SUMBER-SUMBER KEBAHAGIAAN LANSIA DITINJAU DARI DALAM DAN LUAR TEMPAT TINGGAL PANTI JOMPO Lukmanul Hakim, Niken Hartati Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail:
[email protected]
ABSTRACT: Sources elderly happiness in terms of inside and outside residental nursing homes. The research aimed explore the source of adulthood’s happiness compare to where they are live. The research was conducted mix-method qualitative and quantitative approaches. Data was collected using open-ended questionnaire from 100 participants. Results showed the happiest life and the people who was perceived to support the happiness. Factors that were perceived to support the happiness were self, wealth, family relationship, religious, social relationship, leisure activity, to love and to be loved, education, the absence of problems. And anything else that was perceived would make happier was wealth, religious activity, family, social relation, to love and to be loved, and leisure activity.
Keywords: Happiness, adulthood, nursing home
ABSTRAK: sumber-sumber kebahagiaan lansia ditinjau dari dalam dan luar tempat tinggal panti jompo: Studi ini bertujuan mengeksplorasi sumber kebahagiaan pada lansia ditinjau dari tempat tinggalnya di dalam dan di luar panti jompo. Studi dilakukan menggunakan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif dengan memanfaatkan kuesioner terbuka sebagai pengumpul data dari 100 orang responden. Hasil yang diperoleh, peristiwa yang membahagiakan dan Orang-orang yang mendukung kebahagiaan. Faktorfaktor yang dipersepsi mendukung kebahagiaan yaitu, diri sendiri, kemakmuran, relasi keluarga, religius, relasi sosial, aktivitas waktu luang, dicintai/mencintai, pendidikan, dan ketiadaan masalah. Dan hal-hal yang dipersepsi bisa membuat lebih bahagia yaitu, kemakmuran, aktivitas religius, keluarga, relasi sosial, dicintai/mencintai, dan aktivitas waktu luang.
Kata kunci: Kebahagiaan, lansia, panti jompo.
32
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 33
keluarga lansia dalam mengatasi masalahPENDAHULUAN
masalah yang dihadapi para lansia. Sementara
Usia lanjut merupakan periode penutup dari
serangkaian
perkembangan
menganggap bahwa keluarga adalah tempat
manusia. Masa ini dimulai dari umur enam
yang terbaik untuk lansia, dengan asumsi
puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
bahwa anak dari lansia tersebut memiliki
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik
kewajiban untuk merawatnya sebagai suatu
dan
bentuk
psikologis
proses
sebahagian masyarakat yang lain masih
yang
semakin
menurun
bakti
terhadap
(Santrock, 2012; Hurlock, 2002). Pada usia
Berkembangnya
persepsi
sosial
yang
lanjut akan terjadi proses menghilangnya
membentuk
sosial
bahwa
panti
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
merupakan tempat pemisahan bagi lansia
atau mengganti dan mempertahankan fungsi
terhadap keluarganya merupakan salah satu
normalnya secara perlahan-lahan sehingga
fakta yang ada di masyarakat (Syamsuddin,
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
dalam Sulandari, 2009).
memperbaiki
kerusakan
yang
citra
orang
tua.
terjadi
Sehubungan dengan permasalahan yang
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam
dihadapi oleh para lansia ini, subjective well-
tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi
being atau kebahagiaan menjadi penting bagi
metabolik dan struktural disebut penyakit
para lansia. Dengan adanya perasaan bahagia
degeneratif yang menyebabkan lansia akan
maka dapat membantu lansia dalam mengatasi
mengakhiri hidup dengan episode terminal
masalah-masalah yang sedang dialami oleh
(Darmojo dan Martono, 1999).
lansia tersebut. Medley (dalam Hurlock,
Menyikapi berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh
lansia
sebahagian
bahagia lebih sadar dan siap untuk terikat
masyarakat menganggap bahwa lansia lebih
dengan kegiatan baru dibanding lansia yang
baik dirawat di dalam panti, sebab mereka
merasa tidak bahagia. Kebahagiaan juga
akan lebih terurus dan dapat bergaul dengan
berkorelasi dengan rendahnya kematian dan
lansia yang lain daripada tinggal di rumah
kesengsaraan pada lansia (Koopmans, dkk.,
sendirian merasa kesepian dan terlantar
2010). Erlangga (2012) dalam penelitiannya
karena
juga
anak-anaknya
ini,
2002) menyatakan, secara umum, lansia yang
sibuk
dengan
pekerjaannya. Sehingga panti jompo menjadi salah
satu
solusi
atas
ketidakmampuan
menemukan
lansia
yang
bahagia
mengevaluasi dirinya secara positif bahwa
34 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42
dirinya dapat mengendalikan aspek-aspek
METODE
penting dalam hidupnya.
Studi
ini
dilakukan
dengan
Pada setiap periode kehidupan memiliki
menggunakan metode penelitian kombinasi
faktor-faktor atau sumber-sumber tertentu
(mixed research) dengan desain sequential
yang dapat dimanfaatkan oleh individu untuk
exploratory,yaitu
mencapai
kombinasi
kebahagiaan
(Hurlock,
2002).
metode
penelitian
yang menggabungkan metode
Selama ini, penelitian mengenai kebahagiaan
penelitian kualitatif dan kuantitatif secara
banyak
berurutan
difokuskan
pada
tujuan
untuk
meningkatkan kebahagiaan. Penelitian yang mengungkap
sumber-sumber
(Sugiyono,
2012).
Pendekatan
kualitatifnya sendiri dilakukan dengan cara
kebahagiaan
penelitian survei menggunakan kuesioner
sendiri di antaranya pernah dilakukan oleh
terbuka (openended questionnaire).Data yang
Hartati (2012), Primasari, dkk. (2010) yang
terkumpul dianalisis dengan metodecontent
menggunakan
subjek
analysisyang hasil akhirnya berupa kategori
penelitiannya.Sumber-sumber tersebut antara
sumber-sumber kebahagiaan, yang kemudian
lain relasi dengan orang lain, prestasi,
dianalisis dengan menggunakan pendekatan
penggunaan
kuantitatif
remaja
waktu
sebagai
luang,
uang
dan
religiusitas. Secara berurutan relasi dengan
yaitu
dengan
menggunakan
statistik deskriptif. Teknik statistik deskriptif
orang lain terdiri dari: relasi dengan keluarga,
yang digunakan adalah frekuen-si dan tabulasi
teman
dicintai/mencintai.
silang (crosstabs) dengan uji chisquare.
Sementara, Diener (2009) melalui kajian
Pemberian kuesioner dilakukan kepada 100
metaanalisisnya terhadap sejumlah penelitian,
subjek yang terdiri dari 50 lansia yang tinggal
membagi
di dalam panti jompo dan 50 lansia yang
dan
peristiwa
faktor-faktor
pendukung
kebahagiaan ke dalam dua kelompok, pertama faktor
eksternal
yang
bersumber
tinggal di luar panti jompo.
dari
kemakmuran (wealth), pendidikan, agama, peristiwa hidup, aktivitas, kontak sosial dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
kehidupan keluarga dan faktor internal yang
Hasil kategorisasi terhadap data yang
bersumber dari kepribadian (jenis kelamin,
terkumpul dari kusioner yang disebarkan
gaya atribusi, tipe kepribadian, temperamen,
diperoleh
harga diri, keyakinan diri, inteligensi dan
yang paling membahagiakan bagi subjek
kebutuhan-kebutuhan psikologis).
secara berurutan yaitu, kemakmuran (29%),
kesimpulan
peristiwa-peristiwa
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 35
relasi dengan keluarga (27%), pernikahan
internal merupakan faktor yang berasal dari
(15%), pencapaian prestasi (12%), aktivitas
kualitas-kualitas pribadi seperti kepribadian,
religius (7%), relasi dengan lingkungan sosial
kognitif, dan lain-lain (5%). Hasil uji chi-
sekitar (3%), dan aktivitas waktu luang (3%).
square juga memperlihatkan ada perbedaan
Hasil uji chi-square diperoleh p = 0.012 (p <
yang sangat signifikan tentang faktor-faktor
0.05), yang berarti bahwa ada perbedaan yang
pendukung kebahagiaan antara lansia yang
signifikan tentang peristiwa-peristiwa yang
tinggal di luar panti jompo dengan lansia
membahagiakan antara subjek yang tinggal di
yan\g tinggaldi dalam panti jompo01).
luar panti jompo dengan subjek yang tinggal di dalam panti jompo.
subjek bisa membuat mereka merasa lebih
Sementara orang-orang yang dipersepsi mendukung
Terakhir hal-hal yang dianggap oleh
kebahagiaan
secara
(13%), keluarga (8%), relasi sosial (5%),
berurutan yaitu, keluarga (25%), relasi sosial
dicintai/mencintai (5%), aktivitas waktu luang
(5%), diri sendiri/tidak ada (4%), Tuhan (1%),
(4%). Hasil uji chi-square juga terlihat ada
dan pemerintah (1%). Hasil uji chi-square
perbedaan yang sangat signifikan dalam hal-
juga terlihat ada perbedaan yang sangat
hal yang mungkin bisa membuat lebih bahagia
signifikan
yang
antara lansia yang tinggal di luar panti jompo
mendukung kebahagiaan antara lansia yang
dengan lansia yang tinggal di dalam panti
tinggal di luar panti jompo dengan lansia yang
jompo, dengan p = 0.000 (p < 0.01).
tentang
subjek
bahagia berupa kemakmuran (18%), religius
orang-orang
tinggal di dalam panti jompo, dengan nilai p = 0.000 (p < 0.01)., dengan nilai p = 0.003 (p <
Tema-tema
0). Selanjutnya
faktor-faktor
yang
dipersepsi oleh subjek pendukungkebahagiaan terbagi ke dalam dua kelompok yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berasal
dari
kemakmuran
(22%),
relasi
keluarga (17%), religius (16%), relasisosial (8%)
Bahasan
,
aktivitas
waktu
luang
(5%),
mencintai/dicintai (4%), pendidikan (2%), ketiadaan masalah (2%). Sedangkan faktor
kemakmuran
merupakan
tema yang paling banyak muncul dalam mempengaruhi kebahagiaan lansia. Dukungan kemakmuran terhadap kebahagiaan terutama pada pemenuhan kebutuhan dasar individu (Diener,
2009).
Peristiwa-peristiwa
yang
terkait dengan kemakmuran dalam studi ini berupa kondisi ketika kebutuhan pokok sehari-hari dari lansia bisa terpenuhi seperti makan,
pakaian,
tempat
tinggal,
dan
kesehatan. Hal ini sesuai dengan apa yang
36 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42
dikatakan oleh Wilson (dalam Diener, 2009)
kelahiran ini terdapat berbagai alasan yang
bahwa kebahagiaan baru bisa tercapai ketika
diberikan oleh lansia mengapa hal itu
telah terpenuhinya kebutuhan (telic theory).
membahagiakan. Di antara alasan-alasan yang
Pemenuhan
diajukan tersebut adalah kebahagiaan ketika
hidup
serta
terjaminnya
sehari-hari
pada
kebutuhan
lansia
dapat
mereka
memiliki
keturunan
untuk
mendukung munculnya afek positif serta
melanjutkan garis keluarga atau mewarisi
sebaliknya juga dapat mengurangi munculnya
kepandaian, pekerjaan dan usaha keluarga.
afek negatif (Urbayatun, 2006). Namun, peran
Tidak sedikit pula kebahagiaan memiliki
kemakmuran bagi kebahagiaan hanya berlaku
keturunan ini terkait harapan akan ada yang
sampai batas tertentu saja. Setelah kebutuhan
mengurus ketika mereka memasuki masa usia
dasar
tidak
lanjut. Umumnya mereka berpendapat walau
(Diener,
bagaimana pun kondisinya orang tua harus
terpenuhi,
menambah
kemakmuran
tingkat
kebahagiaan
2009).
tetap
Berikutnya tema-tema mengenai relasi
dapat
mempengaruhi
kebahagiaan
oleh
keluarga
sendiri
(Soepardjo, dalam Purwantini, 2009).
dengan keluarga juga menjadi salah satu hal yang
dirawat
Tema
yang
mempengaruhi
berikutnya
kebahagiaan
lansia
yaitu,
penelitian
telah
lansia. Haditono (1993) mengatakan bahwa
pernikahan.
keharmonisan
membuktikan terdapat hubungan yang positif
antara
individu
dengan
Beberapa
juga
lingkungannya, perasaan hangat dan damai
antara
dalam lingkungan keluarga dapat memberikan
(Eddington & Shuman, 2005). Peristiwa
kebahagiaan dan ketentraman dalam hati
pernikahan juga memberi pengaruh bagi
anggota keluarga tersebut termasuk lansia.
kebahagiaan dalam hal hadirnya emosi positif
Akan tetapi sebaliknya, jika lingkungan
terutama bagi laki-laki (Diener et.al, dalam
keluarga
Eddington & Shuman, 2005). Dalam studi ini
tidak
lagi
bisa
memberikan
pernikahan
dengan
kenyamanan, kehangatan dan penerimaan
emosi-emosi
sosial yang baik terhadap lansia, maka bisa
antaranya, rasa kasih sayang yang diperoleh
jadi yang mucul adalah depresi.
dari
Hasil studi juga menemukan salah satu peristiwa
yang
membahagiakan
positif
pasangan,
yang
kebahagiaan
muncul
merasadilindungi
di
oleh
pasangan, diperhatikan, ada tempat berbagi
dalam
dan berkeluh kesah atau bertukar pikiran
kategori relasi dengan keluarga adalah pada
terhadap suatu masalah. Di samping itu,
saat kelahiran anak dan cucu. Dalam peristiwa
pernikahan menjadi peristiwa yang paling
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 37
membahagiakan karena adanya keuntungan
apabila apa yang menjadi tujuan tersebut
yang diperoleh dalam pernikahan tersebut
secara tidak realistis terlalu tinggi, justru akan
seperti bisa membangun sebuah keluarga dan
menimbulkan perasaan kegagalan sehingga
meneruskan keturunan, meringankan beban
individu tersebut dapat merasa tidak puas dan
ekonomi, dan lain-lain. Seiring dengan itu,
tidak bahagia.
Carr (2004) juga menyebutkan beberapa
Teori kebahagiaan berikutnya yang juga
keuntungan yang bisa diperoleh dengan
bisa
pernikahan
membahagiakan
dengan kebahagiaan adalah judgement theory.
seseorang, di antaranya keintiman psikologis
Teori ini menjelaskan bahwa kebahagiaan
dan
merupakan hasil perbandingan antara kondisi-
fisik,
keluarga,
yang
dapat
memiliki
anak,
menjalankan
membangun
peran
sebagai
menjelaskan
kondisi
nyata
kaitan
dengan
antara
sebuah
prestasi
standar.
pasangan dan orang tua, menguatkan identitas
Dikatakan bahagia apabila kondisi-kondisi
dan menciptakan keturunan.
nyata melebihi standar, sebaliknya apabila
Pencapaian prestasi juga menjadi salah satu
tema
kebahagiaan
yang
dapat
lansia.
mempengaruhi
Kepuasan
kondisi-kondisi nyata berada di bawah standar akan memunculkan ketidakbahagiaan. Standar
terhadap
yang digunakan sebagai pembanding oleh
prestasi yang pernah dicapai di masa lalu juga
individu ditentukan sendiri oleh individu yang
merupakan salah satu kondisi penting yang
bersangkutan. Ada tiga teori psikologis yang
perlu
menunjang
digunakan untuk memprediksi standar yang
kebahagiaan pada masa usia lanjut (Hurlock,
digunakan individu sebagai perbandingan
2002). Ada beberapa teori kebahagiaan yang
terhadap
bisa
pencapaian
perbandingan
lansia,
di
theory), teori adaptasi (adaptation theory),
antaranya adalah telic theory. Teori ini
teori frekuensi rata-rata (the rangefrequency
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
theory). Terkait dengan prestasi, menurut teori
menjelaskan bahwa kebahagiaan baru bisa
adaptasi, individu menggunakan pengalaman
dicapai apabila apa yang menjadi tujuan hidup
di masa yang lalu sebagai standar pembanding
individu telah tercapai (Wilson, dalam Diener,
atas kondisi saat ini. Jika kondisi sekarang
2009). Artinya di sini bahwa prestasi itu
lebih baik dibandingkan kondisi lalu, ia akan
berhubungan
bahagia.
diperhatikan
menjelaskan
prestasi
dengan
dalam
hubungan kebahagiaan
dengan
tercapainya
tujuan
seseorang (Hurlock, 2002). Akan tetapi
kondisi sosial
nyata, (social
yaitu
teori
comparison
38 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42
Selanjutnya, teori kebahagiaan yang bisa
Keselarasan
perilaku
dengan
ajaran
digunakan untuk menjelaskan kaitan antara
agama menghasilkan penilaian bahwa diri
pencapaian
kebahagiaan
telah menjadi manusia yang baik dan dapat
lansia adalah activity theories. Dalam teori
memunculkan perasaan bahagia. Beberapa
tersebut
kebahagiaan
penelitian terhadap perilaku berpartisipasi
merupakan hasil aktivitas yang dilakukan
dalam kegiatan agama, keterikatan yang kuat
individu
(best
dengan Tuhan dan perilaku berdoa terbukti
dalam
berkorelasi positif dengan kebahagiaan (Ferris
prestasi
dengan
dinyatakan
dengan
performance)
bahwa
sebaik-baiknya
(Csikzentmihalyi,
Diener, 2009). Menurut Csikszentmihalyi
dalam Kesebir & Diener, 2009).
(dalam Diener, 2009), aktivitas dicetuskan oleh
masalah
yang
dihadapi
Perasaan
bahagia
akibat
peristiwa
individu.
religius yang ditemukan dalam penelitian juga
Aktivitas berpotensi membahagiakan jika
memperlihatkan kebahagiaan yang dirasakan
tingkat
dengan
oleh lansia muncul ketika mereka berhasil
tingkat kemampuan individu. Jika masalah
mencapai apa yang menjadi harapan dan cita-
terlalu mudah akan berakibat membosankan,
cita mereka,
dan jika terlalu sulit akan memunculkan
menjelaskan peristiwa ini dengan telic theory
kecemasan.
di
permasalahannya
sesuai
Aktivitas religius menjadi tema yang juga
mempengaruhi
kebahagiaan
lansia.
mana
yaitu naik haji. Alih-alih
dijelaskan
bahwa
kebahagiaan
muncul ketika suatu tujuan atau kebutuhan dapat terpenuhi, penulis berpendapat peristiwa
Agama atau religius menurut Diener (2009)
ini
meliputi segala bentuk hubungan individu
menggunakan the rangefrequency theory yang
dengan
Diener
menjelaskan bahwa individu bisa merasa
menjelaskan, penyerahan diri terhadap ajaran
bahagia ketika kondisi nyata sesuai atau
agama dalam bentuk pengabdian terhadap
mendekati
Tuhan merupakan jalan untuk mencapai
(Parducci, dalam Diener, 2009). Di samping,
kebahagiaan (Kesebir & Diener, 2009). Ini
di dalam studi ini juga ditemukan pengalaman
memperlihatkan bahwa nilai-nilai kebajikan
hadirnya perasaan ketenangan jiwa ketika
merupakan
lansia menunaikan atau berada di tanah suci
Tuhannya.
sebagaimana
Lebih
sumber yang
kebahagiaan eudaimonia.
dari
jauh
kebahagiaan
dijelaskan
dalam
lebih
dapat
harapan
dijelaskan
individu
dengan
tersebut
Makkah. Relasi dengan lingkungan sosial sekitar menjadi
peristiwa
berikut
yang
dapat
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 39
membahagiakan menurut lansia. Bradburn
kebahagiaannya daripada status yang mereka
(dalam
peroleh saat ini.
Diener,
2009)
yang
melakukan
penelitian longitudinal menemukan bahwa
Meskipun tidak banyak, temamengenai
penambahan dan pengurangan jumlah kontak
peristiwa dicintai dan mencintai juga menjadi
sosial dalam hidup individu mempengaruhi
pertimbangan
peningkatan
kabahagiaannya.
dan
penurunan
tingkat
kebahagiaan individu. Hurlock (2002) juga
mencintai
menambahkan
komponen
bahwa
kepopularitasan
lansia
ini
dalam
Faktor lebih
afek
memperoleh dicintai
banyak dalam
dan
melibatkan mendukung
seseorang ditentukan oleh nilai sosial yang
kebahagiaan lansia. Peristiwa dicintai dan
tinggi. Artinya, di tingkat usia apa pun orang
mencintai dapat meningkatkan afek positif
akan
bagi orang yang besangkutan. Faktor dicintai
merasa
bahagia
apabila
mereka
mempunyai kesempatan untuk mengadakan
dan
hubungan sosial dengan orang-orang di luar
kebahagiaan eudaimonia di mana kebahagiaan
lingkungannya,
dinilai berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang
dibandingkan
apabila
hubungan sosial mereka terbatas. Bagaimana
seseorang
mencintai
di
sini
sejalan
dengan
diyakini individu (Diener, 2009). Faktor
memanfaatkan
pendukung kebahagiaan ini berkaitan dengan
waktuluangny amenurut beberapa penelitian
bagaimana
dapat
orang
berbuat untuk orang lain. Kebahagiaan dicapai
tersebut (Hartati, 2012; Primasari, dkk., 2010;
ketika orang lain menilai positif tentang
Hurlock, 2002). Namun, alih-alih sebagai
dirinya. Di sini kebahagiaan diukur dengan
peristiwa yang dikenang sebagai peristiwa
melibatkan orang lain sebagai tolak ukurnya.
meningkatkan
kebahagiaan
yang paling membahagiakan dalam hidup,
individu
berusaha
agar
bisa
Sementara tema berikutnya yang juga
penulis menilai peristiwa tersebut sebagai
mendukung kebahagiaan menurut
kegiatan atau hal-hal yang membuat lansia
adalah pendidikan. Menurut Campbell (dalam
merasa bahagia pada saat sekarang. Penting
Diener, 2009) pengaruh pendidikan tidak
bagi lansia untuk menemukan kegiatan atau
terlalu kuat dan harus berinteraksi dengan
aktivitas
yang
variabel lain seperti pendapatan (income).
sebelumnya pernah dilakoni sebagai pengisi
Sebenarnya di dalam studi ini tidak dapat
waktu luang di masa pensiun. Menurut
mengungkap bagaimana hubungan antara
Hurlock (2002), bagi lansia apa yang mereka
faktor pendidikan dengan status tempat
kerjakan saat ini jauh lebih penting bagi
tinggal
baru
pengganti
aktivitas
subjek
dalam
subjek
mempengaruhi
40 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42
kebahagiaan. Hanya saja ditemukan
satisfaction) dalam memaknai objek-objek
bahwa faktor ini dipandang lebih tinggi
kebahagiaan (Diener, 2009). Kebahagiaan
sebagai faktor pendukung kebahagiaan oleh
dipengaruhi bagaimana cara subjek untuk
lansia yang tinggal di luar panti jompo
menilai kualitas-kualitas yang ada di dalam
dibandingkan lansia yang tinggal di dalam
kehidupannya
panti jompo.
bagaimana subjek mampu untuk menerima
Faktor eksternal terakhir yaitu, ketiadaan
termasuk
di
dalamnya
keadaan yang telah ia alami sehingga bisa
masalah dalam hidup. Semua orang pada
memunculkan
ketenangan
batin
umumnya menginginkan menjalani hari tua
pikiran.
ini
memperlihatkan
yang tenang tanpa ada masalah berat yang
kemampuan dari subjek untuk melakukan
mereka pikirkan. Selain itu masalah akan
penyesuaian
memicu munculnya afek negatif yang bisa
perubahan yang terjadi di dalam hidupnya.
Hal
diri
juga
terhadap
maupun
perubahan-
mengurangi kebahagiaan lansia apalagi ketika masalah
tersebut
tidak
bisa
diatasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kemungkinannya lansia-lansia yang tinggal di dalam panti jompo umumnya bisa menjalani kehidupannya terbebas dari beban
pikiran
Berdasarkan bahasan di atas dapat
menyangkut
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang banyak
sehari-hari,
mempengaruhi lansia berupa, kemakmuran,
karena kebutuhan mereka telah diatur dan
keluarga, sosial, prestasi, pernikahan, religius
disediakan oleh panti jompo (Santrock, 2012).
dan aktivitas waktu luang. Di antaranya juga
Faktor-faktor yang berasal dari dalam
terdapat tema-tema berupa ketiadaan masalah
diri individu (internal) juga tidak dapat kita
hidup, ketenangan di hari tua, dan peristiwa
abaikan dalam mempengaruhi bagaimana
dicinta/mencintai. Di samping itu faktor
seseorang menilai kebahagiaannya. Faktor
internal
internal adalah faktor yang berasal dari
bagaimana lansia memandang sumber atau
kepribdian (personal resource) seperti harga
peristiwa-peristiwa kebahagiaan sehingga ia
diri,
dapat merasakan kebahagiaan dari sumber-
pemenuhan
tipe
intelegensi,
terutama
Simpulan
kebutuhan
hidup
kepribadian,
gaya
gender
optimism
dan
atribusi, yang
menentukan kepuasan subjektif (subjective
juga
sumber tersebut.
berpengaruh
dalam
hal
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 41
Sumber-sumber
yang
berasal
dari
Saran
keluarga lebih dekat hubungannya dengan
Berdasarkan simpulan di atas, penulis
lansia yang tinggal di luar panti jompo
menyarankan kepada pihak-pihak yang terkait
dibandingkan dengan lansia y ang tinggal di
dalam perawatan dan pemeliharaan lansia
dalam panti jompo. Sementara pada lansia
seperti panti jompo maupun pihak keluarga
yang berada di dalam panti jompo lebih dekat
agar dapat memberikan dukungan-dukungan
dengan kemakmuran sebagai sumber yang
yang
mempengaruhi kebahagiaan lansia dalam
menemukan kebahagiaannya seperti misalnya
kaitannya
dalam hal pemenuhan kebutuhan dan jaminan
dengan
pemenuhan
kebutuhan
dapat
jompo juga diuntungkan dengan aktivitas-
kualitas-kualitas
aktivitas waktu luang sebagai faktor yang
mengurangi munculnya afek negative yang
dapat
dapat mengurangi perasaan bahagia lansia.
yang
perlu
dalam
tempat
kebahagiaan
Juga
lansia
sehari-hari. Lansia yang tinggal di dalam panti
memunculkan
tinggal.
membantu
diperhatikan
afektif/perasaan
guna
disediakan oleh para pengelola panti jompo. DAFTAR RUJUKAN Carr, A. (2004). Positive Psychology The Science of Happiness and Human Strength. NewYork: Brunner Routledge. Constantinides, P. (1994). General Pathobiology. USA: Appleton & Lange. Darmojo, B.& Martono, H.H. (1999). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit Universitas Indonesia. Diener, E. (2009). Subjective Well-being. In Diener E. (Ed). The science of wellbeing..The collected works of Ed Diener. (pp 11-58). New York: Springer. Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness). Diakses pada tanggal 29 April 2012 darihttp://www.texcpe.com/html/pdf/ca/ ca-happiness.pdf.
Erlangga, S.W. (2012). Subjektive WellBeing Pada Lansia Penghuni Panti Jompo. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma .Diakses pada tanggal 29 April 2012 dari http://repository.gunadarma.ac.id/bitstre am/123456789/1050/1/10504164.pdf Haditono, S.R. Psikogerontologi.Diktat Psikologi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
(1993). Kuliah Universitas
Hartati, N. (2012). Sumber-Sumber Kebahagiaan Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan.Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Magister Psikologi. Fakultas Psikologi UGM. Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisi kelima. (Istiwidyanti & Sudjarwo. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
42 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42
Kesebir, P., & Diener, E. (2009). In pursuit of happiness: Empirical answers to philosophical questions. In Diener, E. (Ed). The science of well being. The collected works of Ed Diener.(pp.59-74). New York: Springer. Koopmans, T.A., Geleijnse, J.M., & Zitman, F.G. (2010). Effects of Happiness on All-Couse Mortality during 15 Years of Follow-up : The arnhem elderly study. Journal of Happiness Study, 11, 113124. Primasari, A., Yuniarti, K.W., Moordiningsih, & Kim, U. (2010). What make adolescents’ happy? An exploratif approach of indigenous psychology. Working Paper. Yogyakarta : CICP UGM.
Santrock, J.W. (2012). Live Development. Erlangga: Jakarta.
Span
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sulandari, S. (2009). Penyesuaian Diri Lansia Yang Tinggal Di Panti. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Urbayatun, S. (2006). Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek Positif dan Afek Negatif pada Lansia. Humanitas: Indonesian Psychological Journal. Vol. 3 No. 1 Januari 2006: 63 – 72