MEDIA LABORATORIUM KHATULISTIWA
't",.
-
s $ ,#
#
ti::: i.,.'.
: :-.,.,' .'t"'-:i'r,r
-rr;.,+: -.ir,*l*SF-
C
Wm'om* #;. '*rv*elf ?
a
JU RUSATII AITIALIS K ESEHATAN POLITEKHIH HESEHATAN KEMEHTTES PONTIAHAH JLi'I. T]R. SOET}AR5O, 5EI RATA, POF{TIAHAI{. II\IEIOf{E5IA
1
DAFTAR ISI
Hubungan Antara Hasil Ujian Akhir Dengan Kadar Hb Dalam Darah Pada Mahasiswa Di Po- ................ I liteknik Kesehatan |urusan Analis Kesehatan. dr. H. Muh. Dehlan Adi, M.Kes., Drs. H. Suwono, M.Pd.
Identifikasi Faktor Resiko Penyakit fantung Koroner Pada Pegawai PoltekkesKemenkes Ponti- ................5 anak Melalui Uji Kolesterol Dan Tekanan Darah. dr. EtiekNurhayati, M.Sc., dr.H. M. Dahlan Adi, M.Kes.
Ke-
..'..."'..... 1l
Hubungan Antara Persond HygieneDan Sanitasi Lingkungan Dengan Jumlah Angka Pada Makanan Berbasis Hewani. Khayan, SKM, M.Kes.
Kuman
...............15
Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Tahun 2011. dr. H.Nurmanryah, M.Kes.
Tengah
..............21
Ponti-
..............27
Ta-
..............37
Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Curah Dan Minyak Goreng masan Sebelum Penggorengan Dan Sesudah Empat Kali Penggorengan Di Kota Pontianak.Indah Purwaningsih, S.Si., Apt, M.Farm., Gervacia lenny Ratnawati, ST, MT
Hubungan Antara Kebersihan Pribadi Dengan Persentase Infeksi Saluran Kemih Di Kota anak Ratih Indrawati, S.Si., M.Kes.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Singkawang Selatan hun 2012. Sarliana Zaini, SKM, M.Kes.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyebaran Filariasis Terhadap Masyarakat Di Ka- ....-.........41 bupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat. Sugito, SKM, M.Kes., Sutriswanto, SKM, M.Kes. Gambaran Gula Darah Sewaku Pada Penderita Tuberkulosis Paru Rawat Jalan Pontianak Tahun 2011. Supriyanfo, S.Si., M.Ked., Kuswiyanto, S.Si., M.Si.
Di Up4 Kota
...........,..47
Gambaran Faktor-Faktor Pemakaian Kontrasepsi Suntik Pada Ibu-Ibu Di Puskesmas Perawatan .............. 53 Lirang Kecamatan Singkawang Selatan Tahun 2011. Susito, SKM, M.Kel, dr. H. Nurmansyah, M.Kes.
Hubungan Antara Strategi Pembelajaran Parasitologi Dengan Pemanfaatan Multimedia Terha- .............. dap Pemerolehan Belajar Mahasiswa Di Politeknik Kesehatan furusan Analis. Drs. H. Suwono, M.Pd., dr. H. Muh. Dahlan Adi, M.Kes. Hubungan Perilaku Perineal Hygiene Wanita HamilTerhadap Candidiasis Vaginalis Di ma Alianyang Kota Pontianak Thhun 2012. Slamet, S.Si, MSi. Pengaruh Mengkonsumsi Air Rebusan Daun Sirsak Terhadap Kada tigliserida Pada Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak Linda Triana. Perbedaan Konsentrasi Air Rebusan Sarang Semut (Myrmecodia Tuberosa) dalam Pertumbuhan Bakeri Escherichia Coli Dengan Metode Difusi. Edy Suwandi.
Puskes-
6l
..............66
Mahasiswa ..............74
Menghambat ..............79
Hubungan Kadar Albumin Pada Penderita Penyakit Tuberkulosis Parus Selama Masa batan DiUnit Pengobatan Penyakit Paru-Paru (UP4) Pontianak Laila Kamilla
Pengo-
..............83
HUBT]NGAN ANTARA PERSONAL I{YGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DBNGAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA MAKANAII BERBASIS HEWANI (Studi pada Pedagang Kaki Lima 'olamongan" di Kota Pontianak)
Khayan, SKM, M.Kes.
Beberapa peqrakit/gangguan kesehatan akibat kuman yaitu pilek batuk, radang tenggorokan, TBC, hepatitis, dan lain sebagainya. Semakin tinggi angka kuman pada suatu benda maka semakin beresiko kita
HIY diare,
terkena penyakit. Banyak hal yang dapat mempengaruhi angka kuman antara lain kebersihan diri lpersonal hygiene) dan sanitasi lingkungan. Data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahtm 2010 menyatakan bahwa kejadian penyakit bawaan makanantkeracrman seperti diare meningkat menjadi 12.923 kasus. Kejadian ini menunjukkan bahwa sangat penting menyajikan makanan vang memenuhi syarat kesehatan supaya tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsinya. Setelah melakukan Pmantauan/survei pedagang makanan, maka pedagang kaki lima "Lamongan" lebih banyak jwnlahnya dibanding pedagang kaki lima lainnya. Penelitian ini bertujuan wrhrk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan jumlah angka kuman pada makanan berbasis hewani (studi pada pedagang kaki lima "Lamongan" di kota Pontianak). Penelitian observasional bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel penelitian berjumlah 32 sampel, yang diambil secara total sampling. Masing-masing variabel diteliti dengan menggunakan uji korelasi Pearson urtuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara personal hygiene dan sanitasi linghrngan dengan jumlah angka kuman pada makanan berbasis hewani (studi pada pedagang kaki
lima "Lamongan" di kota Pontianak). Hasilanalisismendapatkanrata-ratajumlahatrgkukumanadalah 1,516125 x 106koloni/gr,denganangkakuman terendah adalah 1,30 x 101 koloni/gr dan tertinggi adalah 4,10 x 106 koloni/gr. Batas maksimal menurut Dirjen POM rurtuk jumlah bakteri pada malcanan yang diolah dengan panas adalah 5 x 104 koloni/gr. Hasil uji statistik dengan SPSS menunjukkan ada hubungan antara personal hygrene @ value = 0,044 dan r = 4,359) dan sanitasi linglungan (p value = A,042 dan r = -0,362) dengan jumlah angka kuman pada makanan berbasis hewani (studi pada pedagang kaki lima "Lamongan" di kota Pontiana$.
Faklor lingkungan sangat berperan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka pembangunan dalam bidang penyehatan lingkungan merupakan upaya preventif dalam menanggulangi penyebaran peq.vakit terutama yang berbasis lingkungan. Karena penyehatan lingkungan pada dasamya bertujuan mewujudkan lingkungan yang sehat dengan titik berat kegiatan pada pengawasan penyehatan lingkmgan dan pengawasan
A. PENDAHULUAI\ Upaya peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan melalui upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif); seperti melakukan penyuluhan kepada masyarakat, pencegahan penyakit (preventif); misalnya dengan penerapan higiene sanitasi baik individu maupun industri, penyembuhan penyakit (lcurati|; seperti pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Tujuan pembangunan kesehatan nasional di bidang kesehatan adalah terciptanya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapa.i tujuan tersebut perlu dilaksanakan pembangunan kesehatan melalui berb' agai upaya kesehatan yeng sifatnya menyeluruh dan salah sahmya adalah melalui peningkatan pengawasan faktor
sanitasi makanan.
Makanan berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO) adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk pengobatan. Air tidak termasuk dalam makanan karena merupakan elemen yang vital bagi kehidupan manusia. Terdapat tiga fungsi makanan. Pertama, makanan sebagai sumberenergi karena panas dapat dihasilkan dari makanan seperti juga energi. Kedua, makanan sebagai zat pembangun karena makanan berguna trnhrk membangr.rn jaringan tubuh yang
linglt-ungan.
l5
16
JARNAL MEDAI.4BORATORIAM KHATVLISN'YA
baru, memelihara, dan mernperbaiki jaringan tubuh yang sudah hra. Fungsi ketiga, makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut serta mengatu proses alami, kimia dan proses faal dalam tubuh. Keamanan pangan dewasa ini sudah menjadi masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodbome disease) dan kejadian-kejadian pencemaran pangan terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umunnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Diperkirakan satu dari tiga orang penduduk di negara maju mengalami keracunan pangan setiap tahunnya. Bahkan di Eropa, keracunan pangan merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pemafasan Atas atau ISPA. Hal inilah yang menarik perhatian druria internasional. World Health Organization flMHO) mendefinisikan
nunuman yang sehat serta memenuhi syarat. Tempat penyediaan makanan yang memprodulisi dan menjual berbagai jenis makanan seperti restoran/rumah makan dan ternpat-tempat umum pengolahan makanan lainnya seperti pedagang kaki lima banyak sekali di Kota Pontianak dan jumlahnya selalu bertambah dari tahun ke tahun. Baik itu Tempat-tempat Umum Pengolahan Makanan (TUPlr,f) yang terdaftar mauprm yang tidak terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Hal ini disebabkan karena adanya pertambahan jumlah penduduk dan pergeseran pola hidup dari kebiasaan makan di rumah menjadi makan di luar rumah serta kunjungan wisatawan lokal
drkenal dengan istilah "foodborne disease outb'reak" sebagai suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit setelah mengkonzumsi pangan yang
konsumen merasa nyaman dan aman saat makan di warung "Lamongan" tersebut, Berdasarkan hasil survey yang pe-
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan atau
secara epidemiologi terbukti sebagai sumber penularan. Kejadian luar biasa di Indonesia mempunyai makna sosial dan politik tersendiri karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai butryuk orang dan dapat menimbulkan kematian.
Badan POM
RI melalui Drektorat Surveilans
dan
Penyuluhan Keamanan Pangan, secara rutin memonitor kejadian luar biasa KLB) keracrunn pangan di Indone-
sia khususnya keracunan yang telah diketahui waktu paparannya (roint source) seperti pesta, perayaan, acara keluarga dan acara sosial lainnya. Selama tahun 2004,&rdasarkanlaporanBalaiPOM di seluruh Indonesia telah
te{adi kejadian luar biasa (KLB) keracunan
pangan
sebanyak 153 kejadian di 25 propinsi. Kasus Keracunan pangan yang dilaporkan be{umlah 7347 kasus termasuk 45 orang meninggal dunia. KLB keracunan pangan yang terjadi terjadi di Kalimantan secara keseluruhan sebesar 12 kejadian (7,8%). Dilihat dari sumber pangannya, bahwa penyebab keracruran Wngan adalah makanan berasal dari makanan rumah tanpga 72 keladian (47,l%), industri jasa boga sebanyak 34 kali kejadian (22,2yA, makanan olahan 23 kali kejadian (15%), makanan jajanan 22 kali kejadian (14,4%) dan 2 kali kejadian (1,3%) tidah dilaporkan. Berdasarkan data tersebut sumber pangan penyebab keracunan pangan terbesar yaitu masakan rumah tangga. Hal ini disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan higiene pengolahan pangan (makanan dan air) dalam rumah tangga cukup rendah. Untuk mencegah terjadinya masalah tersebut maka tidak ada jalan lain makanan dan minuman syaratnya harus sehat, sehingga dalam usaha penyehatan makanan ini perlu diterapkan pengawasan terhadap prinsip higiene sanitasi makanan pada tempat penyediaan makanan baik itu restoran/rumah makan, pedagang kaki lima maupun industri rumahan pembuat makanan- Faktor lingkungan juga tidak kalah penting demi menghasilkan makanan dan
dan non-lokal.
Banyak tempat-tempat yang menyediakan makanan di
Kota Pontianak, salah satunya adalah pedagang kaki lima "Lamongan'. Dengan semakin banyaknya warung "Lamongan" di Kota Pontinak dirasa perlu rmhrk mengetahui keadaan sanitasi dan personal hygiene pada pedagang kaki lima "Lamongan" dengan tujuan agar masyarakat sebagai
neliti lakukan jumlah pedagangkaki lima "Lamongan" di Kota Pontianak tahun 2012 berjurnlah 32 buah. Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan rurtuk masyarakat banyak, maka tempat pengolahan makanan (TPlrf) memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan gangg;uan kesehatan dalam benhrli penularan penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan yang diolah. Oleh karena itu k:ualitas makanan yang dihasilkan, disaiikan dan dijual oleh TPM seperti restoran/tempat makan harus memiliki syarat kesehatan yang ditetapkan oleh Permenkes No. 329l per/YU1976 tentang Produksi dan Peredaran Makanan pasal 2 yang berbunyi : "Makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi syarat keselamatan kesehatan, standar mutu atau p€rsyaratan yang ditetapkan oleh menteri rurtuk setiap jenis makanan". Berdasarkan data dari Dnas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2009 menyatakan bahwa telah terjadi penyakit bawaan makanan/keracunan seperti disentri l.l3l kasus, drate 12.352 kasus. Sedangkan pada tahun 2010 kejadian penyakit bawaan makanankeracunan seperti diare meningkat menjadi 12.923 kazus. Kejadian ini memrnjukkan bahwa sangat penting menyajikan makanan yang memenuhi syarat kesehatan supaya tidak menyebabkan terjadrrya gangguan kesehatan pada orang yang mengkonzumsinya. Setelah melakukan pemantauan/survey, pedagang kaki lima "Lamongan" lebih banyak jumlahnya dibanding pedagang kaki lima lainnya. Sehingga peneliti merasa tertarik dan perlu meneliti tentang personal hygiene dan sanitasi lingl.mgan pada pedagang kaki lima "Lamongan". Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang juga bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan rrngan
maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti manusia, hewan dan sebagainya. Kuman pada umumnya tidak dapat terlihat dengan mata telanjang namtm ada di tnana-mana, termasuk pada makanan-makanan yang tidak
Khayan, Hubungon Antara Personal Hygiene don Sanitasi Lingkungan. ..
bersih atau dengan kata lain sanitasinya kurang. Beberapa penyakit/gangguan kesehatan akibat kuman yaitu seperti pilek batuk, radang tenggorokan, TBC, hep atitis, HIV diare, dan lain sebagainya. Untuk itulah kita secara preventif berusaha agar terhindar dari kuman dengan cara menjaga kebersihan diri serta meningkatkan ketahanan tubuh kita dari kuman-kuman penyebab penyakit. Karena semakin tinggi angka kuman pada suatu benda maka semakin beresiko kita terkena penyakit. Banyak hal yang dapat mempengaruhi angka kuman antara lain kebersihan diri atau personal hygiene yang meliputi kebersihan kulit kepala dan rambut mata, hidung, telinga, kut-u kaki dan tangan, genitalia, serta kebersihan kulit seluruh tubuh dan sanitasi lingkungan yang meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, kontrol vektor, sanitasi makanan serta pencemaran udara.
B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu unttrk mencari hubrurgan antara suatu keadaan dengan keadaan lain yang terdapat dalam satu populasi yang sama dan dalam waktu yang bersarnaan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungpn antara kedua faktor, baik dilihat dari personal hygiene maupun sanitasi lingkungan dengan jumlah angka kuman pada makanan berbasis hewani (studi pada pedagang kaki lima "Lamongan" di Kota Pontianak). Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan April 2012 hingga Mei 2012. Tempat penelitian adalah pedagang kaki lima 'Lamongan" yang ada di wilayah Kota Pontianak tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedasang kaki lima "Lamongan" di kota Pontianak tahun 2012 yang berjumlah 32 pedagang kaki lima. Populasi diambil dari seluruh pedagang kaki lima "Lamongan" yang memiliki bangunan non pennanen atau tenda.
l7
Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Angka
Kuman Tabel
l.
Hubrurgan antara Sanitasi Lingk-ungan dengan Jumlah Angka Kuman pada Pedagang Kaki Lima "Lamongan" di Kota Pontianak
Variabel
P vahrc
Sanitasi
Koefisien Korelasi
4,362
0,042
Lingkungan
Sifat Hubungan
Sedang
Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas didapatkan ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan dengan jumlah angka kuman (p = 0,042). Hubungan antara sanitasi hngkwgan dengan jumlah angka kuman menun-
jukkan korelasi sedang (r =
4,362) dan berpola negatif yang artinya semakin kurang baik sanitasi lingkungan maka semakin tinggi jurnlah angka kuman.
Hubungan antara Personal Hygiene dengan Angka Kuman Tabel 2. Hubungan antara Personal Hygiene dengan Jumlah Angka Kuman pada Pedagang Kaki Lima "Lamongan" di Kota Pontianak
Variabel Personal
Hygiene
P
value
0,o44
Koefisien Korelasi
4,359
Sifat Hubungan Sed"ng
Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas didapatkan ada hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan jwrlah angka kuman (p = 0,044). Hubungan antara personal hygiene dengan jumlah angka kuman menunjukkankorelasi sedang (r = -0,359) danberpola negatifyang artinya semakin kurang baik personal hygiene maka semakin tinggi jumlah angka kurnan.
D. PEMBAHASAN C. HASIL
Angka Kuman Angka Kuman Berdasarkan hasil analisis didapat rata-rata jumlah angka kuman adalah 1,516125 x 106 koloni/gr dengan standar deviasi 7,241495 x 106 koloni/gr. Skor angka kuman terendah adalah 1,30 x l0r koloni/gr dan skor tertinggi adalah 4,10 x 106 kolonilgr. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skor angka kuman adalah -1,094711 x 106 koloni/gr sampai dengan 4,126963 x 106 koloni/gr. Batas maksimal menurut Dirjen POM untuk jumlah bakteri pada makanan yang diolah dengan panas adalah 5
x
104 koloni/gr. Dari 32 pedagang kaki lima "Lamongan"
yang dilalcukan perneriksaan angka kuman sebesar 68,70lo pedagang kaki lima "Lamongan" telah memenuhi syarat dan sebesar 3 1,3%o pedagsng kaki lima "Lamongan" tidak memenuhi syarat produksi.
Mikroorganisme merupakan kuman yang bersifat patogen dan sangat besar kernungkinan menimbulkan penyakit. Kuman ini sangat cepat berkembang biak pada media yang memungkinkan untuk berkembang biak terutama air. Mikroorganisme merupakan parameter biologis dan berdampak langsrmg terhadap kesehatan. Dalam keputusan Dirjen POM disebutkan batas maksimum jumlah bakleri pada makanan yang diolah dengan panas adalah 5 x 104
koloni/gr. Berdasarkan hasil analisis didapat rata-rat^ jumlah angka kuman adalah 1,516125 x 106 kolonilgr dengan standar deviasi 7,241495 x 106 koloni/gr. Skor angka kuman terendah adalah 1,30 x l0' kolonilgr dan skor tertinggi adalah 4,10 x 106 koloni/gr. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skor angka kuman adalah -1,09471I x 106 koloni/gr sam-
lE
WRNALMEDIALABORATORIAMKHATALISNWA
pai dengan 4, 126963 x I 06 kolonilgr. Dari 32 pe.dagang kaki lima 'I-amongan" yans dilakukan pemeriksaan angka kurnan sebesar 68,7% pedagang
kaki lima "Iamongan" telah memenuhi syarat karena memiliki angka kuman <5 x 104 koloni/gr dan sebesar 31,3% Wdagang kaki lima "Lamongan" tidak memenuhi syarat produksi
memiliki *gku kuman >5 x 104 koloni/gr. Jurnlah angka kuman yang mernenuhi qvarat pada pedagang kaki "Lamongan" ini lebih banyak jika dibandingkarena
kan dengan penelitian jumlah angka kuman sebelumnya pada kerupuk amplang dimana dari 36 sampel yang dilaltukan pemeriksaan angka kuman sebesar 52,8Yo telah memenuhi syarat produksi dan sebesar 47,2Yo tidak memenuhi syarat (Kumiawati, 2010). Keberadaan angka kuman dalam ayam dan ikan lele goreng sangat mturgkin terjadi, jurnlah angka kuman yang melebihi batas maksimum akan beresiko menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat yang mengkonsummsi ayam dan ikan lele goreng tersebut. Tentunya hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yakni dari proses awal pengolahan hingga akhir sampai makanan disajikan kepada konsumen. agar makarnn yang dihasilkan menghasilkan panganyang bermutu, layak dan aman dikonsumsi. Dengan menghasilkan makanan yang bermutu dan aman rmtuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat, dan tempat pengolahan makanan (TPM) yang bersangkutan akan berkembang pesat. Dengan berkembangnya tempat pengolahan makanan (IPl$ yang menghasilkan pangan yang bermutu dan aman rmtuk dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindtrng dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan.
Hubungan antara Sanitasi Lingkungan ngan Angka Kuman
de
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingl-ungan, yaitu perilaku untuk membudayakan hidup bersih wrtuk mencegah manusia bersenhrhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan yang kurang baik truut memberikan dampak bagi lingkungan sekitar terutama bagi tempat pengolahan makanan (TPM) Berdasarkan hasil analisis uji statistik didapatkan ada hubungan yang sigrrifikan antara sanitasi lingkungan dengan jumlah anglia kuman (p = 0,0a2). Hubungan antara sanitasi lingkungan dengan jumlah angka kuman menunjukkan korelasi sedang (1: 4,362) dan berpola negatif
yang artiqra semakin kurang baik sanitasi ling;kungan maka semakin tinggi jumlah angka kuman. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pedagang kaki lima "Lamongan" yang merniliki sanitasi lingkungan baik cenderung memiliki anp;ka kuman <5 x 104 koVgr dan memenuhi syarat dibanditrgkut dengan pedagang kaki lima "Lamongan" yang memiliki sanitasi lingkunganyang kurang baik dimana memiliki kecenderungan memiliki angka kuman yang >5 x 104 koVgr dan tidak memenuhi syarat. Dari hasil observasi terhadap 32 pedagang lraki lima 'Lamongan" diketahui sebagian pedagang kalii lima 'Lamongan"
yang memiliki sanitasi hngkungan ktnang baik menurjukkan bahwa sebagian besar pedagang kaki lima'Lamongan" tidak air limbah yang lancar (87,5%), tempat sampah tidak mempmyai tutup (93,8yA, tidak tersedianya tempat cuci alat masalalrnakan yang dilengkapi dengan air dan bahanpembenih (68,8%). Dari hasil observasi pedagang kaki lima "Lamongan"
memiliki
juga dapat diketahui sebesar 90,6% pdagang kaki lima "Lamongan" tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran asap, 87,5Yo pedagang kaki lima "Lamongan" memiliki tempat sampahyang terbuat dari bahan kedap arr, dan sebesar E7 ,S%pdagangkaki lima "Lamongan" memiliki tempat pengolahan makanan bebas lalat, tikus dan hewan piaraan dengan demikian dapat dikategorikan pemilik pedagang kaki lima "Lamongan" sudah menyadari pentingnya lingkungan produlisi yang bersih. Terlihat dari tempat pengolahan makanan yang tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran asap, memiliki tempat sampah yang terbuat dari bahan kedap air, dan merniliki tempat pengolahan makanan bebas lalat, tikus dan hewan piaraan. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya mengenai "Sanitasi IRTP dan faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kuman pada Industri Rumah Tangga Pangan QRTP) pada makanan kerupuk amplang di Kabupaten Ketapang", memrnjukkan sebagian besar meja peracikan yang tidak bersih dan memiliki permukaan yang tidak tahan goresan (52,8%\, tidak tersedia tempat cuci yang dilengkapi dengan air dan bahan pembersih yang cukup (50,0%). Beberapa hal mengenai sanitasi linpftungan yang masih perlu ditingka&an pada pedagang kaki lima "La-
mongan" agar memiliki sanitasi lingkungan yang baik sehingga dapat meminimalisir kontaminasi kuman yakni agar pedagang kaki lima "Lamongan" selalu menyediakan tempat cuci alat masaVrnakan yang dilengkapi dengan air dan bahan pembersih yang cukup, tempat sampah yang memptmyai tutup, serta perlunya memiliki pembuangan air limbah yang lancar. Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyak ditemukan pedagang kaki "lamongan" yang tidak melengkapi batran pernbersih saat mencuci alat masak/makan, tempat sampah yang tidak mempunyai tutup sementara tempat sampah tersebut di gunakan untuk penampungan sampah organik, dan pembuangan air limbah yang tidak mengalir atau menggenang. Berdasarkan semua uraian di atas peneliti menyimpulkan bahrva sanitasi lingkungan mempengaruhi besamya jumlah angka kurnan dalam pengolahan makanan. Untuk menjaga lingkungan yang bersih diharapkan setiap tempat pengolahan makanan QPM) agar memperhatikan sanitasi lingkrngan sekitarnya seperti tempat sampah, pembuangan limbah, air yang digrmakan untuk mencuci peralatan makan, dan sumber pencemar di sekitm tempat pengolahan makanan.
Hubungan antara Personal Hygiene dengan Angka Kuman Kebersihan diri merupakan hmci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Walauprur
Khayan, Hubungan Antara Personal Hltgiene dan Sanitasi
ketatnya peraturan telah dibuat dan dikeluarkan oleh suatu usaha ditambah peralatan ke{a dan fasilitas yang memadai, semua itu akan sia-sia saja bila manusia yang menggunakannya kotor, tangan dibiarkan tidak bersih, dan meludah di sembarang tempat, karena itu semua kembali ke manusianya. Berdasarkan hasil analisis uji statistik didapatkan ada hubtrngan yang signifikan antara personal hygiene dengan jumlah angka kuman (p = 0,044). Hubungan antara personal hygiene dengan jumlah angka kuman memrnjukkan korelasi sedang (r = 4,359) dan berpola negatifdan artinya semakin kurang baik personal hygiene maka semakin tinggi jumlah angka kuman. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahua pedagang kaki lima'I-amongan" yang merniliki personal hygiene yang baik memiliki kecenderungan memiliki angka kuman yang lebih sedikit dan memenuhi syarat dibandingkan dengan pedagang kaki lima "Lamongan" yang memiliki personal hygrene yang kuang baik memiliki kecendenrngan memiliki angka kuman yang relatif tinggi. Dari hasil observasi terhadap 32 pdagang kaki lima "Lamongan" diketahui sebagian pedagang kaki lima "La-
mongan" yang memiliki personal hygiene kurang baik menrurjuklian bahwa sebagian besar karyawarurya memakai perhiasan saat mengolah makanan (93,8%), tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum mengolah makanan (90,6%). Dari hasil observasi pedagang kaki lima "Lamongan" juga dapat diketahui sebesar 100% karyawan selalu menggunakan alat yang sesuai dan bersih bila mengambil makarnn, 96,9Yo karyawan selalu memakai pakaian kerja vang bersih dan tidak dipakai di luarjam kerja. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumny& mengenai "Sanitasi IRTP dan faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kuman pada Industri Rurnah Tangga Pangan QRIP) pada makanan kerupuk amplang di Kabupaten Ketapang", menunjukkan personal hygiene yang kurang baik juga menunjukkan bahwa karyawannya merokok ketika bekerja (52,8%), menegunakan peralatan makan dan
fasilitas yang bulian untuk keperluarnya (44,4o/o), serta karyawan makan dan mengruryah ketika bekerja (4l,7Yo)
(Kumiawati, 2010). Peneliti dapat menyimpulkan bahwa personal hygiene
yang kurang baik dapat beresiko terkontaminasi angka kuman yang relatif tinggi yang tentu saja dapat mernpengaruhi kesehatan bagi siapa saja yang mengkonsumsi ayam dan ikan lele goreng yang dihasilkan tersebut. Beberapa hal yang masih perlu lagi ditingkatkan pada personal hygiene sehingga dapat meminimalisir kontaminasi kuman antara lain agar karyawan tidak memakai perhiasan saat mengolah makanan, serta mencuci tangan dengan menggiunakan sabrur sebelum mengolah makanan agar bahan makanan tidalimudah terkontamirnsi yang disebabkan oleh karyawan sendiri. Dari semua uraian di atas peneliti menyimpulkan personal hygiene karyawan yang kurang baik akan mempengaruhi besamya angka kuman dalampengolahan makanan. Sebaiknya karyawan pengolah makanan agar mernperhatikan kebersihan fisik dan kesehatan diri sebelum meneolah
Linghmgot...
19
makanan agar tidak menjadi media pembawa kuman dan bibit penyakit pada makanan.
E. KESIMPULAIT Adaprm kesimpulan dari penelitian ini adalah : Ratarata jurnlah angka kuman pada pedagang kaki lima "Lamongan" di kota Pontianak adalah 1,516125 x 106 kolonil gp ; Rata-rata personal hygiene pada pedagang kaki lima "Lamongan" di kota Pontianak adalah 7,50 ; Rata-rata sanitasi linglrunganpda pedagang kaki lima "Lamongan" di kota Pontianak adalah7,43 ; Ada hubungan antara personal hygrene penjamah makanan dengan jumlah angka kuman pada makanan berbasis hewani (studi pada pedagang kaki lima"Lamongan" di kota Pontianak) (p value = 0,044,r: -0,359) ; Ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan angka larman pada makanan berbasis hewani (studi pada pedagang kaki lima "Lamongan" di kota Pontianak) (p value = 0,042, r = -0,362).
REF'ERENSI 1997. Pengambilan Contoh dan Spesimen Makanan. Ditjen P2M & PL. Jakarta.
2004. Bakteri dan Pencemar Terhadap Makanan. Ditjen P2M
& PL.
Jakarta.
2004. Pemeliharaan Kebersihan Lingkwrgan. Ditjen P2M & PL. Jakarta. 2004. Persyaratan Hygiene Sanitasi Tempat Pengolahan Malenan. Dtjen P2M & PL. Jakarta 2004. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi
UsapAlatMasalidan lvlakan. Pusat Laboratorium Kesehatan. Jakarta.
2004. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Ditjen P2M & PL. Jakarta. 2004. Struklur dan Tata Letak Dapur. Dtjen
P2llld& PL. Jakarta.
Arifin Mwrif. 2009. Sanitasi Linglnmgan. www.inspeksisanitasi.blogspot.com, diakses tanggal 27 november 201
l.
Chandra Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingl-ungan. Cetakan II. EGC. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-un&ng No. 36 tentang Kesehatan. Jakarta.
Dinkes. 2009. Monitoring Penyakit Menular. Pontianak. Fitriani. 2004. Hubungan antara Tingkat Pengawasan dan Keadaan Fasilitas Sanitasi Restoran di Kota Pontianak. Skripsi. Fikes UMP. Pontianak. Godam64, 2008. Definisi,/Pengertian Kuman Penyebab Penyakit dan Gangguan Kesehatan. www.organisasi.org, dialises tanggal 8 oktober 201 l. Hidayat Boy. 2009. Konsep personal Hygrene, www.hidayat2.wordpress.com, diakses tanggal l0 Oklober 201
l.
RI No. 1098/lvlenkes/SK/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Jakarta. Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SKl2002 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. Kepmenkes
20
WRNAL MEDA UIBORATORIAM T.HATITLISITWA
Kurniasih Eva. 2ffi6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Aogku Kuman pada Minuman yang Dijual di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) Pontianalc Barat Tahrm 2005. Karya Tulis nmiah. Politeknik Kesehatan. Pontianak.
Kurniawati, 2010. Sanitasi IRTP dan faktor-faktor yang Berhubungan denganAngka Kuman pada Indushi Rumah Tangga Pangan (trtTP) pada Ndakanan Kerupuk Amplang di Kota Ketapang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Pontianak. Latif Bahtiar. 2010. Sanitasi Lingkungan, www.ilmukep erawatan.net, diakses l0 Oktober 2011. Notoadmojo Soekijo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Riyanto Agus. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medica. YogSrakarta. Saepudin N{alik. 2011. Metodelogi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Sekretariat Jenderal Jejaring Intelijen Pangan. 2005. Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan, www.pom.go.id, diakses 12 September 201l.
Surat Keputusan Dirjen POM No. 03726IB/SK/VILA9. Batas Maksimum Cemaran Mkroba dalam N{akanan.