.058
3.0
0.175
0.082
3.0
0.246 1.624
128
Tabel 50 Matriks Internal Factor Evaluation (lanjutan) Faktor Strategi Internal
Bobot a
Rating b
Skor c = axb
B 1 2
KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan
0.062
3.5
0.217
0.077
3.0
0.232
3
Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan
0.065
3.0
0.196
4
Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana Sub Jumlah B =
0.077 0.054
3.0 3.0
0.232 0.161 1.038
5
JUMLAH (A + B) =
2.663
Dari hasil analisa tersebut diperoleh nilai / skor IFE sebesar 2.663.
5.8 PEMBUATAN MATRIK EFE (EXTERNAL FACTOR EVALUATION) Dengan cara yang sama seperti pada saat mendapatkan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation), maka dari hasil wawancara dengan dua narasumber tersebut diperoleh nilai Rating dan Bobot. Setelah nilai Rating dan Bobot diperoleh maka selanjutnya nilai Matriks EFE (External Factor Evaluation) didapat ( Tabel 51 ). Tabel 51 Matriks External Factor Evaluation Faktor Strategi Eksternal C.
Bobot a
Rating b
Skor c = axb
PELUANG
1
Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor
0.071
4.0
0.286
2
Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah
0.085
2.5
0.213
3
Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman
0.070
3.0
0.210
4
PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat
0.062
2.5
0.155
5 6
Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
0.071
3.0
0.214
0.067
2.5
0.168
Sub Jumlah C =
1.246
129
Tabel 51 Matriks External Factor Evaluation (lanjutan) Bobot
Rating
Skor
a
b
c = axb
Faktor Strategi Eksternal D
ANCAMAN
1
Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
0.056
2.0
0.113
2
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat
0.060
2.0
0.121
3
Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang
0.078
2.0
0.157
4
Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk
0.066
1.5
0.099
0.076
2.0
0.151
5 6
0.081
2.5
0.203
7
Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
0.080
2.5
0.199
8
Adanya produk substitusi
0.076
3.5
0.264
Sub Jumlah D = JUMLAH (C + D) =
Dari hasil analisa tersebut diperoleh nilai / skor EFE sebesar 2.552.
5.9 PEMBUATAN MATRIK FAKTOR INTERNAL- EXTERNAL Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Sumbu horizontal Matrik IE dibagi menjadi 3 bagian yaitu range antara 1.00 – 1.99 (lemah), range antara 2.00 – 2.99 (rataan), dan range antara 3.00 – 4.00 (kuat) demikian pula sumbu vertikal dibagi menjadi 3 bagian yaitu : dibagi menjadi 3 bagian dengan range antara 1.00 – 1.99 (rendah), range antara 2.00 – 2.99 (sedang), dan range antara 3.00 – 4.00 (tinggi) Dari hasil Matriks IFE dan EFE sebelumnya didapat nilai IFE 2.663 dan EFE 2.552. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat posisi industri kecil Elsari pada Matrik IE berada pada kotak sel V, yaitu pada kotak ‘jaga dan
1.306 2.552
130
pertahankan’ (hold and maintain). Visualisasi posisi industri kecil Elsari pada Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 28 di bawah ini.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
I Tinggi 3.0 - 4.0
1.0 - 1.99
III
II
Grow and Build Strategi intensif atau integratif
Grow and Build
Hold and Maintain
Strategi intensif atau integratif
Penetrasi pasar dan pengembangan produk
V
IV Menengah 2.0 - 2.99
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Strategi intensif atau integratif
Penetrasi pasar dan pengembangan produk
VII Rendah 1.0 - 1.99
Lemah
Rata 2.0 - 2.99
3.0 - 4.0
IX
VIII
Hold and Maintain Penetrasi pasar dan pengembangan produk
Harvest or Divest
Harvest or Divest
Harvest or Divest
Sumber : David, 2005
Gambar 28
Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) untuk Industri Kecil Elsari
131
5.10
PEMBUATAN MATRIK SWOT (STRENGTHS-WEAKNESSES-
OPPORTUNITIES-THREATS) Dari hasil Matriks IE industri kecil Elsari pada matriks tersebut berada pada sel V dengan strategi hold and maintain dimana untuk sel ini strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk sel ini. Strategi ini disebut pula sebagai strategi intensif. Strategi penetrasi pasar (market penetration) berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini secara luas digunakan baik sendirian maupun dikombinasikan
dengan
strategi
lainnya. Penetrasi pasar mencakup
meningkatkan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas (David, 2005). Pengembangan produk (product development) adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini. Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar (David, 2005). Pengembangan pasar (market development) melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru (David, 2005). Analisa SWOT untuk industri kecil Elsari dapat dilihat pada Tabel 52 di bawah ini. Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) dicantumkan pada baris (Horizontal) sedangkan Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) pada kolom (Vertikal). Analisa SWOT terbagi menjadi empat alternatif strategi yaitu : analisa S-O (Strengths – Opportunities), W-O (Weaknesses-Opprtunities), S-T (Strengths-Threats) dan W-T (WeaknessesThreats).
Tabel 52 Matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) KEKUATAN (STRENGTHS) 1. 2.
Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI. 3. Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat. 4. Mendapat tawaran / kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal. 5. Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop 6. Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk 7. Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dengan tetap mempertahankan kualitas yang baik. 8. Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku 9. Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dengan maksud membantu (visi sosial). 10. Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran.
PELUANG (OPPORTUNITIES) 1. Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor
KELEMAHAN (WEAKNESSES) 1. Tingkat kualitas SDM yang masih rendah. 2. Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan 3. Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan 4. Mesin / Peralatan masih sederhana 5. Struktur organisasi masih sederhana
STRATEGI S-O 1.
2. Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah
W-O
Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor (S1, S2, S5, S10, O2, O3), dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru.
1.
Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). (W2, O1, O4,O5)
2.
Meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari (W1, O1, O4, O5), dan SDM yang ada termasuk tenaga administrasi dan akuntansi
3.
Melakukan Investasi untuk memodernkan/mengganti Peralatan dan Mesin yang ada. (W4, O3)
3. Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman
2.
4. PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat
Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5)
3.
Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3)
5. Jumlah penduduk yang meningkat
STRATEGI
6. Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
STRATEGI S-T
ANCAMAN (THREATS) 1. Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009 2. Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat 3. Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang 4. Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global 5. Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk 6. Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Amanda dan Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor 7. Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor 8. Adanya produk substitusi
1.
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8)
2.
Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor, atau di Mall dan di toko-toko besar (S2, S8, S10, T6, T7)
3.
Membuat produk-produk baru atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6)
STRATEGI
W-T
1.
Fokus pada produk yang mempunyai segmen terbesar (W4, T6, T7, T8)..
2.
Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies (W4, T6, T7, T8)
3.
Memantau perkembangan perekonomian nasional dan isu ekonomi-politik yang berkembang (W2, T2), dengan terus melakukan efisiensi, menekan biaya produksi dan pemborosan; atau melakukan perampingan organisasi bila situasi mendesak namun hanya dilakukan sebagai jalan terakhir (W1, W2, W4, W5, T1, T2, T5)
150
133
Srategi S-O (Strengths – Opportunities) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang adalah : a. Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor (S2, S5, S10, O2, O3), dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. Kekuatan yang dimiliki oleh industri kecil Elsari diantaranya adalah telah mempunyai sertifikat Depkes dan telah memiliki Label Halal. Dengan adanya kedua hal tersebut maka akan membuat konsumen merasa terjamin dari sisi kesehatan maupun dari kehalalan produk Elsari. Pada strategi ini, Elsari diharapkan memperluas wilayah jaringan pemasaran
Daerah-daerah wisata merupakan daerah potensial untuk
memasarkan produk terutama pula tempat-tempat yang merupakan tempat wisata kuliner karena konsumen datang khusus untuk membeli makanan atau mencicipi makanan khas tertentu. Hal ini merupakan kesempatan bagi Elsari untuk ikut memasarkan produknya pada tempattempat tersebut dan juga dengan bekal hubungan baik/relasi yang tercipta selama ini. Daerah di sekitar Bogor maupun di DKI Jakarta terdapat banyak tempat-tempat wisata dan tempat wisata kuliner yang dapat dijadikan sebagai sasaran/target pemasaran. Adanya daerah-daerah wisata di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor tersebut (Kawasan Puncak dsb.) dan juga meningkatnya daya beli masyarakat Bogor membuka kesempatan bagi Elsari untuk meningkatkan penjualan dan memperluas pasar. Dengan menambah supply produk pada tempat-tempat wisata tersebut diharapkan dapat menambah jumlah penjualan dan sebagai ajang promosi mengenalkan produk Elsari ke berbagai wilayah asal wisatawan. Namun demikian, pemilihan countercounter sebelum dilakukannya kerjasama dengan counter-counter
134
tersebut seperti yang telah dilakukannya sekarang ini, merupakan cerminan sikap kehati-hatian manajemen Elsari berdasarkan pengalaman yang didapat pada masa lalu serta merupakan hasil pengamatan dan penilaian/evaluasi dari pemilik Elsari dalam memilih counter secara selektif, masih tetap harus dilakukan. Untuk daerah-daerah potensial dimana perputaran produk tinggi dapat dibuka cabang baru Elsari dengan keuntungan
:
pembayaran
dilakukan
secara
cash,
konsumen
mendapatkan produk brownies yang masih hangat/baru, penjualan disesuaikan dengan tingkat permintaan sehingga retur tidak ada dan diharapkan wasted product dapat terkontrol. b. Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5). Pada strategi ini Elsari diharapkan lebih meningkatkan promosi dengan mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun pihak swasta. Kesempatan seperti itu dapat dipergunakan untuk memperkenalkan produk-produk baru Elsari. Promosi lainnya misalnya dapat berupa discount harga penjualan kepada konsumen akhir selama periode tertentu, dsb. Hal ini tentunya untuk meningkatkan jumlah penjualan kepada konsumen Elsari dimana terdapat peluang dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor, peningkatan PDRB Kota Bogor yang berarti pula peningkatan penghasilan penduduk Kota Bogor dan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Untuk menggaet lebih banyak pelanggan membutuhkan promosi berupa pengenalan produk. c. Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3). Dengan memiliki SIUP dan telah mempunyai sertifikat dari Dinas Kesehatan akan lebih (relatif) memudahkan di dalam mendapatkan pinjaman dari bank, karena SIUP merupakan salah satu persyaratan dalam mendapatkan pinjaman bank.
135
Adanya program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat membantu industri kecil seperti Elsari karena sebagian jaminan diberikan oleh pemerintah. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan
Elsari
untuk
menambah
modal
kerja
didalam
meningkatkan jumlah produksi. Srategi W-O (Weaknesses – Opportunities) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang adalah : a. Meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari dan SDM yang ada termasuk administrasi dan akuntansi (W1, O1, O4, O5) Lemahnya SDM marketing yang ada akan dapat diminimalisasi dengan meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) atau melalui kursus singkat/seminar yang berkaitan dengan masalah marketing. Untuk mendapatkan kepercayaan dan penilaian yang baik pada saat mengajukan Kredit Usaha Rakyat atau kredit lainnya dari bank dengan nilai kredit yang relatif lebih besar dan kemudahan dalam analisa kredit pembukuan
yang
baik
sangat
diperlukan.
Untuk
menghasilkan
pembukuan yang baik dalam mengelola dana perusahaan maka perlu adanya usaha untuk melakukan peningkatan pengetahuan karyawan yang ada melalui pelatihan/diklat atau kursus, sehingga karyawan tersebut mengerti dan dapat melakukan pembukuan dengan baik. Hal ini dilakukan apabila dana terbatas untuk mempekerjakan seorang karyawan dari jurusan akuntansi (D-III atau S-1) yang berpengalaman. Adanya teknologi informasi dapat dipergunakan untuk tujuan pemasaran dalam wilayah yang lebih luas. Namun untuk hal itu terkendala dengan kemampuan SDM yang rendah, maka hal yang dapat dilakukan adalah mengikutkan karyawan untuk mengikuti diklat/kursus komputer.
136
b. Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). (W2, O1, O4, O5). Untuk meningkatkan daya tahan produk sehingga dapat disimpan lebih lama maka salah satu alternatifnya adalah dibuat dalam bentuk kue kering. Karena sifatnya yang tahan lama tersebut maka kue tersebut dapat disimpan lebih lama dan mempunyai keuntungan berupa waktu jual menjadi lebih lama. Dengan demikian untuk menangkap peluang penjualan kepada wisatawan yang berkunjung atau konsumen lainnya menjadi semakin besar disamping itu dengan adanya brownies kering ini diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat dari tidak terjualnya produk sehingga menjadi kadaluarsa dan terbuang. IK Elsari selalu terpilih oleh Pemerintah Kota Bogor sebagai tujuan kunjungan dari Pemerintah Daerah lain apabila ada studi banding (dimana biasanya membawa pengusaha dari daerahnya) sehingga untuk kesiapan tersedianya
produk
salah
satunya
adalah
dengan
menawarkan/menyediakan produk brownies kering. c. Melakukan Investasi untuk memodernkan/mengganti Peralatan dan Mesin yang ada. (W4, O3) Untuk menambah produksi diperlukan kuantitas peralatan yang lebih banyak dan peralatan yang lebih baik. Disamping itu peralatan yang ada mempunyai umur ekonomis dan membutuhkan penggantian dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengganti dan memperbaharui tentunya memerlukan dana investasi. Sehingga Elsari memanfaatkan kesempatan dari adanya kebijakan pemerintah di dalam membantu pendanaan industri kecil yaitu dengan mengajukan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan menggunakannya sebagai dana investasi sehingga dapat meningkatkan produksi untuk mengisi peluang meningkatnya permintaan pasar. Srategi S-T (Strengths – Threats) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman adalah :
137
a. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1, S8, T1, T2, T6, T7, T8). Pada strategi ini pemilik secara berkala melakukan evalusi terhadap hasil penjualan secara berkala terutama adanya kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan dan masuknya competitor pada wilayah pemasaran Elsari. Dengan riset pemasaran berkala diharapkan dapat diketahui kondisi pasar dan kecenderungan pasar yang sebenarnya sehingga dapat direncanakan strategi pemasaran lebih lanjut. Pihak Elsari juga diharapkan selalu menampung keluhan pelanggan dan melakukan perbandingan dengan hasil riset pemasaran, sehingga dapat diketahui kemungkinan keinginan dari pelanggan. b. Membuat produk-produk baru atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6). Industri kecil Elsari agar tetap melakukan inovasi dengan menghasilkan produk-produk baru dan berusaha meningkatkan kualitas. Hal ini untuk mengurangi ancaman dari competitor sejenis, maupun adanya produk substitusi. Untuk mempertahankan harga sementara adanya kenaikan bahan baku akibat dari kenaikan BBM maka Elsari dapat mengurangi ukuran dengan mempertahankan harga jual. Untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada pelanggan ditengah-tengah adanya competitor maka dapat dilakukan layanan-siapantar, sehingga pelanggan dapat memesan produk yang langsung diantar ke rumah/tujuan . Elsari diharapkan dapat membuat produk baru yang mempunyai ciri khas/keunikan yang membedakan yang tidak dimiliki oleh pesaing Elsari. c. Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam
138
pulang kantor, atau di Mall dan di toko-toko besar (S2, S8, S10, T6, T7). Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dimuka sebagian besar konsumen Elsari adalah pegawai, sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada segmen ini Elsari sebaiknya menyediakan produk pada counter-counter dimana lokasinya dapat terjangkau oleh kelompok pelanggan ini setelah istirahat makan siang, dan pada counter-counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor. Mall dan toko-toko besar biasanya tutup pada jam 9 malam sehingga membuka kesempatan kepada karyawan yang bekerja dapat membeli brownies disaat pulang kerja. Mall dan toko-toko besar sejenisnya cenderung lebih banyak dikunjungi konsumen sehingga kemungkinan terjual menjadi lebih tinggi. Diharapkan pula dengan banyaknya pengunjung perputaran produk menjadi lebih tinggi dan lebih sering terlihat sehingga menjadi lebih dikenal masyarakat. Hal lain yang mungkin didapat adalah berupa citra produk lebih meningkat, misalnya dengan menitipkan produk pada kios roti di dalam mall yang telah mempunyai nama atau bekerjasama membuatkan salah satu bagian produk mereka (sub pekerjaan). Di dalam hal pembayaran, Mall dan toko-toko besar lebih dapat dipercaya sehingga kemungkinan modal dibawa lari (hal tersebut pernah terjadi pada Elsari) atau pembayaran yang macet tidak terjadi. Srategi W-T (Weaknesses – Threats) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman adalah : a. Fokus pada produk yang mempunyai segmen konsumen terbesar (W4, T6, T7, T8). Pada kondisi yang tidak menguntungkan dimana terdapat kelemahan-kelemahan pada perusahaan dan adanya ancaman dari luar, maka salah satu alternatif strateginya yang dapat diterapkan oleh IK Elsari adalah tetap fokus pada pembuatan dan penjualan brownies yang
139
telah mempunyai segmen konsumen terbesar dibandingkan dengan produk
bakery,
sambil
berusaha
secara
perlahan
memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada. b. Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies (W4, T6, T7, T8). Adanya hambatan pada sederhana dan terbatasnya mesin/peralatan maka yang harus dilakukan adalah menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies. Konsumen
Elsari
berdasarkan
hasil
penyebaran
kuesioner
mayoritas merupakan pegawai (64%) dan 82% konsumen telah mengkonsumsi brownies lebih dari tiga kali, namun yang selalu mengkonsumsi satu sampai tiga kali sebulan berjumlah 32%. Sebanyak 68% konsumen membeli secara tidak menentu. Elsari setidaknya harus mempertahankan jumlah pelanggan yang selalu mengkonsumsi satu sampai tiga kali sebulan berjumlah 32% tersebut dan melakukan promosi lebih kepada 68% pelanggan yang masih membeli secara tidak menentu. Diantara dua kelompok produk Elsari yaitu brownies dan bakery maka sebaiknya Elsari tetap bertahan pada produk brownies, yang merupakan segmen terbesar. c. Memantau perkembangan perekonomian nasional dan isu ekonomipolitik yang berkembang. (W2, T2) dengan terus
melakukan
efisiensi, menekan biaya produksi dan pemborosan; atau melakukan perampingan organisasi bila situasi mendesak namun hanya dilakukan sebagai jalan terakhir (W1, W2, W4, W5, T1, T2, T5). Pemilik Elsari harus sensitif terhadap setiap perubahan yang terjadi di bidang ekonomi, dan cepat dalam bertindak. Oleh karena itu pemilik Elsari harus memantau perkembangan perekonomian nasional dan isu ekonomi-politik yang berkembang. Adanya Pemilu di Tahun 2009 dan kondisi perekonomian global mengharuskan semua pelaku bisnis berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan, begitu pula dengan Elsari. Oleh karena itu Elsari harus
140
meningkatkan frekuensi evaluasi, memonitor hasil penjualan dan cepat bertindak menyelesaikan persoalan lapangan bila ada. Untuk dapat survive dengan kondisi perekonomian yang sedang mengalami krisis, kondisi politik yang relatif kurang stabil akibat dari adanya Pemilu dan adanya ancaman meningkatnya harga BBM maka manajemen Elsari harus melakukan efisiensi, menekan biaya produksi dan pemborosan atau merampingkan organisasi sebagai jalan terakhir (W1,T2) karena tidak sesuai dengan semangat Elsari (Visi dan Misi Perusahaan) untuk mempekerjakan karyawan dengan maksud membantu (visi sosial), mengoptimalkan penggunaan peralatan/mesin yang ada.
5.11
PEMBUATAN KEPUTUSAN STRATEGI Seperti telah dibahas di atas, industri kecil Elsari berdasarkan Matriks
IE berada pada sel V dengan strategi hold and maintain dimana untuk sel tersebut disarankan melakukan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari analisa Matriks SWOT maka diperoleh beberapa strategi yang disarankan. Setelah dilakukan penilaian menggunakan Matriks QSPM (Lampiran 20) maka dipilih 2 strategi yang merupakan peringkat teratas masing-masing kelompok strategi, yaitu : 1. Strategi penetrasi pasar yaitu : Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. 2. Strategi pengembangan produk terdiri dari : Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker').