Pestisida Dan Pencemarannya Nurhasmawaty Pohan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1 . PENGERTIAN PENCEMARAN Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau tidak mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang daya penguasaanya, artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat, maka akan lebih sedikit masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru dapat dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar adalah lingkungan hidup manusia, yang terkena dampak akibat negatif (yang tidak diinginkan adalah manusianya dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-bahan berbahaya yang disebabkan oleh peradaban manusia itu sendiri. Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa “Pencemaran” adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang atau tidak dabat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran suatu lingkungan bisanya melalui tahap-tahap yaitu: 1. Tingkatan Pertama Bila zat pencemar tersebut baik jumlah dan waktu aktifnya tidak membawa akibat yang merugikan manusia. 2. Tingkatan ke-2 Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan pada alat- alat panca indera dan alat perkembangbiakan secara vegetatif serta kerusakan lingkungan hidup yang lebih luas. 3. Tingkatan ke- 3 Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan fisiologis yang membawa akibat kesakitan yang menahun. 4. Tingkatan ke- 4 Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan-ganguan yang gawat seperti kematian dan lain-lain. Pencemaran dapat terjadi di lingkungan hidup manusia. Berdasarkan itu dikenal pencemaran lingkungan berdasarkan objeknya, yaitu : • Pencemaran Udara • Pencemaran Tanah 1 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
• Pencemaran Air • Pencemaran Kebudayaan Dalam karya tulis ini, pencemaran lingkungan yang akan dibahas adalah tiga bagian yang pertama diatas yang diakibatkan oleh Pestisida. 2. Selintas Sejarah pestisida Patut dicatat bahwa pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa Cina pada tahun 900 M , dengan memakai senyawa arsenat, sudah dipakainya pestisida ultra tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian, terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia. Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa. Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot atau disiramkan. Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun pembasmi hama. Berbeda didaratan eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium. Semenjak diketemukannya bahan-bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan tersebut, perkembangan pestisida semakin melonjak.Berbagai upaya pemikiran mulai dilontarkan untuk mendapatkan jenis-jenis pestisida baru yang lebih ampuh. Barulah kemudian diketemukan pestisida sintetis dari senyawa Dinitro dan Thiosianat. Namun ternyata sangat dirasakan, bahwa zat-zat pembasmi yang terdahulu belum begitu memuaskan. Maka tercipta DDT (Dicholro Diphenil Trichloroetana) pada tahun 1874 oleh seorang warga negara Jerman, Zeidler. Pada akhirnya pembuatan DDT merupakan babak baru dalam perkembangan industri pestisida. Dan semenjak itu makin banyak pestisida sintetis buatan manusia, baik yang betul-betul berbeda dengan DDT, maupun derivat-derivatnya. 3. Jenis-Jenis pestisida Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud dengan Pestisida ialah Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta zasad-zasad renik dan virus yang digunakan untuk: • Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagianbagian tanaman atau hasil pertanian. • Memberantas rerumputan • Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan. • Mencegah hama-hama air. • Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. 2 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kegunaanya pestisida dapat dibagi atas : 1. INSEKTISIDA
:
Zat / Senyawa kimia yang digunakan untuk mematikan / memberantas serangga.
2. ASCARISIDA
:
Memberantas Tunggau
3. NEMATOSIDA
:
Memberantas cacing Nematoda.
4. FUNGISIDA
:
Memberantas Jamur / Cendawan.
5. HERBISIDA
:
Memberantas rumput / Gulma.
6. OVISIDA
:
Memberantas telur serangga.
7. LARVASIDA
:
Memberantas Larva
8. RODENTISIDA
:
Memberantas Hewan Pengerat.
9. ALGASIDA
:
Memberantas Alga.
10. MOLUSCISIDA
:
Memberantas Hewan Molluska.
Dengan melihat bentuk fisiknya, pestisida digolongka kedalam beberapa bentuk : 1. Tepung hembus 2. Tepung semprot ( Wetable Powder) 3. Minyak 4. Aerosol 5. Rook patroner Dari segi struktur kimianya, pestisida dibagi atas : 1 . Orgahochlorine Pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine. Misal : DDT 2 . Orgahoposphate Pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra ethyl phyro posphate (TEPP ) 3. Carbonate Pestisida yang mengandung gugus Carbonate. Misal : Baygon, Sevin dan Isolan. 4. Lain-Lain Diluar ketiga jenis diatas, pestisida ini mengandung senyawa organik, serychin, senyawa sulphur organik dan dinytrophenol.
3 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
4. Pestisida Dan Revolusi Hijau Alam dengan segala isinya di terima sebagaimana adanya. Dan manusia menyesuaikan pola hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan manusia, maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Ini melahirkan kebiasaan tradisi dan hukumhukum yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur pergaulan hidup masyarakat. Tetrapi satu faktor dalam kehidupan masyarakat mengalami perubahan otonom, yaitu pertambahan jumlah manusia. Naluri mempertahankan diri manusia mendorong hasrat berkembangbiak dan melangsungkan dehidupan. Ini dimungkinkan oleh akal dan kemampuan berpikir manusia, yang melahirkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu manusia selalu menuntut kepada alam agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Kebutuhan primer manusia adalah makan. Dan untuk meningkatkan hasil-hasil bumi mereka mempunyai ambisi besar untuk meningkatkan produksi pangan. Banyak hal yang dilakukan manusia seperti program irigasi, pemupukan intensif yang kadang berlebihan hingga merusak struktur tanah. Dan yang paling mengerikan adalah berputarnya lingkaran setan pestisida yang tak pernah putus ditengah jalan, justru semakin membabibuta. Untuk mendukung keberhasilan produksi pangan ini, penelitian dan teknologi semakin berkembang. Termasuk si lampu aladin, pestisida. Dunia pertanian seakan terbangun dari tidurnya, terbangun untuk tragedi dari revolusi, bukan revolusi fisik, bukan industry, tetapi revolusi hijau.Revolusii Hijau yang mencantumkan pemakaian pestisida sebagai senjata utama yang menyakitkan lingkungan dan manusia sendiri.
BAB II PERMASALAHAN Melihat perkembangan pestisida yang semakin meningkat, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, dapat dilihat dari dua tabel berikut : Peningkatan Produksi Pestisida Dalam Negeri Tahun
Produksi (Ton/KL)
% Perubahan
1978/1979 1979/1980 1980/1981 1981/1982 1982/1983
9.128 20.812 25.671 33.576 47.369
128 23,3 30,8 26,2
Sumber : BPS, Jakarta, 1983
4 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
Tahun 1978 Ton U$ 1979 Ton U$ 1980 Ton U$ 1981 Ton U$ 1982 Ton U$
Impor Pestisida Insektisida Fungisida 3.131 631 55.660 2.169 1.920 708 5.286 1.935 4.560 958 15.963 3.142 116 700 723 2.900 3 995 39 5.107
Herbisida 510 1.279 761 2.943 2.421 1.366 421 1.366 445 1.245
Total 4.272 59.108 3.389 10.064 6.139 21.799 1.327 4.989 1.443 6.369
Sumber : BPS, Jakarta, 1983
Hal ini emang mengembirakan bagi dunia pertanian, menyenangkan bagi produsen pestisida tetapi di lain pihak muncul masalah- masalh serius. Pemakaian pestisida yang berdendang membabi buta pada episode berikutnya, menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan. Pestisida memang bagaikan lampu aladin. Pestisida ibarat dewa penolong tetapi di sisi lain, tanah dan semua perairan yang menjadi ikat pinggangnya menjerit kesakitan, terlebih karena pestisida produksi mutakhir. Buah simalakama ditawarkan kepada kita, pestisida membantu sekaligus mematikan. 1. Sejauh mana pestisida menjadi tragedi bagi lingkungan dan juga manusia sendiri? 2. Bagaimana upaya pencegahan pencemaran yang diakibatkan pestisida? BAB III PEMBAHASAN Pestisida menjadi suatu tragedi kehidupan, nyata sudah di dalam sejarah kehidupan manusia. Jaminan untuk itu sudah digaransikan, air, tanah, udara bahkan nyawa manusia sendiri si penghasil teknologi pestisida. Satu persatu segi bahaya pestisida telah menjamah kehidupan manusia. Bahaya pencemaran lingkungan hidup, baik yang bersifat sosial dan alamiah yang mengakibatkan terganggunya ekosistem kehidupan. 1. Pencemaran Air merupakan sumber kehidupan umat manusia. Maka akan payahlah jika umat Tuhan semuanya kekurangan air. Kota-kota besar telah mendapat buah yang pahit bagi dirinya.Dilema air bersih melanda rakyat perkotaan. Kini tidak hanya air sungai yang masuk ke laut, air laut pun sudah biasa merembes ke wilayah darat dan air minum menjadi asin. Sementara di sini lain air menjadi pahit karena pencemaran sungai-sungai yang melewati perkotaan dan residu pestisida yang tercecer dari penyemprotan di sawahsawah. Residu masuk air sungai, mengalir ke parit-parit sawah, masuk ke saluran tersier ke saluran sekunder dan terbuang ke sungai kita. Sungai mengalir masuk kota, menuju ke hilir dan sebagian rakyat menggunakan air di hilir untuk mandi, cuci dan kakus. Pencemaran bertambah runyam, karena pestisida, sampah rumah tangga dan produk alami. 5 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
Hal lain, tentang pencemaran air ini adalah akibat kebocoran pabrik. Nasib yang naas ini menimpa sebuah negara di Amerika. Di tepi sungai Mississipi, terjadi kebocoran pabrik pestisida. Kecelakaan ini terjadi awal dekade 60-an. Akibat bocornya pabrik tersebut, ribuan ton pestisida (endrin) terbuang percuma ke sungai Mississipi dan ribuan ton ikan, yang diperkirakan 150 juta ekor ikan mati sia-sia, baik besar maupun kecil. Nasib celaka bagi bangsa ikan, nasib sengsara bagi masyarakat sekitarnya. Kebutuhan ikan masyarakat yang semula dapat dipenuhi oleh kekayaan sungai Mississipi sekarang tidak dapat lagi terpenuhi. Yang tinggal hanyalah bau busuk yang dihasilkan. Itulah awal mula tragedi pabrik pestisida yang mulai dapat kita rasakan dan kita bayangkan. Kasus yang sama juga terjadi di Indonesia. Kasus itu terjadi di Teluk Nibung, Kabupaten Asahan, Sumatera utara, yang kebetulan tidak meminta korban jiwa. Kasus yang hampir sama juga pernah terjadi di daerah lain, di Palembang, yakni kebocoran amoniak yang mengakibatkan ikan-ikan sungai Musi mati terapung. Tidak pernah orang menginginkan adanya suatu kecelakaan tetapi malang tak dapat di tolak. Begitu pula halnya dengan kebocoran suatu pabrik, baik itu akibat kecerobohan manusia, penyelewengan yang disengaja atau akibat proses alami. Yang bisa kita lakukan hanyalah pencegahan, menekan resiko sekecil mungkin. 2. Pencemaran Tanah Sebenarnya tidak semua jenis insekta, cacing (nematoda) dan lain-lain merupakan hama dan penyakit bagi tanaman, akan tetapi racun serangga telah membunuhnya. Sebagai contoh, di dalam segumpal tanah pertanian yang subur yang beratnya 0,5 g, terdapat kira-kira 1 trilyun bakteri, 200 juta jamur, 25 juta alga, 15 juta protozoa dan juga cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya. Makhluk-makhluk kecil ini sangat diperlukan untuk kesuburan tanah selanjutnya. Apabila penyemprotan dilakukan berlebihan atau takaran yang dipakai terlalu banyak, maka yang akan terjadi adalah kerugian. Tanah di sekitar tanaman akan terkena pencemaran pestisida. Akibatnya makhluk-makhluk kecil itu banyak yang ikut terbasmi, sehingga kesuburan tanah menjadi rusak karenanya Bukan tidak mungkin tragedi kegersangan dan kekeringan Etopia terjadi. 3. Pencemaran Udara Penyemprotan pestisida dengan menggunakan helikopter telah menggeser pemakaian tenaga manusia yang dirasakan telah mengalami kekerdilan. Dengan helikopter, dalam waktu sekejap berpuluh-puluh hektar ladang bahan pangan telah tersemprot sekaligus. Tapi daerah-daerah yang bukan sasaran maupun hewan-hewan dan serangga bukan sasaran target pembunuhan ikut menikmati hujan pestisida dari cucuran helikopter. Suatu bukti bahwa hewan bukan sasaran mendapat getahnya adalah kasus di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Di sini pada tahun 1954 telah dilakukan penyemprotan suatu senyawa organochlorim dengan maksud menghentikan Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata banyak spesies burung musnah di daerah penyemprotan. Nasib yang sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll. Pencemaran udara pestisida ini tidak hanya menyerang lingkungan manusia sendiri saja, tetapi akhirnya jatuh ke pelukan manusia sendiri. Banyak tragedi-tragedi kehidupan yang terjadi, dan yang paling naas, tragedi ini terjadi karena penyelewengan manusia sendiri atas pestisida ini. 6 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
Penyelewengan pestisida ini diarahkan pada pembasmian si pembuat dan si pemakai utama, yaitu manusia. Pestisida digunakan untuk membunuh manusia. Kejadian ini dipelopori oleh kekejaman Hitler di zaman Perang Dunia II, DDT dipakai sebagai bahan percobaan dalam ladang-ladang kamp konsentrasi Hitler. Ribuan turunan Yahudi bahkan ratusan ribu nyawa melayang dalam ladangladang percobaan yang maha kejam. Hal ini juga dilanjutkan dalam perang vietnam yang dilakukan oleh Amerika Serikat, dengan menggunakan herbisida. Dan yang terakhir, pengulangan dengan yang sama dilakukan oleh tentara Vietkong. Antara tahun 1965 hingga tahun 1971, sekitar 12 juta gallon (43,8 juta liter) agen orange disemprotkan di wilayah vietnam utara, dengan tujuan menelanjangi hutan-hutan, yang dijadikan persembunyian gerilyawan komunis. Para ahli militer AS berdalih, penyemprotan itu dilakukan untuk menyelamatkan ribuan serdadunya dari serangan komunis. Ternyata serangan itu dapat berhasil mencapai sasaran utamanya, sekalipun pada akhirnya peristiwa perang vietnam menjadi trauma yang berkepanjangan bagi masyarakatnya. Namun akibat jangka panjang yang tidak diperhitungkan pun muncul. Lahirlah bayi-bayi cacat di vietnam, yang berdasarkan penelitian merupakan akibat dari agen orange. Kebocoran juga dapat menimpa tanki-tanki penyimpanan gas-gas beracun, yang telah berbahaya jika dibandingkan dengan bocornya bahan cairo. Bocornya bahan cair hanya menyebabkan penderitaan hewan, tetapi bocornya bahan gas akan menyerang manusia dan lingkungannya. Dan tragedi semacam ini telah terjadi. Kasus Bhopal sebagai contoh cukup relevan di sini. Kasus kebocoran ini terjadi pada tanggal 3 Desember 1984 dini hari. Akibat bocornya gas Methy Iso Ganate, 2500 nyawa melayang. Kebocoran ini menyebabkan banyak korban tidak diketahui dengan cepat, sehingga mengakibatkan penduduk pedesaan di kawasan pabrik mengalami penderitaan hebat. Kasus Bhopal ini memang tragedi yang paling mengerikan sepanjang sejarah manusia, nasib serupa juga menimpa Love Canal, negara bagian New York, sehingga menyebabkan semua penduduk dipindahkan ke tempat lain. Keterkejutan terhadap peristiwa Bhopal belum reda, kengerian akan kejadian itu belum genap satu tahun, kejadian yang serupa di Amerika menyusul. peristiwa yang sama dengan Bhopal, terulan kembali di kota Institute, Amerika. Sedikitnya 175 orang mengalami luka-luka akibat tragedi hari Minggu, ketika gas beracun bocor di sebuah pabrik pestisida Union Carbide, dan menyebabkan uap tebal di atas rumah-rumah dekat pabrik. Kebocoran yang hanya berlangsung 10 menit itu menyebabkan suatu keadaan darurat medis di kota Institute yang penduduknya 3.300 jiwa. Kebocoran pabrik yang terletak di seberang sungai Kanawha di Charleston, ibukota negara bagian West Virginia itu telah menelan korban sekurang - kurangnya 175 orang diobati di klinik darurat, 70 orang dirawat di rumah sakit dan 50 orang lain kritis. Tragedi demi tragedi silih berganti. Peristiwa telah membuat bidang pertanian beres tetapi di bidang lain telah menciutkan nyali manusia. Pestisida sah menjadi maut yang mematikan bagi manusia, lingkungan maupun makhluk hidup lain.
7 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
UPAYA PENCEGAHAH PENCEMARAN PESTISIDA Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi pertanian dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida bukan hal sepele. Tetapi kalau cara pemakaian pestisida dilakukan dengan sangat hati-hati, kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi bahayanya pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN (Pesticides Action Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia. Di sini ada tujuh jenis pestisida yang dilarang di antara 12 jenis yang dimasukkan dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor. Di Indonesia, hal ini didukung oleh ikut sertanya BATAN dalam meneliti residu-residu produk pertanian dan mengeluarkan batas ambang yang aman bagi pemakaian pestisida. Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan. Tindakan pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan pencegahan dan usaha menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan hidup manusia Indonesia. Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian yang ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia. Manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua kegiatan pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan di tujukan untuk pemenuhan kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama. Karena itu selain perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya pestisida, perlindungan pertama justru harus diberikan terhadap manusia. Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain: • pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, • memilih varietas yang tahan lama, • memanfaatkan musuh-musuh alami serangga, • penggunaan hormon serangga, • pemanfaatan daya tarik seks pada serangga • sterilisasi Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata dibahding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya segera, penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan tepat.Jika memang pestisidalah yakan digunakan, maka adalah suatu langkah yang paling bijaksana untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran atau keracunan yang mungkin timbul. Pada pencemaran lingkungan oleh pestisida, beberapa tindakan pencegahan yang perlu dilakukan antara lain: • ketahuilah atau pahamilah dengan yakin tentang kegunaan dari suatu jenis pestisida. Jangan sampai terjadi salah berantas.Misalnya herbisida jangan 8 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah atau tanaman telah terlanjur tercemar. • ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh, • jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida, Tanyakan pada penyuluh apakah sudah saatnya digunakan pestisida, karena belum tentu suatu jenis hama harus diberantas dengan pestisida. • Jangan telat memberantas hama. Jika penyuluh sudah menganjurkan untuk menggunakan pestisida, cepatlah dilakukan. Dengan semakin meluasnya hama akan membutuhkan penggunaan pestisida dalam jumlah besar, ini berarti hanya akan memperbesar peluang terjadinya pencemaran, • jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida biasanya hanya digunakan untuk suatu jenis hama tertentu, terkadang usia tanaman yang berbeda menghendaki jenis pestisida yang berbeda pula, • pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan sampai tercecer di sekitar tanaman, • jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan terlebih dahulu, gunakan tempat yang khusus untuk itu. Pada waktu mengaduk, larutan jangan sampai tercecer ke tempat lain. perhatikan dengan tepat jumlah larutan yang dibuat agar tidak terdapat sisa setelah pemakaian. Sudah disebutkan bahwa selain tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan oleh pestisida, juga diperlukan tindakan-tindakan pengamanan terhadap pestisida. Tujuannya adalah agar manusia terbebas dari keracunan. Beberapa tindakan yang perlu diambil untuk mencegah keracunan oleh pestisida, yaitu: A. Penyimpanan racun-racun hama: 1. Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi tanda, sebaiknya tertutup dan dalam lemari tersendiri yang terkunci. 2. Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas biar untuk mereka yang buta huruf sekalipun tabu. 3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar, agar racun-racun sisa musnah sama sekali. 4. Penyimpanan-penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di hotel-hotel, sangat besar bahayanya. B. Pemakaian alat-alat pelindung 1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan pencampuran kering bahan-bahan. 2. Pakailah pakaian pelindung, kaca mata dan sarung tangan terbuat dari neopren, jika kerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan. 3. Pakailah pelindung pernafasan, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan selama menyiapkan dan enggunakan semprotan, kabut atau aerasol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet atau bahan tahan minyak. 9 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
C. Cara-cara pencegahan lainnya 1. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit dari tenaga kerja yang bersangkutan. 2. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan memakai penguap termisi jauhkan alat tersebut dari rumah penduduk dan tempat pengolahan bahan makanan. 3. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan bersentuhan dengannya pestisida, manusia dihadapkan pada suatu dilema.
BAB IV KESIMPULAN Pestisida merupakan produk sebuah revolusi yang tidak hanya menarik tetapi juga mengerikan. Berhadapan dengan pestisida dipakai, lingkungan alam tercemar. Apabila tidak dipakai hama dan penyakit menjadi momok bagi manusia. Inilah yang disebut tragedi. Dan manusia yang berhadapan dengan tragedi bisa mengambil sikap dan langkah yang pasti sesuai dengan tuntutan situasi. Apabila pestisida dipakai dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan petunjuk penggunaan kiranya merupakan tindakan yang bisa memperkecil lingkup risiko yang harus ditanggung manusia dan alam.Pemakaian pestisida secara membabi buta bisa mengundang bencana. Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak hanya para pejabat, tidak hanya si pemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi tanggung jawab pabrik penghasil, dan tanggung jawab pemerintah yang memberi izin produksi, tapi menjadi tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan semua negara. Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan berbahaya, dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua negara di dunia juga harus mengerti akan hal itu dan ikut melaksanakannya.Bersikap mendua dalam mengambil langkah kiranya kurang membantu.Pemakaian pestisida dilarang tetapi tetap diproduksi dan bahkan diekspor ke negara tetangga. Setiap usaha pemberantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa mendatang kasus-kasus akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai mengecil atau bahkan hilang sama sekali. Meskipun sulit, kita semua berjuang agar risiko bagi lingkungan itu makin diperkecil.
PENUTUP Semoga kemajuan bidang IPTEK dapat menjawab segala dinamika tantangan mengenai pemecahan masalah" PESTISIDA DAN PENCEMARANNYA " secara bijaksana, demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan mahluk hidup terutama manusianya. Kita Mahasiswa sebagai " Creative Generation" dibebani tanggungjawab untuk ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah tersebut diatas. 10 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
Semoga harapan tidak tinggal harapan, tetapi sungguh menjadi kenyataan, sikap dan perbuatan manusialah, yang akhirnya paling menentukan bagi nasib dirinya dan lingkungan hidupnya. DAFTAR PUSTAKA Kusno S , 1992.Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit Swadaya. Ekha Isuasta, 1988.Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius . Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York : The Mac Millan Press. Anonimous, Agen Orange,1983. Diduga penyebab kelahiran bayi cacat di Vietnam, 1983, Kompas 25 Maret 1983, Jakarta
11 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara