SURVEI PENGELOLAAN PESTISIDA YANG BAIK PADA KIOS PESTISIDA DI BOGOR
IMAM PURNAMA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Survei Pengelolaan Pestisida yang Baik pada Kios Pestisida di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Imam purnama NIM A34100102
ABSTRAK
IMAM PURNAMA. Survei Pengelolaan Pestisida yang Baik pada Kios Pestisida di Bogor. Dibimbing oleh DADANG. Pestisida secara umum masih digunakan sebagai salah satu teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida umumnya merupakan bahan beracun yang perlu dikelola dengan baik termasuk pengelolaan di kios pestisida. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengelolaan pestisida di kios berkaitan dengan keamanan dan risiko gangguan kesehatan pedagang pestisida di Bogor. Informasi atau data didapatkan dari dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara dengan pemilik kios pestisida menggunakan kuisioner terstruktur dan observasi langsung ke kios, sedangkan data sekunder didapat dari dinas pertanian setempat atau dinas-dinas terkait. Berdasarkan hasil survei dan pengamatan langsung di kios, umumnya pengelolaan pestisida di kios masih kurang baik. Terlihat dari kesadaran dan pengetahuan pemilik kios yang perlu ditingkatkan. Kata kunci : kesadaran pestisida, pengelolaan pestisida, risiko kesehatan.
ABSTRACT
IMAM PURNAMA. Survey of Good Pesticide Management at Pesticide Kiosk in Bogor. Supervised by DADANG. Pesticides are still commonly used as one of plant pest and disease control techniques. Generally pesticides are poisonous substance, so that they should be well managed including management of pesticide at kiosk. The aim of this research was to study the pesticide management at pesticide kiosks related to safety and potential health risk in Bogor. The information or data were obtained from two types, primary and secondary data. Primary data were obtained by interviewing pesticide kiosk owners using a structured questionnaire and direct observation to the pesticide kiosks, while the secondary data were obtained from a local agricultural institution or the relevant agency. Based on survey result and direct observation at the kiosks, generally the management of pesticide at kiosk is not good yet. It seems that the awareness and knowledge of the kiosk owners should be improved. Keywords: health risk, pesticide awareness, pesticide management.
Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
SURVEI PENGELOLAAN PESTISIDA YANG BAIK PADA KIOS PESTISIDA DI BOGOR
IMAM PURNAMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Survei Pengelolaan Pestisida yang Baik pada Kios Pestisida di Bogor”. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc, sebagai dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan pengarahan dan penjelasan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga kepada kedua orang tua, keluarga, teman-teman Departemen Proteksi Tanaman (Ade Azis Kusnaya, Yagus Munandar Darajat, Dhanu Tri Atmanto, Mulyana Saputra, Dwi Satria Widianata, Herry Bertus, Ofin Rofandi, Muhammad Ridho Rasyid dan Rahmah Daniati Setiawan) serta kepada pihak yang terlibat atas kebersamaan, nasihat, serta dukungan yang tidak akan dilupakan. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
Bogor, September 2015 Imam Purnama
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penentuan Responden Jenis dan Sumber Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Pengelolaan Kesehatan Pengelolaan Kios Pengelolaan Pestisida SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii vii vii 1 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 9 10 13 13 13 15 17 29
vii
DAFTAR TABEL 1 Karakteristik umum pedagang pestisida di Bogor 2 Pengelolaan kios pestisida 3 Pengelolaan pestisida di kios
6 10 12
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Penggunaan alat pelindung diri oleh pedagang pestisida Sanitasi lingkungan kerja di kios Gejala keracunan yang dialami pedagang Peta kios yang menjadi responden di Kota Bogor Peta kios yang menjadi responden di Kabupaten Bogor
7 8 9 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 2 3
Peta Kota dan Kabupaten Bogor Kuesioner penelitian Data umum responden Data pengelolaan kesehatan di kios
19 21 25 28
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pestisida baik di negara maju maupun negara berkembang menunjukkan keberhasilan dalam mempertahankan produksi pertanian. Penggunaan pestisida merupakan metode yang efektif, relatif sederhana dan cepat dalam pengendalian hama. Berbagai jenis bahan aktif dan merek dagang pestisida banyak dijual di kios pestisida. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973, pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama, memberantas rumput, mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, dan mengatur pertumbuhan tanaman. Menurut Dadang (2006) pestisida adalah semua bahan yang dapat memengaruhi kehidupan organisme, atau pestisida adalah semua bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh organime yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pestisida yang akan diedarkan di Indonesia wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 ditegaskan bahwa pestisida harus didaftarkan dan memperoleh izin Menteri Pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa hanya pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian yang diperbolehkan untuk diedarkan, disimpan, dan digunakan dalam wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal 17 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/SR.140 /4/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, apabila pestisida yang telah mendapat izin sementara, izin tetap atau izin perluasan dalam penggunaannya, terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan atau kelestarian lingkungan, izin pestisida dapat ditinjau kembali atau dicabut. Seiring dengan terus berkembangnya sektor pertanian di Indonesia, perkembangan penggunaan pestisida juga menunjukkan peningkatan. Sekarang ini, banyak perusahaan yang memproduksi pestisida yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya merek pestisida di pasaran. Umumnya pestisida yang beredar telah dalam bentuk formulasi, yaitu campuran bahan aktif dan bahan tambahan. Pada tahun 2000 Komisi Pupuk dan Pestisida mencatat sebanyak 594 formulasi pestisida terdaftar, pada tahun 2006 sebanyak 1336 dan pada tahun 2014 sebanyak 3005 formulasi pestisida telah terdaftar. Menurut Departemen Kesehatan RI (1992) pestisida yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif. Salah satu tempat yang mengelola pestisida adalah tempat penjualan pestisida atau kios pestisida. Setiap kios pestisida wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai persyaratan. Tempat penjualan pestisida yang dikelola kurang baik dapat menimbulkan pencemaran di lingkungan sekitar dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat sekitar atau pengelolanya baik yang bersifat akut maupun skronis. Menurut Djojosumarto (2008) tempat penyimpanan pestisida yang besar seperti gudang, wadah pestisida harus disusun berdasarkan pengelompokkan tertentu. Gudang harus berventilasi baik, bila perlu
2 dilengkapi dengan kipas untuk mengeluarkan udara. Sementara itu, di tempat kerja harus disediakan pasir atau serbuk gergaji dan air yang berguna untuk menyerap atau membersihkan pestisida yang tumpah dan mencuci tangan. Penyajian pestisida di kios hendaknya memenuhi persyaratan seperti : setiap jenis (nama dagang) pestisida tidak disajikan terlalu banyak dalam ruangan penjualan, setiap jenis pestisida harus disajikan dalam rak/lemari tertutup (maksimal tingginya 2 meter), pestisida tidak diletakkan langsung di lantai, pestisida terbatas (relatif sangat berbahaya) disimpan dalam lemari kaca tertutup, batas penyimpanan antara jenis pestisida satu dengan lainnya harus jelas, tidak melakukan penjualan pestisida dengan cara membuka, merubah atau menukar wadah aslinya. Bahan makanan, obat – obatan dan barang konsumsi lainnya tidak disajikan berdekatan (yang memungkinkan timbulnya kontaminasi) dengan pestisida, tata ruang kios diatur sehingga memudahkan dalam pelayanan pembeli dan pengawasan kebersihan kios, jumlah ventilasi dan pencahayaan yang optimum (Pujiono 2009). Keracunan pestisida dapat terjadi melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata. Keracunan melalui kulit merupakan keracunan paling umum terjadi karena kurang terlindungi. Sebagian besar petani mengaplikasikan pestisida tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) di lapangan. Terjadinya keracunan dapat disebabkan oleh pengetahuan tentang pestisida yang terbatas, kondisi kesehatan yang lemah sehingga kehilangan konsentrasi dalam bekerja dengan pestisida, kecerobohan, dan kecelakaan (Dadang 2006). Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memerhatikan peringatan pada kemasan pestisida, memerhatikan tempat penyimpanan, pengelolaan tempat kerja pada kios pestisida dan penggunaan APD ketika bersinggungan dengan pestisida (Djojosumarto 2008).
Perumusan Masalah Pestisida merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan risiko bagi pengguna, pedagang, dan lingkungan. Penggunaan dan penyimpanan yang baik dapat menghindarkan ataupun meminimalkan bahaya pestisida terhadap risiko gangguan kesehatan. Kecelakaan kerja yang menyebabkan seseorang keracunan pestisida tidak hanya terjadi di lahan terbuka, di kios pestisida juga kecelakaan kerja sering terjadi. Pengelolaan pestisida di dalam kios harus diperhatikan oleh pedagang karena hampir setiap hari mereka bersinggungan dengan pestisida yang juga berisiko terpajan pestisida. Pengelolaan bahaya pestisida dan risiko kecelakaan kerja di kios yang dapat menyebabkan pestisida terbuka atau tumpah juga perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya keracunan akibat pajanan langsung pestisida terhadap tubuh.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini mempelajari pengelolaan pestisida di kios berkaitan dengan keamanan dan risiko gangguan kesehatan pedagang pestisida di Bogor.
3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tingkat keamanan pestisida di kios dan cara pengelolaan yang baik terhadap risiko gangguan kesehatan bagi pedagang pestisida.
4
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Januari hingga Juli 2015 di Kota dan Kabupaten Bogor. Survei dilakukan di 3 kecamatan yang ada di Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Tengah, dan Kecamatan Bogor Timur. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan dan Perda No. 40 Tahun 2004 Kabupaten Bogor memliki 40 Kecamatan. Survei dilakukan di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Jonggor, Kecamatan Cariu, Kecamatan Tanjung Sari. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu formulir kuesioner, alat tulis, kamera, dan alat perekam suara yang digunakan untuk merekam suara saat proses wawancara dilakukan. Metode Penelitian Penentuan Responden Responden dalam penelitian ini dipilih 50 kios yang diharapkan dapat mewakili seluruh kios yang ada di Bogor. Survei dilakukan di 46 kecamatan yang ada di Bogor. Pemilihan responden dari setiap kecamatan tidak ditentukan atau secara purposif. Setiap kios yang ditemukan dan mengizinkan untuk diwawancarai akan dipilih sebagai responden. Jumlah responden dari setiap kecamatan tidak ditentukan dan dipilih sebanyak-banyaknya. Apabila pada kecamatan tersebut tidak ditemukan kios penjualan pestisida, penggantian responden dilakukan di wilayah kecamatan sekitarnya Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan dua metode pengambilan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner terstruktur kepada responden dan observasi langsung di kios. Kuesioner yang disusun mencakup hal-hal yang terkait dengan pengelolan pedagang pestisida di kios yang dapat berisiko terhadap kesehatan pedagang tersebut. Data sekunder diperoleh dari dinas pertanian setempat atau dinas-dinas yang terkait dengan penelitian ini. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 yang ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabulasi. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui tingkat keamanan pestisida di kios terhadap risiko gangguan kesehatan pedagang pestisida di Bogor berdasarkan cara pengelolaan dan penataannya.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Karakteristik pedagang yang menjadi responden dikategorikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, masa kerja sebagai pedagang pestisida, umur kios, dan luas kios. Mayoritas usia pedagang pestisida di Bogor berada pada kisaran 31-50 tahun yang masih termasuk dalam umur produktif dengan persentase sebesar 68% (Tabel 1). Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pedagang sebagian besar berada pada tingkat SMA dengan persentase sebesar 58%, sementara itu pedagang yang mampu menempuh tingkat pendidikan sampai dengan sarjana atau diploma sebesar 16% dan terdapat 2% pedagang yang tidak tamat SD. Sebanyak 50% pedagang memiliki masa kerja sebagai pedagang pestisida pada kisaran 1-10 tahun dan 4% pedagang memiliki masa kerja lebih dari 30 tahun. Pada umumnya pedagang pestisida di Bogor memiliki lama kerja 8-12 jam per hari. Sebagian besar (58%) umur kios pestisida di Bogor berada pada kisaran 1-10 tahun. Umumnya kios yang berumur lebih dari 10 tahun merupakan usaha milik keluarga. Mayoritas (64%) luas kios yang dimiliki oleh pedagang berkisar pada 140 m2. Bersarakan hasil wawancara dan observasi langsung, umumnya kios yang memiliki luas lebih dari 40 m2 dan memiliki umur lebih dari 10 tahun merupakan usaha milik keluarga yang dijalankan secara turun-temurun ataupun diwariskan. Pengelolaan Kesehatan Penggunaan alat pelindung diri (APD) dapat mencegah terjadinya pajanan langsung pestisida terhadap tubuh. Terdapat 7 kelengkapan APD yang umum digunakan ketika aplikasi pestisida di lapangan yaitu sarung tangan, penutup hidung/ masker, baju/kaos lengan panjang, celana panjang, kaca mata, penutup kepala/ topi/ kerudung, dan sepatu. Penggunaan APD dapat mencegah dan menurunkan risiko terjadinya keracunan pestisida, dengan menggunakan APD kemungkinan kontak langsung pestisida dapat dikurangi sehingga risiko racun pestisida masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, mulut, dan kulit dapat dihindari (Afriyanto 2008). Menurut Djojosumarto (2008) APD digunakan tidak hanya ketika aplikasi pestisida, tetapi sejak bersinggungan dengan kemasan pestisida, ketika mencampur dan mencuci peralatan setelah aplikasi. Pakaian yang digunakan sebanyak mungkin menutupi tubuh untuk menurunkan risiko pajanan pestisida terhadap kulit atau bagian tubuh lain secara langsung. Berdasarkan hasil observasi langsung, APD yang umum digunakan oleh pedagang pestisida di Bogor adalah penggunaan celana panjang (92%) (Gambar 1). Penggunaan celana panjang ketika sedang bekerja oleh para pedagang lebih disebabkan kebiasaan sehari-hari yang secara tidak sadar mereka telah menggunakan salah satu APD yang dianjurkan. Sementara itu, APD yang digunakan oleh pedagang selain celana panjang hanya kurang dari 20%, dan hampir seluruh responden hanya menggunakan sandal sebagai pelindung kaki. Alasan pedagang menggunaan sandal dalam bekerja disebabkan sandal lebih praktis dalam hal pemakaian pelindung kaki. Alasan umum pedagang tidak menggunakan APD karena pemahaman mereka bahwa selama puluhan tahun mereka berdagang pestisida tidak pernah mengalami gangguan kesehatan serius sehingga menilai penggunaan APD dalam bekerja tidak berpengaruh nyata
6 terhadap kesehatan mereka. Gambar 1 menunjukkan bahwa kesadaran dan pemahaman pedagang dalam penggunaan APD masih kurang baik. Menurut Pujiono (2009) sebagian besar pedagang memiliki persepsi bahwa praktik pengelolaan pestisida dianggap hal yang tidak berbahaya sehingga tidak perlu menggunakan APD, sedangkan pemakaian APD yang tidak memenuhi syarat berisiko menyebabkan keracunan 4.1 kali lebih besar dibandingkan dengan pedagang yang menggunakan APD sesuai persyaratan. Tabel 1 Karakteristik umum pedagang pestisida di Bogor Karakteristik pedagang Persentase Usia (tahun) 21-30 6 31-40 38 41-50 30 51-60 20 61-70 4 >70 2 Pendidikan Tidak tamat SD 2 SD 14 SMP 10 SMA 58 D3/Sarjana 16 Masa kerja (tahun) 1-10 50 11-20 38 21-30 8 >30 4 Umur kios (tahun) 1-10 58 11-20 28 21-30 6 >30 8 2 Luas kios (m ) 1-40 64 41-80 16 81-120 14 121-160 4 >160 2
7
Responden (%)
100 80 60 40 20 0 Sarung tangan
Penutup hidung/ masker
Baju/ kaos lengan panjang
Celana panjang
Kaca mata
Penutup kepala/ topi/ kerudung
Sepatu
Alat pelindung diri
Gambar 1 Penggunaan alat pelindung diri oleh pedagang pestisida Sanitasi lingkungan kerja juga dilakukan untuk mengurangi risiko pajanan pestisida di kios terhadap pedagang. Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu tersedianya selalu air bersih, tinggi langit-langit minimal 2.5 m, suhu dan kelembaban selalu normal, pertukaran udara baik, dan kandungan maksimal gas pencemar udara sesuai peraturan yang berlaku (Depkes 2002). Mayoritas kios (98%) sudah memiliki tinggi langit-langit minimal 2.5 m (Gambar 2). Tinggi langit-langit yang ideal akan memengaruhi sirkulasi udara di lingkungan kerja sehingga tidak terlalu pengap. Lingkungan kerja yang terbuka akan meningkatkan sirkulasi udara di dalam kios sehingga akan mengurangi risiko keracunan pestisida melalui udara apabila terjadi kebocoran. Adanya exhaust fan ataupun ventilasi silang pada ruangan kerja dibutuhkan kios atau gudang dengan sirkulasi udara yang kurang baik. Menurut Pujiono (2009) suhu lingkungan kerja yang tinggi akan memudahkan penyerapan pestisida organofosfat ke dalam tubuh melalui kulit. Suhu yang aman yaitu 24-30 oC, apabila lingkungan kerja melebihi suhu tersebut maka pekerja mudah berkeringat sehingga pori-pori terbuka dan pestisida lebih mudah masuk melalui kulit. Sementara itu, hanya 2% kios yang memiliki ruang kerja terpisah dengan ruang penyimpanan pestisida. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung ke kios, pestisida yang dilarang masih dapat ditemukan pada beberapa kios di Bogor yang memiliki kandungan bahan aktif endosulfan dengan merk dagang seperti Thiodan 35 EC, Akodan 35 EC, dan Indodan 35 EC. Menurut Djojosumarto (2008) endosulfan merupakan racun non-sistemik yang dapat berperan sebagai racun kontak maupun racun perut. Endosulfan efektif untuk mengendalikan serangga hama dan tungau. LD50 oral (tikus) sebesar 70 mg/kg, LD50 dermal (tikus) > 4 000 mg/kg, LC50 inhalasi (4 jam terhadap tikus) > 0.0345 mg/L udara. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 24 Tahun 2011 disebutkan terdapat 42 bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang penggunaan pestisida yang di antaranya adalah endosulfan. Pestisida yang dilarang berdasarkan klasifikasi WHO dibagi menjadi tiga kelas yaitu I A (sangat berbahaya sekali), I B (berbahaya sekali), II (berbahaya), III (cukup berbahaya). Pestisida yang termasuk dalam kelas I memiliki indikasi karsinogenik, onkogenik, teratogenik dan mutagenik, baik terhadap hewan maupun manusia, Sementara itu, endosulfan termasuk dalam pestisida kelas II yang memiliki tingkat bahaya sedang.
8
Responden (%)
100 80 60 40 20 0 Tersedia selalu air bersih
Pestisida tersusun pada rak tertutup
Tinggi langit-langit minimal 2.5 m
Tidak Terdapat Adanya Adanya Adanya terdapat gudang yang ruang kerja exhaust/ sistem pestisida tidak pengap terpisah ventilasi ventilasi terlarang pada ruang silang pada kerja ruang kerja
Sanitasi lingkungan kerja
Gambar 2 Sanitasi lingkungan kerja di kios Pestisida berisiko menimbulkan gangguan kesehatan terhadap pedagang apabila tidak dikelola dengan baik di kios. Pada umumnya pedagang pestisida di Bogor bekerja 8-12 jam per hari. Gejala keracunan ringan yang umumnya ditimbulkan akibat terlalu lama terpajan pestisida yaitu pusing, mual, berkeringat banyak, sering sakit kepala, kulit iritasi dan mata selalu berair (Djojosumarto 2008). Menurut Dadang (2006) beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan yaitu, pengetahuan tentang pestisida yang terbatas seringkali membuat masyarakat menilai bahwa pestisida adalah bahan kimia yang hanya mematikan hama tanaman saja, kondisi kesehatan yang kurang baik dapat mendorong terjadinya keracunan, kecerobohan ataupun kecelakaan saat bekerja menjadi faktor utama terjadinya keracunan di lingkungan kerja. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung, sebagian besar (72%) pedagang pernah mengalami gejala pusing (Gambar 3). Pedagang umumnya mengalami pusing setelah pulang dari tempat kerja dan hanya menganggapnya akibat dari kelelahan bekerja. Sebanyak 32% pedagang sering mengalami sakit kepala dan 22% pedagang juga pernah mengalami mual sebagai gejala lanjutan dari pusing atau sakit kepala yang dialami. Sebagian kecil (10%) pedagang yang menjadi responden memiliki kulit iritasi di bagian tangan. Beberapa pedagang pestisida berprofesi sebagai petani yang tidak jarang mengaplikasikan pestisida di lahan. Gejala keracunan akut yang ditimbulkan oleh pestisida berbeda yang satu dengan yang lain. Keracunan akut lebih mudah dideteksi karena menimbulkan gejala yang bisa dirasakan pedagang dan dilihat oleh orang lain. Menurut Djojosumarto (2008) gejala pusing dan sakit kepala merupakan gejala keracunan ringan yang disebabkan oleh golongan organofosfat dan karbamat. Umumnya, gejala keracunan akibat organofosfat atau karbamat akan terlihat jika aktivitas enzim kolinesterase dalam darah menurun sampai 30%. Sebagian besar pedagang (72%) yang mengalami gelaja keracunan merupakan pedagang yang memiliki sanitasi lingkungan kerja yang kurang baik dan penggunaan APD yang tidak memenuhi syarat. Hal tersebut disebabkan pedagang kurang memahami bahaya pestisida terhadap kesehatan sehingga kurang menjaga dan mengelola kesehatan dengan baik di kios. Gejala keracunan yang dialami pedagang menunjukkan bahwa mereka sering terpajan pestisida baik secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka waktu yang lama.
9
Responden (%)
100 80 60 40 20 0 Pusing
Mual
Berkeringat Sering sakit Kulit iritasi Mata selalu banyak kepala berair Gejala keracunan
Gambar 3 Gejala keracunan yang dialami pedagang Pengelolaan Kios Menurut Pujiono (2009) lingkungan kerja merupakan ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha. Pengelolaan lingkungan kerja dapat meliputi pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat, pemeliharaan kebersihan kios, isolasi bahan berbahaya, dan tidak menjual atau menyimpan pestisida dengan bahan aktif terlarang di ruang terbuka. Penyimpanan pestisida lebih baik dalam lemari atau etalase dagang yang tertutup untuk menghindari keracunan pestisida melalui udara bila terjadi kebocoran pada kemasan yang tidak disadari oleh pedagang. Mayoritas pedagang (94%) melakukan penataan pestisida secara acak pada rak display kios, dan sisanya menata pestisida berdasarkan jenis sasarannya. Sebagian besar kios menjual pupuk (100%), benih (98%), dan alat-alat pertanian (86%), selain menjual pestisida di kios. Selain menjual kebutuhan pertanian, beberapa kios menjual pakan ternak (62%), alat peternakan (50%), alat rumah tangga (20%), makanan (4%) dan minuman (6%). Penjualan makanan maupun minuman di kios pestisida berisiko terjadinya kontaminasi pestisida yang akan menyebabkan keracunan apabila dikonsumsi. Sebagian besar etalase dagang (54%) dan lemari dagang (80%) pada kios pestisida yang menjadi responden masih memiliki rak terbuka. Rak yang terbuka dinilai pedagang lebih memudahkan dalam melakukan penyimpanan maupun pengambilan pestisida. Sebagian besar pestisida di kios mereka didapatkan dengan cara membeli langsung dari distributor maupun pedagang lebih besar, namun pada beberapa produk pestisida masih menggunakan sistem konsinyasi (30%) dan pembayaran tempo (64%). Penjualan jenis pestisida yang paling tinggi di Bogor adalah insektisida dibandingkan dengan herbisida (48%) dan fungisida (36%). Sebagian besar kios (60%) sengaja menyediakan pestisida dalam kemasan kecil selain kemasan dari pabrik. Pestisida yang banyak dikemas selain kemasan pabrik adalah Furadan 3G dikarenakan petani umumnya hanya memerlukan pestisida tersebut dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dapat meningkatkan risiko keracunan akibat pajanan langsung pestisida. Umumnya pedagang yang mengalami gejala keracunan menyediakan pestisida selain kemasan pabrik. Kemasan pestisida yang dibuat oleh pabrik harus berdasarkan dengan peraturan pemerintah yang berlaku dimana kemasan harus dapat menjaga isi produknya tetap aman dari kebocoran.
10
Tabel 2 Pengelolaan kios pestisida Pengelolaan kios Penataan pestisida Berdasarkan jenis sasarannya Berdasarkan bahan aktifnya Berdasarkan jumlah konsumennya Berdasarkan waktu kedatangan produk Secara acak Barang yang dijual selain pestisida Pupuk Benih Alat pertanian Makanan Minuman Pakan ternak Alat peternakan Kebutuhan rumah tangga Etalase dagang Terbuka Tertutup Lemari dagang Terbuka Tertutup Sistem mendapatkan pestisida Beli langsung Konsinyasi Pembayaran tempo Jenis Pestisida yang banyak terjual Herbisida Insektisida Fungisida Penjualan pestisida dalam jumlah kecil Membuat dalam kemasan kecil Sengaja membuat dalam kemasan kecil Tidak melayani
Persentase 6 0 0 0 94 100 98 86 4 6 62 50 20 54 46 80 20 100 30 64 48 100 36 0 60 40
Pengelolaan Pestisida Pengelolaan pestisida di kios merupakan tindakan atau perbuatan yang dilakukan pedagang yang meliputi praktik repacking atau merubah kemasan pestisida, praktik penataan pestisida, penanganan tumpahan pestisida dan bekas kemasan pestisida pada saat mengelola pestisida di tempat penjualan (Pujiono
11 2009). Sementara itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 1992 tentang persyaratan kesehatan pengelolaan pestisida bahwa pengelolaan pestisida merupakan suatu kegiatan yang meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peredaran, pengelolaan penggunaan dan pemusnahan pestisida. Pedagang umumnya melakukan penanganan tumpahan atau ceceran pestisida dengan cara membersihkan menggunakan sapu (60%) dan kain (48%) (Tabel 3). Pestisida yang sering tercecer adalah Furadan 3G dikarenakan pestisida tersebut banyak dibuat dalam kemasan kecil selain kemasan pabrik oleh para pedagang. Umumnya pedagang (68%) membersihkan anggota tubuhnya dengan air yang mengalir apabila terkena pestisida. Tempat penyimpanan pestisida yang besar seperti di gudang, pestisida harus disusun berdasarkan pengelompokkan tertentu. Gudang harus berventilasi baik, bila perlu dilengkapi dengan kipas untuk mengeluarkan udara. Sementara itu, pada tempat kerja harus disediakan pasir atau serbuk gergaji dan air di dekat tempat kerja yang berguna untuk menyerap atau membersihkan pestisida yang tumpah dan mencuci tangan (Djojosumarto 2008). Sebagian besar pedagang pernah mendapatkan produk kadaluarsa maupun produk yang tidak laku terjual. Sebanyak 80% pedagang mengembalikan produk tersebut kepada distributor untuk diganti dengan produk yang baru, namun beberapa produk pestisida tidak dapat dikembalikan ataupun ditukar dengan produk yang baru. Umumnya pestisida yang tidak dapat dikembalikan akan dijual murah (34%), diberikan petani (12%), dan digunakan sendiri (12%). Terdapat kios (4%) yang tetap menjual produk pestisida kadaluwarsa dengan harga normal meskipun pedagang mengetahui bahwa pestisida tersebut telah kadaluwarsa. Selain produk kadaluwarsa atau produk yang tidak laku terjual, kebocoran ataupun kerusakan pada kemasan pestisida sering dialami oleh pedagang. Sebanyak 72% pedagang langsung mengembalikan produk tersebut. Beberapa produk pestisida juga tidak dapat dikembalikan meskipun sudah mengalami kerusakan sejak awal pembelian, sehingga pedagang membungkus pestisida dengan plastik kedap (40%), memberikan kepada petani (10%), dan digunakan sendiri (10%). Sementara itu, sebanyak 22% pedagang tidak pernah mengalami hal tersebut. Persyaratan pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida yaitu sampah pestisida sebelum dibuang harus dirusak atau dihancurkan terlebih dahulu sehingga tidak dapat digunakan lagi, pembuangan sampah/limbah pestisida harus ditempat khusus dan bukan di tempat pembuangan sampah umum, lokasi tempat pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida harus terletak pada jarak yang aman dari daerah pemukiman dan badan air pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida dilakukan melalui proses degradasi atau dekomposisi biologi dan kimiawi (Pujiono 2009). Mayoritas pedagang (52%) tidak pernah menangani sampah bekas pestisida yang sudah tidak terpakai. Umumnya pedagang menjual produk dalam jumlah yang sesuai kebutuhan konsumen dan mayoritas pedagang hanya berprofesi sebagai pedagang. Sebanyak 42% pedagang membuang kemasan bekas pestisida yang sudah tidak terpakai ke tempat pembuangan sampah atau sembarang.. Beberapa pedagang yang merupakan petani tidak jarang memanfaatkan (8%) kemasan pestisida bekas yang berbahan kaleng sebagai alat pengusir burung di sawah dan pada kemasan plastik ditanam lalu dibakar (10%). Penanganan kemasan bekas pestisida yang kurang baik dapat menyebabkan sisa
12 pestisida dalam kemasan dapat meningkatkan residu pestisida yang tertinggal di lingkungan sekitar. Tabel 3 Pengelolaan pestisida di kios Pengelolaan pestisida Pestisida tumpah/ tercecer Dibersihkan dengan kain Dibersihkan dengan pasir/ serbuk gergaji Dibersihkan dengan sapu Tidak pernah mengalami Apabila anggota tubuh terkena pestisida Dibersihkan dengan kain Dibersihkan dengan air Dibiarkan saja Tidak pernah mengalami Produk kadaluarsa atau tidak terjual Dimusnahkan Dikembalikan Tetap dijual normal Dijual murah Diberikan kepada petani Digunakan sendiri Tidak pernah mengalami Kebocoran/ kerusakan pada kemasan pestisida Dipindahkan ke wadah lain Dibungkus dengan plastik kedap Dikembalikan Dibiarkan saja Diberikan kepada petani Digunakan sendiri Tidak pernah mengalami Penanganan kemasan pestisida yang sudah tidak terpakai Dibuang ke tempat lain Ditanam lalu di bakar Dibiarkan saja Dimanfaatkan Tidak pernah mengalami
Persentase 48 0 60 30 0 68 0 32 0 80 4 34 12 12 12 0 40 72 0 10 10 22 42 10 0 8 52
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara umum pengetahuan dan pemahaman pedagang akan bahaya pestisida di kios masih terbatas. Pengelolaan pestisida di kios masih perlu ditingkatkan dipandang dari tempat penyimpanan pestisida dan penanganan pestisida yang masih kurang baik . Gejala keracunan yang umumnya dialami pedagang yaitu pusing (79%), sakit kepala (32%), mual (22%), dan iritasi (10%). Sebagian besar pedagang yang mengalami keracunan memiliki sanitasi lingkungan kerja yang kurang baik dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tidak sesuai. Namun, mayoritas kios pestisida di Bogor (98%) memiliki ruang kerja yang memadai dipandang dari luas dan sirkulasi udara yang cukup baik. Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, khususnya untuk memastikan gejala yang dialami pedagang pestisida di Bogor merupakan akibat pajanan pestisida, serta mengetahui tingkat pengetahuan pedagang tentang bahaya pestisida.
DAFTAR PUSTAKA Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Dadang. 2006. Pengenalan Pestisida dan Teknik Aplikasi. Dalam Workshop Hama dan Penyakit Tanaman Jarak (Jatropha curcas Linn.); 2006 Des 56.; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): LPPM-IPB. hlm 33-45. Departemen Kesehatan RI. 1992. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Kesehatan. Jakarta (RI): Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta (RI): Departemen Kesehatan. Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Agromedia. Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Peranian. Yogyakarta (ID): Kanisius. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Teknis Kajian Pestisida Terdaftar dan Beredar. Jakarta (ID): Kementan. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta (ID): Kementan. Pujiono. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dan Praktek Pengelolaan Pestisida Dengan Kejadian Keracunan Pestisida pada Tenaga Kerja di Tempat Penjualan Pestisida [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Semarang. [RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 258 tahun 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida. Jakarta (ID): RI. Sembel DT. 2011. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta (ID): Andi.
19
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Kota dan Kabupaten Bogor
a
= kios pestisida. b
= batas wilayah kecamatan
Gambar 4 Peta kios yang menjadi responden di Kota bogor
20
a
= kios pestisida. b
= batas wilayah kecamatan
Gambar 5 Peta kios yang menjadi responden di Kabupaten Bogor
21 Lampiran 2 Kuesioner penelitian
SURVEI PENGELOLAAN PESTISIDA YANG BAIK PADA KIOS PESTISIDA DI BOGOR KOTA/KABUPATEN KECAMATAN DESA RT/RW
: BOGOR : : :
PEWAWANCARA : Tgl. Wawancara : NamaKios : Waktu : ……….WIB
Karakteristik pedagang 1. Nama : …………….. 2. Jenis kelamin :Laki-laki/Perempuan 3. Umur : ……….Tahun 4. Lama kerja per hari : ………. Jam/hari 5. Masa kerja : ………. 6. Pendidikan terakhir : ………. 7. Jumlah pegawai : ………. Orang KeadaanUmum A. Kios 8. Lokasi : 9. Umur kios : ………… : ………… m2 10. Luas kios 11. Suhu ruangan : ………… oC 12. Kelembaban ruangan : ……… % 13. Penataan pestisida : A. Berdasarkan jenis sasarannya B. Berdasarkan bahan aktifnya C. Berdasarkan jumlah konsumennya D. Berdasarkan waktu kedatangan produk E. Secara acak 14. Barang yang dijual selain pestisida : A. Pupuk B. Alat pertanian C. Makanan D. Minuman E. ………… 15. Etalase dagang : tertutup / terbuka 16. Lemari dagang : tertutup / terbuka
22 B. Gudang penyimpanan 17. Luas gudang : ………… m2 18. Suhu gudang : ………… oC 19. Kelembaban gudang : ……… % 20. Jumlah ventilasi : ………… 21. Penataan pestisida : A. Berdasarkan jenis sasarannya B. Berdasarkan bahan aktifnya C. Berdasarkan jumlah konsumennya D. Berdasarkan waktu kedatangan produk E. Secaraacak Pengetahuan umum 22. Apa yang anda ketahui tentang pestisida …………………………………. 23. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan pengelolaan pestisida dan mendapatkan setifikat ? A. Ya B. Tidak Dimana saudara mendapatkan pelatihan tersebut ………… 24. Apakah anda selalu menata dan menyimpan kemasan pestisida di dalam rak dan selalu tertutup ? A. Ya B. Tidak 25. Apakah anda mengetahui jenis-jenis pestisida yang dilarang beredar/dijual A. Ya B. Tidak Pestisida/bahan aktif apa yang anda ketahui ……. 26. Sistem dalam mendapatkan barang atau pestisida yang dijual ? A. Beli langsung B. Konsinyasi C. Cara lain …… 27. Jenis apa yang paling sering terjual ? A. Herbisida B. Insektisida C. Fungisida D. ………… 28. Apa yang anda lakukan terhadap produk kadaluarsa atau produk yang tidak terjual ? A. Dimusnahkan B. Dikembalikan C. Dibiarkan saja D. ………… 29. Apabila ada petani yang membutuhkan pestisida dalam jumlah kecil, apa yang anda lakukan ? A. Membuat dalam kemasan kecil B. Sengaja membuat dalam kemasan kecil C. Tidak melayani D. ………… 30. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja yang menyebabkan pestisida tumpah/ tercecer ? A. Ya B. Tidak
23 Apabila pernah, apa yang anda lakukan ………… 31. Apabilaanggota tubuh anda terkena pestisida apa yang anda lakukan ? A. Dibersihkan dengan kain B. Dibersihkan dengan air C. Dibiarkan saja D. …… 32. Apa yang anda lakukan ketika mendapati kebocoran/ kerusakan pada kemasan pestisida ? A. Dipindahkan ke wadah lain B. Dibungkus dengan plastik kedap C. Dibiarkan saja D. …… 33. Bagaimana penanganan kemasan bekas pestisida yang sudah tidak terpakai ? A. Dibuang ke tempat lain B. Ditanam lalu dibakar C. Dibiarkan saja D. ……. 34. Apakaha nda pernah / sering menyarankan pestisida kepada pembeli/petani ? A. Ya B. Tidak 35. Jumlah konsumen/ pembeli yang paling banyak ? A. Petani B. Pedagang lain C. Warga biasa D. ……… 36. Apakah anda atau pekerja anda mengalami……. A. Pusing : pernah / tidak B. Mual : pernah / tidak C. Berkeringat banyak : pernah / tidak D. Sering sakit kepala : pernah / tidak E. Kulit iritasi : pernah / tidak F. Mata selalu berair : pernah / tidak Penggunaanalatpelindungdirisaatmengelolapestisida No. APD yang digunakan Ya 1 Sarung tangan 2 Penutup hidung/masker 3 Baju/kaos lengan panjang 4 Celana panjang 5 Kacamata 6 Penutup kepala/topi/kerudung 7 Sepatu
Tidak
Alasan apabila tidak menggunakan APD ………………………………………….
24 Sanitasi lingkungan kerja No. Item yang diobservasi 1 Tersedia selalu air bersih (adanya wastafel/kran air) 2 Pestisida tersusun rapi pada rak tertutup dan tidak ada kebocoran 3 Tinggi langit-langit minimal 2,5 m 4 Tidak terdapat pestisida/bahan aktif yang berbahaya dan dilarang 5 Terdapat gudang yang tidak pengap dan suhu nyaman 6 Adanya ruangan terpisah antara kantor, tempat penjualan, dan gudang penyimpanan 7 Adanya exhaust ventilasi pada ruangan kerja yang selalu dijalankan pada jam kerja 8 Adanya sistem ventilasi silang pada ruangan kerja (terdapat lubang ventilasi pada dinding yang berhadapan) \
Ya
Tidak
25 Lampiran 3 Data umum responden No Kecamatan Bogor 1 Tengah Bogor 2 Tengah Bogor 3 Tengah
Nama Kios
Pemilik/Pengelola Lokasi
Tani Jaya Kurnia Tani
Egi
4
Bogor Barat
MANDIRI
5
Bogor Barat
Pak Zulkifli M. Rizky Sarana Tani Setiawan
6
Barokah Cahaya Bogor Timur Tani
7
Dramaga
Dramaga Tani
8
Dramaga
9
Dramaga
10
Ciampea
Maju Tani Karya Laksana Tani
Jl. Dewi Sartika No.36A Jl. Dewi Sartika, Gang Mekah
Pak Dani
Jl. Veteran No.14/37 Jl. Cilubang Mekar, Situ Gede
Pak Wahab
Jl. Sindangbarang No.69
Pak Basri
Jl. Sukasari 1 No.5
Supri
Jl. Dramaga Km 12
Ibu Ooy
Jl. Raya Petir
Pak Uding
Jl. Raya Ciherang Jl. Abdu Fatah, Cikalancing
Pak Badri
11
Ciampea
12
Tenjolaya
Putra Harapan Tani Anugrah Tani
13
Tenjolaya
Suka Tani
Robbi Sujai
14
Tenjolaya
Assagro
Soleh Iskandar
Pasar lama Ciampea Jl. Tegallangkap, Gunungmalang Jl. Abdul Fatah RT 02/ RW 03 Jl. Abdul Fatah RT 07/ RW 01
15
Leuwiliang
Usaha Tani
Pak H. Mamat
Pasar lama Leuwiliang
16
Leuwiliang
17
Leuwiliang
Sinar Tani Sumber Tani
18
Parung
Sari Tani
Pak Kamal Pasar lama Leuwiliang H. Wawan/ Kang Hilman (pegawai) Pasar lama Leuwiliang Ustd Usin/ Jajang (keponakan) Pasar baru Parung
Pak Muslim Pak Ajang/ Bu Iyos (orang lain)
26
19
Parung
Berkat Tani Pak Hendra
20
Ciseeng
SAUDARA Ibu Widi
21
Rancabungur Mitra Tani
22
Cigudeg
Tani Maju
23
Cigudeg
24
Jasinga
25
Jasinga
26
Jasinga
Jasa Tani Aneka Usaha Kota Gurnita Budaya Anugrah Tani
27
Jasinga
Mia Sari
28
Jasinga
Tani Usaha
29
Rumpin
Indo Tani
30
Taman Sari
31
Taman Sari
Tani Mukti Sahabat Tani
32
Ciawi
33
Ciawi
34
Jl. H. Mawi Kampung Jati RT 03/RW 05 No.5
Pak Dedeh Pak H. Pepen/ Bu Hj. Pepen (istri)
Jl. Raya Parung-Ciseeng Jl. Letkol Atang Senjaya RT 03/ RW 01 Jl. Raya Cigudeg RT 01/RW 02 No.14
Pak Rizal
Jl. Raya Cigudeg Km 36
Pak Agus
Jl. Raya Jasing-Tenjo Pasar Baru Modern Jasinga
Pak Atek
Jl. Raya Sipak, Desa Sipak Jl. Raya Sipak, Desa Ibu Yusnal Efendi Sipak Jl. Raya Sipak (sebelum Pasar Baru Modern Pak Eki Jasinga) Ibu Mimi/ Yosep Jl. Pasar Nyungcung (anak) Rumpin Jl. Raya Kapten Yusup, H. Hasan Cimanglid H. Adit/ Pak Jl. Raya Kapten Yusup, Rahmat (anak) Cimanglid Yogi
Jl. May Jen. H. Edi Sukma Km 4
Pak Asep
Ciawi
Prima Tani Ciawi Indah Tani Unggul
35
Cisarua
Aneka Tani
Pak Apriadi
Jl. Raya Ciawi Jl. Raya Puncak, Pasar Cisarua No.19
36
Cisarua
Pak Rizal
Pasar Cisarua
37
Cigombong
Suci Tani Mutiara Tani
Pak Jul
Pasar Cigombong
Pak Joni Pak Kusnadi/ Pak Uyung (saudara)
Jl. Raya Ciawi
27 Sejahtera Kaum Tani
38
Citeureup
39
Sukamakmur Citra Tani
Pak Ade
40
Jonggol
Karya Tani
Pak Ade
Jl Babakan Madang RT 02/ RW 01 Citatunggul Jl. Raya Sukamakmur RT 03/ RW 01 Jl. M. Bakri (Pasar Lama) No 245
41
Jonggol
Mekar Tani
Pak Atang
Pasar Baru Jonggol
42
Jonggol
43
Jonggol
Ibu Linda Pak Iyel/ Pak Ncun (saudara)
44
Jonggol
Pak Nada
Pasar Lama Jonggol Jl. Raya Jonggol Cariu, Kujang Jl. Raya Dayeuh, Pasar Dayeuh
45
Cariu
Jasa Tani Berkah Tani Mutiara Tani Makmur Abadi
Pak Mulyana
Jl. Transyogi Cariu
46
Cariu
Pak Sohin
Jl. Transyogi Cariu
47
Cariu
Mekar Tani Berkah Tani
Pak Oleh
Jl. Transyogi Cariu
48
Cariu
Prima Tani
Ibu Wati
Jl. Babakan Raden
49
Cariu
Prima Tani
Pak Riki
50
Tanjung Sari
Rifky Tani
Ibu Yeti
Terminal Cariu Jl. Transyogi Pasirtanjung
Pak Damar
28 Lampiran 4 Data pengelolaan kesehatan di kios Pengelolaan Uraian Kesehatan Sarung tangan Penutup hidung/ masker Baju/ kaos lengan panjang APD Celana panjang Kaca mata Penutup kepala/ topi/ kerudung Sepatu
Sanitasi lingkungan kerja
Gejala keracunan
Persentase
Jumlah
2 6 10 92 2 16 0
1 3 5 46 1 8 0
Tersedia selalu air bersih Pestisida tersusun pada rak tertutup Tinggi langit-langit minimal 2.5 m Tidak terdapat pestisida terlarang Terdapat gudang yang tidak pengap Adanya ruang kerja terpisah Adanya exhaust ventilasi pada ruang kerja Adanya sistem ventilasi silang pada ruang kerja
68
34
28
14
98 66
49 33
Pusing Mual Berkeringat banyak Sering sakit kepala Kulit iritasi Mata selalu berair
n total
50
50 18 2
9 1
0
0
0
0
72 22 0 32 10 0
36 11 0 16 5 0
50
29
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP Penulis yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 November 1991 dari pasangan Achmad Soleh dan Eli Halimah merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kuncup Harapan pada tahun 1998, sekolah dasar di SDN Gunung Gede tahun 2004, sekolah menengah pertama di SMPN 3 Bogor tahun 2007, dan sekolah menengah atas di SMAN 7 Bogor tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi Tanaman melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi staf Divisi Akademik dan Prestasi (AKPRES) di Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) pada tahun 2013, wakil ketua panitia Pelepasan Wisudawan Departemen Proteksi Tanaman pada tahun 2013, staf Divisi Liaison Officer (LO) dalam kepanitiaan National Plant Protection Event (NPV) pada tahun 2013, wakil ketua Divisi Logistik dan Transportasi dalam kepanitiaan Pekan Olah Raga dan Seni Proteksi Tanaman (PORSSITA) tahun 2013, ketua Divisi Logistik dan Transportasi dalam kepanitiaan PORSSITA tahun 2014.