SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI (Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016)
Oleh: PUJI HANDRIYANI NIM. M2.14.024
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM BEASISWA SUPERVISI PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 1
2
3
4
ABSTRAK
SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI (Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut serta keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan data melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, perencanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dimulai dengan pembuatan program supervisi kemudian disosialisasikan kepada semua guru agar mengetahui dan memahami sehingga timbul rasa tanggung jawab. Kedua, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen menggunakan tehnik kelompok dan perorangan. Sebagian besar kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok dengan pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas, observasi kelas maupun pertemuan individual. Ketiga, program tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen hanya berupa pembinaan yang bersifat umum dan dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar kepada guru PAI. Keempat, supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan Sragen belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI karena pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah belum terencana, sistematis dan berkelanjutan.
Kata kunci: supervisi akademik, kepala sekolah, kompetensi profesional, guru PAI
5
ABSTRACK PRINCIPAL ACADEMIC SUPERVISION OF IMPROVING TEACHER PROFESSIONAL COMPETENCE PAI (Case Study in elementary sub-district Sregen 2016)
The purpose of study is to investigate implementation of the principal academic supervision. The study starting from the planning, implementation and follow-up academic supervision to improving the professional competence of islamic teachers. This study used descriptive qualitative approach, Technique intake of data through observation and interviews. The study concludes that first, the planning activities of the principal academic supervision starting with the production supervision program and then disseminate to all teachers in order to know and understand so that the resulting sense of responsibility. Second, the implementation of the principal academic supervision in the district of Sragen using the technique with groups and individuals. Most principals just do supervision in groups with teachers coaching together at the meeting of new school year. Some principal were supervising individual with visit classroom, observation classroom and individual meetings. Third, the follow-up program of the principal academic supervision in the district only form of guidance a general nature and is done in a teachers' meeting so that less targeted to islamic teachers. Fourth, the principal academic supervision in the district of Sragen has not success to improving the professional competence of islamic teachers. In the mplementation of the principal academic supervision, the principal has not been planned, systematic and sustainable.
Inggris keywords: academic supervision, principal, professional competence, islamic teachers.
6
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia terindahnya. Atas rahmat Allah SWT, penulis bisa menyelesaikan Tesis yang berjudul “Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI (Studi Kasus SD se-Kecamatan Sragen tahun 2016). Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat bantuan, motivasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan Jazakallah khoiron katsiro kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 3. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Pd selaku pembimbing Tesis, yang telah membimbing dengan ikhlas sampai Tesis selesai. 4. Semua Dosen program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulis mengikuti kuliah. 5. Teman-teman program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 6. Kepada seluruh Kepala Sekolah dan guru PAI se-Kecamatan Sragen terima kasih atas bantuan selama ini.
7
7. Untuk keluarga, suami dan anak-anakku terima kasih atas motivasi selama ini. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun.
Penulis
Puji Handriyani
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………
ii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………
iii
ABSTRAK………………………………………………………………….
iv
PRAKATA………………………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
viii
DAFTAR BAGAN …………………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ….………………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………..……………………………... 1. Identifikasi Masalah …………………………………….
10
2. Pembatasan Masalah ……………………………………
10
3. Rumusan Masalah ………………………………………
11
C. Tujuan Penelitian …..……………………………………….
11
D. Manfaat Penelitian ….………………………………………. 12 E. Penelitian yang Relevan …………………………………….
12
F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 14 BAB II
KAJIAN TEORI A. Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...……………………..
22
B. Tujuan Supervisi Akademik ...……………………………… 23 C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik .……………………….
25
D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik ……………………….
26
E. Perencanaan Supervisi Akademik ………………………….
27
F. Model-model Supervisi Akademik …………………………
31
G. Teknik Supervisi Akademik ………………………………... 33 H. Tindak Lanjut Supervisi Akademik ………………………...
40
I. Kompetensi Profesional Guru PAI …………………………. 43
9
J. Indikator Kompetensi Profesional Guru PAI ………………. BAB III
45
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen
47
B. Kondisi Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen …...........
49
C. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......…….. 66
BAB IV
D. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......……..
72
E. Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......…...
84
PEMBAHASAN A. Tingkat Keberhasilan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...
92
B. Faktor Pendukung Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...….
106
C. Kendala yang Dihadapi ……………………………………… 108 BAB V
PENUTUP A. Simpulan……………………………………………………...
112
B. Saran………………………………………………………….
114
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. LAMPIRAN………………………………………………………………… BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………
10
115
DAFTAR BAGAN
Hal Bagan 1
Struktur Organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah 50 Sragen ……………………………………………………
Bagan 2
Struktur Organisasi SD N Mojo 58 ……………………….
51
Bagan 3
Struktur Organisasi SD N Karang Tengah 1 ……………..
53
Bagan 4
Struktur Organisasi SD N 16 Sragen ……………………
54
Bagan 5
Struktur Organisasi SD N Mojomulyo 2 …………………
56
Bagan 6
Struktur Organisasi SD N Tangkil 4 …………………….
58
Bagan 7
Struktur Organisasi SD Sragen 6 ………………………..
59
Bagan 8
Struktur Organisasi SD N Nglorog 3 ……………………
61
Bagan 9
Struktur Organisasi SD N Nglorog 1 ……………………
63
Bagan 10
Struktur Organisasi SD N Sragen 4 ……………………
65
11
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Lampiran 1
Panduan Wawancara untuk Kepala Sekolah ...………..
HAL
Lampiran 2
Panduan Wawancara untuk Guru PAI …..….…… …
Lampiran 3
Transkrip Wawancara ….……………… ……………..
Lampiran 4
Foto Kegiatan Wawancara …...………………………..
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 45, adalah “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”1 Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya dengan memajukan pendidikan yang operasionalnya diatur melalui Undang-undang. Sebagai konsekuensi logis dari adanya arah tujuan nasional, maka pemerintah
menyelenggarakan
mengembangkan
sumberdaya
pendidikan manusia
sebagai
Indonesia
sarana
yang
untuk
berkualitas.
Penyelenggaran pendidikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
1
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR RI Cetakan keempatbelas, Jakarta. 2015, 3.
13
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Maka perlu lembaga/sekolah yang mampu menghasilkan manusia yang berkualitas serta didukung sumber daya manusia yang berkualitas pula. Salah satu sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pendidikan adalah kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam mempengaruhi sistem dalam sekolah. Secara operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada terdepan dalam mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Sebagai pemimpin lembaga di suatu sekolah memiliki peran yang cukup besar dalam membina kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Untuk membuat guru menjadi profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi, namun juga perlu memperhatikan guru dari segi yang lain seperti
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf diunduh pada hari Rabu, 10 Pebruari 2016 pukul 23.30 WIB. 3 Yudha M.Saputra, “Supervisi Pembelajaran untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 8 (Juni 2011), 417.
14
peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi. Suharsimi4 menjelaskan bahwa kepala sekolah lebih dekat dengan sekolah bahkan melekat pada kehidupan sekolah yang lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada supervisi pengajaran/akademik. Kepala sekolah merupakan supervisor yang sangat tepat karena kepala sekolahlah yang paling memahami seluk beluk kondisi dan kebutuhan sekolah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk meningkatkan proses pembelajaran, dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.5 Salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Kompetensi supervisi sesuai permendiknas nomor 13 tahun 2007
mencakup perencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan tehnik supervisi yang tepat dan menindaklanjuti hasil supervisi akademis terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.6
4 5
Untuk menunjang kompetensi
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 7. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006, 40. 6
Permendiknas nomor 13 taun 2007 , http://www.slideshare.net/YaniPitoy/permen-132007standar-kepala-sekolah. diunduh pada hari Kamis, 21 Juli 2016.
15
tersebut, kepala sekolah harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti supervisi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah. Untuk meningkatkan kualitas guru, kegiatan supervisi kepala sekolah melalui kegiatan pelayanan dan pembinaan dengan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk dapat berkembang secara profesional. Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga. 7 Hal tersebut bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja. Dengan bimbingan dan bantuan, kualitas sumber daya manusia yang ada akan senantiasa bisa dijaga dan ditingkatkan. Dalam proses supervisi, supervisor dapat berperan sebagai sumber informasi, sumber ide, sumber petunjuk dalam berbagai hal dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru. Supervisi sebagai koordinasi, kepala sekolah sebagai supervisor harus memimpin sejumlah guru/straf yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Supervisor haruslah menjaga agar setiap guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam situasi kerja yang kooperatif. Supervisi sebagai evaluasi, untuk mengetahui kemampuan guru yang akan dibina perlu dilakukan evaluasi sehingga program supervisi cocok dengan kebutuhan guru. Selain itu melalui
7
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2008, 370.
16
evaluasi dapat pula diketahui kemampuan guru setelah mendapatkan bantuan dan latihan dari supervisor.8 Bafadal mengemukakan pula bahwa supervisi akademik akan mampu membuat
guru
semakin
profesional
apabila
programnya
mampu
mengembangkan dimensi persyaratan profesional/kemampuan kerja.9 Oleh karena itu kegiatan supervisi akademik dipandang perlu untuk meningkatkan kompetensi profesional guru termasuk guru PAI dalam proses pembelajaran. Dan dengan perkembangan pendidikan yang semakin pesat, menuntut guru menjadi seorang yang berkembang pula di setiap tahunnya dan semakin profesional dalam mengajar, sehingga supervisi akademik perlu dilakukan secara efektif agar kekurangan-kekurangan dari guru dapat segera diatasi. Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu guru di Sekolah Dasar yang mempunyai peran penting dalam pembentukan akhlak dan karakter anak. Sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru PAI mempunyai hak yang sama dengan guru-guru yang lain seperti guru kelas dan guru Penjasorkes dalam supervisi Kepala Sekolah. Guru PAI mempunyai pengawas dari Kementrian Agama, namun hal ini tidak maksimal sehingga perlu peran Kepala Sekolah dalam memberikan supervisi. Pelaksanaan supervisi perlu dilaksanakan secara rutin dan bertahap dengan jadwal dan program supervisi yang jelas. Pencapaian target nilai kelulusan peserta didik dari tahun ke tahun yang semakin bertambah dan banyaknya tuntutan untuk menjadi sekolah lebih maju, merupakan kewajiban 8
Kompri, Manajemen Pendidikan 3, Bandung: Alfabeta, 2015, 196-197. Ibrahim Bafadal, Supervisi pengajaran: Teori dan aplikasinya dalam membina profesional guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 10. 9
17
kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi agar guru lebih profesional dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya di lembaga pendidikan, supervisi masih menemui berbagai kendala baik itu dalam teknik penyampaian maupun intensitas pelaksanaan supervisi yang dilakukan belum ditetapkan dengan baik sehingga kepala sekolah masih insidental mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah kurang menguasai kompetensi yang harus dimiliki untuk mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada guru dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi10 yang mengemukakan bahwa dalam kenyataannya kepala sekolah belum dapat melaksanakan supervisi dengan baik dengan alasan beban kerja kepala sekolah yang terlalu berat serta latar belakang pendidikan yang kurang sesuai dengan bidang studi yang disupervisi. Sehingga tujuan untuk membina dan membimbing guru masih belum sempurna serta guru kurang memahami makna dari pentingnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Selain itu pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah belum maksimal terutama untuk guru Pendidikan Agama Islam. Secara umum persoalan tersebut meliputi kualitas dan kuantitas supervisi dari Kepala Sekolah yang masih tergolong rendah. Tinggi rendahnya peran Kepala Sekolah sebagai supervisor menjadi hal yang patut untuk dipertanyakan, hal ini dikarenakan banyaknya tugas dan tanggungjwab Kepala Sekolah menjadi salah satu alasan minimnya pelaksanaan supervisi di sekolah. Bahkan tidak jarang kepala
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar …., 4.
18
sekolah hanya menekankan pada sisi tanggungjawab administratif guru PAI tanpa memperhatikan pembinaan kompetensi profesionalnya yang jauh lebih penting. Pelaksanan supervisi oleh kepala sekolah harus dilakukan secara kontinyu mengingat peningkatan kompetensi profesional guru PAI tidak bisa dilakukan secara instan. Sebagai supervisor, kepala sekolah harus mampu memahami karakteristik dan kondisi setiap guru sehingga apa yang menjadi esensi ataupun tujuan supervisi dapat tercapai. Selain itu kepala sekolah juga harus bisa merencanakan melaksanakan dan membuat tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi. Alasan peneliti memilih Kecamatan Sragen sebagai lokasi penelitian karena kecamatan Sragen merupakan tempat strategi yang berada di tengahtengah kota dan merupakan ibu kota kabupaten Sragen. Hal ini menjadikan kecamatan Sragen sebagai tujuan orang tua dalam memilih pendidikan untuk anak-anaknya. Tidak hanya tingkat SLTA dan SLTP, tingkat Sekolah Dasar juga menjadi pilihan bagi orang tua. Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terdiri dari 37 Sekolah Dasar. 30 SD Negeri, 4 SD Swasta berbasis Islam, dan 3 SD Swasta non Islam. Dari Sekolah negeri dan swasta terdiri dari 48 Guru Pendidikan Agama Islam. Guru PAI lebih banyak dari jumlah sekolah karena ada beberapa sekolah yang memiliki rombel lebih dari satu. Dari 48 guru PAI, terdiri dari 12 guru PNS dan 36 guru Wiyata Bhakti dan guru yayasan. Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen banyak menuai prestasi di tingkat karisidenan, propinsi maupun tingkat nasional. Sebagaimana info yang kami
19
dapatkan dari ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Joko Laksono, bahwa Sekolah Dasar di Sragen mempunyai prestasi yang menggembirakan baik di tingkat karesidenan Surakarta, propinsi maupun tingkat nasional. Termasuk lomba-lomba dalam Pendidikan Agama Islam juga meraih juara di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Tentu ini tidak lepas dari peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada murid-muridnya.11 Upaya peningkatan kompetensi profesional guru PAI di sekolah bukan masalah yang sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Untuk mencapai hal itu, kepala sekolah SD se-Kecamatan Sragen melakukan berbagai upaya diantaranya adalah dengan meningkatkan kemampuan supervisi akademik kepala sekolah. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji tentang supervisi kepala sekolah SD dengan judul “Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI.” (Studi kasus SD se-Kecamatan Sragen Tahun 2016). B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah a. Rendahnya pemahaman kepala sekolah tentang supervisi akademik sehingga kepala sekolah hanya memahami supervisi sebagai bentuk pengawasan dan penilaian kinerja guru dalam pembelajaran.
11
Wawancara pada hari Jum’at, 3 Juni 2016.
20
b. Minimnya pelatihan kepala sekolah tentang supervisi, serta beban tugas kepala SD yang tidak dibantu oleh tenaga administrasi/TU membuat kepala sekolah tidak maksimal melakukan supervisi akademik. c. Kurangnya
perhatian
kepala
sekolah
terhadap
guru
dalam
meningkatkan kompetensi profesional terutama guru Pendidikan Agama Islam. d. Guru Pendidikan Agama Islam kurang memahami pentingnya pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah sehingga pembinaan terkesan
kurang
bermakna
dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional guru dalam proses pembelajaran 2. Pembatasan Masalah a. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah SD di Kecamatan Sragen. b. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Peneliti membatasi penelitian ini dalam hal peningkatan kompetensi profesional guru PAI c. Peneliti membatasi permasalahan dari perencanaan sampai tindak lanjut dan keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SD di Sekolah Dasar se-Kecamatan Sragen. 3. Rumusan Masalah
21
a. Bagaimana perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen? b. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen? c. Bagaimana tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen? d. Bagaimana keberhasilan supervisi akademik dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen? C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui/menemukan perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen. b. Untuk mengetahui/menemukan
pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen. c. Untuk mengetahui/menemukan tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen. d. Untuk mengetahui/menemukan
keberhasilan supervisi akademik
kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen. 2. Manfaat Penelitian
22
a. Manfaat Praktis 1) Hasil penelitian ini menjadi masukan dan pertimbangan bagi SD se-Kecamatan Sragen dalam rangka peningkatan kompetensi profesional guru PAI. 2) Penelitian ini dapat diterapkan sebagai langkah meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah, sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. b. Manfaat Teoritis 1) Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di bidang supervisi pendidikan 2) Bagi akademisi Untuk menambah wawasan dan literatur dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya supervisi pendidikan. D. Kajian Pustaka Penelitian Puji Rahayu tahun 2015 bahwa pertama, penyusunan program supervisi
sangat penting berdasarkan pertimbangan perlunya
orientasi kepada seluruh guru SMP Budaya dalam bentuk latihan khusus guru dalam
perbaikan
PBM
di
kelas,
meningkatkan
profesionalisme guru dan pengembangan SDM. Kedua,
kompetensi
dan
Kepala Sekolah
dibantu guru dan tim supervisi sekolah telah mampu melaksanakan program sekolah. Pelaksanaan supervisi didasarkan atas usulan dan kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensi serta pelaksanaan supervisi disesuaikan
23
dengan kebutuhan guru bidang studi dan kondisi sekolah /daerah sendiri. Ketiga, tim supervisi mempunyai moral tangggung jawab dalam pelaksanaan Supervisi sampai dengan evaluasi supervisi dan pemantauan di lapangan sehingga akan mengetahui kelemahan dan kekurangan Guru, setelah itu diadakan supervisi tidak lanjut. Keempat, pengaruh supervisi bagi guru di SMP Budaya dapat merubah paradigma terhadap arti dari supervisi di sekolah sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam tugasnya sebagai tenaga pengajar sehingga proses PBM dapat tercapai tujuannya.12 Penelitian Donni Juni Priansa dan Rismi Somad tahun 2014 menyatakan bahwa kepala sekolah perlu menguasai perencanaan supervisi akademik sehingga ia perlu menguasai kompetensi perencanaan supervisi akademik dengan baik. Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam perencanaan supervisi akademik, yaitu menyangkut obyektivitas (data apa adanya) tanggung jawab, berkesinambungan, didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan; serta didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah.13 Penelitian Wahid Hasim tahun 2013 diperoleh temuan pada sekolah dan madrasah bahwa pertama, pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui membuat perencanaan
jadwal
supervisi,
pelaksanaannya
12
menggunakan
model,
Puji Rahayu, “Peran Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMP Budaya Bandar Lampung)”, Lampung: Universitas Lampung, 2015. 13 Donni Juni Priansa, Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepamimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.
24
pendekatan dan teknik supervisi, observasi kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti supervisi. Kedua, pelaksanaan supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua sekolah/madrasah tersebut hanya sebagian yang dilaksanakan. Ketiga, dampak supervisi dapat meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. Keempat, perbedaan pelaksanaan supervisi di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala madrasah dan guru senior, sedangkan di SMP Islam Al-Azhar telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan dampaknya dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.14 Penelitian M. Dja’far HS, dalam Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 4, Nomor 2 bulan Oktober 2013, menyatakan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh positif dan memberikan kontribusi/pengaruh langsung positif terhadap kualitas tes buatan guru.15 Penelitian Rohikah tahun 2012 menyimpulkan bahwa supervisi Kepala Sekolah terhadap pembelajaran PAI terbukti efektif dengan adanya peningkatan guru PAI dalam hal: peningkatan Guru PAI dalam persiapan mengajar, peningkatan guru PAI dalam mengelola kelas, peningkatan guru
14
Wahid Hasim, “Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga)”, Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013. 15 M. Dja’far HS. “Supervisi Kepala Sekolah Meningkatkan Kualitas Tes Buatan Guru, Jakarta”, Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 4, No. 2, (Oktober 2013), 172-182.
25
PAI memahami peserta didik dan peningkatan guru PAI dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran.16 Penelitian Andi Tenriningsih dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 17, nomor 6 bulan Oktober 2011, menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan kepala sekolah dapat memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi kerja para guru yang berdampak pada kinerja guru. Kinerja guru yang baik akan memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar siswa yang baik. Oleh karena itu kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting bagi terciptanya kinerja sekolah secara menyeluruh baik dari aspek motivasi kerja para guru, kinerja para guru serta pada akhirnya dapat menciptakan keberhasilan belajar.17 Penelitian Sutikno tahun 2009 menyimpulkan bahwa supervisi yang dilakukan
pengawas
TK/SD/SDLB
telah
berhasil
meningkatkan
profesionalisme guru SD pada pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sejarah di Sekolah Dasar Colo dan Sekolah Dasar 2 Japan.18 Penelitian Tri Martiningsih tahun 2008 menyimpulkan bahwa: 1) Semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi profesional guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara. 2) Semakin baik partisipasi guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi profesional 16
Rohikah., “Efektivitas Supervisi Kepala Sekolah terhadap Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Ponjong”, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, UIN, 2012. 17 Andi Tenriningsih, “Supervisi Pengajaran, Motivasi Kerja, Kinerja Guru dan Prestasi Belajar”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, (Oktober 2011), 425-428. 18 Sutikno, “Peranan Supervisi Pengawas TK/SD/SDLB dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SD pada Pembelajaran IPS Sejarah (Studi Kasus di SD Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus)”, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009.
26
guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara. 3) Semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi profesional guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara.19 Dengan menjelaskan penelitian-penelitian di atas, maka akan bisa dilihat perbedaan dan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang ditampilkan di atas adalah
membahas
tentang
supervisi
kepala
sekolah.
Adapun
yang
membedakan penelitian ini dengan karya ilmiah dan penelitian lainnya yang telah ada pertama, lokasi yang peneliti lakukan di Kecamatan Sragen. Kedua, dalam penelitian sebelumnya, membahas tentang supervisi kepala sekolah terhadap guru secara umum, namun dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menjelaskan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru PAI di SD se Kecamatan Sragen. Dalam
penelitian ini, peneliti menekankan pada supervisi akademik kepala sekolah dalam peningkatan kompetensi profesional guru terutama guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar yang berada di kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif 19
Tri Martiningsih, “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan Utara”, Semarang, UNNES, 2008.
27
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.20 Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini berusaha untuk mendreskripsikan atau menggambarkan data-data yang telah diperoleh dari lapangan maupun literatur kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan. Penelitian ini bersifat deskriptif, hanya sebatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana berkenaan dengan masalah penelitian yaitu gambaran pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru PAI di SD se kecamatan Sragen. Teori-teori dalam penelitian ini digunakan untuk memahami dan menjelaskan realita sosial yang terjadi, sehingga teori tidak digunakan untuk mengintervensi realitas sosial tersebut. Dalam arti bahwa penelitian ini tidak untuk mendukung, membantah suatu teori. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SD se Kecamatan Sragen yang terdiri dari 37 SD dan akan menggunakan teknik purposive sampling, di mana lokasi Sekolah Dasar yang dipilih dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Untuk menentukan Sekolah Dasar yang akan dipilih, peneliti membagi menjadi 5 karena kecamatan Sragen terdiri dari 5 gugus, 20
Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007, 4.
28
dan tiap gugus peneliti mengambil 2 sekolah. Sehingga obyek yang peneliti ambil sejumlah 10 SD yang terdiri dari SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, SD N Mojo 58, SD N Karang Tengah 1, SD N 16 Sragen, SD N Mojomulyo 2, SD N Tangkil 4, SD N 6 Sragen, SD N Nglorog 3, SD N Nglorog 1, dan SD N 4 Sragen. Peneliti mengambil obyek penelitian di 10 Sekolah Dasar tersebut dengan alasan sekolah-sekolah tersebut cukup mewakili kondisi sekolah di Kecamatan Sragen baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kemudian peneliti mengambil sekolah di masing-masing gugus agar obyek yang peneliti ambil bisa mewakili kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen. 3. Tehnik Pengumpulan Data a. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari kepala SD se-Kecamatan Sragen yang merupakan subyek dalam penelitian. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dalam hal ini melalui guruguru PAI, serta dokumen yang terkait dengan penelitian. Semua itu untuk menjelaskan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SD se-Kecamatan Sragen. b. Tehnik Pengumpulan Data
29
1) Tehnik Observasi Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang fenomena–fenomena yang diselidiki secara sistematik.21 Dalam hal ini, observasi dilakukan untuk meneliti tentang gambaran lokasi penelitian, aktivitas supervisi akademik kepala SD se-Kecamatan Sragen dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. 2) Teknik Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti memilih bentuk wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur dalam pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.22 Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara tak terstruktur adalah untuk memberikan kesempatan kepada seseorang atau responden untuk menyatakan dan menangkap pernyataan secara mendetail. Yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari (1). Kepala sekolah, (2) Guru PAI SD se-Kecamatan Sragen. 3) Teknik Dokumentasi Teknik
ini
dikenal
dengan
penelitian
dokumentasi
(dokumentation research) yang mencari data melalui beberapa
21 22
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 3, Yogyakarta:Penerbit Andi, 2007, 36. Lexy J. MoleonG, Metodologi Penelitian…, 191.
30
arsip dan dokumen sejarah madrasah/sekolah, raport, surat kabar, majalah, jurnal, buku dan benda-benda tulis lainnya yang relevan.23 Dalam
penelitian
ini
metode
dokumentasi
untuk
mengumpulkan data tentang supervisi akademik kepala sekolah di SD se-Kecamatan Sragen. 4. Validitas Data Setelah seluruh data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses verifikasi data supaya data yang ada dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Menurut J. Moleong dalam penelitian kualitatif terdapat empat kriteria yang dapat digunakan dalam uji validitas data yaitu berkaitan dengan derajat kepercayaan (credebility) keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).24 Data tersebut diuji keabsahan dengan triangulasi data,25 untuk mengetahui
sejauhmana
representatif untuk
temuan-temuan
di
lapangan
dijadikan pedoman analisis
benar-benar
dan juga untuk
mendapatkan informasi yang luas tentang perspektif penelitian. Teknik
yang
digunakan
dalam
triangulasi
adalah
dengan
menggunakan banyak sumber untuk satu data yaitu membandingkan antara hasil wawancara dengan hasil observasi antara ucapan informan di depan umum dengan ucapan ketika informan sendirian (secara informal)
23
Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta:Rineka Cipa,1993,
24
Lexy J. Moleong,, Metodologi Penelitian …, 173. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian …, 177.
200. 25
31
Dan antara hasil wawancara dengan data yang ada pada dokumen. Juga dilakukan chek-richek, konsultasi dengan kepala sekolah, guru dan sumber-sumber data yang terkait. F. Sistematika Penelitian Penelitian Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab Pertama: Pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah; Perumusan masalah; Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian; Penelitian yang relevan dan Sistematika Penelitian. Bab Kedua: Kajian Teori. Bab ini meliputi: Supervisi akademik Kepala Sekolah; Tujuan supervisi akademik; prinsip-prinsip supervisi akademik; Ruang lingkup supervisi akademik; Model-model supervisi akademik; teknikteknik supervisi akademik; perencanaan supervisi akademik; langkah-langkah supervisi akademik; tindak lanjut supervisi akademik; kompetensi profesional guru PAI dan indikatornya. Bab Ketiga: Hasil penelitian yang meliputi gambaran dan kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen, perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah. Bab Keempat: Pembahasan yang meliputi tingkat keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah serta hambatan dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Bab Kelima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Akhirnya tulisan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran yang mendukung terhadap validitas data serta biografi peneliti.
32
33
BAB II KAJIAN TEORI
A. Supervisi Akademik Kepala Sekolah Menurut Glickman sebagaimana dikutip Sudjana26, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Kemendiknas dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, supervisi akademik
merupakan
upaya
untuk
membantu
guru-guru
dalam
mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.27 Supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar.28 Sedangkan Syaiful Sagala memberikan definisi: Supervisi akademik adalah bantuan dan pelayanan yang diberikan kepada guru agar mau terus belajar, meningkatkan kualitas pembelajarannya menumbuhkan kreativitas guru memperbaiki bersamasama dengan cara melakukan seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, model dan metode pengajaran, dan evaluasi pengajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran, pendidikan, dan kurikulum dalam perkembangan dari belajar mengajar dengan baik agar memperoleh hasil lebih baik.29
26
Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis, Jakarta: Binamita Publishing, 2011, 54. 27 Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014, 107. 28 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar …., 5. 29 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 1992, 94.
34
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan pelayanan yang menitikberatkan
pada
masalah
akademik
untuk
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah mempunyai peran penting dalam supervisi. Kepala sekolah mempunyai peran memberikan petunjuk dan pengarahan kepada guru-guru, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat As Sajdah ayat 24:
Artinya : Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar.30 Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terbentuknya sikap profesional guru. Sikap profesional guru sangat penting dalam meningkatkan kualitas guru, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru, apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinaan, pembentukan, dan pengembangan sikap profesional.31 Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan tehnik-teknik supervisi.
30
Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, 589. 31 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2013, 215.
35
B. Tujuan Supervisi Akademik Menurut Glickman dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Secara umum,
tujuan
supervisi
akademik
adalah
membantu
guru
untuk
mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan bagi peserta didiknya.32 Menurut Peter Oliva dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, menyatakan bahwa kegiatan supervisi akademik dimaksudkan untuk: 1. Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran 2. Membantu guru dalam penyajian materi pembelajaran 3. Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran 4. Membantu guru dalam mengelola kelas 5. Membantu guru mengembangkan kurikulum 6. Membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum 7. Membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka sendiri 8. Membantu guru bekerjasama dengan kelompok 9. Membantu guru melalui inservice program33
Tiga tujuan supervisi akademik antara lain pengembangan profesional, pengawasan kualitas dan penumbuhan motivasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut34: 1. Pengembangan profesional
32
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 108. Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 109. 34 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2013, 216. 33
36
Supervisi akademik dimaksudkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya melalui teknik-teknik tertentu. 2.
Pengawasan kualitas Supervisi akademik untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan peserta didik.
3. Penumbuhan motivasi Supervisi akademik untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam
melaksanakan
tugas-tugas
mengajarnya,
mendorong
guru
mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya. C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik Menurut Dodd dalam Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah menyatakan bahwa prinsip-prinsip supervisi akademik yaitu: 1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah. 2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran. 3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen. 4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya. 5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. 6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
37
7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. 9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. 10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. 11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor 12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah). 13. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan. 14. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas.35 D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik Ruang lingkup supervisi akademik meliputi:36 1. Pelaksanaan kurikulum 2. Persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru. 3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya. 4. Peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan sebagai berikut: a. model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses; b. peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis; c. peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi; d. keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh guru. e. bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar siswa mampu: 1) meningkat rasa ingin tahunya; 2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan; 35
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Dirjen PMPTK, 2010, https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00 WIB, 8-9. 36 Materi Pelatihan ..., 15-17.
38
3) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi; 4) mengolah informasi menjadi pengetahuan; 5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah; 6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan 7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar. Supervisi akademik juga mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu
melaksanakan
tugas
pokoknya,
yaitu:
memperbaiki
dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. E. Perencanaan Supervisi Akademik Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan,
pemantauan
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.37
37
Lantip Diat Prasojo dan Budiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media,
2011, 99.
39
Perencanaan penting dilakukan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr: 18 yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.38 Perencanaan dalam fungsi manajemen pendidikan merupakan bagian yang penting dan menjadi fungsi pertama.
Begitu pula dalam kegiatan
supervisi, perlu diawali dengan perencanaan yang baik. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang terencana untuk memperbaiki pengajaran menjadi lebih baik. Karena itu perlu perencanaan yang matang agar dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Dalam melaksanakan supervisi, merencanakan program supervisi merupakan salah satu tugas kepala sekolah. Perencanaan supervisi akademik disusun dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran atau prosedur yang jelas untuk mencapai tujuan supervisi akademik serta mempermudah dalam mengukur membuat etercapaian program. Di samping itu kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program supervisi akademik agar dapat menyusun perencanaan yang maksimal.
38
Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
40
Perencanaan program supervisi akademik meliputi pembuatan program supervisi, sosialisasi kepada guru, pembinaan dan pendampingan sebelum pelaksanaan supervisi, pelaksanaan supervisi, dan langkah-langkah tindak lanjut. Seorang kepala sekolah harus memahami bahwa kagiatan ini untuk memperbaiki proses dan hasil belajar yang mengacu pada perubahan tingkah laku dan pola mengajar guru ke arah yang lebih baik. Program supervisi terdiri dari kesatuan dalam kerangka untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran dalam menjalankan tugas, peran dan fungsi seorang kepala sekolah sebagai supervisor. Program supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Kegiatan ini menggambarkan hal-hal yang akan dilakukan, bagaimana melakukan, fasilitas apa yang diperlukan, kapan waktu pelaksanaan dan untuk mengetahui berhasil tidaknya usaha yang dilakukan. Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah sebagai berikut:39 1. Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik, 2. Untuk menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program supervisi akademik, dan 3. Penjamin penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya sekolah (tenaga, waktu dan biaya).
39
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Dirjen PMPTK, 2010, https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00 WIB, 15.
41
Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
obyektif (data apa adanya), bertanggung jawab, berkelanjutan, didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, dan didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah. 40
Program supervisi akademik hendaknya disusun sesaca jelas, sistematis yang memuat jadwal secara rinci dan disampaikan kepada guru. Jadwal supervisi memuat jadwal kunjungan, waktu kunjungan guru yang disupervisi serta kelasnya. Dalam menyusun program supervisi perlu disosialisasikan kepada guru dengan tujuan agar guru mengetahui program kepala sekolah serta jadwal kunjungan masing-masing. Jika guru mengetahui ada program supervisi dari kepala
sekolah,
tentu
guru
dengan
senang
mempersiapkan
terkait
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Program supervisi ini perlu disosialisasikan kepada guru dengan tujuan agar mempunyai persepsi yang sama dan saling tanggung jawab. Program
supervisi
dimaksudkan
sebagai
bahan
acuan
dalam
melaksanakan supervisi. Program supervisi dibuat untuk mengukur apakah pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Apabila pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan program supervisi, berarti pelaksanaan supervisi sudah berjalan, namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa hal yang menjadi kendala. Program supervisi dibuat juga untuk menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program supervisi akademik. 40
Materi Pelatihan ..., 15.
42
Kegiatan supervisi tidak hanya untuk menilai guru, tapi juga sebagai sarana untuk pembinaan dan pendampingan kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, diharapkan dengan supervisi akademik akan dapat mengefektifankan penggunaan sumber daya sekolah seperti tenaga, waktu dan biaya.
Program supervisi yang baik, akan menentukan pelaksanaan supervisi. Program supervisi yang direncanakan secara matang, akan memberikan hasil yang maksimal. Sebaliknya apabila program supervisi hanya disusun secara asal-asalan tentu pelaksanaannya pun tidak sistematis. Melalui program supervisi akademik ini, gambaran kegiatan kepala sekolah dalam mensupervisi dapat direncanakan. Perencanaan program supervisi akademik yang baik dimulai dengan penyusunan dokumen perencanaan pemantauan kegiatan dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada aturan yang baku mengenai perencanaan supervisi akademik kepala sekolah. Kepala sekolah bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing. Program supervisi di suatu sekolah belum tentu bisa diterapkan di sekolah lain. Untuk
mencapai
supervisi
akademik
yang
benar-benar
bisa
dilaksanakan di sekolah, seorang kepala sekolah hendaknya membuat perencanaan yang realistis sehingga bisa dilaksanakan. Program supervisi akademik bisa disusun setahun sekali, namun perlu disusun secara spesifik dalam pelaksanaannya, misalnya dalam bentuk program mingguan, bulanan ataupun semesteran. Dan program supervisi tidak harus sama di suatu 43
kecamatan, disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tidak ada salahnya bila melibatkan guru, agar timbul rasa tanggung jawab bersama. F. Model-model Supervisi Akademik Model yang dapat digunakan dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik, antara lain41: 1. Model supervisi tradisional, meliputi: a. Observasi langsung Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: praobservasi, observasi, dan post-observasi. 1) Pra-Observasi Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis. 2) Observasi Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup. 3) Post-Observasi Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.42 b. Observasi tidak langsung Observasi ini dilakukan melalui tes dadakan, diskusi kasus, dan metode angket.
41 42
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 111-113. Materi Pelatihan ..., 18.
44
1) Tes dadakan Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu. 2) Diskusi kasus Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya. 3) Metode angket Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya.43 2. Model kontemporer Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut dengan model supervisi klinis. Model supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara obyektif serta teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar guru.44 Tekanan dalam model supervisi klinis bersifat khusus melalui tatap muka ketika guru mengajar dikelas. Inti bantuan dari supervisor berpusat pada perbaikan penampilan dan perilaku guru dalam mengajar. Tujuan supervisi klinis adalah memperbaiki perilaku guru dalam proses belajar mengajar, terutama yang kronis secara aspek demi aspek dengan intensif, hingga mereka dapat mengajar dengan baik. Ini berarti 43
Materi Pelatihan ..., 19. Jasmani Asf, M.Ag, Syaiful Mustofa, M.Pd.,M.A, Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta: Arruzz Media, 2013, 97. 44
45
perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut45 G. Teknik Supervisi Akademik Teknik supervisi akademik merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang supervisor dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru yang disupervisi. Teknik-teknik supervisi pendidikan dapat ditinjau dari banyaknya guru dan cara menghadapi guru.46 Pertama ditinjau dari banyaknya guru, dapat dilakukan melalui: 1. Teknik Kelompok Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. 45
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, 61. 46 Hendiyat Soetopo dan Easti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1984, 44.
46
Teknik-teknik yang dapat dipakai dalam supervisi kelompok antara lain: a. Rapat guru Rapat Guru merupakan teknik supervisi kelompok melalui suatu pertemuan guru
yang dilakukan untuk membicarakan proses
pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. Rapat guru yang dipimpin oleh supervisor akan menghasilkan guru yang baik jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai rencana, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai dalam rapat. Contoh rapat guru adalah rapat membahas kegiatan dan pelaksanaan pengembangan kurikulum, rapat pembinaan awal tahun ajaran baru, rapat untuk meningkatkan kemampuan lulusan, termasuk meningkatkan kualitas lulusan, dan juga untuk mengatasi masalahmasalah yang ada. b. Lokakarya (Workshop) Lokakarya/Workshop diartikan sebagai suatu kegiatan belajar memecahkan suatu masalah melalui percakapan. Ciri lokakarya adalah: 1) Masalah yang dibahas bersifat “life centered" dan muncul dari guru; 2) Menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau terjadi perubahan yang berarti setelah megikuti lokakarya; 3) Metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan; 4) Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan bersama;
47
5) Menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang besar dalam mencapai hasil; dan 6) Senantiasa memelihara kehidupan seimbang di samping memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku.47 c. Diskusi Diskusi merupakan kegiatan pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Melalui teknik ini, kepala sekolah dapat membantu guru untuk saling mengetahui, memahami atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. Contoh: guru PAI berdiskusi dengan kepala sekolah tentang strategi yang tepat untuk penyampaian materi tertentu. d. Studi kelompok. Studi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya untuk sekolah lanjutan). Untuk SD dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan
untuk
mengadakan
pertemuan/diskusi
guna
membicaraka hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun saran-saran yang diperlukan. 47
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja …, 226.
48
2. Teknik Perorangan Teknik yang dipergunakan apabila hanya seorang guru memiliki masalah khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Dalam hal ini teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. a. Kunjungan Kelas Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Cara melaksanakan kunjungan kelas: 1) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya, 2) atas permintaan guru bersangkutan, 3) sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan 4) tujuan kunjungan harus jelas.48 b. Observasi Kelas Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi meliputi usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam
48
Materi Pelatihan ..., 24.
49
proses pembelajaran, cara menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.49 Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi; dan tindak lanjut. Dalam pelaksanaan observasi kelas seorang supervisor sudah siap dengan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan tidak mengganggu proses pembelajaran. c. Pertemuan Individual Pertemuan
individual
bertujuan
untuk
memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan menghilangkan atau menghindari segala prasangka. Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Menurut Swearingen dalam Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut:
49
Materi Pelatihan ..., 26.
50
1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat). 2) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru. 3) causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru 4) observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.50 Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan. d. Kunjungan Antar Kelas Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Melaksanakan kunjungan antar kelas dengan cara direncanakan; guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi; tentukan guru-guru yang akan mengunjungi; sediakan segala fasilitas yang diperlukan; supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat; adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu; segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi; dan adakan 50
Materi Pelatihan ..., 27.
51
perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.51 e. Menilai diri sendiri Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Cara menilai diri sendiri yaitu dengan: 1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama. 2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja. 3) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara kelompok.52 Kedua ditinjau dari cara menghadapi guru, yaitu: 1. Teknik langsung misalnya menyelenggarakan rapat guru, kunjungan kelas, menyelenggarakan workshop, dan mengadakan coverence. 2. Teknik tidak langsung dapat dilakukan melalui quesioner (angket), buku presensi guru, jurnal mengajar, buku paket guru, bulletin board. Teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas tidak semua bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap
51 52
Materi Pelatihan ..., 28. Ibid.
52
teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. H. Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kegiatan tindak lanjut merupakan rangkaian akhir kegiatan supervisi. Kegiatan tindak lanjut diantaranya dengan penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. Kegiatan tindak lanjut diharapkan akan memberikan dampak perubahan dalam peningkatan kompetensi profesional guru. Jenis tindak lanjut juga disesuaikan dengan permasalahan dan kendala guru. Pemilihan program tindak lanjut yang tepat akan berdampak signifikan pada keberhasilan guru. Guru yang kurang menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu tentu perlu tindak lanjut dalam penguasaan materi pembelajaran. Guru yang kurang dalam penggunaan
media
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
mengembangkan diri, perlu pelatihan dan diklat yang berkaitan tentang teknologi informasi. Selain itu, kegiatan tindak lanjut diharapkan mampu memberikan peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran. Kepala sekolah menyadari bahwa pemberian tindak lanjut sering diabaikan, dan ada yang tidak melakukannya. Pembinaan dalam rapat hanya bersifat rutinitas dan tidak menyasar pada permasalahan yang sedang dihadapi guru. Permasalahan
53
dalam mengajar tentu dialami oleh masing-masing guru, namun terkadang kepala sekolah hanya menyimpan instrumen supervisi sebagai dokumen administrasi saja. Tentu hal ini tidak memberikan manfaat dalam peningkatan kompetensi guru. Bentuk tindak lanjut supervisi akademik dapat berupa53: 1. Pembinaan Pembinaan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pembinaan langsung bila berkaitan dengan hal-hal yang bersifat khusus dan perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi. Pembinaan tidak langsung dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi. Beberapa cara yang dapat dilakukan kepala sekolah/madrasah dalam
membina
guru
untuk
meningkatkan
proses
pembelajaran
diantaranya dengan: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan pembantu guru lainnya Menggunakan buku teks secara efektif Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat mereka pelajari selama pelatihan profesional/inservice training Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel) Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran Mengelompokan siswa secara lebih efektif Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil
53
Donni Juni Priansa dan Risma Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 117.
54
k. l.
Meraih moral dan motivasi mereka sendiri Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi dan kreatifitas layanan pembelajaran m. Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan n. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif54 Tindak lanjut supervisi akademik bisa berupa penghargaan dan motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada guru yang telah melakukan pembelajaran sesuai strandar kompetensinya. Saran dan kritik membangun diharapkan mampu membekali guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar yang lebih baik. Guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi diri melalui seminar, pelatihan dan kegiatan lain dalam rangka peningkatan kompetensi profesional guru. 2. Pemantapan instrumen supervisi akademik Kegiatan pemantapan instrumen supervisi akademik dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok oleh kepala sekolah tentang instrumen supervisi. Cara-cara melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik sebagai berikut. a. Mengkaji rangkuman hasil penilaian. b. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan. c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya. 54
Materi Pelatihan ..., 41.
55
d. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya. e. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada berikutnya.55
masa
I. Kompetensi Profesional Guru PAI Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.56 Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru bab II pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi profesional sebagaimana dimaksud adalah merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: 1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi prorgram satuan pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran yang akan diampu 2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.57
Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
55
Materi Pelatihan ..., 43 Penjelasan Standar Nasional Pendidikan, http://kemenag.go.id/file/dokumen/ PP1905.pdf, diunduh hari Selasa 12 April 2016 pukul 10.00 WIB. 57 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru BAB II Pasal 3, http://www.slideshare.net/wellyindrianykurniyawan/pp-no-74-tahun-2008, diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 10.00 WIB. 56
56
mengajarnya dengan berhasil.58
Jadi seorang guru harus memilki
kemampuan
agar
profesional
tersebut
dapat
melaksanakan
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan pengertian pendidikan agama dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 pasal 1 adalah : Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurangkurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.59 Jadi kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam penelitian ini merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh guru PAI dalam pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam mendalam yang
secara luas dan
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan J. Indikator Kompetensi Profesional Guru PAI Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar kompetensi profesional guru mata pelajaran adalah sebagai berikut: 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
58
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Cet. Ke-7, 18. 59 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, https://gurumimu.wordpress.com/ 2012/04/15/pp-no-55-tahun-2007/, diunduh pada hari Selasa, 26 Juli 2016 pukul 13.00 WIB.
57
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.60 Menurut Muhaimin dan Abdul Majib dalam Abdul Majid61, guru Agama Islam profesional harus memiliki kompetensi sebagai berikut: 1. Penguasaan materi Al Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya. 2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya. 3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan. 4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan Pendidikan Islam. Menurut kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya. Departemen Agama Republik Indonesia melalui program pengadaan dan penyetaraan guru PAI telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru PAI, yaitu: 1. Memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta cendekia dan mampu mengembangkannya. 2. Menguasai wawasan kependidikan, khususnya berkenaan dengan pendidikan pada tingkat dasar. (Sekolah/Madarasah). 3. Menguasai bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep dasar keilmuan yang menjadi sumbernya. 4. Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar. 5. Mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia pendidikan dasar 6. Mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid sekolah/madrasah. 60
Permendiknas no. 16 tahun 2007 https://www.google.com/search?q= Permen diknas+ no.16+tahun+2007&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh hari Minggu, 10 April 2016 pukul 23.00. 61 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 91-92.
58
7. Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta didik sekolah/madrasah. 8. Mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama Islam di sekolah/madrasah.62 Dari indikator-indikator kompetensi profesional guru PAI di atas, dapat kami sampaikan bahwa indikator kompetensi profesional guru PAI yaitu: 1. Bertaqwa kepada Allah SWT 2. Menguasaan materi Al Islam dan ilmu kependidikan yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya. 3. Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran PAI serta menguasai strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya. 4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan Pendidikan Islam. 5. Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta didik sekolah/madrasah.
62
Abdul Majid, Belajar …, 92.
59
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen Kecamatan Sragen merupakan kecamatan yang terletak di pusat kota. Jumlah Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terdiri dari 37 yang terdiri dari 30 SD Negeri, dan 7 SD swasta. Tabel 1 Daftar Nama dan Status Sekolah di Kecamatan Sragen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama sekolah SDN 1 Sragen SDN 2 Sragen SDN 3 Sragen SDN 4 Sragen SDN 6 Sragen SDN 7 Sragen SDN 9 Sragen SDN 12 Sragen SDN 14 Sragen SDN 15 Sragen SDN 16 Sragen SDN 1 Sragen SDN Kr Tengah 1
Status No Nama sekolah Status Negeri 20 SDN Tangkil 4 Negeri Negeri 21 SDN Kedungpit 1 Negeri Negeri 22 SDN Kedungpit 2 Negeri Negeri 23 SDN Kedungpit 3 Negeri Negeri 24 SDN Nglorog 1 Negeri Negeri 25 SDN Nglorog 3 Negeri Negeri 26 SDN Nglorog 4 Negeri Negeri 27 SDN Nglorog 5 Negeri Negeri 28 SDN Teguhan Negeri Negeri 29 SDN Mojomulyo 2 Negeri Negeri 30 SDN Mojo 58 Negeri Negeri 31 SD Muh. Sragen Swasta Negeri 32 SD Birrul Walidain Swasta Muhammadiyah Sragen SDN Kr Tengah 3 Negeri 33 SDIT Az Zahro Swasta SDN Sine 1 Negeri 34 SD Al Hidayah Swasta SDN Sine 2 Negeri 35 SD Elim Swasta SDN Sine 3 Negeri 36 SD Santo Swasta SDN Tangkil 1 Negeri 37 SD Kristen Swasta SDN Tangkil 2 Negeri Sumber: UPTD Dinas Pendidikan Kec. Sragen Guru-guru PAI terdiri dari 48 orang yang terdiri dari 12 PNS dan 36
guru Wiyata Bhakti di Sekolah Dasar Negeri dan guru yayasan. Sebanyak 46 guru PAI sudah lulus S-1/D-IV, 2 orang berpendidikan Diploma dan ada 10
60
orang yang sudah sertifikasi. Melihat sisi akademik, guru-guru PAI sudah memiliki kompetensi dan profesional di bidang materi dan tugasnya masingmasing. Namun guru-guru yang sudah tersertifikasi, belum ada jaminan mutu pendidikan akan meningkat, tentu masih perlu banyak faktor pendukung lain seperti supervisi, siswa, guru, sarana dan prasarana dan lain-lain. Penelitian ini dilaksanakaan di beberapa SD di kecamatan Sragen yaitu SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, SD N Mojo 58, SD N Karang Tengah 1, SD N 16 Sragen, SD N Mojomulyo 2, SD N Tangkil 4, SD N 6 Sragen, SD N Nglorog 3, SD N Nglorog 1, dan SD N Sragen 4. Penelitian dimulai pada bulan Pebruari sampai bulan Juli 2016. Kepala Sekolah Dasar (SD) di kecamatan Sragen dalam hal kualifikasi pendidikan sudah sesuai dengan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu harus memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV kependidikan. Bahkan sudah ada kepala sekolah yang sudah menempuh S-2. Hal ini tentu akan mempengaruhi kepemimpinan seorang kepala sekolah, karena kompetensi dan keterampilan kepala sekolah sangat diharapkan di dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Ada juga beberapa kepala sekolah yang sudah mengikuti pelatihan supervisi sehingga diharapkan dengan mengikuti program-program peningkatan
kompetensi ini, kwalitas kepala
sekolah akan meningkat. Kepala sekolah juga memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi, secara teoritis kepala sekolah sebagai guru sudah profesional dalam menjalankan tugas pembelajaran.
61
B. Kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen 1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen merupakan salah satu sekolah swasta di bawah naungan Muhammadiyah yang beralamat di Jl. Batanghari – Rt 02/XII Sumengko, Sragen Tengah, nomor telepon / Fax : (0271) 894309, Web Site / email : www.sdmbirrul_srg.com /
[email protected]. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2004 dengan jenjang akreditasi A. Visi sekolah untuk mewujudkan sekolah unggul dan generasi taqwa, cerdas dan mandiri. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 704 dengan jumlah rombel sebanyak 23 dengan rincingan kelas 1 ada 4 rombel, kelas dua ada 4 rombel, kelas 3 ada 4 rombel, kelas 4 ada 4 rombel, kelas 5 ada 4 rombel dan kelas 6 ada 3 rombel. Jumlah guru dan karyawan di SD Birrul ada 56 orang. Petugas satpam dan kebersihan sebanyak 5 orang, guru tetap yayasan 15 orang, guru tidak tetap yayasan
32 Orang, staf tata usaha
3
orang dan
maintenance 1 orang. Guru Pendidikan Agama Islam diampu oleh 5 orang yaitu: Tabel 2 Daftar Nama Guru PAI SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen No 1 2 3 4 5
Nama Guru Dartopo Tutik Ernawati Umi Muslimah Annas Sayyidina Hariyanto
Gelar S.Pd.I S.Pd.I S.Pd.I S.Sy A.Md
Asal Pendidikan UIN Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta STIT Gontor Universitas Muhammadiyah Surakarta UNS (sedang menempuh Pendd. Agama Islam di STIT Muh. Ngawi)
62
Struktur organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen sebagai berikut: Bagan 1 Struktur Organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
2. SD N Mojo 58 SD Negeri Mojo 58 merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri yang ada di dekat pasar kota Sragen. Yaitu terletak di jalan RA. Kartini Nomor 1 Sragen. Dahulu SD Mojo 58 merupakan penggabungan dari dua sekolah yaitu SD N Mojo 5 dan SD N Mojo 8. Tahun ini SD N Mojo 58 mendapat nilai akreditasi A. Siswa SD N Mojo 58 berjumlah 594 siswa. Tiap tingkatan kelas terbagi dalam dua rombel. Dari jumlah tersebut terdiri dari 527 siswa beragama Islam dan non Islam berjumlah 67 siswa.
63
Guru SD N Mojo 58 berjumlah 23 orang yang terdiri dari 13 orang guru PNS, 10 orang guru Wiyata Bhakti, satu orang pustakatan dan 3 orang penjaga sekolah yang berstatus 1 PNS dan 2 Wiyata Bhakti. Guru Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga orang yaitu ibu Tutik Rusdiatun, S.Pd.I, Ibu Siti Rohani, S.Pd.I dan seorang guru Wiyata Bhakti bernama ibu Merynda Eastin, S.Pd.I. Struktur organisasi SD N Mojo 58 sebagai berikut: Bagan 2 Struktur Organisasi SD N Mojo 58
Kepala Sekolah
Komite
Pustakawan
Gr. K 1
Guru OR
Gr. K 2
Gr. K 3
Gr. K 4 3
Guru PAI
Gr. K 5 3
Gr. B. Inggris
Penjaga
Gr. K 6
Gr. A.Kristen
Penjaga Masyarakat Sekitar
3. SD N Karang Tengah 1 SD Negeri Karang Tengah 1 beralamat di Desa Karang Tengah, terletak bersebelahan dengan kantor Kelurahan Karang Tengah. Sekolah
64
ini cukup luas karena penggabungan dari dua sekolah yaitu SD N Karang Tengah 1 dan 2. Kekungan jumlah murid di SD N Karang Tengah 1 dan SD N Karang Tengah 2 membuat dua sekolah digabung agar lebih efektif. Jumlah siswa di SD N Karang Tengah 1 ada 60 siswa. Jumlah siswa selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan desa Karang Tengah letaknya perbatasan dengan kelurahan Sragen dan banyak anak yang lebih memilih sekolah di sekolah-sekolah Kelurahan Sragen. Seluruh siswa beragama Islam. Y.Sri Purwanti selaku kepala sekolah juga sudah mengupayakan berbagai cara untuk menumbuhkan minat anak untuk mendaftar di sekolah ini, namun tetap kurang berhasil.63 Guru di SD Negeri Karang Tengah 1 berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 orang guru PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Pelajaran Pendidikan Agama Islam diampu oleh Haryatik. Dia orang yang lemah lembut, namun pandai dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Selain mempunyai kualifikasi akademik sebagai guru Pendidikan Agama Islam, Haryatik juga sudah sertifikasi, sehingga dia sudah profesional dalam menjalankan tugasnya. Struktur organisasi di SD Negeri Karang Tengah 1 sebagaimana terdapat dalam bagan berikut:
63
Wawancara hari Rabu, 23 Mei 2016
65
Bagan 3 Struktur Organisasi SD N Karang Tengah 1
Kepala Sekolah
Komite
Pustakawan
Gr. K 1
Gr. K 2
Gr. K 3
Gr. K 4
Guru PAI
Gr. K 5
Gr. K 6
Guru OR
Penjaga
4. SD N 16 Sragen SD N 16 Sragen terletak di Jl. Kapten Tendean No.8 Sragen Wetan, Sragen. SD N 16 Sragen berdiri sejak tahun 1967 dan mempunyai lahan yang cukup luas, membuat anak-anak lebih leluasa dalam bermain melakukan kegiatan sekolah. Jumlah siswa di SD N 16 dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan pesat. Tiap tahun jumlah murid selalu berada di atas 100, dan pada tahun ini keseluruhan berjumlah 118, yang terdiri dari 110 beragama Islam dan 8 orang beragama Kristen.
66
Guru di SD N 16 berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Sale Wasesa sekalu Kepala sekolah berasal dari guru PAI dan sekarang masih mengampu mata pelajaran PAI dibantu guru Wiyata Bhakti bernama Fatimah. Sale Wasesa mengajar kelas 5, 6 dan kelas 1,2,3 dan 4 diampu oleh Fatimah guru Wiyata Bhakti. Fatimah adalah guru yang kreatif, terbukti dia sering menggunakan alat peraga dan media seperti vidio dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di SD N 16 Sragen tidak mempunyai tenaga tata usaha, namun dalam menjalankan tugasnya, kepala sekolah berkoordinasi dengan guru dan karyawan. Struktur organisasi di SD N 16 Sragen bisa digambarkan sebagai berikut: Bagan 4 Struktur Organisasi SD N 16 Sragen Kepala Sekolah
Guru kelas 1
Guru PAI
Guru kelas 2 Guru OR
Guru kelas 3 Guru kelas 4 Guru kelas 5 Guru kelas 6 Penjaga
67
Komite
Pustakawan
5. SD N Mojomulyo 2 SD N Mojomulyo 2 terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk. Letaknya sangat strategis di lingkungan desa Mojomulyo serta berada diantara rumah-rumah penduduk dan jauh dari jalan raya, membuat SD N Mojomulyo 2 aman untuk anak-anak. Alamat SD N Mojomulyo 2 di Jalan Kyai Agus Salim Gang 9, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen. Jumlah siswa di SD N Mojomulyo 2 tergolong banyak di lingkungan kecamatan Sragen. Jumlah siswa ada 209 yang terdiri dari 194 siswa beragama Islam dan 8 siswa beragama Kristen. Siswa di SD N Mojomulyo hanya berasal dari daerah sekitar. Kondisi penduduk yang padat, membuat SD N Sidomulyo tidak mengalami kekurangan murid setiap tahunnya. Jumlah guru di SD N Mojomulyo 2 sebanyak 11 orang yang terdiri dari 7 orang PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Kepala Sekolah SD N Mojomulyo 2 Menuk Rusmiati merupakan Kepala Sekolah berprestasi tingkat kabupaten Sragen. Sebelum menjadi kepala sekolah, dia menjadi guru di SD N 3 Sragen. Guru Pendidikan Agama Islam diampu oleh Masykuri. Dia adalah sekretaris Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di kecamatan Sragen. Dia guru yang rajin dan bersemangat. Jarak tempuh tempat tinggal ke sekolah sekitar 35 km, tidak menjadi halangan untuk senantiasa datang ke sekolah tepat waktu. SD N Mojomulyo 2 tidak mempunyai tenaga tata usaha, namun dalam
68
menyelesaikan administrasi dikerjakan sendiri oleh kepala sekolah dan dibantu guru Pembagian tugas di SD N Mojomulyo 2 terdapat dalam struktur organisasi sebagaimana pada bagan berikut: Bagan 5 Struktur Organisasi SD N Mojomulyo 2
Kepala Sekolah
Komite
Pustakawan
Gr. K 1
Gr. K 2
Guru Ekstra
Gr. K 3
Gr. K 4
Guru PAI
Guru OR
Gr. K 5
Gr. K 6
G. B. Inggris
Penjaga
Masyarakat sekitar
6. SD N Tangkil 4 SD N Tangkil 4 terletak di bagian utara Kecamatan Sragen. Yaitu di Bulakrejo RT. 02/13 desa Tangkil, kecamatan Sragen. Letak sekolah yang jauh dari perkampungan penduduk membuat sekolah ini mempunyai murid sedikit. Kemudian proyek jalan tol Solo-Kertosono yang berada di
69
dekat sekolah dan memisahkan SD N Tangkil 4 dengan perkampungan, membuat jumlah murid SD N Tangkil 4 semakin menurun.64 Jumlah murid di SD N Tangkil 4 ada 84 siswa yang keseluruhan beragama Islam. Kepala sekolah serta guru dan karyawan selalu berusaha untuk menarik simpati warga agar menyekolahkan anaknya ke SD N Tangkil 4, namun jumlah siswa setiap tahun belum mengalami kenaikan yang signifikan. Guru dan karyawan SD N Tangkil 4 berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 PNS dan 4 orang guru Wiyata Bhakti termasuk penjaga sekolah. Guru Pendidikan agama Islam di SD Negeri Tangkil 1 diampu oleh Gadis Wahyutira. Dia sosok guru yang bersemangat dalam mengajar. Walau baru 6 bulan di SD Negeri Tangkil 1, dia selalu berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pelajaran Pendidikan Agama Islam sering dilakukan di luar kelas, yaitu praktek di masjid. Selain lebih menyenangkan, materi yang dilakukan dengan praktek secara langsung akan lebih melekat di ingatan anak-anak. Dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah maupun administrasi
sekolah,
Sutardi
selaku
kepala
sekolah
senantiasa
berkoordinasi dengan guru-guru yang lain. Karena di SD N Tangkil 4 tidak ada tenaga administrasi, maka guru-guru yang mempunyai waktu luang, diharapkan bisa membantu administrasi sekolah.
64
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016
70
Struktur
organisasi SD Negeri Tangkil 4 sebagaimana terdapat dalam bagan berikut: Bagan 6 Struktur Organisasi SD N Tangkil 1 Kepala Sekolah
Guru kelas 1
Guru PAI
Komite
Pustakawan
Guru kelas 2 Guru OR
Guru kelas 3 Guru kelas 4 Guru kelas 5 Guru kelas 6 Penjaga
7. SD N 6 Sragen SD N 6 Sragen berlokasi di pinggir jalan raya dan bersebelahan dengan SD N 9 Sragen, tepatnya di Jalan Ahmad yani no. 133 Sragen Kulon, Sragen. Letak sekolah yang bersebelahan membuat 2 sekolahan selalu bersaing untuk mendapatkan peserta didik. Hal ini justru membuat semangan guru dan kepala sekolah untuk selalu berinovasi agar lebih baik. SD N 6 Sragen mempunyai murid berjumlah 197 terdiri dari 181 beragama Islam, 11 anak beragama Kristen dan 5 anak beragama Katolik 5. Jumlah murid yang sedemikian banyak diasuh oleh 13 guru dan 71
karyawan, yang terdiri dari 9 orang PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti termasuk pustakawan dan penjaga. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diampu oleh Pranto Sutrisno. Dia sekarang sedang menyelesaikan pendidikan S-2 jurusan supervisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Di samping kuliah, selama ini dia tetap mengajar. Tentunya disesuaikan dengan waktu dia kuliah. Kepala sekolah juga memberikan ijin dan memberikan peluang bagi guru untuk peningkatan kompetensi profesional guru. Pembagian tugas di sekolah, digambarkan dalam bagan struktur organisasi sebagai berikut: Bagan 7 Struktur Organisasi SD N 6 Sragen
Kepala Sekolah
Komite
Pustakawan
Gr. K 1
Guru OR
Gr. K 2
Gr. K 3
Gr. K 4 3
Guru PAI
Gr. K 5 3
Gr. B. Inggris
Murid
Penjaga
Masyarakat Sekitar
72
Gr. K 6
Gr. A.Kristen
8. SD N Nglorog 3 SD N Nglorog 3 terletak di ujung selatan Kecamatan Sragen. Letaknya di
Jalan Perintis Kemerdekaan nomor 40 Nglorog, Sragen.
Suasana kerja di SD N Nglorog 3 penuh kekeluargaan sebagaimana diungkapkan oleh Sri Kuncoro “Suasana di sini sangat kekeluargaan sekali, saya senang karena semua bapak ibu guru disini menganggap teman adalah saudara, sehingga suasana kerja juga menyenangkan.”65 Murid di SD ini tergolong sedang, yaitu berjumlah 154 yang terdiri dari 151 siswa beragama Islam dan 3 siswa beragama Kristen. Jumlah siswa rata-rata tiap kelas 30 anak membuat proses belajar mengajar menjadi lebih tenang dan terkendali. Jumlah guru dan penjaga berjumlah 10 terdiri dari 6 orang guru PNS termasuk guru PAI dan 4 orang guru Wiyata Bhakti. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diampu oleh bapak Wiyono, S.Pd. Dia sosok guru senior yang disegani. Tempat tinggal sekitar 30 km dari sekolah tidak membuatnya mengeluh. Dia menjalani dengan penuh ikhlas hingga pensiun tahun depan. Kedisiplinan dan ketelitiannya membuat dia dipercaya sebagai bendahara Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Kepala sekolah SD N Nglorog 3 merupakan sosok ibu yang bersahaja bernama Sri Kuncoro, S.Pd. Dia menjadi kepala sekolah sudah lebih dari 6 tahun. Sebelum di SD N Nglorog 3, sempat menjadi kepala sekolah di SD N Nglorog 1. Dalam melaksanakan tugas administrasi,
65
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
73
kepala sekolah dibantu guru-guru yang masih muda dan tentu bisa mengoperasikan komputer. Berikut struktur organisasi di SD N Nglorog 3: Bagan 8 Struktur Organisasi SD N Nglorog 3
Kepala Sekolah
Guru kelas 1
Guru PAI
Komite
Pustakawan
Guru kelas 2 Guru OR
Guru kelas 3 G. B. Inggris
Guru kelas 4 Guru kelas 5 Guru kelas 6 Penjaga
9. SD N Nglorog 1 SD N Nglorog 1 merupakan Sekolah Dasar yang terletak di bagian timur Kecamatan Sragen. SD N Nglorog 1 yang mempunyai visi unggul dalam prestasi, teruji dalam keimanan, & ketaqwaan merupakan gabungan dari dua sekolah yaitu SD N Nglorog 1 dan SD N Nglorog 2. Letak sekolah sangat strategi dan berada di pinggir jalan dekat perkampungan penduduk yaitu di Jalan Irian No. 26 Nglorog, Sragen.
74
Jumlah siswa di SD N Nglorog 1 mencapai 250 yang terdiri dari 248 siswa beragama Islam dan 2 siswa beragama Kristen. Tiap-tiap kelas terdiri dari dua rombel sehingga rata-rata setiap kelas menampung 20-an siswa. SD N Nglorog 1 mempunyai tenaga pendidik sebanyak 15 guru yang terdiri dari 11 Pegawai Negeri Sipil dan 3 guru Wiyata Bakti termasuk 1 orang pustakawan. Guru PAI di SD N Nglorog 1 adalah sosok yang sangat patuh dan disiplin. Walaupun kondisi kesehatan yang kurang baik, Suharyati tetap masuk untuk mengajar. Dia senantiasa bersemangat dalam mengajar, dan hanya ijin apabila sedang sakit yang memerlukan istirahat total. Kondisi kesehatan guru Pendidikan Agama Islam yang tidak stabil, membuat teman guru dan kepala sekolah tidak memberikan beban terlalu berat. Guru-guru yang lain juga memahami dan bersedia membantu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kepala Sekolah juga tidak memberikan tugas tambahan kepada Suharyati mengingat kondisi kesehatannya. Kepala Sekolah SD N Nglorog 1 Paini, dalam melaksanakan tugas administrasi untuk sekolah dibantu guru-guru karena tidak ada tenaga tata usaha. Berikut struktur organisasi SD N Nglorog 1:
75
Bagan 9 Struktur Organisasi SD N Nglorog 1 Kepala Sekolah
Guru kelas 1
Guru PAI
Komite
Pustakawan
Guru kelas 2 Guru OR
Guru kelas 3 Guru Bhs. Inggris
Guru kelas 4 Guru kelas 5 Guru kelas 6 Penjaga
10. SD N Sragen 4 SD Negeri 4 Sragen merupakan Sekolah Dasar negeri yang mempunyai murid terbanyak. Sekolah ini terletak di pusat kota yaitu di Jalan Diponegoro No. 6 Sragen. SD N 4 merupakan penggabungan dari SD Negeri 4, SD Negeri 13, dan SD Negeri 19 Sragen. Visi sekolah untuk menjadikan anak yang taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, trampil, peduli pada lingkungan dan berperspektif gender. Misi sekolah untuk menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama, nilainilai luhur kepribadian bangsa, norma-norma hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari.
76
Kedua,
pemberdayaan
seluruh
komponen
sekolah
agar
mampu
menghasilkan keluaran hasil belajar (output) yang berkualitas, memiliki kemandirian, serta mampu berkompetisi pada jenjang pendidikan selanjutnya. Ketiga, mengedepankan pendidikan anak seutuhnya (pas) dalam setiap KBM. Keempat, mengembangkan pendidikan lingkungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kelima, menciptakan lingkungan dan proses pembelajaran yang responsif gender. SD Negeri 4 Sragen mempunyai murid terbanyak di kabupaten Sragen untuk kategori sekolah negeri, yaitu berjumlah 896 siswa. Ada 849 siswa beragama Islam dan 47 siswa beragama Kristen. Dalam pelajaran agama diampu oleh guru masing-masing. Guru Pendidikan Agama Islam di SD N 4 Sragen terdiri dari 4 orang yaitu: Tabel 3 Daftar Nama Guru PAI SD N Sragen 4 No 1 2 3 4
Nama Guru Siyami Sriyono Pristisa Nur F Mustachim
Gelar M.Pd.I S.Ag S.Pd.I S.Pd.I
Asal Pendidikan UIN Yogyakarta IIM Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta IAIN Surakarta
Ibu Siyami, merupakan ketua Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Sragen. Beliau sosok yang sangat disiplin dan penuh tanggung jawab. Kepala Sekolah SD N 4 Sragen adalah seorang ibu yang sangat disiplin dalam memimpin. Beliau bernama Mastuti Rahayu. selain menjadi
77
kepala sekolah, beliau juga menjadi ketua Gugus Sukowati dan salah satu kepala sekolah berprestasi di Kabupaten Sragen. Dalam menjalankan tugas di sekolah, beliau dibantu oleh guru yang diberi tugas sebagai wakil kepala sekolah. Struktur organisasi SD Negeri 4 Sragen yaitu: Bagan 10 Struktur Organisasi SD N Sragen 4
UPTD Dinas Pendidikan Kec. Sragen
Kepala Sekolah
Komite
Pustakawan
Guru kelas 1
Guru PAI
Guru kelas 2
Guru A. Kristen
Guru kelas 3
Guru OR
Guru kelas 4 Guru Bhs. Inggris Guru kelas 5 Guru kelas 6
Guru Komputer
Penjaga
78
Ko. Ekstra
C. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Kegiatan supervisi merupakan sesuatu hal yang direncanakan untuk memperbaiki pengajaran tentu memerlukan perencanaan yang matang. Tugas kepala sekolah dalam supervisi akademik yang pertama adalah merencanakan program supervisi. Agar dapat melaksanakan supervisi, kepala sekolah harus memiliki kompetensi dalam menyusun program supervisi akademik. Berikut hasil penelitian di lapangan mengenai perencanaan supervisi akademik kepala sekolah: 1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen Kepala Sekolah SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Rosit Mustofa, selalu membuat perencanaan supervisi di awal tahun ajaran baru. Perencanaan ini diwujudkan dalam program supervisi kepala sekolah. Supervisi lebih ditekankan kepada semua guru baik guru kelas maupun guru mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam. Program supervisi sangat penting bagi seorang kepala sekolah sebagaimana disampaikan dalam wawancara bahwa: “Program supervisi akademik itu sangat penting, karena itu sebagai acuan dalam melaksanakan supervisi. Bayangkan saja disini ada 50 an guru dan karyawan, kalau tidak ada perencanaan tentu akan kewalahan. Dalam pembuatan perencanaan saya selalu koordinasi dengan wakil kepala-wakil kepala yang lain pada waktu rapat kerja (raker) awal tahun. Dan dalam pelaksanaan supervisi saya koordinasi dengan bagian akademik. Program supervisi ini juga saya sosialisasikan pada waktu rapat. Hal ini dimaksudkan agar guru dan karyawan juga memahami maksud dan tujuan program supervisi ini.66
66
Wawancara tanggal 6 April 2016 .
79
Kepala Sekolah SD Birrul Walidain,
Rosit Mustofa menyusun
program supervisi dibantu oleh wakil kepala bagian Akademik yaitu Novi Animah,
Wakil Kepala bagian Kesiswaan Paryanto,
serta dibantu
koordinator jenjang masing-masing kelas yaitu Yesi Puji Hastuti, Ari Qudriyati,
Tutik Ernawati,
Dartopo,
Annas Sayidina, dan Heni
Widiastuti. Penyusunan dilakukan di awal tahun ajaran baru. Kepala sekolah melibatkan guru dalam menyusun program supervisi untuk selalu koordinasi tentang jadwal dan waktu pelaksanaan. Setelah program disusun, kemudian disampaikan dalam rapat kerja awal tahun ajaran agar semua guru bisa memahami dan bisa mempersiapkan diri. Selain itu, kepala sekolah juga menyampaikan tentang maksud dan tujuan diadakan supervisi akademik. Dalam menyusun program supervisi yang berkaitan dengan jadwal kunjungan kelas, Kepala Sekolah berkoordinasi dengan guru yang terkait. Hal ini dimaksudkan agar semua guru ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam pelaksanaannya. Apabila guru mengetahui adanya kegiatan supervisi, mereka akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Adanya supervisi akademik akan mendorong guru untuk melengkapi administrasi dan menyiapkan pembelajaran baik guru kelas maupun guru mata pelajaran. Dalam penyusunan kelengkapan administrasi dan perangkat lainnya secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru akan ada rasa kebersamaan dan tentunya akan membuat guru bersemangat. Hal ini bisa digunakan kepala sekolah untuk memberikan pembinaan dan bimbingan
80
dalam penyusunan administrasi serta menjelaskan manfaat adanya supervisi. 2. SD N Mojo 58 Kepala Sekolah SD N Mojo 58, Sulardi menyusun program supervisi sama dengan tahun sebelumnya. Program-program supervisi tahun ini sama persis dengan tahun-tahun sebelumnya. Kepala Sekolah hanya mengganti tanggal dan tahun pelaksanaan saja. Menurut Sulardi, program supervisi hanya sebagai pelengkap dalam administrasi kepala sekolah. Program supervisi tidak terlalu penting, yang lebih adalah pelaksanaan supervisi. Program supervisi dari tahun lalu dan sekarang juga sama, hanya mengubah tanggal dan tahun.67 3. SD N Karang Tengah 1 Dalam wawancara dengan ibu Y. Sri Purwanti Kepala Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 1, tiap awal ajaran baru selalu menyusun program supervisi, walaupun terkadang juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya, minimal untuk kelengkapan administrasi Kepala Sekolah. Namun dalam pelaksanaannya kadang tidak sesuai jadwal, karena bersamaan dengan kegiatan yang lain seperti rapat dinas atau sedang ada pelatihan.68 Jadwal supervisi disusun di awal tahun pelajaran, namun ketika ada kegiatan
yang
bersamaan
dan
bersifat
mendadak
maka
akan
menyesuaikan. Dalam hal ini perlu ada pengertian semua pihak baik Kepala Sekolah maupun guru yang disupervisi, untuk diganti di hari lain. 67 68
Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016. wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016 .
81
4. SD N 16 Sragen Kepala Sekolah SD N 16 Sragen, Sale Wasesa mempunyai program supervisi kepala sekolah namun hanya mengkopi tahun-tahun sebelumnya. Dia mengatakan bahwa perencanaan supervisi memang penting tapi karena kesibukan kepala sekolah sehingga program supervisi dibuat sama tiap tahunnya. Menurut Sale Wasesa, program supervisi hanya sebagai administrasi kepala sekolah, yang terpenting adalah bagaimana pelaksanaan supervisi. Perhatian dan pendampingan kepala sekolah kepada guru lebih penting daripada sekedar program supervisi.69 5. SD N Mojomulyo 2 Menuk Rusmiyati selaku kepala SD N Mojomulyo 2 menyusun program supervisi untuk semua guru dan karyawan pada awal ajaran baru. Kepala Sekolah menyusun program supervisi sendiri. Hal ini dimaksudkan supaya lebih efisien waktu dan agar guru lebih konsentrasi dalam mengajar. Perencanaan program supervisi dilakukan oleh kepala sekolah dengan menyesuaikan kondisi guru dan karyawan. Kepala sekolah juga menyampaikan program supervisi kepada guru dan karyawan agar ada kesepahaman dan tanggung jawab bersama.70
69 70
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.
82
6. SD N Tangkil 4 Sutardi selaku kepala sekolah tidak menyusun program supervisi. Sutardi hanya melakukan supervisi secara insidental tanpa adanya pedoman yang jelas. Program supervisi ada ditulis di papan secara permanen yang dipajang di kantor sekolah. Program supervisi selalu sama dan tidak berubah dari tahun ke tahun. Kepala Sekolah menganggap penyusunan kegiatan supervisi tidak penting. Sebagainya diungkapkan Sulardi dalam wawancara bahwa ada tidaknya program supervisi tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Walaupun tidak ada program supervisi, kepala sekolah tetap mengawasi guru dalam mengajar secara insidental.71 7. SD N Sragen 6 Sumarni
Kepala Sekolah Negeri 6 tidak menyusun program
supervisi. Program supervisi hanya dibuat dalam rencana kerja sekolah. Kepala sekolah tidak membuat program supervisi maupun jadwal kunjungan kelas. Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut: “Oo..kalau secara khusus tidak ada program supervisi, hanya yang ada di dalam Rencana Kerja Sekolah. Di dalamnya cuma ada jadwal pelaksanaannya secara umum tetapi kalau secara khusus misalnya perkelas atau untuk guru mapel tidak ada. Saya melaksanakan supervisi untuk mengamati guru mengajar. Saya mengamati juga tidak pakai instrument. Saya cuma keliling begitu, sambil mengamati guru-guru mengajar. Guru-guru juga sudah paham kalau sedang diperhatikan mengajarnya.”72
71 72
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016. Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
83
8. SD N Nglorog 3 Sri Kuncoro Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3 menyusun program supervisi sebagaimana disampaikan bahwa selaku kepala sekolah seharusnya menyusun program supervisi sebagai acuan dalam melakukan supervisi selama setahun.73 Program supervisi digunakan sebagai pedoman pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Dengan program yang jelas, diharapkan pelaksanaan supervisi akademik dapat berjalan lancar dan maksimal. Perencanaan supervisi Kepala Sekolah di SD N Nglorog 3 ditujukan untuk semua guru baik guru kelas, guru Penjas, maupun guru Pendidikan Agama Islam. Kepala Sekolah SD N Nglorog 3 merencanakan program supervisi kepala sekolah dengan tujuan agar adanya perencanaan yang baik dapat dilaksanakan dan mendapat hasil yang baik sesuai harapan. 9. SD N Nglorog 1 Kepala Sekolah SD N Nglorog 1, Paini belum menyusun program supervisi kepala sekolah dengan alasan bahwa beliau baru diangkat Kepala Sekolah 1 tahun. Sehingga belum sempat menyusun program supervisi akademik kepala sekolah.74 Paini sebagai Kepala Sekolah beranggapan bahwa program supervisi untuk guru PAI sudah dilakukan oleh pengawas PAI. Dia tidak membuat perencanaan supervisi untuk guru Pendidikan Agama Islam. Dan dia juga belum membuat program supervisi untuk guru kelas yang lain. 73 74
wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
84
10. SD N Sragen 4 Kepala Sekolah SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu, menyusun program supervisi pada awal tahun ajaran baru. Menurut Kepala Sekolah SD N 4 Sragen,
perencanaan
program
supervisi
diperlukan
agar
dalam
menjalankan supervisi, seorang kepala sekolah mempunyai pedoman dan acuan yang jelas. Perencanaan program supervisi ditujukan untuk semua guru dan karyawan termasuk guru Pendidikan Agama Islam baik yang berstatus guru PNS maupun guru Wiyata Bhakti.75 Menurut Mastuti Rahayu, program supervisi selain sebagai pedoman dalam supervisi juga sebagai administrasi kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus mempunyai program supervisi yang didokumentasikan dalam tulisan. D. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Berdasarkan temuan di sekolah Kecamatan Sragen dapat diketahui bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah sebagai berikut: 1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD Birrul Walidain menggunakan dua tehnik yaitu kelompok dan perseorangan. Supervisi kelompok dilakukan pada awal tahun ajaran baru dan setiap bulan sekali di minggu pertama. Dalam tehnik kelompok, kepala sekolah memberikan pembinaan dan menumbuhkan motivasi guru dalam mengajar. Selain itu, dalam supervisi kelompok sering digunakan untuk
75
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
85
diskusi kasus tentang permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang mempunyai permasalahan tentang anak didiknya di kelas, disampaikan kemudian didiskusikan dengan kepala sekolah dan guru yang lain. Dalam supervisi kelompok digunakan kepala sekolah untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam mengembangkan keterampilan mengajar melalui teknik-teknik tertentu. Selain itu, dalam pelaksanaan supervisi kelompok digunakan kepala sekolah untuk memberikan motivasi kepada guru agar memiliki semangat dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Persiapan supervisi kunjungan kelas di SD Birrul Walidain Muhamamdiyah Sragen menggunakan metode guru senior, sebagaimana disampaikan Rosit Mustofa bahwa: “Biasanya sebelum ada supervisi, kalau ada guru mengalami permasalahan dalam mengajar, mungkin tentang strategi atau penggunaan media, guru terbiasa berdiskusi dengan sesama guru per jenjang. Disini ada 4 rombel, dan tiap minggu ada pertemuan rutin guru kelas maupun guru mapel tiap jenjang. Hal ini dimaksudkan untuk penyamaan persepsi tentang materi serta berdiskusi tentang strategi pembelajaran, pembuatan media pembelajaran serta pola penanganan anak. Apabila dalam diskusi tersebut belum menemukan solusi, biasanya konsultasi dengan saya. Maklum disini ada lebih dari 50 guru, tentu saya tidak bisa melakukannya sendiri.”76
Jumlah guru di SD Birrul Walidain tidak memungkinkan kepala sekolah terjun secara langsung di setiap kelas. Dalam memberikan bimbingan kepala sekolah bisa meminta bantuan kepada guru senior. 76
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
86
Strategi ini cukup efektif diterapkan untuk membantu kepala sekolah dalam supervisi akademik. Dalam pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, kepala sekolah dibantu wakil kepala bagian Akademik dan koordinator masing-masing jenjang. Semua guru kelas maupun guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai waktu dan kesempatan yang sama dalam supervisi. Kegiatan supervisi kunjungan kelas menggunakan instrumen penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan wakil kepala sekolah dan koordinator jenjang melaporkan hasil supervisi kepada kepala sekolah. Kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi perlu menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai dengan tujuan, sasaran, objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan, dan instrumen yang sesuai. Hal ini senada dengan ungkapan Rosit Mustofa bahwa: “Tentu ada instrumennya, instrumen itu saya gunakan sebagai bukti fisik adanya supervisi. Guru disini kan banyak, kalau tidak menggunakan instrumen, ya saya tidak ingat lagipula dalam melakukan supervisi dibantu oleh wakil kepala sekolah. Selain itu hasil dari supervisi yang saya gunakan untuk evaluasi dan tindak lanjutnya.”77 2. SD N Mojo 58 Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD N Mojo 58 menggunakan tehnik langsung dan secara kelompok seperti dalam rapat guru. Kepala sekolah memberikan pembinaan di awal tahun ajaran baru. 77
Wawancara pada hari Rabu, 6 April 2016.
87
Kepala sekolah menyampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan terutama dalam hal administrasi guru dan administrasi kelas. Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, tiap guru dilakukan sekali dalam satu semester. Untuk guru PAI, kepala sekolah hanya melakukan kunjungan kelas kepada Tutik Rusdiatun, mengingat kegiatan kepala sekolah yang padat serta jumlah guru yang banyak. Hal ini dilakukan Kepala Sekolah pertimbangan bahwa Tutik Rusdiatun adalah guru Pendidikan Agama Islam yang berstatus PNS. Waktu pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ditentukan dalam program supervisi yang telah disusun di awal tahun ajaran baru. Namun kenyataannya terkadang ada yang maju bahkan mundur dari jadwal karena menyesuaikan kegiatan kepala sekolah. Sebagaimana diungkapkan Sulardi Kepala Sekolah Dasar Mojo 58 bahwa: “Kalau pelaksanaannya tiap semester cuma sekali, itupun waktunya terkadang mundur dari jadwal. Karena saya juga memaklumi, disini kekurangan guru. Bu Tutik sebagai guru PAI harus mengajar penuh seminggu. Bisa dibayangkan saja, kelas 1 sampai 6 yang terdiri 3 rombel, hanya ada 1 guru dan 1 guru WB tapi jarang masuk juga, terkadang bu Tutik itu harus mengajar dua kelas sekaligus dalam jam yang sama, kerepotan sekali. Sedang saya sendiri juga banyak kegiatan kepala sekolah, selain itu saya juga pengurus koperasi jadi sering ada tamu yang kesini.”78 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas terhadap guru pelajaran Pendidikan Agama Islam Tutik Rusdiatun, Sulardi tidak menilai dari sisi materi yang disampaikan karena latar belakang keilmuan yang kurang menguasai, namun dalam hal strategi dan perangkat pembelajaran.
78
wawancara hari Senin, 21 Maret 2016.
88
3. SD N Karang Tengah 1 Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SD Karang Tengah 1 hanya dilakukan untuk menilai administrasi guru. Hal ini dilakukan ibu Y. Sri Purwanti selaku kepala sekolah di setiap awal semester. Semua guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam, mengumpulkan semua perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, jadwal mengajar, buku nilai dan buku administrasi lainnya di meja kepala sekolah untuk diperiksa dan diberi tanda tangan oleh kepala sekolah. Hal ini dilakukan agar guru tertib dalam administrasi.79 Ibu Y. Sri Purwanti selaku kepala sekolah SD N Karang Tengah 1 tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan di kelas-kelas. Kepala sekolah hanya mengamati guru mengajar dari luar kelas tanpa instrumen dan dilakukan secara insidental. Hal ini juga diungkapkan Haryatik bahwa selama menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD N Karang Tengah 1 tidak pernah ada supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya menilai perangkat administrasi guru saja.80 4. SD N 16 Sragen Supervisi akademik kepala sekolah di SD N 16 Sragen sering dilakukan dalam bentuk supervisi kelompok. Kepala sekolah sering mengadakan pembinaan berkaitan kegiatan belajar mengajar secara bersama-sama. Apabila ada permasalahan tertentu, kepala sekolah 79 80
Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016. Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
89
mendiskusikan sendiri dengan guru yang bersangkutan. Termasuk guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Fatimah sering
konsultasi
dengan Kepala Sekolah mengenai strategi pembelajaran dan materi Pendidikan Agama Islam. Seperti yang diungkapkan Sale Wasesa Kepala Sekolah SD Negeri 16 Sragen. “Pada awalnya biasanya guru-guru tanya apakah RPP nya dah betul atau belum, tapi selanjutnya mereka sudah melanjutkan sendiri.”81 Pelaksanaan supervisi perseorangan di SD N 16 Sragen dilakukan secara langsung. Sebelum melakukan observasi di kelas, kepala sekolah berdiskusi dengan guru dan memeriksa RPP untuk mengetahui perencanaan dalam pembelajaran. Kemudian kepala sekolah mengamati guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Saat mengamati proses pembelajaran di kelas, kepala sekolah menggunakan instrumen yang berfungsi sebagai penilaian. Selain sebagai bukti fisik kegiatan supervisi, instrumen untuk mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki guna kegiatan tindak lanjut 5. SD N Mojomulyo 2 Kepala sekolah SD N Mojomulyo 2 menggunakan dua tehnik dalam supervisi yaitu kelompok dan perseorangan. Supervisi kelompok dilakukan kepala sekolah secara bersama-sama dalam rapat guru awal tahun ajaran baru. Seperti yang disampaikan oleh Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah SD N Mojomulyo bahwa:
81
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
90
“Dalam pelaksanaannya paling satu semester cuma satu kali. Tapi pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya. Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah tugasnya juga banyak.”82 Untuk kegiatan supervisi perseorangan, kepala sekolah SD N Mojomulyo 2 melakukan kunjungan kelas. Kepala sekolah mengamati guru dalam mengajar secara bergantian sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Termasuk guru Pendidikan Agama Islam
Masykuri juga
disupervisi. Supervisi akademik penting bagi kepala sekolah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam pembelajaran. Supervisi akademik dilaksanakan sekali dalam tiap semester, sedangkan waktu bisa menyesuaikan jadwal kepala sekolah dan guru yang akan disupervisi. Sebagaimana diungkapkan Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah SD N Mojomulyo 2: “Dalam pelaksanaanya paling satu semester cuma satu kali. Tapi pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya. Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah tugasnya juga banyak.”83
Menuk Rusmiyati dalam melakukan supervisi akademik didukung dengan instrumen penilaian yang terdiri dari penilaian perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam instrumen ini memuat hal-hal atau komponen-komponen penilaian. Kepala sekolah perlu
82 83
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.
91
mensosialisasikan instrumen ini kepada guru agar terjadi kesepahaman. Instrumen ini merupakan pedoman dalam melaksanakan supervisi, agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 6. SD N Tangkil 4 Sebagai kepala sekolah SD N Tangkil 4 Sutardi, belum pernah melakukan supervisi kunjungan kelas kepada guru-guru termasuk kepada guru Pendidikan Agama Islam yaitu Gadis Wahyutira. Dia hanya melakukan pembinaan kepada guru dalam waktu rapat guru. Pada waktu luang, Sutardi terkadang berkeliling mengamati guru yang mengajar, tanpa ada instrumen dan tujuan yang jelas. Sutardi selaku Kepala Sekolah juga jarang melakukan supervisi kelompok ataupun diskusi perseorangan dengan guru PAI. Sutardi yang berasal dar guru Pendidikan Agama Islam sebelum menjadi Kepala Sekolah merasa guru PAI sudah menguasai materi PAI dan sudah mampu dalam mengajar, sehingga dia beranggapan tanpa adanya supervisi, pembelajaran tetap berjalan lancar. 7. SD N 6 Sragen Pelaksanaan supervisi di SD N 6 Sragen, Kepala Sekolah hanya menggunakan teknik kelompok. Supervisi kelompok dilakukan Kepala Sekolah dalam bentuk rapat guru yang membahas tentang proses pembelajaran secara umum. Sumarni
selaku
kepala
sekolah
tidak
melakukan
supervisi
perseorangan baik kunjungan kelas, observasi kelas maupun secara
92
individual kepada guru PAI maupun guru kelas yang lain. Seperti yang disampaikan Sumarni Kepala Sekolah Dasar 6 Sragen sebagai berikut: “Tidak ada pembinaan khusus dari saya, karena saya mengamati KBM juga insidental. Itupun tidak menggunakan instrumen. Biasanya hal-hal yang belum pas atau perlu perbaikan saya catat di buku harian saya, kemudian waktu rapat guru saya sampaikan. Dan tentunya tidak saya sebutkan nama guru, untuk menjaga perasaan.”84
8. SD N Nglorog 3 Pelaksanaan supervisi akademik di SD N Nglorog 3 dilakukan dengan tehnik kelompok dan perseorangan. Tehnik kelompok dilakukan kepala sekolah pada awal tahun ajaran baru. Supervisi kelompok untuk memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun silabus, RPP dan menentukan strategi dalam pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan Sri Kuncoro kepala SD Nglorog 3 “Biasanya saya menanyakan dulu kepada guru. Nanti jadwalnya apa, materinya tentang apa. Kemudian saya juga menanyakan metode yang dipakai. Kalau ada yang belum pas, saya kasih masukan. Termasuk pemilihan alat peraga kalau memang diperlukan.”85 Sri Kuncoro melakukan diskusi untuk mengetahui kesiapan guru serta mengetahui permasalahan-permasalahan awal yang muncul untuk dicari penyelesaiannya. Pembinaan kepala sekolah kepada guru dapat memberikan semangat dan rasa percaya diri bagi guru karena kepala sekolah telah memberikan perhatian dan bimbingan dalam pelaksanaan pembelajaran.
84 85
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
93
Selain supervisi kelompok, kepala sekolah SD N Nglorog 3 juga melakukan tehnik supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas. Kegiatan kunjungan kelas dilakukan sekali dalam satu semester ke semua guru termasuk guru PAI. Kunjungan kelas ini dengan tujuan untuk pembinaan
guru
oleh
kepala
sekolah
untuk
mengamati
proses
pembelajaran di kelas. Namun pada tahun ajaran 2015/2016 ini, hanya melakukan sekali dalam setahun kepada guru PAI
Wiyono. Hal ini
dikarenakan kesibukan kepala sekolah dan banyaknya administrasi sekolah yang perlu diselesaikan. 9. SD N Nglorog 1 Kepala SD N Nglorog 1 tidak melakukan supervisi kepada guru Pendidikan Agama Islam dengan berbagai pertimbangan. Paini selaku kepala sekolah memberikan kebijaksanaan kepada Suharyati selaku guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan mengingat Suharyati sering sakit. Kepala Sekolah hanya memberikan motivasi kepada Suharyati agar tetap semangat dalam mengajar. Paini selaku Kepala sekolah juga tidak memaksa Suharyati untuk membuat administrasi yang berkaitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. Seperti diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut: “Kalau supervisi di sekolah ini yang jelas dalam rapat-rapat saya tekankan tertib adminstrasi. Kalau kegiatan pembelajaran di kelas, belum saya terapkan. Apalagi maaf, bu guru PAI sering sakit. Saya tidak tega kalau membebani dia terlalu lebih. Dulu diminta nilai rapot PAI yang kurikulum 2013 saja malah masuk rumah sakit 10 hari. Kalau saya laksanakan program supervisi beneran takutnya nanti nambahi beban dan malah sakit tidak bisa ngajar. Kalau guru-guru
94
disini loyalitasnya sangat tinggi, saya sudah bersyukur mereka mengajar dengan tertib gitu aja.”86 10. SD N 4 Sragen Kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SD N 4 Sragen menggunakan teknik kelompok dan perseorangan. Tehnik kelompok dilakukan dalam wujud pembinaan awal tahun secara bersama-sama dengan seluruh guru. Dalam pembinaan ini kepala sekolah menyampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan selama setahun seperti pembuaatan RPP dan perangkat kelas yang lain. Tidak hanya guru kelas, namun guru-guru bidang studi juga mendapatkan supervisi. Supervisi perseorangan dilakukan Mastuti Rahayu selaku kepala sekolah SD N 4 Sragen dengan kunjungan kelas. Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas hanya dilakukan untuk guru
PNS baik guru kelas
maupun guru bidang studi termasuk guru Pendidikan Agama Islam. Mastuti Rahayu tidak melakukan supervisi kunjungan kelas untuk guru Wiyata Bhakti dengan berbagai pertimbangan. Menurut Mastuti Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Sragen bahwa: “Seorang kepala sekolah haruslah mempunyai program supervisi, karena itu sudah menjadi tugas kepala sekolah, ya dilaksanakan semaksimal mungkin. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua guru saya supervisi. Saya lebih menekankan pada guru PNS, saya tidak tega kalau guru WB ikut disupervisi. Dulu pernah saya lakukan, tapi ya kembali lagi, saya tidak tega. Karena saya tidak bisa menuntut terlalu banyak kepada WB, karena tidak ada ikatan yang memaksa dia untuk berbagai tanggung jawab dalam mengajar. Beda dengan yang PNS kan. Di samping itu, guru disini ada 40 an orang, jadi tidak cukup waktu karena kegiatan kepala sekolah juga tidak supervisi saja. Dan juga guru WB masih takut 86
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
95
ketika ada supervisi, pernah dulu saya lakukan untuk semua guru. Tapi guru yang WB terlihat kurang siap dan membuat saya tidak tega.”87 Mastuti Rahayu tidak bermaksud membedakan status guru dalam supervisi, namun karena jumlah guru yang banyak sehingga kepala sekolah tidak mampu melakukan kunjungan di setiap kelas. Maka kepala sekolah memberikan prioritas kepada guru PNS karena secara tugas dan tanggung jawab yang lebih berat. Guru Pedidikan Agama Islam yang terdiri 4 orang, 1 orang yaitu Siyami berstatus PNS dan 3 orang lainnya berstatus guru Wiyata Bhakti. Kepala Sekolah SD N 4 Sragen melakukan supervisi kunjungan kelas kepada Siyami selaku guru Pendidikan Agama Islam sekali dalam satu semester. Kegiatan supervisi kunjungan kelas ini dimaksudkan untuk memberikan semangat dalam peningkatan kompetensi profesfional guru serta memberikan penilaian dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Walaupun Kepala Sekolah Mastuti Rahayu tidak berlatar belakang Pendidikan Agama Islam, namun dalam supervisi kepala sekolah bisa memberikan saran dan penilaian dalam strategi dan metode mengajar yang baik. Dalam melakukan supervisi, kepala sekolah SD N 4 Sragen menggunakan instrumen. Instrumen perencanaan pembelajaran terdiri dari penilaian perencanaan yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran seperti RPP. Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari penilaian
87
Wawancara pada hari Rabu, 1 Juni 2016.
96
kegiatan pembelajaran, mengelola interaksi kelas dan evaluasi. Kedua instrumen tersebut berisi cacatan dan rekomendasi kepala sekolah dalam penilaian, selanjutnya digunakan dalam tindak lanjut. Sebagaimana diungkapkan Mastuti Kepala bahwa: “Tentu saya memakai instrumen, sebagai kepala sekolah saya perlu mendokumentasikan hasil supervisi itu. Instrumen ini penting, karena hasil penilaian ada di sini, dan ini saya gunakan untuk langkah selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran akan saya jadikan bahan untuk pembinaan guru.”88 E. Program Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala Sekolah 1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen Bagi sekolah swasta seperti SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, hasil supervisi sangat penting untuk menentukan tindak lanjut. Guru yang mempunyai permasalahan bersifat pribadi, akan dipanggil wakil kepala sekolah akademik Novi Animah secara pribadi agar tidak menyinggung perasaan yang guru bersangkutan. Apabila belum ada perubahan, akan diberi pembinaan oleh kepala sekolah. Permasalahan yang bersifat umum dan dialami oleh beberapa guru bisa disampaikan dalam rapat pembinaan guru. Selain itu, kelebihan-kelebihan guru juga perlu dipromosikan, bisa berupa kenaikan gaji, penempatan posisi ataupun bonus yang lain untuk memacu kinerja guru lebih profesional. Hal ini sebagaimana disampaikan kepala sekolah SD Birrul Walidain Rosit Mustofa: “Ya tentu ada, catatan-catatan dalam supervisi itu saya evaluasi. Kalau perlu saya panggil ke ruangan saya untuk saya beri masukan. 88
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
97
Hal ini untuk menjaga perasaan guru dan saya kira ini akan lebih maksimal. Selain itu, saya sering mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan mata pelajaran yang diampu. Selain itu, hasil supervisi saya gunakan untuk pemetakan guru. Dari hasil itu, saya bisa memetakkan mana guru yang perlu ditempatkan sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, tim lomba, guru kelas atas, guru kelas bawah ataupun yang lainnya. Maaf karena kita sekolah swasta, maka hasil kerja guru juga menentukan gaji yang akan diperoleh. Kita tidak bisa menyamakan guru dengan kinerja rendah dan guru yang mempunyai kinerja tinggi. Guru yang kurang bagus kinerjanya selalu saya panggil, saya beri masukan. Dan apabila tidak ada perubahan setelah dipanggil sampai 3 kali, ya saya beri surat pemberhentian. Memang sanksi kita berlakukan secara bertahap, guru yang punya kompetensi rendah tidak bisa menjadi wali kelas, kemudian scorsing dan bila tidak ada perubahan akan berujung pemberhentian. SD Birrul adalah sekolah swasta, tuntutan orang tua sangat luar biasa. Maka perlu kerja profesional, kerja bersemangat dan tentunya berharap hasil yang maksimal.”89 Sasaran terpenting dalam tindak lanjut hasil supervisi guru SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen adalah peningkatan kegiatan pembelajaran. Dengan adanya tindak lanjut, minimal dapat memberi solusi terhadap kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran. Selain masukan dari supervisor, masukan dari guru juga bisa dijadikan perbaikan dalam proses supervisi. 2. SD N Mojo 58 Kepala Sekolah SD Mojo 58 tidak melakukan tindak lanjut secara langsung kepada guru PAI, melainkan memberikan pembinaan secara langsung pada rapat guru. sebagaimana disampaikan kepala SD N Mojo 58 Sulardi bahwa: “Ya saya hanya menyampaikan kepada guru untuk selalu belajar. karena ilmu itu semakin berkembang. Guru PAI, guru Penjas dan guru89
wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
98
guru kelas selalu saya sarankan untuk aktif di kegiatan KKG masingmasing. Agar lebih banyak wawasan dan pengetahuan. Kalau dari saya selaku kepala sekolah, ya kurang maksimal. Kalau cuma dalam menyusun RPP dan persiapan pembelajaran, saya bisa bantu, tapi kalau berkaitan dengan pelajaran, ya tentu kurang pas untuk pelajaran PAI, karena dulu saya sebagai guru kelas.”90 Sulardi selaku kepala sekolah
kurang percaya diri ketika
memberikan masukan kepada guru PAI. Latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, membuat kepala sekolah tidak memberikan masukan dalam hal materi pembelajaran PAI. Kepala sekolah beranggapan guru PAI sudah menguasai materi pembelajaran karena sudah sesuai dengan disiplin ilmunya. 3. SD N Karang Tengah 1 Kegiatan tindak lanjut di SD N Karang Tengah 1 hanya berupa pembinaan pada waktu rapat guru. Karena Kepala Sekolah hanya melaksanakan supervisi administrasi guru, maka bentuk tindak lanjut hanya penekanan pada
kelengkapan administrasi saja. Sebagaimana
diungkapkan Y. Sri Purwanti bahwa sebagai kepala sekolah dia selalu memberikan pembinaan pada saat rapat. Guru harus baik dalam mengajar dan tertib administrasi. Apalagi guru yang sudah sertifikasi. Pemerintah memberikan tambahan gaji untuk meningkatkan profesional guru.91 Kepala Sekolah SD N Karang Tengah 1 tidak melakukan supervisi kunjungan kelas kepada guru PAI, maka Kepala Sekolah juga tidak melakukan tindak lanjut. Kepala Sekolah tidak pernah memberikan tindak
90 91
Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016. Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016.
99
lanjut berupa pembinaan kepada guru PAI berkaitan dengan pembelajaran PAI. Kepala Sekolah beranggapan bahwa pembinaan dalam tindak lanjut supervisi untuk guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas PAI. 4. SD N 16 Sragen Kepala sekolah SD N 16 Sragen memberikan tindak lanjut kepada guru Pendidikan Agama Islam dengan pembinaan langsung secara perseorangan. Hal ini dilakukan karena Sale Wasesa selaku Kepala Sekolah berasal dari guru Pendidikan Agama Islam. Latar belakang akademik
membuat
Sale
Wasesa
lebih
menguasai
materi
dan
berpengalaman dalam strategi pembelajaran PAI. Kegiatan tindak lanjut dilakukan Kepala Sekolah dengan harapan agar kekurangan guru PAI dalam proses pembelajarn dapat diperbaiki. Kepala Sekolah perlu menyampaikan
kelebihan guru agar menjadi
penyemangat dan dapat menggali potensi guru PAI. 5. SD N Mojomulyo 2 Kepala Sekolah SD Mojomulyo 2 melakukan tindak lanjut hasil supervisi dengan selalu menyarankan kepada guru PAI untuk aktif di kegiatan KKG agar guru PAI aktif di kegiatan KKG karena
dalam
kegiatan KKG, guru PAI akan mendapatkan ilmu secara langsung mengenai materi-materi yang berkaitan dengan tema-tema pembelajaran PAI. Hal ini tentu akan lebih memudahkan guru PAI dalam menguasai strandar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran PAI. Strategi-strategi pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAI, tentu akan lebih
100
mendalam dibahas dalam kegiatan ini. Hal ini
diungkapkan
Menuk
Rusmiyati Kepala SD Negeri Mojomulyo 2: “Untuk tindak lanjutnya, pertama-tama saya lihat hasil supervisi dulu. Saya mempunyai catatan-catatan tersendiri. Apabila perlu saya beri masukan secara pribadi, maka saya akan memanggil guru ke ruangan saya secara pribadi, karena ini menjaga perasaan guru satu dengan yang lain. Kalau hanya bersifat umum, biasanya saya sampaikan di rapat guru. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG. Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu. Latar belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang bersifat umum saja.”92 6. SD N Tangkil 4 Kepala sekolah SD N Tangkil 4 tidak mengadakan tindak lanjut karena Kepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi di kelas. Kegiatan pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah hanya bersifat umum dan tidak mengacu pada permasalahan guru. Kepala Sekolah juga tidak melakukan pemantapan instrumen supervisi akademik karena Kepala Sekolah tidak mempunyai instrumen dalam supervisi. sebagaimana diungkapkan Sutardi selaku kepala sekolah SD N Tangkil 4 bahwa: “Saya tidak memberikan tindak lanjut secara spesifik. Saya hanya memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru. Kalau ada undangan pelatihan, ya saya kirim sesuai undangan. Misal untuk guru kelas 1 ya saya kirim guru kelas 1. Kalau undangan untuk guru PAI ya saya kirim guru PAI. Apalagi pelatihanpelatihan juga jarang, paling yang baru-baru ini pelatihan kurikulum 2013.93 92 93
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.
101
7. SD N Sragen 6 Kepala sekolah SD N 6 Sragen tidak memberikan tindak lanjut karena tidak melakukan supervisi di kelas. Sumarni selaku Kepala Sekolah SD N Sragen 6 hanya memberikan saran dan pembinaan secara umum tanpa mengetahui secara pasti permasalahan, kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar masing-masing guru. Selain itu sebagaimana diungkapkan Sumarni bahwa dia tidak mengadakan tindak lanjut, karena merasa kurang paham materi PAI.94 Sumarni kurang memahami konsep tindak lanjut. Menurut dia, pembinaan dan pengawasan guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas PAI. Selain itu, dia merasa guru PAI di SD N Sragen 6 sudah menguasai kompetensi dan sudah profesional dalam mengajar. Hal ini dilihat dari usia guru PAI yang masih mudah dan sudah menempuh pendidikan S2. 8. SD N Nglorog 3 Kepala sekolah SD N Nglorog 3, Sri Kuncoro mengatakan bahwa untuk
tindak lanjut guru Pendidikan Agama Islam, dia menyarankan
untuk guru PAI selalu aktif mengikuti Kelompok Kerja Guru PAI. Dengan mengikuti KKG PAI tentu akan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Sri Kuncoro yang berlatar belakang guru kelas, merasa kurang mampu memberikan pembinaan kepada guru PAI. Seperti diungkapkan Sri Kuncoro bahwa:
94
Wawancara hari Kamis, 5 April 2016.
102
“Sebagai tindak lanjut ya saya pelajari dulu kekurangan masingmasing guru. Catatan-catatan waktu supervisi saya gunakan untuk pertimbangan. Saran dan masukan sudah pasti, kemudian saya arahkan untuk senantiasa aktif di KKG PAI, biar lebih meningkatkan kemampuan guru.”95 9. SD N Nglorog 1 Kepala sekolah SD N Nglorog 1 dan SD N Karang Tengah 1 tidak melakukan tindak lanjut hasil supervisi kepada guru Pendidikan Agama Islam dengan alasan tidak melakukan tindakan supervisi di kelas. Selain itu, perbedaan keyakinan antara kepala sekolah SD N Karang Tengah 1 dengan guru PAI sehingga kepala sekolah SD N Karang Tengah 1 Y. Sri Purwanti merasa tidak berwenang memberikan pembinaan kepada guru PAI. Kepala Sekolah SD N Nglorog 1 hanya melakukan supervisi khusus administrasi guru. Bentuk tindak lanjut yang dilakukan Kepala Sekolah hanya memberikan pembinaan dalam kelengkapan administrasi guru. Kepala Sekolah sangat menekankan kepada guru untuk selalu tertib administrasi. 10. SD N 4 Sragen Bentuk tindak lanjut sangat penting bagi Kepala Sekolah untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Hasil supervisi ini pun juga disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan. Sebagaimana diungkapkan kepala SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu bahwa hasil supervisi perlu ditindak lanjuti, baik secara pribadi maupun secara umum
95
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
103
disampaikan melalui pembinaan guru. Guru yang sudah mengajar bagus, juga disampaikan agar tambah semangat dan menjadi motivasi untuk guru yang lain.96 Kepala sekolah SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu,
memberikan
tindak lanjut berupa pembinaan kepada guru. Pembinaan langsung dilakukan secara perseorangan berkaitan dengan hasil supervisi dan pembinaan secara umum disampaikan pada waktu rapat guru.
96
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
104
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tingkat Keberhasilan Supervisi Akademik Setelah melakukan penelitian di lapangan, keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah masih belum maksimal. Kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut belum dilakukan Kepala Sekolah sesuai teknik, prinsip dan tujuan supervisi. Hal ini tentu berpengaruh terhadap keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Dalam penyusunan program supervisi, masih ada Kepala Sekolah yang tidak menyusun program supervisi. ada juga Kepala Sekolah yang menyusun program supervisi namun hanya menggandakan program tahun sebelumnya, bahkan ada yang menggandakan dari sekolah lain. Kepala Sekolah yang menyusun program supervisi diantaranya SD Birrul Walidain Muhammadiyah, SD N Nglorog 3 dan SD N 4 Sragen. Penyusunan dilakukan kepala sekolah di awal tahun ajaran baru sebagai pedoman pelaksanaan supervisi selama setahun yang akan datang. Dalam menyusun program supervisi, Kepala Sekolah melibatkan guru dalam koordinasi tentang jadwal dan waktu pelaksanaan. Hal ini bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama antara guru dan Kepala Sekolah. Program supervisi yang sudah jadi kemudian disampaikan dalam rapat guru di awal tahun ajaran baru. Fungsi penyampaian program kepada guru 105
agar guru bisa mengetahui maksud dan tujuan supervisi serta bisa mempersiapkan diri. Pemahaman persepsi ini penting untuk membangun pola pikir guru bahwa kegiatan supervisi tidak untuk menakut-nakuti ataupun mengawasi guru dalam mengajar, namun kegiatan supervisi merupakan kegiatan untuk memberikan bimbingan kepada guru untuk memperbaiki pembelajaran. Namun kenyataan di lapangan, ada kepala sekolah yang tidak melakukan perencanaan supervisi dengan menyusun program supervisi. Kepala Sekolah menganggap program supervisi tidak berpengaruh terhadap kemampuan profesional guru terutama guru PAI. Program supervisi hanya di pajang pada papan yang dari tahun ke tahun tertulis sama dan tidak ada perubahan apapun. Kepala sekolah membuat program supervisi hanya untuk kelengkapan administrasi apabila ada pemeriksaan dari pengawas sekolah. Untuk memenuhi kewajiban administrasi, kepala sekolah membuat program supervisi hanya memakai program supervisi dari tahun-tahun yang lalu. Hal ini dilakukan hanya mengubah tanggal dan tahun kemudian digandakan tiap tahun ajaran baru. Bahkan ada yang mengcopi program supervisi sekolah lain dan hanya mengganti identitas sekolah saja. Program supervisi ini juga tidak disosialisasikan kepada semua guru, sehingga guru juga tidak mengetahui adanya program supervisi akademik kepala sekolah. Kepala Sekolah tidak membuat program supervisi sesuai prinsip dan manfaat perencanaan program supervisi akademik kepala sekolah. Membuat
106
program supervisi hanya menggunakan dokumen tahun sebelumnya ataupun menggandakan program supervisi dari SD lain. Kebutuhan kondisi guru di masing-masing sekolah tentu berbeda. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip perencanaan program supervisi akademik kepala sekolah yang mana harus obyektif, bertanggung jawab, berkelanjutan, dan didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah.97
Keberhasilan supervisi akademik Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI juga kurang maksimal dilihat dari sisi pelaksanaan. Kepala Sekolah hanya melaksanakan supervisi kelompok dengan rapat guru di awal tahun ajaran baru. Hal ini disampaikan kepala sekolah untuk memberikan pembinaan dan pengarahan tentang kelengkapan administrasi kepada guru. Pembinaan dan pengarahan administrasi hanya bersifat umum dan kurang fokus dalam peningkatan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam. Kepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi akademik karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang supervisi. Kepala sekolah tidak memberikan bimbingan dalam perbaikan pembelajaran, hanya menuntut guru-guru agar bekerja lebih baik dan nilai setiap mata pelajaran peserta didik meningkat. Ini salah satu bukti bahwa kelemahan kepala sekolah tidak memiliki kompetensi dalam mengelola sekolah. Kepala sekolah belum memahami bahwa kegiatan supervisi tidak hanya menilai kinerja guru, tetapi juga memberikan pembinaan dan bimbingan. Kepala sekolah hanya
97
Materi Pelatihan ..., 15.
107
mengetahui bahwa supervisi hanya dilakukan oleh pengawas sekolah. Kepala sekolah juga belum memahami instrumen-instrumen supervisi akademik. Hal ini diungkapkan oleh Sutardi Kepala SD N Tangkil 4 bahwa “saya belum memahami instrumen untuk supervisi, karena kepala sekolah juga jarang ada pelatihan tentang supervisi itu.”98 Kepala Sekolah ada yang tidak melakukan supervisi akademik kepada guru PAI karena faktor latar belakang pendidikan. Supervisi hendaknya tidak diartikan sempit, melainkan perlu mempertimbangkan prinsip dan tujuan dalam supervisi. Penguasaan materi pelajaran yang diampu guru tidak semua wajib dikuasai kepala sekolah. Apabila kepala sekolah menguasai materi yang diampu guru, tentu bimbingan akan lebih maksimal karena kepala sekolah sudah berpengalaman dalam menyampaikan materi tersebut. Namun hal ini tidak perlu dijadikan alasan kepala sekolah tidak melakukan kegiatan supervisi kepada guru PAI. Guru PAI juga perlu bimbingan dan pembinaan dari kepala sekolah dalam memilih strategi dan metode dalam penyampaian materi pembelajaran. Kepala sekolah SD di Kecamatan Sragen
sebagian besar berlatar
belakang guru kelas merasa tidak menguasai materi Pendidikan Agama Islam menjadi alasan kepala sekolah tidak melakukan supervisi akademik kepada guru PAI. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Joko Tri Laksono selaku Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) kecamatan Sragen bahwa dia
98
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.
108
tidak melakukan supervisi kepada guru PAI karena tidak menguasai ilmunya dan takut nanti kalau salah memberikan masukan.99 Hal ini menunjukkan bahwa Kepala Sekolah kurang memahami tujuan supervisi akademik. Kepala Sekolah hanya melihat supervisi secara sempit. Kepala Sekolah kurang memahami bahwa tujuan kegiatan supervisi adalah untuk pengembangan profesional, pengawasan kualitas dan penumbuhan motivasi. Melihat tujuan supervisi, tentu tidak membedakan latar belakang pendidikan serta materi pelajaran yang diampu guru masing-masing. Hal ini juga diungkapkan Sulardi selaku guru SD N Mojo 58 bahwa dalam supervisi akademik, dia tidak banyak memberikan masukan kepada guru PAI karena dia berlatar belakang guru kelas, kalau memberikan saran takut salah. Dan dia yakin bahwa guru PAI pasti menguasai materi PAI, karena PAI merupakan mata pelajaran yang selama kuliah didapatkan. Dia hanya memberikan saran-saran seperti media yang perlu dipakai, cara mengajar dan hal-hal lain yang bersifat umum. Selanjutnya menurut bapak Sulardi kegiatan supervisi juga belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal itu perlu proses, dan ketika kita ada usaha untuk maju, maka pasti akan ada peningkatan. Guru PAI sudah menguasai materi yang diampu namun masih perlu menguasai strategi dan dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti menggunakan media pendukung, penggunaan media teknologi
komputer dan LCD. Kepala sekolah terus
memberikan semangat kepada guru agar terus mencoba dan belajar
99
Wawancara hari Jum’at, 3 Juni 2016.
109
menggunakan media yang ada. Semangat dan kemauan guru untuk terus belajar membuat usaha lebih maksimal.100 Motivasi Kepala Sekolah kepada guru merupakan salah satu tujuan supervisi akademik Kepala Sekolah. Motivasi Kepala Sekolah menjadi penyemangat untuk guru melakukan kegiatan belajar mengajar ke arah yang lebih baik. Dalam supervisi kelompok, Kepala Sekolah enggan dan tidak melakukan diskusi dengan guru PAI membahas materi yang berkaitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan Kepala Sekolah dengan alasan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai. Ada pula anggapan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan guru PAI menjadi tugas dan tanggung jawab pengawas PAI, sehingga Kepala Sekolah tidak perlu melakukan supervisi akademik. Hanya kepala sekolah yang mempunyai latar belakang Pendidikan Agama Islam yang melakukan diskusi dengan guru PAI. Bimbingan dan pembinaan dalam penyusunan RPP, silabus dan lainnya bisa dilakukan secara bersama-bersama sebagaimana teknik supervisi kelompok. Namun apabila dilakukan secara umum untuk semua guru tentu hasilnya kurang maksimal tanpa dilakukan pembinaan maupun diskusi secara khusus dengan guru PAI. Tujuan supervisi adalah memperbaiki pembelajaran. Namun ada kepala sekolah yang melaksanakan supervisi hanya sekedar melaksanakan program kepala sekolah dan sebagai bukti administrasi saja. Bukti administrasi ini
100
Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016.
110
digunakan kepala sekolah ketika ditanya dan disupervisi manajerial oleh pengawas sekolah. Pelaksanaan supervisi dengan teknik perseorangan juga jarang dilakukan kepala sekolah. Ada Kepala Sekolah melaksanakan supervisi tetapi tanpa tujuan yang jelas dan tanpa menggunakan instrument. Kepala Sekolah hanya mengawasi guru dari luar kelas tanpa menggunakan instrumen dan tujuan yang jelas. Hal ini tidak sesuai dengan cara kunjungan kelas sebagaimana terdapat dalam pedoman supervisi akademik bahwa melakukan kunjungan kelas hendaknya sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan serta mempunyai tujuan yang jelas.101 Kepala Sekolah yang tidak melakukan tahapan-tahapan supervisi akademik dari awal, membuat guru kebingungan dengan apa yang dilakukan kepala sekolah. Kepala sekolah yang mengawasi cara mengajar guru dari luar kelas, tanpa ada pemberitahuan, merupakan contoh supervisi yang belum baik. Hal ini kurang memberikan pengaruh signifikan terhadap guru PAI. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip supervisi akademik yaitu bersifat sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran serta kooperatif (ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran). 102 Kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah kurang memberikan kontribusi kepada peningkatan kompetensi guru PAI. Hal ini diungkapkan salah satu guru PAI yaitu Pranto Sutrisno yang mengatakan bahwa supervisi 101 102
Materi Pelatihan ..., 24. Materi Pelatihan ..., 8-9.
111
akademik kepala sekolah belum signifikan pada kemajuan pembelajaran PAI di kelas.103 Hal ini dirasakan oleh guru PAI, karena kepala sekolah hanya memberikan bimbingan secara kelompok saja dan tidak spesifik kepada guru PAI. Sebagai seorang guru PAI, Pranto Sutrisno merasa supervisi akademik Kepala Sekolah saat ini belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Kegiatan supervisi sudah dilakukan kepala sekolah namun kondisi guru yang kurang tanggap membuat supervisi belum berhasil. Sebagaimana terjadi di SD N Mojomulyo 2 berdasarkan pernyataan Menuk Rusmiati Kepala SD N Mojomulyo 2 bahwa: “Saya kira belum berhasil, karena itu perlu proses. Sebagai contoh, kemarin guru-guru minta dibelikan LCD lagi karena disini baru punya 1 buah, oke saya belikan 3 buah. Dan saya menyarankan untuk kegiatan pembelajaran agar lebih variatif, supaya guru menggunakan LCD. Namun kenyataannya juga jarang digunakan. Saya berusaha memberikan fasilitas, tapi karena SDM yang kurang greget untuk belajar, ya kurang maksimal jadinya. Tapi saya yakin apabila supervisi akademik dilaksanakan dengan berkelanjutan, akan ada perubahan. Memang mengubah pola pikir terutama guru-guru ya maaf (sudah usia agak tua), sangat sulit sekali. Disini ada yang muda, tapi masih wiyata bakti. Jadi saya yang tidak tega kalau saya tuntut tanggung jawab maksimal.”104 Menuk Rusmiati selaku Kepala Sekolah memberikan fasilitas pendukung pembelajaran agar dapat meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Selain pengadaan sarana penunjang pembelajaran, guru juga dibimbing dalam penggunaannya. Fasilitas media tidak akan berfungsi apabila
103
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016 Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.
104104
112
guru tidak bisa mengoperasikan. Namun apabila guru tidak punya semangat untuk berubah, juga tidak maksimal hasilnya. Hal ini diperlukan kerja sama antara guru dan Kepala Sekolah sebagaimana prinsip supervisi akademik yaitu aktif dan kooperatif. Aktif dalam artian guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi, serta kooperatif dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. Apabila guru dan Kepala Sekolah tidak saling kooperatif tentu pelaksanaan supervisi tidak mendapatkan hasil maksimal. Kepala SD Birrul Walidain, SD N 4 Sragen dan SD N Nglorog 3 melaksanakan supervisi kunjungan kelas kepada guru PAI satu kali dalam satu semester. Dalam melakukan kunjungan kelas, Kepala Sekolah juga menyiapkan instrumen sebagai penilaian serta catatan-catatan hal yang perlu ditindak lanjutan setelah pelaksanaan supervisi akademik. Instrumen ini penting, selain untuk administrasi juga untuk pedoman pemberian tindak lanjut. Kepala Sekolah SD Birrul Walidain dalam melaksanakan supervisi akademik dibantu guru senior. Pelaksanaan sueprvisi juga menggunakan instrumen untuk laporan kepada kepala sekolah. Adanya instrumen supervisi sudah disosialisasikan kepada semua guru agar ada kesamaan persepsi terutama untuk kepala sekolah dan guru senior. Hasil supervisi baik persiapan pembelajaran sampai pelaksanaan pembelajaran dimasukkan dalam instrumen sebagai wujud penilaian kepala sekolah. Hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran dicatat untuk digunakan
113
dalam
menentukan
langkah
tindak
lanjut.
Kepala
sekolah
perlu
mendokumentasikan hasil supervisi sebagai bukti administrasi. Rosit Mustofa mengungkapkan bahwa supervisi akademik belum semua berhasil. Tetapi adanya supervisi akademik dapat meningkatkan semangat guru dalam mengajar. Selain itu, guru akan terus terpacu untuk belajar guna meningkatkan kemampuan mengajar dan penguasaan materi pelajaran yang diampu.105 Sri Kuncoro kepala sekolah SD N Nglorog 3 menyampaikan bahwa pelaksanaan supervisi belum maksimal. Karena masih adanya hambatan dan kendala. Apabila
supervisi akademik ini berjalan maka guru PAI akan
menjadi profesional dalam mengajar dan kualitas pembelajaran akan meningkat.106 Hal senada juga disampaikan Mastuti Rahayu selaku kepala SD N 4 Sragen bahwa supervisi akademik kepala sekolah terhadap guru Pendidikan Agama Islam di SD 4 Sragen belum semua berhasil, namun ada peningkatan dari tahun sebelumnya.107 Selain perencanaan dan pelaksanaan yang matang, rangkaian kegiatan supervisi akademik adalah program tindak lanjut. Kepala Sekolah kurang memperhatikan dan tidak melakukan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut dapat berupa penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. Namun kebanyakan kepala sekolah hanya 105
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 107 Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016. 106
114
berhenti di pelaksanaan supervisi akademik. Hasil dari pelaksanaan supervisi hanya berupa catatan-catatan di instrumen penilaian supervisi tanpa ada tindak lanjut. Kepala sekolah hanya memberikan tindak lanjut dengan menyarankan kepada guru PAI untuk selalu aktif di kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) PAI sebagaimana diungkapkan Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah SD N Mojomulyo 2: “Untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG. Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu. Latang belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang bersifat umum saja.”108
Jenis tindak lanjut juga tidak disesuaikan dengan permasalahan guru. Guru yang kurang menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu tentu perlu tindak lanjut dalam penguasaan materi pembelajaran. Namun kenyataan di lapangan, Kepala Sekolah hanya memberikan tindak lanjut dengan memberikan pembinaan secara umum saja. Sebagaimana diungkapkan Sutardi Kepala Sekolah SD N Tangkil 4 “Saya tidak memberikan tindak lanjut secara sistematis, saya hanya memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru.”109 Selain itu, Kepala sekolah menyadari bahwa pemberian tindak lanjut sering diabaikan, dan ada yang tidak melakukannya. Pembinaan dalam rapat
108 109
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.
115
hanya bersifat rutinitas dan tidak menyasar pada permasalahan yang sedang dihadapi guru. Permasalahan dalam mengajar tentu dialami oleh masingmasing guru, namun terkadang kepala sekolah hanya menyimpan instrumen supervisi sebagai dokumen administrasi saja. Tentu hal ini tidak memberikan manfaat dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI. Dalam kegiatan tindak lanjut, peran kepala sekolah dalam memberikan pembinaan sangat diperlukan. Guru yang mempunyai kekurangan perlu dimotivasi dan diberi saran sesuai permasalahan yang dihadapi. Guru yang mempunyai kelebihan perlu diapresiasi dan diberi penghargaan agar lebih bersemangat lagi dalam meningkatkan kemampuan diri. Peningkatan kompetensi profesional guru PAI ditandai dengan meningkatnya kualitas guru PAI. Hal ini ditunjukkan bahwa guru PAI memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta cendekia dan mampu mengembangkannya,
menguasai
wawasan
kependidikan,
khususnya
berkenaan dengan pendidikan pada tingkat dasar, menguasai bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep dasar keilmuan
yang
menjadi
sumbernya,
mampu
merencanakan
dan
mengembangkan program pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia pendidikan dasar, mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid sekolah, mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta
116
didik sekolah, dan mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama Islam di sekolah.110 Dari penelitian di atas, dapat dilihat bahwa supervisi akademik kepala sekolah belum berhasil meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Guru PAI dalam penguasaan bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam, merencanakan, melaksanakan serta menilai proses dan hasil belajar diperoleh selama menempuh pendidikan. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah kurang memberi dampak kepada guru PAI, karena kegiatan supervisi akademik kepala sekolah tidak dilaksanakan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan. Pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah terhadap guru PAI dirasa kurang maksimal sebagaimana dirasakan guru PAI Gadis Wahyutira guru PAI SD N Tangkil 4 bahwa: “Saya kurang merasakan manfaatnya, karena selama ini saya mengajar berdasarkan ilmu yang saya dapat selama kuliah. Kepala sekolah tidak pernah memberikan masukan kepada saya. Strategi mengajar juga saya dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelum saya mengajar di sekolah ini. Pembinaan kepala sekolah biasanya hanya secara global saja dan tidak spesifik untuk guru PAI.”111 Hal ini juga diungkapkan Pranto Sutrisno bahwa “Selama ini saya kira tidak terlalu berpengaruh kepada saya, karena kepala sekolah jarang melakukan kunjungan kelas, pembinaan guru juga hanya bersifat umum dan tidak menyasar kepada guru PAI.”112 110
Abdul Majid, Belajar …, 92. Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 112 Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 111
117
Pelaksanaan supervisi akademik di sekolah belum memberikan pengaruh dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Guru PAI tidak merasakan bahwa adanya supervisi akademik kepala sekolah untuk memberikan bantuan mengatasi kesulitan dalam melaksanakan tugas mengajar. Di sisi lain kepala sekolah belum menguasai prinsip dan teknik supervisi yang benar sehingga menyebabkan berbagai masalah seperti guru seakan-akan tidak membutuhkan supervisi akademik kepala sekolah. Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen yang belum menyasar kepada guru PAI, belum berdampak terhadap peningkatan profesional guru PAI. Namun demikian, nilai hasil belajar siswa terutama pelajaran Pendidikan Agama Islam tetap di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah dalam pendidikan. Aturan pemerintah yang menetapkan batas minimal ketuntasan dalam pencapaian nilai mata pelajaran, membuat guru kurang profesional dalam memberikan nilai. Anak yang mendapat nilai di bawah KKM ditindak lanjuti dengan kegiatan remidial sampai nilai mencapai KKM. Namun ketika sudah diadakan remidial tetapi nilai tetap sama, guru tetap memberikan nilai sesuai KKM karena kebijakan pemerintah yang membuat guru harus melakukan hal tersebut. Sebagai guru PAI, peningkatan kompetensi profesional tetap perlu ditingkatkan. Kemampuan profesional guru PAI tidak hanya untuk meningkatkan hasil belajar anak, namun juga untuk peningkatan kualitas diri dan menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru PAI di sekolah
118
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah memberi bimbingan, pembinaan, pelayanan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran. Sebelum melakukan supervisi terhadap guru, Kepala sekolah hendaknya menyusun program supervisi akademik secara sistematis serta melibatkan guru dengan tujuan untuk mencapai persamaan persepsi bahwa kegiatan supervisi dalam rangka membantu dan memperbaiki kekurangan guru dalam prosesa pembelajaran, bukan untuk mencari kesalahan dan kekurangan guru. Sehingga tercipta rasa tanggung jawab bersama. Kemudian melakukan sosialisasi sebelum pelaksanaan supervisi. Kepala sekolah sebagai supervisor perlu memahami pengertian, prinsip-prinsip, tujuan dan teknikteknik dalam supervisi. Setelah pelaksanaan, sebagai pemantapan perlu tindak lanjut sebagai bentuk analisis hasil supervisi yang telah dilaksanakan dengan memberikan
penghargaan,
saran
perbaikan
maupun
bimbingan
dan
pembinaan. B. Faktor Pendukung Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Faktor pendukung pelaksanaan supervisi bisa dijadikan kekuatan dan dorongan dalam melaksanakan supervisi akademik. Kesadaran Kepala Sekolah tentang kompetensi supervisi yang harus dijalankan serta suasana kebersamaan
antara
penyemangat
dalam
guru
dan
kepala
pelaksanaan
sekolah
supervisi
seharusnya
akademik.
menjadi
Sebagaimana
diungkapkan Sri Kuncoro Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3 bahwa: “Kalau yang mendukung pelaksanaan supervisi selain memang sudah
119
program juga kedekatan dan kebersamaan antara kepala sekolah dengan guru dan kemudian bantuan atau saran dari guru yang sudah senior. Mereka sangat mendukung sekali program ini. ….113
Kesadaran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi tentu menjadi modal penting. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk melakukan pembinaan, pendampingan dan memantau kinerja guru dan karyawan lain di sekolah yang dipimpinnya. Pembinaan kepala sekolah akan memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran pembelajaran. Kepala sekolah yang terbuka memberikan pengarahan, mendampingi guru dalam menyusun program pembelajaran akan bermanfaat terhadap peningkatan kwalitas guru PAI. Selain sudah menjadi program Kepala Sekolah, faktor pendukung kegiatan supervisi diantaranya semangat guru-guru yang masih muda mengharapkan diadakan supervisi. Sebagaimana diungkapkan Sumarni selaku Kepala Sekolah SD N Sragen 6 bahwa keinginan dari guru yang masih muda untuk diadakan supervisi.114 Keinginan guru PAI untuk disupervisi dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung yang perlu diapresiasi. Semangat guru untuk lebih meningkatkan
kompetensi
profesionalnya,
perlu
mendapat
motivasi,
bimbingan dan saran dari kepala sekolah. Apabila guru bersemangat dan
113 114
wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
120
kepala sekolah memberikan respon positif, tentu kegiatan supervisi akan berjalan lebih baik. Menurut Y. Sri Purwani Kepala Sekolah SD N Karang Tengah 1 mengatakan bahwa pendukung kegiatan supervisi adalah kerjasama, kekompakan antara guru dan kepala sekolah serta suasana kekeluargaan, di lingkungan kerja akan.115 Apabila hubungan guru PAI dan kepala sekolah baik, tentu akan menjadi faktor pendukung dalam kegiatan supervisi. Sebagai kepala sekolah hendaknya melihat faktor pendukung sebagai hal yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Suasana kebersamaan sekolah yang mendukung bisa dijadikan sarana untuk membangun kinerja lebih maksimal. Dengan suasana kebersamaan, akan membuat suasana supervisi tidak kaku, tidak otoriter dan akan membuat guru semakin nyaman. Sebagaimana diungkapkan Pranto Sutrisno Guru PAI SD N 6 Sragen bahwa supervisi yang dirasa paling tepat adalah supervisi yang kontinyu, membuka peluang komunikasi dua arah dan terjadi pemecahan masalah.116 Faktor pendukung dalam supervisi perlu ditindak lanjuti dengan positif. Kondisi guru yang terbuka dalam menerima masukan, akan mempermudah kepala
sekolah
melakukan
supervisi
sehingga
peningkatan
dalam
pembelajaran akan terwujud. Begitu juga ketika semangat guru-guru yang masih muda, perlu dibimbing dan diarahkan agar peningkatan kompetensi profesional guru dapat terus ditingkatkan.
115 116
Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016. Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
121
C. Kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dalam setiap pelaksanaan kegiatan tentu ada kendala-kendala yang dihadapi, termasuk dalam kegiatan supervisi akademik kepala sekolah. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan supervisi diantaranya yaitu kurangnya kompetensi yang dimiliki kepala sekolah terutama kompetensi supervisi. Pemahaman Kepala Sekolah dalam hal supervisi masih rendah sebagaimana diungkapkan Joko Tri Laksono selaku ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Sragen bahwa kendala pelaksanaan supervisi karena kurangnya pelatihan-pelatihan tentang supervisi, yang berdampak pada rendahnya pengetahuan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang supervisi akademik Kepala Sekolah. Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut: “…menurut saya kwalitas kepala sekolah itu sendiri. Jarang sekali ada pelatihan kepala sekolah tentang supervisi. Pembekalan-pembekalan dan materi-materi tentang supervisi tidak pernah di dapat. Maka tidak heran jika ada kepala sekolah yang tidak paham tentang supervisi. Bagaimana mau melaksanakan apabila kepala sekolah sendiri tidak paham tentang supervisi. Bahkan ada kepala sekolah yang beranggapan bahwa supervisi adalah tugas pengawas sekolah, dan dia tidak menyadari kalau kepala sekolah juga bertindak sebagai supervisor untuk guru-gurunya. Kemudian pemahamannya tentang kegiatan supervisi yang hanya dimaknai sempit hanya dalam penilaian, membuat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan maksimal.”117 Pemahaman Kepala Sekolah yang masih kurang tentang supervisi membuat Kepala Sekolah tidak melakukan supervisi akademik kepada guru PAI. Kepala Sekolah beranggapan bahwa bahwa supervisi kepada guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas PAI. Perbedaan latar belakang keilmuan 117
Wawancara hari Jum’at, 3 Juni 2016.
122
juga membuat Kepala Sekolah enggan melakukan supervisi. Hal ini tentu tidak terjadi apabila Kepala Sekolah mengetahui dan memahami bahwa supervisi kepada semua guru merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan Kepala Sekolah. Kedua, kendala pelaksanaan supervisi kepala sekolah adalah perasaan kurang nyaman melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Hal ini diungkapkan Sumarni Kepala Sekolah SD N 6 Sragen sebagaimana diungkapkan dalam wawancara bahwa: … faktor yang menghambat secara prinsipil sih tidak ada, hanya pada diri saya ada perasaan kurang nyaman melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Kemudian ada juga guru yang mengharapkan jangan ada supervisi terhadap mereka.118
Hal
senada juga diungkapkan Sri Kuncoro selaku Kepala Sekolah SD N Nglorog 3 bahwa: … faktor penghambat dari luar secara serius tidak ada. Hanya saya sebagai kepala sekolah yang baru dari dari dalam diri saya masih ada kekhawatiran dari tanggapan guru-guru misalnya kalau menjadi kepala sekolah sudah mau supervisi, rasanya tidak nyaman dan pekewuh pada guru yang sudah senior. Walaupun mereka tidak mengaap seperti itu. Kemudian beban tugas-tugas yang cukup banyak seperti rapat dll, membuat saya kesulitan membagi waktu dan tenaga. Sedangkan sekolah ini tidak ada staf TU sehingga jadwal ang disusun kadang terlupakan. Kemudian saya sebagai kepala sekolah merasa kurang tentang ilmu supervisi.119 Sebagai Kepala Sekolah harus bisa bersikap tegas dalam menjalankan tugas. Rasa tidak nyaman dalam melakukan supervisi hendaknya disikapi dengan bijak dan memandang supervisi akademik sebagai tugas Kepala
118 119
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
123
Sekolah. Rasa tidak nyaman bisa dikurangi dengan saling komunikasi antara Kepala Sekolah dan guru. Komunikasi yang baik antara Kepala Sekolah dan guru menjadi saling pengertian dalam menjalankan tugas masing-masing. Kendala ketiga yang dirasakan kepala sekolah diantaranya beban tugas dan tidak adanya staf Tata Usaha. Hal ini membuat kepala sekolah tidak maksimal dalam melaksanakan supervisi. Hal ini diungkapkan Sale Wasesa kepala sekolah SD N 16 Sragen bahwa yang menjadi penghambat supervisi akademik adalah terlalu banyak tugas administrasi dan kegiatan Kepala Sekolah. Tidak adanya tenaga TU membuat supervisi tidak maksimal.120 Hal ini juga diungkapkan Paini Kepala SD N Nglorog 3 bahwa penghambat dalam melakukan supervisi karena terlalu sibuk dengan kegiatan dinas.121 Namun apabila Kepala Sekolah bisa membagi waktu, kesibukan tidak menjadi hambatan untuk melakukan supervisi. Menurut Rosit Mustofa Kepala Sekolah SD Birrul Walidain, faktor penghambat pelaksanaan supervisi akademik karena waktu dan kesibukan kepala sekolah bisa diatasi dengan meminta bantuan kepada guru senior.122 Sekolah Dasar yang mempunyai guru lebih banyak bisa melakukan supervisi dengan meminta bantuan kepada guru senior. Sebagaimana guru SD Birrul Walidain yang mempunyai guru lebih dari 40 dan kesibukan kepala sekolah yang padat, tentu tidak mampu melakukan supervisi sendiri. Hasil supervisi dan tindak lanjut bisa didiskusikan antara guru senior dan kepala sekolah sebagai penanggung jawab supervisi. 120
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 122 Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 121
124
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan data dan pembahasan tentang supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen dapat diambil suatu kesimpulan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Perencanaan Perencanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dimulai dengan pembuatan program supervisi oleh kepala sekolah. Kemudian program supervisi disosialisasikan kepada semua guru agar guru PAI juga mengetahui dan memahami sehingga timbul rasa tanggung jawab. Belum semua kepala sekolah melakukan perencanaan dalam supervisi akademik. Terbukti ada kepala sekolah yang tidak menyusun program supervisi. Ada yang sudah menyusun tetapi hanya menggunakan program tahun-tahun sebelumnya tanpa ada perubahan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen menggunakan tehnik kelompok dan perorangan. Sebagian besar kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok dengan pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan
125
kelas, observasi kelas maupun pertemuan individual. Kepala sekolah memahami supervisi hanya untuk mengawasi dan menilai kinerja guru. 3. Tindak lanjut Program tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen hanya dengan pembinaan yang bersifat umum dan dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar kepada guru PAI. Sebagaian besar Kepala Sekolah hanya menyarankan agar guru PAI aktif di kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di kecamatan Sragen. 4. Supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan Sragen belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI karena pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah belum terencana, sistematis dan berkelanjutan. Kepala sekolah belum dapat memberikan layanan dan bantuan kepada guru PAI sesuai tujuan dan fungsi supervisi karena masih banyak kendala diantaranya pertama, kepala sekolah kurang memahami tehnik dan tujuan supervisi akademik. Kedua, perasaan tidak nyaman kepada guru senior membuat kepala sekolah tidak melakukan supervisi. Ketiga, Kepala Sekolah sebagian besar belum melakukan supervisi kepada guru PAI, dengan alasan latar belakang pendidikan yang berbeda dan kurang memahami materi PAI. Keempat, tugas dan kewajiban kepala sekolah serta belum ada tenaga administrasi membuat kepala sekolah kerepotan dalam administrasi.
126
B. Saran Masukan pemikiran untuk keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi profesional guru PAI sebagai berikut: 1. Program supervisi kepala sekolah hendaknya dibuat secara terencana, runtut dan berkelanjutan. Dimulai dari penyusunan program, sosialisasi, pelaksanaan supervisi, dan kemudian program tindak lanjut. Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan terbuka dan kekeluargaan sesuai prinsip dan tujuan supervisi serta disosialisasikan kepada guru termasuk guru PAI, agar dapat dimengerti dan dapat dilaksanakan dengan baik. 2. Perlu adanya pelatihan-pelatihan Kepala Sekolah tentang supervisi, agar Kepala Sekolah lebih mengerti dan memahami supervisi akademik Kepala Sekolah. 3. Faktor-faktor penghambat supaya bisa diminimalkan agar peningkatan kompetensi profesional guru PAI dapat berhasil baik. 4. Perlu ada tenaga administrasi/Tata Usaha guna membantu administrasi di Sekolah Dasar. 5. Guru PAI hendaknya selalu menjalin komunikasi dengan kepala sekolah, agar supervisi dapat berjalan lancar. 6. Guru PAI hendaknya selalu meningkatkan kompetensi profesional, agar dapat meningkatkan kualitas dalam mengajar.
127
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta:Rineka Cipa,1993. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar supervisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004 Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media, 2008. Barlian, Ikbal. Manajemen Berbasis Sekolah; Menuju Sekolah Berprestasi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013. Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarya: PT. Rineka Cipta, 2013. Diat Prasojo. Lantip dan Budiyono. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media, 2011. E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Rosdakarya, 2006.
Bandung: PT Remaja
E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Jilid 3. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007. Hendarman. Revolusi Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Permata Puri Media, 2015. Ibrahim Bafadal. Supervisi pengajaran: Teori dan aplikasinya dalam membina profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Jasmani Asf, Syaiful Mustofa. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: Arruzz Media, 2013. Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta, 2013.
128
Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Tim Pusat Bahasa Depdiknas, 2008. Kementrian Agama RI. Al Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012. Kompri. Manajemen Pendidikan 3. Bandung: Alfabeta, 2015. Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2009. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan,Cetakan ke-13. Jakarta: Gunung Agung, 1996. E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah Srategi dan Imlementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Suhardiman, Budi. Studi Pengembangan Kepala Sekolah, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Soetopo, Hendyat dan Waty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 2012. Sudjana, Nana. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis. Jakarta: Binamita Publishing, 2011. Suhardi, Dadang. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Alfabeta, 2012. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sutikno. Peranan Supervisi Pengawas TK/SD/SDLB dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SD pada Pembelajaran IPS Sejarah. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.
129
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Cetakan keempatbelas. Jakarta. 2015. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/repository/PAI-126030010.pdf. Diunduh pada hari Sabtu, 9 April 2016. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Dirjen PMPTK. 2010, https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00 WIB. Penjelasan Standar Nasional Pendidikan. http://kemenag.go.id/file/dokumen/ PP1905.pdf. diunduh hari Selasa 12 April 2016 pukul 10.00 WIB. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru BAB II Pasal 3, http://www.slideshare.net/wellyindrianykurniyawan/ppno-74-tahun-2008, diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 10.00 WIB. Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Cet. Ke-7. Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39. http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf. diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 16.30 WIB. Permendiknas no. 16 tahun 2007. https://www.google.com/search?q= Permen diknas+ no.16+tahun+2007&ie=utf-8&oe=utf-8. diunduh hari Minggu, 10 April 2016 pukul 23.00.
130
PANDUAN WAWANCARA Informan : Kepala Sekolah Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah yang saya hormati, mohon memberikan jawaban atau penjelasan yang benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terima kasih atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu kepala sekolah.
Daftar pertanyaan: 1. Sejak kapan Bapak/Ibu diangkat menjadi Kepala Sekolah? 2. Berapa jumlah murid di sekolah Bapak/Ibu? 3. Berapa jumlah yang muslim? 4. Berapa jumlah guru PNS dan guru WB di sekolah Bapak/ibu? 5. Bagaimana kondisi guru PAI? 6. Bagaimana Bapak/Ibu membuat perencanaan dalam supervisi? 7. Apakah program supervisi disampaikan kepada guru? 8. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan supervisi kepada guru PAI dalam semester? 9. Apakah ada pertemuan awal dengan guru yang akan disupervisi? 10. Apakah Bapak/Ibu menggunakan instrumen saat penilaian supervisi? 11. Bagaimana tanggapan guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik Bapak/Ibu? 12. Apakah guru PAI menguasai materi PAI? 13. Pernahkan Bapak/Ibu memberikan tindak lanjut dari hasil supervisi? Bagaimana bentuk tindak lanjutnya? 14. Permasalahan apa yang muncul dalam pelaksanaan supervisi akademik Bapak/Ibu? 15. Apakah upaya Bapak/Ibu dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik? 16. Apakah supervisi akademik kepala sekolah sudah berhasil meningkatkan kompetensi profesional guru PAI?
131
PANDUAN WAWANCARA
Informan : Guru PAI Kepada Bapak/Ibu guru PAI yang saya hormati, mohon memberikan jawaban atau penjelasan yang benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu guru PAI.
Daftar pertanyaan: 1. Bapak/ibu menjadi guru sudah berapa tahun? 2. Apakah Bapak/ibu pernah disupervisi oleh kepala sekolah? Berapa kali dalam 1 semester? 3. Pernahkan Bapak/ibu melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah yang membahas masalah yang akan disupervisi? 4. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu terhadap supervisi kepala sekolah? 5. Apakah manfaat supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk peningkatan profesionalisme guru dalam tugas pembelajaran? 6. Apakah Bapak/ibu pernah diberikan bimbingan dan pembinaan oleh kepala sekolah baik secara perseorangan maupun bersama-sama? 7. Menurut Bapak/ibu bagaimana supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebaiknya?
132
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sri Kuncoro, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3) Hari/tanggal
Peneliti
: Selasa, 22 Maret 2016
: Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya disini udah 1,5 tahunan bu, sebelumnya saya kepala sekolah di SD Nglorog 1 Peneliti
: berapa jumlah murid di sekolah ini bu?
Informan : 154 siswa bu, ada 3 yang non muslim Peneliti
: bagaimana suasana kerja di SD N Nglorog 1 ini bu?
Informan : suasana di sini sangat kekeluargaan sekali, saya senang karena semua bapak ibu guru disini menganggap teman adalah saudara, sehingga suasana kerja juga menyenangkan. Peneliti
: Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program supervisi?
Informan : ya mesti nho bu, sudah tentu saya harus menyusun program supervisi karena merupakan acuan saya nanti dalam melaksanakan supervisi. Peneliti
: Bagaimana perencanaannya bu?
Apakah bisa dilaksanakan?
Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru? Informan : perencanaan
program
supervisi
tentunya
didahului
dengan
penyusunan program supervisi kemudian saya sosialisasikan dalam rapat tentang maksud dan tujuan saya membuat ini. Sehingga guruguru memahami dan jadwalnya kami susun bersama pada pertengahan semester yaitu bulan September dan Maret. Satu semester cuma sekali. Ini berguna bagi kami, sehingga guru-guru sudah dapat mempersiapkan diri sebelum dilaksanakan supervisi.
Namun dalam pelaksanaannya kadang-kadang bergeser dari jadwal karena saya ada acara luar. Tapi sudah saya beritahu dulu, agar guru bisa mempersiapkan diri
133
Peneliti
: Bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : guru menanggapi positif, karena mereka juga memahami ini semua untuk kemajuan sekolah dan guru itu sendiri. Dan ini merupakan program sekolah dan untuk memperbaiki kinerja guru Peneliti
: Sebelum mengadakan supervisi, apakah Ibu melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang metode, strategi ataupun media pembelajaran?
Informan : Biasanya saya menanyakan dulu kepada guru. Nanti jadwalnya apa, materinya tentang apa. Kemudian saya juga menanyakan metode yang dipakai. Kalau ada yang belum pas, saya kasih masukan. Termasuk pemilihan alat peraga kalau memang diperlukan. Peneliti
: menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : kalau yang mendukung pelaksanaan supervisi selain memang sudah program juga kedekatan dan kebersamaan antara kepala sekolah dengan guru dan kemudian bantuan atau saran dari guru yang sudah senior. Mereka sangat mendukung sekali program ini. Kalau faktor penghambat dari luar secara serius tidak ada. Hanya saya sebagai kepala sekolah yang baru dari dari dalam diri saya masih ada kekhawatiran dari tanggapan guru-guru misalnya kalau menjadi kepala sekolah sudah mau supervisi, rasanya tidak nyaman dan pekewuh pada guru yang sudah senior. Walaupun mereka tidak mengaap seperti itu. Kemudian beban tugas-tugas yang cukup banyak seperti rapat dll, membuat saya kesulitan membagi waktu dan tenaga. Sedangkan sekolah ini tidak ada staf TU sehingga jadwal ang disusun kadang terlupakan. Kemudian saya sebagai kepala sekolah merasa kurang tentang ilmu supervisi. Peneliti
: menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : kalau kendala dari diri saya sendiri ya saya berusaha semaksimal mungkin untuk selalu belajar agar kedepan lebih baik.
134
Untuk pelaksanaan supervisi sendiri, perlu pemahaman kembali, kemudian menjelaskan kembali program supervisi yang harus dilaksanakan, selanjutnya memberikan pengertian terhadap guru dan personil lainnya dan tidak lupa saya minta saran dan masukan dari semua guru-guru. Peneliti
: menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : bagi saya pelaksanaan supervisi belum maksimal. Karena masih adanya hambatan dan kendala. Jadi menurut saya bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang saya lakukan di sekolah ini belum tercapai secara maksimal. Karena masih ada kendala tadi. Saya yakin kalau supervisi akademik ini berjalan maka guru akan menjadi profesional dalam mengajar dan kualitas pembelajaran akan meningkat. Peneliti
: Kegiatan tindak lanjut apa yang Ibu lakukan terhadap hasil supervisi?
Informan : sebagai tindak lanjut ya saya pelajari dulu kekurangan masingmasing guru. Catatan-catatan dalam supervisi saya gunakan untuk pertimbangan. Saran dan masukan sudah pasti, kemudian saya arahkan untuk senantiasa aktif di KKG PAI, biar lebih meningkatkan kemampuan guru.
135
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sale Wasesa, S.Ag (Kepala Sekolah Negeri 16 Sragen) Hari/tanggal
Peneliti
: Selasa, 5 April 2016
: Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Sudah 6 tahunan Peneliti
: Berapa jumlah murid di SD ini pak?
Informan : 118 siswa, 110 beragama Islam dan 8 siswa non Islam Peneliti
: Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program supervisi?
Informan : Ya saya punya program supervisi walau cuma mengcopy tahun lalu, itu saya lakukan sekali dalam semester. Peneliti
: Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru? Informan : Sebelum saya melakukan supervisi, saya beritahu dulu kepada guru agar guru-guru menyiapkan RPP dan lain-lain. Seperti tadi, jenengan juga lihat saya mengamati KBM PAI. Kalau ada perhatian dari kepala sekolah, guru juga akan mengajar lebih serius. Peneliti
: Apakah dalam menyusun RPP, guru konsultasi dengan Kepala Sekolah?
Informan : pada awalnya biasanya guru-guru tanya apakah RPP nya dah betul atau belum, tapi selanjutnya mereka sudah melanjutkan sendiri. Peneliti
: menurut Bapak, apakah guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (terutama guru PAI)?
Informan : saya kira iya, karena bu Fatimah sudah sarjana agama, berarti secara akademik sudah memenuhi kualifikasi. Dan saya melihat dia mengajar juga bagus dan bisa menguasai anak. Dalam KBM juga bagus. Peneliti
: Setelah supervisi, apakah Bapak melakukan tindak lanjut?
136
Informan : ya ada bu, pembuatan RPP yang belum lengkap ya saya suruh melengkapi. Kekurangan dalam mengajar, ya saya kasih masukan. Seperti penggunaan media dan memilihan alat peraga. Peneliti
: Menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Yang menjadi penghambat karena saya terlalu banyak kegiatan administrasi dan kegiatan K3S jadi belum bisa maksimal. Kerepotan kepala sekolah SD dan tidak adanya tenaga TU, membuat saya tidak maksimal. Kalau yang mendukung ya karena disini suasana kebersamaannya sangat kuat, ya enak-enak saja bu. Peneliti
: menurut Bapak, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : Untuk mengatasi kendala tersebut ya sebisa bisanya saya ngatur waktu bu, kalau guru-guru disini manut kepalanya. Tapi saya sendiri yang terkadang tidak tega kalau membuat aturan yang memberatkan guru. Karena tugas mereka sudah banyak. Peneliti
: menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : kalau itu, ya belum berhasil baik menurut saya. Sebab masih banyak kendala.
Supervisi
akademik
itu
penting
bagi
guru,
agar
meningkatkan mutu guru dalam mengajar. Dan akhirnya akan mempengaruhi mutu sekolah ini juga. Peneliti
: dari hasil supervisi, tindak lanjut apa yang bapak siapkan? Terutama untuk guru PAI?
Informan : tindak lanjut yang saya ambil biasanya kalau mengajarnya sudah baik ya saya beri penghargaan walaupun hanya dengan ucapan selamat. Apabila ada yang perlu perbaikan, maka saya akan memberi masukan. Saya sendiri juga guru PAI, jadi saya paham materi serta sedikit banyak tentang strategi dalam pembelajaran PAI.
137
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sumarni, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Sragen) Hari/tanggal
Peneliti
: Selasa, 5 April 2016
: Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya diangkat kepala sekolah pertama disini dan sudah 8 tahun. InsyaAllah berakhir Juni nanti bersamaan saya pensiun. Peneliti
: Berapa jumlah murid di SD ini bu?
Informan : 197 siswa, yang 181 beragama Islam, yang lain Kristiani Peneliti
: Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru? Informan : Oo..kalau secara khusus tidak ada program supervisi, hanya yang ada di dalam Rencana Kerja Sekolah. Di dalamnya cuma ada jadwal pelaksanaannya secara umum tetapi kalau secara khusus misalnya perkelas atau untuk guru mapel tidak ada. Saya melaksanakan supervisi untuk mengamati guru mengajar. Saya mengamati juga tidak pakai instrument. Saya cuma keliling begitu, sambil mengamati guru-guru mengajar. Guru-guru juga sudah paham kalau sedang diperhatikan mengajarnya. Peneliti
: menurut Ibu,
apakah guru menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (terutama guru PAI)? Informan : guru PAI disini sekarang menempuh S2, jadi saya kira dia menguasai mata pelajaran PAI. Dalam mengajar juga bagus, dia juga bisa komputer. Peneliti
: menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Kalau faktor yang mempengaruhi tentu saja ada. Yang mendukung agar dilaksanakan supervisi misalnya karena sudah merupakan program kepala sekolah yaitu tugas dan tanggung jawab sebagai
138
kepala sekolah. Namun ada juga keinginan dari guru yang masih muda untuk diadakan supervisi. Kalau faktor yang menghambat secara prinsipil sih tidak ada, hanya pada diri saya ada perasaan kurang nyaman melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Kemudian ada juga guru yang mengharapkan jangan ada supervisi terhadap mereka. Selanjutnya tugas-tugas dinas luar yang sifatnya mendadak seperti rapat-rapat dan banyaknya laporan yang segera diminta, apalagi di sekolah ini tidak ada tenaga administrasi. Hal ini cukup mengganggu pelaksanaan supervisi terhadap guru. Peneliti
: Menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : upaya saya mengatasi hambatan tersebut dengan memberikan pengertian kepada guru, bahwa kegiatan supervisi baik administrasi maupun proses KBM perlu mendapat dukungan dari guru. Dan itu semua saya lakukan karna sudah menjadi tugas saya sebagai kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Peneliti
: Menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : Kalau berhasil ya belum. Tapi ketika saya keliling mengamati guruguru yang sedang mengajar, guru-guru akan lain mengajarnya. Saya melihat mereka lebih serius. Kalau belum saya amati, mereka mengajar sambil duduk, tapi waktu saya lewat dan berhenti di dekat kelas, dia berdiri dan mengajar sambil keliling memperhatikan murid-murid. Peneliti
: Apakah ada tindak lanjut terutama guru PAI dari hasil pengamatan ibu?
Informan : kalau tindak lanjut tidak ada bu, karena saya juga kurang paham materi di PAI. Saya cuma menyapaikan dalam rapat guru, dan itu juga bersifat umum untuk semua guru. Saya percaya saja dengan guru PAI.
139
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Paini, S.Pd, M.Pd (Kepala Sekolah Dasar Nglorog 1) Hari/tanggal
Peneliti
: Selasa, 22 Maret 2016
: Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya diangkat kepala sekolah baru satu tahunan dan langsung di sekolah ini. Peneliti
: Berapa jumlah murid disini bu?
Informan : Jumlah murid ada 250, ada 2 anak yang non muslim Peneliti
: Bagaimana kesan ibu terhadap guru dan karyawan disini?
Informan : Hubungan kami baik-baik saja. Sini gurunya banyak yang muda, jadi pada senang humor sehingga suasana kekeluargaan sangat terlihat sekali. Peneliti
: Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru? Informan : Program belum ada bu, maaf saya belum menyusun program supervisi kepala sekolah saya diangkat menjadi Kepala Sekolah baru 1 tahun. Sehingga belum sempat menyusun program supervisi akademik kepala sekolah. Saya juga kepala sekolah baru dan belum berpengalaman. Semester ini juga belum sempat karena repot buat administrasi mau akreditasi. Peneliti
: Kalau kegiatan supervisi untuk guru PAI bentuknya seperti apa bu?
Informan : Kalau supervisi di sekolah ini yang jelas dalam rapat-rapat saya tekankan tertib adminstrasi. Kalau kegiatan pembelajaran di kelas, belum saya terapkan. Apalagi maaf, bu guru PAI sering sakit. Saya tidak tega kalau membebani dia terlalu lebih. Dulu diminta nilai rapot PAI aja malah masuk rumah sakit 10 hari. Kalau saya laksanakan program supervisi beneran takutnya nanti nambahi beban dan malah sakit ga bisa ngajar. Kalau guru-guru disini loyalitasnya
140
sangat tinggi, saya sudah bersyukur mereka mengajar dengan tertib gitu aja. Peneliti
: Apakah guru menguasai kompetensi mata pelajaran yang diampu bu? Terutama guru PAI?
Informan : Bu Suharyati guru PAI memang cuma lulusan D2 bu, tapi dia mengajar bagus, disiplin. Namun karena beliau sudah tua dan sering sakit, maka dia dalam mengajar cuma monoton ceramah saja. Tidak memakai
LCD
atau
media
lain,
karena
dia
tidak
bisa
mengoperasikan komputer. Peneliti
: menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Kalau faktor pendukung dalam kegiatan supervisi sebenarnya sudah ada, guru disini semua terbuka dan siap untuk dibimbing dan diajak maju karena disini suasananya kekeluargaan. Sedangkan faktor penghambatnya ya karena saya terlalu sibuk dengan kegiatan dinas, kemudian kalau melihat guru yang sudah sepuh dan sering sakit, membuat saya tidak tega. Peneliti
: Menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : Ya saya sebagai kepala sekolah baru, sedikit demi sedikit memberikan pengertian kepada guru, bahwa guru tidak hanya mengajar, namun juga tertib administrasi. Saya memberikan pengarahan pada rapat-rapat guru, namun untuk melakukan supervisi di kelas-kelas secara formal belum bisa saya laksanakan. InsyaAllah tahun ajaran baru akan saya coba. Peneliti
: Menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : Belum bu, masih banyak yang perlu diperbaiki Peneliti
: Berarti juga tidak ada tindak lanjut ya bu?
Informan : (sambil tersenyum) supervisi aja belum dilaksanakan, apalagi tindak lanjut.
141
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sutardi, S.Ag (Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 4) Hari/tanggal
Peneliti
: Kamis, 24 Maret 2016
: Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya jadi kepala sekolah pertama di SD N 14, kemudian saya dipindah disini sudah 4 tahunan. Dan ini saya mau pensiun. Peneliti
: berapa jumlah murid di SD ini pak?
Informan : Letak sekolah yang jauh dari perkampungan penduduk membuat sekolah ini mempunyai murid sedikit. Kemudian proyek jalan tol Solo-Kertosono yang berada di dekat sekolah dan memisahkan SD N Tangkil 4 dengan perkampungan, membuat jumlah murid SD N Tangkil 4 semakin menurun. Tahun ini jumlah murid ada 84 siswa. Peneliti
: Bagaimana suasana kerja di sekolah ini pak?
Informan : hehe…. (sambil tersenyum) Saya itu orangnya santai, jadi disini saya juga santai. Dengan temanteman guru juga begitu. Seperti keluarga lah. Latar belakang saya guru agama Islam bu, tapi saya tidak mau kalah dengan kepala sekolah yang lain, saya ingin buktikan bahwa guru agama juga bisa jadi kepala sekolah yang baik. Peneliti
: Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru? Informan : Kalau program secara tertulis tidak ada, namun saya sering keliling mengamati cara mengajar guru-guru. Kalau saya kira tidak pas, saya kasih masukan kalau rapat guru. Kadang juga saya kasih masukan waktu ngobol biasa. Peneliti
: Berarti tidak ada dokumen atau instrumen pak?
142
Informan : Tidak ada bu, ini cuma ada blangko supervisi/monitoring dari pengawas seperti ini. (sambil menjunjukkan dokumen monitoring kegiatan UTS oleh pengawas sekolah) Peneliti
: Bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : Biasa-biasa saja. Guru-guru lebih suka seperti itu dari pada harus pakai instrumen dan ditungguin di dalam kelas. Katanya pada grogi begitu. Peneliti
: Menurut Bapak yang dulunya juga guru PAI, apakah guru PAI disini menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu? Terutama guru PAI?
Informan : bu guru disini namanya bu Gadis, dia baru lulus sarjana. Dulunya dia ngajar TK. Saya lihat dalam mengajar sangat kreatif sekali, terkadang anak-anak melakukan pembelajaran di luar dan langsung praktek. Dia juga mahir mengoperasikan komputer, jadi sering saya mintai tolong mengerjakan administrasi sekolah. Peneliti
: apakah guru PAI juga menguasai IT pak? Terutama yang berkaitan dengan pembelajaran?
Informan : bu guru PAI menguasai IT bu, guru-guru disini terutama yang mudamuda bisa menggunakan komputer. Tetapi guru yang sudah sepuh memang kurang. Saya sendiri mengakui, dalam hal IT memang kurang fasih. Peneliti
: Menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Hambatan yang ada saya kira tidak begitu serius, cuma kesiapan guru-guru yang masih kurang ketika disupervisi. Dan pengetahuan saya yang masih kurang tentang supervisi inilah yang saya kira menjadi hambatan bagi saya. Saya belum memahami instrumen untuk supervisi, karena kepala sekolah juga jarang ada pelatihan tentang supervisi itu. Peneliti
: Menurut Bapak, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
143
Informan : Untuk mengatasinya ya harus belajar dan belajar terus. Namun ni saya sudah mau pensiun. Hehehehe ….. Saya hanya berharap semoga kepala sekolah yang akan datang bisa lebih baik lagi. Peneliti
: Menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : ya belum bu. Masih banyak yang perlu dibenahi. Namun sejak saya disini, sudah ada peningkatan di sekolah ini sedikit demi sedikit. Peneliti
: Bagaimana bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi pak?
Informan : Saya tidak memberikan tindak lanjut secara sistematis. Saya hanya memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru. Kalau ada undangan pelatihan, ya saya kirim sesuai undangan. Misal untuk guru kelas 1 ya saya kirim guru kelas 1. Kalau undangan untuk guru PAI ya saya kirim guru PAI. Apalagi pelatihan-pelatihan juga jarang, paling yang baru-baru ini pelatihan kurikulum 2013.
144
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Menuk Rusmiyati, S.Pd (Kepala SD Negeri Mojomulyo 2) Hari/tanggal
Peneliti
: Selasa, 24 Mei 2016
: Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini sudah berapa tahun?
Informan : 4 tahun bu, tapi kalau menjadi guru sudah 34 tahun Peneliti
: sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program supervisi?
Informan : ya tentu saya menyusun program supervisi di awal tahun ajaran baru. Peneliti
: Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru terutama guru PAI? Informan : Dalam pelaksanaanya paling satu semester cuma satu kali. Tapi pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya. Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah tugasnya juga banyak. Peneliti
: apakah ibu memakai instrumen supervisi?
Instrumen : iya, saya memakai instrumen dan saya masuk dalam kelas tapi ya tidak dari awal. Paling cuma berapa menit gitu. Peneliti
: apakah guru-guru memahami instrumen supervisi yang akan digunakan?
Informan : ya saya kira paham, karena waktu rapat guru, saya sudah menyampaikan kalau saya akan melakukan supervisi di kelas. Halhal yang dinilai seperti ini dan ini. Mereka sudah tahu. Peneliti
: bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : Guru-guru menanggapi dengan baik, karena pada waktu rapat sudah saya sampaikan bahwa kepala sekolah perlu melakukan supervisi karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban.
145
Peneliti
: menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : kalau
pendukung,
ya
guru-guru
disini
semua
mendukung
pelaksanaan kegiatan ini. Kekurangannya ya guru-guru disini ada yang ekonominya lemah, makanya sering mengajar tidak fokus. Adalagi yang mengajar bagus, tapi karena sering sakit, maka sering juga ijin. Kemudian yang wiyata bakti juga ada 3 yang megang guru kelas. Saya tidak bisa menuntut banyak, karena sekolah tidak bisa memberikan gaji yang memadai. Tapi yang paling sulit bagi saya adalah mengubah pola pikir guru itu sendiri yang sulit. Mengajak mereka untuk maju, sangat sulit. Karena mereka sudah bertahun-tahun terpola begitu. Peneliti
: Bagaimana dengan guru PAI disini? Apakah menurut Ibu dia menguasai materi yang diampu?
Informan : Kalau guru PAI, masih muda. Dia angkatan K2, bagus ngajarnya. Dia sudah sarjana, dan dia sekretaris KKG kecamatan Sragen, jadi saya yakin dia pasti menguasai materi. Saya kasihan, dia rumahnya jauh, tiap hari sragen solo. Peneliti
: menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : ya untuk membuka dan mengarahkan pola pikir guru, melalui pembinaan guru pada waktu rapat. Selain itu, saya juga membiasakan ngobrol secara perorangan dan informal. Biar lebih dekat dan lebih maksimal. Peneliti
: Apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : Saya kira belum berhasil, karena itu perlu proses. Sebagai contoh, kemarin guru-guru minta dibelikan LCD lagi karena disini baru punya 1 buah, oke saya belikan 3 buah. Dan saya menyarankan untuk kegiatan pembelajaran agar lebih variatif, supaya guru menggunakan LCD. Namun kenyataannya juga jarang digunakan. Saya berusaha memberikan fasilitas, tapi karena SDM yang kurang
146
greget untuk belajar, ya kurang maksimal jadinya. Tapi saya yakin apabila supervisi akademik dilaksanakan dengan berkelanjutan, akan ada perubahan. Memang mengubah pola pikir terutama guru-guru ya maaf (sudah usia agak tua), sangat sulit sekali. Disini ada yang muda, tapi masih wiyata bakti. Jadi saya yang tidak tega kalau saya tuntut tanggung jawab maksimal. Peneliti
: Bagaimana program tindak lanjutnya bu?
Informan : untuk tindak lanjutnya, pertama-tama saya lihat hasil supervisi dulu. Saya mempunyai catatan-catatan tersendiri. Apabila perlu saya beri masukan secara pribadi, maka saya akan memanggil guru ke ruangan saya secara pribadi, karena ini menjaga perasaan guru satu dengan yang lain. Kalau hanya bersifat umum, biasanya saya sampaikan di rapat guru. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG. Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu. Latang belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang bersifat umum saja.
147
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sulardi, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Mojo 58) Hari/tanggal
Peneliti
: Senin, 21 Maret 2016
: sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : 3 tahunan bu Peneliti
: SD Mojo 58 ada berapa rombel pak?
Informan : ada 3 rombel bu. Sekolah ini gabungan dari 3 sekolahan, SD Sragen 5, SD Sragen 8 dan SD Mojo. Jumlah murid mencapai 594. Peneliti
: sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program supervisi?
Informan : ya ada programnya, tiap kepala sekolah sudah seharusnya menyusun tapi bagi saya yang penting pelaksanaannya Peneliti
: Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru (terutama guru PAI)? Informan : Kalau pelaksanaannya tiap semester cuma sekali, itupun waktunya terkadang mundur dari jadwal. Karena saya juga memaklumi, disini kekurangan guru. Bu Tutik sebagai guru PAI harus mengajar penuh seminggu. Bisa dibayangkan saja, kelas 1 sampai 6 yang terdiri 3 rombel, hanya ada 1 guru dan 1 guru WB tapi jarang masuk juga, terkadang bu Tutik itu harus mengajar dua kelas sekaligus dalam jam yang sama, kerepotan sekali. Sedang saya sendiri juga banyak kegiatan kepala sekolah, selain itu saya juga pengurus koperasi jadi sering ada tamu yang kesini. Peneliti
: bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : guru-guru juga senang, mereka merespon positif. Cuma ada beberapa guru yang grogi karena kurang siap Peneliti
: Bagaimana mengatasi agar guru tidak grogi pak?
Informan : Sebenarnya saya menggunakan pendekatan kekeluargaan agar lebih santai, tapi tetap saja grogi. Diawasi dengan tidak tetap lain.
148
Peneliti
: menurut Bapak, apakah guru terutama guru PAI menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PAI?
Informan : ya guru PAI disini menguasai materinya, cuma kalau penggunaan IT masih kurang. Saya juga menyediakan LCD agar KBM bisa lebih baik dan membuat anak semakin semangat. Walaupun belum bisa, guru semangat mencoba dan belajar menggunakan media yang ada. Peneliti
: menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah bisa meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : kalau di SD sini belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tapi saya yakin itu perlu proses, dan ketika kita ada usaha untuk maju, maka pasti akan ada peningkatan. Mohon maaf bila saya tidak banyak memberikan masukan kepada guru PAI. Karena saya dari guru kelas, kalau saya memberikan masukan nanti takut salah. Lagi pula saya yakin guru PAI pasti menguasai materi PAI, karena itu mata pelajaran yang selama kuliah dia dapatkan. Saya cuma memberikan saran-saran saja, umpamanya media yang dipakai, cara mengajar dan hal-hal lain yang bersifat umum. Peneliti
: Bagaimana bentuk tindak lanjut hasil supervisi pak?
Informan : ya saya hanya menyampaikan kepada guru untuk selalu belajar. karena ilmu itu semakin berkembang. Guru PAI, guru Penjas dan guru-guru kelas selalu saya sarankan untuk aktif di kegiatan KKG masing-masing. Agar lebih banyak wawasan dan pengetahuan. Kalau dari saya selaku kepala sekolah, ya kurang maksimal. Kalau cuma dalam menyusun RPP dan persiapan pembelajaran, saya bisa bantu, tapi kalau berkaitan dengan pelajaran, ya tentu kurang pas untuk pelajaran PAI, karena dulu saya sebagai guru kelas.
149
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Y. Sri Purwanti, S.Pd (Kepala SD N Karang Tengah 1) Hari/tanggal
Peneliti
: Rabu, 23 Maret 2016
: sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : saya baru setahun ini mbak Peneliti
: berapa jumlah murid disini bu?
Informan : Jumlah siswa di SD N Karang Tengah 1 ada 60 siswa. Jumlah siswa selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan desa Karang Tengah letaknya perbatasan dengan kelurahan Sragen dan banyak anak yang lebih memilih sekolah di sekolah-sekolah Kelurahan Sragen. Peneliti
: bagaimana hubungan kepala sekolah dengan guru dan karyawan?
Informan : baik semua, walau disini muridnya cuma sedikit, tapi guru-guru disini semua baik, ramah dan bersemangat Peneliti
: sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru? Informan : tiap awal ajaran baru, saya selalu menyusun program supervisi, walaupun terkadang juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya, minimal untuk kelengkapan administrasi Kepala Sekolah. Namun dalam pelaksanaannya kadang tidak sesuai jadwal, karena bersamaan dengan kegiatan saya yang lain seperti rapat dinas atau sedang ada pelatihan. Kelengkapan administrasi guru-guru disini tertib mbak, tiap awal ajaran baru memang saya suruh ngumpulkan di meja saya untuk saya periksa dan saya tanda tangani. Peneliti
: Untuk yang supervisi akademik untuk guru PAI bagaimana bu?
Informan : Supervisi selama ini hanya di administrasi saja bu yang berjalan. Selain saya juga repot urusan administrasi dan kegiatan kepala sekolah, saya juga masih punya jam ngajar 6 jam pelajaran juga.
150
Peneliti
: bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : mereka merespon baik, ini bisa dilihat. Tiap awal tahun ajaran, semua administrasi sudah ditaruh di meja yang sudah saya sediakan. Nanti saya periksa dan saya tandatangani. Peneliti
: menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : yang menjadi pendukung yang jelas kerjasama dan kekompakan antara guru dan kepala sekolah. Suasana kekeluargaan, kedamaian dalam bergaul akan sangat mendukung dalam kerja Kalau kelemahan, ya ada satu dua guru yang terkadang males dalam administrasi, tapi saya maklumi karena faktor kesibukan dalam mengajar. Sehingga administrasi terkadang tidak rapi dan lengkap. Peneliti
: menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : ya sebagai kepala sekolah saya tidak bosan untuk selalu memberikan pembinaan pada saat-saat rapat. Bahwa guru harus baik dalam mengajar dan tertib administrasi. Apalagi guru yang sudah sertifikasi.
Pemerintah
memberikan
tambahan
gaji
untuk
meningkatkan profesional guru. Peneliti
: menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah berhasil?
Informan : kalau berhasil ya belum, namun kita juga harus berusaha semaksimal mungkin agar lebih baik lagi
151
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Rosit Mustofa, ST, S.Pd Jabatan
: Kepala SD Birrul Walidain Muh. Sragen
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : sekitar 6 tahun Peneliti
: berapa jumlah murid baru di SD Birul tahun ini pak?
Informan : SD Birrul Walidain pada tahun ajaran baru 2016/2017 menerima murid kelas 1 sebanyak 190 terdiri dari 6 rombel berasal dari berbagai daerah di kabupaten Sragen. Peneliti
: sebagai seorang kepala sekolah, bagaimana tanggapan Bapak tentang supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah? apakah Bapak menyusun program supervisi?
Informan : Program supervisi akademik itu sangat penting, karena itu sebagai acuan dalam melaksanakan supervisi. Bayangkan saja disini ada 50 an guru dan karyawan, kalau tidak ada perencanaan tentu akan kewalahan. Dalam pembuatan perencanaan saya selalu koordinasi dengan waka-waka yang lain pada waktu rapat kerja (raker) awal tahun. Dan dalam pelaksanaan supervisi saya koordinasi dengan bagian akademik. Program supervisi ini juga saya sosialisasikan pada waktu rapat. Hal ini dimaksudkan agar guru dan karyawan juga memahami maksud dan tujuan program supervisi ini Peneliti
: Apakah dalam supervisi, ada instrumennya?
Informan : Tentu ada instrumennya, instrumen itu saya gunakan sebagai bukti fisik adanya supervisi. Guru disini kan banyak, kalau tidak menggunakan instrumen, ya saya tidak ingat lagipula dalam melakukan supervisi dibantu oleh wakil kepala sekolah. Selain itu hasil dari supervisi yang saya gunakan untuk evaluasi dan tindak lanjutnya.
152
Peneliti
: apakah guru-guru memahami instrumen supervisi yang akan digunakan?
Informan : ya paham, guru disini masih muda semua. Usia 20 sampai 40 tahunan Peneliti
: bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : biasa saja. Supervisi sudah menjadi hal biasa. Waktu tes guru saja dulu ada sesi microteaching juga kok Peneliti
: Sebelum melakukan melakukan supervisi, apakah ada diskusi tentang strategi serta media pembelajaran yang dipakai guru?
Informan : biasanya sebelum ada supervisi, kalau ada guru mengalami permasalahan dalam mengajar, mungkin tentang strategi atau penggunaan media, guru terbiasa berdiskusi dengan sesama guru per jenjang. Disini ada 4 rombel, dan tiap minggu ada pertemuan rutin guru kelas maupun guru mapel tiap jenjang. Hal ini dimaksudkan untuk penyamaan persepsi tentang materi serta berdiskusi tentang strategi pembelajaran, pembuatan media pembelajaran serta pola penanganan anak. Apabila dalam diskusi tersebut belum menemukan solusi, biasanya konsultasi dengan saya. Maklum disini ada lebih dari 40 guru, tentu saya tidak bisa melakukannya sendiri. Peneliti
: apakah kepala sekolah pernah melakukan supervisi akademik secara tidak langsung?
Informan : supervisi tidak langsung maksudnya? Peneliti
: seperti diskusi tentang suatu masalah yang ada kaitannya dengan KBM atau mungkin dengan angket tentang kinerja guru?
Informan : pernah dan itu sering saya lakukan. Di sekolah ini terdiri dari 704 siswa, tentu mempunyai karakter masing-masing. Terdiri dari latar belakang yang berbeda pula. Tingkat ekonomi yang bervariasi, pola asuh orang tua yang berbeda-beda, sehingga sering masalah muncul. Ketika hal itu terjadi, sering wali kelas berdiskusi dengan saya. Peneliti
: Apakah guru disini menguasai kompetensi mata pelajaran yang diampu?
153
Informan : tentu bu, karena ketika masuk menjadi guru dan karyawan disini ada 4 tahapan tes yang harus dilalui. Mulai dari mengaji, tes tertulis, mikroteaching dan wawancara. Semua guru mengajar disesuaikan dengan kemampuan dan jurusan masing-masing Peneliti
: apakah guru menguasai dan sering menggunakan media IT dalam pembelajaran?
Informan : masuk jadi guru disini sudah harus menguasai IT bu, jadi semua guru wajib bisa. Dan saya selalu menyarankan penggunakaan media IT dalam pembelajaran agar lebih menyenangkan untuk anak-anak. Sekolah juga memberikan fasilitas Wifi, jadi saya berharap lebih maksimal lagi. Peneliti
: menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : faktor pendukungnya ya guru-guru disini muda-muda serta enerjik dan bersemangat, apalagi sekolah ini bukan sekolah negri melainkan dibawah suatu yayasan, semua guru dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Kalau penghambatnya ya karena waktu dan kesibukan kepala sekolah, jadi sering supervisi dilakukan oleh guru senior. Peneliti
: apakah setelah supervisi ada tindak lanjut pak?
Informan : ya tentu ada, catatan-catatan dalam supervisi itu saya evaluasi. Kalau perlu saya panggil ke ruangan saya untuk saya beri masukan. Hal ini untuk menjaga perasaan guru dan saya kira ini akan lebih maksimal. Selain itu, saya sering mengirim guru untuk mengikuti pelatihanpelatihan yang berkaitan dengan tugas dan mata pelajaran yang diampu. Selain itu, hasil supervisi saya gunakan untuk pemetakan guru. Dari hasil itu, saya bisa memetakkan mana guru yang perlu ditempatkan sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, tim lomba, guru kelas atas, guru kelas bawah ataupun yang lainnya. Maaf karena kita sekolah swasta, maka hasil kerja guru juga menentukan gaji yang akan
154
diperoleh. Kita tidak bisa menyamakan guru dengan kinerja rendah dan guru yang mempunyai kinerja tinggi. Guru yang kurang bagus kinerjanya selalu saya panggil, saya beri masukan. Dan apabila tidak ada perubahan setelah dipanggil sampai 3 kali, ya saya beri surat pemberhentian. Memang sanksi kita berlakukan secara bertahap, guru yang punya kompetensi rendah tidak bisa menjadi wali kelas, kemudian scorsing dan bila tidak ada perubahan akan berujung pemberhentian. SD Birrul adalah sekolah swasta, tuntutan orang tua sangat luar biasa. Maka perlu kerja profesional, kerja bersemangat dan tentunya berharap hasil yang maksimal. Peneliti
: menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah berhasil?
Informan : saya kira belum semuanya. Namun adanya supervisi akademik dapat meningkatkan semangat guru dalam mengajar. Selain itu, guru akan terus terpacu untuk belajar guna meningkatkan kemampuan mengajar dan penguasaan materi pelajaran yang diampu
155
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Mastuti Rahayu, S.Pd, M.Pd (Kepala SD N 4 Sragen) Hari/tanggal
Peneliti
: Rabu, 1 Juni 2016
: sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : sudah 4 tahunan Peneliti
: Berapa jumlah siswa disini bu?
Peneliti
: jumlah murid ada 896 dan tahun ini menerima 4 rombel yang berasal dari kecamatan Sragen dan juga kecamatan lain
Peneliti
: Menurut Ibu, manfaat apa yang bisa diambil kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi kepala sekolah
Informan : Bagi saya supervisi akademik itu sangat bermanfaat sekali, sebagai kepala sekolah jadi tahu kapasitas guru-gurunya. Karena setiap guru mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Terkadang kita melihat seorang guru yang giat, semangat, belum tentu dia bagus dalam KBM. Terkadang guru yang biasa-biasa saja ternyata mempunyai kemampuan bagus dalam mengajar. Kalau kita sebagai kepala sekolah tidak melakukan supervisi, ya tidak tau kemampuan guru. Peneliti
: sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program supervisi?
Informan : ya membuat, kan itu sudah tugas kepala sekolah Peneliti
: Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru? Informan : karena itu sudah menjadi tugas kepala sekolah, yaitu salah satunya semaksimal
mungkin
saya
laksanakan.
Namun
dalam
pelaksanaannya tidak semua guru saya supervisi. Saya lebih menekankan pada guru PNS, saya tidak tega kalau guru WB ikut disupervisi. Dulu pernah saya lakukan, tapi ya kembali lagi, saya tidak tega. Karena saya tidak bisa menuntut terlalu banyak kepada WB, karena tidak ada ikatan yang memaksa dia untuk berbagai
156
tanggung jawab dalam mengajar. Beda dengan yang PNS kan. Di samping itu, guru disini ada 40 an orang, jadi tidak cukup waktu karena kegiatan kepala sekolah juga tidak supervisi saja. Dan juga guru WB masih takut ketika ada supervisi, pernah dulu saya lakukan untuk semua guru. Tapi guru yang WB terlihat kurang siap dan membuat saya tidak tega. Peneliti
: Untuk menangani jumlah guru yang sangat banyak, apakah ibu tidak memanfaatkan guru senior dalam supervisi bu?
Informan : Maaf saya tidak melibatkan guru senior, karena itu sudah tugas saya sebagai kepala sekolah. Lagipula kalau saya wakilkan dan dia belum mengikuti pelatihan tentang kepengawasan, menurut saya itu kurang pas. Peneliti
: Apakah dalam supervisi ada blangko instrumennya bu?
Informan : Tentu saya memakai instrumen, sebagai kepala sekolah saya perlu mendokumentasikan hasil supervisi itu. Instrumen ini penting, karena hasil penilaian ada di sini, dan ini saya gunakan untuk langkah selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran akan saya jadikan bahan untuk pembinaan guru. Peneliti
: bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : ada yang biasa saja, ada yang grogi. Disini sudah menjadi hal yang biasa, mereka ngajar, saya nungguin dari awal sampai selesai dan saya nilai juga pernah. Peneliti
: apakah guru PAI disini sering menggunakan media IT dalam pembelajaran?
Informan : sering,
mereka sering menggunakan LCD dalam menyampaikan
materi. Peneliti
: menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : kalau pendukungnya yang karena itu sudah tugas, jadi ya jalan gitu aja.
157
Kalau kelemahan, waktu yang sering saya tidak bisa karena banyak hal dan pekerjaan selaku kepala sekolah Peneliti
: menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah berhasil?
Informan : belum semua berhasil, tapi yang jelas ada peningkatan Peneliti
: bagaimana bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi bu?
Informan : dari hasil supervisi, tentu saya lihat dulu catatan-catatan yang ada. Apabila ada hal-hal yang perlu saya tindak lanjuti secara pribadi ya saya lakukan secara pribadi. Namun apabila cuma ringan dan permasalahan umum, maka saya akan sampaikan melalui pembinaan guru. Biasanya saya lakukan pada rapat rutin guru. Guru yang sudah mengajar bagus, juga saya sampaikan agar guru tersebut semakin bersemangat dan menjadi motivasi untuk guru yang lain.
158
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Joko Tri Laksono, S.Pd (Ketua K3S Kec. Sragen) Hari/tanggal
Peneliti
: Jum’at, 3 Juni 2016
: sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : sudah 14 tahunan, saya menjadi kepala sekolah dah 3 SD. Pertama di SD 12, kemudian SD N 3 sudah 8 tahun dan baru di SD 1 ini setahun. Peneliti
: berarti Bapak sudah lama menjadi kepala sekolah di Sragen, prestasi ada prestasi anak yang menonjol di bidang Pendidikan Agama Islam?
Informan : Sekolah Dasar di Sragen mempunyai prestasi yang menggembirakan baik di tingkat karesidenan Surakarta, propinsi maupun tingkat nasional. Termasuk lomba-lomba dalam Pendidikan Agama Islam juga meraih juara di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Tentu ini tidak lepas dari peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada murid-muridnya. Peneliti
: sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program supervisi?
Informan : Ya mesti menyusun, saya juga menyusun sendiri program supervisi. Karena itu sudah menjadi tugas seorang kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi. Peneliti
: menurut Bapak, seberapa besar manfaat supervisi kepala sekolah bagi guru?
Informan : Sebagai kepala sekolah supervisi itu penting, minimal dengan supervisi akan memberi motivasi kepada guru untuk mengajar lebih baik. Sebagai contoh, kalau tidak ada kegiatan supervisi, guru mengajar seadanya, biasa dan tidak memakai media. Tapi ketika ada kegiatan supervisi, pasti akan mempersiapkan diri.
159
Bagi saya, dalam pembelajaran itu yang penting ada target. Kalau guru mengajar serius dan mempunyai target, pasti ada peningkatan kemampuan anak. Peneliti
: Apakah supervisi akademik di SD ini bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru?
Informan : Bisa dilaksanakan, tapi ya cuma beberapa guru saja. Peneliti
: Bagaimana dengan guru PAI?
Informan : Maksudnya? Peneliti
: Apakah Bapak pernah melakukan supervisi akademik (maksudnya supervisi dalam kunjungan kelas) untuk guru PAI?
Informan : Selama saya menjadi kepala sekolah, saya belum pernah mensupervisi guru PAI. Karena saya tidak menguasai ilmunya. Saya tidak enak kalau dengan guru PAI, takutnya nanti kalau saya memberikan masukan, malah salah. (sambil tersenyum). Saya dari latar belakang guru kelas, jadi saya lebih mantap mensupervisi guru kelas. Bukannya saya membedakan, tapi karena saya tidak menguasai materinya, tapi kalau bimbingan dan motivasi tetap saya berikan. Peneliti
: Apakah menurut bapak, guru PAI disini menguasai materi yang diampu serta bisa menggunakan media IT dalam pembelajaran?
Informan : kalau itu saya yakin bisa, guru PAI walaupun masih WB tapi penguasaan materinya bagus, dia juga bisa mengoperasikan komputer jadi saya yakin dia bisa menggunakan media IT. Buktinya nilai anak-anak untuk PAI bagus. Peneliti
: bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : semua guru siap, apalagi guru-guru yang masih muda itu. Dia malah bilang, kalau mau disupervisi yang silahkan saja pak. Disupervisi bagian tentang apa begitu. (sambil tertawa) Peneliti
: menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini sudah berhasil?
160
Informan : belum semua berhasil, tapi ada perubahan yang lebih baik. Nilai ujian tahun ini ada peningkatan. Rata2 anak bisa diatas 8. Peneliti
: ternyata banyak kepala sekolah yang belum berhasil dalam melaksanakan supervisi, kira-kira apa penyebabnya pak?
Informan : selain kesibukan kepala sekolah sendiri, menurut saya kwalitas kepala sekolah itu sendiri. Jarang sekali ada pelatihan kepala sekolah tentang supervisi. Pembekalan-pembekalan
dan materi-materi
tentang supervisi tidak pernah di dapat. Maka tidak heran jika ada kepala sekolah yang tidak paham tentang supervisi. Bagaimana mau melaksanakan apabila kepala sekolah sendiri tidak paham tentang supervisi. Bahkan ada kepala sekolah yang beranggapan bahwa supervisi adalah tugas pengawas sekolah, dan dia tidak menyadari kalau kepala sekolah juga bertindak sebagai supervisor untuk gurugurunya. Kemudian pemahamannya tentang kegiatan supervisi yang hanya dimaknai sempit hanya dalam penilaian, membuat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan maksimal. Peneliti
: Bagaimana bentuk tindak lanjut setelah supervisi pak?
Informan : Kalau untuk guru kelas, saya kasih masukan berkaitan dengan materi yang diampu karena saya dulu guru kelas dan saya paham materinya. Tapi kalau guru PAI saya tidak berani bu, takut salah karena saya kurang paham materi PAI. Saya hanya memberikan bimbingan secara umum saja pada rapat guru.
161
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Haryatik, S.Pd.I Jabatan
: Guru PAI SD N Karang Tengah 1
Hari/tanggal
: Selasa, 3 Mei 2016
Peneliti
: Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi akademik oleh kepala sekolah?
Informan : saya pernah disupervisi tapi administrasi saja, tiap awal semester Peneliti
: kalau supervisi waktu pembelajaran di kelas?
Informan : belum pernah Peneliti
: Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : Senang aja, karena kepala sekolah memperhatikan guru-gurunya. Kalau ada pemeriksanaan, kita jadi semangat mengajar Peneliti
: mohon maaf, kan kepala sekolah sini non muslim, apakah tetap memberikan perhatian yang sama terhadap guru PAI?
Informan : kepala sekolah kami profesional, dia tidak membeda-bedakan guru. Dia juga perhatian kepada kami guru PAI. Namun selama menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD N Karang Tengah 1, saya tidak pernah ada supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya menilai perangkat administrasi guru saja. Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala sekolah?
Informan : saya pengen yang ramah, tidak tegang. Tidak hanya menyalahkan tapi juga memberi solusi. Ibu kepala juga mengajar, jadi saya bisa mencontoh cara dia mengajar
162
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Gadis Wahyutira, S.Pd.I Jabatan
: Guru PAI SD N Tangkil 4
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah Ibu guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala sekolah?
Informan : pernah, karena saya juga guru baru ya seadanya. Kepala sekolah saya juga guru agama, jadi administrasi beliau yang punya Peneliti
: Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh kepala sekolah?
Informan : belum pernah, pernah tapi oleh pengawas PAI Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : saya tidak tahu bu Peneliti
: Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : kepala sekolah belum supervisi di kelas bu Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang
Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah? Informan : apa ya, ya mungkin lebih ditingkatkan lagi supaya lebih baik Peneliti
: Bagaimana menurut ibu, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah selama ini?
Informan : saya kurang merasakan manfaatnya, karena selama ini saya mengajar berdasarkan ilmu yang saya dapat selama kuliah. Kepala sekolah tidak pernah memberikan masukan kepada saya. Strategi mengajar juga saya dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelum saya mengajar di sekolah ini. Pembinaan kepala sekolah biasanya hanya secara global saja dan tidak spesifik untuk guru PAI.
163
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Tutik Rusdiatun, S.Ag Jabatan
: Guru PAI SD N Mojo 58
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah Ibu guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala sekolah?
Informan : ya pernah Peneliti
: Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh kepala sekolah?
Informan : ya tapi sudah lama Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada tapi yang membawa pak kepala Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : tidak tentu, sudah tahun lalu Peneliti
: Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : saya sangat mendukung dengan diadakannya supervisi oleh kepala sekolah, karena dengan demikian dapat meningkatkan kinerja kami baik secara administrasi maupun dalam KBM. Peneliti
: apakah ibu sering menggunakan media TP seperti LCD dalam pembelajaran?
Informan : pernah, tapi saya kurang bisa mengoperasikan. Kalau mau pakai saya minta tolong guru lain yang bisa mengoperasikan Peneliti
: apakah ibu pernah dilatih dalam penggunaannya? Sehingga bisa menggunakan sendiri?
Informan : pernah juga, tapi ya kadang masih bingung. Perlu proses mungkin (sambil tersenyum)
164
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Fatimah, S.Pd.I Jabatan
: Guru PAI SD N 16 Sragen
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : pernah Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : tentunya ada Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : 1 kali Peneliti
: Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : senang sekali, sebagai guru pemula menjadikan saya lebih tahu. Apalagi pak kepala adalah guru PAI, dia banyak memberikan masukan dan bimbingan, walaupun disini cuma membantu saja. Karena kepala sekolah masih mengajar
6 jam, maka sisanya
diserahkan kepada saya Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala sekolah?
Informan : ya seperti saat ini. Pak kepala orang yang santai dan penuh kekeluargaan. Jadi saya merasa nyaman-nyaman saja, rasa grogi tetap ada, tapi saya optimis karena untuk kemajuan saya juga.
165
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Pranto Sutrisno, S.Pd.I Jabatan
: Guru PAI SD N 6 Sragen
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala sekolah?
Informan : pernah, sesekali ditanya kelengkapan administrasi Peneliti
: Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh kepala sekolah?
Informan : pernah, kepala sekolah di luar kelas memperhatikan pembelajaran Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : mungkin saja ada, tetapi guru PAI tidak ditunjukkan Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : tidak pasti Peneliti
: Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : masih belum signifikan pada kemajuan pembelajaran PAI di kelas Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak guru PAI harapkan dari kepala sekolah?
Informan : supervisi
yang dirasa paling tepat, kami rasa supervisi yang
kontinyu, membuka peluang komunikasi dua arah dan terjadi pemecahan masalah Peneliti
: Bagaimana menurut Bapak, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah selama ini?
Informan : Selama ini saya kira tidak terlalu berpengaruh kepada saya, karena kepala sekolah jarang melakukan kunjungan kelas, pembinaan guru juga hanya bersifat umum dan tidak menyasar kepada guru PAI.
166
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Siyami, S.Ag, M.Pd.I Jabatan
: Guru SD 4 Sragen. Ketua KKG PAI Kecamatan Sragen
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : ya rutin tiap semester sekali Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada, tapi dibawa kepala sekolah Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : 1 kali tiap semester Peneliti
: Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : senang tentunya, karena ketika kita diawasi, maka kita akan semangat dan dapat membantu dalam hal peningkatan kemampuan guru Peneliti
: apakah ibu menggunakan media seperti LCD dalam pembelajaran?
Informan : sering, malah ibu kepala sekolah menekankan. Kalau sekiranya perlu ya suruh pakai. Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang
Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah? Informan : supervisi yang memberi arahan agar lebih baik, suasana dibuat santai agar tidak terkesan kaku. Guru yang disupervisi biar bisa santai dan suasana kekeluargaan.
167
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Wiyono, S.Pd.I Jabatan
: Guru PAI SD N Nglorog 3
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : ya pernah Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : tidak tentu, menyesuaikan waktu Ibu kepala sekolah Peneliti
: Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : saya senang, walaupun saya sudah tua dan mau pensiun Peneliti
: apakah
bapak
menggunakan
media
seperti
LCD
dalam
pembelajaran? Informan : maaf saya sudah tua bu, bingung masang dan menggunakan kalau mau pakai LCD. Saya lebih sering ceramah saja. Peneliti
: apakah tidak ada pelatihan IT di sekolah pak?
Informan : kalau mau latihan sebenarnya ada guru yang bisa melatih, tapi saya sudah tidak sempat latihan bu. Rumah saya jauh, lagipula di sekolah juga ada tambahan ngurusi BOS juga. Sebenarnya ibu kepala sekolah sudah menawarkan kalau mau latihan, tapi saya yang nyerah dahulu Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak guru PAI harapkan dari kepala sekolah?
Informan : supervisi yang bersifat membangun, memberi masukan atas kekurangan dalam kegiatan belajar mengajar
168
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Masykuri, S.Ag Jabatan
: Guru PAI SD N Mojomulyo 2
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : ya pernah Peneliti
: Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : tidak tentu, menyesuaikan waktu Ibu kepala sekolah Peneliti
: Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : saya senang, sebagai guru PAI kita harus siap, kita tidak boleh ketinggalan dengan guru yang lain Peneliti
: apakah
bapak
menggunakan
media
seperti
LCD
dalam
pembelajaran? Informan : ya pernah pakai tapi tidak setiap hari, menyesuaikan materi saja. Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak/Ibu guru PAI harapkan dari kepala sekolah?
Informan : supervisi yang memberikan pembinaan dan pendampingan dari pembuaatan RPP sampai pelaksanaan pembelajaran. Tidak hanya diawasi cara mengajarnya saja, tapi guru juga dibimbing dalam persiapan dan pelaksanaan pembelajaran
169
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Suharyati, A.Ma.Ag Jabatan
: Guru PAI SD N Nglorog 1
Hari/tanggal
: Selasa, 22 Maret 2016
Peneliti
: Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : belum bu, saya bingung kalau di supervisi Peneliti
: Lha kenapa bu?
Informan : saya kalau disuruh masuk dan mengajar siap. Tapi kalau disupervisi, tensi saya langsung naik, penyakit diabetes saya juga kambuh. Kemarin waktu pelaksanaan kurikulum 2013 disuruh mengisi nilai, saya malah sakit mikir itu. Karena saya tidak bisa komputer Peneliti
: apakah ibu menggunakan media seperti LCD dalam pembelajaran?
Informan : maaf saya tidak bisa, komputer saja saya tidak bisa menggunakan Peneliti
: apakah tidak dibantu kepala sekolah atau guru yang lain untuk latihan komputer bu?
Informan : maaf saya sendiri yang tidak mau bu, kalau banyak pikiran saya jadi sakit. Peneliti
: Lha terus bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala sekolah?
Informan : ya yang saya harapkan bu kepala selalu memberikan pembinaan dan bimbingan. Jangan formal-formal, karena nanti saya grogi dan membuat penyakit hipertensi saya kambuh
170
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Ummi Muslimah, S.Pd.I Jabatan
: Guru PAI SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
Hari/tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Peneliti
: Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi akademik oleh kepala sekolah?
Informan : pernah tapi yang nunggu waka akademik Peneliti
: Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan supervisi?
Informan : biasanya 1 kali tiap semester Peneliti
: Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah?
Informan : biasa saja, bapak kepala sekolah tidak menunggu di dalam kelas secara langsung dan saya memaklumi. Karena disini gurunya banyak, maka diwakilkan kepala wakil kepala sekolah Peneliti
: Apakah Bapak/Ibu menggunakan media IT untuk mendukung proses pembelajaran?
Informan : ya kadang memakai kalau memang materi perlu menggunakan media IT seperti kisah-kisah nabi dan lainnya. Anak-anak lebih tertarik dengan itu daripada saya ceramah. Dalam pembinaan, kepala sekolah
juga
menyediakan
menyarankan beberapa
penggunaan
LCD
untuk
LCD
dan
menunjang
sekolah kegiatan
pembelajaran. Peneliti
: Bagaimana bentuk supervisi yang
Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah? Informan : supervisi yang saya harapkan ya yang memberikan bimbingan, memberikan solusi terhadap permasalahan guru. Tidak hanya penilaian administrasi saja
171
Wawancara dengan Kepala SD N Mojo 58
Wawancara dengan Kepala SD N Nglorog 3
Wawancara dengan Kepala SD N 16 sragen
172
Wawancara dengan Kepala SD N Tangkil 4
Wawancara dengan Kepala SD N Mojomulyo 2
173
Wawancara dengan Ketua KKKS
Wawancara dengan Kepala SD N 4 Sragen
174
Wawancara dengan Kepala SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
175