KESEPIAN PADA MAHASISWA UKSW YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DAN TINGGAL JAUH DARI ORANG TUA OLEH SRI THERESIA ANGGRIANI 802008127
TUGAS ASKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
KESEPIAN PADA MAHASISWA UKSW YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DAN TINGGAL JAUH DARI ORANG TUA
Sri Theresia Anggriani Ratriana Y.E. Kusumiati Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada perbedaan kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa UKSW dengan subjek penelitian sebanyak 82 orang yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner berupa skala kesepian (skala UCLA) yang terdiri dari 20 item. Teknik sampling yang dipergunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua maupun yang tinggal jauh dari orang tua kesepiannya sangat rendah. Hal ini diperlihatkan dengan nilai thitung = 0,844, nilai signifikansi two tailed > 0,05 atau nilai p = 0,401. Dengan kata lain, Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan melakukan uji t diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan kesepian mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua maupun yang tinggal jauh dari orang tua. Maka dapat disimpulkan mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua tidak mengalami kesepian.
Kunci : kesepian, mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua.
i
ABSTRACT This study aimed to determine the difference stage of loneliness among UKSW students who live with parents and live separately from parents. Subjects in this study are 82 students of Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) who are living with their parents, and who are living separately from their parents. Data was collected by using questionnaire contained of Loneliness scale (scale UCLA) with 20 items. Technique which used the sampling method of using a technique of simple random sampling.The research results showed that both students of Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) living with their parents and living separately from parents very low. This case had shown by the value tcount = 0,844, significance two tailed > 0,05 or p = 0,401. In the words Ha rejected and Ho received. The result of T-test that there is no difference lonely students who live with parents and live separately from parents. It can be concluded students of Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) who are living with their parents, and who are living separately from their parents not subjected to lonely. Keywords: loneliness, students of UKSW who are living with parents and living separately from parents.
ii
1
PENDAHULUAN Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif terhadap dimilikinya hubungan yang lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan daripada yang diinginkan orang tersebut (Baron & Byrne, 2005). Kesepian dapat terjadi pada berbagai usia, termasuk mahasiswa. Banyak hal yang seseorang jatuh dalam kesepian. Salah satu penyebab kesepian adalah kondisi di mana harus tinggal jauh dari keluarga. Hal tersebut dijelaskan oleh Lake (1986) dalam bukunya bahwa orang yang bekerja jauh dari rumah terpisah dengan keluarga dan teman-teman mengatakan ini sebagai penyebab kesepian mereka. Hal lain yang dirasa menjadi salah satu faktor penyebab kesepian adalah masalah perpindahan. Baron & Byrne (2005) menyebutkan bahwa perpindahan ke lokasi baru dapat menimbulkan kesepian. Pindah ke tempat baru dan terpisah dari keluarga terkadang perlu dilakukan oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikan. Mahasiswa yang sebagian besar berada pada masa perkembangan remaja akhir dan dewasa awal sangat rentan mengalami kesepian. Mahasiswa merupakan salah satu golongan remaja yang memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal lapangan hidupnya melalui perguruan tinggi. Bagian sebagian besar mahasiswa, memasuki perguruan tinggi berarti juga harus berpindah tempat dari tinggal bersama orang tua, menjadi tinggal bersama dengan orang lain, entah itu kos, kontrakan atau tinggal bersama saudara. Mencari teman yang cocok bukanlah hal yang mudah. Apalagi biasanya teman-teman kuliah maupun di tempat sekitar tinggal biasanya juga berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Gagal mendapatkan teman yang sesuai bisa berakibat timbulnya perasaan kesepian (Siswanto, 2007). Menurut Soelaeman (dalam Shochib, 2000) keluarga adalah sekumpulan orang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Selanjutnya keluarga adalah tempat dan lingkungan utama dan pertama bagi seorang anak dalam menjalani proses sosialisasi terhadap aneka macam kehidupan. Peran orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak, karena anak membutuhkan perlindungan yang seharusnya ia dapatkan dari kedua orang tuanya tersebut, dan mendapatkan kekuatan dari orang tuanya untuk pendidikan serta masa depannya. Maka peranan orang tualah yang dirasa paling besar pengaruhnya
2
terhadap perkembangan anak, disamping pengaruh lingkungan lainnya seperti sekolah dan masyarakat (Gunarsa, 2003). Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Sitta Yuhana (2010) pada mahasiswa di salah satu universitas di Indonesia yang tinggal di tempat kos menemukan bahwa mahasiswa yang menjadi subjek penelitian memiliki tingkat kesepian yang berada pada rata-rata bawah. Hasil yang didapat bahwa terdapat hubungan keterbukaan diri yang signifikan terhadap kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di kos. Hubungan tersebut bersifat negatif dimana jika keterbukaan diri dirasakan tinggi maka akan diikuti dengan kesepian yang rendah, begitu juga dengan sebaliknya. Di samping itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan diri memberikan sumbangan relatif sebesar 21,1% terhadap kesepian. Sisanya dapat dipengaruhi oleh faktor penyesuaian diri, harapan positif, kepribadian, optimisme, dan harga diri. Akan tetapi penelitian tersebut belum mempertimbangkan frekuensi subjek bertemu dengan keluarganya dan daerah asal subjek karena hal tersebut juga dapat mempengaruhi kesepian seseorang. Untuk mempelajari transisi sosial yang terjadi ketika memasuki perguruan tinggi, Carolyn Cutrona, Daniel Russell, dan Anne Peplau mengadakan suatu penelitian tentang mahasiswa-mahasiswa yang diterima UCLA. Para peserta penelitian itu dihubungi selama beberapa minggu pertama mereka di kampus dan setelah itu tujuh bulan kemudian di musim semi (Cutrona, 1982).Di awal tahun kuliah, 75 persen mahasiswa baru itu setidak-tidaknya mengalami kesepian sesaat sejak kedatangan mereka di kampus. Lebih dari 40 persen menyatakan bahwa mereka mengalami kesepian dengan intensitas sedang sampai hebat. Untunglah, sebagian besar mahasiswa mampu mengatasi masalah penyesuaian diri di kampus itu dengan sukses. Sampai musim semi, hanya 25 persen yang masih merasa kesepian. Perbedaan mahasiswa yang mampu mengatasi kesepian mereka dengan mahasiswa yang tetap mengalami kesepian sepanjang tahun pertama mereka di perguruan tinggi yang paling kelihatan ditemukan dalam sikap mereka. Mahasiswa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengatasi kesepian bila mereka memulai tahun kuliahnya dengan harapan positif bahwa mereka akan berhasil mendapatkan teman dan bila mereka mempunyaipenilaian yang baik mengenai kepribadian dan
3
dirinya sendiri. Dengan kata lain, optimisme dan harga diri yang tinggi merupakan unsur signifikan dalam usaha menciptakan kehidupan sosial yang memuaskan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang tinggal di rumah bersama orang tuanya tidak akan merasa lebih kesepian dibandingkan mahasiswa yang tinggal di asrama. Mahasiswa yang berhasil dan yang tidak berhasil melaporkan keikutsertaan mereka dalam kegiatan seperti keanggotaan klub, permainan olahraga dikampus, kunjungan, pesta, atau pembicaraan dnegan orang yang tidak dikenal di kelas, dalam frekuensi yang hampir sama. Kedua kelompok itu juga memiliki kemungkinan yang sama untuk mengembangkan penampilan dan keterampilan sosial mereka atau untuk menemukan cara baru menghadapi orang lain. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada januari 2014 sampai pada penulisan penelitian ini dilakukan kepada sebagian para mahasiswa yang kuliah di UKSW pernah mengalami yang namanya kesepian saat jauh dari orang tua maupun tinggal bersama orang tuanya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesepian dapat terjadi pada semua mahasiswa baik ltu mahasiswa mahasiswa yang tinggal bersama dengan orang tua maupun yang tinggal berjauhan dari orang tua seperti ngekost atau tinggal di asrama. Kesepian yang terjadi pada mereka diakibatkan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah tidak memiliki teman, tidak memiliki kekasih, sulit beradaptasi, tidak memiliki saudara, dan orang tua yang sibuk bekerja. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis ingin mengadakan penelitian dan ingin mengetahui tentang ada perbedaan kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. Rumusan Masalah Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah adanya perbedaan kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua ?
4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kesepian Menurut Brehm & Kassin (dalam Dayakisni, 2003) kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada. Kesepian juga berarti suatu keadaan mental dan perasaan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain (Bruno, dalam Dayakisni. 2003). Peplau & Perlman (dalam Taylor. Peplau, & Sears, 2000) mengatakanbahwa kesepian terjadi sebagai akibat berkurangnya hubungan yang berarti dengan orang lain dan hal ini dapat menyebabkan keadaan yang tidak menyenangkan. Baron & Byrne (2000) mengatakan bahwa kesepian muncul ketika terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan dalam kehidupan interpersonal individu. Kesepian mengacu pada ketidaknyamanan subjektif yang dirasakan seseorang ketika beberapa kriteria penting dari hubungan sosial individu tersebut terhambat atau tidak terpenuhi. Kekurangan tersebut dapat bersifat kuantitatif seperti tidak memiliki teman seperti yang diinginkan dan bersifat kualitatif seperti merasa bahwa hubungan sosial yang dibina hanya bersifat seadanya atau kurang memuaskan (Perlman dan Peplau dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2000). Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan berkurangnya hubungan dengan orang lain dalam bersosialisasi di kehidupan individu dengan beberapa kekurangan yang bersifat kuantitatif seperti tidak memiliki teman yang diinginkan dan bersifat kualitatif seperti merasa bahwa hubungan sosial yang dibina hanya bersifat seadanya atau kurang memuaskan. Bentuk-Bentuk Kesepian Weiss (dalam Santrock, 2003) menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda-beda, yaitu: a. Isolasi emosional (emotional isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim; orang dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering mengalami kesepian jenis ini.
5
b.
Isolasi sosial (social isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya; tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisasi, peranperan yang berarti; suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas. Menurut Young (dalam Weiten & Lloyd, 2006) kesepian dapat dibagi menjadi dua bentuk berdasarkan durasi kesepian yang dialaminya, yaitu :
a) Transcient loneliness yaitu perasaan kesepian yang singkat dan muncul sesekali, banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah cukup layak. Meer mengemukakan bahwa transcient loneliness memiliki jangka waktu yang pendek, seperti ketika mendengarkan sebuah lagu atau ekspresi yang mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah pergi jauh (dalam Newman & Newman, 2006). b) Transitional loneliness yaitu ketika individu yang sebelumnya sudah merasa puas dengan kehidupan sosialnya menjadi kesepian setelah mengalami gangguan dalam jaringan sosialnya (misalnya meninggalnya orang yang dicintai, bercerai atau pindah ke tempat baru). c) Chronic loneliness adalah kondisi ketika individu merasa tidak dapat memiliki kepuasan dalam jaringan sosial yang dimilikinya setelah jangka waktu tertentu. Chronic loneliness menghabiskan waktu yang panjang dan tidak dapat dihubungkan dengan stressor yang spesifik. Orang yang mengalami chronic loneliness bisa saja berada dalam kontak sosial namun tidak memperoleh tingkat intimasi dalam interaksi tersebut dengan orang lain (Berg & Peplau, 1982). Sebaliknya, individu yang memiliki kemampuan sosial tinggi, yaitu meliputi mampu bersahabat, kemampuan komunikasi, kesesuaian perilaku nonverbal dan respon terhadap orang lain memiliki sistem dukungan sosial yang lebih baik dan tingkat kesepian yang rendah (Rokach, Bacanli & Ramberan, 2000). Selanjutnya Shaver dkk (dalam Wrightsman, 1993) mengemukakan tipetipe kesepian yang lain berdasarkan sifat kemenetapannya, yaitu: 1) Trait loneliness, yaitu kesepian yang cenderung menetap (stable pattern), sedikit berubah, dan biasanya dialami oleh orang yang memiliki selfesteem yang rendah, dan memiliki sedikit interaksi sosial yang berarti.
6
2) State loneliness, yaitu kesepian yang bersifat temporer, biasanya disebabkan oleh pengalaman-pengalaman dramatis dalam kehidupan seseorang. Aspek-Aspek Kesepian Menurut Suseno (dalam Rahmawati, 2007), berpendapat bahwa terdapat 4 aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kesepian, yaitu : a. Aspek Emosional Individu merasa kesepian karena tidak terpenuhinya kebutuhan komunikasi secara baik dengan orang-orang yang dicintainya. b. Aspek Sosial Individu merasa kesepian karena ketidakmampuan untuk melibatkan diri dengan lingkungan sosial. c. Aspek Kognitif Individu merasa kesepian karena tidak mempunyai atau mempunyai sedikit teman untuk berbagi pikiran dengan orang lain. d. Aspek Behavioral Individu merasa kesepian karena tidak mempunyai teman dalam melakukan kegiatan di luar rumahnya. Faktor-Faktor Penyebab Kesepian Menurut Rubenstein dan shaver, 1982 (dalam Miller, Perlman, dan Brehmn 2007), yaitu sebagai berikut : a. Kekurangan dalam hubungan Lima alasan utama mengapa orang merasa kesepian, adalah : 1. Being Unattached adalah tidak memiliki pasangan, tidak memiliki pasangan seks, cerai dengan suami/istri. 2. Alienation adalah merasa berbeda, merasa tidak mengerti, merasa tidak dibutuhkan, tidak memiliki teman. 3. Being alone adalah sampai di rumah dan tidak ada orang. 4. Forced Isolation adalah tidak dapat pergi kemanapun. 5. Dislocation adalah jauh dari rumah, memulai pekerjaan atau sekolah baru seringnya berpindah, seringnya berpergian. b. Perubahan keinginan dalam hubungan
7
Keinginan dan tujuan berubah seiring dengan waktu. Pasangan biasa saja merasa cocok saat mereka berumur 15 tahun, namun ketika mereka berumur 25 tahun merasa tidak cocok lagi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan keinginan dari usia 15 tahun dan 25 tahun. Jika individu merubah keinginannya dalam berhubungan, namun pola hubungan tersebut tidak berubah, individu tersebut biasa merasakan kesepian. c. Causal Attributions Ketika individu merasakan kesepian, atribusi mereka akan menentukan apakah seberapa lama mereka akan merasa kesepian. d. Perilaku Interpersonal Terdapat tiga macam perbedaan antara individu yang merasakan kesepian dengan individu yang tidak merasakan kesepian, yaitu sebagai berikut : 1) Harga diri yang rendah Individu yang kesepian merasa dirinya sendiri sangat buruk. Mereka merasa dirinya tidak pantas untuk dicintai dan tidak merasa dirinya menarik. Mereka merasakan suatu hal buruk yang sebenarnya tidak ada, dua hal itulah yang membuat mereka semakin merasa kesepian. 2) Pikiran yang negatif mengenai orang lain Individu yang kesepian biasanya menunjukkan berbagai sikap negatif terhadap orang lain (Check, Perlman, dan Malamuth, 1985), tidak dapat mempercayai orang lain (Vaux, 1988), selalu merasa curiga (Hanley-Dunn, Maxwell, dan Santos, 1985), dan menilai negatif orang lain (Jones, Sansome,dan Helm, 1983). 3) Kemampuan bersosialisasi yang rendah Individu yang kesepian biasanya memiliki kemampuan bersosialisasi yang rendah (DiTommaso, 1989), dan cara berinteraksinya membosankan (Solano dan Koester 1989). Mereka pasif, responsive, lambat dalam berespon ketika berinteraksi dengan orang lain, tidak banyak bertanya, dan menyenangkan untuk diajak berbicara (Hansson dan Jones, 1981; Jones dan Hobbs, dan Hackenburry, 1982), sulit untuk mengembangakn keintiman dengan orang lain (Davis dan Franzoi, 1986; Schwab et al, 1988). Mereka juga tidak memiliki pacar atau pengalaman pacaran sebelumnya dan teman bermain (R.A. Bell; Berg dan McQuinn; dalam Baron dan Byrne, 2004). Selain itu, Russel (dalam Peplau dan Perlman, 1982) menyatakan bahwa mahasiswa yang kesepian mudah marah, menutup diri dan canggung.
8
Kesepian juga terkait dengan depresi/frustasi (Anderson dan Harvey, 1988) dengan cirri-ciri memiliki mood yang negatif, pesimisme, kurangnya inisiatif, dan memiliki proses berpikir yang lambat (Holmes, 1991). Kesepian dapat menyebabkan penolakan sosial (Nolam, Flynn, dan Garber, 2003) sehingga membuat perasaan kesepian tersebut meningkat (Beach et al, 2003). Hipotesis Ada perbedaan signifikan kesepian pada mahasiswa yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang menekankan pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menggunakan teknik uji hipotesis (uji t) yang bertujuan untuk mencari adanya perbedaan kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua dan menggunakan juga SPSS 17 for windows. Identifikasi variabel penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas : tempat tinggal b. Variabel tergantung : kesepian. Partisipan dan metode sampel Subjek yang akan diteliti adalah mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. Mahasiswa UKSW yang aktif. Tekhnik pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling merupakan
teknik
pengambilan
sampel
yang dilakukan
secara
acak
tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Jumlah subjek penelitian ini yaitu 82 responden. Yang mana peneliti menyebar angket 100 lembar diantaranya 58 disebarkan di kelas psikologi umum 1 di fakultas Psikologi yang 42 disebarkan di beberapa teman peneliti dan ditempat kost peneliti sedangkan sisa angket yang kembali 18 lembar angket ke peneliti. Angket tersebut disebarkan pada tanggal 21 September 2015.
9
Instrumen Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
angket
(Questionnaire). Angket adalah metode penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan yang berisi aspek-aspek yang hendak diukur, yang harus dijawab oleh orang yang menjadi subjek penelitian. Angket menurut Sugiyono (dalam Supramono, 2004), adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penyusunan angket ini menggunakan model skala likert yang terdiri dari dua jenis item yaitu item favorable (pernyataan yang mendukung pada obyek yang diukur) dan item unfavorable (pernyataan yang tidak mendukung pada obyek yang diukur). Skala kesepian yang digunakan pengukuran UCLA Loneliness Scale yang digunakan oleh Russell, D, Peplau, dkk (1978). Pernyataan mendukung (favorable) dalam penelitian ini diberi urutan penilaian yaitu Sangat Sering (SS) diberi skor 4, Sering (S) diberi skor 3, Jarang (J) diberi skor 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1. Untuk pernyataan yang tidak mendukung (unfavorable) yaitu Sangat Sering (SS) diberi skor 1, Sering (S) diberi skor 2, Jarang (J) diberi skor 3 dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 4. Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan skala penilaian guna mengukur adanya perbedaan kesepian. Jawaban ragu-ragu atau netral dihilangkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih jawaban ragu-ragu tersebut, sehingga responden akan memilih jawaban yang lebih pasti. Metode Analisis Data Untuk menganalisis kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua digunakan uji hipotesis (uji t). Namun sebelum menghitung uji hipotesis (uji t) dlakukan mencari data validitas, reliabilitas, uji normalitas data terlebih dahulu. Uji Coba Alat Ukur Sebelum alat ukur ini digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya, maka alat ukur yang akan digunakan harus dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan melakukan
10
try out. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas guna mendapatkan item-tem yang layak sebagai alat ukur. Dalam menetapkan sampel uji coba, Azwar (2010) mengatakan tidak ada ketentuan pasti untuk menentukan seberapa banyak sampel yang harus diambil. Berdasarkan konsep tersebut, uji coba item dilakukan terhadap 20 sampel yang memiliki karakteristik sama dengan responden penelitian. Uji coba alat ukur dilakukan di UKSW pada mahasiswa fakultas Psikologi, Komunikasi, Hukum, Teknologi Informasi dan Teologi yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. Pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 21 September 2015. Dari 20 item berupa angket yang disebar setelah diisi responden angketnya dikembalikan lagi kepada peneliti. HASIL PENELITIAN Uji Daya Beda Aitem Daya beda aitem ialah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala kesepian keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem total (Azwar, 2010). Dari 20 aitem skala kesepian terdapat 20 aitem yang sahih ataupun valid dan dapat digunakan untuk penelitian. Koefisien korelasi berkisar antara 0,371 sampai 0,605. Aitem yang valid sekitar 20 yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19 dan 20. Sedangkan aitem yang gugur atau tidak valid yaitu tidak ada sama sekali. Maka dapat disimpulkan semua aitem dari skala kesepian valid. Uji Reliabilias Azwar (2012) menyatakan bahwa aitem yang memiliki daya diskriminasi yang baik bila koefisien korelasi aitem total sebesar ≥ 0,30. Koefisien reliabilitas (rxx) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Jika koefisien semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel, namun dalam kenyataan pengukuran psikologi koefisien sempurna yang mencapai angka rxx = 1,00 belum pernah dijumpai. Selanjutnya, untuk menguji reliabilitas alat ukur maka dilakukan pengujian dengan menggunakan SPSS 17.0 For Windows. berdasarkan uji reliabilitas terhadap
11
aitem skala kesepian diperoleh Nilai r = 0,908 > rtabel = 0,444, maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel Uji Normalitas Data Selain uji validitas dan reliabilitas, syarat berikut dalam melakukan uji hipotesis adalah uji normalitas data. Instrumen disebut layak diuji apabila data berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan Uji One Sample Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-wilk. Hasilnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Data Kesepian Pada Mahasiswa UKSW yang Tinggal Bersama Orang Tua dan Tinggal Jauh Dari Orang Tua Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov
kesepian
Shapiro-Wilk
tinggal
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
bersama orang tua
.128
31
.200
*
.950
31
.161
jauh dari orang tua
.142
51
.012
.933
51
.006
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Dari tabel 1 dapat kita lihat pada kolom kolmogorov – smirnov diperoleh nilai signifikansi untuk tinggal bersama orang tua sebesar 0.200, sedangkan nilai signifikansi untuk tinggal jauh dari orang tua sebesar 0.012. maka dapat dilihat mahasiswa yang tinggal bersama orang tua berdistribusi normal sedangkan yang tinggal jauh dari orang tua berdistribusi tidak normal. Dan pada kolom Shapiro – wilk diperoleh nilai signifikansi untuk tinggal bersama orang tua sebesar 0,161, sedangkan nilai signifikansi untuk tinggal jauh dari orang tua sebesar 0,006. mahasiswa yang tinggal bersama orang tua berdistribusi normal sedangkan yang tinggal jauh dari orang tua berdistribusi tidak normal. Karena nilai signifikansi untuk menentukan berdistribusi normal atau tidak normal lebih besar ˃ 0,05.
12
Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan data item yang valid yang ada, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya kesepian dalam penelitian ini akan dibuat 4 kategorisasi, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa jumlah item yang valid adalah 20 item. Setiap itemnya memiliki 4 pilihan jawaban dengan 1 nilai terkecil dan nilai 4 nilai tertinggi. Jadi skor tertinggi dari 20 item yang valid adalah 20 x 4 = 80, dan skor terendah adalah 20 x 1 = 20. Sedangkan buat kategori yang digunakan terdiri dari 4 kategori. Berikut ini perhitungannya :
I= I = 15
Tabel 2.1 Tabel Nilai Rata-rata Kesepian Pada Mahasiswa UKSW yang Tinggal Bersama Orang Tua Kategori
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Mean
Standard Deviasi
65 ≤ x ≤ 80
9
Tinggi
50 ≤ x < 65
57
Rendah
35 ≤ x < 50
270
Sangat
20 ≤ x < 35
284
Sangat Tinggi
Rendah
5
1, 6629032
5006,7443
13
Berdasarkan tabel di atas 2.1 diketahui bahwa dari 31 subjek penelitian menunjukkan kategori sangat rendah dengan rentang interval 20-35, frekuensi 284, persentase 5%, mean 1, 6629032 dan standard deviasi 5006,7443.
Tabel 2.2 Tabel Nilai Rata-rata Kesepian Pada Mahasiswa UKSW yang Tinggal Jauh Dari Orang Tua Kategori
Interval
Frekuensi
Persentase
Mean
(%) 65 ≤ x ≤ 80
17
Tinggi
50 ≤ x < 65
107
Rendah
35 ≤ x < 50
428
Sangat
20 ≤ x < 35
468
Sangat
Standard Deviasi
Tinggi
5
1,6627451 7666,2546
Rendah
Berdasarkan tabel di atas 2.2 diketahui bahwa dari 51 subjek penelitian menunjukkan kategori sangat rendah dengan rentang interval 20-35, frekuensi 468, persentase 5%, mean 1, 6627451 dan standard deviasi 7666,2546.
Perolehan nilai rata-rata dari kedua subyek di atas, memberikan kesimpulan bahwa mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua maupun tinggal jauh dari orangtua sama-sama memiliki kesepian yang sangat rendah.
Uji Hipotesis (Uji t) Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji t, digunakan pada penelitian memperbandingkan dua sampel dengan satu variabel. Hasil dari uji t yang menyatakan ada atau tidaknya perbedaan kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan yang tinggal jauh dari orang tua, dapat dilihat pada signifikansi dari hasil uji t. Apabila hasil dari signifikansi two tailed memperlihatkan angka > 0,05 maka hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan kesepian pada mahasiswa
14
UKSW yang tinggal bersama orang tua dengan yang tinggal jauh dari orang tua diterima (H0). Namun, apabila hasil signifikansi two tailed memperlihatkan angka < 0,05, maka hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan kesepian antara mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dengan yang tinggal jauh dari orang tua ditolak (Ha). Hasil dari uji t disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Hasil Uji t Kesepian Pada Mahasiswa UKSW yang Tinggal Bersama Orang Tua dan Tinggal Jauh Dari Orang Tua Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
tinggal
Mean
Std. Error
Sig. (2- Differenc Differenc
kese bersama
F
Sig.
T
Df
tailed)
e
e
Lower
Upper
.646
.424
.844
80
.401
1.62176
1.92047
-2.20011
5.44362
.823
58.379
.414
1.62176
1.97043
-2.32194
5.56546
pian orang tua jauh dari orang tua
Hasil dari tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai thitung = 0,844, signifikansi two tailed > 0,05 atau nilai p = 0,401, dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan kesepian antara mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan yang tinggal jauh dari orang tua ditolak. Dengan kata lain, Ha ditolak dan Ho diterima. Atau dapat disebut bahwa keduanya tidak mengalami kesepian.
15
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua, menunjukkan hasil perhitungan hasil uji t juga memperlihatkan bahwa tidak adanya perbedaan kesepian antara mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua maupun yang tinggal jauh dari orang tua. Hal ini diperlihatkan dengan nilai thitung = 0,844, nilai signifikansi two tailed > 0,05 atau nilai p = 0,401. Dengan kata lain, Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak ada perbedaan kesepian antara mahasiwa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua. Atau mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua tidak mengalami kesepian. Berdasarkan hasil deskriptif, menunjukkan juga bahwa kesepian pada mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari orang tua termasuk dalam kategori sangat rendah. Dilihat dari mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dengan 31 subjek menunjukkan kategori sangat rendah dengan rentang interval 20-35, nilai frekuensi 284, dan nilai presentase 5%, nilai mean 1,6629032 dan nilai standard deviasi 5006,7443. Sedangkan dari mahasiswa UKSW yang tinggal jauh dari orang tua dengan 51 subjek menunjukkan kategori sangat rendah juga dengan rentang interval 20-35, nilai frekuensi 468, nilai persentase 5%, nilai mean 1,6627451 dan nilai standard deviasi 7666,2546. Hasil ini dengan demikian berbeda dengan hasil penelitian Sitta Yuhana (2010), dimana disebutkan bahwa mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua memiliki tingkat kesepian dibawah rata-rata. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan temuan Cutrona (1982), bahwa meskipun pada awal memasuki dunia kampus mahasiswa UCLA mengalami kesepian karena tinggal jauh dari orang tua, namun faktor penyesuaian diri, dan rasa optimisme untuk mendapatkan teman membantu mengurangi rasa kesepian pada mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua. Penelitian kali ini mengambil subyek mahasiswa UKSW. Sejak dahulu, Salatiga dikenal karena iklimnya yang nyaman dan kondusif untuk para pendatang khususnya mahasiswa berinteraksi satu dengan yang lain. Sikap saling terbuka dan saling menerima antar berbagai mahasiswa dari beragam fakultas maupun etnis, dapat menjadi faktor pendorong berkurangnya rasa kesepian mahasiswa yang tinggal jauh dari orang
16
tua dan dapat beradaptasi lebih cepat. Selain itu, keterbukaan masyarakat Salatiga dalam menerima pendatang juga ikut mempengaruhi mereka yang menjadi mahasiswa yang tinggal bersama orang tua, dimana keterbukaan yang terwariskan dari keluarganya mempermudah mereka dalam bersosialisi dengan mahasiswa yang lain dan mahasiswa tidak terlalu pusing dengan kesibukan orang tuanya bekerja dan kurangnya rasa kasih sayang dari mereka karena mereka mendapatkan perhatian diluar lingkungan keluarga seperti teman-teman baru mereka di kampus dan tetangga mereka dirumah.
17
PENUTUP
KESIMPULAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan kesepian antara mahasiswa yang tinggal bersama orang tua dan mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua.nilai rata-rata juga memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua maupun mahasiswa yang tinggal jauh bersama orang tua. Hal ini didukung oleh faktor didukung oleh suasana yang terbuka dan kondusif bagi siapa saja dalam hal bergaul, sehingga baik mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua maupun yang tinggl jauh dari orang tua, kesepiannya sangat rendah.
SARAN Adapun saran yang diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain: 1. Mahasiswa Para mahasiswa tetap mempertahankan hubungan sosial, keakraban dengan orang lain dan keluarga agar tidak adanya kesepian 2. Masyarakat Memperluas jaringan hubungan sosial dan suasana terbuka dengan masyarakat lainnya agar terhindar adanya kesepian. 3. Implikasi penelitian selanjutnya Meskipun penelitian ini memberikan hasil positif dalam kesepian. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilengkapi juga wawancara lebih lengkap sehingga informasi yang didapatkan menjadi lebih akurat dan lengkap.
18
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. (2000). Skala Pengukuran Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. David, S. (2002). Psikologi Keluarga Peran Ayah Dalam Keluarga. Jakarta : Erlangga. Sutrisno, H. (1999). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi offset. Sutrisno, H. (2000). Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi. Hojat, M and Crandall, R. (1989). Lonelines. California : Sag and Publication. Lake, T. (1986). Kesepian. Alih Bahasa : F.X. Budiyanto. Jakarta : Arean. Longfellow, Sears, Freedman & Peplau. (1999). Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Nuzuly T. S. (2009). Hubungan Kesepian dan Agresi Pada Remaja Yang Sedang Berpacaran. Skripsi Psikologi (diterbitkan). Depok : Universitas Indonesia. Peplau, L, A & D., Perlman, eds. (1982). Loneliness : A Sourcebook of Current Theory, Research and Therapy. New York : John Wiley. Rahmawati, H. (2007). Kesepian Pada Remaja Yatim Piatu di Panti Asuhan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. Russell, D, Peplau, L.A., & Ferguson, M.L. (1978). Developing a measure of loneliness. The Journal of Personality Assessment, 42, 290-294. Sanjaya, A. (2012) Hubungan Interaksi Sosial Lansia dengan Kesepian pada Lansia di Panti Wredha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Binjai. Jurnal Keperawatan, 10, 30 Sears, D. O., Fredman, J. L., & Peplau, L. A. (1985). Psikologi sosial Jilid 1. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Sitta Yuhana. (2010). Hubungan Keterbukaan Diri Dengan Kesepian Pada Mahasiswa Merantau Yang Tinggal Di Tempat Kost. Jurnal Psikologi. Jakarta : Universitas Gunadarma. Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Kesembilan. Bandung : Alfa Beta. . .