BioSMART Volume 2, Nomor 2 Halaman: 15-20
ISSN: 1411-321X Oktober 2000
Anggrek Bulbophyllum Alam di Kebun Raya Eka Karya Bali
I NYOMAN LUNGRAYASA, DEDEN MUDIANA Cabang Balai Kebun Raya Ekakarya Bali, UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI ABSTRACT There were five species of Bulbophyllum orchids found in the Bali Botanic Garden, Bulbophyllum distans J.J. Smith, B. miniata, B. obsconditum J.J. Smith, B. odoratum (Blume) Lindl, and B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith. These grow naturally in the garden. Bulbophyllum absconditum J.J Smith is abundant while B. sessile (J.Koenig.) J.J. Smith is only found in small numbers in the garden. All species tend to choose special tree as a host for their life, and mostly life on Bischofia javanica as a host. Generally Bulbophyllum is located in the third zona of host trees, i.e. the first zona of branching. Bulbophyllum is mostly found in shaded areas and on subtrates of medium thickness. Key words: Bulbophyllum orchids, Bali Botanic Garden
PENDAHULUAN Kebun Raya Eka Karya Bali memiliki banyak koleksi anggrek yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi flora nusantara ataupun pertukaran biji. Anggrek koleksi yang dimiliki mencakup jenisjenis terestrial dan epifit. Di samping anggrek koleksi, di Kebun Raya Eka Karya Bali juga dijumpai anggrek yang tumbuh alami (bukan tanaman koleksi), salah satunya adalah marga Bulbophyllum. Marga ini termasuk kelompok anggrek yang sangat potensial dikembangkan sebagai tanaman hias, antara lain B. campanulatum, B.violaceum, B. medusae, B. lobii dan B. lepidum (Sastrapradja dan Gandawidjaja, 1979). Kelompok marga Bulbophyllum dilaporkan oleh Wiriadinata dkk. (1977) banyak menempel pada pohon puspa (Schima wallichii) di Hutan Cisamporawangun-Lengkong dan Hutan Gunung Hanjuang, Jawa Barat. Jenis yang banyak dijumpai adalah Bulbophyllum odoratum. Kartawinata (1977) menyatakan bahwa beberapa jenis anggrek epifit dari marga Bulbophyllum yang umum dijumpai di Hutan Gunung Cadas Panjang dan Gunung Tikur, Ciwidey, Jawa Barat adalah B.cernuum dan beberapa jenis Bulbophyllum lain. Survey yang dilakukan oleh Wiriadinata (1997) di sekitar Cikaniki yang terletak di sebelah timur dan selatan Taman Nasional Gunung Halimun berhasil mendata sebanyak 36 jenis anggrek. Marga Bulbophyllum yang berhasil dijumpai hanya satu jenis, yaitu B. absconditum J.J. Smith. Mahyar dan Sadili (1998) yang melakukan survey inventarisasi
dan distribusi anggrek di sebelah barat daya Taman Nasional Gunung Halimun berhasil mencatat dan mengoleksi sebanyak 357 jenis anggrek. Khusus marga Bulbophyllum tercatat sebanyak 17 jenis dari 41 spesimen. Mahyar (1997), mencatat sebanyak 16 anggrek alam dari marga Bulbophyllum di Bengkulu. Pengamatan awal yang dilakukan terhadap Bulbophyllum di Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa anggrek dari marga ini cenderung untuk memilih pohon inang. Paling banyak menempel pada pohon Bischofia javanica dan kemudian pohon Syzygium polyanthum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenisjenis anggrek epifit dari marga Bulbophyllum yang tumbuh secara alami di Kebun Raya Eka Karya Bali. Disamping itu juga untuk mengetahui apakah kelompok anggrek ini memilih pohon inang sebagai tempat hidupnya. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan lapangan di Kebun Raya Eka Karya Bali, pada bulan Desember 1998. Pengamatan dilakukan dengan menentukan sampel pohon inang pada beberapa vak koleksi, yang dilanjutkan dengan menghitung jenis dan jumlah anggrek epifit yang menempel pada setiap pohon inang sampel. Penentuan pohon inang dilakukan secara acak pada setiap vak koleksi. Jumlah pohon inang sebanyak minimal 25 % dari jumlah pohon reboisasi di dalam vak tersebut. 2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
16
BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm. 15-20
Pengamatan ini dilakukan pada vak IX.E, XII.B, XIV.A, XIV.B.III, XV.B, XV.D, dan XVIII. Pemilihan tanaman reboisasi sebagai pohon inang dilakukan dengan alasan bahwa pohon reboisasi berukuran lebih besar dibandingkan dengan tanaman koleksi, sehingga diharapkan kondisinya akan menyerupai kondisi habitat asli di alam. Pemilihan lokasi pada vak-vak ini dikarenakan pada lokasi tersebut banyak dijumpai anggrek epifit, sedangkan pada lokasi vak lain, yang sebagian besar ditanami pohon Altingia excelsa, hampir tidak dijumpai anggrek epifit. Parameter yang diamati adalah: jenis dan jumlah anggrek epifit marga Bulbophyllum, jenis pohon inang, zonasi/letak anggrek pada pohon inang, ketebalan substrat tempat tumbuh anggrek dan pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan anggrek. Pembagian zonasi ini mengikuti metode Johansson (1975, dalam Puspitaningtyas dan Fatimah, 1999) (periksa gambar 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Bulbophyllum Jenis anggrek dari marga Bulbophyllum sebagian besar merupakan anggrek epifit yang memiliki rizoma, termasuk di antaranya jenis-jenis anggrek simpodial dengan pseudobulb pada rizoma dengan jarak ukuran yang bervariasi untuk setiap jenisnya. Daun umumnya tebal dan kaku. Infloresensi memuat satu sampai banyak bunga, dengan ukuran yang sangat beragam (kecil-besar). Umumnya daun kelopak lebih panjang dari pada daun mahkota bunga. Anggrek dari marga ini sering dijumpai di dataran tinggi dan pegunungan. Pusat distribusinya adalah Asia sampai dengan New Guinea, tetapi beberapa jenis juga ditemukan di Afrika dan Amerika Selatan (Comber, 1990). Hasil pengamatan di lapangan dalam penelitian ini diperoleh lima jenis anggrek epifit marga Bulbophyllum yang tumbuh secara alami, yaitu: Bulbophyllum distans J.J. Smith, B. miniata, B.obsconditum J.J. Smith, B. odoratum (Blume) Lindl, dan B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith (periksa tabel 1). Dari ke lima jenis tersebut, B. obsconditum J.J. Smith merupakan jenis yang paling banyak dijumpai (504 individu). Sedangkan yang paling sedikit dijumpai adalah B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith (15 individu). Di samping itu Kebun Raya Eka Karya Bali memiliki 15 jenis anggrek koleksi dari marga Bulbophyllum yang ditanam di rumah kaca. Koleksi ini umumnya berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Tabel 1. Jumlah individu anggrek epifit dari marga Bulbophyllum yang tumbuh alami di dalam Kebun Raya Eka Karya Bali. No 1 2 3 4 5
Gambar 1. Zonasi anggrek pada pohon inang: Zona 1: pangkal pohon (1/3 bagian batang utama); Zona 2: batang utama hingga percabangan pertama (2/3 bagian atas batang utama); Zona 3: bagian basal percabangan (1/3 bagian dari total panjang cabang); Zona 4: bagian tengah percabangan (1/3 bagian tengah berikutnya); Zona 5: bagian terluar percabangan (1/3 bagian paling luar percabangan).
Jenis B. distans J.J. Smith B. miniata B. obsconditum J.J. Smith B. odoratum (Blume) Lindl. B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith Jumlah
Jumlah Individu 24 30 504 294 15 867
Bulbophyllum distans J.J. Smith (1862) Comber (1990), memasukkan nama ini sebagai sinonim dari Bulbophyllum devium J.B. Comber nom.nov. anggrek ini memiliki batang merambat dan kadang-kadang bercabang, dengan pseudobulb kecil ukuran 1-4 mm, berbentuk bulat pipih. Daun memiliki tangkai daun berbentuk ovatus, membundar pada bagian pangkal daun, panjang 6,7 cm dan lebar 2,9 cm, tebal dan keras. Memiliki selaput daun tipis berwarna coklat. Infloresensi
LUNGRAYASA dan MUDIANA - Anggrek Bulbophyllum di Kebun Raya Bali
17
Gambar 2. Jumlah individu Bulbophyllum pada pohon inang.
panjang lebih dari 10 cm, dapat memuat sekitar 30 bunga, berwarna kuning muda. Tangkai perbungaan muncul pada rizoma yang telah dewasa. Jenis ini endemik di Jawa.
Bali dijumpai juga pada ketinggian 915 m dpl (Comber, 1990). Di dalam Kebun Raya Eka Karya Bali, jenis ini cukup banyak dijumpai. Selama pengamatan, tercatat sebanyak 504 individu, menempel pada pohon reboisasi di dalam kebun.
Bulbophyllum miniata Jenis anggrek ini memiliki rizoma dengan pseudobulb panjang sekitar 13 mm dan lebar sekitar 6 mm. Pada pseudobulb terlihat jelas garisgaris membujur dari pangkal ke ujung. Bentuk daun lanset dan meruncing pada bagian pangkal, panjang 6 mm dan lebar 4 mm. Memiliki tangkai daun dengan panjang sekitar 1 cm. Perbungaan muncul dari bagian pangkal pseudobulb, dengan jumlah bunga pada tiap tangkai perbungaan sebanyak 2-3 bunga. Warna bunga kuning muda, dan beraroma.
Bulbophyllum odoratum (Blume) Lindl. Umumnya jenis ini tumbuh bergerombol sebagai epifit. Daun berukuran cukup besar 20 cm x 5 cm. Panjang infloresensi dapat mencapai 40 cm, dengan jumlah bunga mencapai 100 kuntum pada tiap tangkai. Bunga berwarna kuning pucat, beraroma, lebar 5 mm. Umumnya tumbuh di hutan pada ketinggian 700-1.800 m dpl. Nama lain (sinonim) jenis ini adalah: Diphyes odorata (BI.) (1825), Phalorchis odorata O.K. (1891).
Bulbophyllum obsconditum J.J. Smith Berupa anggrek epifit yang memiliki rizoma panjang 10-15 cm, dengan pseudobulb panjang 0,71 cm dan lebar sekitar 0,4 cm. Memiliki selaput tipis berwarna coklat muda sebagai pelindung pseudobulb. Bentuk daun lanset dengan ujung acute (meruncing), panjang sekitar 5,6 cm dan lebar 0,7 cm. Bunga kecil dengan lebar sekitar 2-3 mm, berwarna hijau muda atau juga putih kusam. Bunga ini muncul dari pangkal pseudobulb berjumlah 1-2 bunga. Berbunga pada bulan AprilOktober. Buah berwarna hijau dengan ukuran sekitar panjang 4 mm dan lebar 2 mm. Jenis ini umum dijumpai di seluruh Jawa terutama didaerah pegunungan pada ketinggian 1.200-1.700 m dpl. Di
Bulbophyllum sessile (J.Koenig) J.J. Smith Tumbuhan ini hidup berkelompok dan menempel sebagai epifit. Tumbuh di tempat yang agak terbuka (terkena sinar matahari). Memiliki daun yang kecil dan tebal, dengan warna kekuningan. Bunga tunggal dengan tangkai pendek, muncul dari semua ruas rimpang. Umbi semunya kecil dan sering kali tertutup oleh daun penumpu yang berwarna coklat kelabu. Jenis ini cukup banyak dijumpai tumbuh secara alami di dalam Kebun Raya Bogor (Irawati, 1979). Di dalam Kebun Raya Eka Karya Bali jenis ini tidak terlalu banyak jumlahnya. Umumnya menempel pada pohon dengan ketebalan subsrat (moss) sedang. Persebaran alami jenis ini meliputi
BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm. 15-20
18
Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai dengan Nusa Tenggara (Irawati, 1979). Jenis pohon reboisasi Jenis pohon yang menjadi inang jenis-jenis anggrek Bulbophyllum adalah: Bischofia javanica, Syzygium polianthum, Criptocaria javanica, Toona sureni, Mangletia glauca, Podocarpus imbricatus, dan Ehretia sp. Jumlah seluruh pohon reboisasi yang dijadikan sampel pohon inang sebanyak 69 pohon. Bischofia javanica merupakan pohon yang paling banyak ditempeli jenis anggrek Bulbophyllum, terutama B. obscondithum J.J. Smith (465 individu). Pohon inang yang paling sedikit ditempeli anggrek Bulbophyllum adalah pohon Ehretia sp. (hanya dijumpai 3 individu anggrek dari jenis B. obscondithum J.J. Smith. Puspaningtyas dan Fatima (1999) menyatakan bahwa di Cagar Alam Kersik Luway, Kalimantan Timur, pohon Vaccinium varingiaefolium (Brangganyi) merupakan jenis yang paling sering menjadi pohon inang anggrek epifit. Secara lengkap jumlah anggrek pada setiap pohon inang disajikan pada gambar 2. Zonasi Bulbophyllum pada pohon inang Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis anggrek yang dijumpai pada umumnya menyukai tempat pada zona 3 pada pohon inang (daerah yang meliputi bagian basal percabangan atau 1/3 bagian dari total panjang cabang). Kondisi ini hampir sama dengan yang dilaporkan Puspaningtyas dan Fatimah (1999), yang menyatakan bahwa anggrekanggrek epifit di Cagar Alam Kersik LuwayKalimantan Timur banyak dijumpai menempel pada zona 1 dan zona 3. Jenis Bulbophyllum yang dijumpai di zona tersebut adalah B. sessile dan B. vaginatum. Secara lengkap disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Zonasi Bulbophyllum pada pohon inang Zonasi
Jenis Anggrek 1
2
3
4
5
B. distans J.J. Smith
1
1
5
1
0
B. miniata
1
0
2
2
0
B. obscondithum J.J. Smith
0
6
22
18
5
B. odoratum (Blume) Lindl
3
6
22
12
1
B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith
0
0
1
1
0
Jumlah frekuensi perjumpaan
5
13
52
34
6
Ketebalan Substrat Pengamatan yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa anggrek dari marga Bulbophyllum lebih sering dijumpai menempel pada pohon inang dengan ketebalan substrat sedang (periksa tabel 4). Tabel 4. Ketebalan substrat (moss) Bulbophyllum Ketebalan substrat (cm)
Jumlah perjumpaan
A (tebal)
5
B (sedang)
106
C (tipis)
5
Jumlah
116
Kondisi substrat sangat penting bagi jenis tanaman epifit untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Substrat yang berupa moss, umumnya bersifat seperti spon. Bentuk substrat seperti itu membantu dalam upaya untuk menyimpan air dan zat hara. Karakter ini juga berperan dalam menjaga kelembaban akar tanaman, sehingga tidak kekeringan pada saat kesulitan air. Hasil pengamatan yang dilakukan memiliki kesamaan dengan penelitian Puspitaningtyas dan Fatimah (1999), yang menyatakan bahwa anggrek dari marga Bulbophyllum termasuk kelompok anggrek epifit yang dapat tumbuh pada substrat dengan ketebalan yang tipis sampai sedang. Bulbophyllum dan intensitas cahaya Kelompok anggrek dari marga ini merupakan jenis anggrek epifit yang menyukai tempat yang ternaungi. B. elongatum, B. ovaivolium, dan B.violaceum dijumpai sebagai anggrek epifit yang tumbuh pada tempat yang ternaungi (shaded areas), Mahyar dan Sadili (1998). Johansson (1975 dalam Puspitaningtyas dan Fatimah, 1999) menyatakan bahwa pola penyebaran anggrek pada batang dan percabangan pohon mengikuti kebutuhan akan cahaya dan kelembaban. Anggrek yang menyukai cahaya terang akan memilih tumbuh pada zona percabangan pohon (zona 3 hingga 5). Hasil pengamatan di Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa anggrek Bulbophyllum yang tumbuh alami tergolong jenis anggrek yang tidak membutuhkan cahaya matahari penuh, walaupun banyak dijumpai pada zona 3 dan 4. Bulbophyllum yang dijumpai sebagian besar berada dibawah naungan, dengan kata lain jenis-jenis tersebut tergolong anggrek yang tidak membutuhkan cahaya langsung. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh cahaya matahari, dimana jenis
LUNGRAYASA dan MUDIANA - Anggrek Bulbophyllum di Kebun Raya Bali
Bulbophyllum yang dijumpai menyukai tempat di bawah naungan (periksa tabel 5). Tabel 5. Hasil pengamatan intensitas sinar matahari terhadap Bulbophyllum
19
Tabel 6. Koleksi Bulbophyllum Kebun Raya Eka Karya No.
Jenis
1
B. angustifolium (Blume) Lindl.
Asal koleksi Bali
Intensitas cahaya matahari A (langsung)
Jumlah perjumpaan 4
2
B. absconditum J.J. Smith Bali
3
B. biflorum Teijsm. & Binn.
Bali, Jawa, NTB
B (ternaungi)
112
4
116
B. cernuum (Blume) Lindl.
Bali
Jumlah
5
B. distans J.J. Smith
Bali
6
B. flavidiflorum Carr.
Bali, Jawa
7
B. gracile (Blume) Lindl.
Bali
8
B. javanicum (Blume) J.J. Bali, NTT Smith
9
B. lobbii Lindl.
Bali, Kalimantan, Jawa, NTB
10
B. macroplectum Lindl.
Irian Jaya
11
B. miniata
Bali
12
B. odoratum (Blume) Lindl.
Bali, Kalimantan, NTB
13
B. ovalifolium (Blume) Lindl.
Bali
14
B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith
Bali, Sulawesi
15
B. tortuosum (Blume) Lindl.
Bali, NTB
16
B. vaginatum (Lindl.) Rehb.f.
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
17
Bulbophyllum spp.
Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Irian Jaya, NTB, NTT
Kecenderungan memilih jenis pohon inang Dari hasil uji statistik Chi-square diperoleh kesimpulan bahwa anggrek epifit dari marga Bulbophyllum yang tumbuh alami di Kebun Raya Eka Karya Bali, cenderung memilih pohon inang untuk tumbuhnya (X2 hit = 621,62; X2 tabel = 43,6 ; α = 0.01; db =24). Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa anggrek-anggrek ini lebih banyak dijumpai menempel pada pohon tertentu, yaitu Bischofia javanica dan Syzygium olianthum. Bischofia javanica memiliki karakter kulit batang yang berlapis-lapis dan seringkali mengelupas. Kondisi semacam ini dapat menciptakan tempat tumbuh yang baik bagi beberapa tanaman epifit, termasuk anggrek. Pada kulit batang yang terkelupas tersebut tertimbun substrat (moss) yang cocok sebagai media tumbuh alami biji anggrek. Sehingga pada jenis Bischofia javanica banyak ditumbuhi jenisjenis anggrek epifit. Koleksi Bulbophyllum Kebun Raya Eka Karya Bali Kebun Raya Eka Karya Bali memiliki 17 jenis koleksi anggrek Bulbophyllum yang umumnya berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Jenis-jenis tersebut disajikan pada tabel 6. Upaya konservasi jenis Bulbophyllum di Kebun Raya Eka Karya Bali, antara lain dilakukan dengan perbanyakan tanaman koleksi. Usaha ini dilakukan terutama dengan jalan memisahkan individu dari rumpunnya (split) untuk kemudian ditanam pada tempat lain. Juga dilakukan upaya perbanyakan dengan cara kultur jaringan. Upaya yang kedua ini dilakukan dengan bekerja sama dengan Kebun Raya Bogor, yang telah lebih dahulu melakukan perbanyakan anggrek dengan kultur jaringan. Pemeliharaan koleksi dilakukan dengan jalan penyiraman, pemberantasan hama dan pemilihan media dan tempat yang sesuai. Untuk beberapa jenis anggrek epifit ditanam pada media akar pakis dan ditempatkan dalam rumah kaca. Ada pula yang ditanam/ditempelkan pada beberapa pohon inang dalam taman anggrek.
KESIMPULAN Di KebunRaya Eka Karya Bali dijumpai 5 jenis anggrek Bulbophyllum yang tumbuh alami pada tanaman reboisasi, yaitu: Bulbophyllum distans J.J. Smith, B. miniata, B.obsconditum J.J. Smith, B. odoratum (Blume) Lindl, dan B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith. Anggrek B.obsconditum J.J. Smith merupakan jenis yang paling banyak dijumpai (504 individu), sedangkan yang paling sedikit adalah B. sessile (J. Koenig) J.J. Smith (15 individu). Jenis-jenis anggrek ini cenderung memilih pohon inang tertentu sebagai tempat tumbuhnya.
20
BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm. 15-20
Kebanyakan menempel pada pohon Bischofia javanica di zona 3. Jenis anggrek Bulbophyllum menyukai tempat tumbuh yang ternaung dari cahaya matahari dan umumnya memiliki ketebalan substrat yang sedang. DAFTAR PUSTAKA Arinasa, I.B.K. 1999. An Alphabetical List of Orchids Spesies Cultivated in The Eka Karya Botanic Garden, Bali. Indonesian Institute of Sciences. Botanic Garden of Indonesia. Comber, J.B. 1990. Orchids of Java. Bentham-Moxon Trust. Royal Botanic Gardens. Puspaningtyas, D.M. dan E. Fatimah. 1999. Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek Di Cagar Alam Kersik Luway,
Kalimantan Timur. Buletin Kebun Raya Indonesia 9 (1) September 1999 Mahyar, U.W. 1998. Anggrek Alam Bengkulu. Bogor: Proyek Penelitian, Pengembangan dan Pendayagunaan Potensi Wilayah, Puslitbang Biologi-LIPI.. Mahyar. U.W. dan A. Sadili. 1998. Orchids Inventory and Their Distribution in South-Western Part of Gunung Halimun National Park. In Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia, Vol. IV, Gunung Halimun: The Last Submontane Tropical Forest in West Java. Simbolon, Yoneda dan Sugardjito (ed.). Biodiversity Conservation Project in Indonesia. A Joint Project with LIPI, PHPA, and JICA. Bogor. Wiriadinata, H. 1997. Floristic Study of Gunung Halimun National Park. In The Inventory of Natural Resources in Gunung Halimun National Park. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia, Vol. II. Biodiversity Conservation Project in Indonesia. A Joint Project with LIPI, PHPA and JICA.