KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL
OLEH KRISTINDA PUJI VERAWATI 80 2009 114
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL
Kristinda Puji Verawati Aloysius L.S. Soesilo Krismi Diah Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kesepian dan jenis kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah, di rumah sendiri dan di rumah anak. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling dengan partisipan sebanyak 25 lansia masing-masing di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada UCLA Scale dan A Rasch Tipe. Penghitungan uji beda pada tingkat kesepian dan jenis kesepian menggunakan one way ANOVA. Hasil dari penelitian untuk tingkat kesepian didapati bahwa ada perbedaan yang signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan F hitung 51,62 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih banyak yang merasakan kesepian dengan nilai mean 55,00. Kemudian hasil penelitian untuk jenis kesepian sosial didapati bahwa ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok lansia dengan F hitung 59,10 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan ternyata kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian sosial dengan nilai mean 28,00. Terakhir hasil penelitian untuk kesepian emosional didapati bahwa ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok lansia dengan nilai F hitung 38,51 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian emosional dengan nilai mean 27,92. Kata Kunci : Tingkat Kesepian, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional, Lansia
ABSTRACK This study aims to determine the difference in levels and types of loneliness in the elderly living in Sumarah nursing home, elderly living in their own homes, and the elderly living in homes of their children. The sampling technique used in this study is incidental sampling, with as many as 25 elderly participants from three different places as mentioned above. Measuring instruments used in this study refers to the UCLA scale and the A Rasch Type. Tally different test at the levels and types of loneliness is using one-way ANOVA. It was found that there was a significant difference in the levels of loneliness among the elderly living in Sumarah, elderly living in their own homes, and in the elderly living in homes of their children, with F is of 51.62 and a significance of 0.000 (p <0 , 05). Elderly people living in homes of their children are more likely to feel lonely with a mean of 55.00. As for the types of social loneliness, it was found that there are significant differences in the three groups of elderly with F is of 59.10 and significance of 0.000 (p <0.05). Elderly living in homes of their children are more likely to experience social loneliness with a mean of 28.00. For emotional loneliness, it was found that there are significant differences in the three groups of elderly with F is of 38.51 and significance of 0.000 (p <0.05). Elderly living in homes of their children are more likely to experience emotional loneliness with a mean of 27.92. Keywords: Level of Loneliness, Social Loneliness, Emotional Loneliness, Elderly
1
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat. Berkaitan dengan usia, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia kantor Asia Selatan dan Asia Tenggara (WHO/ SEARO/ WHO South East Regional Office) di New Delhi, batasan usia lanjut untuk orang Indonesia sampai saat ini masih 60 tahun ke atas (Czeresna dalam Soetjiningsih, 2005). Sependapat dengan hal tersebut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap perkembangan paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses dinamis sebagai akibat dari perubahanperubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, serta kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf (otak), isi perut (limpa, hati), (3) perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, perasa, perabaan, penciuman dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru (Suhartini, 2004). Perubahan tersebut umumnya akan mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis sehingga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan
2
lansia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi, bahkan tak jarang pula pandangan negatif bahwa lansia akan menjadi beban keluarga dan masyarakat. Pandangan tersebut dapat berpengaruh buruk bagi perkembangan lansia sendiri karena akan mempengaruhi cara orang lain dalam memperlakukan lansia. Padahal dengan beberapa penurunan yang dialami, lansia membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitasnya (Hurlock, 1980). Secara psikologis lansia akan dinyatakan mengalami krisis psikologis ketika mereka menjadi sangat ketergantungan pada orang lain. Wirartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan lansia pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,7% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang lansia yang berumur 65 tahun keatas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 orang penduduk produktif harus menyokong 9 orang lansia yang berumur 65 tahun keatas. Pada umumnya kesepian merupakan masalah psikologis yang paling banyak dialami lansia. Beberapa penyebab kesepian antara lain (1) longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit, (2) berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktivitas diluar rumah, (3) meninggalnya pasangan hidup, (4) anak-anak meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja, (5) anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa kesepian lebih cepat pada lansia. Lansia merasa tidak memiliki seorangpun
3
untuk dijadikan pelarian saat dibutuhkan serta kurangnya waktu untuk berhubungan dengan lingkungan keluarga maupun sekitar tempat tinggalnya (Santrock, 2002). Kesepian menunjuk pada kegelisahan subjektif yang individu rasakan pada saat hubungan sosialnya kehilangan ciri-ciri penting (Sears, Freedman, & Peplau 1985). Hal ini bisa bersifat kuantitatif seperti, tidak memiliki teman atau hanya sedikit memiliki teman, bisa juga bersifat kualitatif seperti, individu yang merasakan kesepian tersebut merasa bahwa hubungannya dengan orang lain dangkal atau kurang memuaskan seperti yang diharapkan (Nugraheni, 2013). Kesepian dapat timbul karena seseorang membutuhkan orang lain untuk membina hubungan khusus yang salah satunya adalah persahabatan akrab sampai kasih sayang yang mendalam (Lake, 1986). Rubinstein, Shaver & Peplau (1989) berpendapat ketika merasa kesepian individu akan cenderung mengalami keputusasaan (desperation), kejenuhan yang tidak tertahankan (impatient boredom), pencelaan diri (self deprecation), serta depresi (depression) hal itu pula yang akan dialami oleh lansia jika kesepian dibiarkan bersarang dalam dirinya. Menurut Weiss
(dalam Perlman & Peplau, 1981) terdapat dua tipe
kesepian, yang pertama kesepian emosional (emotional loneliness) dan kesepian sosial (social loneliness). Kesepian emosional timbul dari ketiadaan figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial terjadi bila seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung dalam sebuah komunitas. Selanjutnya
De Jong Gierveld (1998) mengemukakan bahwa
kesepian merupakan fenomena yang multidimensi. Adapun 2 dimensi yang
4
dikemukakan yaitu Emotional Loneliness timbul karena ketidakhadiran hubungan emosional yang intim, atau kurang intimnya dalam berhubungan dengan teman dekat, dan hal ini tidak berkaitan dengan jumlah hubungan pertemanan itu sendiri dan Social lonelines timbul karena adanya perasaan dikucilkan oleh lingkungan. Social loneliness disebabkan oleh tidak adanya keterlibatan diri dalam jaringan sosial tertentu. Individu akan merasa tersisihkan tanpa hubungan dengan kelompok tertentu atau individu-individu lain yang dapat membentuk hubungan personal. Menurut Martin & Osborn (1989) ada tiga faktor umum terjadinya kesepian, pertama faktor psikologis yaitu harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-perasaan negatif. Kedua, faktor spiritual yaitu agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan spiritual seringkali berakibat kesepian. Ketiga, faktor kebudayaan dan situasional yaitu terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya misalnya, keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang lebih menitipkan lansia ke panti. Panti Wredha sendiri merupakan suatu lembaga yang menangani dan merawat manusia lanjut usia dan kebutuhan fisik bagi lansia dikerjakan oleh orang-orang yang telah dilatih dan dapat bertindak seperti yang dilakukan oleh pihak rumah sakit bila memang diperlukan (Hurlock, 1980). Lansia diberikan berbagai macam kegiatan ringan seperti menyulam dan berkebun yang memungkinkan lansia untuk terus aktif dan produktif. Namun, beberapa penelitian menyatakan bahwa lansia yang tinggal di panti justru mengalami kesepian. Menurut penelitian yang dilakukan Suharjati (dalam Iswari, 2005)
5
kesepian lebih banyak dialami oleh lansia yang tinggal di Panti Wredha. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perhatian keluarga atau anak-anaknya terhadap orangtua yang dititipkan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Juniarti, Eka & Damayanti (2008) mengenai jenis dan tingkat kesepian lansia di Balai Panti Sosial Bandung mendapatkan hasil bahwa 69,5% lansia mengalami kesepian yang ringan dan 49,4% mengalami kesepian emosional. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia di Panti Sosial Bandung cenderung kurang merasakan kesepian. Tidak hanya perubahan tata cara hidup di panti, lansia yang memiliki keberuntungan bahwa anak-anaknya dapat tinggal dengan mereka di rumah sendiripun kerap kali mengalami kesepian. Meskipun lansia tetap dapat berkumpul dengan keluarga inti dan juga pihak keluarga tetap dapat mengontrol kondisi mereka sayangnya, kesibukan akan pekerjaan yang dilakukan anak, menantu ataupun cucu para lansia membuat seakan lansia terabaikan. Ditambah lagi lansia akan merasa sangat kesepian ketika pasangan mereka telah tiada. Lansia yang kehilangan pasangan hidup memicu perasaan kesepian yang semakin lama akan menyebabkan stress dan depresi. Selain itu lansia yang kehilangan pasangan hidup akan menunjukkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah serta kurang menikmati hidup (Retha, 2012). Perasaan kesepian itu agaknya terobati dengan keberadaan tetangga yang telah cukup dikenal. Kalaupun tidak, perasaan kesepian yang dialami tidak diperparah dengan keterasingan. Dengan asumsi bahwa mereka telah cukup lama tinggal di rumah tersebut, maka mereka sudah merasa memiliki rumah dan lingkungan sekitar (Soraya, 2007).
6
Sebaliknya, tak dapat dipungkiri keterbatasan waktu yang dimiliki oleh anak dan pasangannya (keduanya berkerja) dalam memberikan layanan kesejahteraan bagi orangtuanya banyak diantaranya mengajak orangtua untuk bertempat tinggal di rumahnya dan sangat mungkin bahwa di lingkungan baru tidak ada teman sesama lansia yang tinggal berdekatan sehingga perasaan kesepian yang dialami semakin parah. Padahal, semakin besar perbedaan antara lingkungan lama dan baru akan semakin besar pula kebutuhan lansia untuk membangun respon-respon adaptif diatas kapasitas yang dimilikinya (Tobin et al., dalam Soraya, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan Suardiman (1999) mengenai harapan lansia tentang pilihan tempat tinggal menyimpulkan bahwa 90% dari informan lansia menyatakan keinginannya bertempat tinggal di rumah sendiri. Sedangan penelitian serupa
yang dilakukan BKKBN
(1999)
menyimpulkan bahwa pada tahun 1990 orangtua tinggal dengan anak dan menantu sebanyak 1,04% dan pada tahun 1999 turun menjadi 0,12%. Hal ini menunjukkan bahwa budaya keluarga batih mulai berkurang, padahal hubungan keluarga memberi kenyamanan bagi lansia. Dengan kondisi tempat tinggal yang berbeda pada masing-masing kelompok lansia, serta belum dapat ditentukan antara kelompok lansia yang tingkat kesepian paling tinggi, sedang dan rendah dan juga perbedaan jenis kesepian emosional dan kesepian sosial yang dialami tiap kelompok lansia tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “ kesepian pada lansia ditinjau dari tempat tinggal”. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan tingkat dan jenis kesepian pada lansia bila ditinjau dari tempat tinggal?
7
Adapun tujuan dari penelitian ini pertama mengetahui perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah sendiri, serta lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah anak. Kedua, untuk mengetahui adakah perbedaan jenis kesepian emosional dan kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha, lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah sendiri, serta lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah anak. Hipotesis Hipotesis dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho1
: Tidak terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di
Panti dengan yang tinggal di rumah sendiri, dan tinggal di rumah anak. Ha1
: Terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di Panti
dengan yang tinggal di rumah sendiri, dan tingal di rumah anak. Ho2
: Tidak terdapat perbedaan jenis kesepian pada lansia yang tinggal di
panti dengan yang tinggal di rumah sendiri dan tinggal di rumah anak. Ha2
: Terdapat perbedaan jenis kesepian pada lansia yang tinggal i panti
dengan rumah sendiri dan rumah anak. TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Kesepian Kesepian merupakan salah satu fenomena umum yang sering kali terjadi dan merupakan salah satu situasi paling menyakitkan yang dialami manusia. Hampir setiap orang pernah mengalami kesepian namun perasaan tersebut akan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya (Matondang, 1991). Weiss (Perlman & Peplau, 1982) mengemukakan bahwa kesepian tidak disebabkan
8
oleh kesendirian, namun disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan hubungan atau rangkaian hubungan yang pasti, atau karena tidak tersedianya hubungan yang dibutuhkan individu tersebut. Kesepian biasanya disertai penyebab negatif yaitu perasaan depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan, menyalahkan diri sendiri serta rasa malu. Kesepian juga didefinisikan Gierveld & Tillburg (1990) sebagai bentuk kehilangan dalam mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain baik secara sosial maupun dalam level yang lebih intim. Berkaitan dengan masalah hilangnya komunikasi, Lake (1986) menjelaskan bahwa individu yang kesepian adalah individu yang membutuhkan individu lain untuk diajak berkomunikasi dan membina suatu hubungan yang khusus, yakni hubungan persahabatan yang akrab sampai kasih sayang mendalam. Banyak ahli yang memberikan berbagai macam definisi dari kesepian, namun menurut Perlman & Peplau (1982) mengemukakan bahwa kesepian menunjuk pada kegelisahan subyektif yang kita rasakan pada saat hubungan sosial kita kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hilangnya ciri-ciri tersebut bisa bersifat kuantitatif, seperti tidak memiliki teman atau hanya memiliki sedikit teman. Bisa juga bersifat kualitatif seperti individu yang merasakan kesepian tersebut merasa bahwa hubungannya dengan orang lain dangkal atau kurang memuaskan daripada yang diharapkan. Perlman & Peplau (1981) juga menambahkan bahwa kesepian memiliki tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu : a. Kesepian merupakan hasil dari kekurangan dalam hubungan sosial seseorang
9
b. Kesepian merupakan fenomena subyektif ( bukan merupakan sinomin dari isolasi obyektif, dimana seseorang bisa sendirian tanpa merasakan kesepian). c. Kesepian merupakan hal yang tidak menyenangkan dan menimbulkan stress. Lebih lanjut Perlman & Peplau mengelompokkan kesepian menjadi tiga pendekatan, yaitu pendekatan need for intimacy, pendekatan kognitif dan pendekatan social reinforcement. 1. Pendekatan need of intimacy Sullivan, Weiss, Fromm-Reichmann merupakan beberapa tokoh yang masuk dalam pendekatan ini. Menurut Sullivan, loneliness merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kebutuhan akan intimacy (terutama interpersonal intimacy ) yang tidak terpenuhi. Fromm-Reichmann ( Perlman & Peplau, 1982) menambahkan bahwa need for intimacy merupakan pengalaman universal yang akan menetap pada individu sepanjang hidupnya. 2. Pendekatan Kognitif Pendekatan ini menekankan kepada persepsi dan evaluasi seseorang terhadap hubungan sosial mereka. Flander, Sadler dan Johnson (Perlman & Peplau, 1982) berpendapat bahwa kesepian merupakan hasil dari ketidakpuasan seseorang terhadap hubungan interpersonalnya. Dalam pendekatan ini, dinyatakan bahwa kesepian terjadi saat seseorang mempersepsikan adanya kesenjangan antara hubungan interpersonal yang diharapkannya dengan hubungan interpersonal yang dicapainya.
10
3. Pendekatan Social Reinforcement Menurut pendekatan ini, kesepian merupakan suatu keadaan yang diakibatkan perasaan ketidakterpenuhinya hubungan sosial seseorang. Dapat
disimpulkan
bahwa
kesepian
merupakan
perasaan
kurang
menyenangkan disebabkan oleh berbagai hal, yaitu karena kedekatan dalam hubungan sosial yang tidak ada, hubungan sosial yang kurang memuaskan atau hubungan sosial yang tidak sesuai dengan harapan individu itu sendiri. Kata “tingkat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai taraf, rentang atau tinggi rendahnya suatu obyek lapisan dari sesuatu yang bersusun. Obyek atau sesuatu yang dimaksud dalam pengertian ini adalah kesepian. Mengacu pada penelitian Gierveld & Tillburg (1990) dapat disimpulkan bahwa tingkat kesepian adalah suatu rentang tinggi atau rendahnya perasaan subyektif individu yang merupakan bentuk kehilangan dalam mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain baik secara sosial maupun dalam level yang lebih intim. Penyebab Kesepian Peplau dan Perlman (1982) membagi penyebab kesepian dalam dua kelompok yaitu : 1. Peristiwa
atau
perubahan
yang
menimbulkan
terjadinya
kesepian
(Precipitate event). Terdapat dua perubahan umum yang menimbulkan terjadinya kesepian. Perubahan yang paling umum adalah menurunya hubungan sosial seseorang sampai dibawah tingkat optimal. Contoh dari perubahan ini antara lain, berakhirnya hubungan dekat akibat kematian, perceraian atau putusnya
11
hubungan cinta. Perubahan juga dapat terjadi saat seseorang pindah ke suatu lingkungan baru dan berpisah secara fisik dengan orang-orang dekatnya (Peplau & Perlman, 1982). Perubahan yang kedua adalah perubahan pada kebutuhan atau keinginan sosial seseorang. Perubahan ini biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya usia seseorang dan akan menimbulkan kesepian jika tidak diikuti dengan penyesuaian pada hubungan sosial yang aktual. 2. Faktor- faktor yang memungkinkan individu cenderung merasa kesepian atau faktor-faktor yang membuat kesepian dirasakan terus menerus (Predisposing and maintaining factor) Dalam kelompok ini, yang menyebabkan individu lebih rentan terhadap kesepian adalah adanya keberagaman dari faktor personal dan situasional individu. Kedua faktor inilah yang meningkatkan kecenderungan seseorang merasakan kesepian dan juga mempersulit seseorang untuk mendapatkan kepuasan hubungan sosialnya kembali (Peplau & Perlman, 1982). Menurut para sosiolog (dalam Peplau & Perlman, 1982), faktor situasional dan kebudayaan juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kesepian. Jenis-jenis Kesepian Terdapat beberapa hal yang dapat dipakai untuk membedakan jenis-jenis kesepian, menurut Weiss, 1973 (dalam Perlman & Peplau, 1981) terdapat 2 tipe kesepian. Kesepian emosional (emotional loneliness) yang timbul dari ketiadaan figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial (social loneliness) terjadi bila seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung dalam sebuah komunitas. Kesepian emosional timbul dari
12
ketiadaan figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial terjadi bila seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung dalam sebuah komunitas. Sedangkan menurut Moustakas (dalam Perlman & Peplau, 1981) kesepian dibedakan menjadi kecemasan kesepian (loneliness anxiety) dan kesepian eksistensial (existential loneliness). Kecemasan kesepian merupakan hasil dari keterasingan dasar antar manusia, dan bersifat aversif. Sedangkan kesepian eksistensial merupakan bagian yang tidak terelakkan dari pengalaman hidup manusia yang melibatkan periode konfrontasi diri serta memberikan kesempatan untuk pertumbuhan diri. Meskipun hal tersebut dapat menyakitkan, namun hal tersebut juga bisa menyebabkan adanya “penciptaan kemenangan (triumphant creation)”. Moustakas juga mengategorikan dimensi positif-negatif terhadap dua jenis kesepian tersebut. Kecemasan kesepian merupakan bentuk yang negatif, sementara kesepian eksistensial merupakan bentuk yang positif. Lebih lanjut, Perlman dan Peplau (1981) menyatakan bahwa waktu juga dapat digunakan sebagai dasar untuk membedakan jenis kesepian. Kesepian dapat dipandang sebagai “keadaan” sementara yang mungkin dihubungkan dengan kejadian spesifik seperti pindah ke dalam komunitas baru. Kesepian dapat juga dipandang sebagai “sifat” yang lebih kronis. Individu dapat merasakan “pengalaman” kesepian dalam jangka waktu yang relatif yang singkat, atau individu tersebut merupakan “orang yang kesepian”.
13
METODE Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif komparasi. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok lansia di kota Palembang, berusia 60-75 tahun yang pasangannya sudah tiada. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik incidental sampling. Selanjutnya, populasi dikategorikan dalam tiga kelompok berdasarkan tempat tinggalnya yaitu, kelompok lansia yang tinggal di panti wredha, kelompok lansia yang tinggal di rumah sendiri, dan kelompok lansia yang tinggal di rumah anak. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 25 orang. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ialah metode skala. Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis 1. UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur tingkat kesepian pada tiga kelompok lansia dengan 20 aitem penyataan yakni, 11 aitem menyatakan kesepian (2,3,4,7,8,11,12,13,14,17,dan 18) dan 9 aitem menyatakan tidak kesepian (1,5,6,9,10,15,16,19,20), skala ini bersifat unidimentional. 2. A Rasch-Tipe Loneliness Scale digunakan untuk mengetahui jenis kesepian pada tiga kelompok lansia. Skala ini disusun peneliti
14
berdasarkan komponen menurut de Jong-Gierveld Rasch & Tillburg (2006) yakni 10 aitem mencakup kesepian sosial yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable serta 10 aitem mencakup kesepian emosi yang terdiri dari 9 aitem favorable dan 1 aitem unfavorable. Sebelum kedua skala digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) untuk mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas dari masingmasing skala. Aitem dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik apabila memiliki koefisien korelasi aitem-total rit ≥ 0,3 (Azwar, 2010). Dari hasil analisis item pada UCLA Scale didapatkan koefisien korelasi aitem total rit yang bergerak antara 0,302 sampai dengan 0,855 sehingga dapat dikatakan bahwa 20 aitem skala UCLA Scale memuaskan. Hasil perhitungan reliabilitas didapatkan koefisien alpha cronbach sebesar 0,879 yang berarti bahwa alat ukur dikatakan sangat reliabel (Azwar,2010). Pada skala kedua Rasch-Tipe Scale dilakukan pengujian analisis aitem sebanyak dua putaran yang menyisakan 21 aitem dari 24 aitem dengan koefisien korelasi item-total rit bergerak antara 0,319 – 0,796. Hasil perhitungan reliabilitas didapatkan koefisien alpha cronbach 0,921 yang berarti bahwa alat ukur dikatakan sangat reliabel (Azwar, 2010). Prosedur Setelah tahap uji coba selesai dilakukan, peneliti mulai melakukan pengambilan data pada hari Senin, 26 Januari 2015 sampai dengan hari Senin 08 Februari 2015. Pertama peneliti mengunjungi Panti Wredha SumarahPalembang dan mendata lansia yang memenuhi kriteria untuk menjadi subyek,
15
di panti peneliti dibantu oleh 3 orang suster untuk membimbing lansia dalam mengisi kuisioner. Sedangkan kelompok rumah sendiri dan rumah anak, peneliti mencari di perkumpulan lansia di Gereja Protestan Indonesia bagian BaratPalembang dan komplek perumahan. Beberapa kuisioner diisi dengan bantuan rekan keluarga lansia (cucu, anak, dan pembantu), yang sebelumnya peneliti telah menjelaskan terlebih dahulu cara pengisian. Teknik analisis data Penghitungan pada penelitian ini menggunakan bantuan program statistik komputer SPSS 16 for windows. Untuk menguji validitas aitem pada penelitian ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dan untuk uji beda digunakan one way ANOVA. HASIL Uji Asumsi Sebelum melihat apakah terdapat perbedaan tingkat kesepian dan jenis kesepian pada tiga kelompok lansia dengan uji beda (ANOVA) penulis harus melakukan uji asumsi. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur data yang dihasilkan memiliki distribusi normal atau tidak pada masing-masing kelompok. Dari hasil perhitungan melalui metode Kolmogorov-Smirnov, didapati bahwa skor K-S-Z tingkat
kesepian yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi sebesar 0,141 (p>0,05), rumah sendiri 0,513 (p>0,05), dan rumah anak 0,105 (p>0,05). Selanjutnya, skor K-
16
S-Z kesepian emosional yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi 0,227 (p>0,05), rumah sendiri 0,719 (p>0,05), dan rumah anak 0,495 (p>0,05). Kemudian untuk skor K-S-Z kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi sebesar 0,500 (p>0,05), rumah sendiri sebesar 0,879 (p>0,05) dan rumah anak 0,711 (p>0,05). Dari hasil tersebut, maka data dapat dikatakan berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan menggunakan teknik Levene’s Test, bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang sama. Hasil uji homogenitas pada skala UCLA menunjukkan bahwa nilai koefisien Levene Test sebesar 1,122 dengan signifikansi sebesar 0,331. Selanjutnya, hasil uji homogenitas skala RASCH-TIPE menunjukkan bahwa nilai koefisien Levene Test sebesar 0,047 dengan signifikansi sebesar 0,954. Dari hasil uji homogenitas pada ke dua skala nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen. Analisis Deskriptif Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di panti, rumah sendiri dan rumah anak, maka digunakan 3 kategori pengelompokan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Variabel tingkat kesepian memiliki aitem yang baik sebanyak 20 aitem, dengan skor berjenjang antara skor 1 hingga skor 4. Berikut hasil dari pengelompokan kriteria skor :
17
Tabel 1.0 Kriteria Skor Kesepian Keseluruhan No
Interval
Kategori
Frekuensi
%
1
60 ≤ x ≤ 80
Tinggi
6
8%
2
40 ≤ x < 60
Sedang
53
70,7%
3
20 ≤ x < 40
Rendah
16
21,3%
75
100%
Total
Bila ditinjau dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di tiga tempat tinggal masuk dalam kategori tingkat kesepian sedang sebanyak 53 orang (70,7%). Tabel 2.0 Kategori Perbedaan Tingkat Kesepian pada Lansia yang tinggal di Panti, Rumah Sendiri, dan Rumah Anak.
N
Interval
Kategori
o 1
F
%
Mean
PW 60 ≤ x ≤
F
%
Mean
RS
F
%
Mean
RA
Tinggi
0
0%
0
%
6
24%
Sedang
11
44%
24
96%
18
72%
80 2
40 ≤ x <
40,12
60 3
20 ≤ x <
Rendah
44,32
55,00
14
56%
1
4%
1
4%
25
100 %
25
100%
25
100%
40 Total
18
Keterangan : F PW
: Frekuensi Panti Wredha
F RS
: Frekuensi Rumah Sendiri
F RA
: Frekuensi Rumah Anak
Data tersebut menunjukan bahwa pada kategori kesepian tinggi memiliki persentase 0% (tidak ada lansia di panti wredha Sumarah yang tergolong dalam kategori tersebut), pada kategori kesepian sedang sebanyak 11 (44%) lansia, dan sebanyak 14 (56%)
lansia yang tinggal di panti tergolong dalam kategori
kesepian rendah. Sedangkan lansia yang tinggal di rumah sendiri tidak tergolong dalam kategori kesepian tinggi dengan persentase 0%, untuk kategori kesepian sedang sebanyak 24 (96%) lansia tergolong kategori tersebut, dan sebanyak 1 (4%) lansia tergolong dalam kategori kesepian rendah. Pada lansia yang tinggal di rumah anak sebanyak 6 (24%) tergolong dalam kategori kesepian tinggi, 18 lansia diantaranya (72%) tergolong dalam kategori kesepian sedang, dan 1 lansia (4%) termasuk dalam kategori kesepian rendah. Uji Beda Hasil pengujian one way Anova menunjukkan bahwa nilai F sebesar 51,623 dengan signifikansi 0,000 atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, rumah sendiri dan rumah anak dengan nilai mean pada kelompok panti wredha sebesar 40,12, rumah sendiri sebesar 44,32 dan rumah anak sebesar 55,00 maka dapat
19
dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak cenderung mengalami kesepian. Perhitungan mengenai perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, tinggal di rumah sendiri dan di rumah anak juga dijelaskan dengan hasil perhitungan analisis lebih lanjut menggunakan uji Bonferroni yang menunjukkan skor signifikansi antara kelompok lansia panti wredha dengan kelompok rumah sendiri sebesar 0,021, kelompok lansia di rumah sendiri dengan di rumah anak sebesar 0,000 dan kelompok lansia di rumah anak dengan panti sebesar 0,000. Tabel 3.0 Multiple Comparisons Kesepian Bonferroni 95% Confidence Interval
Mean Difference (I) TempatTinggal (J) TempatTinggal Panti
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
1.510
.021
-7.90
-.50
*
1.510
.000
-18.58
-11.18
*
1.510
.021
.50
7.90
-10.680
*
1.510
.000
-14.38
-6.98
Panti
14.880
*
1.510
.000
11.18
18.58
Rumah Sendiri
10.680
*
1.510
.000
6.98
14.38
Rumah Anak Panti Rumah Anak Rumah Anak
Std. Error *
Rumah Sendiri
Rumah Sendiri
(I-J) -4.200 -14.880
4.200
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kemudian, untuk mengetahui perbedaan kesepian emosional pada tiga kelompok tempat tinggal dilakukan uji one way anova, dan didapati hasil F hitung sebesar 38,510 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan kesepian emosional antara lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah, yang tinggal di rumah sendiri dan yang tinggal di rumah anak dengan
20
nilai mean pada kelompok panti wredha sebesar 23,28, di rumah sendiri sebesar 24,48 dan di rumah anak sebesar 27,92. Maka dapat dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian emosional. Terakhir untuk mengetahui perbedaan kesepian sosial pada tiga kelompok tempat tinggal didapati hasil F hitung sebesar 59,100 dengan signifikansi 0,000 atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai mean di panti wredha 22,12, di rumah sendiri sebesar 25,72 dan di rumah anak 28,00. Maka dapat dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian sosial. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa pertama, terdapat perbedaan tingkat kesepian yang signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 51,62 serta signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Adapun kelompok panti wredha memiliki nilai mean sebesar 40,12 untuk kelompok rumah sendiri sebesar 44,32 dan kelompok rumah anak 55,00 sehingga ditemukan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak cenderung lebih mengalami kesepian dibandingkan kelompok panti wredha dan rumah sendiri. Merujuk pada hasil perhitungan menggunakan uji Bonferroni dapat disimpulkan pula bahwa terdapat perbedaan kesepian pada kelompok lansia yang tinggal di panti wredha dan yang tinggal di rumah sendiri dengan skor signifikansi sebesar 0,021, terdapat perbedaan kesepian lansia yang tinggal di rumah sendiri dan di rumah anak dengan skor signifikansi sebesar
21
0,000, maupun lansia yang tinggal di rumah anak dengan di panti wredha terdapat perbedaan dengan skor signifikansi sebesar 0,000. Selanjutnya untuk hasil tujuan yang kedua, didapati bahwa terdapat perbedaan jenis kesepian emosional yang signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 38,51 serta signifikansi yang ditunjukkan sebesar 0,000 (p<0,05). Kemudian didapati juga untuk nilai mean pada kelompok lansia tinggal di panti wredha sebesar 23,28 untuk yang tinggal di rumah sendiri sebesar 24,48 dan di rumah anak sebesar 27,92 sehingga ditemukan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian emosional. Berikutnya hasil penghitungan ketiga didapati bahwa terdapat perbedaan jenis kesepian sosial yang signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 59,10 serta signifikansi yang ditunjukkan sebesar 0,000 (p<0,05). Untuk nilai mean pada kelompok lansia yang tinggal di panti wredha sebesar 22,12 di rumah sendiri sebesar 25,72 dan di rumah anak sebesar 28,00 sehingga dapat dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak juga lebih cenderung mengalami kesepian sosial. Adanya hasil perbedaan tingkat kesepian pada lansia serta ditemukan bahwa kelompok lansia di rumah anak lebih tinggi mengalami kesepian baik sosial maupun emosional, tampaknya berkaitan dengan proses adaptasi yang perlu dilakukan lansia ketika mereka menghadapi situasi baru, dalam hal ini tempat tinggal baru. Seperti dikatakan Tobin & Lieberman (1987) semakin besar perbedaan antara lingkungan lama dan baru maka akan semakin besar pula kebutuhan lansia untuk membangun respon-respon adaptif yang seringkali diatas
22
kapasitasnya. Foster (dalam Tobin & Lieberman, 1987) menyatakan bahwa keterasingan terhadap lingkungan baru dan ketidakhadiran dukungan sosial dapat menyebabkan kecemasan dan depresi yang jika lansia tidak mampu melakukan interaksi sosial akan merasakan kesepian. Hal ini juga disebutkan Peplau & Perlman (1982) bahwa peristiwa yang menimbulkan kesepian dapat terjadi saat seseorang pindah ke suatu lingkungan baru. Selain itu kurangnya dukungan sosial baik dari anggota keluarga dan lingkungan sekitar pada lansia di rumah anak menjadi pemicu munculnya perasaan kesepian (Gunarsa, 2004). Faktor dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok pada individu (Kuntjoro, 2002). Tuntutan era globalisasi terutama daerah perkotaan cenderung membuat hubungan generasi muda dan orang tua semakin renggang karena adanya kesibukan sehingga kurangnya perhatian dan bantuan yang diberikan sehingga lansia merasa kurang merasakan kelekatan secara dalam dengan anak, menantu dan cucu. Selain itu pula perpisahan dengan pasangan hidup yang selama bertahun-tahun hidup bersama menjadi pemicu lansia semakin cenderung merasakan kesepian emosional. Sebaliknya, lansia yang tinggal di panti wredha cenderung kurang merasakan kesepian. Hasil penelitian Juniari (2008) menyebutkan bahwa lansia yang tinggal di panti wredha tidak selalu mengalami kesepian mendalam dibandingkan kelompok lain, hal ini disebabkan faktor lingkungan di panti wredha yang kondusif yaitu terjalinnya kenyamanan masing-masing lansia, fasilitas serta aktivitas yang diberikan membuat lansia tetap produktif. Selain itu adanya faktor dukungan sosial dari keluarga membuat lansia cenderung kurang
23
merasakan kesepian, dan setiap akhir pekan pihak keluarga selalu berkunjung menjenguk lansia, memberikan beberapa kebutuhan. Menurut Soraya (2007), lansia yang tinggal di panti wredha dengan interaksi sosial yang baik memungkinkan lansia untuk dapat kelompok berbagi cerita, minat dan dapat melakukan aktivitas secara bersama-sama dengan rekan sebaya sehingga saling memberi semangat yang berdampak menurunnya beban pikiran pada lansia dan rendahnya tingkat kesepian. Jika lansia yang tinggal di rumah anak cenderung sulit melakukan adaptasi, berbeda dengan lansia tinggal yang di rumah sendiri tidak terlalu banyak penyesuaian yang dilakukan karena lansia sudah merasa aman dan nyaman serta bebas melakukan apa saja di rumahnya sendiri (Surbakti, 2013). Menurut Hayatie (2009) lansia yang tinggal di rumah sendiri hanya perlu beradaptasi dengan anggota keluarga dalam satu rumah. Tidak hanya itu lansia yang tinggal di rumah sendiri tentunya mendapatkan dukungan sosial baik dari anggota keluarga maupun lingkungan sekitar. Adanya kedekatan secara emosional dengan anggota keluarga maupun rekan sesama lansia diperkumpulan memberi dampak bermakna positif dalam pemberian dukungan sosial (Gunarsa, 2004). Temuan empiris lain dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah sebanyak 14 lansia dengan persentase 56% masuk kategori rendah, sebanyak 11 lansia dengan persentase 44% masuk dalam kategori sedang dan tidak ada yang masuk dalam kategori kesepian tingkat tinggi. Selanjutnya untuk kelompok lansia yang tinggal di rumah sendiri sebanyak 1 lansia dengan persentase 4% masuk kategori rendah
24
dan sisanya sebanyak 24 lansia (96%) masuk kategori sedang. Sedangkan lansia yang tinggal di rumah anak sebanyak 1 lansia dengan persentase 4% masuk pada kategori rendah, sebanyak 18 lansia dengan persentase 72% masuk dalam kategori sedang dan sebanyak 6 lansia dengan persentase 24% masuk kategori tinggi. Dari hasil persentase dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha, tinggal di rumah sendiri dan tinggal di rumah anak sebagian besar tergolong dalam kategori sedang. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas tentang perbedaan kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha, yang tinggal di rumah sendiri dan yang tinggal di rumah anak, maka dapat disimpulkan bahwa pertama ada perbedaan tingkat kesepian pada lansia ditinjau dari tempat tinggal yang sebagian besar kelompok rumah anak cenderung lebih merasa kesepian dengan nilai mean sebesar 55,00. Kedua, ada perbedaan jenis kesepian sosial dan kesepian emosional pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak. Bahwa kelompok lansia yang tinggal di rumah anak bersama keluarga mengalami tingkat kesepian paling banyak baik kesepian sosial maupun kesepian emosional. Menyadari ada banyaknya keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran. Pertama, bagi lembaga Panti Wredha/ Jompo Sumarah agar dapat terus dipertahankan kondisi yang kondusif untuk para lansia seperti fasilitas panti yang menunjang, serta lebih aktif memberikan kegiatan sehingga lansia tetap produktif. Kedua, untuk para keluarga/anak diharapkan agar lebih dapat memberikan perhatian, ketika ada hal
25
yang berkaitan dengan para lansia cobalah untuk dilibatkan seperti akan tinggal dimana lansia nantinya. dan juga cobalah untuk menjadi pendengar yang baik karena para lansia selalu ingin berbagi pengalaman yang dirasakan. Ketiga, untuk peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi faktor yang mempengaruhi kesepian pada lansia seperti jenis kelamin, kondisi ekonomi, serta dukungan sosial pada tiap kelompok lansia serta dapat mencari gambaran setiap jenis kesepian yang dialami oleh tiap kelompok lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak.
26
Daftar Pustaka Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Kesejahteraan Sosial. (1998). Undang-Undang Republik Indonesia no.13 pasal 1 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Diunduh pada 23 September 2014 www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdf. Gierveld, D. J. (1998). A review of loneliness: concept and definitions, determinats and consequence. Clinical Gerontology 15(8), 73-80. ___________ & Tilburg, V. T. (1990). Rush type loneliness scale. Measures of Personality and Social Psychological Attitudes. Editor: Robinson, Shaver, & Lawrence. ________________________ (2006). A 6-Item Scale for Overall, Emotion, and Social Loneliness: Confirmation Tests on Survey Data. Research on Aging 28(5), 582598. Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut. BPK Gunung Mulia Diunduh pada 27 November 2014 http://books.google.co.id/books?id=GUAG74nH4C=kesepian+lansia#PPA409, MI. Hayati, S. (2009). Pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Skripsi. Medan: Fakultas Psikolog Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada 15 Januari 2015 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14512/1/10E00077.pdf. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga. Iswari, T. (2005). Kesepian pada Lanjut Usia yang tinggal di Panti Wredha dan yang tinggal bersama keluarga. Skripsi .Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Juniarti, N., Eka, R. S., & Damayanti, A. (2008). Gambaran jenis kesepian dan tingkat kesepian pada lansia di Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjajaran. Diunduh pada 22 Oktober 2014 http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/gambaran_jenis_dan_ting kat_kesepian.pdf. Lake, T. (1986). Kesepian. (Alih Bahasa : F.X Budiyanto) Jakarta: ARCAN. Lieberman, M. A & Tobin. S. (1986). The Experience of Old Age: Stress, Coping and Survival. New York: Basic Books. Diunduh pada 22 Agustus 2014 http://booksjournal.google.com.acl4mkl7D=Old+Age+Coping+Stress#KLad,8jl. Martin & Osborn, J. G. (1989). Psychology Adjusment and Everyday Living. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
27
Perlman, D & Peplau, L. A. (1981). Toward a social psychology of loneliness. In. S. Duck & R. Gilmour (Eds.), Personal Relationship in Disorder (pp. 31-56). London: Academic Press. Peplau, L. A. (1982). In search of intimacy: a report on loneliness and what to do about it. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 20(11), 38-39. Rahayu, M. N. M. (2013). Pengalaman kesepian pada wanita yang berperan sebagai orangtua tunggal dalam periode Empty-nest. Skripsi . Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Russell, W. D. (1996) UCLA Loneliness Scale (version 3): Reliability, Validity, and Factor Structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20-40. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (jilid 1). Jakarta. Erlangga. Sears, D. O., Freedman, J.L., & Peplau,L.A. (1985). Psikologi Sosial (jilid 1) (Edisi 5). Jakarta: Penerbit Erlangga. Seotjiningsih, H. Ch. (2005). Psikogerontologi. Salatiga: Penerbit Widya Sari. Setyowanti. (2009). Perbedaan tingkat kesepian pada pensiunan ditinjau dari jabatan sebelum pensiun (manager dan non-manager). Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Soraya, I. (2007). Perbandingan Psychological well-being lansia berdasarkan status tinggal. Skripsi . Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Diunduh pada 04 April 2014 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126719306.872%20RAH%20p%20-%20Psychological%20Well-Being%20 %20Literatur.pdf. Suardiman, Partini. S. (2011). Profil Lansia di DIY. Yogyakarta: (Lemlit UNY bekerja sama dengan BKKBN dan UNFPA. Diunduh pada 28 Oktober 2014 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23376/Reference.pdf;js essionid=296F749B9E225DDAD7B08D645E85C830?sequence=1. Sugiyono. (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suhartini, R. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. Diunduh pada 28 Oktober 2014 http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunaircover.pdf. Surbakti, B. E. (2013). Menata Kehidupan pada Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Praninta Aksara.
28
Data Mentah Variabel Kesepian UCLA Scale
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 3 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1
4 2 2 3 3 2 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2
5 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 4 2 3 4 3
6 2 1 3 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1
7 1 1 3 3 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
8 2 4 3 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
9 2 2 2 3 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
Nomor Aitem 10 11 4 3 4 3 4 3 4 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
12 2 1 2 4 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2
13 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
14 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3
15 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1
16 1 1 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1 3 1 2 1 1 1 1
17 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1
19 2 3 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
20 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 2 1
29
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2
2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
1 1 1 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2
1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3
2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3
2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1
2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3
2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3
2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2
30
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2
2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 2 1 2 1
1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4 2 1 1 2 2
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2
2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2
3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 2
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 1 3 3
4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 1 1 4 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 1 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 1 1 2 2
2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 4 3 2 3 2 2 3 2 1 1 2 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2
3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2
31
Data Mentah Variabel Jenis Kesepian A Rasch Tipe Scale
Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2
2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
4 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
7 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2
8 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
9 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nomor Aitem 10 11 2 3 2 4 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 1 3 1 3 1 4 2 3 2 2 2 3 1 3
12 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3
13 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
17 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
18 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
19 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2
20 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
32
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2
2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2
3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2
2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2
2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
3 3 4 4 2 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3
3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2
3 2 2 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3
2 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4
4 3 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4
2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
33
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3
2 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3
3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2
2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3
2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2
3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 2 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3
2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
1 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2
34