SYAMSUAR SUTAN MARAJO • AMAQ RAYA • IRAWATI DURBAN
TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI 17-18 DESEMBER 2013
1
TEATER KECIL TAMAN ISMAIL MARZUKI 17-18 DESEMBER 2013 PENANGGUNG JAWAB DEWAN KESENIAN JAK ARTA PEYUNTING HELLY MINARTI PENATA LETAK RIOSADJA FOTO AMAQ RAYA DWIYANTO WIBOWO FOTO SYAMSUAR SUTAN MARAJO BAYU SUGARA FOTO IRAWATI DURBAN KOLEKSI PRIBADI PROOFREADER ANGK A DEWAN KESENIAN JAKARTA TAMAN ISMAIL MARZUKI JL. CIKINI RAYA NO 73 JAK ARTA 10330 T/F: +6221.31937639 W: WWW.DKJ.OR.ID DEWAN KESENIAN JAK ARTA (DKJ) ADALAH SALAH SATU LEMBAGA YANG DIBENTUK OLEH MASYARAK AT SENIMAN DAN DIKUKUHK AN OLEH GUBERNUR DKI JAK ARTA, ALI SADIKIN, PADA TANGGAL 7 JUNI 1968. TUGAS DAN FUNGSI DKJ ADALAH SEBAGAI MITRA KERJA GUBERNUR KEPALA DAERAH PROPINSI DKI JAK ARTA UNTUK MERUMUSK AN KEBIJAK AN GUNA MENDUKUNG KEGIATAN DAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN KESENIAN DI WILAYAH PROPINSI DKI JAK ARTA. ANGGOTA DEWAN KESENIAN JAK ARTA DIANGK AT OLEH AK ADEMI JAK ARTA (AJ) DAN DIKUKUHK AN OLEH GUBERNUR DKI JAK ARTA. PEMILIHAN ANGGOTA DKJ DILAKUK AN SECARA TERBUK A, MELALUI TIM PEMILIHAN YANG TERDIRI DARI BEBERAPA AHLI DAN PENGAMAT SENI YANG DIBENTUK OLEH AJ. NAMA-NAMA CALON DIAJUK AN DARI BERBAGAI K ALANGAN MASYARAK AT MAUPUN KELOMPOK SENI. MASA KEPENGURUSAN DKJ ADALAH TIGA TAHUN. KEBIJAK AN PENGEMBANGAN KESENIAN TERCERMIN DALAM BENTUK PROGRAM TAHUNAN YANG DIAJUK AN DENGAN MENITIKBERATK AN PADA SK ALA PRIORITAS MASING-MASING KOMITE. ANGGOTA DKJ BERJUMLAH 25 ORANG, TERDIRI DARI PARA SENIMAN, BUDAYAWAN DAN PEMIKIR SENI, YANG TERBAGI DALAM 6 KOMITE: KOMITE FILM, KOMITE MUSIK, KOMITE SASTRA, KOMITE SENI RUPA, KOMITE TARI DAN KOMITE TEATER.
2
DAFTAR ISI PENGANTAR KETUA UMUM DEWAN KESENIAN JAK ARTA
6
MAESTRO! MAESTRO! #8
8
SYAMSUAR SUTAN MARAJO (MAESTRO TARI TAN BENTAN)
13
AMAQ RAYA (MAESTRO TARI GAGAK MANDIQ)
19
IRAWATI DURBAN ARDJO (MAESTRO TARI SUNDA)
25
SUSUNAN PANITIA
30
SUSUNAN ACARA
31
3
MAESTRO! MAESTRO! #8 SYAMSUAR SUTAN MARAJO • IRAWATI DURBAN • AMAQ RAYA
Masterclass
Pertunjukan
SELASA 17.12.2013
RABU 18.12.2013
11.00 - 17.00 WIB
19.30 WIB
TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI 17-18 DESEMBER 2013
4
5
PENGANTAR KETUA UMUM DEWAN KESENIAN JAKARTA Salam Tari! Seni tari adalah ekspresi artistik yang menggunakan tubuh penari sebagai medium utama. Secara visual, tubuh-tubuh penari adalah bahasa gerak yang terbentuk dari teknik serta pengolahan rasa yang seringkali diterjemahkan sebagai taksu seorang penari. Program Maestro! Maestro! Dewan Kesenian Jakarta berawal dari kesadaran pentingnya menampilkan segi-segi kepenarian seorang empu tari dari beragam tari tradisional, karena di tubuh merekalah tersimpan tak hanya teknik menari yang mumpuni, namun juga sejarah serta filosofi sebuah kebudayaan lokal yang ikut membentuk mosaik kebudayaan nasional Indonesia. Di tahun keempat serta edisi kedelapannya ini, Maestro! Maestro! mulai merintis untuk mempertajam wacana dengan menilik secara kritis pemahaman kita tentang apa itu tradisi dalam konteks seni tari Indonesia. Ketiga maestro yang ditampilkan kali ini berasal dari tiga pulau yang berbeda, dan mewakili tradisi yang unik bagi konteks lokalnya. Sementara para generasi muda akan mendapat
6
kesempatan emas untuk belajar secara langsung dengan ketiga maestro melalui program masterclass , dialog antar generasi pun akan terjadi di atas panggung ketika para maestro ini berbagi ruang menari dengan para murid masing-masing. Saya
berharap
banyak
generasi
penari
muda
merebut
kesempatan berharga ini untuk memperkaya wawasan mereka tentang tari tradisional Indonesia.
Irawan Karseno Ketua Umum Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta 2013-2015
7
MAESTRO! MAESTRO! #8 Salam Tari! Tradisi kerap disebut sebagai pengaruh terbesar penciptaan tari di konteks Indonesia, seperti tercermin dalam karya-karya para koreografer modern maupun kontemporer Indonesia sejak 1960-an hingga kini. Tradisi seringkali hadir dalam bentuk pengaruh narasi, teknik gerak, pola lantai atau ornamentasi kostum, namun tradisi juga mampu menginspirasi dalam cara yang lebih abstrak, misalnya, dalam mengadaptasi energi. Program Maestro! Maestro! berawal dari tujuan menampilkan para empu penari tradisi yang mencerminkan kekayaan kebudayaan tari lokal di Indonesia. Sejak dilaksanakan pada 2009, acara ini telah mementaskan beragam tari tradisi yang ditarikan oleh sang empu sebagai sumber gerak tradisi yang diwakilinya, sesekali diseling diskusi maupun format kuliah/demonstrasi ( lecture/demonstration) yang diperkenalkan pada Maestro! Maestro! edisi pertama. Pengecualian terjadi di edisi keenam (2012) ketika program bertema “Dialog Tari” menampilkan para empu yang tidak melulu berlatar-belakang tari tradisi Indonesia. Dalam edisi 2013 ini, Maestro! Maestro! tidak hanya ingin menampilkan para empu sebagai sumber referensi tradisi, namun juga mulai menempatkan istilah ‘tradisi’ dan ‘tradisional’ ke dalam konteks historis yang lebih kritis.
8
Pendekatan serta perspektif kritis ini tercermin dalam pemilihan ketiga Maestro pada edisi 2013, yang masing-masing mewakili tiga jenis tari yang memiliki asal-muasal serta jejak historis yang berbeda satu sama lain. Tari Tan Bentan dari Minangkabau, Sumatra Barat adalah salah satu tari tradisional yang diturunkan antar generasi, meski tidak harus sedarah. Syamsuar Sutan Marajo (65) yang akan menarikannya adalah murid langsung dari almarhum Jamin Manti Jo Sutan, sang ‘guru’. Ia akan didampingi oleh penari/koreografer Ery Mefry, putra dari Jamin Manti Jo Sutan. Tari Klana Bandopati Losari yang ditarikan Irawati Durban Ardjo (70) adalah contoh tari tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi di daerah asalnya, desa Losari, Cirebon. Sementara, tari Merak Bodas yang akan ditarikannya pula adalah tarian yang dicipta-ulang berdasarkan karya asli hasil komposisi Irawati sendiri berjudul Tari Merak, yang dikoreografi tahun 1965, dan kini dikenal sebagai tetarian Sunda. Hal ini serupa dengan Tari Gagak Mandiq dari Lombok yang memang akan ditarikan oleh penata tarinya sendiri, Amaq Raya, sekitar awal-pertengahan 1950-an. Gagak Mandiq disebut mulai popular di tahun 1956 hingga menjadi referensi bagi para penata tari asal Lombok hingga kini. Lalu Surya Mulawarman (43) –koreografer lulusan Institut Kesenian Jakarta– akan menafsir-adaptasikan tarian ini ke dalam karyanya. Membicarakan tradisi sebagai sebuah persepsi dan perspektif historis-artistik inilah yang akan dirintis mulai Maestro! Maestro! #8 ini. Semoga pendekatan ini bisa menjadi landasan untuk membaca kembali tari tradisi Indonesia secara kritis dalam upaya mengenal kebudayaan kita, dan memahami kompleksitas sejarah tari Indonesia.
Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta 2013-2015 Sukarji Sriman Rury Nostalgia Hartati Helly Minarti
9
Masterclass SELASA 17.12.2013 11.00 - 17.00 WIB
10
Pertunjukan RABU 18.12.2013 19.30 WIB
11
MAESTRO! MAESTRO! #8 • SYAMSUAR SUTAN MARAJO TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI • 17-18 DESEMBER 2013
Masterclass SELASA 17.12.2013
10.00 - 12.00 WIB
Pertunjukan RABU 18.12.2013 19.30 WIB
12
SYAMSUAR SUTAN MARAJO MAESTRO TARI TAN BENTAN (Saniangbaka - Sumatra Barat) Saat menyaksikan sebuah perhelatan perkawinan di usia 12 tahun, Syamsuar Sutan Marajo yang dilahirkan di Saniangbaka, Solok 1 juli 1948 merasakan “cinta pertama” pada dunia tradisi. Tari Piring membuat hatinya berdebar-debar. Gerakan-gerakan bertenaga dan ritmis yang diperagakan para penari, tertanam di ruang matanya. Ia kemudian meminta ayahnya agar ‘dilamarkan’ jadi murid Jamin Manti Jo Sutan yang biasa dipanggil Manti Menuik, maestro seni tradisi dan pemimpin kelompok Lawang Guci. Maka, ritual penerimaan murid pun dimulai. Sukaia (tudung pandan berbentuk kerucut) dihadapkan. Isinya, segantang beras, seikat sirih dan pisang, sesuai dengan adat ritual penerimaan murid yang berlangsung saat itu. Latihan panjang pun dimulai. Dasar berbakat, setahun kemudian ia sudah mahir Tari Piring. Namun, untuk belajar Tari Adok dan Randai Ilau, ia mesti menunggu umur 18 tahun. Ada gerakan tari ini yang mesti menunggu ‘cukup umur’. Namun, setelah itu, ia menjadi andalan kelompok tradisi yang bermarkas di Saniangbaka, Solok ini. Manti Menuik bahkan mengambilnya jadi rang sumando, sebuah ‘politik cerdas’ agar kesenian tradisi ini tidak hilang.
13
Dari Manti, ia tidak hanya mendapat jenis tari, namun juga ajaran-ajaran luhur Minangkabau. Dan pengajaran tari ini, kadang bersama, kadang sendiri; dalam waktu tak tentu (kadang tengah malam), dan bisa di sawah. Syamsuar merupakan murid generasi ketiga bagi Manti Menuik. Namun, di bawah langit Tuhan, yang berlaku hanyalah ketekunan dan disiplin. Yang lain boleh melangkah setengah, ia penuh. Yang lain menari setengah hati, Syamsuar menyentakkan bahu sampai berderak ke hati penonton. Makin dewasa, peran gurunya pelan-pelan digantikan. Baik dalam melatih atau pun memberikan ajaran tentang seni tradisi. Bahkan, setelah kepergian gurunya, ia pun mendirikan sanggar baru ‘Singo Baranta’” dan 45 anak-anak dan remaja dilatihnya dengan tetap membawa ajaran sang maestro Manti Jo Sutan. Yang meresahkannya, mungkin soal keahlian memukul adok . Sampai saat ini tak banyak yang benar-benar ahli dalam memainkan alat musik gendang ini. Syamsuar tentu tak ingin patah hati. Ia punya modal: anak-anak yang belajar di sanggar Singo Barantai yang dipimpinnya. Kesabarannya untuk punya penerus dalam segala bentuk sedang diuji dalam tingkat tinggi, tapi, ia berjanji, tak akan berhenti. SINOPSIS TAN BENTAN Ikatan yang telah terwujud dan terpatri sejak dari kandungan adalah sebuah kutukan jika tidak berlanjut. Resiko dan tantangan yang merintangi kelanjutan sebuah pertalian dan ikatan akan mereka hadang dan hadapi untuk menghadapi pembelaan sebuah kehormatan dan harga diri. Ikatan jodoh antara Puti Bungu dan Dang Tuangku yang telah dipertalikan sejak dalam kandungan merupakan pertalian pulang kabako, tak boleh digagalkan atau dipisahkan oleh orang ketiga.
14
Jika perlu, bencana akan dilawan dengan menciptakan bencana – begitulah sumpah Minangkabau. PROFIL PENDUKUNG ERY MEFRI Lahir di Saniangbaka, Solok, 23 Juni 1958, Ery hidup di tengahtengah keluarga tradisi. Ayahnya, Manti Jo Sutan (alm.) –guru Syamsuar Sutan Marajo– dikenal sebagai seorang penari Tari Tan Bentan dengan akar tradisi yang kuat, sementara sang ibu, Nurjanah, adalah seorang penenun benang emas. Ery tidak pernah sengaja belajar tari yang diajarkan oleh kelompok ayahnya. Namun, ia telah mahir menarikan tarian mereka pada usia 5 tahun karena sejak usia 3 tahun, ia terbiasa ‘tertidur’ di pangkuan Ayahnya ketika melatih kelompok seminggu dua kali. Setiap malam pun, ia tertidur di pangkuan ibu yang selalu menenun dan berdendang (bernyanyi Minang). Ery sendiri kelak menjadi seorang penata tari dan mendirikan kelompok tari Nan Jombang di tahun 1983. Sejak itu, ia telah melahirkan beragam koreografinya yang telah dipentaskan pada acara kesenian di dalam dan di luar negeri, antara lain The Big Question di Indonesian Dance Festival (1994) dan American Dance Festival North Carolina USA; Ratok Piring dan Sarikaik di Indonesian Performing Arts Mart (IPAM) (2004), Brisbane Powerhouse, Australia (2007), Festival Theater Der Welt, Essen, Jerman (2010); Rantau Berbisik IPAM, Solo (2009), Pesta Raya Esplanade Theater, Singapura (2009), Tokyo Performing Arts Market, Jepang (2010), Darwin Festival, Brisbane Festival, Cairns Festival, Adelaide Oz Asia Festival- Australia (2010), Arts Summit Indonesia, Jakarta (2010), Asia Pacific Weeks, Haus der Kulturen der Welt, Berlin, Jerman (2011) dan Tour Amerika bersama Center Stage di The Kennedy Center Millennium Stage, Dance Place (Washington DC), FirstWork (Providence Rhode Island), Fall for Dance Festival Arts (New York City Center), REDCAT, Los Angeles California (2012).
15
AL BASRI DATUK BAGINDO NANGADANG Lahir di Saniangbaka, Solok, 16 Mei 1947, Al Basri Datuk Bagindo Nangadang menari sejak kecil dengan kekuatan silat dan belajar Tari Piring di bawah bimbingan Maestro Manti Jo Sutan. Setelah kepergian Sang Guru kepada Ilahi, ia pun meneruskan belajar dengan dengan Syamsuar Sutan Marajo dan kelompok Singo Barantai hingga sekarang. KASRI Lahir di Saniangbaka, Solok, 1 Juli 1955, dalam tari Tan Bentan, ia sering menjadi ‘biduan’ untuk peran Puti Bungsu yang dilakoni oleh laki-laki, karena pada zaman dahulu perempuan tidak dibenarkan menari di Minangkabau. AULIA RUSDA Lahir di Saniangbaka, Solok, 15 November 1993. Setelah pergeseran zaman di mana perempuan telah diperbolehkan menari, maka dengan semangat dan cita-cita ingin meneruskan kesenian tradisi, sejak umur 10 tahun di bawah asuhan Sang Guru Syamsuar Sutan Marajo, Aulia mengasah diri tanpa kenal lelah.
16
17
MAESTRO! MAESTRO! #8 • AMAQ RAYA TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI • 17-18 DESEMBER 2013
Masterclass SELASA 17.12.2013
13.00 - 15.00 WIB
Pertunjukan RABU 18.12.2013 19.30 WIB
18
AMAQ RAYA MAESTRO TARI GAGAK MANDIQ (Lombok, Nusa Tenggara Barat) Amaq Raya (80) dilahirkan pada era penjajahan Belanda dengan nama Loq Saleh, di Desa Lenek Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari Desa yang terkenal sebagai desa kesenian, Loq Saleh muda telah memberikan andil pengembangan kesenian tradisi melalui keterlibatannya di kelompok wayang, teater tradisi Cupak Gurantang, Tari Gandrung, hingga menciptakan berbagai tarian untuk menunjang aktivitas berkesenian dalam kelompoknya. Sejak saat itu lekatlah nama Loq Saleh yang kemudian dikenal dengan nama Amaq Raya dengan kesenian tradisional Desa Lenek. Aktivitas Amaq Raya dalam berkesenian dilirik oleh Pemerintah Daerah, sehingga dia diundang untuk mengisi acara-acara kenegaraan seperti tampil di depan Presiden Soekarno di Bali (1957) dan kunjungan Presiden Soekarno di Lombok (1958), di Istana Merdeka di hadapan Presiden Soeharto (1990) serta melawat ke Jepang bersama tim kesenian NTB tahun 1988. Di samping sebagai pencipta tari, Amaq Raya juga pencipta gending untuk mengekspresikan kehidupannya sendiri dan masyarakat sekitarnya yang dililit kemiskinan. Salah satu gending yang hingga saat ini sangat dikenal masyarakat adalah Pemban Selaparang yang syairnya dibuat oleh Bapak Rahil.
19
Setelah tahun 1988, Amaq Raya terus berkesenian dengan memberikan latihan-latihan dan lokakarya seni tari kepada guruguru dan siswa serta masyarakat di sekitarnya yang hingga kini masuh merujuk pada ajaran Amaq Raya. SINOPSIS TARI GAGAK MANDIQ Alkisah, suatu pagi, ketika Amaq Raya dalam kegelisahan proses kreatifnya, ia melihat serombongan gagak turun mandi di sungai dekat rumahnya. Suatu pemandangan yang langka. “Keriangan mengawali kehidupan,” kata Amaq Raya dalam hatinya. Dia mengamati dengan cermat gerakan kawanan gagak itu sebelum akhirnya satu per satu terbang. Amaq Raya pun bergegas pulang dan mengumpulkan kawan-kawannya untuk menggarap Gagak Mandiq sebagai karya tari. Burung gagak, bagi masyarakat Lombok, dikenal sebagai burung pembawa kabar duka. Tetapi tidak bagi Amaq Raya. Kematian adalah sesuatu yang harus dipersiapkan dengan keriangan seperti keriangan burung gagak menyambut pagi. Riang memulai kehidupan, menyebar semangat untuk melaksanakan tugas apa pun yang diemban dan dipercayakan oleh Yang Maha Kuasa, walau harus menyampaikan berita yang mungkin mengandung dan mengundang kesedihan. Demikianlah Amaq Raya memberi makna pada karyanya Gagak Mandiq. Karya ini mulai popular sejak tahun 1956 dam menjadi tari yang paling digemari oleh masyarakat setempat sehingga terus dikembangkan oleh penari-penari pada era berikutnya hingga saat ini. Gagak Mandiq bahkan telah menginspirasi para pencipta tari berikutnya untuk mempelajari pola gerak dan pola lantai tarian ini sebagai acuan dalam menciptakan tari kreasi baru maupun tari kontemporer.
20
PENARI PENDAMPING DESAK LERATINYNGSIH Dara kelahiran Mataram tahun 1986 ini telah pentas dalam berbagai pertunjukan tari sejak tahun 2002. Forum-forum yang pernah ia ikuti adalah Pembukaan STQ Mataram ke 16 (2002) serta bergabung dengan koreografer Lalu Suryadi Mulawarman untuk pementasan di TIM (Jakarta) dalam berbagai peristiwa (Forum Koreografi Indonesia, The Next Traces) dan sempat memenangkan penghargaan sebagai Juara 1 International Dance Festival dalam kategori tari tradisional dengan karya berjudul Menak di tahun 2010. YENI FIQRIANTI Kelahiran Sumbawa tahun 1982 ini adalah lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2010 di mana ia mulai aktif di dunia tari kampus sejak tahun 2000. Dua tahun terakhir, ia terlibat lima produksi Sak Sak Dance yang dipentaskan dalam berbagai acara di NTB dan Bali. Ia sempat menciptakan tari berjudul Metamorfosis dan Pengilon (2000-2001). LALU SURYA MULAWARMAN Kelahiran Mataram tahun 1970 ini menamatkan pendidikan terakhirnya di Jurusan Tari, Institut Kesenian Jakarta dan kini menjadi pendiri serta pimpinan Sak Sak Dance Production. Sebagai penari, Lalu Surya Mulawarman pernah berkolaborasi dengan koreografer ternama Indonesia seperti Sentot Sudiharto, Tom Ibnur, Deddy Luthan serta Boi Sakti. Sebagai penata tari, ia telah aktif mencipta bahkan sejak masih mahasiswa dengan mewakili almamaternya di di berbagai forum serta festival tingkat nasional. Hingga kini ada sekitar 30 koreografi yang telah dipentaskan di beragam acara dan peristiwa kesenian seperti Forum Koreografer Indonesia, The Next Traces (Pentas Koreografer Muda Indonesia) yang diselenggarakan DKJ. Ia juga kerap memenangkan lomba-lomba koreografi International Dance Festival untuk kategori Tari Tradisional di tahun 2010
21
silam dengan karya Menak. Lalu Surya Mulawarman juga aktif menjadi asisten koreografer untuk tari masal seperti pembukaan Asian Beach Game (2008) maupun mengkoreografi untuk acaraacara pemerintahan, termasuk pentas di Malay Heritage Center di Singapura. Konsepnya dalam menata tari adalah “Mencari bentuk dan sumber kreativitas yang memproyeksikan nilai– nilai yang mengakar di bumi sendiri… dan menjadikan suatu kesadaran untuk senantiasa bergumul dengan ekspresi diri dalam melahirkan karya-karya otentik dan mampu berbicara dengan bahasanya sendiri.” PEMUSIK MUHAMMAD SOFYAN ANWAR Dilahirkan di Mataram pada 19 September 1966, Muhamad Sofyan Anwar adalah salah seorang peminat dan aktivis gerakan Kebudayaan Sasak di Mataram Lombok. Akhir-akhir ini banyak menggeluti acara-acara tradisi Sasak dan mengekspresikan dalam bentuk karya-karya puisi. Ia bergabung dengan Rumah Seni Lombok dan Persaudaraan Asah Makna sebagai wahana untuk menggali ekspresi kesenian tradisi sebagai media dalam gerakan kebudayaan yang dilakukan bersama Agus F.N. di lingkar lereng Gunung Rinjani. H. LALU QADARIAH H. Lalu Qadariah Lahir di Sigerongan, 22 April 1958. Profesi mamiq Qadar yang sebenarnya adalah Pembayun dan tokoh adat di Mataram. Dalam konteks seni pertunjukan, beliau sempat bergabung dengan Sak Sak Dance Production pada tahun 2001 dalam Festival Seni Pertunjukan Indonesia di Gedung Kesenian Jakarta, Indonesia Performing Art Mart I (IPAM) di Bali, Art Suku dan Forum Koreografi Indonesia di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki Jakarta. Acara kesenian lainnya yang juga diikuti adalah Koreografer Lintas Generasi di Graha Bhakti Budaya TIM, pentas di Malay Heritage Center di Singapura.
22
LALU AGUS FATHURRAHMAN Aktivis kebudayaan Lalu Agus Fathurrahman adalah mantan Kepala Taman Budaya dan Kepala Museum NTB yang juga seorang penulis, penyair dan pelukis. Ia banyak menulis naskah untuk seni pertunjukan dengan basis tradisi yang bersumber dari naskah-naskah kuno. Dilahirkan di Sengkol Lombok Tengah pada 17 Agustus 1957, ia aat ini tinggal di Mataram. Karyakarya seni pertunjukannya dalam bentuk tari teatrikal
yang
digarap oleh koreografer Lalu Suryadi Mulawarman antara lain Lampan Lahat, Tapel Adam, Mitologi Meras Merah. Saat ini Lalu Agus Fathurrahman bekerja di Bencingah Cultural Agency dan Persaudaraan Asah Makna dengan basis gerakan di lereng Gunung Rinjani. WAYAN WIRIE Lahir di Gunung Sari, 31 Desember 1977, Wayan Wirie bergabung dengan Sak Sak Dance Production yang memberinya pengetahuan dan wawasan tentang cara penggarapan musik untuk sebuah karya tari. Kemampuannya memainkan semua alat musik tradisi asal Lombok menjadi kunci dalam pengolahan kreativitas dan musikalitasnya. Ia sempat pentas pada Indonesia Performing Art Mart I (IPAM) di Bali serta Malay Heritage Center di Singapura.
23
MAESTRO! MAESTRO! #8 • IRAWATI DURBAN TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI • 17-18 DESEMBER 2013
Masterclass SELASA 17.12.2013 15.00 - 17.00 WIB
Pertunjukan RABU 18.12.2013 19.30 WIB
24
IRAWATI DURBAN ARDJO MAESTRO TARI SUNDA (Bandung, Jawa Barat) Irawati Durban Ardjo lahir di Bandung, 22 Mei 1943. Ia adalah seorang penari, penata tari, pengajar tari, pembuat kostum tari, penulis serta desainer interor. Setelah pensiun dari posisi dosen di STSI Bandung, saat ini Irawati aktif menjabat sebagai Ketua Umum Pusbitari dan juga Direktur Post Aura. Pada tahun 1975, Irawati menyelesaikan pendidikan Seni Rupa, Jurusan Arsitektur Interior, di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selain pendidikan formal, Irawati juga sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Balet Gina Melloncelli, sebelum berguru dengan Tjetje Sumantri untuk tari Sunda. Sejak tahun 1950-an, Irawati sering melawat ke luar negeri dalam misi-misi kebudayaan yang dirancang oleh Bung Karno, dan di tahun 1960-an, ia mulai mencipta-ulang tarian Sunda yang semula dikoroegrafi oleh gurunya, Tjetje Sumantri, seperti tarian Kukupu. Irawati pernah mengajar di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), di Center for World Music, Berkeley, Amerika Serikat (1974) dan di University of California Santa Cruz UCSC (1988, 2000, 2005). Saat ini masih aktif mengajar di Pusbitari (Bandung). Sebagai penari, Irawati memiliki banyak sekali pengalaman
25
pentas, baik di dalam maupun di luar negeri serta di Istana Negara sejak masa Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Megawati, hingga Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Sebagai penulis, Irawati telah menerbitkan beberapa judul, di antaranya Kawit terbitan Pusbitari Press (2004), Tari Sunda
1880-1990 terbitan penerbit Pusbitari Press (2007), Tari Sunda 1940-1965, juga terbitan Pusbitari Press (2008). Artikelnya termasuk dalam kompilasi Warisan Budaya Dunia yang diedit oleh Jennifer Lindsay and M.H. Liem, bersama 10 penulis lain dari negara Indonesia, Belanda, Australia, Canada, dan Inggris, yang diterbitkan KITLV - Jakarta (2011). Tulisannya juga dimuat di dalam kompilasi 200 Tahun Seni di Bandung , bersama 14 penulis pakar seni Sunda lainnya, penerbit Pusbitari Press (2011). Ia mendirikan Pusbitari Dance Company di Bandung pada 1986 yang mementaskan berbagai pertunjukan di Istana Negara, acara dalam negeri maupun mancanegara. Karya-karya seni tradisi yang telah dihasilkan: 1.
Tari: Merak (1965) - Ikon Tari Jawa Barat, Suraningpati (1965), Kandagan Cindelaras (1975), Puspa Apsari (1977), Simbar Sakembar (1978), Rarangganis (1978), Kupu Rendeng (1982), Jayengrinengga (1986), Galura (1988), Ngaruat (Peresmian Gedung PT. Telkom Bandung, 1991), Katumbiri ( 2011), Merak Bodas (2012).
2.
Tari untuk SD, SMP: Kawit (1989), Mupu Kembang (1989), Cangkurileung (2002), Oray-Orayan (2002), Teknik tari dasar Kawit 7 lagu (2003), Kukudaan (2003), EundeukEundeukan (2003), Hayu Batur (2003), Babarisan (2006).
3.
Dramatari: Sangkuriang (1979), Menakjingga Gugur (1980) bersama Nugraha Sudiredja, Prabu Silihwangi (1984), Dayang Sumbi (1981), Prabu Siliwangi (1983), Sawitri Setiawan (1983), Sangkuriang (1985), Kariaan Panen (1987), Siwi Siwaya (1995), Pesta Sunat (1995), Lutung Kasarung (2000), Kilas Balik 125 tahun Bumi Sangkuriang
26
(2004), Impian Guru Minda (2005), Sendratari Tapak Leutik Camperenik (2008). 4.
Proses Tari: Helaran Galih Pakuan Jawa Barat (1983-1985), Pangbagea (untuk peserta KTT Non Blok,1993), Tepung Tawar Penyerahan Pesawat CN 235 dari PT Nurtanio/PT Dirgantara Indonesia kepada: Menteri Pertahanan Brunei Darussalam (1996), Panglima Bersenjata Diraja Malaysia (1999), Panglima Bersenjata Korea Selatan (2001), Prosesi Mapag-Jajap Panganten (1999 dst.)
5.
Kostum
Tari:
Tari
Merak
dan
semua
tarian
yang
dikoreografinya.
SINOPSIS TARI MERAK BODAS Dua ekor merak putih menari beriringan, bersahutan dengan penuh kasih sayang, menggambarkan keindahan dan kesucian cinta yang putih.
Tari Merak yang telah menjadi ikon Jawa Barat, ditata Irawati dengan kostumnya pada tahun 1965, ketika ia sedang gandrung pada tari Oleg Temulilingan (karya I Ketut Marye, 1952) dan tari modern Amerika (American modern dance). Pada perkembangan berikutnya, warna bulu merak yang secara alami hanya berwarna hijau, biru dan putih, diubah menjadi semarak seperti pelangi berkat Ibu Kusumah - kakak ipar Irawati yang merancang kostum
Tari Merak–yang merasa jenuh dengan pesanan ratusan kostum dengan warna yang sama selama bertahun-tahun. Dari ribuan nada warna, warna putih atau bodas dalam bahasa Sunda adalah campuran bias segala warna. Merak yang berbulu putih selalu memikat Irawati karena aura kesucian, kebersihan dan keanggunan yang dipancarkannya. Walaupun koreografi geraknya nampak sangat fisikal, namun iringannya bukanlah gamelan lengkap dan megah seperti pada
Tari Merak tahun 1965, karya Irawati selagi masih muda. Iringan
27
Merak Bodas harus berbeda karakternya, dan beberapa lagu
“world music” karya Ade Suparman menjadi pilihan. Tugas Jaja sebagai penata musik, harus mampu meramu dan mengolahnya agar dapat memasuki alam rasa kasih sayang. Penata Tari: Irawati Durban Ardjo (2012) Lagu: Merak Bodas, dari CD “Narangtang Balung“ karya Ade Suparman Penata Musik: Jaja Penari: Dini Octavia, Reggy
TARI KLANA BANDOPATI LOSARI (CIREBON) Tari Klana Bandopati adalah tari yang menggambarkan keangkaramurkaan watak manusia yang serakah dan menghalalkan segala cara demi mewujudkan ambisi pribadi, yang disimbolkan dalam sosok Rahwana sebagai pemimpin atau raja yang kaya raya dan berkuasa. Seperti genre tari Topeng Cirebon, Tari Topeng Losari – atau sering disebut tari topen gaya Losari, sebuah daerah di Cirebon yang berbatasan dengan Brebes - mengambil lakon cerita Panji Sutrawinangun dimana semua tokoh yang dimainkan adalah lelaki kecuali Dewi Candra Kirana. Ada sembilan pembabakan dalam topeng Losari yakni: Panji Sutrawinangun, Patih Jayabrata, Magangdiraja, Jinggan Anom, Klana Bandopati, Rumyang dan Lakonana. Namun, banyak perbedaan antara tari Topeng (gaya) Losari dgn tari Topeng Cirebon gaya lainnya, salah satunya dari kostum yang dilkenakan. Biasanya, tari Topeng Cirebon gaya lainnya menggunakan kain batik bermotif mega mendung khas daerah ini, sementara Topeng Losari menggunakan kain bermotif parang
28
dan bermahkota hitam dengan bulatan-bulatan merah dironce memanjang di samping kiri dan kanan mahkota hingga pinggang. Karena letak Losari yg persis berbatasan dengan Brebes (Jawa Tengah) maka tari Topengnya pun ikut terpengaruh. Dalam tari Topeng Losari, yang menjadi fokus bukanlah watak karakter yang diperankan seperti lazimnya dalam tari topeng Cirebon gaya lainnya, melainkan lebih pada cerita, teknik dan penjiwaan karakter. Karena itu topeng Losari bisa disebut juga tari topeng Lakonan. Gaya yang berbeda itu itu tampak pada gerakan-gerakannya yang tidak dijumpai dalam tari topeng wilayah barat. Semisal topeng Palimanan, topeng Slangit, topeng Gegesik, topeng Susukan, atau topeng Tambi di wilayah Indramayu, meski antar mereka tetap berhubungan satu sama lain. Gerakan topeng Losari lebih menekankan gerakan geometrik dan luwes. Sedangkan pada tari topeng wilayah Cirebon barat hanya geometrik. “Ini yang menarik, malah dalam topeng Losari ada gerakan gantung sikil (gantung kaki) yang dilakukan cukup lama tetapi tidak ditemui dalam gerakan tari topeng yang lain,” demikian jelas Irawati Durban Ardjo. Saat ini, Tari Topeng Losari –yang diturunkan turun temurun– masih ditarikan oleh generasi ketujuh, Nur Anani yang mewariskannya dari almarhum Ibu Dewi dan Mak Sawitri. Penari Pendamping: Dini Octavia, Reggy Penata Kostum dan Rias: Wiwin Garniwi Penata Gending: Jaja Pengendang: Mamat Rachmat, Anton. Penabuh: Atay, Dana, Yogi, Bismi, Tjutju, Isep dan Isan
29
SUSUNAN PANITIA PENANGGUNG JAWAB DEWAN KESENIAN JAK ARTA STEERING COMMITTEE KOMITE TARI - DEWAN KESENIAN JAK ARTA SUK ARJI SRIMAN, RURY NOSTALGIA, HARTATI, HELLY MINARTI
MAESTRO TARI TAN BENTAN: SYAMSUAR SUTAN MARAJO (SUMATRA BARAT) PENARI PENDUKUNG: ERRY MEFRI, K ASRI, AULIA RUSDA, BASRI • PENDAMPING: ANGGA DJAMAR MAESTRO TARI GAGAK MANDIQ: AMAQ RAYA (LOMBOK, NTB) PEMUSIK: LALU AGUS FATHURAHMAN, LALU QADARIYAH, WAYAN WIRYA, MUHAMMAD SOFYAN ANWAR • PENARI PENDAMPING: DESAK LERATYNINGSIH, YENI FIQRIANTI, LALU AGUS SURYADI MULAWARMAN MAESTRO TARI SUNDATARI KLANA BANDOPATI LOSARI: IRAWATI DURBAN (BANDUNG) PENARI PENDAMPING: DINI OCTAVIA (TARI MERAK BODAS), REGGY (TARI MERAK BODAS), WIWIN GARNIWI (KOSTUM-RIAS) • PEMUSIK: JAJA (PENATA GENDING), MAMAT RACHMAT (PENGENDANG), ANTON (PENGENDANG), ATAY (PENABUH), DANA (PENABUH), YOGI (PENABUH), BISMI (PENABUH), TJUTJU (PENABUH), ISEP (PENABUH), ISAN (PENABUH)
KETUA BIDANG PROGRAM HELLY MINARTI
MANAJER PANGGUNG FRITZ
PENERIMA TAMU LIA, TAMMY CUBBY
MANAJER PROGRAM ANA ROSDIANAHANGK A
HUMAS DITA KURNIA
DOKUMENTASI JOEL TAHER, EVA TOBING
PELAKSANA PROGRAM ANA ROSDIANAHANGK A
DESAIN GRAFIS RIOSADJA
KEUANGAN DASUKI, TRI SUCI
PELAKSANA PROYEK YENI RAHMAWATI
LIAISON OFFICER ADITYA ADISASMITA, ERIK
KEBERSIHAN IAN, JAELANI, RUDI
PEMBAWA ACARA SITI AISYAH
30
SUSUNAN ACARA MASTERCLASS SELASA, 17 DESEMBER 2013 • 10.00 - 17.00 WIB SYAMSYUAR SUTAN MARAJO TARI TAN BENTAN (SUMBAR) 10.00 - 12.00 WIB AMAQ RAYA TARI GAGAK MANDIQ (NTB) 13.00 - 15.00 WIB IRAWATI DURBAN ARDJO TARI SUNDA (JABAR) 15.00 - 17.00 WIB
PERTUNJUKAN RABU, 18 DESEMBER 2013 • 19.30 WIB SYAMSYUAR SUTAN MARAJO TARI TAN BENTAN (SUMBAR) AMAQ RAYA TARI GAGAK MANDIQ (NTB) IRAWATI DURBAN ARDJO TARI MERAK BODAS & TARI KLANA BANDOPATI LOSARI (JABAR)
31
32