SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2016)
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh EKO PRAYITNO NIM. 111 12 254
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017 i
ii
iii
iv
v
MOTTO
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S Alam Nasyrah: 7-8)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan. Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.
Dosen Pembimbingku, rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga, dan teman-teman kerjaku.
Serta semua yang telah berjasa dalam kehidupanku
vii
ABSTRAK
Prayitno,
Eko. 2017. SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI KASUS DI SMK MIFTAHUL HUDA KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL) Jurusan Pendidikan Guru Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kata Kunci : Supervisi Kepala Sekolah, Kinerja Guru Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SMK Miftahul Huda Limbangan Kabupaten Kendal. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda Limbangan Kabupaten Kendal dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam penguasaan materi ajar, merencanakan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Strategi dan pendekatan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yang efektif diantaranya dilakukan dengan menciptakan hubungan yang harmonis antar kepala sekolah dan guru dalam berbagi peran melakukan supervisi guru dan kerjasama dengan pengurus kegiatan KKG dalam merumuskan program-program kerja yang sangat dibutuhkan guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi kepala SMK Miftahul Huda Limbangan dalam supervisi akademik adalah: banyaknya program sekolah dan kegiatan guru, intensitas supervisi kelas yang kurang dan belum optimalnya pengembangan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah karena berasal dari latar belakang non kependidikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan supervisi akademik di SMK Miftahul Huda Limbangan dimulai dari perencanaan yang tersusun dalam program tahunan dan semester yang kemudian dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan melalui kunjungan kelas maupun diskusi. Faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya program sekolah yang seringkali menganggu jadwal supervisi yang direncanakan serta latar belakang guru yang berasal dari non tenaga kependidikan.
viii
KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul
“SUPERVISI
KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI KASUS
DI
SMK
MIFTAHUL HUDA
KABUPATEN KENDAL)”
KECAMATAN
LIMBANGAN
Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan
terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam memempuh studi di IAIN Salatiga.
ix
5. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi. 7. keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. 8. Bapak kepala sekolah, bapak/ibu guru, karyawan dan seluruh keluarga besar SMK MIFTAHUL HUDA Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. 9. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012, terutama Kelas PAI G yang telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga. 10. Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu, yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak lulus SMK sampai saat ini.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Aamiin.
x
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................
iv
MOTTO .......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................
7
E. Definisi Operasional ...............................................................
9
F. Metode Penelitian ...................................................................
10
G. Sistematika Penulisan .............................................................
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Kepala Sekolah .......................................................
19
B. Kinerja Guru ...........................................................................
34
C. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru ...........................................................................
48
BAB III HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian xii
53
B.
Hasil Penelitian ....................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
61
97
A. Pelaksanaan Supervisi di SMK Miftahul Huda............................ 97 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi di SMK Miftahul Huda 106 BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................
112
B. Saran .......................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
3.1.Data Guru dan Karyawan SMK Miftahul Huda .................... 3.2.Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir SMK Miftahul Huda .......... 3.3.Sarana Prasana SMK Miftahul Huda Limbangan ................. 3.4.Hasil Observasi Kinerja Guru setelah Supervisi .................... 3.5.Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Mengajar .............
xiii
55 56 57 73 74
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara 2. Pedoman Observasi 3. Surat Ijin Penelitian 4. Surat Keterangan Penelitian 5. Foto Pelaksanaan Penelitian 6. Daftar Riwayat Hidup
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah Sekolah
merupakan
suatu
lembaga
pendidikan
formal
yang
menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan (Slameto, 2003: 14). Penanggung jawab dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah ditentukan pula bagaimana akhlak dan kinerja guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah merupakan center leader yang memanage aktivitas program kerja sekolah menjadi terarah, terfokus, dan mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, kepala sekolah berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan kreatif dalam mengajar mengembangkan diri dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Kepala sekolah memimpin lembaga dengan peranan yang sangat besar bagi peningkatan kemajuan sekolah. Hal ini dikarenakan tugas kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan yang telah diprogramkan agar menjadi terarah, terfokus dan berhasil dengan baik (Wahyudi, 2010: 28). Kepala sekolah juga berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan profesional dalam mengajar. Dengan alasan yang sangat mendasar bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang 11
2
dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan memperbaiki kualitas pengajar (Sagala, 2009: 47). Hal ini menunjukkan bahwa guru diharapkan mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar mengajar. Perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa, pegawai/karyawan harus saling mendukung untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas kemampuan pimpinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah
dapat
menggerakkan
sumber
manusia
yang
ada,
sehingga
pendayagunaannya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Fungsi kepala sekolah merupakan faktor penting dalam sebuah institusi pendidikan. Keberadaan kepala sekolah akan memberikan dampak terhadap banyak hal seperti kedisiplinan, kreatifitas dan berjalannya sebuah lembaga pendidikan. Keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam pengembangan efektivitas pembelajaran di sekolah juga mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolahnya yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal. Kemampuan sekolah untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi siswa untuk belajar. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal yang sangat
3
menarik untuk dikaji dan dipelajari sebagai upaya mendapatkan sekolah yang baik dan berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah meliputi kepemimpinan intern dan ekstern, sebagai wujud pengakuan legitimasi lembaga pendidikan yang dipimpinnya (Sagala, 2009: 42).Tentunya kepemimpinan yang efektif dimulai dari perbaikan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran terhadap pentingnya kehidupan agama bagi bangsa Indonesia diwujudkan dalam pemberian materi agama sejak TK hingga perguruan tinggi. Hal ini dilakukan karena pembangunan bangsa akan menuai keberhasilan jika para pelakunya memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, dimana salah satu indikatornya memiliki kesadaran beragama yang baik. Kepala sekolah sebagai seorang pimpinan mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam dunia pendidikan. Guru terbantu untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran kepada peserta didik sehingga nilai-nilai pembelajaran dapat secara maksimal terserap dan membentuk kepribadian terbaik peserta didik (Sudijono, 2009: 74). Tugas
seorang
supervisor
adalah
membantu,
mendorong
dan
memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar mengajar dapat memberikan pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan
4
keterampilan guru, dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara profesional sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut adalah tanggung jawab kepala sekolah sebagai "first power motivation" kepada guru dan siswa di sekolah (Sudijono, 2009: 82). Bantuan motivasi dapat berupa penghargaan terhadap guru yang berprestasi, pemberian pembinaan-pembinaan cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan juga pemberian hukuman yang tegas sebagai pendidikan yang baik kepada para guru yang tidak melaksanakan tugas dengan baik sebagai konsekuensi logis. Persoalan-persoalan yang timbul di lapangan yang dihadapi oleh pendidik dan tenaga kependidikannya, diusahakan untuk diatasi seketika dengan bimbingan maupun koreksi oleh kepala sekolah tidak semata-mata bersifat birokratis, tetapi bersifat klinis (pembinaan teknis edukatif). Mengingat lingkup tugas kepala sekolah sebagai supervisor mencakup berbagai aspek, maka diperlukan juga modal pengetahuan dan wawasan yang cukup luas. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah antara lain untuk meningkatkan kompetensi guruguru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat memenuhi misi pengajaran yang diembannya atau misi pendidikan nasional dalam lingkup yang lebih luas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masalah profesi guru dalam mengemban kegiatan belajar mengajar akan selalu dan terus berlanjut dan bantuan supervisi kepala sekolah penting dalam mengembangkan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya secara maksimal. Kepala sekolah menghendaki dukungan
5
kinerja guru yang selalu ada peningkatan yang konsisten dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah memiliki peran strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak saja berperan sebagai pemimpin pembelajaran, tetapi lebih dari itu ia merupakan pemimpin keseluruhan
fungsi-fungsi
kepemimpinan
dalam
suatu
sekolah
seperti
perencanaan, pembinaan karir, koordinasi, dan evaluasi (Suryosubroto, 2011: 16). Terlebih, pada era otonomi daerah ini, kepemimpinan lembaga pendidikan dijalankan secara otonom yang memberikan keleluasaan kepada kepala sekolah untuk
mengelola
lembaga
yang
dipimpinnya
sesuai
dengan
visi
kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai supervisor yang bijaksana harus mampu merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai alternatif pemecahan problematika yang terjadi dikalangan guru yang dipimpinnya secara kooperatif dan saling bekerja sama dalam menyesuaikan rencana dan situasi baru yang timbul. Hal tersebut diperkuat oleh Permendiknas No. 13 tahun 2007 mengenai standar kepala sekolah/madrasah yang telah mencantumkan 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan juga kompetensi sosial. Rambu-rambu penilaian kinerja kepala sekolah Dirjen Dikdasmen tahun 2000 yaitu : 1) Kemampuan menyusun program supervisi pengajaran, 2) Kemampuan melaksanakan program supervisi pengajaran, serta 3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi. Dan yang menjadi pokok kajian pada penelitian ini
6
adalah supervisi yang meliputi : 1. Unsur-unsur yang disupervisi kepala sekolah terhadap guru dalam meningkatkan kinerja guru, 2. Strategi supervisi yang tepat bagi peningkatan kinerja guru dan 3. Feed back dan tindak lanjut supervisi kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru (Sudijono, 2009: 84). Berdasarkan observasi awal peneliti mencoba meneliti secara cermat dan baik bagaimana peranan kepala sekolah di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan
Kabupaten
Kendal
dalam
menjalankan
tugas
memberikan
pengawasan terhadap guru dalam merencanakan pembelajaran, melakukan proses belajar mengajar, dan melaksanakan evaluasi pembelajarannya. Peneliti menemukan beberapa permasalahan kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran, melakukan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi pembelajaran setelah mengadakan observasi yaitu belum optimalnya kinerja guru di wilayah SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Perkembangan jumlah siswa dari tahun ke tahun di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan juga cenderung statis, artinya jumlah siswa yang masuk dengan jumlah siswa yang keluar hampir sama. Berdasarkan observasi awal tersebut, peneliti menganalisis dan mendeskripsikan secara kritis tugas dan aplikasi fungsi kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kreatifitas guru di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Kelemahan guru dalam mengajar menjadi pokok penting pembahasan penelitian dimana peran kepala sekolah sebagai supervisor dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas belajar mengajar. Hal tersebut nampak dari kemampuan siswa yang melaksanakan kegiatan Praktek
7
Kerja Lapangan 3 tahun terakhir, dimana kemampuan siswanya semakin menurun. Selain itu, jumlah siswa dalam 3 tahun terakhir juga mengalami penurunan. Hal tersebut sangat menarik untuk dilakukan penelitian, apakah penurunan kualitas dan kuantitas siswa tersebut akibat kurangnya kinerja guru. Apabila demikian, maka peran kepala sekolah sebagai supervisor juga menarik untuk dilakukan penelitian. Oleh karena itulah penulis mengambil judul “Supervisi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2016)”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan?
C.
Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran kepala
sekolah dalam supervisi akademik untuk meningkatkan kinerja guru. Sedangkan lebih khusus lagi sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji peneliti, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang : 1. Pelaksanaan supervisi akademik yang sudah dijalankan di SMK Miftahul
8
Huda Kecamatan Limbangan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan.
D.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis a. Sebagai informasi bagi mahasiswa atau peneliti lain dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Diharapkan hasil penelitian ini akan menambah khasanah kepustakaan sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Dapat
memberikan
masukan
bagi
guru
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan sekaligus sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran. b. Bagi kepala sekolah Sebagai masukan terhadap pengembangan kompetensi strategi supervisi kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru pendidikan di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Selain itu, penelitian ini berguna untuk memberi informasi pemikiran yang konstruktif bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi di sekolah yang dipimpinnya.
9
Memperbaiki proses pembelajaran dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja guru sehingga dapat mempermudah tujuan visi misi sekolah tercapai. c. Bagi Sekolah Menambah masukan dan peningkatan lembaga dan instansi pendidikan dalam mengembangkan lembaga khususnya bidang kompetensi strategi supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas-tugasnya.
E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut : 1. Peran Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah (Sudijono, 2006: 24). Kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan, dan perkembangan mutu profesional diantara para guru. Fungsi kepala sekolah selain sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah juga sebagai administrator, bertanggung jawab terhadap kelancaran
10
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya (Hamalik, 2003). Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajarmengajar, kesiswaan, personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya. Kepala sekolah juga sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya (Sagala, 2004: 16). Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara maksimal. 2. Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sudijono, 2006: 48). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. 3. Kinerja Guru Kinerja guru dalam penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pada kompetensi profesional dalam proses belajar mengajar, kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 2006: 47) Indikator kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah (1) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan
dan
konsep-konsep
keilmuan
dari
bahan
yang
11
diajarkan itu; (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola menggunakan
kelas;
media/sumber
(4)
belajar;
kemampuan
mengelola
dan
dan (5) kemampuan menilai
prestasi belajar.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).
2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Waktu penelitian dimulai bulan Nopember 2016 sampai dengan Pebruari 2017.
3. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Sugiyono, 2009: 14). Subjek yang telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan.
12
4. Metode Pengumpulan Data Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi. Wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan sistematis (wawancara terstruktur) (Arikunto, 2006: 38). Dalam wawancara ini, pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran dari wawancara adalah guru-guru di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan dan sumber lainnya yang relevan. Studi dokumentasi; yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan. Selain dengan wawancara dan dokumentasi juga menggunakan
13
observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah yaitu mengamati kepala sekolah saat melaksanakan kunjungan kelas dan diskusi dalam rangka pelaksanaan supervisi. Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan “masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan Guba (Rianse, 2009: 64) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap
orientasi,
eksplorasi,
dan
member
check.
Pelaksanaan
pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Tahap Orientasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembagalembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian, serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyusun kerangka penelitian dan teori-teori. Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian ini.
14
2. Tahap Eksplorasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu kepala sekolah dan guru. 3. Tahap Member check Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap. Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data pelaksanaan fungsi kepala sekolah yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada,
15
menyusun
secara
sistematis,
kemudian
mempresentasikan
hasil
penelitiannya kepada orang lain. McDrury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) seperti yang dikutip Moleong (2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data, b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. c. Menuliskan „model‟ yang ditemukan. d. Koding yang telah dilakukan. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara
mendalam
dengan informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau
16
mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan. Analisis data dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009: 66) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya. a. Reduksi Data Tahap ini dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini adalah mengambil hal-hal pokok yang dibutuhkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, sehingga data yang tidak diperlukan tidak digunakan dalam penelitian. b. Display Data Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulankesimpulan yang singkat, padat dan bermakna. Data yang ditampilkan adalah data yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi.
17
c. Verifikasi Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang
diambil
dilakukan
dengan
menghubungkan
atau
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli. Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian (Rianse, 2009: 67). Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan alur penelitian kualitatif sebagai berikut:
Pengumpulan data
Reduksi Data
Penyajian data
Penarikan Kesimpulan
18
G.
Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB
I
Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data serta Sistematika Penulisan
BAB
II
Kajian Pustaka A. Tinjauan tentang Fungsi Kepala Sekolah B. Tinjauan tentang Kinerja Guru
BAB
III
Hasil Penelitian, berisi gambaran umum SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan, Fungsi Kepala Sekolah, serta Kinerja Guru dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
BAB
IV
Analisis Data, meliputi analisis tentang Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru serta Pembahasan
BAB
V
Penutup Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran
Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Supervisi Kepala Sekolah 1. Definisi Supervisi Menurut Kimbal Wiles (Tim Dosen UPI, 2009:312) Supervision is an assitance in the development of a better teaching-learning situation, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Hal senada dikemukakan Sagala (2009:194) Supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual
maupun
secara
kelompok
dalam
usaha
memperbaiki
pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan supervisi adalah ”memberi layanan dan bantuan”. Supervisi merupakan salah satu bagian dari manajemen personal pendidikan. Supervisi di sekolah sering juga disebut pembinaan guru. Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Di dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah 19
20
kompetensi supervisi. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Danim, 2010: 146). Oleh sebab itu, setiap Kepala Sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip,dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sagala, 2009: 194). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (dalam Wahyudi, 2010: 34) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi
nyata
kinerja
guru
untuk
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan,misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitasaktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?.
Berdasarkan
jawaban
terhadap
pertanyaan
21
pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Menurut
Surachmad
(2008:179)
dimensi
supervisi
dalam
pendidikan meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian, kesejahteraan
guru,
pelayanan
kepegawaian,
Purwanto (2010: 149) juga menyatakan
serta
jenjang
karir.
bahwa supervisi meliputi
pembinaan kinerja, kepribadian, dan profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka, terampil, jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik. Menurut Gaffar (2007:158-159) supervisi merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas di lapangan. Supervisi menekankan kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional. Berkaitan
dengan
materi
pembinaan
tersebut,
Olivia
(2007:18)
menegaskan bahwa pondasi supervisi pendidikan adalah teknologi pembelajaran,
teori
kurikulum,
interaksi
kelompok,
konseling,
sosiologi, disiplin ilmu, evaluasi, manajemen, teori belajar, sejarah pendidikan, teori komunikasi, teori kepribadian, dan filsafat pendidikan.
22
Secara prinsip, supervisi merupakan upaya menasehati atau mengingatkan sebagaimana ayat Al Qur‟an dalam Surat Al Maidah ayat 2
“……dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. Ayat tersebut menjelaskan bahwa tolong menolong untuk mengerjakan
kebaikan
merupakan
bagian
hal
yang
dianjurkan,
sebagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah. Disamping itu, supervisi seharusnya merupakan program yang didesain
oleh
sekolah
maupun
penyelenggaraan pendidikan serta
organisasi didukung
oleh
pembantu
dan
kegiatan
yang
diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky (2006:53) supervisi merupakan proses yang didesain oleh sekolah untuk memajukan kualitas serta kuantitas anggota staf yang diperlukan untuk memecahkan masalah,
demi
tercapainya
tujuan
sekolah.
Supervisi
hendaknya
dilaksanakan melalui beberapa langkah, terus-menerus, berkesinambungan, dan pihak pembina tanpa mengenal bosan. Menurut Pidarta (2009:76) untuk memenuhi tugas tersebut, kepala sekolah tidak dibenarkan bekerja hanya untuk kejayaan sekolah pada masa kini saja, atau lebih ekstrim pada waktu ia memimpin sekolah
23
itu. Kepala sekolah tidak boleh bekerja hanya untuk membuat nama dirinya baik dengan cara membina guru-guru agar rajin dan tepat waktu, agar roda perjalanan organisasi sekolah berjalan dengan lancar tanpa memikirkan masa depan guru.
2. Macam-macam Supervisi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57 tentang Standar Nasional Pendidikan, supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah. Penyusunan program supervisi difokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan guru, pemantauan delapan standar nasional pendidikan, dan penilaian kinerja kepala sekolah dan guru. Untuk menjalankan tugas pokoknya, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, yaitu supervisi manajerial dan supervisi akademik (Sudjana, 2011: 67). a. Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap muka, melalui kegiatan sebagai berikut: 1) Pembinaan; a) Tujuan : (1) Meningkatkan kompetensi
pemahaman
pedagogik
dan
kompetensi kompetensi
guru
terutama
profesionalisme
24
(Tupoksi guru, Kompetensi guru, pemahaman kurikulum) (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan dan standar penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan RPP, pengembangan penilaian, pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal) (3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2) Ruang Lingkup : a) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun
administrasi
perencanaan
pembelajaran/program
bimbingan b) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan c) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik d) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan media dan sumber belajar e) Memberikan
masukan
kepada
guru
dalam
memanfaatkan
lingkungan dan sumber belajar f) Memberikan
rekomendasi
kepada
guru
mengenai
tugas
membimbing dan melatih peserta didik g) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi
25
informasi dan komunikasi untuk pembelajaran h) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian
untuk
perbaikan
mutu
pendidikan
dan
pembelajaran/pembimbingan i) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya 3) Pemantauan Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian. 4) Penilaian (Kinerja Guru) : a) Merencanakan pembelajaran b) Melaksanakan pembelajaran c) Menilai hasil pembelajaran d) Membimbing dan melatih peserta didik e) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru b. Supervisi Manajerial Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas sekolah yang mencangkup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya tenaga pendidik, dan kependidikan (Sudjana dkk, 2011: 21). Sasaran supervisi
26
manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan, seperti : 1) Administrasi kurikulum 2) Administrasi keuangan 3) Administrasi sarana prasarana/perlengkapan 4) Administrasi personal atau ketenagaan 5) Administrasi kesiswaan 6) Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat 7) Administrasi budaya dan lingkungan sekolah 8) Aspek-aspek administrasi lainnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sudjana dkk (2011:22) mengemukakan bahwa kegiatan pengawas sekolah dalam supervisi manajerial sebagai berikut : 1) Pembinaan; a). Tujuan Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP) 2). Ruang Lingkup a) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan
27
dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi manajeman b) Membantu kepala sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS)
dan
merefleksikan
hasil-hasilnya
dalam
upaya
penjaminanmutu pendidikan. c) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumbersumber belajar lainnya. d) Kemampuan
kepala
sekolah
dalam
membimbing
pengembangan program bimbingan konseling e) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial) yang meliputi : (1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah (2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah (3) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya 3) Pemantauan Pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah
28
4) Penilaian Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan Hasil penilaian kepala sekolah tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu dipelajari secara seksama untuk merancang tindak lanjut yang tepat. Menurut Sudjana (2011:23), untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai berikut: a. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKKS/MKKS dan sejenisnya b. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah. c. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen. d. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah e. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, kepala sekolah berperan sebagai fasilisator, asesor, informan, dan evaluator. Sebagai fasilisator, kepala sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
29
mendukung proses perencanaan, koordinasi, dan pengembangan tata kelola sekolah. Sebagai asesor, kepala sekolah melakukan identifikasi dan analisis terhadap aspek kekuatan dan kelemahan sekolah. Sebagai informan, kepala sekolah memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan kualitas sekolah. Sementara sebagai evaluator, kepala sekolah memberikan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi kualitas manajerial sekolah.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi Dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, kadang-kadang pelaksanaan supervisi tidak dapat lepaskan diri dari banyak hal, antara lain dari faktor internal (dalam diri sendiri) dan faktor eksternal (dari luar dirinya sendiri). Kedua faktor inilah yang sangat mempengaruhi dalam supervisi pendidikan (Purwanto, 2010: 164). a. Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi supervisi pendidikan adalah faktor-faktor yang ada dan berasal dari diri kepala sekolah/pengawas. Adapun faktor yang dimaksud, antara lain : 1). Kemampuan profesional dan wawasan baik tentang substansi kepengawasan maupun manajerial jalannya program pengawasan yang memadai. 2). Sikap mental yang kurang sehat dari pembina, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: (a) Hubungan profesional yang kaku dan kurang akrab akibat
30
sikap otoriter pembina, sehingga guru takut bersikap terbuka kepada pembina (b) Banyak pembina dan guru merasa berpengalaman sehingga tidak merasa perlu untuk belajar lagi (c) Pembina dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa 3). Kurang adanya tanggungjawab, terlalu lunak dan masa bodoh terhadap jalannya kepengawasan 4). Pembina banyak yang sudah lama tidak mengajar, sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru. b. Faktor eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar diri pengawas,
akan
tetapi
turut
mempengaruhi
tugas-tugas
kepengawasan dan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Adapun yang dimaksud faktor eksternal tersebut, antara lain: 1).
Peraturan perundang-undangan Peraturan perundang-undangan yaitu suatu kebijakan yang telah ditetapkan sebagai dasar bagi seorang aparat, termasuk untuk melaksanakan tugas. Adapun secara hierarki peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas sekaligus dalam perencanaan tugas pengawasan, meliputi; UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tahun 2003, SK Menteri
31
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118/ 1996, SK Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Teknis Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya masing-masng instansi. 2).
Dari pihak guru a) Kurang adanya semangat kerja b) Kurang kesediaan bekerja sama dan berkomunikas c) Kurang kecakapan dalam melaksanakan tugas d) Kurang menguasai metode mengajar e) Kurang memahami tujuan dan program kerja f) Kurang mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya
3). Dari pihak sarana dan prasarana a)
Kurang terpenuhi syarat-syarat tentang gedung, halaman, kesehatan, keamanan dan sebagainya
b)
Kurang tersedianya alat-alat pelajaran, seperti bangku, kursi, lemari, papan tulis dan sebagainya
4).
Dari pihak kepala sekolah a) Kurang adanya tanggungjawab pengabdian b) Kurang kewibawaan, pengetahuan, dan sebagainya c) Terlalu otoriter d) Terlalu lunak, bersikap masa bodoh dan sebagainya
5). Dana dan anggaran yang telah ditetapkan pada APBD masingmasing instansi
32
Urgensi pendanaan dan anggaran sebagai motivasi kerja pengawas akan mempengaruhi baik dalam perencanaan maupun efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Sangat disadari bahwa upaya yang dilaksanakan instansi pemerintah pusat dalam penganggaran/ budget pelaksanaan program pengawasan masih sangat minim dan keterbatasan kendaraan operasional kepengawasan hanya pada pengawas TK/ SD. 6). Lingkungan sekolah/ madrasah Dengan
menciptakan
lingkungan
yang
ramah,
saling
keterbukaan, kedisiplinan dan kemitraan/ kerjasama lembaga sekolah/ madrasah dengan pengawas, sangat berpengaruh besar dalam perencaan dan pelaksanaan program pengawasan. yang bertanggungjawab menciptakan lingkungan yang baik adalah kepala sekolah, guru, karyawan, murid, serta masyarakat sekitarnya.
4. Instrumen-instrumen dalam Pelaksanaan Supervisi Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi
akademik lebih
diarahkan pada
peningkatan kualitas
pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik (Wahyudi, 2010: 47).
33
a. Model supervisi tradisional 1) Observasi Langsung Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: praobservasi dan post-observasi. a) Pra-Observasi Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis. b) Observasi Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian
supervisor
Observasi
kelas
mengadakan
meliputi
observasi
pendahuluan
kelas.
(apersepsi),
pengembangan, penerapan dan penutup. c) Post-Observasi Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan
guru,
identifikasi
ketrampilan-ketrampilan
mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru
34
yang akan dilakukan. 2) Supervisi Akademik dengan Cara Tidak Langsung a) Tes Dadakan Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu. b) Diskusi Kasus Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau hasil
studi
mendiskusikan permasalahan
dokumentasi. kasus dan
Supervisor
demi
mencari
dengan
guru
kasus,
mencari
akar
berbagai
alternatif
jalan
keluarnya. c) Metode Angket Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya. b. Model Kontemporer (Masa Kini) Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur
35
supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. Perencanaan program
supervisi
akademik
adalah
penyusunan
dokumen
perencanaan untuk pelaksanaan dan pemantauan dalam rangka membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru Menurut Stoner dan Winkle (A. Hadis dan Nurhayati, 2010:9) menegaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara nyata yang ditunjukkan oleh individu. Hal yang hampir senada dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2010:67) mengemukakan pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Sudjana (2011:22) memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku
nyata
yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu
memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakani interaksi belajar mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Kinerja guru merupakan proses pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dicapai dengan baik
36
melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan. Menurut A. Tabrani Rusyan dkk, (2000:17), Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatankegiatan
lainnya,
seperti
mengerjakan
administrasi
sekolah
dan
administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian. Faktor utama kenapa manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial yang menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Mitrani (2005:131) mendefinisikan kinerja sebagai pernyataan sejauh mana seseorang telah memainkan perannya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran-sasaran khusus yang berhubungan
dengan
peranan
perseorangan,
dan
atau
dengan
memperlihatkan kompetensi-kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi apakah dalam suatu peranan tertentu, atau secara lebih umum. Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan, maka kinerja guru dapat didefinisikan sebagai sejauh mana seorang guru bekerja secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya mencapai tujuan institusional. Kemampuan seorang guru akan terlihat pada saat mengajar yang dapat diukur dari kompetensi mengajarnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
37
seseorang tergantung pada: (1) faktor individu yang bersangkutan yaitu menyangkut kemampuan, kecakapan, motivasi, dan komitmen yang bersangkutan pada organisasi; (2) faktor kepemimpinan yaitu menyangkut dukungan dan bimbingan yang diberikan pada bahan serta kualitas dukungan itu sendiri; (3) faktor tim atau kelompok yaitu menyangkut kualitas
dukungan
yang
diberikan
pada
bahan
oleh
tim
(partner/temankerja); (4) faktor sistem yaitu menyangkut sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi; dan (5) faktor situasional yaitu menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahanperubahan yang terjadi. Sedangkan Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2013:355)
mengatakan
hampir
semua
cara
pengukuran
kinerja
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. 2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan” yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentuan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan. Dalam kaitannya dengan profesi guru ada satu pedoman yang dapat
38
dijadikan kriteria standar kinerja seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu deskripsi pekerjaan hendaknya diuraikan secara jelas sehingga setiap guru mengetahui tugas, tanggungjawab, dan standar prestasi yang harus dicapainya. Dilain pihak, pimpinanpun harus mengetahui apa yang dapat dijadikan kriteria dalam melakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja guru. Natawijaya (2012:38) menyatakan bahwa kinerja guru mencakup aspek:1) kemampuan professional dalam proses belajar mengajar; (2) kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar; dan (3) kemampuan pribadi dalam proses belajar mengajar. Pendapat hampir senada dikemukakan oleh Joni yang dikutip oleh Arikunto (2006: 56) menjelaskan bahwa ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: (1) kompetensi profesional; (2) kompetensi personal; dan (3) kompetensi sosial. Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretik, mampu memilih metode yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Kompetensi personal, artinya guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, patut diteladani sehingga menjadi sumber identifikasi baik peserta didik maupun masyarakat pada umumnya. Kompetensi sosial artinya guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha,
39
dan anggota masyarakat di lingkungannya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kinerja guru dalam penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pada kompetensi professional dalam proses belajar mengajar, kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar. Charles E. Johnson dalam Sagala (2009: 84)
menyatakan:
”Competency as rationalperformance which satisfactirily meets the objective for a desired condition”. Selanjutnya dikatakan, kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Dengan
demikian,
suatu
kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan. Pernyataan senada dikemukakan Trianto (2010: 42), mengatakan kompetensi adalah kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Bakat, sifat dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan, dapat dihubungkan dengan kinerja yang efektif dan baik sekali. Selain itu kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat
untuk
dianggap
mampu
oleh
masyarakat
dalam
melaksanakan tugas. Tugas dibidang pekerjaan tertentu menurut Keputusan Mendiknas No 045/U/2002 dalam Trianto (2010), dinyatakan bahwa elemen-elemen
kompetensi
terdiri
atas:landasan
kepribadian,
(2)
40
penguasaan ilmu dan ketrampilan, (3) kemampuan berkarya, (4) sikap dan perilaku dalam berkarya. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen Tahun 2005 pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dijelaskan pula bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; b. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; c. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; d. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; e. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; f. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan g. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Secara lebih gamblang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 disebutkan bahwa kompetensi pembelajaran
pada
sebagai
agen
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
41
pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik;
Kompetensi pembelajaran
pedagogik
peserta
didik
adalah
kemampuan
mengelola
yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar,
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Apabila guru mampu mengimplementasikan kemampuan-kemampuan pedagogik itu dalam pembelajaran, maka akan tercipta kualitas pembelajaran yang baik. Dan tujuan pendidikan yaitu tujuan pembelajaran, tujuan kurikulum, tujuan sekolah dasar, dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik. Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemampuan tersebut
meliputi kemampuan menyusun program
pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan kemampuan menilai hasil dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini di fokuskan untuk mengetahui seorang guru mempunyai kompetensi pedagogik atau tidak. Sahertian (2008:12) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah: a. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru.
42
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah c. Lingkungan kerja yang mendorong motivasi kerja guru untuk
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
pelaksanaan tugas secara optimal. Berdasarkan pendapat tersebut di atas disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah kepemimpinan
Kepala Sekolah. Selanjutnya dalam buku
panduan Manajemen Sekolah Depdiknas (2006: 8) dikatakan bahwa Kepala
Sekolah
Kepemimpinannya
adalah
pemimpin
sebagai
Kepala
tertinggi Sekolah
di akan
sekolah. sangat
berpengaruh bahkan menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah dalam manajemen mempunyai peran yang utama yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. b. Kompetensi kepribadian;
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik. Indikator kompetensi kepribadian dalam belajar mengajar meliputi: (1) kemantapan dan integritas pribadi; (2) kepekaan terhadap perubahan dan pembaharuan; (3) berfikir alternatif; (4) adil, jujur, dan obyektif; (5) berdisiplin dalam melaksanakan tugas; (6) berusaha memperoleh
43
hasil kerja yang sebaik- baiknya; (7) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak; (8) kreatif; (9) berwibawa. Indikator kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar meliputi; (1) trampil berkomunikasi dengan siswa; (2) bersikap simpatik; (3) dapat bekerjasama dengan komite sekolah; (4) dapat bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. c. Kompetensi profesional;
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Indikator kompetensi professional dalam proses belajar mengajar adalah (1) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola kelas; (4) kemampuan mengelola dan menggunakan media/sumber belajar; dan (5) kemampuan menilai prestasi belajar. d. Kompetensi sosial.
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
44
Indikator kompetensi sosial diantaranya adalah: 1) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. 3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah NKRI yang memiliki keragaman sosial budaya. 4) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan. 5) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 6) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. 7) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Peran Kepala sekolah sebagai supervisor bertujuan membimbing guru, dilakukan dengan cara-cara atau usaha mempengaruhi para guru. Adapun cara-cara atau usaha yang dilakukan adalah: 1. Membimbing para guru, yaitu memberi perhatikan penyusunan progam
pembelajaran, memeriksa
membentuk dan
penyusunan
membetulkan
mengesahkan progam pembelajaran.
progam
progam
pembelajaran,
pembelajaran,
dan
45
2. Mengarahkan para guru, yaitu
mengingatkan
dan
mengarahkan
penyusunan alat penilaian, dan mendorong semangat guru. 3. Mengubah yaitu, mengubah guru-guru yang malas menjadi rajin dan
baik, mengubah siswa dari malas menjadi rajin dan baik. Layanan supervisi kepala sekolah berkontribusi signifikan terhadap profesionalisme dan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, layanan supervisi juga berpengaruh dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar mengajar di kelas (A. Hadis dan Nurhayati, 2010:64). Telah
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
seiring
dengan
meningkatnya kompetensi pedagogik guru meningkat pula kinerja guru selanjutnya kompetensi
pedagogik guru dipengaruhi oleh supervisi
kepala sekolah.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Tabrani Rusyan dkk (2000:17) menyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan Kinerja guru seperti diterangkan di atas, maka perlu berbagai faktor yang mendukung, di antaranya: a. Motivasi Kinerja Guru Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari luar juga dapat juga memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang diberikan dari kepala sekolah kepada guru.
46
b. Etos Kinerja Guru Guru memiliki etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru yang tidak ditunjang oleh etos Kinerja.dalam melaksanakan tugasnya guru memiliki etos yang berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh guru, karena: 1) Pergeseran waktu yang mengakibatkan segala sesuatu dalam kehidupan manusia berubah dan berkembang. 2) Kondisi yang terbuka untuk menerima dan menyalurkan kreativitas. 3) Perubahan lingkungan terutama bidang teknologi. c. Lingkungan Kinerja guru Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, meliputi: 1) Lingkungan sosial-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan harmonis antar guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala sekolah, dengan staf TU dapat menunjang berhasilnya kinerja guru. 2) Lingkungan fisik, ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: (1) Ruangan harus bersih, (2) Ada ruangan khusus untuk kerja, (3) Peralatan dan perabotan tertata baik, (4) Mempunyai penerangan yang baik, (5) Tersedia meja kerja yang cukup, (6) Sirkulasi udara yang baik, dan (7) Jauh dari kebisingan. d. Tugas dan tanggung jawab guru 1) Tanggung jawab
moral,
guru
harus
memiliki
kemampuan
47
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila. 2) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan baik. 3) Tanggung jawab guru di bidang kemasyarakatan, yaitu turut mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat. 4) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta memajukan
ilmu
dengan
melaksanakan
penelitian
dan
pengembangan. Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai jabatan fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang lebih erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya. Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam bidang pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional yang selalu dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani Rusyan dkk, (2000:11) menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahanpermasalahan global sekolah perlu menerapkan budaya Kinerja dalam proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa.
48
b. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran. c. Mendorong lahirnya “Sumber Daya Manusia” yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien. d. Menata
pendayagunaan
proses
pembelajaran,
sehingga
proses
pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna. e. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam proses pembelajaran. f. Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran. g. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi. h. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat. i. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan kepada ijazah. j. Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yang lebih demokratis. k. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik. l. Membudayakan sikap kerja keras, produktif, dan disiplin. Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada pendapat Nana Sudjana dkk, (2004:107) tentang kompetensi Kinerja guru, yaitu: a. Menguasai bahan yang akan diajarkan. b. Mengelola program belajar mengajar. c. Mengelola kelas.
49
d. Menggunakan media/sumber pelajaran. e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. f. Mengelola interaksi belajar mengajar. g. Menilai prestasi siswa. h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.
C. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Glickman dalam Wahyudi (2010: 21) menyatakan alasan perlunya pendampingan
atau
bimbingan
kepada
kepala
sekolah
dalam
melaksanakan supervisi untuk mewujudkan sekolah efektif, antara lain ; 1) Supervisi dapat memperkuat keyakinan guru bahwa dirinya tidak seorang diri, tetapi ada orang lain bersama dirinya, 2) Supervisi dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi mengajar guru, 3) Supervisi dapat meningkatkan kesadaran guru bahwa mereka saling melengkapi/ sinergi dalam mencapai tujuan yang diharapkan, 4) Supervisi dapat merangsang guru untuk merencanakan tujuan pembelajaran dan bertindak dengan lebih baik, dan 5) Supervisi menantang guru untuk dapat merefleksikan pekerjaan mereka dengan baik. Dalam bukunya Basic Principle of Supervision, Adams dan Dickley
(2001:
2)
mendefinisikan
supervisi
adalah
program
yang
berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal belajar dan mengajar (Sahertian, 2000 : 17). Menurut
50
Burton dan Bruckner dal am S a ga l a (2010: 18), supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles yang menjelaskan
bahwa
supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik. Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai pemimpin. Seorang supervisor yang baik memiliki lima keterampilan dasar, yaitu; 1) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, 2) Keterampilan dalam proses kelompok, 3) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, 4) Keterampilan dan mengatur personalia sekolah, dan 5) Keterampilan dalam evaluasi. Dengan berkembangnya perilaku-perilaku baik seperti di atas, maka terjadilah suatu perubahan ke arah yang dinginkan oleh masing-masing. Meski untuk berubah itu beresiko, baik kepala sekolah maupun guru-guru, tetap mengambil strategi ini. Ketimbang tidak berubah sama sekali, mereka merasa yakin jauh akan lebih beresiko. Kepiawaian kepala sekolah dalam memilih tingkat resiko, baik secara ekonomis maupun material, dapat mencegah halhal yang tidak diinginkan, seperti pemborosan, lebih meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran. Termasuk masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam menyelesaikan kasus pengelolaan proses pembelajaran. Terlebih lagi ketika masalah itu berkaitan dengan kualitas pengelolaan proses pembelajaran.
51
Sudah menjadi rumus yang baku untuk bisa berlangsungnya hal itu diperlukan segala sesuatunya yang berkualitas, baik SDM guru, material, maupun proses berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta kepala sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan siswa. Guru yang memiliki kompetensi sangat berarti bagi pembentukan sekolah yang berkualitas. Guru dengan kompetensi akan memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik
dan
masalah
perkembangan
peserta
didik,
mampu
mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum. Dewasa ini banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga tidak jarang yang mengingat terhadap tujuan pendidikan yang menjadi kewajiban dan tugas pokok mereka. Seringkali kesejahteraan yang kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru untuk menyepelekan tugas utama yaitu mengajar sekaligus mendidik siswa. Guru hanya sebagai penyampai materi yang berupa fakta-fakta kering yang tidak bermakna karena guru menang belajar lebih dulu semalam daripada siswanya. Terjadi ketidaksiapan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar ketika guru tidak memahami tujuan umum pendidikan. Bahkan ada yang mempunyai kebiasaan mengajar yang kurang baik yaitu tiga perempat jam pelajaran untuk basa-basi bukan apersepsi dan seperempat jam untuk
52
mengajar. Suatu proporsi yang sangat tidak relevan dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru menganggap siswa hanya sebagai pendengar setia yang tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya. Banyak kegiatan belajar mengajar yang tidak sesuai dengan tujuan umum pendidikan yang menyangkut kebutuhan siswa dalam belajar, keperluan masyarakat terhadap sekolah dan mata pelajaran yang dipelajari. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan.
Oleh karena itu, supervisi secara terstruktur dan
terjadwal dengan rutin akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru.
53
BAB III HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Miftahul Huda merupakan salah satu SMK di Kabupaten Kendal dan merupakan satu-satunya SMK di kecamatan Limbangan. SMK Miftahul Huda merupakan singkatan dari sekolah menengah kejuruan dan mitahul huda adalah nama pondok pesantren di desa peron yang didirikan dan diasuh oleh K.Ahmad sejak tahun 1946 sampai tahun 1977 dan diteruskan oleh KH.M.Muafiq mulai tahun 1977 sampai sekarang kemudian pada tahun 2006 didaftarkan sebagai yayasan pendidikan islam. Sehingga tepatnya pada tanggal 17 bulan juli tahun 2006 menjadi yayasan pendidikan islam Miftahul Huda dengan nomer statistik: 51233240635. SMK Miftahul Huda didirikan oleh yayasan pendidikan Islam Miftahul Huda dibawah naungan lembaga pendidikan ma‟arif kabupaten Kendal pada tanggal 10 Desember 2008 dengan nomor / Tanggal SK terakhir status sekolah 421.5/7222/Dikpora/10-12-2008 yang dinyatakan sebagai sekolah baru. Status SMK Miftahul Huda adalah swasta dan sampai saat ini belum terakreditasi karena baru melakukan proses belajar mengajar selama 6 tahun. Pada mulanya SMK Miftahul Huda adalah Filial / kelas jauh dari SMK N 3 Kendal kemudian pada tahun pelajaran kedua yaitu tahun pelajaran 2009 /2010 pihak, komite sekolah memilih untuk mandiri sehingga
53
54
kelas X adalah kelas mandiri dari SMK Miftahul Huda dan kelas XI merupakan kelas jauh. SMK Miftahul Huda merupakan Sekolah menengah kejuruan yang berbasis pesantren. Sekolah yang mengutamakan teknologi tapi juga tidak meninggalkan aspek aspek keagamaan. Pengetahuan teknologi dan pengetahuan agama ditempatkan pada porsi yang sama. 1. Visi dan Misi SMK Miftahul Huda a. Visi Mencetak anak didik yang berkualitas dalam iman, ilmu dan memiliki keterampilan serta berakhlak Ala Ahli Sunah Wal Jama‟ah dengan melaksanakan syariat Islam. b. Misi 1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dan nilai–nilai budaya sehingga menjadi sumber kearifan dalam berfikir dan bertindak 2) Menumbuhkan dan mengembangkan semangat keunggulan dalam bidang ilmu teknologi dan seni 3) Membekali anak didik berupa iman, ilmu dan keterampilan agar dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal hidup di masyarakat 4) Menyiapkan tunas–tunas muda bangsa yang disiplin, Sehat jasmani dan rohani serta berbudi pekerti luhur.
55
2. Data Guru, Karyawan dan Siswa Data guru, karyawan dan siswa SMK Miftahul Huda Limbangan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Data Guru dan Karyawan SMK Miftahul Huda
No Nama 1 ABDUL GHOFAR 2 ARIEF FAHMIE 3 ERNA ZAKIAH AHMAD EVA YULI 4 MARHAENDRAWATI 5 HERI ARDIYANTO KURNIANINGSIH 6 HIDAYANTI 7 MAHAR DIKA WATI 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
MILATUL KAMILA MUH.SEIFULLUGINO MUHAMAD BASORI MUHAMMAD SAEFUL MUTOHAROH NANANG ADITYA NUGROHO AGUNG BAGUS P. QIFIA TABI'ATI SURTIYEM SUTOPO TRIWINDARNI ULFA LAILI MAFTUHAH YULIASTUTI WALUYANINGSIH
Status JK Kepegawaian
Jenis PTK
Agama
L L
GTY/PTY GTY/PTY
Guru Mapel Guru Mapel
Islam Islam
P
GTY/PTY
Tenaga Administrasi Sekolah
Islam
P L
GTY/PTY GTY/PTY
Guru Mapel Guru Mapel
Islam Islam
P P
GTY/PTY GTY/PTY
Guru Mapel Guru Mapel
Islam Islam
P L L L P L
Lainnya GTY/PTY GTY/PTY Lainnya GTY/PTY GTY/PTY
Tenaga Administrasi Sekolah Guru Mapel Guru Mapel Laboran Guru Mapel Guru TIK
Islam Islam Islam Islam Islam Islam
L P P L P P
GTY/PTY GTY/PTY PNS Lainnya GTY/PTY GTY/PTY
Guru Mapel Guru TIK Guru Mapel Guru Mapel Guru Mapel Guru Mapel
Islam Islam Islam Islam Islam Islam
P
GTY/PTY
Guru Mapel
Islam
Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa jumlah guru SMK Miftahul Huda pada tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 18 orang guru
56
dan didukung oleh 2 orang tenaga administrasi. Sedangkan jumlah siswa dalam beberapa tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir SMK Miftahul Huda Kelas X, XI dan XII dari Jurusan TKR, TKJ dan PBS
Siswa / Kelas
Tahun
Jml
No
Pelajaran X
XI
XII
01
2014/2015
90
103
85
275
02
2015/2016
93
83
100
276
03
2016/2017
89
80
98
267
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jumlah siswa baik kelas X, XI dan XII yang terdiri dari 3 jurusan yaitu TKJ, TKR dan PBS dari tahun ke tahun cenderung mengalami stagnasi bahkan pada tahun pelajaran 2016/2017 cenderung menurun.
57
3. Fasilitas yang ada di SMK Miftahul Huda a.
Gedung Tabel 3.3. Sarana Prasana SMK Miftahul Huda Limbangan
No
Jenis Ruangan
Jumlah
1
Ruang Kelas
28
2
Ruang Kepala
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Tata Usaha
1
5
Ruang Laboratorium TKJ
1
6
Ruang Laboratorium TKR
1
7
Ruang Laboratorium PBS
-
8
Ruang Perpustakaan
1
9
Ruang UKS
1
10
Ruang Ketrampilan
1
11
Ruang Kesenian
-
12
Ruang Toilet Guru
1
13
Ruang Toilet Siswa
6
58
b.
Mebeler
No
c.
Uraian
Jumlah
1
Meja Siswa
138
2
Kursi Siswa
278
3
Meja Guru
19
4
Kursi Guru
19
5
Meja TU
2
6
Kursi TU
2
7
Almari
4
8
Kursi Tamu
1 set
Perpustakaan 1.
Jumlah Buku : 2340
2.
Jumlah Judul: 237
3.
Jenis Buku : a. Karya Umum
: 25 judul
b. Agama
: 19 judul
c. Sosial
: 45 judul
d. Bahasa
: 25 judul
e. Kesusastraan
: 17 judul
f. Geografi dan Sejarah
: 87 judul
g. Kesenian, Hiburan, Olahraga : 49 judul
59
d.
2.
Lain-lain 1.
Komputer
: 32 Unit
2.
Televisi
: 3 Unit
3.
Mesin Printer
: 6 Unit
4.
Pesawat Telepon
: 1 Unit
5.
Air bersih cukup dan bisa dikembangkan.
Kegiatan Sekolah a.
Intra Kurikuler 1.
Seluruh pelajaran mengacu kurikulum
KTSP
dan
Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas 2.
Program Tambahan Ciri Khusus ( Hafalan Surat Pendek, Praktek Mengkafani Jenazah, Tahlil dan Dzikir )
b.
Ekstra Kurikuler 1.
Olah raga prestasi dan non prestasi
2.
Berorganisasi baik melalui OSIS maupun Pramuka dan juga Ormas lain seperti IPNU, IPPNU
3.
Majelis Ta‟lim tengah bulan
4.
Khotbah
5.
Hadroh
6.
Tadarus Al Qur‟an
7.
Menjahit
8.
Komputer
9.
Marching Band
60
c.
3.
Kegiatan Sosial 1.
Pembagian Zakat Fitrah kepada Kaum Dhuafa
2.
Penyembelihan hewan kurban
3.
Kemah bakti sosial
4.
Ikut serta aktif kegiatn desa maupun tingkat Kecamatan
Pendanaan a.
b.
c.
Sumber dana terdiri dari : 1.
Wali murid
2.
Bantuan pemerintah
3.
Bantuan lain yang tidak mengikat
Penggunaan dana untuk : 1.
Kegiatan belajar mengajar
2.
Pengadaan sarana prasarana
3.
Pengadaan alat dan bahan mengajar
4.
Transpot
5.
Honor
6.
Lain-lain
Dana pengembangan ( pembangunan ) 1.
Sumber -
Donatur Masyarakat / warga
-
Donatur Aghniyak ( Insidental )
-
Bantuan Pemerintah
61
2.
B.
Penggunaan -
Pembangunan Ruang Kelas
-
Pembangunan Ruang TU
-
Dan sarana lainnya
Hasil Penelitian 1.
Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala SMK Miftahul Huda Kepala SMK Miftahul Huda memerlukan strategi dan cara khusus untuk melakukan supervisi dalam rangka membantu guru menyelesaikan
masalah-masalah
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran. Strategi yang diterapkan kepala sekolah dalam hal ini tidak bisa dilepaskan dari tipe-tipe guru. Tipe-tipe tersebut adalah: a. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta kepedulian juga tinggi, maka termasuk guru profesional b. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta kepedulian rendah maka disebut guru tukang kritik. c. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah sedangkan komitmen serta kepedulian tinggi maka disebut guru terlalu sibuk. d. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah dan komitmen serta kepedulian juga rendah maka disebut guru yang tidak bermutu. Untuk mengatasi guru dengan berbagai tipikalnya, maka kepala SMK Miftahul Huda menerapkan 3 strategi supervisi kepala sekolah,
62
yaitu dengan supervisi langsung, tidak langsung dan kolaboratif. Pertama, supervisi pengajaran berorientasi langsung. Supervisi ini akan mencakup perilaku pokok berupa klarifikasi, prestasi, demonstrasi, penegasan, standarisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari perilaku supervisi pengajaran ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalam satu periode waktu tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi ini sama halnya dengan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwa mengajar itu
pada
dasarnya
merupakan
pengkondisian
individu
melalui
lingkungannya. Dalam mengadakan supervisi langsung, kepala SMK Miftahul Huda melakukan lima perilaku supervisor, yaitu: a. mengklarifikasi masalah-masalah guru, baik melalui pertemuan KKG SMK se Kabupaten Kendal b. mempresentasikan ide-ide pemecahan masalah; c. mendemonstrasikan, sebagai contoh, ide-ide pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh guru; d. menetapkan standar pelaksanaan tugas pemecahan masalah; e. memberikan reinforcement kepada guru agar ia melaksanakan tugas yang diberikan. Hasil wawancara terhadap kepala sekolah mengenai perencanaan dalam melaksanakan supervisi diperoleh gambaran sebagai berikut Dalam melakukan supervisi akademik kepala sekolah membuat program pengawasan pada awal tahun pelajaran berupa program tahunan, program semester, laporan supervisi monitoring dan kegiatan lain. Program tersebut dibuat berdasarkan hasil kepengawasan tahun sebelumnya dipadukan dengan kebijakan. Supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru difokuskan
63
pada 4 hal, yaitu penguasaan materi bahan ajar, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar (Wawancara dengan Kepala SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diketahui bahwa kepala sekolah membuat perencanaan untuk melaksanakan kegiatan supervisi yang tertuang dalam program tahunan dan program semester. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah lebih banyak pada supervisi akademik. Sedangkan dilihat dari teknik yang diterapkannya, kepala SMK Miftahul Huda dapat menerapkan atau melaksanakan kegiatan supervisi dengan teknik-teknik yang cukup bervariasi. Teknik-teknik kegiatan supervisi yang dapat diidentifikasi antara lain; teknik diskusi kelompok atau rapat supervisi, teknik pertemuan individual, dan teknik kunjungan kelas. Keadaan ini menunjukan bahwa kepala sekolah telah memiliki keterampilan yang cukup baik dalam melakukan supervisi akademik. Dengan demikian, keterampilan yang dimiliki kepala sekolah tersebut merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki SMK Miftahul Huda dalam rangka meningkatkan kemampuan kinerja guru dalam hal mengelola KBM, sehingga pada gilirannya dapat pula meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Teknik-teknik supervisi yang digunakan Kepala SMK Miftahul Huda sebagaimana tersebut di atas, pada tataran implementasi untuk teknik-teknik tersebut tidak semuanya dapat dilaksanakan dengan baik, hal ini sebagaimana penjelasan kepala SMK Miftahul Huda ketika
64
diadakan wawancara, serta hasil pengamatan yang dilakukan terhadap jalannya kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, dapat diidentifikasi dua hal kaitannya dengan penerapan teknik-teknik supervisi kepala SMK Miftahul Huda. Pertama untuk kepentingan apa teknik tersebut digunakan, dan kedua bagaimana teknik tersebut diterapkan. Teknik diskusi kelompok supervisi secara umum digunakan dalam rangka merumuskan atau menyusun materi dan jenis program yang akan disupervisi, mendiskusikan hasil supervisi, mendiskusikan rencana tindak dalam memecahkan permasalahan, dan dilaksanakan untuk menghitung ketercapaian suatu program. Teknik diskusi kelompok dilakukan melalui pendekatan diskusi terbatas, yakni kegiatan diskusi yang dilaksanakan antara kepala SMK Miftahul Huda dengan guru-guru. Selanjutnya hasil diskusi menjadi acuan bagi pembinaan kepala SMK Miftahul Huda yang dilakukan dalam forum rapat guru (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda tanggal 24 Nopember 2016). Teknik pertemuan individual menurut keterangan kepala SMK Miftahul Huda, digunakan dalam rangka membimbing guru dalam memecahkan permasalahan, dan mendorong guru meningkatkan kemampuan profesionalnya. Pembicaraan individu dalam prosesnya menekankan pada hubungan keakraban antara kepala SMK Miftahul Huda
dengan guru yang disupervisi. Interaksi yang terjadi diantara
keduanya adalah interaksi hubungan kesejawatan ataupun rekan/mitra kerja yang sama- sama memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil
pembelajaran.
Suasana
keakraban
pada
kegiatan supervisi yang diciptakan oleh kepala SMK Miftahul Huda
65
melalui teknik pembicaraan individual seperti ini, tentu saja sangat kondusif bagi upaya penggalian berbagai persoalan ataupun kendala yang dihadapi guru selama menjalankan tugasnya, yang pada akhirnya secara bersama-sama melakukan atau mencari penanganan kendala atau masalah tersebut. Mengenai kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru di SMK Miftahul Huda Limbangan, Supervisi pelaksanaan pembelajaran dilakukan untuk mengatasi kelemahan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan metode pembelajaran yang kurang variatif dan penggunaan alat peraga yang kurang. Langkah yang dilakukan kepala sekolah menyampaikan ke pengurus KKG dan bersama membuat program dalam meningkatkan kemampuan guru dengan seminar, bimtek dll. Selain itu juga melakukan studi banding (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda tanggal 24 Nopember 2016) Dalam pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah
diketahui
faktor
pendukung dan
penghambat,
sebagaimana hasil wawancara Faktor pendukung terutama guru memiliki motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta didukung dengan siswa yang terintegrasi dengan pondok pesantren, sehingga memudahkan dalam mengendalikan proses pembelajaran. Selain itu faktor guru bukan sekedar mencari pekerjaan, tetapi lebih banyak pada pengabdian untuk mengembangkan ilmu (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda tanggal 24 Nopember 2016) Dalam mewujudkan pelaksanaan supervisi tentunya juga terdapat banyak kendala, yang diungkapkan oleh kepala SMK Miftahul Huda sebagai berikut: Kendala yang dihadapi dalam supervisi adalah banyaknya kegiatan sekolah sehingga waktu pembinaan yang kurang. solusi agar supervisi akademik yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan guru
66
bekerjasama dengan KKG (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda tanggal 24 Nopember 2016). 2.
Pendekatan Supervisi Akademik Kepala SMK Miftahul Huda Strategi supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda akan berhasil bila dilakukan dengan pendekatan yang efektif. Pendekatan supervisi akademik yang efektif yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan kompetensi profesional guru adalah: a. Menciptakan Hubungan yang Harmonis. Langkah pertama dalam pembinaan dan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda kepada guru adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara Kepala SMK Miftahul Huda dan guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan dan peningkatan
kompetensi
profesional
guru.
Dalam
upaya
melaksanakan supervisi akademik memang diperlukan kejelasan informasi antar personil yang terkait. Tanpa kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak tahu yang diharapkan Kepala SMK Miftahul Huda, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran melalui supervisi akademik, adalah hanya untuk mengidentifikasi guru yang baik dan yang kurang terampil dalam mengajar. Padahal seandainya ada kejelasan informasi, tentu tidak akan terjadi guru yang demikian.
67
Salah satu langkah yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam Supervisi akademik yang efektif di Kecamatan Limbangan adalah kepala SMK Miftahul Huda menjalin hubungan yang harmonis dengan mendekati orang yang disupervisi sehingga dimungkinkan
data
yang
diperoleh
objektif
serta
mampu
memberikan solusi bagi permasalahan yang muncul secara tepat. Pendekatan ini tepat digunakan kepada guru yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya tetapi membutuhkan teman untuk berbagi ide dalam pengembangan lebih lanjut. Terciptanya suasana akrab dan saling memahami antar kepala SMK Miftahul Huda dengan guru karena kepala SMK Miftahul Huda menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan mencari kesalahan guru. kepala SMK Miftahul Huda mengenal dengan detail guru-guru yang dibinanya sehingga timbul keakraban. Dengan timbulnya keakraban antara kepala SMK Miftahul Huda dengan guru, maka ketika kepala SMK Miftahul Huda datang bukan sesuatu yang dianggap aneh, angker atau ditakuti guru maupun Kepala SMK Miftahul Huda. Namun, kepala SMK Miftahul Huda di sekolah akan dirindukan oleh guru. Kepala SMK Miftahul Huda demikianlah yang dikatakan berhasil dalam menjalankan tugas sebagai kepala SMK Miftahul Huda. Hasil wawancara dengan Muthoharoh (GTY) Komunikasi dan kerjasama yang dilakukan kepala sekolah dan guru
68
cukup baik Selama ini. Hubungan kepala sekolah dan guru harmonis. Walaupun intensitas supervisi dirasakan kurang namun bila ada hal-hal dan informasi penting yang terkait dengan pembelajaran ataupun atau kegiatan sekolah maka kepala sekolah akan mengadakan rapat yang diadakan rutin setiap jum’at (wawancara dengan Muthoharoh, guru SMK Miftahul Huda tanggal 25 Nopember 2016) Berdasarkan wawancara dengan guru SMK Miftahul Huda menyebutkan bahwa mereka merasa dekat dengan kepala SMK Miftahul Huda, sehingga ketika muncul permasalahan pembelajaran mereka mengkonsultasikan kepada kepala SMK Miftahul Huda. Dengan terjalinnya hubungan baik antara kepala SMK Miftahul Huda
dan
guru
maka
tumbuh
komitmen
bersama
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Sehingga peran kepala SMK Miftahul Huda yang dirasakan oleh guru dengan tidak tergantung pada kontinuitas kunjungan kepala SMK Miftahul Huda di sekolah. Guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan menyadari bahwa kepala SMK Miftahul Huda mempunyai banyak tugas yang perlu disupervisi. Sehingga dengan komunikasi yang baik antara guru dan kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan profesionalitas dan meningkatkan kualitas pendidikan guru selalu sadar akan tanggung jawabnya. Selain itu dalam melakukan supervisi akademik, kepala SMK Miftahul Huda juga melakukan pendekatan dengan menjalin: 1) Kerjasama dengan KKG KKG
adalah
salah
satu
wadah
guru
dalam
mengembangkan kompetensinya melalui kerjasama, diskusi,
69
sharing pengalaman dalam mempersiapkan pembelajaran dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Tujuan utama KKG pada aspek kualitas pembelajaran, bukan sekadar atau terkesan menjadi ‟ajang kumpul‟ bagi guru. KKG adalah wadah pembinaan, baik pembinaan yang dilakukan oleh sesama guru, kepala SMK Miftahul Huda dan kepala sekolah, bahkan pihakpihak lain seperti widiaiswara LPMP dan dosen LPTK. Menyadari akan hal tersebut, maka kepala SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan melakukan kerjasama dengan pengurus KKG dalam meningkatkan kemampuan guru guru sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan agama di sekolah. Menurut wawancara Penulis dengan Nugroho Agung guru SMK Miftahul Huda menyatakan bahwa Peran kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan kemampuan guru cukup besar. Pada awalnya antusiasme guru untuk mengikuti kegiatan supervisi kurang. Kegiatan supervisi yang lazim diadakan tiap hari Sabtu minggu kedua dan minggu keempat ternyata belum sesuai dengan harapan bagi beberapa guru yang menganggap bahwa kegiatan supervisi hanya merupakan serangkaian kegiatan yang belum menyentuh masalah pembelajaran, malah cenderung bersifat administrative. Namun demikian kemudian oleh kepala sekolah selalu diperbaiki (wawancara tanggal 24 Nopember 2016). Melihat fenomena demikian maka kepala SMK Miftahul Huda dan guru-guru yang mengikuti supervisi bertemu bersama untuk mengatasi persoalan ini. Hasil pertemuan dalam rapat disampaikan bahwa agar dalam supervisi bukan hanya masalah administrasi pembelajaran saja, tetapi menyentuh pada prinsip
70
dan metode pembelajaran yang tepat. Dengan pembinaan kepala SMK Miftahul Huda dan program kerja yang dilaksanakan pada KKG terbukti mampu meningkatkan kemampuan guru-guru khususnya kompetensi profesional baik dalam menyusun perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penggunakan IT, peningkatan dalam pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa SMK meliputi prestasi akademik maupun prestasi dalam berbagai kegiatan lomba keagamaan. b. Analisis Kebutuhan Sebagai langkah kedua dalam pembinaan kompetensi profesional guru adalah analisis kebutuhan (needs assessment). Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Salah satu prinsip supervisi
pengajaran
yang
adalah
obyektif,
artinya
dalam
penyusunan program supervisi pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi
pengajaran.
Adapun
langkah-langkah
menganalisis
kebutuhan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan adalah sebagai berikut:
71
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan–perbedaan
(gap)
apa
saja
yang
ada
antara
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru, Perbedaan di kelompok, disintesiskan, dan diklasifikasi. 2) Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya. 3) Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang
dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan kuesioner. 4) Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan keterampilan pembelajaran guru. 5) Menetapkan
kebutuhan-kebutuhan
pembinaan
keterampilan
pembelajaran guru yang bisa dibina melalui teknik dan media selain pendidikan. c.
Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru Esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan bagaimana
membantu
guru
mengembangkan
kemampuan
profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola
72
proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses supervisi pembelajaran. Prinsip dasar ini tampak jelas sekali Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah mengukur pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pengetahuan dan kemampuan guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu
diperlukan instrumen pengukuran. Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun
kemampuan, bila berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola
proses
pembelajaran.
Khusus
untuk
mengukur
kemampuan guru, karena lebih berbentuk performansi atau perilaku (behavioral),
biasanya
digunakan
instrumen
observasi
yang
mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor. Hasil observasi terhadap guru SMK Miftahul Huda secara umum atas pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut:
73
Tabel 3.4 Hasil Observasi Kinerja Guru setelah Supervisi Akademik Keterangan No.
Komponen yang Dinilai
1
Rumusan Standar Kompetensi
V
2
Rumusan Kompetensi Dasar
V
3
Rumusan Indikator Hasil Belajar
V
4
Rumusan Tujuan Pembelajaran
V
5
Rumusan Materi Pokok
V
6
Rumusan Model Pembelajaran
V
Ada
Tidak
(Pendekatan, Metode, Teknik) 7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan
V
Pembelajaran 8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran
V
9
Rumusan Penilaian Pembelajaran
V
Selain
menilai
kemampuannya
dalam
merencanakan
pembelajaran, dalam kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Kepala SMK Miftahul Huda juga dinilai kemampuan guru
dalam
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Beberapa catatan penting yang dapat direkomendasikan untuk memperkuat hasil penilaian tersebut, yakni sebagai berikut: Fokus pembelajaran masih pada materi ajar, bukan pada siswa supaya belajar mengalami sendiri, baik secara individu maupun
74
kelompok. Di mana kegiatan belajar siswa pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tidak diketahui. Hal ini karena pelaksanaan pembelajaran kurang berpedoman pada rencana. Tidak tampak antarsiswa saling belajar, sebagaimana model pembelajaran yang diupayakan yang bersangkutan. Evaluasi
pembelajaran
hanya
dilaksanakan
di
akhir
pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui. Hasil
belajar
siswa
di
akhir
pembelajaran
tidak
sempat
ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian meteri ajar. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi. Bertolak dari beberapa catatan di atas, penulis memberikan penilaian terhadap kemampuan yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5 Observasi Kemampuan dalam Mengajar Keterangan No.
Indikator Kemampuan yang Dinilai
1
Membuka kegiatan pendahuluan
V
2
Mengelola kegiatan eksplorasi
V
3
Mengelola kegiatan elaborasi
V
4
Mengelola kegiatan konfirmasi
V
5
Menumbuh kembangkan karakter
Ada
Tidak
V
75
6
Pendayagunaan alat dan sumber
V
7
Mengelola evaluasi
V
8
Menindaklanjuti hasil evaluasi
V
9
Menutup kegiatan pembelajaran
V
10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan
V
11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh
V
12
Membimbing dan mengarahkan siswa
V
secara aktif dalam pembelajaran 13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan
V
siswa
d. Perbaikan Program Supervisi Akademik Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan kompetensi profesional guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) Mereview rangkuman hasil penilaian. 2) Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan. 3) Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka kepala SMK Miftahul Huda merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya. 4) Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali pada masa berikutnya.
76
3.
Bentuk-Bentuk
Supervisi
Akademik
Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Secara garis besar pelaksanaan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu supervisi akademik yang bersifat langsung dan supervisi akademik
yang bersifat tidak langsung. Supervisi akademik bersifat
tidak langsung adalah supervisi dengan materi subtansi akademik seperti memberi
motivasi
dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran,
penyampaian informasi perkembangan teori atau konsep baru di dunia pendidikan, dan lain sebagainya yang berkait, yang disampaikan pada forum yang tidak secara khusus disediakan untuk kegiatan supervisi akademik, misalnya forum pertemuan KKG pada forum ini kepala SMK Miftahul Huda selalu melakukan pembinaan. Bentuk lain dari supervisi akademik tidak langsung misalnya acara-acara
peringatan
hari
besar
yang mengundang kepala
SMK Miftahul Huda untuk memberi sambutan dan penceramah, dalam sambutannya banyak menyampaikan pembinaan bidang akademik dan memotivasi guru dan seluruh warga SMK yang dikaitkan dengan konteks tema acara yang sedang berlangsung. Hasil wawancara dengan M. Basori mengenai bentuk supervisi
77
yang dapat meningkatkan kinerja guru yaitu Strategi dan bentuk kegiatan supervisi kepala sekolah menurut guru efektif dalam meningkatkan kemampuan profesional guru. Guru dapat menyusun perencanaan pembelajaran, metode- metode dalam belajar, menyusun dan mengajarkan materi ajar sesuai dengan indikator dan membuat soal yang baik (Wawancara dengan M Basori, 25 Nopember 2016) Supervisi akademik tidak langsung sebagaimana yang telah penulis deskripsikan tersebut, secara teoritis tidak mempunyai landasan yang jelas, tetapi ini dilakukan dan memang sangat diperlukan karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa supervisi tidak langsung sangat efektif untuk
mendukung
keberhasilan supervisi akademik yang
sebenarnya, lebih-lebih dalam kaitan memberi dorongan dan motivasi kepada para guru untuk mengubah paradigma agar terjadi perubahan kearah peningkatan mutu pendidikan. Demikian juga hasil wawancara dengan Eva Yuli, salah seorang guru Supervisi akademik kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kelompok dengan program. Pembinaan metode mengajar maupun membuat guru model yaitu ketika ada guru di SMK lain yang lebih baik dalam mengajar kemudian direkam video dan ditayangkan untuk dianalisis bersama. Selain itu dilakukan dengan bimtek, kegiatan workshop dan studi banding (Wawancara dengan Eva Yuli, 25 Nopember 2016) Sedang yang dimaksud dengan supervisi akademik bersifat langsung adalah kegiatan supervisi akademik yang telah direncanakan sebelumnya untuk melakukan kegiatan supervisi akademik. Kegiatan ini berupa pertemuan kepala SMK Miftahul Huda dengan guru di luar kelas, di kelas, atau di lapangan. Kepala SMK Miftahul Huda
78
mengadakan pertemuan dengan sejumlah guru di luar kelas untuk membina, memotivasi, dan mengarahkan
hal-hal
yang
berkaitan
dengan bidang akademik yang meliputi : Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, supervisi
akademik
yang dilakukan
kepala SMK Miftahul Huda
dalam meningkatkan kemampuan guru-guru memfokuskan pada empat hal, yaitu: a. Efektivitas dalam penguasaan materi ajar Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda agar guru menguasai materi pembelajaran dilakukan dengan melakukan pembinaan dan bimbingan dalam menganalisis materi meliputi standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi (SK), dan Kompetensi dasar materi pelajaran. Langkah pertama yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi ini adalah kepala SMK Miftahul Huda dan 2 orang guru SMK Miftahul Huda mengikuti kegiatan analisis yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal dengan narasumber dosen. Kegiatan yang dilaksanakan selama lima hari tersebut mampu memberikan pemahaman dan wawasan bagi kepala SMK Miftahul Huda dan guru dalam melakukan analisis materi mulai dari analisis SKL, SK, KD dan urutan penyampaian materi dan cara mengajarkannya. Hasil wawancara dengan Aziz Zaeni Kelas XI TKR setelah guru dilakukan supervisi oleh kepala sekolah saat
79
mengajar di kelasnya Pada saat guru mengajar diawasi kepala sekolah, dalam pembelajaran, siswa dibentuk kelompok dengan metode diskusi dan pemberian tugas. Interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa berjalan baik dan lancar. Pengaturan waktu efektif dan efisien Tingkat keberhasilannya baik, setelah guru mengadakan tanya jawab kemudian tes lisan sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Suara guru dalam mengajar baik dan cukup jelas (Wawancara dengan Aziz Zaeni, 26 Nopember 2016) Kegiatan tersebut selanjutnya diimbaskan dan disampaikan oleh Kepala SMK Miftahul Huda dalam forum KKG. Setelah guruguru SMK memiliki dasar dalam menganalisis materi maka kepala SMK Miftahul Huda membentuk 6 kelompok yang melakukan analisis materi dari kelas X sampai kelas XII SMK. melakukan
analisis
Guru-guru
materi secara langsung sehingga dapat
menguasai materi pembelajaran dan cara penyampaiannya. Langkah yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi akademik ini adalah dengan mengajak guru: 1)
mencermati Standar Kompetensi dan kompetensi dasar dari materi pelajaran.
2)
Menentukan tingkat berpikir materi ajar tersebut dengan mengklasifikasikannya apakah kompetensi dasar materi tersebut berupa kognitif tingkat pertama (C1), Kognitif tingkat kedua (C2), kognitif tingkat ketiga (C3) dan atau afektif tingkat pertama (A1), Afektif tingkat kedua (A2), Afektif tingkat ketiga (A3), dan atau Psikomotorik tingkat pertama (P1), Psikomotorik
80
tingkat kedua (P2), Psikomotorik tingkat tingkat ketiga (P3) 3)
Membuat Indikator yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dari materi yang sudah dimapping sesuai dengan tingkat berpikir (TB) minimal 2 indikator pada tiap satu KD
4)
Langkah selanjutnya setelah selesai pemetaan SK, KD dan Indikator disertai tingkat Berpikirnya (TB) maka dibuatlah analisis materi pembelajaran dengan langkah: menentukan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, menyusun materi pembelajarannya dari berbagai sumber bahan ajar yang sesuai dan sumber/ bahan ajarnya.
5)
Langkah selanjutnya adalah memasukkan konsep-konsep materi pembelajaran tersebut sehingga menjadi materi lengkap yang dapat diaplikasikan bagi kegiatan pembelajaran peserta didik. Dengan supervisi akademik secara langsung dalam bentuk
bimbingan teknis, maka guru-guru mempunyai penguasaan materi pembelajaran yang cukup baik. Hasil analisis materi tersebut menjadi dokumen KKG dan disebarluaskan kepada guru-guru. Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam kegiatan KKG sangat dirasakan manfaatnya oleh guruguru.
Berdasarkan
wawancara
penulis
dengan
guru-guru
(Wawancara tanggal 24 Nopember 2016) mereka menyebutkan kemampuan mereka meningkat dalam melakukan analisis terhadap materi. Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul
81
Huda sangat efektif. Pada awalnya guru-guru khususnya yang sudah berusia di atas 50 tahun kesulitan menganalisis materi, namun dengan bimbingan teknis dari kepala SMK Miftahul Huda dan pendampingan fasilitator dan dipraktikkan dalam kegiatan kelompok mereka mampu melakukan analisis materi. Mereka merasa terbantu membuat materi ajar yang sesuai dengan SK, KD dan indikator walaupun sebagaian masih memilah dari beberapa buku sumber. Dalam melakukan supervisi terhadap pembuatan administrasi guru, kepala SMK Miftahul Huda tidak hanya menuntut guru untuk memiliki memiliki administrasi namun kepala SMK Miftahul Huda juga memberikan bimbingan kepada guru. Berdasarkan
wawancara
peneliti
dengan
Kurnianingsih
Hidayanti, guru SMK Miftahul Huda, maka supervisi yang dilakukan
kepala
SMK
Miftahul
Huda
dalam
pembinaan
administrasi guru dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada tahun ajaran baru. Pada tahun ajaran baru dalam forum KKG kepala SMK Miftahul Huda memberikan format 28 administrasi guru dalam bentuk soft copy. Format administrasi ini masih bersifat nasional yang didapatkan kepala SMK Miftahul Huda dalam kegiatan diklat kepala SMK Miftahul Huda. Format ini dibagikan kepada guru dengan harapan guru-guru dapat melakukan Adopsi, Telaah dan Modifikasi sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing (wawancara tanggal 21 Nopember 2016) Dalam melakukan pengembangan dan pengisian format administrasi tersebut, kepala SMK Miftahul Huda melakukan Supervisi secara kelompok pada saat KKG. Setiap kegiatan KKG kepala SMK Miftahul Huda membahas secara bertahap 28
82
Administrasi guru secara berurutan. Setelah menyampaikan hal tersebut maka kepala SMK Miftahul Huda memberikan waktu kepada guru untuk melengkapi administrasi guru. Dari observasi yang dilakukan peneliti hampir semua guru sudah memiliki 28 Administrasi guru. Hal ini dilakukan karena KKG memfasilitasi pembuatan administrasi guru tersebut. Format-format administrasi yang ada direvisi dan diberikan kepada guru untuk diisi dan dikembangkan. Namun pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap administrasi guru, dari 17 guru, hanya 12 guru saja yang 28 administrasinya ada dan lengkap. 12 guru yang lain administrasinya ada tapi tidak lengkap, beberapa format yang diberikan KKG kepada guru masih kosong dan hanya diganti nama guru dan kepala sekolahnya saja. Guru- guru mengaku bahwa format tersebut jarang digunakan dan menganggap terlalu banyaknya administrasi guru yang harus dipenuhi. Mereka mengaku paham dan mampu membuat administrasi guru sesuai dengan bimbingan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda namun mereka merasa terbebani dengan administrasi guru yang terlalu banyak. Administrasi persiapan mengajar guru-guru meliputi Silabus, Prota, Promes, RPP, daftar hadir, KKM dan daftar Nilai sudah ada, walaupun sebagian besar silabus dan RPP masih sama dengan format KKG. (hasil observasi tanggal 17 Nopember 2016) Supervisi kedua yang dilakukan adalah ketika kepala SMK
83
Miftahul Huda melakukan kunjungan kelas. Dalam kunjungan ini menurut kepala SMK Miftahul Huda hanya mendatangi guru-guru yang tersertifikasi yang akan melakukan pemberkasan tunjangan sertifikasi. Untuk memberikan rekomendasi kepala SMK Miftahul Huda menanyakan kelengkapan administrasi guru. Supervisi administrasi guru dan persiapan mengajar yang ketiga adalah ketika guru-guru akan mengusulkan kenaikan pangkat. Hal ini dilakukan kepada guru-guru yang berasal dari Dinas Pendidikan. Kepala SMK Miftahul Huda sebelum melakukan rekomendasi melakukan supervisi tentang kelengkapan administrasi guru. Apabila guru sudah komplit administrasinya maka kepala SMK Miftahul Huda memberikan rekomendasi, namun apabila belum kepala SMK Miftahul Huda memberikan tenggang waktu untuk menyelesaikan administrasi tersebut. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka menurut penulis supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda sudah cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun persiapan mengajar dan administrasi. Guru-guru sudah meningkat kemampuan profesionalnya dalam penyusunan persiapan mengajar. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen 28 administrasi guru walaupun belum lengkap. Administrasi guru yang belum lengkap dikarenakan ada beberapa guru yang sudah mendekati masa pensiun dan menganggap beberapa administrasi
84
guru tidak terlalu urgen untuk dibuat dan memberatkan.
b. Efektivitas dalam melaksanakan supervisi proses belajar mengajar. Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam pembelajaran dilakukan dengan kunjungan kelas dengan pertemuan individual dan melalui kegiatan bimbingan kelompok melalui KKG. Adapun materi supervisi sesuai dengan instrumen Supervisi Akademik dalam Pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh pokjawas Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal berdasarkan buku panduan supervisi akademik sekolah dari Dinas Pendidikan. Materi tersebut meliputi: Kemampuan guru dalam membuka pelajaran, sikap guru dalam Proses Pembelajaran, Penguasaan Bahan Belajar(Materi pelajaran), Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran), Kemampuan menggunakan media Pembelajaran, Evaluasi
Pembelajaran,
Kemampuan
menutup
kegiatan
Pembelajaran dan Tindak lanjut/ Follow up. Pelaksanaan kunjungan kelas dengan datang ke kelas bagi guru-guru dilakukan sekali dalam satu semester. Supervisi akademik secara individual dilakukan kepala SMK Miftahul Huda khususnya pada guru-guru yang berada di bawah naungan yayasan dan guruguru yang sudah sertifikasi. Namun dalam pelaksanaannya tidak jarang guru-guru hanya dilakukan kunjungan kelas hanya satu kali
85
dalam setahun.
Berdasar wawancara peneliti dengan beberapa guru yang belum sertifikasi menyatakan bahwa kepala SMK Miftahul Huda belum pernah mengadakan kunjungan kelas. Kunjungan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda kepada mereka biasanya hanya pada saat monitoring Ulangan Semester I. Hal tersebut memang dibenarkan oleh Kepala SMK Miftahul Huda. Kepala SMK Miftahul Huda menyatakan bahwa program supervisi kunjungan kelas memang dilakukan kepada guruguru yang sudah mendapatkan sertifikasi. Langkah yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi akademik teknik kunjungan
kelas,
pertama
memberikan
instrumen
supervisi
akademik pelaksanaan pembelajaran kepada guru yang akan disupervisi. Kedua, membuat kesepakatan waktu supervisi antara kepala SMK Miftahul Huda dan guru yang akan disupervisi. Kebijakan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda ini agar guru yang akan disupervisi mampu meningkatkan dan menampilkan kemampuan terbaiknya dalam kegiatan pembelajaran dengan memilih kelas dan materi pembelajaran. Pelaksanaan
supervisi
akademik
yang
demikian
menunjukkan bahwa kepala SMK Miftahul Huda dalam melakukan supervisi
berusaha
meningkatkan
kemampuan
guru
dalam
86
pembelajaran bukan untuk mencari-cari kesalahan guru. Hasil pengamatan supervisi kepala SMK Miftahul Huda kemudian dibahas bersama dengan guru untuk merumuskan beberapa kelemahannya walaupun tidak dilakukan kepada semua guru. Selain itu informasi hasil supervisi juga disampaikan kepada Pengawas Sekolah agar melakukan pembinaan kepada guru yang bersangkutan. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dengan metode kunjungan kelas memang sangat terbatas. Hal ini dilakukan sesuai rencana kerja akademik Kepala SMK Miftahul Huda karena harus melakukan supervisi kepada tujuh belas guru, sehingga kepala SMK Miftahul Huda harus cerdas dalam menyusun jadwal Rencana Kegiatan Supervisi Akademik individual agar Supervisi Akademik dapat efektif. Adapun untuk mengatasi keterbatasan kunjungan kelas, kepala SMK Miftahul Huda melakukan supervisi kelompok melalui rapat guru dengan yayasan. Salah satu yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda adalah menyampaikan hasil supervisi tentang kekurangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga guru dapat menyusun program kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan guru. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru, Program kerja dalam meningkatkan kemampuan guru berdasarkan masukan dari kepala SMK Miftahul Huda dan rapat yayasan diantaranya adalah memperbaiki kelemahan guru dalam metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru mengadakan kegiatan seminar
87
tentang penggunaan berbagai model-model pembelajaran yang menyenangkan dan penggunaan ICT dalam media pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru-guru melaksanakan secara teori dan praktek bersama (Wawancara dengan Heri Ardiyanto, tanggal 24 Nopember 2016). Hal lain yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah dengan menunjuk beberapa guru yang menjadi role model dalam pelaksanaan pembelajaran. Di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan ditunjuk empat guru yang menjadi model. Keempat guru tersebut adalah Kurnianingsih Hidayanti, Heru Ardiyanto, Arief Fahmi dan Nanang Aditya. Kegiatan lain dalam meningkatkan kemampuan guru-guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah melaksanaan bencmarking eksternal.
Menurut
H.
Rohmat,
PhD
(2012:202)
Analisis
benchmarking merupakan proses studi komparasi baik dalam internal maupun eksternal. Proses dan hasil belajar yang dijadikan bahan perbandingan pada prinsipnya dapat berasal dari produk siswa, internal maupun dari eksternal (sekolah lain). Hasil dari kegiatan ini kemudian menjadi informasi dan pengalaman berharga bagi guru dalam meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penggunaan media dan alat peraga pembelajaran juga menjadi materi supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
88
Berdasarkan hasil Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah, kepala SMK Miftahul Huda melihat banyak dari guru SMK
Miftahul Huda yang belum memanfaatkan media dan alat
peraga yang menarik bagi siswa. Menurut kepala SMK Miftahul Huda penggunaan media dan alat peraga sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses pelaksanaan belajar mengajar. Supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pengurus KKG dalam pembuatan program kerja KKG tentang materi pembuatan dan penggunaan alat peraga. Hasil dari pertemuan tersebut diadakanlah pelatihan pembuatan media pembelajaran dan alat peraga yang dilakukan bersama oleh KKG SMK di Kabupaten Kendal. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dengan narasumber berasal dari LPMP Jawa Tengah yang merupakan juara I tingkat nasional dalam pembuatan media . Pasca kegiatan ini maka guru-guru khususnya yang di Kecamatan Limbangan melakukan praktek pembuatan media dengan menggunakan ICT. Dalam meningkatkan pembuatan media dan alat peraga, kepala SMK Miftahul Huda dan KKG juga menawarkan kunjungan ke SMK N 7 Semarang berguru kepada pengajar. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan lancar. Di SMK N 7 Semarang ini guru-guru mendapatkan banyak pengalaman berharga untuk membuat alat peraga dalam sehingga pembelajaran tidak membosankan. Beberapa
89
contoh alat peraga yang didapat kemudian dikembangkan guru dalam pembelajaran seperti yang dilakukan oleh guru yang menjdi role model pembelajaran dalam kegiatan KKG Berdasarkan wawancara penulis dengan Nanang Aditya, Kegiatan dengan KKG maupun rapat dengan guru mampu meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru-guru mendapatkan pengalaman berharga dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model-model pembelajaran yang menyenangkan dan penggunan media yang selama ini kelemahan mereka.(wawancara tanggal 21 Nopember 2016) Kaitannya dengan kegiatan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda terhadap peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan KBM, Guru-guru memberikan jawaban bahwa pada dasarnya kegiatan supervisi yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda cukup baik dan dirasakan bermanfaat bagi guru, namun dalam meningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan KBM. Sebagian besar guru menyampaikan jawaban bahwa kegiatan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda dapat memberikan motivasi kepada guru untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam menjalankan tugas. Untuk itu kegiatan supevisi akademik kepala SMK Miftahul Huda sangat diperlukan oleh guru dalam rangka memotivasi guru untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya sehingga proses belajar mengajar secara bertahap senantiasa dapat ditingkatkan. Pola kegiatan supervisi akademik yang diterapkan kepala SMK Miftahul Huda, secara umum menurut sebagian besar guru
90
cukup baik. Kepala SMK Miftahul Huda dalam melakukan kegiatan supervisi, menurutnya dapat mengembangkannya secara demokratis, sehingga guru-guru merasa tidak canggung ataupun takut ketika kepala SMK Miftahul Huda mengadakan kegiatan supervisi terhadap jalannya proses belajar mengajar. Aspek lainnya tentang pola yang diterapkan kepala SMK Miftahul Huda dalam mengadakan kegiatan supervisi akademik menurut guru cukup efektif, yaitu kepala SMK Miftahul Huda melibatkan guru model sebagai pendamping. Guru model yang ditunjuk sebagai pendamping dalam kegiatan supervisi adalah guru ahli dan dihormati guru-guru yang akan disupervisi. Kegiatan supervisi dengan melibatkan guru model seperti ini, menurutnya dapat membuka peluang terjadinya dialog yang dinamis dan terbuka antara guru dengan supervisor (guru model) sebagai wakil dari kepala SMK Miftahul Huda. Dari wawancara penulis dengan guru-guru di SMK Miftahul Huda Limbangan untuk supervisi penilaian hasil pembelajaran, guruguru masih merasakan kurang mendapatan kejelasan tentang teknis penilaian ataupun penyusunan instrumen penilaian dari kepala SMK Miftahul Huda. Selain itu dalam penilaian akhlak mulia ini guru hanya membuat laporan penilaian untuk siswa yang akan lulus sebagai syarat nilai ijazah saja. Hal ini dilakukan karena tidak adanya format penilaian yang komplit yang mengintegrasikan antara
91
penilaian
pengetahuan,
sikap
dan
psikomotorik
sehingga
memudahkan guru menilai siswa. Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda lebih menekankan pada penilaian dan pembinaan professional kinerja guru terkait dengan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran, membuat perencanaan program pembelajaran, prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
dan
penilaian
hasil
pembelajaran. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda disamping untuk membantu kebutuhan guru secara rutin, juga sering dilakukan dengan maksud untuk menilai kinerja guru yang akan diusulkan angka kredit kenaikan pangkat, yang akan di sertifikasi atau pada guru-guru yang sudah disertifikasi untuk diusulkan tunjangan profesinya. Informasi ini penting untuk diungkapkan karena pada prinsipnya supervisi akademik adalah upaya memberi bantuan atau pembinaanb terhadap kekurangan, kelemahan atau kesulitan yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga core business pendidikan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Permasalahan tersebut dijadikan bahan untuk menentukan perencanaan program kerja kegiatan pembinaan kompetensi profesional guru melalui supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda terhadap guru-guru Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan melalui
92
wawancara terhadap guru-guru, terungkap bahwa kepala SMK Miftahul Huda cukup efektif dalam melakukan kegiatan kegiatan supervisi akademik. Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda menggunakan strategi dan pendekatan yang tepat. Kepala SMK Miftahul Huda mampu menempatkan diri sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Sebagai
coordinator
mengkoordinasikan
kepala
SMK
program
dan
Miftahul
Huda
perencanaan
mampu
pembelajaran.
Sebagai konsultan kepala SMK Miftahul Huda mampu memberikan bantuan terhadap masalah yang dialami guru. Sebagai pemimpin kelompok, kepala SMK Miftahul Huda mampu mengembangkan potensi kelompok KKG dan sebagai evaluator dapat membantu guru dalam menilai hasil dan proses pembelajaran. Menurut Wiles dalam Sahertian (2008:25) hal diatas menunjukkan bahwa supervisi dapat berjalan efektif karena fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberikan
dukungan
(Supporting),
dan
mengajak
mengikutsertakan (Sharring). Pendekatan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi akademik dengan menciptakan hubungan yang harmonis dengan praktisi pendidikan di kecamatan Limbangan juga efektif
dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional
guru.
Pendekatan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda tersebut sesuai dengan peran kepala SMK Miftahul Huda, bahwa peran
93
kepala SMK Miftahul Huda bukanlah mengurui, mengajari dan mengoreksi bahkan menyalahkan yang diawasi, tetapi melakukan tindakan sinergitas dengan pembinaan menyeluruh tentang aspek akademik dan manajerial. Pembinaan model pendampingan beserta pemecahan masalah yang timbul dilakukan bersama dengan mempertimbangkan aspek psikologis.(H. Rohmat, 2012:2). Materi atau program supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda terdiri dari; aspek perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan tindak lanjut. Aspek perencanaan pembelajaran,
yakni
program/materi
supervisi
yang
berhubungan/berkaitan dengan 28 administrasi guru meliputi; program tahunan, program semester, silabus, Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), kalender pendidikan, jadwal tatap muka, agenda harian, daftar nilai, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan absensi siswa dan analisis Materi ajar pembelajaran dll. Pada komponen pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan supervisi diarahkan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup. Sedangkan pada komponen tindak lanjut, kegiatan supervisi diarahkan pada pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan dilakukan upaya perbaikan mutu hasil pembelajaran melalui supervisi
administrasi
penilaian
pembelajaran
dengan
jalan
pembimbingan guru di sekolah binaan dan atau melalui KKG
94
sebagai refleksi dan feedback hasil penilaian kinerja.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi Akademik dan Solusi Pemecahannya Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa efektivitas pelaksanaan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan kompetensi profesional guru terdapat kendala-kendala. Berikut ini adalah kendala-kendala yang dihadapi oleh kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi akademik a. Intensitas supervisi kelas karena keterbatasan waktu Supervisi akademik akan berhasil jika dilakukan secara berkesinambungan, yaitu dilaksanakan pada awal dan akhir semester. Hal ini belum tampak pada supervisi yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda. Kepala SMK Miftahul Huda
dalam
melaksanakan supervisi akademik khususnya kunjungan kelas hanya dilakukan satu kali dalam satu semester. “Karena banyaknya kegiatan sekolah, kepala sekolah belum bisa melaksanakan kunjungan kelas. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan waktu yang dimiliki kepala SMK Miftahul Huda sehingga supervisi kunjungan kelas untuk menilai proses pembelajaran belum bisa dilakukan (Wawancara dengan Kepala SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016). Hasil wawancara dengan salah seorang guru juga menyebutkan bahwa “Banyaknya kegiatan di sekolah seringkali guru sibuk dengan kegiatan pembelajaran dan menyiapkan administrasi. Apalagi guru
95
SMK seringkali banyak kegiatan yang berubah-ubah terutama terkait dengan program magang dan kegiatan lain. Akibatnya banyak jadwal supervisi yang belum bisa dilaksanakan (Wawancara dengan Nanang Aditya, Guru SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016) b. Kurangnya
Pengembangan
Kompetensi
Supervisi
Akademik Kepala SMK Miftahul Huda Kepala sekolah terutama sekolah dengan basis yayasan seringkali tidak didukung dengan kemampuan kepala sekolah yang memahami administrasi pendidikan. Pemilihan kepala sekolah lebih banyak didasarkan pada senioritas. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru “Saya sebagai kepala sekolah merupakan hasil musyawarah antara yayasan dan dewan guru, meskipun saya sendiri sering berkumpul dengan rekan kepala SMK yang lain, karena memang sebagian besar basis pendidikan guru yang ada di sini tidak semuanya dari bidang yang linier, sehingga saya sendiri kurang memahami supervisi dalam arti yang sesungguhnya” (Wawancara dengan Kepala SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016) “Latar belakang pendidikan masing-masing guru memang berbeda dan bukan dari basic pendidikan, sehingga yang diutamakan lebih banyak pada pelaksanaan belajar mengajar, sedangkan untuk pelaksanaan supervisi memang secara procedural hanya mengikuti kegiatan itu untuk assessment saja” (Wawancara dengan Muthoharoh, Guru SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016) Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka pemahaman kepala sekolah dan guru mengenai supervisi dipengaruhi oleh waktu dan latar belakang pendidikan kepala SMK dan guru yang berasal dari latar belakang non kependidikan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan langkah yang tepat untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi.
96
Memprogramkan secara rutin kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang peningkatan kompetensi kepala SMK Miftahul Huda, terutama yang berkaitan dengan kompetensi profesional dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi akademik kepala SMK Miftahul Huda. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya tersebut, di antaranya adalah: a) kegiatan pendampingan tugas pokok dan fungsi kepala SMK Miftahul Huda; b) Diskusi terprogram; c) Forum ilmiah; d) Kegiatan ilmiah; e)) Studi banding; dan f) Rakor kepala SMK Miftahul Huda.
97
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru, diketahui bahwa selama ini kegiatan supervisi kepala sekolah terhadap guru memang tidak terjadwal dan tidak dilaksanakan secara berkala dengan menggunakan metode yang tepat. Dampak dari semua itu menyebabkan kinerja guru masih sangat kurang. Dengan adanya kegiatan supervisi kepala sekolah terhadap guru yang dilaksanakan secara teratur, kepala sekolah mampu merencanakan tujuan, jadwal dan teknik supervisi yang tepat dalam rangka meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda. Sebelum dilakukan pengamatan, baik itu kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru memang masih belum sesuai dengan harapan. Kepala sekolah sebagai pimpinan memberikan peran penting terhadap kinerja guru, yang salah satunya dapat diwujudkan melalui pelaksanaan supervisi akademik yang terjadwal dengan baik. A. Pelaksanaan supervisi akademik yang sudah dijalankan di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan 1. Penyusunan program-program supervisi Program-program supervisi yang harus disusun oleh kepala SMK Miftahul Huda adalah program semester dan bulanan semuanya termuat dalam program tahunan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Penyusunan program supervisi ini secara tidak langsung memberikan acuan dari kepala sekolah dalam melaksanakan rencana kerja kepengawasan yang bersifat
97
98
rencana kerja tahunan, semester dan bulanan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto (2011:26) bahwa dalam pelaksanaan supervisi, kepala sekolah membuat perencanaan, baik dalam program tahunan maupun program semester. Perlunya perencanaan tersebut agar kegiatan dapat terjadwal dengan baik, guru dapat mempersiapkan kebutuhan akan kegiatan yang dilaksanakan serta tidak mengganggu program yang lainnya. a. Program tahunan kepala sekolah Program tahunan yang dilakukan Kepala SMK Miftahul Huda merupakan program-program yang disusun untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Atau bisa diartikan sebagai rekapitulasi dari program semester dan program bulanan. Yang berupa program-program kunjungan kelas dan program-program pendidikan melalui pembinaan dan pemantauan terkait melalui
jalur
pengembangan prfesionalisme guru seperti; penataran, dan seminar. b. Menyusun program semester pengawasan Program semester merupakan rekapitulasi dari program bulanan. Perencanaan yang harus dipersiapkan sekurang-kurangnya meliputi : 1) Kelas yang dikunjungi/diawasi 2) Waktu/jadwal pengawasan 3) Alat pengumpulan data pengawasan dan analisis data 4) Substansi yang akan diawasi 5) Pendekatan/metode yang akan digunakan 6) Indikator keberhasilan
99
Dari program semester di atas, maka bentuknya adalah merupakan program kerja kunjungan kelas. Sedangkan untuk mengkoordinir sebagai langkah evaluatif secara bulanan oleh pengawas setempat mengambil kebijakan agar setiap bulan sekali membuat laporan bulanan. 2. Perumusan tujuan dan program Secara umum tujuan kepala sekolah adalah membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan pendidikan di sekolah. Dalam suatu program, biasanya ada 2 tujuan, yaitu tujuan ideal dan tujuan yang mungkin dapat dilaksanakan. Tujuan ideal itu sendiri adalah ide-ide yang dicita-citakan sebagai sesuatu yang terbaik, sedangkan tujuan yang mungkin dapat dicapai adalah gambaran ideal yang sudah dibahas dan dikaji berdasarkan perkiraan kemampuan indikator keberhasilan yang dapat diselesaikan. Sedangkan sasaran /target program supervisi meliputi; dari aspek edukatif/profesioanal
dan
aspek
administratif.
Adapun
aspek
edukatif/profesional meliputi; kurikulum, proses belajar mengajar, standar pendidikan, UTS, penilaian dan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan dari aspek adminsitrasi meliputi; administrasi sekolah, kepegawaian, kesiswaan, guru, laboratorium dan sebagainya. 3. Pelaksanaan Supervisi Dalam hal ini pelaksanaan supervisi dimulai dari beberapa hal diantaranya: a. Menyiapkan instrumen dan mekanisme pengumpulan serta pengolahan data instrumen Supervisi menurut Danim (2010: 42) merupakan sarana pokok yang
100
harus digunakan oleh kepala sekolah dalam menjaring berbagai data/informasi yang dibutuhkan dari kelas. Instrumen tersebut bisa berupa kisi-kisi pertanyaan atau penggunaan alat dari media elektronik. Instrumen dalam pedoman ketentuan teknis pelaksanaan supervisi disini adalah berupa kisi-kisi pertanyaan/butir-butir soal sesuai dengan jenis/ bentuk kunjungan. Penyusunan instrumen atau penjelasan teknis pelaksanaan supervisi meliputi; tujuan, metode, Alat dan materi/ aspek-aspek pengawasan yang berbentuk kisi-kisi/ butir-butir soal, instruksi pengisian, daftar isian identitas. b. Menyiapkan formulir pengawasan yang diperlukan Formulir yang diperlukan dan harus diisi oleh kepala sekolah maupun dalam kegiatan pengawasan, meliputi : 1) Formulir A1, yaitu lembaran yang harus diisi oleh setiap guru yang merupakan data lengkap guru dan sekaligus daftar lengkap sekolah. 2) Formuli A2, yaitu pencatatan data pada formulir A1 oleh pengawas yang berfungsi untuk menyusun jadwal kegiatan pengawasan yang akan dilakukannya. 3) Formulir B1 yaitu untuk membuat jadwal kegiatan tahunan baik berupa frekuensi kunjungan sekolah selama setahun. 4) Formulir B2, yaitu lembaran penjadwalan kegiatan mingguan yang merupakan penjabaran dari kegiatan bulanan. 5) Formulir C1, yaitu lembaran yang perlu diisi dalam kegiatan kunjungan kelas
101
6) Formulir C3, yaitu dari hasil rekapitulasi data kegiatan guru yang digunakan sebagai laporan kepada atasan c. Persiapan dan Prosedur-Prosedur Kunjungan Persiapan kunjungan kepengawasan ke kelas dilakukan dengan prosedur minimal: 1) Guru yang hendak dikunjungi harus sudah menerima pemberitahuan sekurang-kurangnya satu minggu sebelumnya 2) Dalam surat pemberitahuan agar disebutkan: agenda kerja selama di kelas tersebut, dokumen apa saja yang perlu disiapkan pada saat kunjungan dan, tujuan dan hasil yang diharapkan dari kunjungan tersebut. 3) Segala perlengkapan dokumentasi yang diperlukan oleh kepala sekolah dalam pelaksanaan kunjungan seperti; buku kurikulum, instrumen pengumpulan data, alat perekam dan lain sebagainya agar dipersiapkan dan dilakukan pengecekan ulang atas kesiapan dan kelengkapan sehari sebelum kunjungan. Sedangkan prosedur kerja dari pelaksanaan kunjungan supervisi, yaitu: 1) Kepala sekolah datang ke kelas sesuai hari dan tanggal serta jam kedatangan yang disampaikan dalam surat pemberitahuan. 2) Kepala sekolah membawa dan memperlihatkan surat tugas (ST) kunjungan kepada kepala guru yang dikunjungi 3) Apabila bentuk/jenis kunjungan kelas, maka kepala sekolah hanya mengamati daftar hadir guru yang bersangkutan, kelengkapan
102
administratif, data kegiatan pendidikan dan lain-lain. 4) Apabila bentuk/jenis kunjungan kelas, maka kepala sekolah menuju kelas dan pihak guru yang sesuai dengan yang diberitahukan dalam surat tugas. 5) Dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan, kepala sekolah melakukan pengamatan. 6) Setelah melakukan pengamatan dan terjaringnya data serta adanya ditemukannya permasalahan yang harus di supervisi, melalui pendekatan secara langsung kepala sekolah melakukan dialog dan pembinaan setelah pihak guru meninggalkan kelas/berada diruang guru. (hasil wawancara dengan pengawas sekolah) d. Tahap observasi kelas Tahap ini dilaksanakan pada waktu guru mengajar atau melakukan latihan mengenai tingkah laku mengajar yang telah sama-sama dipilih/disepakati bersama pada tahap pertemuan awal. Sementara itu aspek-aspek yang diamati juga harus disesuaikan dengan kesepakatan bersama pada waktu pertemuan awal. Dalam tahap ini ada 3 kemungkinan pemusatan perhatian yang dilakukan pengawas, yaitu ; guru, siswa, atau interaksi guru dengan siswa. 1) Pengamatan pada guru, antara lain bagaimana guru melalui dan mengahiri KBM, tingkat penguasaan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat dan penguasaan kelas dalam KBM hal
ini
sesuai
dengan
wawancara
yaitu
“apakah
pengawas
103
membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran jawab bimbingan dilakukan diawal tahun ajaran dan diawal semester dengan penentuan/pembuatan RPP, model, metode, KKM dan melalui koordinator mapel”. 2) Pengamatan pada siswa, maka supervisor mencatat beberapa banyak siswa memberikan respon terhadap pertanyaan guru dan sebaliknya keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. 3) Pengamatan pada interaksi guru dan siswa selama KBM pendekatan yang dilakukan oleh supervisor dalam pelaksanaan supervisi terhadap guru yaitu pendekatan dalam rangka membimbing seperti guru mengajar yang suaranya pelan maka diarahkan pada saat rapat atau pada saat itu juga. 4. Evaluasi dan Hasil supervisi Evaluasi/penilaian yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan supervisi, yang meliputi a) keterlaksanaan program supervisi, b) kemantapan instrumen, c) hasil supervisi dan, d) kendala yang dihadapi. Evaluasi proses dari hasil supervisi dilakukan secara terus-menerus. Penilaian proses dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan kunjungan kelas, sedangkan evaluasi hasil dilakukan pada akhir kegiatan program supervisi. Masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam menyelesaikan kasus pengelolaan proses pembelajaran merupakan bagian yang dapat diselesaikan dengan supervisi. Terlebih lagi ketika masalah itu berkaitan dengan kualitas pengelolaan proses pembelajaran. Sudah menjadi rumus yang baku untuk bisa
104
berlangsungnya hal itu diperlukan segala sesuatunya yang berkualitas, baik SDM guru, material, maupun proses berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta kepala sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan siswa. Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi merupakan bagian integral dari
kemampuan
profesional
kepala
sekolah
yang
berkualitas.
Tanpa
berkemampuan melakukan supervisi dengan didampingi pengawas yang berkualitas, mustahil kepala sekolah SMK Miftahul Huda berhasil meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan supervisi oleh kepala sekolah diawali dengan penyusunan program kerja yang dilandasi oleh hasil pengawasan pada tahun sebelumnya. Dengan berpedoman pada program kerja yang disusun, dilaksanakan kegiatan inti pengawasan meliputi penilaian, pembinaan, dan pemantauan pada setiap komponen sistem pendidikan di sekolah binaannya. Pada tahap berikutnya dilakukan pengolahan dan analisis data hasil penilaian, pembinaan, dan pemantauan dilanjutkan dengan evaluasi hasil pengawasan dari setiap guru dan dari semua guru binaan. Berdasarkan hasil analisis data, disusun laporan hasil supervisi yang menggambarkan sejauhmana keberhasilan tugas kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolahnya. Sebagai tahap akhir dari satu siklus kegiatan pengawasan sekolah adalah menetapkan tindak lanjut untuk program pengawasan tahun berikutnya. Tindak lanjut supervisi diperoleh berdasarkan hasil evaluasi komprehensif terhadap seluruh kegiatan pengawasan dalam satu periode.
105
Menurut Nana Sudjana dan Surya Dharma (2013:36) output pengolahan dan analisis data hasil supervisi harus mampu memberikan gambaran mengenai kondisi sekolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif sebagai dasar dalam menyusun program pengawasan berikutnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsi kepala sekolah yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam (1) merencanakan pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3) menilai hasil pembelajaran, (4) membimbing dan melatih peserta didik dan (5) melaksanakan tugas tambahan yang yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Supervisi akademik kaitannya dengan tugas kepala sekolah adalah berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan dan penilaian kinerja guru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran dan pembimbingan serta pelatihan peserta didik. Kegiatan supervisi akademik ini fokus pada pembinaan guru sesuai kondisi sebenarnya di sekolah tentang kemampuan pendidik dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selanjutnya pemantauan fokus pada standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat mengembangkan supervisi akademik dengan memberikan motivasi dan memberikan pelayanan supervisi akademik secara optimal kepada para pendidik sesuai kondisi pendidik yang ada di sekolah. Dari kegiatan ini diharapkan terjadi perubahan perilaku pendidik ke arah yang lebih berkualitas dan akan menimbulkan perilaku belajar peserta didik menjadi lebih baik. Proses
106
pembelajaran yang berkualitas dan hasil belajar peserta didik yang baik merupakan satu indikator keberhasilan kinerja kepala sekolah. Untuk itu kepala sekolah perlu mengembangkan supervisi akademik melalui dengan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta tindak lanjut supervisi akademik. Dengan demikian kemampuan melaksanakan supervisi bagi seorang kepala sekolah untuk memberikan bantuan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Kepala sekolah sebagai pimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan dapat mengembangkan pembinaan guru dengan memberikan motivasi dan memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pendidik di sekolah yang dipimpinnya.
B.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Supervisi
Akademik
dalam
Meningkatkan Kinerja Guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam melaksanakan supervisi di SMK Miftahul Huda Limbangan, diketahui faktor yang mempengaruhi supervisi diantaranya adalah Dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, kadang-kadang seorang perencana tidak dapat melepaskan diri dari banyak hal, antara lain dari faktor internal (dalam diri sendiri) dan faktor eksternal (dari luar dirinya sendiri). Kedua faktor inilah yang sangat mempengaruhi dalam perencanaan supervisi pendidikan. Menurut Purwanto (2011: 24) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi adalah faktor internal yaitu faktor yang ada diri kepala sekolah, sedangkan faktor eksternalnya yaitu guru, siswa dan faktor lingkungan
107
masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah Sekolah itu berada dikota besar, di kota kecil, atau di pelosok Desa. Dilingkungan masyarakat orangorang kaya dan lingkungan orang-orang yang kurang mampu. Lingkungan masyarakat intelek, pedagang, petani dan lain-lain. Selanjutnya adalah besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepada sekolah, apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya memiliki halaman dan tanah yang luas. Tingkatan dan jenis sekolah juga mempengaruhi pelaksanaan supervisi. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SMP atau SMK, SMA dsb. Semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu. Faktor keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia sebagai subyek supervisi juga akan sangat mempengaruhi. Apakah guru-guru disekolah itu pada umumnya sudah
berwenang,
bagaimana
kehidupan
sosial
ekonomi,
hasrat
kemampuannya dan sebagainya. Yang terakhir adakah kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Ini adalah faktor yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya, sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaikinya dan menyempurnakannya. 1.
Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi kepala
108
sekolah adalah faktor-faktor yang ada dan berasal dari diri kepala sekolah. Adapun faktor yang dimaksud, antara lain : a. Kemampuan profesional dan wawasan baik tentang subtansi kepengawasan maupun manajerial jalannya program pengawasan yang memadai. b.
Sikap mental yang kurang sehat dari pembina, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1)
Hubungan profesional yang meskipun sudah berupaya agar terjalin suasana keakraban namun belum dapat diwujudkan dengan baik
2)
Masih ada Kepala sekolah dan guru merasa berpengalaman sehingga tidak merasa perlu untuk belajar lagi
3) Pembina dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa c. Kurang adanya tanggungjawab, terlalu lunak dan masa bodoh terhadap jalannya kepengawasan d. Pembina banyak yang sudah lama tidak mengajar, sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru. 2.
Faktor eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar diri kepala sekolah, akan tetapi turut mempengaruhi tugas-tugas kepala sekolah dan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Adapun yang dimaksud faktor eksternal tersebut, antara lain :
109
a. Peraturan perundang-undangan Peraturan perundang-undangan yaitu suatu kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebagai dasar bagi seorang aparat, termasuk untuk melaksanakan tugas. Adapun secara hierarki peraturan perundangundangan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas sekaligus dalam perencanaan tugas kepala sekolah, meliputi; UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tahun 2003. Namun seringkalinya berubah aturan tersebut menjadikan pelaksanaan supervisi sering mengalami hambatan karena lebih banyak disibukkan dengan tugas lain seiring dengan berubahnya aturan tersebut. Akibatnya supervisi tidak dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. b. Dari pihak guru 1) Guru berasal dari latar belakang non pendidikan 2)
Kurang adanya semangat kerja
2) Kurang kesediaan bekerja sama dan berkomunikasi 3) Kurang kecakapan dalam melaksanakan tugas 4) Kurang menguasai metode mengajar 5) Kurang memahami tujuan dan program kerja 6) Kurang mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya c.
Dari pihak murid 1) Kurang kerajinan dan ketekunan 2) Kurang mentaati ketertiban 3) Kurang keinsyafan perlunya belajar dan sebagainya
110
d. Dari pihak sarana dan prasarana 1)
Kurang terpenuhi syarat-syarat tentang gedung, halaman, kesehatan, keamanan dan sebagainya
2)
Kurang tersedianya alat-alat pelajaran, seperti bangku, kursi, lemari, papan tulis dan sebagainya
e. Dari pihak pengawas SMK 1) Kurang adanya tanggungjawab pengabdian 2) Kurang kewibawaan, pengetahuan, dan sebagainya 3) Terlalu otoriter 4)
Terlalu lunak, bersikap masa bodoh terhadap program yang dilaksanakan di sekolah
f. Dana dan anggaran yang telah ditetapkan pada APBD masingmasing instansi Urgensi pendanaan dan anggaran sebagai motivasi kerja kepala sekolahakan mempengaruhi baik dalam perencanaan maupun efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Sangat disadari bahwa upaya yang dilaksanakan instansi pemerintah pusat dalam penganggaran/ budget pelaksanaan program pengawasan masih sangat minim. h. Lingkungan sekolah Dengan menciptakan lingkungan yang ramah, saling keterbukaan, kedisiplinan dan kemitraan/ kerjasama lembaga sekolah/ madrasah dengan pengawas, sangat berpengaruh besar dalam perencaan dan
111
pelaksanaan
program
pengawasan.
yang
bertanggungjawab
menciptakan lingkungan yang baik adalah kepala sekolah, guru, karyawan, murid, serta masyarakat sekitarnya. Menurut Danim (2010 : 154) supervisi adalah proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, menentukan focus, melakukan bimbingan professional, dan menilai peningkatan profesionalitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik secara individual maupun secara kolektif. Supervisi adalah proses bimbingan professional untuk meningkatkan derajat profesionalitas guru bagi peningkatan mutu proses pendidikan dan pembelajaran, khususnya prestasi belajar siswa. Supervisi seharusnya dapat memberikan kemudahan dan membantu kepala sekolah dan guru mengembangkan
potensi
secara
optimal.
Supervisi
harus
dapat
meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi program sekolah secara keseluruhan. Namun demikian, perubahan aturan serta tanggung jawab kepala sekolah yang besar menjadikan pelaksanaan supervisi belum dapat dilaksanakan secara teratur sebagaimana yang direncanakan. Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan efektivitas kinerja pendidik dan tenaga pendidikan di sekolah. Dengan demikian supervisi merupakan salah satu faktor penting sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan oleh supervisor/kepala sekolah.
112
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan berkenaan dengan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda Limbangan Kabupaten Kendal dilakukan melalui kegiatan persiapan yaitu dengan merencanakan kegiatan supervisi yang dimasukkan dalam program tahunan dan program semester, kemudian ditindaklanjuti dengan penjadwalan supervisi untuk masing-masing guru. Setelah itu kepala sekolah mengadakan pelaksanaan supervisi sesuai dengan jadwal melalui kunjungan kelas dan diskusi sesuai dengan karakteristik guruguru yang dilakukan supervisi. 2. Faktor yang mempengaruhi kepala SMK Miftahul Huda Limbangan dalam supervisi akademik adalah: hubungan profesional antara kepala sekolah dengan guru yang meskipun sudah berupaya agar terjalin suasana keakraban namun belum dapat diwujudkan dengan baik dan masih ada guru yang mengajar/megampu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
112
113
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada Kepala Sekolah a. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan metode supervisi yang telah dilakukan
sehingga
efektivitas
pelaksanaan
supervisi
dapat
meningkatkan kinerja guru. b. Menjadwal ulang kembali jika kepala sekolah tidak dapat melaksanakan sueprvisi, sehingga supervisi bukan hanya kegiatan yang sifatnya formalitas saja. c. Menyampaikan kepada guru mengenai pentingnya hasil tindaklanjut dari supervise yang dilaksanakan, terutama dalam hal upaya meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. 2. Kepada Guru a. Hendaknya memperbaiki administrasi pembelajaran, terutama dalam melaksanakan pembelajaran berbasis karakter. b. Memanfaatkan kegiatan KKG dengan baik, terutama bagi guru yang berasal dari jurusan yang tidak linier dengan mata pelajaran yang diampu.
114
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. ______________. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Damim, Sudarwan. 2010. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo Hamruni. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyasa, E. 2004. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru Algesindo Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Purwanto, M. Ngalim. 2011. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta ___________.2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta Sardiman AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2007. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta 114
115
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Trianto. 2010. Sertifikasi Guru dan Usaha Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan. Malang: Pustaka Pelajar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahyudi, 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfabeta
PEDOMAN WAWANCARA SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH
1.
Apakah bapak selaku kepala sekolah selalu membuat perencanaan sebelum melaksanaan supervisi akademik ?
2.
Apakah waktu pelaksananya sudah direncanakan terlebih dahulu?
3.
Metode apa yang digunakan bapak kepala sekolah dalam mensupervisi guru?
4.
Apakah bapak kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan mengadakan kunjungan kelas?
5.
Apakah bapak kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan mengadakan observasi kelas?
6.
Apakah bapak kepala sekolah memberikan bimbingan cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa?
7.
Apakah bapak kepala sekolah membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah?
8.
Menurut anda seberapa penting dilaksanakan supervisi akademik oleh kepala sekolah kepada guru?
9. 10.
Apa faktor pendukung dilaksanakanya supervisi akademik kepala sekolah? Apa faktor penghambat dilaksanakanya supervisi akademik sekolah?
1
kepala
PEDOMAN WAWANCARA GURU TERHADAP PELAKSANAAN SUPERVISI 1.
Apakah selaku kepala sekolah selalu menjadwalkan pelaksanaan supervisi pada setiap guru?
2.
Apakah waktu pelaksananya sudah direncanakan terlebih dahulu?
3.
Teknik atau metode apa yang digunakan dalam supervisi guru?
4.
Apakah kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan mengadakan kunjungan kelas?
5.
Apakah kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan mengadakan observasi kelas?
6.
Apakah bapak kepala sekolah membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah?
7.
Bagaimanakan tangapan anda tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah?
8.
Menurut anda seberapa penting dilaksanakan supervisi akademik oleh kepala sekolah kepada guru?
9.
Apa faktor pendukung dilaksanakanya supervisi akademik
oleh kepala
sekolah? 10.
Apa faktor penghambat dilaksanakanya supervisi akademik oleh kepala sekolah?
2
Pedoman Observasi Pelaksanaan Supervisi Akademik
Keterangan No
Komponen yang Dinilai
1
Rumusan Standar Kompetensi
2
Rumusan Kompetensi Dasar
3
Rumusan Indikator Hasil Belajar
4
Rumusan Tujuan Pembelajaran
5
Rumusan Materi Pokok
6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran
9
Rumusan Penilaian Pembelajaran
0
Ada
Tidak
Pedoman Observasi Kemampuan dalam Mengajar
Keterangan No.
Indikator Kemampuan yang Dinilai
1
Membuka kegiatan pendahuluan
2
Mengelola kegiatan eksplorasi
3
Mengelola kegiatan elaborasi
4
Mengelola kegiatan konfirmasi
5
Menumbuh kembangkan karakter
6
Pendayagunaan alat dan sumber
7
Mengelola evaluasi
8
Menindaklanjuti hasil evaluasi
9
Menutup kegiatan pembelajaran
10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan
11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh
12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa
0
Ada
Tidak
0
0
FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN
Kepala Sekolah Mempersiapkan Pelaksanaan Supervisi
0
PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK
Suasana Kegiatan Pembelajaran Saat Guru dilakukan Supervisi Akademik
0
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Bahwa Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Eko Prayitno
Tempat /tanggal lahir
: Kab. Semarang, 13 Juni 1990
Agama
:Islam
Alamat
: Dusun Gunung Jayan RT 03 RW 12 desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang
Riawayat pendidikan: 1.
MI Darussalam Bancak
: Tahun Lulus 2003
2.
SMPN 1 Bancak
: Tahun Lulus 2006
3.
SMKN 1 Bancak
: Tahun Lulus 2009
0