PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Vol: 1 - Hal : 115-121
ISSN: 2337-506X Februari 2013
Pelestarian Dan Pemanfaatan JenisJenis Araceae Sebagai Tanaman Upacara Agama Hindu Di Kebun Raya “Eka Karya” Bali TRI WARSENO, NI PUTU SRI ASIH, AGUNG KURNIAWAN UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali-LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali-82191 Email:
[email protected]
Abstract - Araceae atau keladi – keladian merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini merupakan tanaman yang sangat penting dalam kehidupan Umat Hindu Bali. Kebun Raya Eka Karya Bali sebagai lembaga konservasi memegang peranan penting dalam pelestariannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya koleksi tematik Tanaman Upacara Adat Agama Hindu yang koleksinya diperoleh dari hasil eksplorasi di seluruh kawasan Bali dan menggali informasi ke masyarakat tentang pemanfaatannya. Saat ini tumbuhan upacara adat yang telah berhasil dikoleksi oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali sebanyak 65 suku, 143 marga, 215 jenis dan 1376 spesimen hidup. Berdasarkan penelusuran informasi dan studi pustaka, ada 7 jenis Araceae yang biasa digunakan sebagai kelengkapan upacara adat Agama Hindu, baik umbinya, daun ataupun batangnya yaitu Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don., Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson, Colocasia esculenta (L.) Schott., Colocasia gigantea (Blume) Hook.f., Homalomena cordata Schott, Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. dan Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi. Kata Kunci: araceae, pelestarian, pemanfaatan, upacara, hindu.
PENDAHULUAN Araceae atau keladi – keladian merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini merupakan tanaman yang sangat penting dalam kehidupan Umat Hindu Bali, yaitu sebagai salah satu perlengkapan bahan upacara Agama Hindu. Kegiatan ritual atau upacara merupakan salah satu elemen pokok bagi umat Hindu di Bali. Sebagian besar kegiatan upacara tersebut membutuhkan sarana yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, yang dikenal “tanaman upakara”. Kebun Raya “ Eka Karya” Bali sebagai lembaga konservasi memegang peranan penting dalam pelestariannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya koleksi tematik Tanaman Upacara Adat Hindu Bali (TUAHB) yang koleksinya diperoleh dari hasil eksplorasi di seluruh kawasan Bali dan menggali informasi ke masyarakat tentang pemanfaatannya. Saat ini tumbuhan upacara adat
yang telah berhasil dikoleksi oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali sebanyak 65 suku, 143 marga, 215 jenis dan 1376 spesimen hidup. Berdasarkan data registrasi dan dari pembibitan Juli 2011, jumlah koleksi Araceae yang ada di Kebun Raya “Eka Karya” Bali terdiri dari 28 marga, 67 jenis, dengan jumlah spesimen1066, baik yang tersebar secara alami di Indonesia maupun dari luar Indonesia. METODE Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan kajian pustaka. Teknik observasi dilakukan dengan mengamati spesimen hidup jenis-jenis Araceae koleksi Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali. Teknik kajian/ penelusuran pustaka, digunakan penulis untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berkaitan dengan topik tulisan.
Tabel 1. Jumlah Koleksi UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali No. Jenis Koleksi Suku Marga 1
Koleksi non tematik Koleksi Umum Koleksi tematik Anggrek Aquatik
Jumlah Jenis
Spesimen
155
577
1216
9112
1 10
76 15
297 20
2707 38
Keteranga n
116
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121
2
Poaceae Caktus dan Sukulen Obat Paku Palem Upacara Adat Nursery Begonia Labirin Gendub
Jumlah koleksi 3
4
5
Herbarium a. Herbarium Kebun b. Herbarium Umum c. Herbarium Lumut d. Herbarium Basah Kebun e. Herbarium Basah Umum Museum Biji a. Kebun b. Umum Etnobotani
HASIL DAN PEMBAHASAN Taman TUAHB (Tanaman Upacara Adat Hindu Bali) atau yang sering dikenal dengan Taman Panca Yadnya merupakan salah satu taman tematik di Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali. Koleksi yang ditanam pada taman ini merupakan jenis-jenis tumbuhan yang yang sering digunakan oleh masyarakat Hindu Bali dalam upacara keagamaan, yaitu untuk banten (sesaji), upakara (perlengkapan dan pendukung) serta untuk pembuatan pura. Salah satu koleksi yang ada di taman ini adalah jenis-jenis Araceae yang sering digunakan oleh masyarakat dalam upacara Agama Hindu. Berdasarkan hasil penelusuran berbagai pustaka ada tujuh jenis Araceae yang biasa digunakan sebagai kelengkapan upacara adat Agama Hindu, baik umbinya, daun ataupun batangnya yaitu Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don., Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson, Colocasia esculenta (L.) Schott., Colocasia gigantea (Blume) Hook.f., Homalomena cordata Schott, Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. dan Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi. Berikut adalah penjelasan pertelaan dan pemanfaatan masing-masing jenis dalam upacara Agama Hindu Bali. Deskripsi/ pertelaan masing – masing jenis tumbuhan: 1. Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don. Herba dengan batang sedikit merunduk atau tegak, tinggi mencapai 4 m; daun tegak, kaku, berbentuk anak panah dengan tepi daun rata atau sedikit bergelombang, tangkai daun dan daun memiliki beragam warna yaitu hijau, ungu atau percampuran hijau dan ungu, terkadang pada tangkai daun yang berwarna hijau terdapat corak garis
800 815 2459 1255 429 1376 641 866 493 28 21019
1 5 85 23 1 65 23 1 24
53 53 236 62 30 143 43 1 50 0
98 104 362 119 45 215 92 84 69
155 185 22 44 4 1
508 620 45 81 79
928 1046 112 102 84
5333 5740 0 122 131
113 114
366 284
624 441
0 0
0
0
0
79
horizontal yang tak beraturan; pembungaan sepasang; seludang panjangnya 13-35 cm dan terbagi menjadi dua kira – kira 1/6 panjang seludang, seludang bawah berwarna hijau, seludang atas berwarna kuning kehijauan; tongkol lebih pendek dari seludang, terbagi menjadi empat bagian, yaitu female zone, sterile interstice, male zone, dan appendix; female zone 1- 2 cm berwarna hijau pucat dengan kepala putik terdiri dari 3-5 lobe, sterile interstice lebih pendek atau sama panjangnya dengan female zone; male zone 3-7 cm, putih; appendix kuning-oranye, panjangnya kira-kira setengah atau setengah lebih panjang tongkol; buah merah menyala (Gambar 1) (Hay, 1998). 2. Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. Herba yang bersifat dormant jika lingkungan tidak baik, tinggi mencapai 200 cm, diameter umbi mencapai 35 cm, kasar; batang seperti berkutil – berduri dan beralur-berlipat, berwarna coklat gelapcoklat kehijauan pada jenis liar dan sedikit berkutilberduri atau mulus, berwarna hijau pucat-hijau pada jenis budidaya dengan titik hijau keputihan baik pada jenis liar maupun budidaya; daun berdiameter 100 150 cm, sangat terbelah-belah berbentuk bulat telurlonjong dan rachis bersayap; tangkai bunga lebih pendek dari tangkai daun dan memanjang ketika berbuah; bunga besar dan mengeluarkan bau seperti bangkai; seludang 10 – 30 x 15 – 50 cm dengan seludang atas mengelilingi tongkol dan sangat bergelombang, seludang bagian luar berwarna hijau pucat – coklat dengan titik-titik hijau pucat-hijau keputihan, seludang bagian dalam berwarna coklat gelap mengkilat – merah hati keunguan; tongkol lebih panjang dari seludang; buah berbentuk silinder dan berwarna merah terang (Kurniawan et al, 2011).
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121
a
117
c
b
Gambar 1. Morfologi Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don. a Habitus; b. Daun; c. Tangkai daun
a
b
c
Gambar 2. Morfologi Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. a. Habitus; b. Daun; c. Tangkai daun 3. Colocasia esculenta (L.) Schott. Herba perennial tinggi mencapai 100 cm, umbi kecil membulat dan membentuk stolon; daun berbentuk perisai, memiliki banyak variasi warna pada daun dan tangkainya; tulang daun terlihat sangat jelas pada permukaan bawah daun, tulang daun primer menyirip, tulang daun sekunder dan tersier menjala; tangkai daun 35 – 40 cm dengan pelepah 20 -22 cm panjangnya; Pembungaan satu pada umumnya; tangkai bunga lebih pendek dari tangkai daun; seludang terbagi menjadi dua kira-kira ½ panjang seludang, seludang bawah berwarna hijau, sedangkan seludang atas bervariasi antara kuning, hijau dan putih; tongkol lebih pendek dari seludang dan terbagi menjadi empat bagian yaitu female zone, sterile interstice, male zone, dan appendix; panjang dan warna masing – masing bagian bervariasi (Kurniawan and Asih, 2012; Erlinawati, 2010).
4. Colocasia gigantea (Blume) Hook.f. Herba, tinggi 150 – 300 cm, dengan umbi yang tidak bisa dimakan, daun berukuran sangat besar dan lebih kokoh dari C. esculenta, berbentuk perisai, berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat pada bagian bawah; tulang daun primer menyirip, tulang daun sekunder dan tersier menjala; Pembungaan tersusun dalam grup atau klaster, yang masing – masing terdiri dari 3 – 5 bunga; tangkai bunga lebih pendek dari tangkai daun; seludang terbagi menjadi dua kira-kira ½ panjang seludang, seludang bawah berwarna hijau, sedangkan seludang atas berwarna putih; tongkol terbagi menjadi empat bagian yaitu female zone, sterile interstice, male zone, dan appendix (Kurniawan and Asih, 2012; Ivancic et al, 2008).
118
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121
a
b
c
Gambar 3. Morfologi Colocasia esculenta (L.) Schott. a. Habitus; b. Daun; c. Tangkai daun
a
b
c
Gambar 4. Morfologi Colocasia gigantea (Blume) Hook.f. a. Habitus; b. Daun; c. Tangkai daun dan Perbungaan 5. Homalomena cordata Schott. Herba, beraroma ketika daun diremas, tangkai daun bulat, daun berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat pada bagian bawah, berbentuk hati dengan pertulangan daun menyirip; Pembungaan muncul dari ketiak daun dan terdiri dari 3 – 6 bunga, tegak ketika masih muda; tangkai bunga lebih pendek dari tangkai daun; seludang berbentuk elips dengan warna hijau atau hijau kemerahan; tongkol terbagi menjadi dua bagian yaitu female zone yang biasanya tersisipi oleh interpistillar staminodes dan male zone, ketika antesis telah berlangsung seludang akan kembali menutupi tongkol dan menjuntai ke bawah. 6. Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. Herba terrestrial atau epifit, terkadang dorman ketika kondisi lingkungan tidah baik; tinggi mencapai
50 cm; daun berbentuk perisai, tulang daun hijau muda, helaian daun atas berwarna hijau tua mengkilat dan pada bagian bawah helaian daun diantara tulang daun berwarna keunguan; memiliki stolon yang berbuku – buku yang didalamnya terdapat umbi (bulbil) yang berduri halus; pembungaan tunggal; tangkai bunga lebih pendek dari tangkai daun; seludang terbagi dua kira-kira 1/6 panjang seludang, seludang bawah lebih pendek dan berwarna hijau, seludang atas berwarna kuning dengan ujung meruncing; tongkol sangat pendek kirakira 1/3 panjang seludang, ovarium berwarna hijau dengan stigma berwarna putih, steril interstice dan male zone berwarna kuning – oranye (Kurniawan and Asih, 2012).
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121
119
a
b
c
Gambar 5. Morfologi Homalomena cordata Schott. a. Habitus; b. Daun; c. Bunga
a
c
b
Gambar 6. Morfologi Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. a. Habitus; b. Daun; c. Bunga 7. Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi. Herba berstolon atau berumpun, tinggi 15 – 60 cm, jenis ini memiliki keragaman yang sangat tinggi; helaian daun berbentuk jantung – anak panah, kadang bulat telur atau lonjong memanjang dengan warna hijau kusam polos atau variegated terkadang memiliki 1 – 2 garis putih atau titik – titik putih atau abu - abu tidak beraturan; pembungaan 1- 8, dengan aroma yang kuat ketika bunga betina
a
antesis; tangkai bunga tegak kemudian menjuntai ketika antesis; seludang 3,5 cm – 12 cm, terbagi menjadi dua kira-kira hampir ½ panjang seludang, dengan seludang atas menggembung berwarna hijau kekuningan – putih dan luruh ketika matang; tongkol kira –kira ¾ panjang seludang, menyempit pada bagian tengah, female zone hampir ½ panjang tongkol, bunga betina hijau pucat (Kurniawan and Asih, 2012; Hay and Yuzammi,2000).
b
c
Gambar 7. Morfologi Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi a. Habitus; b. Daun; c. Bunga Pemanfaatan Jenis – Jenis Araceae dalam Upacara Agama Hindu Bali
120
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121
Tabel 2. Pengunaan masing-masing jenis Araceae dalam Upacara Keagamaan Hindu Bali NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama jenis (ND = Nama Daerah) Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don. (ND. Bekaja) Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. (ND. Suweg) Colocasia esculenta (L.) Schott. (ND. Keladi) Colocasia gigantea (Blume) Hook.f. (ND. Talas) Homalomena cordata Schott. (ND. Suweg) Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. (ND. Biah ganjah) Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi. (ND. Kesesi)
Bagian yang digunakan Daun dewasa
Kegunaan dalam Upacara
Umbi
Dewa, Rsi, Manusia, Pitra, Bhuta yadnya
Umbi
Pitra, Dewa, Manusia, Bhuta yadnya,
Daun dewasa
Manusa Yadnya
Umbi
Manusa Yadnya
Daun dewasa
Pitra Yadnya
Umbi
Manusia Yadnya
Keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott.) dalam upacara perkawinan adat Bali digunakan dalam ‘suwun-suwunan’ (sarana jinjingan). Suwun-suwunan berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita yang berisi talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar. Umbinya juga digunakan dalam upacara perang Sampian untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan umat manusia serta menetralisir alam dari serangan mara bahaya (Sudi dan Putri, 2004). Daun talas Colocasia gigantea (Blume) Hook.f. juga sering digunakan dalam acara “Magedong- gedongan (Garbhadhana Samskara)” yaitu upacara yang dilaksanakan pada saat kandungan berusia 7 bulan . Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don. atau disebut kumbang atau bekaja biasa digunakan pada upacara Manusa Yadnya yaitu pada acara pagedong – gedongan dan bayi berumur 1 bulan 7 hari. Colocasia gigantea (Blume) Hook.f., Homalomena cordata Schott. dan Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. (ND. Biah ganjah) di beberapa daerah digunakan sebagai alas nasi caru yang digunakan untuk menetralisir alam dari serangan mara bahaya. Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. sudah sering digunakan sebagai bahan makanan, sehingga jarang ditemukan dan digunakan dalam upacara agama. Akan tetapi beberapa daerah masih menggunakannya sebagai sarana upacara. Upaya Pelestarian Jenis – Jenis Araceae yang digunakan sebagai tanaman upacara agama Hindu Di Bali Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali sebagai lembaga konservasi ex-situ, bertanggungjawab terhadap usaha konservasi jenis-jenis Araceae di Indonesia terutama di Kawasan Timur Indonesia. Usaha
Manusia, Butha Yadnya
konservasi yang telah dilakukan adalah kegiatan eksplorasi dan pengkoleksian flora, aklimatisasi, seleksi dan perbanyakan, serta identifikasi jenis-jenis araceae yang belum memiliki nama jenis. 1. Kegiatan Eksplorasi dan Pengkoleksian Flora Kegiatan eksplorasi dan pengkoleksian flora jenis-jenis Araceae telah dilakukan ke beberapa wilayah di Indonesia. Selain memperoleh material tanaman untuk koleksi, kegiatan ini juga bertujuan untuk menggali potensi jenis-jenis Araceace dari informasi tokoh masyarakat, Balian (dukun) dan warga di lokasi eksplorasi mengenai kegunaan tumbuhan tersebut bagi masyarakat. Berdasarkan informasi dari masyarakat lokal tersebut kemudian dilakukan inventarisasi dan seleksi jenis-jenis araceae yang berpotensi ekonomi, hias, pangan, obat maupun yang berguna dalam upacara agama Hindu Bali yang dijadikan prioritas untuk dikembangkan di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. 2. Kegiatan Aklimatisasi, Seleksi dan Perbanyakan Kegiatan aklimatisasi, seleksi dan perbanyakan jenis-jenis Araceae yang berpotensi baik secara ekonomi maupun yang digunakan untuk upacara agama (Taman TUAHB) atau tanaman obat (Taman Usada) telah dilakukan. Pada umumnya teknik perbanyakan yang digunakan adalah dengan metode split. Pada tahun 2011 dari kegiatan perbanyakan telah berhasil memperbanyak jenis-jenis Araceae yang berpotensi ekonomi sebanyak 312 spesimen. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini umumnya adalah adanya serangan hama penyakit yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu bahkan kematian.
Tabel 3. Jenis-jenis baru Araceae Kebun Raya “Eka Karya” Bali
,
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121 No. 1.
121
Nama Ilmiah Alocasia baginda Kurniawan & P.C. Boyce Homalomena agens Kurniawan & P.C. Boyce Homalomena vittifolia Kurniawan & P.C. Boyce
Asal Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Acta Phytotaxonomica et Geobotanica 61 (1): 40– 50 (2011)
4.
Schismatoglottis inculta Kurniawan & P.C. Boyce
Sulawesi Tenggara
Acta Phytotaxonomica et Geobotanica 61 (1): 40– 50 (2011)
5.
Homalomena tirtae Asih, Kurniawan & P. C. Boyce
Kalimantan Timur
Willdenowia 42 – 2012 (Proof)
2. 3.
A.
Kalimantan Timur
3. Kegiatan Identifikasi Tumbuhan yang Belum Memiliki Nama Jenis Kegiatan validasi nama tumbuhan dilakukan sehingga setiap jenis tumbuhan memiliki identitas yang sesuai dengan data nama ilmiah terkini. Hal ini juga dilakukan pada koleksi Araceae. Validasi ini melibatkan para pakar botani seperti Dr. M.M.J. van Balgooy yang rutin setiap tahun berkunjung ke Kebun Raya Eka Karya Bali maupun spesialis suku Araceae di kawasan Asia Tenggara Peter C. Boyce yang datang berkunjung di akhir tahun 2011. Kunjugan pakar Araceae ini menghasilkan beberapa jenis Araceae yang merupakan jenis baru untuk ilmu pengetahuan. Tabel 3 diatas merupakan beberapa jenis baru Araceae yang berasal dari Indonesia. KESIMPULAN Ada 7 jenis Araceae yang biasa digunakan sebagai kelengkapan upacara adat Agama Hindu, baik umbinya, daun ataupun batangnya yaitu Alocasia macrorrhizos (L.) G. Don., Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson, Colocasia esculenta (L.) Schott., Colocasia gigantea (Blume) Hook.f., Homalomena cordata Schott, Remusatia vivipara (Roxb.) Schott. dan Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi. Usaha konservasi yang telah dilakukan Kebun .
Publikasi Acta Phytotaxonomica et Geobotanica 60 (3), 123–126 (2011) Aroideana, Vol. 34: 30–36 (2011)
Raya ‘Eka Karya’ Bali sebagai lembaga konservasi ex-situ dalam melestarikan jenis-jenis araceae adalah melaksanakan kegiatan eksplorasi dan pengkoleksian flora, aklimatisasi, seleksi dan perbanyakan, serta identifikasi jenis-jenis araceae yang belum memiliki nama jenis. DAFTAR PUSTAKA Erlinawati, I. 2010. Keragaman Araceae Di Sekitar Gunung Wilis, Jawa Timur. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 4A (13–17). Hay, A. 1998. The Genus Alocasia (Araceae-Colocasieae) in West Malesia and Sulawesi. Gardens’ Bulletin Singapore 50: 221-334 Hay, A. and Yuzammi. 2000. Schismatoglottideae (Araceae) in Malesia I — Schismatoglottis. Telopea 9(1) : 1-177 Ivancic, A., O. Roupsard, J.Q.Garcia, M. Melteras, T. Molisale, S. Tara, V. Lebot. 2008. Thermogenesis and flowering biology of Colocasia gigantea, Araceae. Jounal Plant Res. 121:73–82. Kurniawan, A. dan N.P.S.Asih. 2012. Araceae di Pulau Bali. LIPI Press. Jakarta. http://perpustakaankrbali.com/ebook/Araceae.swf. Kurniawan, A., I.P.A.H. Wibawa and B. Adjie. 2011. Species diversity of Amorphophallus (Araceae) in Bali and Lombok with attention to genetic study in A. paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. Biodiversitas Vol 12 (1):7-11. Sudi, I.M. dan Putri, D.M.S. 2004. Nilai-nilai pendidikan konservasi dalam upacara perang sampian di Pura Penataran Sasih Pejeng Kabupaten Gianyar-Bali. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu, Bali. 7 Oktober 2004. Hal: 241- 246
120
ProsSemNas Biodiv. Hal : 115-121