MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN VOLI MINI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN NO.77 KOTA TENGAH KOTA GORONTALO (Susanti I Anuli, Aisah R. Pomatahu, Zulkifli Lamusu)
[email protected] Pendidikan Keolahragaan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Permasalahan dalam penelitian ini apakah metode berpasangan dapat meningkatkan kemampuan passing bawah Siswa di Kelas IV SDN No.77 Kota Tengah?. Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan melakukan passing bawah dalam permainan voli mini pada siswa Kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo dengan menerapkan metode berpasangan. Hasil analisis data menunjukan ada peningkatan kemampuan siswa kelas IV dalam melakukan passing bawah melalui metode berpasangan dari observasi awal dan siklus ke siklus. Observasi awal yaitu 100% siswa masih memiliki kemampuan melakukan passing bawah yang rendah dengan nilai rata-rata keseluruhan 49,29. Hal ini kemudian meningkat setelah diberikan tindakan pada siklus I melalui metode bepasangan yaitu dari 28 siswa keseluruhan jumlah siswa, terdapat Siswa yang mendapatkan skor 80 sebanyak 15 orang atau 53,57%. dengan nilai rata-rata 74,29. Pada siklus II sudah mengalami peningkatan yakni yang memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 28 orang dengan persentasenya 96,42% nilai rata-rata 82,14. Dengan demikian, hal ini sudah membuktikan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu jika dalam materi voli mini teknik dasar passing bawah, guru menggunakan metode berpasangan maka kemampuan siswa di kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo pada materi tersebut akan meningkat. Simpulan dari Penelitian ini adalah metode berpsangan sangat baik digunakan dalam pembelajaran Penjasorkes materi voli mini pada teknik passing bawah di kelas VII IV SDN No. 77 Kota Tengah Kota Gorontalo khususnya peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah. Adapun saran yang bisa diajukan yaitu Diharapkan kepada guru Penjasorkes agar dapat menggunakan metode berpasangan sebagai langkah efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa Kata Kunci: Kemampuan Passing Bawah dan Metode Berpasangan ABSTRAK :
Pendahuluan Untuk memperbaiki pesan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar sangatlah diperlukan perencanaan yang mantap dan berbagai pendekatan, metode maupun teknik belajar yang efektif dan efisien disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan prinsip bahwa siswa akan mudah mengingat muatan materi pelajaran PJOK apabila dia melakukannya secara nyata pada kehidupan normal. Namun, masih banyak metode pembelajaran yang digunakan di beberapa sekolah di Sekolah dasar yakni ceramah dan penugasan. Akhirnya, hal ini akan menjadi penghambat meningkatkannnya keterampilan siswa dalam pembelajaran PJOK. Hasil pengamatan penulis di SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo menunjukan bahwa pada proses pembelajaran penjasorkes materi bola voli mini, siswa kelas IV telah mengenal voli ball melalui media elektronik, akan tetapi masih ditemukan sejumlah siswa kelas IV belum mampu melakukan Passing bawah sebagai salah satu aspek yang termasuk dalam tehnik dasar dalam permainan voli ball. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis, dari 28 orang siswa yang diajarkan materi bola voli mini tentang passing bawah, 100% belum mampu melakukan passing bawah. Dalam hal ini, peneliti melakukan konsultasi dengan guru mitra PJOK di SD yang menjadi obyek penelitian dengan mengamati proses pembelajaran serta hasil evaluasi berdasarkan perhitungan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 80 ke atas. Menurut pengamatan penulis kemampuan melakukan Passing bawah pada siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah kota Gorontalo setiap aspek yang diamati yaitu posisi kaki,badan dan arah bola dari sekian jumlah siswa memperoleh daya serap atau pencapaian kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah bahwa nilai rata-rata masih dalam kategori kurang, sehingga masih perlu ditindaki.
Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan Hakikat Kemampuan Wardani dalam sebuah situs mengemukakan bahwa kemampuan jika ditinjau dari segi bahasa Indonesia, kemampuan merupakan kesanggupan seseorang untuk berinteraksi di suatu masyarakat bahasa antara lain mencakup sopan santun, memahami giliran bercakap-cakap. Kemampuan juga didefenisikan sebagai kecakapan seseorang untuk mempergunakan bahasa yang secara sosial dapat diterima dan memadai. Robert M. Gagne dalam sebuah situs lebih memandang bahwa kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang telah ditentukan. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, tugas khusus yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dari guru, misalnya kemampuan mengerjakan tugas kelompok (LKS) maupun tes individu (Evaluasi). Hal ini dipertegas oleh Spencer (1993:11) dalam sebuah situs
mengemukakan bahwa kompetensi atau kemampuan merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi. Dilihat dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) kemampuan didefenisikan sebagai perwujudan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam pembelajaran, kemampuan siswa diwujudkan dengan nilai yang diperoleh siswa untuk mengukur tingkatan psikomotornya. Dari beberapa pengertian kemampuan diatas, maka dapatdisimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendasar yang perlu dimiliki siswa yang mempelajari lingkup materi tertentu dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu. Perlunya Kemampuan dalam Pembelajaran Siddiq dkk (2009:1.9) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Menurut mudhofir dalam Siddiq dkk (2009:1.4) pada garis besarnya ada empat pola pembelajaran, Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Kedua, pola guru+ alat bantu dengan siswa dan ketiga yaitu pola guru+media dengan siswa. Di sisi lain Uzer (2000:4) mengemukakan bahwa “peristiwa pembelajaran banyak berakar dari berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu perwujudan proses pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model”. Sukmadinta Pada sebuah situs menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah agar siswa/mahasiswa belajar. Dalam suatu pembelajaran, kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran merupakan hal yang penting. Untuk mengetahui tingkatkemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran dapat dilihat melaluidata nilai. Hasil penilaian merupakan perwujudan dari penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diserap. Kemampuan merupakan kompetensi mendasar yang perlu dimiliki siswa yang mempelajari lingkup materi tertentu dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sehububungan dengan hal itu, dalam proses pembelajaran hendaknya guru membantu siswa agar memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa. Selain itu, guru hendaknya juga mengembangkan kemampuan siswa dasar memecahkan masalah dalam proses insight (Wardani, dkk, 2007 : 101) Dari beberapa pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemampuan dalam pembelajaran adalah hasil dari sebuah kegiatan pembelajaran yakni interaksi antara guru dan siswa dengan menggunakan beberapa strategi yang telah didesain dalam pembelajaran. Cara Meningkatkan Kemampuan pada Siswa Untuk meningkatkan kemampuan pada siswa, usaha guru dalam pembelajaran diantaranya adalah siswa mampu menguasai materi pelajaran dengan baik apabila KBM menggunakan media pembelajaran. Hal ini dipertegas Winataputra,dkk (2004:134) dalam sebuah situs bahwa
pembelajaran tatap muka akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Metode belajar yang bervariasi akan membawa siswa pada pembelajaran yang tidak membosankan,sehingga kemampuan siswa dalam menyerap materi akan lebih mudah. Hakikat Passing bawah dalam permainan voli mini Untuk dapat memainkan bolavoli, seorang pemain harus menguasai teknik passing bawah. Passing bawah adalah suatu teknik yang berguna untuk menerima bola bawah dan untuk mengumpan (Eso Suwarso dan Sumarya, 2010:72). Kemampuan passing bawah merupkan hal mendasar yang harus dikuasai seorang pemain, karena passing bawah merupakan dasar dalam permainan bolavoli. Hakikat Metode Pembelajaran Berpasangan Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu, pertama siswa dipandang sebagai objek belajar, dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru atau yang biasa disebut tutur dan kapur. Kedua, siswa sebagai subyek dan obyek belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses belajar. Hal ini telah diterapkan dalam sistem kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, pembelajaran akan baik jika metode yang digunakan disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari. Maufur (2010: 10) mengemukakan bahwa metode pembelajaran merupakan media penghubung interaksi antara dua dunia membantu guru dan siswa dapat saling memahami, membutuhkan dan memadukan kesepahaman bersama. Roestiyah (2012:1) metode pembelajaran adalah cara atau tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di samping itu pula, Djamarah dan Zain (2010:72) mengemukakan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode dalam pembelajaran. Adapun kedudukan metode tersebut yaitu; (1) metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, (2) metode sebagai strategi pengajaran, (3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Definisi Metode Berpasangan Metode berpasangan merupakan salah satu metode pembelajaran yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan. Metode ini seringkali digunakan dalam setiap pembelajaran baik dari tingkat SD sampai SMA/sederajat. Secara umum kita ketahui bersama bahwa metode berpasangan mampu melatih setiap keterampilan siswa yang ingin dicapai guru dalam setiap pembelajaran, karena metode ini termasuk dalam pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa bekerja secara bersama-sama mencari solusi terhadap sebuah permasalahan. Terkait dengan hal tersebut, Murniasih dkk (2010: 51) mengemukakan bahwa metode belajar berpasangan yaitu siswa berpasangan bergabung dengan pasangan lain dan bertukar pasangan
untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. Metode pembelajaran ini bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik Maufur (2010:96) mengemukakan bahwa metode mengajar yang berguna untuk mengoptimalkan fungsi pasangan dengan berbagai variasi kegiatan diantaranya Pair Checks. Di sisi lain, Rusman (2012: 223) mengemukakan bahwa metode berpasangan merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dilakukan dengan siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Suprijono (2012:91) memandang metode berpasangan diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa kemudian siswa diminta secara berpasang-pasangan untuk memperdalam materi. Maufur (2010:95) justru berpendapat bahwa metode berpasangan merupakan strategi mengajar untuk memaksimalkan kemampuan berkomunikasi, berdialog dan bertukar pendapat secara personal. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode berpasangan sudah diterapkan sejak tiga tahun lalu, selain belajar berpasangan, ada pula materi yang belajarnya dilakukan di alam bebas. Kelebihan dan Kekurangan Metode Berpasangan Setiap metode pembelajaran yang akan digunakan guru dalam pembelajaran, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, Begitu pula dengan metode berpasangan. Maufur (2010:95) mengemukakan bahwa kelebihan metode berpasangan (make a match) adalah sebagai berikut: 1. Memaksimalkan kemampuan berkomunikasi dan bertukar pendapat. 2. Siswa yang pasif, pendiam dan pemalu bisa tergerak untuk mengungkapkan gagasan dan dikondisikan agar selalu aktif belajar. 3. Semua siswa belajar secara tutorial dan interaktif Selain itu pula, metode ini memiliki kekurangan diantaranya: 1. Jika Anda tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang. 2. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya. 3. Jika Anda tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan. 4. Anda harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. 5. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Langkah-langkah Penggunaan Metode Berpasangan Penggunaan metode ini sebaiknya memperhatikan langkah-langkah yang sudah ditetapkan oleh para ahli. Terkait dengan hal tersebut, Murniasih dkk (2010:51) mengemukakan bahwa langkahlangkah metode berpasangan yaitu: 1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukan pasangannya)
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. 3. Setelah selesai, setiap siswa yang berpasangan bergabung dengan satu pasangan lain. 4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. 5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. Hipotesis Tindakan Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ” Jika dalam pembelajaran Penjasorkes tentang passing bawah pada permainan voli mini, guru menerapkan metode berpasangan, maka kemampuan siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo meningkat” Indikator Kinerja Penelitian ini memilki indikator keberhasilan yaitu apabila kemampuan passing bawah melalui penerapan metode berpasangan mencapai prosentase 80%, maka penelitian dinyatakan selesai. Metode Penelitian Setting Dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo. Waktu penelitian dilakukan dari bulan November sampai dengan Desember 2013 sejak disetujuinya pengajuan proposal penelitian ini. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo dengan jumlah siswa 28 orang.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan metode analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan berbagai indikator penilaian kemampuan melakukan passing bawah. Variabel Penelitian Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Input, yaitu dengan mengamati aktivitas dalam proses pembelajaran sehingga peningkatan kemampuan melakukan passing bawah pada permainan voli mini dengan metode berpasangan dapat dideskripsikan. b. Proses pembelajaran, yaitu dengan mengamati proses yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan metode berpasangan.
c. Output, yaitu meningkatnya kemampuan siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah dalam melakukan passing bawah sekitar 80% ke atas pada 3 aspek penilaian yaitu sikap,keterampilan dan pengetahuan. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang konkrit penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut; Observasi, Tes, Dokumentasi Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 4 langkah yaitu (1) Planning (Persiapan), (2) Action (Pelaksanaan), (3) Observation ( Pengamatan) dan (4) Reflection (Refleksi) Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil Observasi awal Berdasarkan hasil observasi awal tersebut ditemukan bahwa sebagian besar siswa masih memiliki kemampuan melakukan passing bawah yang rendah. Sehingga hal ini membutuhkan tindakan representative dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah kemampuan siswa ini melalui pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan metode berpasangan. Hasil Tindakan siklus I Kemampuan siswa kelas IV pada aspek keterampilan dalam melakukan passing bawah belum mencapai target. Ketiga aspek keterampilan yang dinilai adalah ; (1) Sikap awal siswa melakukan passing bawah rata-rata 75%, (2) Gerakan pelaksanaan passing bawah 62%, dan (3) Gerakan akhir 62%. Hasil ini memperlihatkan bahwa perolehan nilai setelah siklus 1 (3 kali pertemuan) belum mencapai target yang ditetapkan sebelumnya. Target yang ditetapkan yaitu sebesar 80 % sementara hasil diperoleh setelah siklus 1 yaitu hanya sebesar 66,33%.
Untuk nilai pengetahuan dapat diuraikan sebagai berikut; (1) Dari 28 orang siswa, terdapat 4 orang atau 14,29% yang mendapat nilai 60, (2) Dari 28 orang siswa, terdapat 8 orang atau 28,57% yang mendapat nilai 70, (3) Dari 28 Orang siswa, terdapat 16 orang atau 57,14% yang mendapat nilai 80. Penjasorkes tentang materi passing bawah pada permainan bola voli mini melalui metode berpasangan, yaitu; (1) Pada aspek kerjasama yang diamati, terdapat 10 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 36%, 10 orang siswa yang memiliki aktivitas cukup atau sekitar 36% dan 8 orang siswa yang memiliki aktivitas kurang atau sekitar 28%, (2) Pada aspek tanggungjawab yang diamati, terdapat 15 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 54%, 13 orang siswa yang memiliki aktivitas cukup atau sekitar 46%, (3) Pada aspek menghargai teman yang diamati, terdapat 20 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 71%, 8 orang siswa yang memiliki aktivitas cukup atau sekitar 29%, (4) Pada aspek Menerima
kekalahan dan kemenangan yang diamati, terdapat 18 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 64%, 10 orang siswa yang memiliki aktivitas cukup atau sekitar 36% Refleksi Siklus I hasil refleksi, ditemukan beberapa kelemahan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran mengenai kemampuan melakukan passing bawah dengan menggunakan metode berpasangan di kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo adalah: (a) Penjabaran materi belum efektif; (b) Langkah-langkah penggunaan metode berpasangan belum efektif dan efisien; (c) Penguasaan materi pembelajaran belum terlalu mantap;(d) Pembelajaran cenderung guru yang lebih agresif dibanding siswa; (e) kurangnya motivasi dan controling, sehingga sebagian siswa hanya bertindak sesuka hati di lapangan (f) Belum maksimalnya pelaksanaan demonstrasi; (g) Penyimpulan materi belum efisien; (g) alokasi waktu yang tidak sesuai dengan pembelajaran Hasil Tindakan Siklus II Hasil siklus II menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai pada siklus 1 tentang kemampuan siswa kelas IV pada aspek keterampilan dalam melakukan passing bawah. Hal ini dapat diamati pada aspek keterampilan yang dinilai; (1) Sikap awal siswa melakukan passing bawah rata-rata 84%, (2) Gerakan pelaksanaan passing bawah 84%, dan (3) Gerakan akhir 84%. Untuk aspek pengetahuan dapat di uraikan sebagai berikut; (1) Dari 28 orang siswa, terdapat 23 orang atau 82% yang mendapat nilai 80, (2) Dari 28 orang siswa, terdapat 5 orang atau 18% yang mendapat nilai 100. Untuk aktivitas siswa dalam pembelajaran Penjasorkes materi teknik melakukan passing bawah dengan menggunakan metode berpasangan, yaitu: 1) Pada aspek kerjasama yang diamati, terdapat 11 orang siswa yang memiliki aktivitas sangat baik atau sekitar 39% dan 17 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 61% 2) Pada aspek tanggungjawab yang diamati, terdapat 8 orang siswa yang memiliki aktivitas sangat baik atau sekitar 32% dan 20 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 68% 3) Pada aspek menghargai teman yang diamati, terdapat 8 orang siswa yang memiliki aktivitas sangat baik atau sekitar 29% dan 20 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 71% 4) Pada aspek Menerima kekalahan dan kemenangan yang diamati, terdapat 8 orang siswa yang memiliki aktivitas sangat baik atau sekitar 32% dan 20 orang siswa yang memiliki aktivitas baik atau sekitar 68% Refleksi Tindakan Siklus II Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, dalam hal ini guru memberikan pelaksanaan tindakan siklus II dengan tujuan agar kemampuan siswa melakukan passing bawah melalui metode berpasangan di kelas SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo, bisa meningkat. Setelah dilaksanakannya pelaksanaan tindakan siklus II, maka peneliti dan guru mengadakan kegiatan refleksi untuk membahas hal-hal yang terjadi pada pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi, bahwa walaupun dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih ada aspek yang kurang, yaitu pada saat peneliti memberikan tindakan kepada siswa, waktu yang digunakan dalam pembelajaran melebihi waktu pelajaran yang telah terjadwal, namun pada pelaksanaan siklus II sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Sehingganya pelaksanaan tindakan tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. Pembahasan Berdasarkan hasil-hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada akhir tindakan siklus II telah terjadi peningkatan kemampuan siswa melakukan teknik dasar melakukan passing bawah. Hal ini ditunjukan oleh angka prosentase siswa yang mencapai tingkat ketuntasan penguasaan materi makin meningkat dari observasi awal, siklus I sampai pada siklus II. Hasil penelitian menunjukan data dari observasi awal mengalami peningkatan selama diberikan tindakan. Perolehan ini menggambarkan bahwa rata-rata siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo mampu memperbaiki kekurangan setelah diberi tindakan sebanyak dua kali dan satu kali evaluasi. Artinya peningkatan kemampuan siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo dalam melakukan passing bawah meningkat berkat adanya tindakan melalui metode berpasangan. Tindakan ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi guru olahraga dalam hal mengajar olahraga permainan khususnya bola voli mini. Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran melakukan passing bawah dengan menggunakan metode berpasangan berhasil setelah melalui dua siklus. Peningkatan kemampuan siswa tersebut dengan dua siklus dapat dijelaskan bahwa peningkatan kemampuan siswa kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kota Gorontalo dalam melakukan passing bawah melalui metode berpasangan melebihi indikator kinerja yang diharapkan (lihat lampiran 15,16,17 halaman 53, 54, 55). Artinya pada masing-masing komponen keterampilan dasar pada setiap siklus sangat jelas selisih peningkatannya. Dengan demikian hipotesis tindakan kelas yang menyatakan bahwa: “Jika dalam pembelajaran Penjasorkes tentang konsep kemampuan dasar melakukan passing bawah, guru menerapkan metode berpasangan, maka keterampilan siswa kelas IVSDN No.77 Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat” dinyatakan selesai. Simpulan Penggunaan metode berpasangan sangat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan siswa melakukan passing bawah kelas IV SDN No.77 Kota Tengah Kecamatan Kota tengah Kota Gorontalo. Hal tersebut ditunjukan oleh hasil-hasil yang diperoleh tindakan siklus I sampai siklus II yang memperlihatkan peningkatan yang cukup baik dalam hal indikator kinerja yang diharapkan tercapai 80 % memperoleh penguasaan 80 pada postes sesudah tindakan siklus II benar-benar tercapai. Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas sampai pada siklus II, karena proses pembelajaran Penjasorkes dalam permainan bola voli mini menggunakan metode berpasangan di siklus I belum mencapai indikator kinerja atau keterampilan siswa masih rendah. Setelah diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II, maka keterampilan siswa melakukan passing bawah meningkat secara signifikan.
Daftar Pustaka Djamarah Bahri Syaiful Drs dan Zain Aswan Drs. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta Erlangga. 2004. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Berbasis Kompotensi Eso Suwarso dan Sumarya, 2010 dalam Jurnal Suwarti “Upaya Peningkatan Pembelajaran Bola Voli Mini Materi Passing Bawah Menggunakan Modifikasi Bola Plastik Berlapis Spon Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Dadapan, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Semester I Tahun 2012/2013. Fajri Zul Em.2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Aneka Ilmu bekerjasama Difa Publisher Maufur Fauzi Hasan. 2010. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikan. PT. Sindur Press: Semarang. Murniasih, A.Md.Kep dkk. 101 Tips Belajar Efektif dan Menyenangkan. PT. Sindur Press: Semarang. Siddiq Djauhar dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Roestiyah, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta Pomatahu, R. Aisah.2005. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Goronatlo; Khasanah Gorontalo. Subowo Rita, 2005. Peraturan Permainan Bola Voli. Official VolleyBall Rules : Jakarta
