PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA HASIL BELAJAR MATERI ALAT-ALAT OPTIK Syafril A. Tomayahu, Nawir Sune*, Ahmad Zainuri** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini merupakan studi eksperimen di SMP N 1 Limboto yang meneliti tentang pemahaman konsep pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena pada materi alat-alat optik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran berbasis fenomena dan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini dilibatkan dua kelas sebagai objek penelitian masing-masing terbagi dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Seluruh kelas VIII di SMP Negeri 1 Limboto menjadi populasi pada penelitian ini dan diambil dua kelas sebagai sampel yang penarikan sampelnya menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian ini menggunakan instrument tes uraian. Secara statistik data rata-rata skor kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji perbedaannya dengan mengunakan teknik statistik perametrik. Bedasarkan kriteria pengujian yang digunakan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang berarti pada hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis maka diperoleh thitung > ttabel yaitu 2.45 > 2.04 yang berarti menerima hipotesis (H1 diterima). Secara keseluruhan kemajuan hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar
= 81,26 dan pada kelas kontrol sebesar dan kelas kontrol = 72,28. Hal ini menujukan terdapat perbedaan yang berarti pada kemajuan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian terdapat perbedaan antara model pembelajaran berbasis fenomena dan model pembelajaran konvensional. Kata Kunci: Model PBF, Pemahaman Konsep, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu wadah untuk meningkatkan mutu peserta didik.
Peningkatan mutu pendidikan peserta didik harus diimbangi dengan
peningkatan mutu para pendidik. Peran pendidik merupakan faktor pendukung majunya pendidikan suatu bangsa untuk melahirkan generasi yang berkualitas. Para pendidik terutama guru diharapkan dapat menjadi pendidik yang profesional agar dapat meningkatkan mutu dari anak didiknya. Karena pada dasarnya guruguru dan tenaga pengajar umumnya cenderung tenggelam dalam rutinitas
1
2
mengajar yang didasarkan atas pengalaman dan kebijakan tanpa mengetahui proses belajar mengajar itu. Saat ini para pendidik terutama guru fisika diharapkan dapat mendidik anak didiknya secara maksimal. Kegiatan belajar mengajar di sekolah lazimnya menggunakan cara mencatat bahan materi sampai habis, siswa tidak dilibatkan, siswa dianggap kertas kosong yang harus diisi, siswa tidak dibekali dengan fenomena-fenomena yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang kesemuanya itu kurangnya pemahaman konsep siswa sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa rendah. Alternatif agar siswa dapat memahami konsep materi dengan baik, maka dilakukan pendekatan model pembelajaran yang mudah untuk menghubungkanya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat optik. Pemilihan materi ini dilakukan karena alatalat optik banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seiring siswa mengalami kesulitan dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan optik. Maka pemahaman konsep yang tepat akan berdampak bagi siswa mampu mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan optik. Model Pembelajaran berbasis fenomena yang senantiasa mengaitkan gejala fenomena diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep optik dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa supaya hasil belajar yang diperoleh lebih baik. Sehubungan dengan fakta-fakta di atas, maka dipandang perlu untuk menerapkan model pembelajaran yang didasarkan pada fenomena alam yang proses pembelajaranya melibatkan siswa. Model pembelajaran ini menekankan bahawa dalam setiap proses pembelajaran siswa aktif dan membangun pengetahuan sendiri (student centered) dengan melakukan analisis fenomena untuk meningkatkan pemahaman kensep. Model pembelajaran berbasis fenomena didasarkan atas pengamatan fenomena fisika, pada pembelajaran ini siswa secara langsung mengamati peristiwa yang muncul pada suatu fenomena yang ada. Kemudian siswa menganalisis hal apa yang menyebabkan fenomena itu muncul atau kenapa fenomena tersebut bisa terjadi. (Asih, 2011: 12). Pembelajaran berbasis fenomena juga ditekankan pada
3
penemuan konsep oleh siswa selayaknya para ahli menemukan konsep-konsep fisika pada zamannya. (Kaniawati, dkk 2010: 2) Pembelajaran berbasis fenomena adalah model pembelajaran yang menyajikan fenomena model dari fenomena alam yang ditinjau. Fenomena yang dimaksud adalah gejala atau kejadian atau peristiwa yang kerap dijumpai siswa dalam kesehariannya, baik yang terjadi di alam maupun yang terjadi pada alat-alat teknologi. (Berliani, 2010: 15). Dari teori di atas maka dapat dituliskan bahwa Model Pembelajaran berbasis fenomena adalah model pembelajaran yang didasarkan atas pengamatan langsung fenomena fisika yang muncul dangan melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran membangun pengetahuan baru untuk menggali kemampuan pemahaman konsep fisika. Model
pembelajaran
kenvensional
didefinisikan
sebagai
model
pembelajaran yang biasanya didominasi oleh metode ceramah. Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dalam penuturan lisan dari guru kepada peserta didik (Sagala, 2012: 201). Konsep adalah didefinisikan sebagai abstraksi dari ciri-ciri suatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Tafsiran atau pengertian seseorang terhadap suatu konsep disebut dengan konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melaikan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain. Setiap anak yang datang ke kelas untuk mempelajari Fisika dapat mempunyai konsepsi awal atau penafsiran terhadap fenomena-fenomena yang sedang dipelajari. (Berliana, 2010: 19). Aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang dalam menangkap makna dalam suatu konsep dengan katakata sendiri. Pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu: 1. Menerjemahkan (translation) 2. Menafsirkan (interpretation) 3. Mengekstrapolasi (extrapolation) Belajar dan mengajar adalah hal penting yang tidak bisa dipisahkan. belajar dan mengajar ini dilakukan oleh guru dalam suatu kegiatan tertentu. Diantara mereka akan terjadi interaksi. Kemampuan yang dimiliki siswa dari
4
proses belajar mengajar tersebut harus bisa mendapatkan hasil baik melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006 : 2). Menurut benyamin Bloom (Sudjana, 2006 : 22) hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan yang signifikan
model pembelajaran berbasis fenomena dalam meningkatan
pemahaman konsep pada hasil belajar materi alat-alat optik. METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Limboto di kelas VIII pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013. Pelaksanaan penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pada hari yang sama yaitu hari rabu namun pada jam pelajaran berbeda. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII yang tergolong dalam kelas yang tersebar di tujuh kelas. “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2013: 118). Sampel adalah sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari/diteliti (Sarwono, 2006: 111). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling (sampling kelompok) atau penarikan sampel secara berkelompok sehingga didapatkan kelas VIII2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII4 kelas kontrol. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Dalam metode ini dilihat hubungan sebab akibat dari penggunaan perlakuan pada kelas eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelas
5
kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Desain dari penelitian ini adalah dengan pretest-posttest control group design dengan satu macam perlakuan. Kelas Eksperimen
01
X
02
Kelas Kontrol
01
Y
02 (Arikunto, 2010:210)
Keterangan : 01 = Tes awal (Pretest) 02 = Tes Akhir (Posttest) X = Model pembelajaran berbasis fenomena Y = Model pembelajaran konvensional Kelompok Eksperimen
Pretest
Model pembelajaran berbasis fenomena
Kelompok kontrol
Model Pembelajaran konvensional
Posttest
Gambar 1. Desain Penelitian Teknik Pengumpulan Data a. Validitas Adapun rumus Pearson dimaksud adalah sebagai berikut: . . . . (1) (Arikunto,2010: 171) Keterangan : rXY = Koefisien korelasi yang dicari X = Nilai Variabel 1 Y = Nilai Variabel 2 N = Jumlah responden/banyaknya subjek pemilik nilai.
6
b. Reliabilitas Pengujian reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Yaitu sebagai berikut : . . . . . . . . . . (2) (Arikunto, 2010: 180) Keterangan : r11
= Reliabilitas instrument
k
= Banyaknya butir soal = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total
c. Analisa Gain Skor Hake (1999: 1) mengemukakan bahwa: Analisis dalam hal rata-rata gain dinormalisasi untuk didefinisikan sebagai rasio aktual Rata-rata gain dengan rata-rata keuntungan maksimum yang mungkin, yaitu: = (%<Sf > - %<Si >) / (100 - %<Si>) . . . . . . . . . . (3) Keterangan : = Gain score Sf = rata-rata tes akhir Si = rata-rata tes awal Teknik Analisis Data a. Normalitas Data Pengujian normalitas data ini bertjuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian terdistribusi dengan normal atau tidak. Statistic uji yang akan digunakan adalah rumus Chi kuadrat: . . . . . . . . . . . . . . (4) (Arikunto, 2010: 312). Keterangan
:
= Harga Chi kuadrat yang dicari = Frekuensi yang ada ( frekuensi observasi atau frekuensi sesuai dengan keadaan).
7
b. Pengujian Hipitesis Skor hasil belajar siswa baik itu pretes maupun posttes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji dengan menggunakan uji statistik yang digunakan adalah statistik uji t, dengan rumus: Berikut adalah rumus uji t: x1 x 2
t S
1 1 n1 n2
. . . . . . . . . . . . (5) (Arikunto, 2010: 394)
Keterangan : t = Nilai hitung untuk uji t X1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen X2 = Nilai rata-rata kelas kontrol n1 = Jumlah anggota sampel kelas eksperimen n2 = Jumlah anggota sampel kelas kontrol S = Simpangan baku HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil
pretest-posttest
untuk
kelas Eksperimen
yang
menggunakan perlakuan model PBF dengan model pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata sebagai berikut: Tabel 1. Rata-rata Skor kemajuan hasil belajar Pretest dan Posttest Kelas
Pretest
Posttest
Eksperimen
9,2073
82,9878
81,26%
Kontrol
8,4756,
74,634.
72,28%
Hal ini berarti, terlihat bahwa rata-rata N-gain kemajuan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Setelah memperoleh data dari hasil belajar siswa terkumpul maka langkah selanjutnya dilakakan normalitas dan homogenitas data. Pada pengujian tersebut data yang diperoleh dinyatakan berdistribusi normal dan homegen sesuai dengan hasilnya, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. PEMBAHASAN Tahap awal penelitian ini melihat apakah ada perbedaan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena dan kelas
yang
menggunakan model pembalajaran konvensional. dilakukan dengan menyiapkan
8
perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan pada penelitian untuk mengumpulkan data yakni tes hasil belajar siswa. Sebelum digunakan di kelas terlebih dahulu perangkat tersebut divalidasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran dan instrumen ini layak digunakan untuk mengukur tes hasil belajar siswa. Validasi dilakukan melalui beberapa tahap, yakni melalui dosen pembimbing dan kemudian dilanjutkan melalui dosen ahli untuk mencakup penilaian dalam bentuk: redaksi kalimat, keterbacaan mencerminkan muatan pembelajaran, aspek bahasa serta muatan istrument tes dikembangkan dalam ruang lingkup konsep meteri alat-alat optik. Berdasarkan ruang lingkup konsep tersebut, dikembangakan butir-butir instrumen tes berbentuk test uraian. Tes penjaring pada topik alat-alat optik berhasil disusun, dikembangkan dan dirumuskan berjumlah 15 butir soal, untuk mengukur hasil belajar siswa itu sendiri dengan mengujikan test tersebut dilakukan di kelas selain kelas yang akan dijadikan penelitian. Hasil dari validasi bimbingan dosen dan dosen ahli menyatakan bahwa tes layak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, untuk membuktikan pernyataan dari validator tersebut, peneliti melakukan uji coba tes hasil belajar dengan menggunakan kelas VIII7 SMP N 1 Limboto yang siswanya berjumlah 20 orang. Setelah tes di uji cobakan tes tersebut dianalisis untuk melihat validitas dan reliabilitas soal dengan kreteria pengujiannya menggunakan rumus r Product Moment valid dan reliabilitas tes tersebut (dapa dilihat pada lampiran 1) terbukti bahwa tes tersebut berstatus valid dan reliabilitas dengan koefisien reliabel r = 0,9163. Penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena pada kelas eksperiment dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Perolehan data tes hasil belajar siswa untuk kedua kelas tersebut dilakukan sebanyak dua kali tiap kelas yakni dilakukan tes awal pembelajaran dan tes yang dilakaukan pada akhir pembelajaran. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
9
Tabel 2. Rata-rata Skor kemajuan hasil belajar Pretest dan Posttest Kelas
Pretest
Posttest
Eksperimen
9,2073
82,9878
81,26%
Kontrol
8,4756,
74,634.
72,28%
Perbedaan hasil belajar siswa yang mengunakan model PBF dan Model Pembelajaran Konvensional dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Distribusi persentase skor kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya perbandingan N-gain setiap indikator pemahaman konsep yang meliputi translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. N-gain Pemahaman Konsep Untuk Setiap Indikator Pemahaman Konsep. Indikator Pemahaman Konsep Kelas
Translasi
Interpretasi
Ekstrapolasi
Eksperimen
12,75
8,59
7,47
Kontrol
10,34
6,74
7,57
perbandingan N-gain setiap indikator pemahaman konsep ditunjukkan pada gambar 2.
10
Gambar 2. Distribusi Perbandingan rata-rata N-gain untuk setiap indikator pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tiap ranah kognitif aspek pengetahuan, aspek pemahaman, dan aspek penerapan untuk Pretest dan Posttest hasil belajar siswa memiliki perbedaaan berikut perbandingan nilai gain tiap ranah kognitif dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Distribusi persentase tiap ranah kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada nilai Berdasarkan persentase dari ketiga gambar terlihat bahwa kelas eksperimen secara signifikan lebih tinggi dibandingakan kelas kontrol untuk
11
perbandingan hasil belajar, indikator pemehaman konsep dan aspek tiap ranah kognitif. Dengan demikian untuk semua indikator yang di ukur untuk kedua kelas memiliki perbedaaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan
pemahaman
konsep
berdasarkan
indikator
translasi,
interpretasi dan extrapolasi pada hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena secara signifikan lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan kriteria pengujian pada taraf signifikan α = 0.05 dengan dk = n1 + n2 – 2 menggunakan statistik uji t pengujian diperoleh thitung > ttabel yaitu 2.45 > 2.04. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukan saran sebagai berikut: Guru harus mampu mengaktifkan seluruh siswa dalam kegiatan diskusi kelompok agar termotivasi dalam belajar sehingga siswa dapat berfikir dan bertanya atas konsep dasar untuk memperoleh hasil belajar siswa menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S 2010 Menejemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asih, Yuyun Ratna. 2011. ‘’ Model pembelajaran berbasis fenomena pendekatan inkuiri
dengan
terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep
pembiasaan cahaya SMP.online article).http://repository.upi.edu/opertor/u pload/s_fis_033697_chapter2.2011.pdf diakses 22 Februari 2013) Berliani, Santi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis fenomena Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siwa. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Unversitas Pendidikan Indonesia. Giancoli, D. C. 1999. Fisika dasar jilid 1 edisi kelima. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
12
Hake, Richard R. 1999. ANALYZING CHANGE/GAIN SCORES. Jurnal Dept.of Physics, CA,
Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills,
91367 USA.
Hotang, Lasma Br., Rusdiana, Dadi,. & Hamida, Ida. Model pembelajaran berbasis
fenomena
pada
materi
kalor
untuk
meningkatkan
pemahaman konsep siswa SMP. Jurnal pendidikan ISBN 978-979- 980106-6. Proseding Seminar NasionalFisika 2010. UPI: Bandung. Kaniawati, I., Hikmat., & Tayubi, Y. R. Berbasis
Fenomena
Untuk
2010 Model Pembelajaran Fisika mengembangkan
Pemahaman
Konsep
dan Keterampilan Proses Sains (Online),http://repository.upi.edu/operator/ upload/art lppm 2010.pdf. diakses 04 maret 2013 Yunansah ,Hana.2010. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Inkuiri
Terbimbing
Untuk
Fenomena
Meningkatkan
Dengan Pemahaman
Konsep Pembiasan Cahaya Dan
Keterampilan Generik Sains Siswa
SMP. Tesis. Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia. Sagala, S. 2012. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: ALFABETA, cv. Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Graha Ilmu. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Roasdakarya : Bandung. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA, cv Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group