STUDI KOMPARASI AKHLAK SISWA KELAS III YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN SISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DI MTs NU 07 KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah
LUTFI HAKIM
NIM. 3101411
FAKULTAS TARBIYAH INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2006
Drs. Ruswan, M.A. Jalan Dieng X No. 19 Pondok Brangsong Baru Kendal
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi An. Sdra. Lutfi Hakim
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari : Nama
: Lutfi Hakim
Nomor Induk : 3101411 Judul
: Studi Komparasi Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren dengan Siswa yang Tinggal Bersama Orang Tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wasalamu’alaikum Wr. Wb..
Semarang, 25 Februari 2006 Pembimbing
Drs. Ruswan, MA. NIP. 150262173
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat : Jl. Raya Ngaliyan Telp. (024) 7601295 semarang 50185 PENGESAHAN Skripsi saudara : Lutfi Hakim Nomor Induk
: 3101411
Judul
: Studi Komparasi Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren dengan Siswa yang Tinggal Bersama Orang Tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun akademik 2005 / 2006 Semarang, 9 Maret 2006 Ketua Sidang/Dekan
Sekretaris Sidang
Drs. Darmuin, M.Ag.
Drs. Abdul Rohman, M.Ag.
NIP. 150263168
NIP. 150268211
Penguji I
Penguji II
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd
Drs. Wahyudi, M.Pd.
NIP. 150170474
NIP. 150274611
Pembimbing
Drs. Ruswan NIP. 150262173
MOTTO
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ. ﻋﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻰ اﷲ ﺗﻌﺎ ﻟﻰ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل ارﺣﻤﻮا ﻣﻦ ﻓﻰ اﻻرض, اﻟﺮاﺣﻤﻮن ﻳﺮﺣﻤﻬﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ: اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ 1 (ﻳﺮﺣﻤﻜﻢ ﻣﻦ ﻓﻰ اﻟﺴﻤﺎء )اﻟﺤﺪﻳﺚ
Dari Abdullah bin Umar R.A. berkata. Rasulullah SAW telah bersabda: Orangorang yang mengasihi akan dikasihi oleh Allah SWT, maka kasihilah manusia di muka bumi niscaya kamu akan mendapat kasih dari langit. (al-Hadits)
1
Dikutip oleh Syeikh Muhammad bin Abi Bakkar, Al-Usfuriyyah, (Semarang : Pustaka Al-Alawiyah, t. th), hlm. 2
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Ayah, Ibu, serta nenekku tercinta yang telah banyak memberi doa, motivasi dan pembiayaan dalam studi saya hingga sampai pada penyusunan skripsi ini. 2. Adikku yang manis sebagai semangat hidupku 3. Adindaku tersayang yang telah mengisi hari-hariku dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini 4. Semua teman yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tangung jawab , penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 9 Maret 2006 Deklarator,
Lutfi Hakim NIM. 3101411
ABSTRAKSI Lutfi Hakim (NIM : 101411). Studi Komparasi Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren dengan Siswa yang Tinggal Berasama Orang Tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 2). Akhlak siswa kelas III yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 3). Apakah ada pebedaan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersma orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Dalam penelitian ini difokuskan pada studi komparasi akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Sedangkan rumusan masalah yang diajukan yaitu : bagaimanakah akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren di MTs NU 07 Patebon, bagaimanakah akhlak siswa kelas III yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon, dan apakah ada perbedaan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon. Penelitian ini bersifat komparatif, artinya bahwa penelitian ini merupakan perbandingan di antara dua sistem, konsep, , ataupun dilakukan diantara yang lebih banyak dari dua, dimana perbandingan tersebut dilakukan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kelemahan, sehingga hakekat objek dipahami dengan semakin murni. Adapun metodologi penelitiannya yaitu yang menjadi variabel adalah akhlak siswa dengan indikator akhlak mahmuudah dengan sampel berjumlah 32 responden. Sedangkan metode pengumpulan data menggunakan metode angket, dokumentasi, obsevasi dan interiew. Dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu : analisis pendahuluan, analisis uji hipotesa dengan menggunakan rumus t Score serta analisis lanjutan untuk menentukan apakah eksperimen teresebut signifikan ataupun non signifikan. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren di MTs NU 07 Patebon berada pada tingkat baik sekali (M = 92,38). Sedangkan akhlak siswa kelas III yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon berada pada tingkat baik (M = 82,44). Jadi dalam penelitian ini telah ditemukan perbedaan yang signifikan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan pertolongan-Nya semata skripsi ini dapat terselesaikan sebelum batas studi penulis berakhir. Demikian pula shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, maka peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini benar-benar menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak. Kemudian peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai, terutama kepada yang terhormat : 1. Bapak Drs. H. Mustaqim, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2. Bapak Drs. Ruswan, MA., selaku pembimbing skripsi ini. 3. Bapak Drs. Muchlis, S.Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyan Nahdlatul Ulama’ 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal beserta dewa guru dan karyawan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian ini. 4. Ayah, Ibu, Nenek, Adik, dindaku dan semua teman-teman tercinta yang telah memberi doa dan dorongan sehingga penulis memiliki kekuatan menyelesaikan studi sampai penyelesaian skripsi ini Akhirnya penulis berdoa semoga amal dan jasa baik semua pihak diterima di sisi Allah SWT. Bagaimanapun dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan skripsi berikutnya dan semoga bermanfaat, amin.
Semarang, 2 Januari 2006 Peneliti
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Halaman Nota Pembimbing ......................................................................
i
Halaman Pengesahan ................................................................................
ii
Halaman Motto .........................................................................................
iii
Halaman Persembahan ..............................................................................
iv
Halaman Pernyataan ..................................................................................
v
Halaman Abstrak .......................................................................................
vi
Halaman Kata Pengantar ...........................................................................
viii
Halaman Daftar Isi ....................................................................................
ix
Halaman Daftar Tabel ...............................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Pembatasan Masalah ............................................................
4
C. Perumusan Masalah .............................................................
6
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESA A. Akhlak ..................................................................................
8
1. Pengertian Akhlak ..........................................................
8
2. Dasar Akhlak ..................................................................
10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak ...................
11
4. Akhlak Mahmuudah .......................................................
14
B. Pondok Pesantren .................................................................
40
1. Pengertian Pondok Pesantren .........................................
40
2. Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren .......................
41
C. Orang Tua ............................................................................
47
1. Pengertian Orang Tua ....................................................
47
2. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Akhlak pada Anak.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................
53
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................
53
C. Metodologi Penelitin ...........................................................
53
1. Variabel Penelitian .........................................................
53
2. Populasi dan Sampel ......................................................
54
3. Metode Pengumpulan Data ............................................
55
4. Metode Analisis Data .....................................................
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...........................................
58
B. Pengujian Hipotesa ...............................................................
76
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...............................................
77
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................
79
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
80
B. Saran-Saran ..........................................................................
81
C. Penutup .................................................................................
82
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel. 01 Keadaan Guru dan karyawan MTs NU 07 Patebon Tahun 2005 .............................................
59
2. Tabel. 02 Keadaan Siswa MTs NU 07 Patebon Tahun 2005 ....
61
3. Tabel. 03 Keadaan Siswa Kelas III yang Tinggal Di Pondok Pesantren ....................................................................................
62
4. Tabel. 04 Latar Belakang Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa Kelas III MTs NU 07 Patebon 2005 ..........................................
62
5. Tabel. 05 Sarana dan Prasarana MTs NU 07 Patebon 2005 .....
63
6. Tabel. 06 Data Mentah Hasil Angket Tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren di MTs NU 07 Patebon 2005 .............................................................................
66
7. Tabel. 07 Data Mentah Hasil Angket Tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal Bersama orang Tua di MTs NU 07 Patebon 2005 .............................................................................
67
8. Tabel. 08 Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren di MTs NU 07 Patebon 2005 ......
68
9. Tabel.09 Distribusi Frekuensi Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren di MTs NU 07 Patebon 2005 ......
69
10. Tabel.10 Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal Bersama Orang Tua di MTs NU 07 Patebon 2005 ......
71
11. Tabel.11 Distribusi Frekuensi Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Bersama Orang Tua di MTs NU 07 Patebon 2005 ...
73
12. Tabel.12 Kelebihan dan Kekurangan Pembinaan Akhlak di Pondok Pesantren dan Keluarga ................................................
79
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh dan bangunnya, jaya dan hancurnya, serta sejahtera dan rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana akhlak bangsa itu. Apabila akhlaknya baik, akan sejahteralah suatu bangsa. Namun jika akhlaknya buruk, maka rusaklah bangsa tersebut. Kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan akhlaknya yang baik. Dan jatuhnya nasib seseorang, masyarakat dan bangsa adalah karena hilangnya akhlak yang baik. Akhlak bukan hanya sekedar sopan santun, tata krama yang bersifat lahiriyah dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari itu.2 Semakin merosotnya akhlak warga negara telah menjadi salah satu keprihatinan bangsa. Hal ini juga menjadi keprihatinan para pemerhati pendidikan,
terutama
para
pemerhati
pendidikan
Islam.
Globalisasi
kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Memang kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju pula, proses itu disebut globalisasi kebudayaan. Namun kebudayaan yang semakin mengglobal itu ternyata sangat berdampak terhadap aspek akhlak manusia. Kemerosotan akhlak itu agaknya terjadi pada semua lapisan masyarakat. Meskipun demikian, pada lapisan remajalah kemerosotan akhlak itu lebih nyata terlihat. Kemerosotan akhlak di kalangan para remaja itu dikenal sebagai kenakalan remaja. Sebagai akibatnya, seperti yang dapat
2
11
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996), Cet. II, hlm.
disaksikan, banyak sekali keluarga yang kehilangan ketentaraman dan keharmonisan pada rumah tangga mereka.3 Pendidikan yang dibutuhkan dunia modern sekarang ini adalah pendidikan yang didasarkan pada konsepsi manusia sebagaimana yang telah diajarkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Konsep manusia yang mempunyai daya fikir yang disebut akal dan daya rasa yang disebut qalbu. Akal yang dikembangkan melalui pendidikan sains dan daya rasa melalui pendidikan agama.4 Pendidikan sains ditambah teknologi memerlukan prespektif etis dan panduan moral atau akhlak. Seperti yang dirasakan selama ini bahwa begitu majunya sains dan teknologi menyebabkan kemudahan-kemudahan yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi dengan meremehkan
prespektif
etis
dan
pembinaan
akhlak
ternyata
akan
menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan yang cukup berat. Pendidikan yang pertama pada anak berlangsung dalam keluarga. Keluarga merupakan persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah terdiri dari suami dan istri yang juga selaku orang tua dari anak-anak yang dilahirkannya. Dalam pembinaan keluarga sejahtera, prinsip-prinsip akhlak perlu ditegakkan dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban moral yang menjadi kemestian baginya. Dalam hubungannya ini antara lain meliputi kewajiban orang tua terhadap anaknya, salah satunya adalah penanaman akhlak pada anak sejak dini.5 Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan dan akhlak bagi anaknya. Disebut pendidik utama, karena besar sekali pengaruhnya pada anak. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anaknya. Sekolah, pesantren dan guru agama adalah institusi pendidikan dan seseorang yang membantu peran orang tua.
3
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 1 4 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung : Mizan, 1999), hlm. 42 5 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), hlm. 146
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, pesantren merupakan mitra dari orang tua dalam membantu program pendidikan dan pembinaan akhlak pada anak. Sistem pendidikan pondok pesantren yang telah dilembagakan oleh masyarakat masih dapat dipertahankan terhadap gerakan-gerakan modern pendidikan. Sistem pondok pesantren selalu diselenggarakan dalam bentuk asrama atau kompleks asrama di mana santri mendapatkan pendidikan dalam suatu situasi lingkungan sosial keagamaan yang kuat dengan ilmu pengetahuan agama yang dilengkapi dengan atau tanpa ilmu pengetahuan umum. Ilmu pengetahuan agama yang diajarkan itu sangat bergantung pada kegemaran atau keahlian kyai yang bersangkutan.6 Pada umumnya para santri dalam pondok pesantren sangat hormat dan tawadhu’ pada guru. Mereka terbiasa dengan hidup mandiri seperti mencuci dan memasak makanan sendiri.7 Para santri juga didisiplinkan dalam mengamalkan ibadah sehari-hari, sehingga dalam segi practical religion nampak lebih menonjol, sedang dalam segi theoretical kurang mendapat motivasi yang semestinya, terutama dalam soal kedisiplinan belajar.8 Penanaman pendidikan akhlak pada anak baik dalam lingkungan keluarga maupun pada pondok pesantren sama-sama sangat penting. Dan mengenai hasil akhir dari pembentukan akhlak tersebut sangat bergantung dengan bagaimana peran orang tua dalam metode penanaman akhlak kepada anaknya. Sedangkan dalam lingkungan pesantren peran seorang kyai dengan segala metode pembentukan akhlak pada para santrinya sangat membantu peran orang tua dalam membentuk akhlak anaknya ke arah yang lebih baik.
6
Arifin, Kapita Selekte Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta : Radar Jaya Offset, 1993), Cet. II, hlm 242 7 Imam Banawi, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm. 94 8 Arifin, Op.cit., hlm. 242
B. PEMBATASAN MASALAH 1. Studi Komparasi Studi artinya kajian; telaah; penelitian; penyelidikan ilmiah.9 Dalam hal ini kata studi identik dengan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh hasil penelitian yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Komparasi berasal dari bahasa Asing comparative yang berarti membandingkan sesuatu dengan yang lain. Komparasi juga merupakan perbandingan di antara dua sistem, konsep, tokoh maupun naskah, ataupun dilakukan diantara yang lebih banyak dari dua, dimana perbandingan tersebut dilakukan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kelemahan, sehingga hakekat objek dipahami dengan semakin murni.10 Jadi yang dimaksud dengan studi komparasi adalah penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua sistem atau lebih guna mengetahui persaman dan perbedaan serta kelabihan dan kelemahan dari objek peneliti. Dalam skripsi ini peneliti akan membandingkan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 2. Akhlak Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa akhlak secara bahasa berarti tabiat, perangai atau adat istiadat. Sedangkan secara istilah bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan makhluk lain dan dengan Tuhannya.11 Dalam penelitian ini akhlak yang peneliti maksud adalah akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang 9
Jhon M. Echols Dan Hasan Shadaly, Kamus Inggris Indonesia, Cet. IV, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 860 10 Anton Bakker Dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), hlm. 51 11 Depag RI, Ensiklopedi Pendidikan Islam di Indonesia, Jilid I, (Jakarta : Depag RI, 1983), hlm. 104
tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 3. Siswa Menurut Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.12 Siswa yang peneliti maksud adalah siswa kelas III MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 4. Tinggal di pesantren Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajarnya para santri.13 Dan merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran dengan cara non klasikal di mana Kyai mengajar santri-santri berdasarkan pada kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang santri tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.14 Jadi yang dimaksud tinggal di pondok pesantren adalah siswa kelas III MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang juga tinggal dan belajar di sebuah pondok pesantren tertentu. 5. Tinggal bersama Orang Tua Kata “tinggal” berarti masih tetap (ditempatnya), sedangkan kata “bersama” mempunyai kata dasar sama berati tidak berlainan, mendapat awalan ber- menjadi bersama sehingga mempunyai arti tidak berlainan (bersama-sama). Maka tinggal bersama adalah menetap bersama-sama.15
12
U.U R.I. No. 2 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Cemerlang, 2003),
hlm. 3 13
Hasbullah, Kapita Selekte Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 40 14 Ibid, hlm. 45 15 W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm. 857
Orang tua adalah ayah ibu kandung.16 Diartikan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, rumah tangga, kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan sebutan ibu dan bapak.17 Jadi tinggal bersama orang tua yang peneliti maksud adalah siswa MTs NU 07 patebon yang menetap bersama orang tuanya dalam suatu keluarga. 6. Madrasah Tsanawiyah Nahdlotul Ulama 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal MTs NU 07 Patebon Adalah lembaga pendidikan formal yang bernaung pada lembaga pendidikan Ma’arif Kabupaten Kendal. D. PERUMUSAN MASALAH Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal ? 2. Bagaimanakah akhlak siswa kelas III yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon kabupaten Kendal ? 3. Apakah ada perbedaan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan akhlak siswa kelas III yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal ? E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat diantaranya : 1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dan akhlak siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 2. Menambah wacana bagi para guru-guru, khususnya guru agama dalam melihat fenomena-fenomena akhlak anak didik. 16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka : 1991), Edisi ke 2, hlm. 473 17 Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 629
3. Memberikan masukan penting kepada seluruh pihak sekolah bahwa pendidikan akhlak tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada kerja sama yang baik dengan semua pihak. 4. Menambah wawasan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan akhlak.
BAB II LANDASAN TEORI A. DESKRIPSI TEORI 1. Akhlak a. Pengertian Akhlak Menurut Rahmat Djatnika seperti yang dikutip oleh Daud Ali dalam buku Pendidikan Agama Islam, perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu akhlak. Bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khuluq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.18 Dalam kamus besar bahasa Indonesia seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab pada buku Wawasan al-Qur’an menyatakan bahwa kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Jadi dari sudut pandang kebahasaan, definisi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, sopan santun, kesusilaan, atau tata krama. Secara terminolgi akhlak mempunyai beberapa pengertian, antara lain dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din juz 3, Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah :
ﺎ ِﻝﺍﻟﹶﺄ ﹾﻓﻌﺪﺭ ﺼ ﺗ ﺎﻨﻬ ﻋ ﺤﺔﹲ ﺍ ِﺳﺲ ﺭ ِ ﻨ ﹾﻔﰱ ﺍﻟ ِ ﻴﹶﺌ ٍﺔ ﻫ ﻦ ﻋ ﺭﺓﹲ ﺎ ِﻋﺒﻠﹸﻖﹶﺍﹾﻟﺨ ﻳ ٍﺔﻭ ﺭ ﻭ ﺟ ٍﺔ ِﺍﻟﹶﻰ ِﻓ ﹾﻜ ٍﺮ ﺎﻴ ِﺮ ﺣ ﻦ ﹶﻏ ﺴ ٍﺮ ِﻣ ﻭﻳ ﻮﹶﻟ ٍﺔ ﻬِﺑﺴ “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.19 Menurut Rahmat Djatnika bahwa akhlak (adat kebiasaan) adalah perbuatan yang diulang-ulang. Ada dua syarat agar sesuatu bisa 18
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Cet. III, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 346 19 Al-Ghazali, Ihya’ ulum ad-Din, Juz 3, (Beirut : Dar Al-fikr, tt), hlm 48
dikatakan sebagai kebiasaan, yaitu :a). Adanya kecenderungan hati kepadanya dan b). Adanya pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakan tanpa memerlukan pemikiran lagi.20 Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan darinya dapat dilihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu : 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. 3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 5. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah. 21 Secara bersamaan sering dijumpai istilah penggunaan moral, akhlak, dan etika. Ketiganya memiliki arti etimologis yang sama, namun dari segi terminologi mempunyai makna yang berbeda yaitu sebagai berikut : a) Moral Istalah moral menurut Asmara AS seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata berasal dari bahasa Latin yaitu mores, jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.22
20 21
Rahmat Djatnika, Op. cit., hlm. 27 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. III,
hlm. 5-7 22
Ibid., hlm. 90
Seperti ditegaskan di depan, kedua istilah moral dan akhlak memiliki makna yang sama, hanya saja, karena akhlak berasal dari bahsa Arab, istilah ini akhirnya seperti menjadi ciri khas Islam. Secara substantif, memang tidak terdapat perbedaan yang berarti di antara keduanya. Sebab, keduanya memiliki wacana yang sama, yakni tentang baik dan buruknya perbuatan manusia. Boleh saja jika kemudian disebut bahwa akhlak merupakan konsep moral dalam
Islam.
Nabi
Muhammad
sendiri
diutus
untuk
menyempurnakan akhlak. Hal ini berarti bahwa akhlak identik dengan
moral,
dengan
substansi
wacana
pada
nilai-nilai
kemanusiaan. 23 b) Etika Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani kuno, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.24 Menurut Ahmad Amin, etika diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.25 b. Dasar Akhlak Pendidikan akhlak sebagai usaha yang dilakukan oleh manusia harus mempunyai rujukan yang menjadi dasar dalam merealiasikan tujuannya. Dasar ini tidak dapat dipisahkan dari dasar kehidupan manusia yang hakiki. Islam mempunyai dua pedoman yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, di 23
Tafsir, et. al., Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, (Yogyakarta : Gama Media, 2002), hlm. 13 24 Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta : Rajawali Pers, 1980), Cet. II, hlm. 13 25 Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), hlm. Cet. III, hlm. 3
dalamnya memuat berbagai masalah kehidupan manusia, diantaranya adalah bagaimana mendidik, membina dan membimbing manusia supaya berakhlak mulia. Sebagimana firman Allah :
(5 : )ﺍﻟﻘﻠﻢ.ﻴ ٍﻢ ﻋ ِﻈ ﻠﹸ ٍﻖﻌﻠﹶﻰ ﺧ ﻚ ﹶﻟ ﻧﻭِﺍ Dan sesungguhnya kamu (Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti agung (QS. Al-Qalam : 5).26 Sedangkan hadits sebagai sumber pedoman setelah al-Qur’an, membahas tentang anjuran membina akhlak, membina rumah tangga dan lain sebaginya. Hal ini dapat diketahui dari risalah-risalah yang telah diajarkan Rasulullah kepada umatnya terdahulu.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dengan lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia dan motivasi yang disuplai dari luar darinya seperti mileu, pendidikan dan aspek warotsah. Untuk itu berikut akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak yaitu sebagai berikut : 1. Insting (Naluri) Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain: 27 a) Naluri makan (nutritive instinct), begitu manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa dorongan oleh orang lain
26
Depag. RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV. Toha Putra, 1989), Edisi Revisi, hlm. 960 27 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak , Cet I, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 93-94
b) Naluri berjodoh (seksual instinct), yaitu laki-laki menginginkan wanita dan wanita menginginkan ingin berjodoh dengan lakilaki. c) Naluri keibubapakan (peternal instinct), tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. d) Naluri berjuang (combative instinct), yaitu tabiat manusia yang cenderung mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. e) Naluri ber-Tuhan, adalah tabiat manusia mencari dan merindukan penciptannya yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya. 2. Adat Kebiasaan Suatu perbuatan bila dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan
disebut adat kebiasaan. Segala
perbuatan, baik atau buruk, menjadi adat kebiasaan karena dua faktor yaitu : kesukaan hati pada suatu pekerjaan, dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan.28 3. Wirotsah (Keturunan) Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak tersebut mewarisi sebagian besar dari salah satu orang tuanya. Ilmu pengetahuan belum menemukan secara pasti, tentang ukuran warisan dari campuran atau prosentase warisan orang tua terhadap anaknya. Adapun sifatsifat yang diturunkan orang tua terhadap anaknya pada garis besarnya ada dua macam : 29 1) Sifat-sifat jasmaniah, yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot atau urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anakanaknya.
28 29
Ahmad Amin, Op. cit., hlm. 21 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Op. cit., hlm. 97
2) Sifat-sifat rohaniah, yaitu lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya. 4. Milieu (Lingkungan) Salah satu aspek yang turut berpengaruh dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah lingkungan di mana seseorang berada. Milieu artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilingi, seperti negeri, lautan, udara dan masyarakat.30 Milieu terbagi atas dua macam antra lain : 31 1) Milieu alam Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan
ini
dapat
mematahkan
dan
mematangkan
pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi alamnya jelek, maka seseorang hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya jika kondisi alam itu baik, seseorang dapat berbuat lebih mudah dalam melakukan suatu perbuatan. 2) Milieu sosial atau rohani Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku. Lingkungan pergaulan dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitui : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan organisasai jamaah, lingkungan kehidupan
30 31
Ahmad Amin, Loc. cit., hlm 41 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Loc. cit., hlm. 99
ekonomi, dan lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas. Menurut Skinner seperti yang dikutip oleh H.S. Pennypacker menyebutkan bahwa : “Human behavior is joint product of (i) the contingencies of survival responsible for the natural selection of the species and (ii) the contingencies of reinforcement responsible for the repertoires acquired by its members, including (iii) the species contingencies maintained by the social environment”.32 Tingkah laku (akhlak) pada manusia juga merupakan hasil perpaduan : Tanggung jawab kehidupan yang diseleksi oleh penghuni masyarakatnya, kekuatan tanggung jawab dari perbuatan yang telah didapatkan oleh pelakunya, dan dipelihara oleh masyarakat sekelilingnya. d. Akhlak Mahmudah Dalam kehidupan manusia selalu ada yang baik dan yang buruk. Kebaikan adalah suatu perbuatan yang berjalan sesuai dengan tuntunan atau ajaran agama. Kebaikan akan melahirkan sifat-sifat yang diterima oleh umum dan kemudian sifat itulah yang digunakan oleh manusia dalam berinteraksi secara horisontal yaitu dengan sesaman manusia, juga secara vertikal yaitu tanggung jawab manusia kepada Tuhannya. Sedangkan
keburukan
akan
melahirkan
kesesatan
dalam
kehidupan manusia. Keburukan tidak mungkin disepakati oleh umum sebab keburukan akan menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Sehingga dalam Islam sendiri sikap mausia bisa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu, sifat baik atau akhlak mahmudah, dan sifat buruk atau disebut akhlak mazmumah.
32
H.S. Pennypacker, “A Selectionist View of the Future of Behavior Analisis in education”, dalam Ralp Gardner III, et. al. (eds.), Behaior Ananlilis in Education, (California : Brooks/Cole Publishing Company, 1994), hlm. 11
Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah ialah segala tingkah laku yang terpuji (baik) yang biasa juga dinamakan “fadhilah”. Sedangkan akhlak mazmumah adalah tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat. Dalam pembahasan skripsi ini peneliti hanya membahas tentang akhlak mahmuudah dan menititik beratkan pada pembahasan sifat-sifat yang terpendam dalam jiwa manusia yang membentuk perbuatanperbuatan lahiriyah. Tingah laku lahiriyah merupakan hasil dari tingkah laku batiniyah, yaitu berupa sifat dan kelakuan batin yang masih labil yang mengakibatkan labilnya perbuatan jasmaniah manusia.33 Adapun yang termasuk dalam kategori akhlak mahmuudah diantarnya adalah sebagai berikut : 1) Al-Amanah Menurut bahasa Arab “amanah” berarti kejujuran, kesetiaan dan ketulusan hati. Hamzah Ya’qub mengemukakan bahwa amanah ialah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban. Jujur juga mengandung arti apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang ada di hati. Kejujuran merupakan pilar keimanan, kesempurnaan kemuliaan, saudara keadilan, lisan kebenaran, sebaik-baiknya ucapan, hiasan perkataan dan kebaikannya segala sesuatu. Pada sebuah kejujuran terdapat kelezatan rohani yang tidak akan dirasakan seorang pendusta. Sebagai contoh perbuatan ini yaitu seseorang kawan dititipi sejumlah rahasia pribadi yang tidak boleh disiarkan kepada siapapun. Jika dia seorang yang memiliki sifat amanah, maka
33
Hamzah Ya’qub, Op. cit., hlm.95
rahasia itu dipegang teguh dan disimpannya dengan baik. Jika rahasia itu disiarkan maka khianatlah dia.34 Kewajiban memiliki sifat dan sikap amanah ini dianjurkan oleh Allah sebagaimana dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58 yang berbunyi :
(58 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ.ﺎﻫ ِﻠﻬ ﺖ ِﺍﻟﹶﻰ ﹶﺍ ﻨﺍ ﺍ ﹶﻻﻣﺩﻭ ﺆ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻛﹸﺮﻳ ﹾﺄﻣَ ِﺍ ﱠﻥ ﺍﷲ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak (QS. An-Nisa’ : 58).35
2) Al-Alyfah Hidup dalam masyarakat yang heterogen memang tidak mudah, sebab anggota masyarakat terdiri dari berbagai macam sifat, watak, kebiasaan dan kegemaran yang yang berbeda-beda. Orang yang bijaksana adalah orang yang dapat menyelami segala analisir yang hidup di tengah masyarakat, menaruh perhatian kepada segenap situasi dan senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan yang penuh dengan aneka perubahan. Orang yang selalu pandai mendudukkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya, bijaksana dalam sikap, perkatan dan perbuatan, niscaya akan disenangi (al-aliefah) oleh anggota masyarakat, kawan dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari.36 Sebagimana firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 28 : ﺝ
ﻚ ﹶﻠﻚ َِﻻ ﹾﻗﺘ ﻴ ﻱ ِﺍﹶﻟ ﻳ ِﺪ ﻂ ٍ ﺎ ِﺳﺎ ِﺑﺒﺘ ﹶﻠﻨِﻰ ﻣﹶﺎ ﹶﺍﻧـﻘﹾـﻙ ِﻟﺘ ﺪ ﻳ ﻰ ﺖ ِﺍﹶﻟ ﺴ ﹾﻄ ﺑ ﻦ ﹶﻟِﺌ .(28 : )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ.ﻦ ﻴ ﺎﹶﻟ ِﻤﺏ ﺍﹾﻟﻌ ﺭ َ ﻑ ﺍﷲ ﺎﱏ ﹶﺍﺧ ِّ ِﺍ
34
Ibid., hlm. 98-99 Depag. RI, Op. cit., hlm. 128 36 Barmawi Umary, Materi Akhlak, (Solo : Ramadhani, 1989), Cet. VIII, hlm. 44 35
Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tangannanu kepadaku untuk membunuhku, aku selaki-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Seseungguhnya aku takut kepada Allah. Tuhan sekalian alam.(QS. al-Maidah : 28).37
3) Al-‘Afwu Manusia di dunia ini pasti mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Kesalahan dan kehilafan tersebut adakalanya dengan kesengajaan ataupun secara tidak sengaja. Sebagai seorang muslim yang baik hendaknya sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seseorang dapat dimaafkan tanpa adanya rasa dendam. Lebih baik lagi supaya berdo’a kepada Allah SWT orang tadi dapat segera dibukakan hatinya agar tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Orang lain yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaaf ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula untuk melakukan kesalahan. Al-Afwu’ ialah memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada rasa benci atau sakit hati terhadap orang yang bersalah, meskipun ada keinginan dan kemampuan untuk membalasnya.38 Sebagaimana firman Allah SWT :
ﺍﻀﻮ ﻧ ﹶﻔﺐ ﹶﻻ ِ ﻆ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ ﻴ ﹶ ﺖ ﹶﻓ ﹼﻈﹰﺎ ﹶﻏ ِﻠ ﻨ ﻮﻛﹸ ﻭﹶﻟ ﻢ ﺝ ﻬ ﺖ ﹶﻟ ﻨ ﷲ ِﻟ ِ ﻦ ﺍ ﻤ ٍﺔ ِﻣ ﺣ ﺭ ﺎﹶﻓِﺒﻤ ﺝ
ﻣ ِﺮ ﻢ ﻓِﻰ ﹾﺍ ﹶﻻ ﻫ ﺭ ﺎ ِﻭﻭﺷ ﻢ ﻬ ﺮ ﹶﻟ ﻐ ِﻔ ﺘﺳ ﺍﻢ ﻭ ﻬ ﻨ ﻋ ﻒ ﻋ ﻓﹶﺎ
ﺹ
ﻚ ﻮِﻟ ﺣ ﻦ ِﻣ
ﻣ ﺰ ﹶﻓِﺎﺫﹶﺍ ﹶﻏ : )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ.ﻦ ﻴ ﻮ ِّﻛ ِﻠ ﺘﺐ ﹾﺍ ﹸﳌ ﺤ ِ ﻳَ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﷲ ِﻁ ِﺍ ﱠﻥ ﺍﷲ ﻮ ﱠﻛ ﹾﻞ ﺘﺖ ﹶﻓ .(159 37 38
Depag. RI, Loc. cit., hlm. 163 M. Qurash Syihab, Op. cit., hlm
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan
itu.
Kemudian
apabila
kamu
telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah,. Sesungguhnya
Allah
menyukai
orang-orang
yang
bertawakkal kepada-Nya. (QS. ali-Imron : 159).39
4) Anysatun Tidak selamanya pergaulan dalam lingkungan sosial selalu menyenangkan. Dalam suatu pergaulan bisa saja seseorang bertemu kepada hal-hal yang tidak menyenangkan. Menghadapi orang yang menjemukan, mendengar berita-berita yang memfitnah, menjelek-jelekan nama diri seseorang hendaknya disambut dengan manis muka yaitu tetap tersenyum. Betapa banyak orang-orang pandai dan bijak menggunakan sikap ini dan banyak sekali di dunia diplomasi orang mencapai sukses dan mencapai kemenangan, hanya dengan keep smilling diplomat. Dengan muka yang manis, dengan senyum menghiasi bibir, orang-orang akan lebih senang dan selalu digemari di manapun. Sikap inilah yang dalam Islam disebut aniesatun atau manis muka.40 Sebagimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 26 :
39 40
Depag. RI, Op. cit., hlm. 103 Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 45
ﻗﻠﻰ
ﻭ ﹶﻻ ِﺫﱠﻟﺔﹲ ﺘﺮﻢ ﹶﻗ ﻫﻬ ﻮ ﺟ ﻭﻫﻖ ﺮ ﻳ ﻭﻟﹶﺎ
ﻗﻠﻰ
ﺩﺓﹲ ﺎﻭ ِﺯﻳ ﻰﺴﻨ ﳊ ﻮﺍﹾﺍ ﹸﺴﻨ ﺣ ﻦ ﹶﺍ ﻳﻟ ﱠِﻠ ِﺬ
.(26 : )ﻳﻨﻮﺱ.ﻭ ﹶﻥ ﺎِﻟﺪﺎ ﺧﻴﻬ ﻢ ِﻓ ﻫ ﻨ ِﺔﳉ ﺐ ﹾﺍ ﹶ ﺤﻚ ﹶﺍﺻ ﻭﻟﹶـِﺌ ﹸﺍ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Yunus : 26).41
5) Al-khairu Betapa banyak ayat al-Qur’an yang menyebutkan apa yang dinamakan al-khairu (baik), cukuplah itu sebagai pedoman, ditambah lagi dengan penjelasan dari Rasulullah SAW. Berbuat baik tidak hanya kepada sesama manusia saja, tetapi Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada semua makhluk ciptaan Allah di dunia ini. 6) Al-Hus.u’u Khusyu’ dalam perkataan adalah membaca bacaan ibadah dengan khusyu dengan menundukkan diri kepada Allah SWT. Ibadah dengan menundukkan hati, tetap dan tekun, senantiasa bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil harus dengan sikap yang khusyu’ dan benar.42 Sebagaimana firman Allah dalam al-qur’an surat al-A’raf ayat 205 yang berbunyi :
41 42
Depag. RI, Op. cit., hl. 310 Barnawy Umary, Loc. cit., hlm. 45
ﺪ ِّﻭ ﻐ ﻮ ِﻝ ﺑِﺎﹾﻟ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﻬ ِﺮ ِﻣ ﳉ ﻭ ﹶﻥ ﹾﺍ ﹶﻭﺩ ﻴ ﹶﻔ ﹰﺔ ﻭ ِﺧ ﺎﺮﻋ ﻀ ﺗ ﻚ ﺴ ِ ﻧ ﹾﻔ ﰱ ِ ﻚ ﺑﺭ ﺮ ﺍ ﹾﺫ ﹸﻛﻭ .(205 : )ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ.ﻦ ﻴ ﺎ ِﻓ ِﻠﻦ ﺍﹾﻟﻐ ﻦ ِﻣ ﺗﻜﹸﻭ ﹶﻻ ﺎ ِﻝﻭﹾﺍ ﹶﻻﺻ Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. al-A’raf : 205).43
7) Al-Haya’u Menurut bahasa al-haya’u berarti malu. Sedangkan menurut etika Islam sifat malu mempunyai dua sudut pandang yaitu secara horisontal dan secara vertikal. Secara horisontal sifat malu dipahami sebagai perasaan malu kepada diri sendiri dalam kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya, sedang secara vertikal sifat malu lebih condong kepada malu terhadap Allah di kala melanggar larangan-larangan-Nya. 44 Malu ialah Perasaan di dalam hati di kala seseorang melanggar agama, malu kepada Allah berarti tidak mengerjakan sesuatu yang dilarangNya, kemudian bersegera menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Perasaan ini menjadi pembimbing jalan menuju keselamatan hidup, perintis mencapai kebenaran dan alat yang menghalaingi terlaksananya perbuatanperbuatan yang keji. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 108 :
43 44
I, hlm. 50
Depag. RI, Op. cit., hlm.256 Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), cet.
ﻮ ﹶﻥ ـِّﻴﺘﺒﻢ ِﺍ ﹾﺫﻳ ﻌﻬ ﻣ ﻢ ﻫ ﻭ ﷲ ِ ﻦ ﺍ ﻮ ﹶﻥ ِﻣ ﺨﻔﹸ ﺘﺴ ﻳﻭ ﹶﻻ ﺱ ِ ﺎﻦ ﺍﻟﻨ ﻮ ﹶﻥ ِﻣ ﺨ ﹸﻔ ﺘﺴ ﻳ : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ.ﻴﻄﹰﺎ ﺤ ِ ﻣ ﻮ ﹶﻥ ﻤﻠﹸ ﻌ ﻳ ﺎﷲ ِﺑﻤ َ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍ
ﻁ
ﻮ ِﻝ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﺿﻰ ِﻣﻳﺮﺎﻻﻣ .(108
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridloi. Dan Allah maha meliputi (ilmunya terhadap yang mereka kerjakan. (QS. an-Nisa’ : 108).45
8) Al-‘Adlu Menegakkan keadilan dalam diri pribadi sangatlah perlu, apalagi
dalam
hubungannya
dengan
masyarakat,
keadilan
merupakan sikap yang menimbulkan kerukunan antara satu pihak dengan pihak lain. Dalam keadilan ada faktor yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:46 1) Tenang dalam mengambil keputusan, tidak berat sebelah dalam tindakan karena pengaruh hawa nafsu, angkara murka ataupun karena kecintaan kepada seseorang. 2) Memperluas pandangan dan melihat soalnya secara objektif, mengumpulkan data dan fakta sehingga dalam suatu keputusan ada hasil yang seadil mungkin. Rasa keadilan itu hendaknya tumbuh dan bersemi dalam jiwa setiap orang, apalagi bagi pemegang kekuasaan dan penegak hukum. Keadilan tidak boleh disertai dengan hawa nafsu, perasaan
45 46
Depag. RI, Loc. cit., hlm. 139 Hamzah Ya’qub, Op. cit., hlm. 106-107
benci dan sayang, kepentingan pribadi dan juga golongan. Dengan demikian keadilan akan bisa dirasakan oleh semua pihak.47 9) Al-Ikha’u Persaudaraan dalam Islam tidak terikat oleh batas kebagsaan, tetapi lebih luas lagi, yaitu keseluruhan bumi. Siapa saja yang beriman adalah saudara bagi yang lain, Waupun berlainan suku, bangsa ataupun ras sekalipun. Bukankah perlainan golongan dari setiap manusia merupakan jalan agar manusia itu saling kenal dan mendapatkan saudara. Maka dalam diri setiap muslim tidak ada yang lebih tinggi juga yang lebih rendah. Itulah sebabnya dalam diri seorang muslim penuh solidaritas terhadap yang lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka satu Tuhan, satu Rasul, satu qiblat dan satu kitab. Jadi tidak ada alasan yang membedakan mereka kecuali taqwa kepada Allah SWT. Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan, merupakan realisasi pengakuan bahwa hakekat kedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah. Sama kedudukannya sebagai hamba dan khalifah Allah yang mengemban amanat sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing. Allah mengembalikan ke dasar keturunan manusia kepada dua orang nenek moyang, yaitu adam dan hawa, karena Allah hendak menjadikan tempat bertemu yang kokoh dari keakraban hubungan ukhuwah atau persaudaraan seluruh anak manusia. Tidak ada pembeda di antara hamba Allah, tiadalah seseorang lebih mulia dari yang lain kecuali ketaqwaan mereka kepada Allah.48 Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10 Allah berfirman : 47
Fachruddin HS, Membentuk Moral Bimbingan al-Qur’an, (Jakarta : Bina Aksara, 1985), hlm. 98-99 48 Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, terj. Moh. Rifa’i (Semarang : Wicaksono, 1993), cet. III, hlm. 339
.ﻮ ﹶﻥ ﺣﻤ ﺮ ﻢ ﺗ ﻌ ﱠﻠﻜﹸ ﷲ ﹶﻟ َ ﺗﻘﹸﻮﺍﺍﺍﻢ ﻭ ﻳﻜﹸﻮ ﺧ ﻦ ﹶﺍ ﻴ ﺑ ﺍﺤﻮ ﺻ ِﻠ ﻮﺓﹲ ﹶﻓﹶﺎ ﺧ ﻮ ﹶﻥ ِﺍ ﻨﺆ ِﻣ ﺎﹾﺍ ﹸﳌﻧﻤِﺍ .(10 :)ﺍﳍﺠﻮﺭﺓ Sesungguhnya orang-orang beriman itu saling bersaudara, sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudara kalian, dan taqwalah kepada Allah, supaya kalian mendapat rahmat. (QS. al-Hujurat : 10)49
10) Al-Ihsanu Ikhsan adalah berbuat baik dalam ketaatan kepada Allah SWT, baik dari segi jumlah perbuatan, seperti mengerjakan yang sunnah misalnya memperbanyak sembahyang sunnah, puasa sunnah, atau dari segi kaifiat perbuatan seperti menyembah Allah dengan sebenar-benarnya.50 Kesempatan berbuat kebajikan terbuka luas, seluas bumi ini. Semua langkah yang manusia ayunkan di jalan Allah dan semua amal yang dikerjakan hanya semata-mata untuk mencari keridloan Allah merupakan kebajikan yang akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dalam perintahNya, Allah selalu menyuruh manusia untuk selalu berbuat kebajikan sebagimana Allah berbuat baik kepada manusia, juga jangan sekali-kali manusia meremehkan kebajikan walaupun itu sangan kecil dan hendaklah semua manusia berkhidmat kepada orang lain. Dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 90 Allah berfirman :
49 50
Depag. RI, Op. cit., hlm. 846 Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 48
.(90 : )ﺍﻟﻨﺤﻞ.ﺎ ِﻥﺣﺴ ﺍ ِﻹﺪ ِﻝ ﻭ ﻌ ﺑﺎِﻟﺮﻳ ﹾﺄﻣ ﷲ َ ِﺍ ﱠﻥ ﺍ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan. (QS. An-Nahl : 90).51
11) Al-Ifafah Kunci dari menjaga diri (ifaafah) adalah senantiasa selalu sederhana dalam kesenangan dan menundukkan nafsu kepada akal, sebab sebagian besar keburukan-keburukan itu disebabkan karena manusia tidak sanggup mengendalikan hawa nafsunya. Dan yang terpenting adalah jangan sampai manusia menjadi tawanan nafsu atau hambanya syahwat.52 Sebagai kebalikan dari sifat al-ifaafah adalah sikap memperturutkan panggilan hawa nafsu. Orang yang demikian itu telah menjadi budak dan tawanan hawa nafsunya, sehingga hilanglah kesucian dirinya dan jatuhlah martabat kemuliaannya dan akhirnya akan memperoleh kesesatan yang nyata. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nur ayat 30 yaitu sebagai berikut:
ﻛﻰﻚ ﹶﺍﺯ ﻢ ﻗﻠﻰ ﺫِﻟ ﺟﻬ ﻭﺍ ُﹶﻓﺮﺨ ﹶﻔ ﹸﻈﻮ ﻳﻭ ﻢ ﺎ ِﺭ ِﻫﺑﺼﻦ ﹶﺍ ﻮﺍ ِﻣﻐﻀ ﻳ ﻦ ﻴ ﺆ ِﻣِﻨ ﹸﻗ ﹾﻞ ﻟ ِْﻠﻤ .(30 : )ﺍﻟﻨﻮﺭ.ﻮ ﹶﻥ ﻨﻌﺼ ﻳ ﺎِﺑﻤﻴﺮ ﺧِﺒ ﷲ َ ﻢ ﻗﻠﻰ ِﺍ ﱠﻥ ﺍ ﻬ ﹶﻟ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : hendaklah mereka
menahan
pandangannya,
dan
memelihara
kemaluannya ; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
51 52
Depag. RI, Op. cit., hlm. 415 Barnawy Umary, Op. ci., hlm. 49
mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. an-Nur : 30).53
12) Al-Muru’ah Sifat muru’ah artinya berbudi tinggi, kesatria dalam membela kebenaran, malu dan tidak puas bila yang dimaksudkan belum tercapai padahal perbuatan dan tujuan itu benar dan mulia sebagai suatu kewajiban dari Allah SWT. Berbudi tinggi adalah sikap yang senantiasa kurang sempurna apabila belum melakukan sesuatu yang berguna untuk kemaslahatan juga merasa hina jika tanggung jawab yang dibebankan belum terlaksana dengan baik. Sifat ini merupakan keluhuran bagi kemanusiaan dan dapat memberantas kekotoran jiwa manusia.54 Dalam al-Qur’an surat ali-Imron ayat 188 Allah telah berfirman:
ﻌﻠﹸﻮﺍ ﻳ ﹾﻔ ﻢ ﺎ ﹶﻟﻭﺍ ِﺑﻤﻤﺪ ﺤ ﻮ ﹶﻥ ﹶﺍ ﹾﻥ ﻳ ﺒﺤ ِ ﻭﻳ ﺍﺗﻮﺎ ﹶﺍﻮ ﹶﻥ ِﺑﻤ ﺮﺣ ﻳ ﹾﻔ ﻦ ﻳﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﺒﺴ ﺤ ﺗﻻ ِ ﻌﺬﹶﺍ ﻦ ﺍﻟ ﺯ ٍﺓ ِﻣ ﻤﻔﹶﺎ ﻢ ِﺑ ﻨﻬﺒﺴ ﺤ ﺗﻼ ﹶﻓ ﹶ : )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ.ﻴﻢ ﹶﺍِﻟﻋﺬﹶﺍﺏ ﻢ ﻭﹶﻟﻬ ﺏ ﺝ (188 Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. Janganlah kamu menyangka bahwa mereka
53 54
Depag. RI, Loc. cit., hlm. 548 Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 49
terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (QS. aliImron : 188).55
13) Al-Naz.afah Kesehatan, keindahan dan kesegaran, baik rohani maupun jasmani ialah rahmat Allah yang setinggi-tingginya, yang dianugerahkan kepada hamba-Nya. Harta benda dan jabatan tidak ada gunanya, apabila jasmani dan rohaninya tidak sehat. Badan dan rohani yang sehat ialah segala pangkal kebahagiaan dan kesenangan. Menurut ilmu kesehatan, untuk menjaga diri dan menolak sesuatu penyakit terlebih dahulu harus diikhtiarkan kebersihan dalam segala hal. Bukan hanya kebersihan badan atau lebih tegas kebersihan kulit saja yang diajarkan Islam, tetapi Islam menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam lima bagian yaitu: 56 a) Kebersihan dan kesucian rumah dan pekarangan. b) Kebersihan dan kesucian badan c) Kebersihan dan kesucian pakaian d) Kebersihan dan kesucian makanan e) Kebersihan dan kesucian ruh dan hati. Sebagimana firman Allah SWT dl surat At Taubat ayat 108 yang berbunyi:
(108 : )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ.ﻦ ﻳﺘ ﹶﻄ ِّﻬ ِﺮﺐ ﺍ ﹸﳌ ﺤ ِ ﻳ ﷲ ُ ﺍﻭ Allah mencintai orang-orang yang mensucikan diri (QS. atTaubat : 108).57
55
Depag. RI, Op. cit., hlm. 109 Muhammad Al-Ghazali, hlm. 300-302 57 Depag. RI. Op. cit., hlm. 299 56
14) Al-Rahmah Pada dasarnya sifat kasih sayang adalah fitrah yang dianugerahkan oleh Allah kepada semua manusia. Pada hewan misalnya dapat dilihat bahwa begitu kasihnya induk kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, dimulai dari kasih sayang orang tua kepada anaknya sampai dalam lingkungan yang lebih luas yaitu kasih sayang antar sesama manusia. Islam menganjurkan agar kasih sayang dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, sejak kasih sayang dalam lingkungan keluarga sampai kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan. Juga lebih luas lagi yaitu kasih sayang kepada binatang. Jika diperinci maka ruang lingkup ar-Rahmah ini dapat diutarakan dalam beberapa tingkatan yaitu :58 a) Kasih sayang dalam lingkungan keluarga : kasihnya orang tua kepada anak, kasihnya suami istri, kasihnya antara saudara baik yang besar maupun yang kecil. b) Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan masyarakat : suatu pertalian kasih sayang yang timbul dan tumbuh karena hidup bersama dalam satu lingkungan. c) Kasih sayang dalam lingkungan bangsa : perasaan kasih dan simpati yang timbul akibat persamaan rumpun, suku bangsa, rasa senasib dan seperjuangan yang menyangkut kenegaraan. d) Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan : mencintai dan mengasihi sesama orang yang seagama, karena memandang saudara dalam akidah dan keyakinan.
58
Hamzah Ya’qub, Op. cit., hlm. 123-124
e) Kasih sayang dalam bentuk perikemanusiaan : mencintai manusia atas dasar pengertian bahwa manusia adalah samasama berasal dari satu keturunan. f) Kasih sayang kepada sesama makhluk : misalya mengasihi hewan dan tumbuh-tumbuhan. 15) Al-Sakha’u Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat kebajikan yang tidak ada putus-putusnya kepada sesama, dalam bentuk harta benda, berderma dan bershadaqah kepada siapapun. Islam ditegakkan dan dikembangkan bukan atas dasar kikir dan menahan harta benda. Oleh karena itu Islam menasehatkan kepada setiap muslim agar menyambut dorongan berderma, baik dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.59 Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 274 yang berbunyi :
ﻢ ﻫﺟﺮ ﻢ ﹶﺍ ﻴ ﹰﺔ ﹶﻓ ﹶﻠﻬﻼِﻧﻭﻋ ﺍﺎ ِﺭ ِﺳﺮﻨﻬﺍﻟﻴ ِﻞ ﻭ ﻢ ﺑِﺎﱠﻟ ﻬ ﻮﺍﹶﻟﻮ ﹶﻥ ﹶﺍﻣ ـ ِﻔﻘﹸﻳﻨ ﻦ ﹶﺍﱠﻟﺬِﻳ .(274 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺍﺓ.ﻮ ﹶﻥ ﺰﻧ ﺤ ﻳ ﻢ ﻭ ﹶﻻﻫ ﻢ ﻴ ِﻬ ﻋ ﹶﻠ ﻮﻑ ﺧ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﺭِّﺑ ِﻬ ﺪ ﻨ ِﻋ Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. al-Baqarah : 274).60 16) Al-Salam Kesentosaan ialah dapat dikatakan jika seseorang mempunyai jiwa tenang, tentram dan damai dan ini hanya dapat diperoleh
59 60
Muhammad al-Ghazali, Op. cit., hlm. 231 Depar. RI, Op. cit., hlm. 68
apabila seseorang menunaikan segala sesuatu dengan baik dan mengambil sikap secara tepat dalam problema yang dihadapi. Segala hak yang ada pada diri pribadi, seperti mata berhak untuk tidur, badan berhak untuk beristirahat, perut berhak untuk makan dan minum, kesemuannya itu dapat terpenuhi dengan cukup. Kemudian hak yang ada pada orang lain seperti hak orang tua, anak, istri, keluarga, tetangga, masyarakat, semua mempunyai hak masing-masing dan kesemuannya itu diberikan tanpa menunggu diminta oleh mereka. Dan yang terpenting adalah hak yang ada pada sang pencipta seperti menyembah dan beribadah dengan baik dan benar, semuanya dapat dijalankan oleh seseorang dengan kesadaran dan keyakinan dari hatinya. Stabilitas jasmani dan rohani dengan menunaikan hak segala sesuatu, itulah kesentosaan hidup di dunia dan akherat, sebab di dunia ia berjiwa tenang, tentram dan damai karena telah memenuhi haknya sebagai makhluk sosial dan pribadi muslim yang taat, juga kelak akan mendapatkan ridlo dan pahala dari Allah SWT : 61 Dalam al-Qur’an surat al-Ra’du ayat 24 Allah telah berfirman:
.(24 : )ﺍﻟﺮﻋﺪ.ﺍ ِﺭﻋﻘﹾﱮ ﺍﻟﺪ ﻢ ﻌ ﻢ ﹶﻓِﻨ ﺗﺮ ﺒﺻ ﺎﻢ ِﺑﻤ ﻴ ﹸﻜ ﻋ ﹶﻠ ﺳ ﹶﻠﻢ (sambil mengucap) : “salamun ‘alaikum bima shabartum’, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. ar-Ra’du : 24).62
61 62
Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 51 Depag. RI, Op. cit., hlm. 372
17) Al-S.alihah Allah SWT telah menganugerahkan kepada setiap manusia kehidupan dengan segala nikmat-nikmat-Nya, antara lain : nikmat kesehatan supaya manusia bisa bekerja dan beribadah kepada-Nya, nikmat Islam, iman dan ikhsan. Semuanya itu telah ada pada diri manusia agar mereka senantiasa selalu ingat bahwa kenikmatan tersebut semata-mata dipinjamkan oleh Allah dan kapan nikmat itu akan ditarik, semuanya tidak ada yang tahu. Manusia harus selalu ingat akan mati, karena dengan demikian mereka akan mengerti bahwa di kehidupan kelak hanya ada dua pilihan, yaitu surga atau neraka. Dari hal inilah kemudian timbul pada diri manusia amal-amal shalih yang dikerjakan dengan sekuat daya, misalnya membantu saudara sesama muslim, belas kasihan terhadap fakir miskin, dan saling mengasihi antar sesama manusia.63 Amal-amal shalih akan membuahkan kebahagiaan di dunia dan di akherat dan dijanjikan oleh Allah akan mendapatkan pahala sesuai dengan amalnya tersebut. Orang yang beramal shalih akan dihormati karena akhlaknya yang terpuji, dan akan mendapat kebahagiaan karena kelak akan memperoleh kemenangan yang abadi. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 44 yang berbunyi : ﻗﻠﻰ
ﺏ ﺎﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘ ﺘ ﹸﻠ ﺗ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺍ ﻢ ﺴﻜﹸ ﻧﻔﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﺍ ﺴ ﻨ ﺗﻭ ﺱ ﺑِﺎﹾﻟِّﺒ ِﺮ ﺎﻭ ﹶﻥ ﺍﻟﻨ ﺮﺗ ﹾﺄﻣﹶﺍ .(44 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺍﺓ.ﻌ ِﻘﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺗﺍﹶﻓﻼ
63
Baarnawy Umary, Op. cit., hlm. 52
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-kitab (Taurat0. maka tidakkah kamu berfikir?. (Al-Baqarah : 44).64
18) Al-S.abru Sabar adalah suatu bagian dari akhlak utama yang dibutuhkan seorang muslim dalam masalah dunia dan agama. Sebagai seorang muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menaggung segala ujian dan penderitaan dengan tenang. Demikin juga dalam menunggu hasil pekerjaan, bagaimana jauhnya, memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin tidak ragu sedikitpun dihdapi dengan ketabahan dan sabar serta ingat akan kekuasaan Allah dan kehendak-Nya yang tidak ada seorang pun dan apapun yang menghalangi-Nya.65 Kesabaran yang terdapat dalam al-Qur’an antara lain : a) Sabar melaksanakan kewajiban karena Allah b) Sabar dalam membela agama dan tanah air serta dalam mencari rizki, mencari ilmu harus sungguh-sungguh dan mengokohkan niatnya semata-mata karena Allah. c) Sabar
menghadapi
rintangan
dan
pembicaraan
yang
menyakitkan, dalam menjalankan dakwah kepada yang benar dan berani memberantas yang sesat dan memberi penerangan kepada masyarakat tentang kebaikan. Sebagaimana
do’a
setiap
orang
mulim yang
sering
diucapkan:
(126: )ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ.ﻦ ﻴ ﺴ ِﻠ ِﻤ ﺎ ﻣﻮ ﱠﻓﻨ ﺗﻭ ﺍﺒﺮ ﺻ ﻨﹶﺎﻋ ﹶﻠﻴ ﻍ ﺎ ﹶﺍ ﹾﻓ ِﺮ ﹾﺑﻨﺭ 64 65
Depag. RI, Op. cit., hlm. 16 Muhammad al-Ghazali, Op. cit., hlm. 258
Ya Allah Tuhan kami, limpahkan kepada kami kesabaran dan wafatkanlah kami tetap dalam Islam (berserah diri kepadaMu). (QS. al-A’raf : 126).66
19) Al-S.idqu Salah satu sifat dan sikap yang termasuk fadhilah ialah ashShidqu yang berarti benar, jujur. Yang dimaksud di sini adalah berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Sikap benar adalah salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan masyarkat. Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antar manusia dengan manusia dan antar satu golongan dengan golongan lain. Dalam peribahasa sering disebutkan : “Berani karena benar dan takut karena salah”. Betapa kebenaran itu menimbulkan ketenangan yang dapat melahirkan keberanian. Kecurangan dan keculasan dalam segala bidang pergaulan termasuk dalam bidang administrasi hanya akan mempercepat kehancuran masyarakat itu sendiri. Satu-satunya jalan untuk mencegahnya ialah dengan mengembalikan keadaan itu kepada prinsip-prinsip kebenaran Demikianlah Allah dalam berbagai keterangan dalam alQur’an memperingatkan bahaya dan dosa kecurangan dan keculasan. Allah menunjukkan jalan yang lurus, jalan yang aman, berkah dan tentram yakni kejujuran dan kebenaran baik perktaan maupun dalam perbuatan.67 Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat At Taubah ayat 119 telah disebutkan :
66 67
Depag. RI, Op. cit., hlm. 240 Hamzah Ya’qub, Op. cit., hlm. 102-104
(119 : )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ.ﻦ ﻴ ﺎ ِﺩ ِﻗﻊ ﺍﻟﺼ ﻣ ﻮﺍﻭﻛﹸﻮﻧ ﷲ َ ﺗﻘﹸﻮﺍﺍﻮﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ ﺍ ﺎﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﻳﹶﺎ Hai sekalian orang yang beriman, berbaktilah kepada Allah dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang benar. (QS. atTaubat : 119).68
20) Al-Syaja’ah Yang dinamakan berani adalah keteguhan hati dalam membela dan mempertahankan yang benar, tidak mundur karena dicela, tidak maju karena dipuji, dan jika salah maka akan merasa malu dan mengakui kesalahannya. Berani berarti sanggup menghadapi penderitaan atau bahaya dengan segala ketenangan dan di kala mengalami kesulitan atau mala petaka, maka tidak akan kehilangan akal tetapi akan dihadapinya dengan penuh kesungguhan dan ketetapan hati serta berusaha melepaskan diri dengan tekad yang bulat.69 Keberanian
bukan
semata-mata
keberanian
berkelahi,
melainkan sutu sikap mental di mana seseorang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Dengan demikian rahasia kebenaran ialah terletak pada kesanggupan mengendalikan diri dan mental tetapi stabil dalam cuaca bagaimanapun dan tetap tenang menghadapi segala sesuatu dalam keadaan darurat.70 Menurut ahli etika bahwa keberanian dibagi atas dua macam yaitu : a) Keberanian jasmani : seperti keberanian pahlawan dalam medan pertempuran.
68
Depag. RI, Op.cit., hlm. 301 Barnawy umary, Op. cit., hlm. 53 70 Hamzah Ya’qub, Loc. cit., hlm.111 69
b) Keberanian peradaban (rohaniah) : suatu keberanian yang titik beratnya pada pikiran dan melahirkan pendapat yang diyakininya benar sekalipun menghadapi celaan dan amarah penguasa serta tidak takut menanggung malapetaka akibat membela pendiriannya yang diyakini benar. 71 Keberanian bukan berarti keberanian yang membabi buta, melainkan keberanian yang didukung oleh pertimbangan dan pikiran yang sehat. Ada peribahasa mengatakan : “Pemberani mati satu kali tetapi pengecut mati seribu kali”. Hal ini menunjukkan bahwa keberanian itu membuahkan hikmah besar dalam kehidupan manusia. 21) Al-Ta’awun Bertolong-tolongan adalah ciri kehalisan budi, kesucian jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antara teman, penuh solidaritas dan penguat persahabatan dan persaudaraan. Maka orang yang menerima pertolongan akan senantiasa terlepas dari penderitaan, kesengsaraan dan sudah tentu sangat berterima kasih kepada yang memberikan pertolongan itu dan akan selalu ingat pada pertolongan yang pernah diterimanya. Orang yang memberiakan pertolongan, segala langkahnya akan mudah, pintu kebahagiaan terbuka baginya dan biasanya orang lain pun akan senang pula memberikan pertolongan kepada dirinya. Bertolong-tolongan bukan berarti segalanya diperbolehkan, melainkan dalam batas mengerjakan yang baik, mencari kebajikan dan hendaknya tidak memberikan pertolongnan kepada pembuat dosa. Dan yang terpenting adalah perbuatanm ini harus dilandasi dengan ikhlas tanpa menghapkan balasan.72
71 72
Ibid, hlm. 114 Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 53-54
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 2 yang berbunyi : ﺻﻠﻰ
ﺍ ِﻥﺪﻭ ﻌ ﻭﺍﹾﻟ ﻋﻠﹶﻰ ﹾﺍﻟِﺈﹾﺛ ِﻢ ﻮﺍﻭﻧ ﻌﺎﻻﺗﻯ ﺻﻠﻰ ﻭﺘ ﹾﻘﻮﺍﻟﻰ ﺍﻟِﺒ ِّﺮ ﻭ ﻠﻮﺍ ﻋﻭﻧ ﻌﺎﻭﺗ َ ﺘﻘﹸﻮﺍﺍﺍﻟﻭ .(2 : )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ.ﺏ ِ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎﻳﺪﺷ ِﺪ ﷲ َ ﷲ ﻗﻠﻰ ِﺍ ﱠﻥ ﺍ
Dan bertolong-tolonglah kamu sekalian dalam hal kebajikan dan taqwa, dan janganlah bertolong-tolongan dalam dusta dan keburukan (QS. al-Maidah : 2).73
22) Al-Taz.aru’ Sikap manusia yang merendahkan diri terhadap Allah SWT adalah sifat tadharu’ dan semestinya bukan sikap yang salah. Sebab semua makhluk, semua peraturan, kekayaan dan kekuasaan adalah milik-Nya sendiri. Demikian juga nasib manusia merupakan barang titipan dan kapan sja dat diambil oleh yang memiliki-Nya, tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi Allah SWT. Apabila hamba-hamba Allah dalam keadaan paling suci, mereka tunduk kepada Tuhan dengan menyadari kerendahan dirinya, tetapi juga memahami dan mengetahui batas-batas kemuliaan nya, sehingga mereka tidak ragu dan tidak bimbang menyerahkan hak kepada penciptanya itu. Akan tetapi hamba yang menghinakan kepada sesama manusia tidak dibenarkan dan sikap yang demikian adalah salah atau bathil.74 Allah juga mensyari’atkan membela diri dari aniaya untuk memuliakan bagi pihak yang teraniaya dan merendahkan bagi pihak yang menganiaya. Oleh karena itu Allah memberikan hak 73 74
Depag. RI, Op.cit., hlm. 157 Muhammad al-Ghazali, Op. cit., hlm. 409
penuh
kepada
tangan
seorang
muslim
untuk
melawan
mempertahankan hak bela dirinya. Dan dalam menghadapi aniaya itu seorang muslim hendaknya jangan mundur sedikitpun, jika tidak secara terhormat atau karena toleransi yang melipatgandakan kehormatan dan kemuliaannya.75 23) Al-Tawaz.u’ Tawadhu’ ialah memelihara pergaulan dan hubungan sesama manusia tanpa perasaan kelebihan diri diri orang lain serta tidak merendahkan orang lain. Tawadhu’ adalah memberikan setiap hak pada yang mempunyai dan tidak meninggikan diri dari derajat yang sewajarnya.76 Sikap
tawadhu’
bisa
saja
diartikan
sebagai
sikap
menghormati antara sesama manusia dan biasanya penghormatan ini dilakukan untuk memuliakan manusia yang memang dianggap bijaksana. Misalkan tawadhu’ seorang anak kepada orang tuanya, tawadhu’ murid kepada gurunya dan sebagainya. Apabila kaum muslimin mengucapkan salam penghormatan dalam setiap bertemu, berpisah, dan setiap berkunjung, serta menjawabnya dengan yang lebih baik, berarti seseorang telah mendoakan antara satu dengan lainnya, menegakkan identitas muslim, juga menambah teguhnya hubungan antar sesama kaum muslim. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 86 Allah SWT telah berfirman :
ﻋﻠﹶﻰ ﷲ ﻛﺎ ﹶﻥ َ ﺎ ﻗﻠﻰ ِﺍ ﱠﻥ ﺍﺩﻫ ﺭ ﻭ ﻬﺎ ﹶﺍﻦ ِﻣﻨ ﺴ ﺣ ﺍ ِﺑﹶﺎﻴﻮﺤ ﻴ ٍﺔ ﹶﻓﺤ ِ ـﻢ ِﺑﺘ ﻴﺘﺣﻴ ﻭِﺍﺫﹶﺍ .(86 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ.ﺎﻴﺒ ﺴﻴ ٍﺊ ﺣ ﺷ ﹸﻛ ِّﻞ 75 76
Ibid., hlm. 415 Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 54
Apabila ada orang memberi penghormatan kepada kamu, hendaklah kamu menjwab penghormatannya dengan yang lebih baik atau kamu jawab penghormatannya itu (dengan yang sama). Sesungguhnya Allah menghitung segala sesuatu. (QS. an-Nisa: 86).77
24) Qana’ah Menurut bahasa qana’ah berarti menerima apa adanya atau tidak serakah. Sifat ini merupakan keadaan jiwa yang mampu menerima dengan ikhlas apa yang ada pada dirinya ; juga merupakan suatu perasaan cukup dengan segala apa yang dimiliki baik yang bersifat materi maupun non materi.78 Sifat qanaah memiliki keuntungan lengkap baik secara individu, kemasyarakatan, maupun sebagai peribadatan kepada Allah. Dengan sifat qanah secara pribadi manusia dapat memperolh ketenangan sebab disamping sudah berikhtiar dengan sungguhsungguh, mereka tetap akan menerima hasilnya dengan ikhlas. Dalam kehidupan social sikap ini akan menarik perasaan cinta kepada mereka yang memiliki sifat qana’ah, sedangkan dalm dimensi vertikal, bahwa Allah akan mencintai orang-orang yang qana’ah di sisi-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Najm ayat 39 yang berbunyi :
.(39 : )ﺍﻟﻨﺠﻢ.ﻌﻰﺎﺳﺎ ِﻥ ِﺍ ﱠﻻﻣﻧﺴﻼ ِ ﺲ ِْﻟ ﻴ ﻭﹶﺍ ﹾﻥ ﹶﻟ Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan. (QS. an-Najm : 39).79
77
Depag. RI, Op. cit., hl. 133 Sudarsono, Op. cit., hlm. 57 79 Depag. RI, Op. cit., hlm. 874 78
Menurut Barnawy umary bahwa qana’ah mengandung enam unsur yaitu sebagai berikut : a) Berusaha sekuat daya b) Memohon tambahan yang pantas kepada Allah SWT c) Ridlo menerima apa yang ada d) Sabar menerima ketentuan Allah e) Tawakkal kepada Allah f) Tipu dunia tidak akan mempengaruhinya. 25) Izzatun Nafsi Manusia yang bejiwa kuat ialah bekerja dengan mengenal kapasitas dirinya sendiri. Dengan jiwa yang kuat manusia akan memperoleh kehormatan dan kemuliaan di dunia dan di akherat. Izzatun nafsi yang pada pada diri seorang muslim akan membuahkan antara lain sebagai berikut :80 a) Kebajikan, dengan kesempatan berbuat kebajikan yang terbuka luas maka semua langkah yang diayunkan akan senantiasa berada di jalan Allah, dan semua amal yang dikerjakan akan menumbuhkan amal-amal shaleh lain karena kekutan dari jiwanya. b) Kesabaran, berarti manusia selalu sadar bahwa apa yang telah dikerjakannya
tidak
selalu
sesuai
dengan
yang
diinginkannya.seseorang yang memiliki jiwa yang kuat akan senantiasa terus beriktiar, berdo’a dan bersabar dalam segala pekerjaan. c) Ketekunan,
karena
manusia
sadar
tentang
batas
kemampuannya, maka akan senantiasa tekun dan hati-hati dalam menjalankan suatu pekerjaan. Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Fatir ayat 10 yaitu : 80
Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 55
.(10 : )ﻓﺎﻃﺮ.ﺎﻴﻌ ﺟ ِﻤ ﺰ ﹶﺓ ﺰ ﹶﺓ ﹶﻓ ِﻠ ﹼﻠ ِﻪ ﺍﹶﻟ ِﻌ ﺪﺍﹾﻟ ِﻌ ﻳﻳ ِﺮ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻣ Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. (QS. Fatir : 10).81 26) Al Hilmu Ilmu pengetahuan dan amal usaha adalah nur, maka nur itu akan
kabur
karena
maksiat
dan
Tuhan
tidak
akan
menganugerahkan nur kepada orang yang berbuat maksiat. Kesempurnaan
hidup
manusia
niscaya
mendatangkan
manfaat, apabila diri manusia dibangun dan dipelihara. Dibangun artinya berbuat sesuatu yang melengkapi dirinya agar bermanfaat bagi yang lain, bukan saja bermanfaat dalam lingkungan manusia, tetapi juga makhluk lainnya. Manusia dijadikan indah dalam susunan anggotanya, kesempurnaan lahir itu hendaknya diikuti pula dengan kebersihan batin. Diantaranya adalah menahan diri dari berbuat maksiat, baik maksiat zahir maupun maksiat batin, maka al-hilmu (menahan diri dari berbuat maksiat) merupakan salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.82 27) Al-Ihlas Ikhlas adalah kesadaran agama yang memperlihatkan kedekatan hubungan seseorang dengan Tuhannya. Karena itu sebagimana yang dikemukakan oleh Ibnu Ibad al-Nafazi, keikhlasan dibagi atas dua tingkatan yaitu :83 a) Tingkat pertama, keikhlasan ini dimiliki oleh kelompok alAbrar (orang-orang yang baik). Perbuatan mereka betul-betul terbebas dari sifat riya’. Namun tetap ada pamrih yang mereka 81
Depag. RI, Op. cit., hlm. 696 Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 47 83 Ilyas Ismail, Pintu-Pintu Kebaikan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 182
2
harapkan, yaitu mengharap pahala dari Tuhan dan mengharap dijauhkan dari neraka. b) Tingkat kedua, keikhlasan ini dimiliki oleh kelompok alMuqarrabin (orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah). Sikap ini mereka tanamkan dengan tiada pamrih, tidak melihat perbuatannya karena daya dan upaya sendiri, tetapi semata-mata karena Allah. Ikhlas merupakan ruh suatu amal dan amal yang tidak dilandasi dengan keikhlasan seperti amal yang tidak ada ruhnya.84 Dalam al-Qur’an surat al-Bayyinah ayat 5 Allah berfirman :
.(5 : )ﺍﻟﺒﻴﻨﺔ.ﻔﺎ َﺀﻨﻦ ﺣ ﻳ ﺍﻟ ِّﺪﻦ ﹶﻟﻪ ﻴ ﺼ ِ ﺨ ِﻠ ﷲ ﻣ َ ﻭﺍ ﺍﺪﻌﺒ ﻴﻭﺍ ِﺍ ﱠﻻِﻟﺎﺍﹸ ِﻣﺮﻭﻣ Dan tiada diperintahkan mereka, melaikan supaya mereka beribadah kepada Allah seraya mengikhlaskan taatnya kepada Allah, lagi condong kepada kebenaran (QS. al-Bayyinah:5).85
28) Al-Wafa’ Janji adalah suatu ketetapan yang dibuat oleh seseorang dan untuk dilaksanakan oleh oarng itu sendiri. Terhadap janji seseorang berkewajiban untuk menunaikannya. Setia kepada janji merupakan bagian dari iman dan menyampaikannya adalah salah satu sendi hidup bersosial. Islam menuntut keras kepada setiap muslim supaya senantiasa tetap berperangai dengan menyempurnakan janji.. itualah ajaran islam dan pribadi muslim, sehingga dikenal di lingkungannya bahwa setiap perkatannya merupakan perjanjian yang kuat, tidak dikhawatirkan menyalahi dan mengingkarinya.
84 85
Muhammad al-Ghazali, Op. cit., hlm. 139 Depag. RI, Op. cit., hlm. 1084
Akhlak yang mulia merupakan buah keimanan dan punck akhlak itu ialah amanah dan menepati janji. Seseorang yang telah hilang sifat amanah dan menepati janji, merupakan suatu tanda kemerosotan iman dan jauhnya ketaqwaan kepada Allah SWT. Menunaikan janji hukumnya wajib, baik terhadap orang mukmin atau orang kafir. Karena keutamaan adalah salah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ruang lingkup beredarnya perjanjian adalah dalam masalah yang baik, bukan masalah yang buruk dan jahat. Selagi masalahnya baik, setiap individu wajib menunaikan janjinya setiap saat.86 29) Lapang Dada Istilah lapang dada, secara simbolik digunaka Allah SWT, untuk menunjuk orang-orang yang kepadanya Ia berkenan memberi petunjuk atau hidayah, terutama hidayah iman dan Islam. Seperti dituturkan Muhammad Ghazali dalam Khuluq al-Muslim, tak ada nikmat dan anugerah yang amat besar selain nikmat bersih hati dan lapang dada. Orang yang bersih hati dan lapang dada adalah seseorang yang
mampu
menekan
secara
maksimal
kecenderungan-
kecenderungan buruk yang ada dalam dirinya, seperti rasa benci, dengki, iri hati, dan dendam. Sebaliknya, ia jga mampu berhasil mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya menjadi kualitas moral (akhlak al-karimah) yang nyata dan actual dalam kehidupannya.87 Setiap muslim harus mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengeakang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut, dan wajib melatih diri dengan membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati, seperti ujub dan takabur, riya’, pendusta
86 87
Muhammad al-Ghazali, Op. cit., hlm. 132 Ilyas Ismail, Op. cit., hlm. 46-47
dan sebagainya. Hal ini juga harus disertai dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. 30) Bir al Walidaini Dalam keluasan konotasi prinsipilnya, istilah ”al-birr” meliputi aspek kemanusiaan dan pertanggung jawaban ibadah kepada Allah SWT. Dalam jalur hubungan kemanusiaan ; dalam tata hubungan hidup keluarga dan kemasyarakatan wajib dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah dan ibu menduduki posisi yang paling utama. Walaupun demikian kewajiban ibadah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya tetap berada di atas hubungan horisontal ke manusia. Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik kepada kedua orang tua (birr al-walidaini) telah menjadi salah satu akhlak yang mulia. Dorongan dan kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ayah dan ibu lah yang paling besar dan terbanyak berjasa kepada setiap anak-anaknya. 88 Sebagimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 14 yang berbunyi :
ﰱ ِ ﻪ ﺎﹸﻟﻭ ِﻓﺼ ﻫ ٍﻦ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﺎﻫﻨ ﻭ ﻪ ﻣ ﹸﺍﺘﻪ ﻤ ﹶﻠ ﺣ
ﺝ
ﻳ ِﻪﺪ ﺎ ﹶﻥ ﺑِﻮﺍِﻟﻧﺴﺎﹾﺍ ِﻹﻴﻨ ﺻ ﻭ ﻭ
.(14 : )ﻟﻘﻤﺎﻥ.ﺮﻲ ﹾﺍﳌﹶﺼﻴ ﻚ ﻗﻠﻰ ِﺍﹶﻟ ﻳﺪ ﺍِﻟﻭِﻟﻮ ﱃﺷ ﹸﻜﺮ ﻴ ِﻦ ﹶﺍ ِﻥ ﺍ ﻣ ﺎﻋ Dan kami perintahkan mausia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya : ibunya yang mengandugnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
88
Sudarsono, Op. cit., hlm. 45-46
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu. (QS. Luqman : 14).89
Dengan memelihara
demikian
dapat
hubungan
dipahami
horisontal
bahwa
di
dalam
kemanusiaan
atau
kemasyarakatan, ayah dan ibu sepatutnya mendapat prioritas pertama dan posisi paling utama. Maka sangant keliru jika seorang anak hanya memelihara hubungan baik dengan personal-personal lain, sedangkan hubungan etis keislaman dengan ayah dan ibu diabaikan. Oleh sebab itu bir al-walidaini patut dan perlu dilaksanakan oleh seorang anak kepada kedua orang tua.90 .2 Pondok Pesantren a. Pengertian Pondok Pesantren Sebelum tahun 60-an pusat-pusan pendidikan pesantren di Jawa dan Madura lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah ini berasal dari pengertian asrama para santri yang disebut pondok atau tempat yang dibuat dari bambu, atau kata pondok berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berarti asrama.91 Lebih luas lagi Arifin mendifinisikan bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (pondok) di mana para santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa ustadz atau kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.92 Seorang guru atau ustadz dalam pondok pesantren juga sebagai pembimbing utama para santri, artinya segala pola kehidupan baik 89
Depag. RI, Op. cit., hlm. 654 Sudarsono. Loc. Cit., hlm. 46 91 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta : LP3eS, 1985), Cet. IV, hlm. 18-19 92 Arifin, Op. cit., hlm. 240 90
dalam bidang keilmuan maupun perilaku dalam kehidupan sehariharinya, dapat dijadikan uswah dalam membimbing pola kehidupan santri-santrinya. Earl V. Pullis dan James D Young menyatakah bahwa guru (ustadz) ialah : “The teacher is a guide on the journey of learning. As a guide, because of his experience, his knowledge of the road and of the travelers, and of his great interes in their learning, he assumes major responsibility for the trip”.93 Seorang guru adalah pembimbing dalam pembelajaran. Disebut pembimbing sebab dalam pengalamannya, pengetahuannya tentang jalan yang akan dilalui oleh orang yang akan melakukan perjalanan , dan memiliki ketertarikan yang besar terhadap pembelajaran, dia diasumsikan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam perjalanan itu. Zamakhsari Dhofier juga menyebutkan beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari pondok pesantren yaitu : pondok atau asrama, tempat belajar mengajar atau masjid, santri, pengajaran kitabkitab agama berbentuk kitab-kitab yang berbahasa Arab dan klasik atau kitab kuning, dan kyai atau ustadz.94 b. Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren 1) Kedudukan akhlak di pondok pesantren Akhlak di pesantren menempati posisi yang cukup tinggi, hal ini didasarkan pada pandangan pesantren terhadap akhlak itu sendiri, yaitu : a) Akhlak sebagai amalan utama, pendidikan dan pengajaran di pesantren semuanya diarahkan pada pencapaian akhlak. Seperti 93
Earl V. Pullis and James D. Young, A Teacher is Many Things, (USA : Indiana University Press, 1968), hal. 32 94 Zamakhsari Dhofier, Op. cit., hlm. 44
dalam pengajaran ilmu tauhid, selain memberikan keyakinan juga mencerminkan norma-norma tingkah laku serta budi pekerti dalam pergaulan sosial. b) Akhlak sebagai media untuk menerima nur, ada anggapan di lingkungan pesantren bahwa ilmu adalah nur Allah dan nur tidak akan bisa diterima kecuali oleh-orang-orang yang suci.95 c) Akhlak sebagai sarana untuk mencapai ilmu manfaat, ilmu yang ada pada seseorang pada dasarnya berkembang sesuai dengan kemampuan akal dan kemanfaatnnya berjalan sesuai dengan tingkah pribadi yang bersangkutan. Jika yang mempunyai ilmu adalah orang baik, maka ilmunya pasti akan memberi kebaikan pada orang lain. Sebaliknya, yang yang mempunyai ilmu orag jahat, maka imunya pasti akan diarahkan untuk tujuan-tujuan jahat.96 2) Materi Pendidikan Akhlak di Pesantren Dalam beberapa materi pendidikan akhlak di pondok pesantren, satu materi dengan materi lain tidak bisa dipisahpisahkan, artinya setiap satu materi merupakan tahapan dari materi sebelumnya, juga pemahaman tentang suatu materi dipelajari melalui tahap-tahap yang telah ditentukan dalam sebuah kitab. Kitab-kitab akhlak yang dipelajari dalam pesantren meliputi : kitab al-Akhlak al-Banin, Ihya’ Ulum ad-Din, Ta’lim al-Muta’alim, Idzotun Nasi’in dan sebagainya. Adapun materi-materi pendidikan akhlak dalam pesantren adalah sebagai berikut:
95
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy’ari, Cet. I, (Yogyakarta : ITTAQA Pers, 2001) hlm.42-43 96 Ibid., 45
a) Akhlak santri terhadap dirinya, materinya antara lain : Dalam mencari ilmu harus berniat ikhlas untuk mencapai ridlo dari Allah SWT, menghilangkan kebodohan, dan berjuang demi menegakkan agama Islam. Santri harus menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk seperti sombong, boros, kikir, serta senantiasa taqarrub kepada Allah untuk mendapatkan cahaya ilmu dan kemanfaatan. Santri harus semaksimal mungkin bersungguh-sungguh agar dapat tercapai cita-cita dan didukuing dengan sifat wira’i, tidak banyak tidur dan tidak banyak makan, juga senantiasa qonaah dalam belajar.97 b) Akhlak santri terhadap ustadz Dalam sebuah pondok pesantren, kedudukan seorang kyai atau ustadz sangat tinggi. Sudah menjadi kewajiban bagi para santri untuk memuliakan mereka dengan cara-cara sebagai berikut: Santri hendaknya mengikuti pemikiran dan nasehatnya, memintakan ridlo dalam segala aktifitas, menjunjung tinggi dan menghormatinya. Santri
hendaknya
memandang
guru
dengan
penuh
ketulusan dan keta’dziman, serta meyakini dlam diri ustadz terdapat derajat kesempurnaan, juga tidak memanggilnya kecuali disertai dengan sebutan ustadz atau sebutan lain yang mengagungkannya. Santri hendaknya memperhatikan hak guru dan tidak melupakan kebaikan dan keutamaannya serta mendo’akan untuk kebaik ustadz. Santri tidak berkunjung kecuali di tempat yang patut dan patut mendapatkan ijinnya, duduk dan bersikap sopan 97
Al-Syeikh M. Hasyim Asyari, Ta’lim al-Muta’allim, (Jombang : Maktabah Tsurat alIslami, t. th), hlm. 10-11
ketika berhadapan dengan ustadz, serta khusyu di saan kegiatan belajar mengajar. Santri hendaknya berbicara dan menegurnya dengan baik, mendengarkan pelajaran dengan sungguh-sungguh dan tidak menyela pembicaraan ustadz tanpa seijinnya. Membantu dan berbuat sebaik mungkin untuk keperluan ustadznya dan tidak berbuat sesuatu yang merendahkan derajatnya. c) Akhlak santri terhadap pelajaran Kedudukan ilmu di dalam dunia pesantren sangat tinggi. Ilmu dipandang sebagai nur (cahaya) dari Allah yang bisa diterima oleh seorang santri jika dia bisa menjaga tingkah laku dan perbuatannya dari perbuatan maksiat. Hal ini diyakini bahwa nur akan masuk pada diri seorang santri yang senantiasa bertakwa yaitu menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa menjauhkah diri dari larangan-laranganNya. Adapun beberapa akhlak santri terhadap pelajaran antara lain sebagai berikut : 98 Hendaknya santri mengawali belajar ilmu-ilmu yang penting yakni ilmu-ilmu yang bersifat fardlu ain, dengan urutan ilmu dzat ketuhanan, ilmu sifat ketuhnaan, fiqih dan ilmu hal, juga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan hati. Santri hendaknya mengiringinya dengan mempelajairi alQur’an
dan
berbagai
cabang
keilmuannya.
Serta
menghindarkan diri dari jebakan mempelajari perbedaan pendapat pada saat awal belajarnya.
98
Hasyim Asyari, Op. cit, hlm. 13-28
Santri hendaknya mengujikan kebenaran keilmuan dan hafalannya kepada ustadz atau selalu memantapkan sebagai ilmu bagi dirinya. c. Metode Pendidikan Akhlak di Pesantren Metode atau suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu sangat perlu diperhatikan dalam hubungannya pembentukan akhlak santri pada suatu pesantren. Metode pendidikan akhlak di pondok pesantren merupakan penanaman akhlak pada diri santri dengan cara-cara tertentu agar para santri mempunyai akhlak yang mulia kemudian dapat mengamalkannya dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama Islam. Adapun metode-metode pendidikan akhlak di pesantren dapat digunakan beberapa cara antara lain : 1) Metode Keteladanan Dalam dunia pesantren pemberian contoh-contoh sangat mendapatkan perhatian. Kyai dan ustadz senantiasa memberikan uswah atau teladan yang baik bagi santrinya, yaitu dalam ibadahibadah ritual maupun dalam kehidupan sehari-hari.99 Hal ini menjadi penting karena nilai-nilai para santri ditentukan dari aktualisasi seorang kyai atau ustadz terhadap apa yang disampaikan. Semakin konsisten seorang kyai atau ustadz menjaga tingkah lakunya, semakin didengar ajaran dan nasihat mereka. Dengan berbekal keteladnan kyai atau ustadz, para santri akahn lebih bisa mengembangkan sifat-sifat dan potensinya, karena dengan keteladanan itulah santri akan mendapatkan dukungan secara psikologis.
99
Tamyiz Burhanuddin, Op. cit., hlm. 54-55
2) Metode Latihan atau Pembiasaan Mendidik dengan cara latihan atau pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian membiarkan santri untuk melakukannya. Cara ini di pesantren biasanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat amaliah seperti shalat berjamaah, kesopanan terhadap kyai atau ustadz dan pergaulan dengan sesama santri.100 3) Mendidik melalui Ibrah Mendidik melalui ibrah dapat dilakukan dengan cara membangkitkan kondisi psikis santri agar dapat merenungkan, memikirkan dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah dari setiap peristiwa. Seperti santri mengkaji tentang kitab Usfuriyyah. 4) Metode Mauidzah Di dunia pesantren tidak diragukan lagi bahwa keberadaan saling
nasehat-maenasehati
sudah
menjadi
sebuah
tradisi
tersendiri. Kyai senantiasa menasehati santrinya, demikian juga antar sesama santri juga saling menasehati, yang lebih senior menasehati santri yang masih baru. Menurut Tamyiz Burhanuddin ada tiga unsur dalam mauidhah antara lain : 101 a) Mauidhah berupa uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dikerjakan. b) Mauidhah
berupa
motivasi
untuk
mendorong
berbuat
kebaikan. c) Mauidhah berupa peringatan terhadap dosa dan bahaya yang akan muncul yang dilakukan oleh seseorang.
100 101
Ibid., hlm. 56 Ibid., hlm. 56-57
5) Metode Kediplinan Metode kedisiplinan adalah berbentuk hukuman dan sangsi bagi santri yang melanggar perturan pondok, atau ini lebih dikenal dengan sebutan ta’zirat. Metode kediplinan dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : a) Penyadaran dengan diberi peringatan bagi santri yang melanggar
peraturan pada pertama kalinya.
b) Santri dihukum sesuai dengan peraturan yang ada. Hukuman ini harus disesuaikan dengan besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan oleh santri seperti membersikan kamar mandi. c) Santri dikeluarkan dari pesantren dan dikembalikan kepada walinya. Hal ini dapat dilaksanakan sebagai alternatif terakhir jika seorang santri sudah tidak bisa melaksanakan peraturanperaturan yang telah ditetapkan oleh pondok pesantren. 6) Metode Targhib wa Tarhib Dua metode ini saling berkaitan satu dengan lainnya. Targhib merupakan janji-janji agar seseorang senang melakukan kebiakan, sedangkan tahdzib adalah ancaman untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar. Metode ini dalam pesantren biasanya digunakan untuk memberikan semangat kepada para santri untuk belajar, seperti dalam pelajaran-pelajaran yang dihafal.102 3. Orang Tua a. Pengertian Orang Tua Orang tua adalah ayah ibu kandung.103 Diartikan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, rumah tangga, kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan sebutan ibu dan bapak.104
102 103
2, hlm. 473
Ibid., hlm. 58-59 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka : 1991), Edisi ke
Sebagai kepala keluarga orang tua mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam rangka mengembangkan kepribadian anak. Tanggung jawab orang tua dalam keluarga amat penting dan amat sulit pelaksanaannya. Pengelolaan rumah tangga memerlukan
keseimbangan
akhlak.
Sikap
keras
hanya
akan
menimbulkan berbagai kekecewaan dan ketidak-enakan. Sementara sikap lemah akan menumbuhkan berbagai ketimpangan, yang berakibat kepada munculnya berbagai ketidakharmonisan di dalam keluarga. Kepemimpinan rumah tangga dipegang oleh kaum laki-laki. Oleh karena itu kaum laki-laki mempunyai hak pengurusan atas istri dan anak-anaknya. Dengan kata lain, urusan pengaturan rumah tangga, baik dari segi materi maupun dari segi rohani, berada di atas pundak kaum laki-laki. Kewajiban ini adalah kewajiban yang berat dan hanya dapat dilakukan oleh seorang suami dalam keluarganya.105 Keluarga adalah satu unit terkecil yang terdiri dari suami istri, atau ayah dan ibu dan anak-anak yang bernaung dalam satu rumah tangga.106 Dalam rumah tangga pasti ada hubungan dua orang atau lebih yang selalu bersama dan terkait karena perkawinan adopsi.107 Oleh karena itu kepribadian muslim pada anak yang sedang dalam masa pertumbuhan tergantung pada pengalaman keluarga maupun dengan lingkunagan sekitarnya, semua itu akan diserap oleh anak dalam rangka pembentukan kepribdiannya.108 Menurut Suwarno, pendidikan dalam keluarga mempunyai beberapa fungsi antara lin sebagai berikut :109 104
Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 629 105 Husain Mazhariri, Surga Rumah Tangga, (Cianjur : Titian Cahaya, 2001), Cet. I, hlm. 21-22 106 M. Quraih Syihab, Op. cit, hlm. 210 107 Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung : Mizan, 1988), hlm. 121 108 Zakiah Darajat, kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan bintang, 1984), hlm. 11 109 Suwarno, Pengantar umum Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), Cet. IV, hlm. 67
1) Pengalaman pertama pada masa kanak-kanak, lembaga pendidikan keluarga memberi pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Para ahli ilmu jiwa seperti Freud dan Adler sangat menekankan pntingnya pendidikan keluarga, sebab pengalaman masa kanak-kanak yang mnyakitkan walaupun sudah jauh terpendam di masa silam dapat menganggu keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya. 2) Menjamin kehidupan emosional anak, melalui lembaga pendidikan keluarga ini kehidupan emosional atau kebutuhan atas rasa kasih sayang dapat dipenuhi dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik (orang tua) dan anak didik. Kehidupan emosional ini merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam membentuk pribadi anak. b. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Akhlak pada Anak Anak bagi orang tua merupakan amanat Allah dan menjadi tanggung jawabnya untuk mendidiknya. Dan dalam perkembangnnya, orang tua harus senantiasa mencurahkan, memperhatikan, dan mengikuti perkembangan anak baik dalam pembinaan aqidah moral, persiapan spiritual dan sosial disamping selalu memahami situasi dan kondisi jasmani anak tersebut. Memperhatikan anak berarti mengerti dan memahami banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilakukan yaitu dengan memusatkan tenaga atau kekuatan jiwa yang tertuju pada suatu obyek dalam hubungannya dengan pemeliharaan rangsangan yang datang dari lingkungan.110 Dalam ajaran Islam peran orang tua dikenal sebagai kewajiban orang tua. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dijelaskan : 110
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet. III (Jakarta : Rineka Cipta, 1995) , hlm. 105
ﻢ ﺳ ّﹶﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻨﻪ ﻋ ﷲ ُ ﻰ ﺍ ﺿ ِ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﻦ ﹶﺍﺑِﻰ ﻫ ﻋ ﺎِﻧ ِﻪﺠﺴ ِّ ﻤ ﻭﻳ ﺍِﻧ ِﻪﺼﺮ ِّ ﻨﻭﻳ ﺍِﻧ ِﻪﻬ ِّﻮﺩ ﻩ ﻳ ﺍﺑﻮﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﺎ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ِﻔ ﹾﻄ ﻮﹶﻟﺪ ﻮﻟﹸﻮ ٍﺩ ِﺍ ﱠَﹶﻻﻳ ﻣ ﻦ ﺎ ِﻣﻣ (ﻤ ﹶﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻴ ﺑ ِﻬ ﻤ ﹶﺔ ﻴ ﺒ ِﻬ ﺍﻟﺘﺞﻨ ﺎ ﺗﹶﻛﻤ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi seperti anak hewan mengikuti induknya (HR. Muslim) Adapun kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut : 1) Memberi nama anak dengan nama yang baik Orang tua hendaknya jangan sampai memberi nama anaknya dengan nama yang mengandung arti tidak baik. Anak akan malu dengan nama yang mempunyai arti jelek, umpamanya “si Ribut’, “si Bandel”, dan sebagainya. Oleh karena itu nama yang diberikan orang tua harus nama yang mengandung optimisme, yang merupakan doa dari ibu dan bapaknya. 111 Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Wahab alKhatsjmi bahwa Rasulullah saw bersabda :
ﺍﷲﺒﺪ ﻋ ﺎﻟﹶﻰﺗﻌ ﷲ ِ ﺎ ِﺀ ِﺍﻟﹶﻰ ﺍﺳﻤ ﺐ ﺍ ﹶﻻ ّ ﺣ ﻭﹶﺍ ﺎ ِﺀﻧِﺒﻴﺎ ِﺀ ﺍ ﹶﻻﺳﻤ ّﻮ ِﺑﹶﺎﺴﻤ ﺗ ﺮﺓﹲ )ﺭﻭﺍﻩّ ﻣ ﻭ ﺮﺏ ﺣ ﺎﺤﻬ ﺒﻭﹶﺍ ﹾﻗ ﻤﹼﺎﻡ ﻫ ﻭ ﺎ ِﺭﺙﹲﺎ ﺣﺍ ﹸﻗﻬﺻﺪ ﻭﹶﺍ ﻦﺣﻤ ﺮ ﺍﻟﺒﺪ ﻋ ﻭ (ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ 2) Mendidiknya dengan sopan santun atau akhlak mulia Kewajiban orang tua kepada anaknya termasuk mendidiknya dengan budi pekerti yang baik, dengan adab sopan santun menurut
111
Rahmat Djatnika, Op. cit., hlm. 225
tuntunan akhlak karimah, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.112
ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻨﻪ ﻋ ﻰ ﺍﷲ ﺿ ِ ﺭ ﺎﺱﻋﺒ ﺑ ِﻦﻦ ﹶﺍ ﻋ (ﻢ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻬ ﺑﺍﻮ ﹶﺍﺩﺴﻨ ِ ﺣ ﻭﹶﺍ ﻢ ﺩﻛﹸ ﻭ ﹶﻻ ﻮﺍ ﹶﺍﻢ ﹶﺍ ﹾﻛ ِﺮﻣ ﺳ ﱠﹶﻠ ﻭ lalalalal 3) Mengajar mambaca dan menulis Dalam ajaran Islam kewajiban mengajar membaca dan menulis pada dasarnya adalah kewajiban orang tua. Menulis dan membaca merupakan sarana sebagai dasar untuk bisa mengetahui ilmu pengetahuan yang dapat menghilngkan kebodohan pada anak.113 4) Mendidik kesehatan jasmani Kewajiban orang tua bukan hanya mendidik mentalnya agar sehat, dengan iman dan dengan amal saleh saja, melainkan juga mendidik jasmani anaknya supaya sehat. Kesehatan sangat diperlukan bagi seseorang terutama anak yang dalam masa pertumbuhannya
memerlukan
stamina
yang
kuat
untuk
perkembangan fisik dan psikisnya. 5) Memberikan konsumsi rizki yang baik Selain mendidik jasmani dan rohani pada anak, orang tua juga berkewajiban memberikan nutrisi yang baik. Sebab pertumbuhan jasmaini dan kecerdasan serta rohani anak ada hubungannya dengan jenis makanan yang diberikan, yaitu makanan yang mencukupi empat sehat lima sempurna dan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal. 114 Adapun beberapa cara atau metode yang dapat gunakan orang tua dalam pembinaan akhlak anak adalah sebagai berikut : 112
Ibid., hlm. 228 Ibid., hl. 231 114 Ibid, hlm. 232-233 113
a) Keteladanan Pendidikan
dengan
keteladanan
(memberi
contoh)
merupakan metode terbaik dalam menanamkan akhlak pada anak. Setiap perilaku dari orang tua selalu diawai oleh putra-putrinya dalam keluarga. Bahkan segala perilaku orag tua akan direkam dalam hati seorang anak yang masih bersih dan suci.115 Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten serta kontinyu baik dalam perbuatan ataupun budi pekerti yang luhur. Karena jika orang tua sekali saja memberikan contoh yang buruk, maka akan mencoreng seluruh budi pekerti yang luhur. b) Pembiasaan Pembiasaan
merupakan
proses
penanaman
kebiasaan.
Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai akhlak. Disamping itu pembiasaan harus memproyeksikan terbentuknya mental dan akhlak yang lemah lembut.116 c) Nasehat Nasehat
ialah
penjelasan
tentang
kebenaran
dan
kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjukkan ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Metode ini digunakan untuk menyadarkan anak akan hakekat sesuatu, menorong mereka menuju hakekat dan martabat yang luhur dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.117
115
Khatib Ahmad Santhut, Menunbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1998), Cet. I, hlm. 85 116 Miqdad Yaljan, Kecerdasan Moral, terj. Tulus Mustofa, (Jakarta : Pustaka Fahmi, 1998), hlm. 28-29 117 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Jamaluddin Miri, (Jakarta : Pustaka Amani, 1999), Jilid 2, hlm. 209
d) Memberikan tuntunan Biasanya hukuman dan balasan atas perbuatan sesorang yang berlangsung dihadapan anak dapat digunakan oleh orang tua untuk menjelaskan hikmah di balik perbuatan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian pada anak, bahwa perbuatan itu ada yang boleh dikerjakan dan ada pula yang haram untuk dilakukan. Tuntunan semacam ini sangatlah penting untuk memekarkan hati anak, karena hati tidak dapat mekar kecuali setelah memiliki nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai parameter segala perbuatan dirinya dan perbuatan orang lain.118 e) Kedisiplinan Kedisipinan dalam pembinaan akhlak pada anak identik dengan pemberian hukuman dan sangsi. Biasanya jika seorang anak sering dibiarkan jika melakukan kesalahan-kesalahan, maka akan tertanam dalam pikirannya untuk mengulangi perbuatan tersebut. Dengan pemberian hukuman berarti orang tua dapat menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar, dan jika anak mengulangi perbuatan tersebut, maka resikonya adalah anak itu mendapatkan hukuman.119 f) Memupuk hati nurani Keteladanan,
pembiasaan,
nasehat,
tuntunan
dan
kedisiplinan, semuanya membantu anak untuk menyerap nilai-nilai akhlak atau moral dan membiasakannya melakukan perbuatan terpuji. Pendidikan dan pembinaan akhlak ini tidak akan mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani yang merupakan kekuatan dari dalam diri manusia, yang dapat menilai baik dan 118 119
Khatib Ahmad Santhut, Op. cit., hlm. 87-88 Hadlan Nawawi, Pendidikan dalam Islam, (Surabaya : al-Ikhlas, 1993), hlm. 243
buruknya suatu perbuatan. Bila hati nurani merasakan “ridlo” terhadap perbuatan tersebut, maka anaka akan merespon dengan baik ; bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap suatu perbuatan, maka anak pun akan merespon dengan buruk. 120 B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN Dalam pembuatan skripsi ini peneliti mencoba menggali informasi terhadap skripsi-skripsi terdahulu sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah-masalah yang diteliti baik segi metode dan objek yang diteliti. Namun secara khusus belum ada peneliti yang membahas masalah tersebut, adapun kajian peneliti yang relevan digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. “Pendidikan Akhlak Sebagai Upaya Pembentukan Watak Peserta Didik” yang ditulis oleh Roikhatul Miskiyah (3100156) dan membahas tentang peran dan upaya pendidikan akhlak dalam pembinaan dan pembentukan watak peserta didik serta metode pembentukan watak melalui pendidikan akhlak. 2. “Pokok-Pokok
Pendidikan
Akhlak
dalam
Surat
an-Nisa’
:
36
Implementasinya dalam Pembentukan Akhlak Mahmudah” yang ditulis oleh Kurniawan Wibowo (3199026) dan membahas tentang penerapan pokok-pokok pendidikan akhlak serta konsep akhlak dalam surat an-Nisa : 36 dan implementasinya dalam pembentukan akhlak mahmudah 3. “Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pembentukan Anak Saleh” yang ditulis oleh Sri Yuni Asih (319907) dan membahas tentang tentang kewajiban orang tua dalam ajaran Islam yaitu mendidik anak-anaknya supaya menjadi anak yang saleh. 4. “Peran Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Muslim (Studi Kasus di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak)” yang ditulis oleh Nailun Nahdifah (4196144) dan membahas tentang sistem pendidikan dan
120
Khatib Ahmad Santhut, Op. cit., hlm. 243
pengajaran di pondok pesantren dalam rangka pembentukan kepribadian muslim. C. PENGAJUAN HIPOTESA Hipotesa merupakan kesimpulan sementara dari hasil penelitian. Adapun hipotesa yang penelitian ajukan adalah ada perbedaan yang signifikan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
BAB III METODE PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui akhlak siswa yang tinggal di pondok pesantren. 2. Untuk mengetahui akhlak siswa yang tinggal bersama orang tua. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan akhlak siswa yang tinggal di pondok pesantren dan akhlak siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabipaten Kendal. B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada : Tanggal : 6 Desember sampai dengan 3 Januari 2005 Tempat : MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Waktu
: 08.00 – selesai
C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.121 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah : Akhlak siswa dengan indikator : Akhlak Mahmudah yaitu :alAmanah (dapat dipercaya), al- Alifah (disenangi), al-‘Afwu (Pemaaf), Anysatun (manis muka), al-khairu (baik), al-Husyu’u (tekun sambil menundukkan diri), al-Haya’u (malu jika tercela), al-Hilmu (menahan diri 121
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998) , hlm. 99
dari maksiat), al-Adl (adil), al-Ikha’u (menganggap bersaudara), al-Ihsanu (berbuat baik), al-Ifafah (memelihara kesucian diri), al-Muruah (berbudi tinggi), al-Naz.afah (bersih), al-Rahmah (belas kasih), al-Sakha’u (pemurah), al-Salam (kesentosaan), al-S.alihah (beramal salih), al-S.abru (sabar), al-s.idqu (jujur), al-Syaja’ah (pemberani), al-Ta’awun (tolongmenolong), al-Taz.aru’ (merendahkan diri kepada Allah SWT), alTawazu’ (merendahkan diri terhadap sesama manusia), Qanaan (merasa cukup), dan Izzatun nafsi (berjiwa kuat).122 al-Ihlas (ikhlas), al-Wafa’ (menepati janji), lapang dada.123 Serta bir al-Walidaini (berbakti kepada orang tua).124 2. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.125 Adapun yang peneliti jadikan populasi adalah semua siswa kelas III MTs NU 07 Patebon Kendal. Sedangkan sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penentuan sample penelitian, peneliti akan berpedoman pada teori sample Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila populasi yang menjadi objek penelitian kurang atau sama dengan 100 (seratus) orang, maka seluruh populasi harus menjadi sampel. Namun jika populasi lebih dari 100 orang, maka sampel dapat diambil tidak keseluruhan melainkan sebagian dari populasi dengan batasan antara 10 % sampai 25 % atau lebih. 126 Dalam penelitian ini digunakan random sampling atau sample random yaitu peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga subjek di dalam populasi dianggap sama tanpa mengistimewakan satu dengan lainnya.127
122
Barnawy Umary, Op. cit., hlm. 43 Muhammad Al-Ghazali, Op. cit., hlm. 139 124 Sudarsono, Op. cit., hlm. 45 125 Suharsimi Arikunto, Op., cit, hlm. 115 126 Ibid, hlm. 117 127 Ibid., hlm. 120 123
Jumlah siswa kelas III MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten adalah 124 siswa dengan 16 siswa yang tinggal di pondok pesantren tertentu dan 108 siswa yang tinggal bersama orang tua. Karena jumlah populasi yang tidak sama, maka penentuan jumlah subjek penelitian dibedakan dengan cara berikut : siswa yang tinggal di pondok pesantren yang berjumlah 16, semuanya dijadikan subjek penelitian. Sedangkan yang tinggal di rumah diambil sejumlah 16 siswa dengan teknik random sampling. Sehingga secara keseluruhan jumlah subjek penelitian sebanyak 32 siswa.
3. Metode pengumpulan data Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Metode Angket Angket ialah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.128 Metode angket ini peneliti gunakan guna memperoleh data tentang akhlak siswa kelas III baik yang tinggal di pondok pesantren maupun yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. b. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.129 Metode ini peneliti gunakan guna mendapatkan data dokumenter meliputi letak geografis, demografi, dan struktur organisasi MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
128 129
Ibid., hlm. 124 Ibid., hlm. 131
c. Metode Observasi Observasi atau pengamatan adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama walaupun dilakukan oleh beberapa orang. Dengan kata lain pengamat harus obyektif.130 Observasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data dan gambaran secara jelas tentang MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dan segala kegitan di dalamnya. d. Metode Interview Interview atau wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh informasi sebanyak-banyaknya.131 Metode interview ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari kepala sekolah, guru serta karyawan tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan lainnya di MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Juga data mengenai pondok pesantren dan keluarga dari responden penelitian. 4. Metode Analisis data Setelah data yang peneliti harapkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis data denagn melalui beberapa tahapan yaitu ; a. Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan yaitu mengolah data mentah menjadi data masak melalui penggunaan statistik deskriptif agar mudah dibaca dan ditafsirkan.132
130
Ibid., hlm. 235 Ibid., hlm. 233 132 Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2003), Cet. 3, hlm. 7 131
Analisis ini digunakan untuk mengolah data-data tentang akhlak siswa yang tinggal di pondok pesantren dan siswa yang tinggal bersama orang tua, kemudian dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi pada setiap variable dengan kategori sebagai berikut : - Alternatif A pada interval 91 – 100 dengan kategori baik sekali - Alternatif B pada interval 81– 90 dengan kategori baik - Alternatif C pada interval 71 – 80 dengan kategori sedang atau cukup - Alternatif D pada interval 60 – 70 dengan kategori kurang b. Analisis uji hipotesa Analisis uji hipotesa yang peneliti pakai adalah dengan menggunakan t-SCORE dengan rumusan sebagai berikut :
M M SD X−
t=
Y
bm
di mana : t Score = hasil perbedaan antara x dan y
M M SD
X
= Mean dari sample x
Y
= Mean dari sample y = Standar kesalahan perbedaan mean133
bm
c. Analisis Lanjutan Analisis lanjutan analisis lebih lanjut dari analisis hipotesa, yaitu dengan membandingkan
t
O
(t = nilai t dari hasil hitungan) dengan
yang diperoleh dari hasil table). Apabila
t
O
<
t
t
t
t
(t
maka penelitian
tersebut non signifikan, konsekuensinya penelitian tersebut ditolak. Namun jika
t
O
>
t
t
maka penelitian signifikan dan penelitian dapat
diterima. Dalam skripsi ini peneliti menggunakan taraf signifikansi 1% dan 5 %.
133
Sutrisno Hadi, Statistik, Cet. XVIII, (Yogyakarta : Andi Offset, 2001), hlm. 268
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs NU 07 Patebon Berawal dari latar belakang untuk melestarikan kader-kader Nahdlatul Ulama’di wilayah Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, maka pada masa kepengurusan MWC NU yang Ro’is Syuriyah masih dipegang oleh Ky. Muhtas Nuri Azizi mempunyai insisiatif untuk mendirikan sebuah sarana pendidikan. Dengan berbagai tahap musyawarah di rumah beliau yaitu di dukuh Padatan Desa Lanji Kecamatan Patebon, maka pada tanggal 22 Desember 1977 di sepakati didirikannya lembaga pendidikan yang bernama MTs NU 07 Patebon. Kegiatan belajar mengajar pertama kali dilaksanakan dengan menumpang di SD Inpres Kebonharjo yaitu masuk sekolah pada sore hari. Setelah berjalan selama beberapa tahun ternyata kegiatan belajar mengajar ini sempat mengalami kefakuman. Namun dengan semangat dari para pengurus MWC NU Patebon dan dukungan dari semua pihak, sekolah ini dapat berjalan aktif kembali dengan cara menumpang di MDA (Madrasah Dinniyah Awwaliyah) alItqon. Sekarang MTs NU 07 Patebon telah berkembang dengan pesat dan sudah berstatus akreditasi B pada tahun 2005. Bahkan saat memiliki gedung yang tidak kalah lengkapnya dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. MTs NU 07 Patebon telah mengalami perkembangan yang berarti dari tahun ke tahun, dan akan terus berkiprah dengan segala kegiatan dan pembelajaran serta perbaikan ke arah yang lebih maju. Adapun para tokoh pendiri MTs Nu 07 Patebon antara lain adalah :
a. Ky. Muhtas Nuri Azizi b. Ky. Munawwar c. Ky. Dahlan Aini
2. Keadaan Geografis MTs NU 07 Patebon MTs NU 07 Patebon beralamatkan di jalan KH. Abu Bakar No. 08 Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal 51351 Jawa Tengah. Madrasah ini berada pada dataran rendah dengan lingkungan pekerjaan pertanian dan masuk pada wilayah pedesaan. Madrasah
ini juga berbatasan dengan berbagai berbagai tempat
antara lain: a. Di sebelah utara dengan kantor KPN Kecamatan Patebon b. Di sebelah timur dengan STM Bhenika c. Di sebelah selatan dengan SMP Negeri Patebon d. Di sebelah barat dengan Polsek Patebon 3. Keadaan Guru dan Karyawan MTs NU 07 Patebon Jumlah guru di MTs NU 07 Patebon seluruhnya adalah berjumlah 23 orang dengan 15 guru laki-laki dan 8 guru perempuan. Sedangkan jumlah karyawan sebanyak 6 orang yaitu 4 orang tenaga administrasi dan 2 orang pembantu sekolah. Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan tabel keadan guru dan karyawan serta jabatan-jabatannya. Tabel. 01 Keadaan Guru dan karyawan MTs Nu 07 Patebon Tahun 2005
NO. A
NAMA
IJAZAH TERAKHIR
JABATAN
MAPEL
Guru 1
Muchlish, S.Ag
2
Maddah Azizi
S1 DIP.LIPIA
Kepala Madrasah Wk. Kurikulum
Fisika
3
Drs.H. Muh Lazim
4
Romdlon, BA
5
H. Fathurrohman
6
Wk.Kesiswaan
B.Indonesia
Wk. Sarana Prasarana
SKI, KeNUan
MA
Wk.Humas
Qur’an Hadits
Siti Simyanah, S.Ag
S1
Wali Kelas VIIA
Biologi
7
Dra.Hj. Samiah
S1
Wali Kelas VIIB
B. Inggris
8
Siti Sutarni, S.Ag
S1
Wali Kelas VIIC
B. Indonesia
9
Fitriyah, A.Md
D3
Wali Kelas VIIIA
B.Indonesia
10
Rosidah S.Pd
S1
Wali Kelas VIIIB
Matematika
11
Drs. Muntholib
S1
Wali Kelas VIIIC
Aqidah Akhlak
12
Fitriyanti,
M. Nasikhin Ch
S1 Sarmud
PGA
Wali Kelas III
1
Sejarah
2
13
Dra.Hj. Fatchiyah
S1
Wali Kelas III
B. Inggris
14
Siti Umi Masruroh, S.Pd
S1
Wali Kelas III3
PPKn,Kewiraan
15
Mukhmmad Isrok, S.Ag
S1
Pengg. OSIS
Matematika
16
Sunarimo
MA
BP
B. Arab
17
Ahmad Ayub HM
PGA
B. Arab
18
Ach. Zaeni
PGA
B. Jawa, Mulok
19
H.Achmad Chumaidi
PGA
KeNUan,Mulok
20
Fahrurrozi
PGA
Fiqih
21
A. Djazuli, BA
Sarmud
22
Pariyati, S.Ag
S1
23
Masturi
B
Pend. Seni Biologi Penjaskes
Karyawan 1
Achmad Noer Sodiq
MA
Kepala TU
2
Nur Hidayati
SMEA
Bendahara
3
Siti Mahmudah
SMEA
Staf TU
4
Nur Abidah
SMEA
Petugas Perpustakaan
5
A. Zaenuri
SD
Penjaga Sekolah
6
Ali Usman
MTs
Penjaga Sekolah
4. Keadaan Siswa MTs NU 07 Patebon Jumlah siswa MTs NU 07 Patebon tahun 2005 seluruhnya adalah sebesar 367 siswa dengan 193 siswa dan 174 siswi. Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan tabel keadan siswa Tabel. 02 Keadaan Siswa MTs NU 07 Patebon Tahun 2005 No.
KELAS
SISWA
SISWI
JUMLAH
1
VIIA
22
21
43
2
VIIB
22
21
43
3
VIIC
21
20
41
65
62
127
JML 4
VIIIA
24
16
40
5
VIIIB
21
18
39
6
VIIA
21
16
37
66
50
166
JML 7
III1
21
20
41
8
III2
21
22
43
9
III3
20
20
40
JML
62
62
124
TOTAL
193
174
367
Dalam skripsi ini judul yang diangkat adalah akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon. Oleh karena itu perlu diketahui keadaan siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dan bagaimana latar belakang orang tua siswa kelas III yang tinggal bersama orang tuanya. Berikut akan ditampilkan keadaan siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren yaitu seluruhnya berjumlah 16 siswa. Jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah seluruhnya siswa kelas III yaitu sebesar 124.
Table. 03 Keadaan Siswa Kelas III yang Tinggal Di Pondok Pesantren KELAS
SISWA
SISWI
JUMLAH
III
1
2
1
3
III
2
2
3
5
III
3
4
4
8
8
8
16
TOTAL
Adapun keadaan sosial ekonomi orang tua siswa kelas III yang akan ditampilkan terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam Tabel 04 berikut ini :
Table. 04 Latar Belakang Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa Kelas III MTs NU 07 Patebon 2005 No. LATAR BELAKANG A
JUMLAH
PENDIDIKAN TERAKHIR
1
Tidak sekolah
2
SD / MI
31
3
SLTP / MTs
52
4
SLTA / MA
38
5
Diploma / Akademi
4
6
Sarjana atau lebih
3
B
-
JENIS PEKERJAAN
1
PNS
1
2
TNI / Polri
-
3
Pensiunan
-
4
Karyawan Swasta
18
5
Pedagang / Wirausaha
9
6
Petani
34
KETERANGAN
7
Nelayan
9
8
Buruh tidak Tetap
49
9
Sopir
3
10
Lainnya
5
C
PENGHASILAN PER BULAN
1
Tidak Tetap
44
2
< 500.000
62
500.000-1.000.000
19
4
1.000.000-2.000.000
2
5
> 2.000.000
1
5. Sarana dan Prasarana MTs NU 07 Patebon Sarana prasarana yang ada di MTs Nu 07 Patebon dapat dilihat dari Tabel. 05 berikut ini :
Table. 05 Sarana dan Prasarana MTs NU 07 Patebon 2005 a. Keliling tanah seluruhnya seluas 1. 313 m, yang sudah dipagar permanen (termasuk pagar hidup) seluas 871 m b. Luas Tanah/Persil yang Dikuasai Sekolah menurut Status Pemilikan dan Penggunaan
Status Pemilikan
Penggunaan Luas Tanah Halaman/ LainLap.Olahraga Kebun Seluruhnya Bangunan Taman lain
Sertifikat 871 m2 Milik Belum Bukan Milik
541 m2
330 m2
-
-
-
442 m2
-
-
442 m2
-
-
-
-
-
-
-
-
c.
Perlengkapan 1. Perlengkapan Administrasi
Komputer Printer 2
1
Mesin
Brankas
Ketik Stensil FotoCopy
-
-
-
Filling Lemari Meja Kursi Cabinet
-
6
6
7
7
2. Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar Komputer Printer LCD 20
-
Meja Guru
Kursi Guru
Meja Siswa
22
22
289
-
Kursi Lemari TV/Audio Siswa
576
2
2
3. Buku dan Alat Pendidikan tiap Mata pelajaran Buku No.
Mata Pelajaran
Pegangan Guru
Teks Siswa
Jml Judul
Jml Eks.
Jml Judul
Jml Eks.
6
6
6
60
1
PPKn
2
Pend.Agama
3
Bhs dan Sastra Ind.
10
12
7
1268
4
B. Inggris
13
188
4
1353
5
Sej.Nas.& Umum
5
39
3
674
6
Pend. Jasmani
4
10
7
Matematika
9
14
6
1451
a. Fisika
10
23
3
64
b. Biologi
10
27
6
571
9
25
3
818
Alat Peraga Penunjang Jml Judul
Software Peraga Praktik Pemb. (Set) (Set) Jml (Set)
Eks.
IPA(Khusus MTs)
8
c. Kimia 9
IPS(Kusus MTs) a. Ekonomi
1 1
b. Sosiologi c. Geografi
7
12
5
792
1
d. Sej. Budaya e. Tata Negara f. Antropologi 10
Tek.Inf.Komputer
5
5
11
Pend. Seni
3
3
12
B. Asing Lain
13
BP
14
Mulok
13
32
15
Kertangkes
3
3
16
Produktif 4. Ruang menurut jenis, status pemilikan, kondisi dan luas Milik
No.
Baik
Jenis Ruangan
Jml
Rusak Ringan Luas m2
1
Teori/Kelas
9
504
2
Lap. Komputer
1
56
3
Jml
m2
Luas
1
56
Perpustakaan
1
10
4
Praktik Kerja
1
10
5
Koperasi/Toko
1
5
6
BP/BK
1
10
7
Kepala Sekolah
1
12
8
Guru
1
56
9
TU
1
36
10
OSIS
1
10
11
Kamar Mandi/WC Guru
1
5
Rusak Berat Jml
Luas m2
12
Kamar Mandi/WC Siswa
13
Gudang
1
18
14
Ibadah
1
56
1
5
6. Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren dan Siswa yang Tinggal Bersama Orang Tua di MTs NU 07 Patebon Table. 06 Data Mentah Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren di MTs Nu 07 Patebon 2005 NO. SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 B C A B B C B B C A C D A C C C A A B B B A A C A
2 B C A C B B A C A A D A A A B A A A B A A B B A B
3 A C C C C C C C C A C C A C B C B A C B B B B C B
4 C C B D B B A B D B C C B A B B A A C B B B B B B
5 A A B B B C A C C A C C A A A A A A B A C C A C A
NOMOR RESPONDEN 6 7 8 9 10 11 A A A C B B C B C A A C A A A C A B A C C C C C C C A A B C C A B C B B C B A B A B C B C C C C D A A A B A A A A A A A A B C C C B C A A C B B A C B A A A C A C A B A A A A C C B A C C C B A A A A A A A A A A A A A A C C C B B A A A A A A B A A C A B B C C C B A A A B A A A A C C A B B A A C A B C
12 C C C D C B A B B A C C A B B A A A C B B B B B B
13 B A A C A B C B C A B C B B B A A A B B A B B B A
14 C C A C C C A C B A C C B C A A A C C A C B B A B
15 C B B C C B A B C A C C A A B B A B A A C C C B B
16 B B A C A C C A A C C A A A C A A C A C A A A A A
26 27 28 29 3O
A C A D A
B B B A B
B B C C C
A B A A B
A A A A C
C B A B A
A C A A A
A A C B B
C C A A A
A B B A B
C B B A B
B B A B B
A A B A A
A C B A B
C C C B C
A C A A A
15 C A C B C C B A A C B B C A C B C A C C C B C B C C C B C A
16 C A C C C B A C B B C B C B C C C B C A C B C B C C B C C C
Table. 07 Data Mentah Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal Bersama Orang Tua di MTs Nu 07 Patebon 2005 NO. SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3O
1 C A C B C C B A A C B A C A C B C A C C C C C C D C C B C A
2 A C A B C A C B B A C A B C B B B C C C B C B C C B C C B C
3 B B A C B B A A C C C A A C B A A C C A C B C C A A C B C C
4 A B C C C B A B A C B C C C A C C A C A B C B C B B B C B C
5 B A A C C A C C A C C A A A C A A B C A C A C A A B C B A C
NOMOR RESPONDEN 6 7 8 9 10 11 C A A C C C A C C A C B C A B C C C C C C A C B C B A A C C B B B A C C A C C A A B C B B B C C C A C A A C A A B A A B C C C C C C A B C C C C A A A A A B B C C A B C C C B B C C A B C A A B A A A A A A A A C A C C B C C A C B A B A A A C B C C C A C B C C B B A A A A C B C C C C B C C B C A C B C A B C A A A C C A C B C C B B C B A A A C C A C C B B C A A
12 B B A C B B A A C C D A A C B A A C C A C B C C A A C B C C
13 C C A B C C C B C A C B C C C B C A C C B C C B C C C B C A
14 C C A B C C C B C A C C C C C B C C C C B C C C C D C B C C
Table. 08 Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren di MTs Nu 07 Patebon 2005 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
JAWABAN A B 11 8 14 12 3 10 7 16 16 4 17 4 18 4 14 5 15 1 12 14 11 13 7 15 12 14 10 7 7 10 19 2
C
D
9 3 17 5 10 8 8 11 14 4 6 7 4 13 13 9
1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
NILAI A=4 44 56 12 28 64 68 72 56 60 48 44 28 48 40 28 76
2
B=3 24 36 30 48 12 12 12 15 3 42 39 45 45 21 30 6
C=2 18 6 34 10 20 16 16 22 28 8 12 14 14 26 26 18
D=1 2 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
ANGKA KASAR 88 99 76 88 96 97 100 93 91 98 95 88 98 87 84 100
Setelah nilai kasar dari angket akhlak siswa kelas III baik yang tinggal di pondok pesantren maupun siswa yang tinggal bersama orang tua diketahui, maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren di MTs NU 07 Patebon (X). Untuk mengolah nilai-nilai dari angket yang telah ada, maka langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Mendata nilai kasar 100
98
93
88
100
97
91
87
99
96
88
84
98
95
88
76
b. Mencari Mean
Sebelum menentukan nilai rata-rata ( Mx ) dari hasil penelittian maka akan dibuat tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu yaitu sebagai berikut :
Table. 09 Distribusi Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Pondok Pesantren di MTs NU 07 Patebon 2005 x
f
Fx
fx2
100
1
100
10000
100
1
100
10000
99
1
99
9801
98
1
98
9604
98
1
98
9604
97
1
97
9409
96
1
96
9216
95
1
95
9025
93
1
93
8649
91
1
91
8281
88
1
88
7744
88
1
88
7744
88
1
88
7744
87
1
87
7569
84
1
84
7056
79
1
79
5776
N = 16
∑ fx = 1478 ∑ fx
2
= 137222
Cara mencari nilai rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut : Mx =
∑
fX
N Keterangan : M
= Mean
∑ fx = Jumlah frekuensi dari Nilai x N
= Jumlah Responden
Diketahui
∑ fx = 1478 N
= 16
Mx
=
1478 16
= 92,38 c. Mencari Standar Deviasi ( SDX ) dan ( SDM X ) Standar Kesalahan Mean dengan rumus sebagai berikut :
∑f
SD X =
2 X
N
−MX
2
Keterangan = Standar Deviasi
SDX
∑f
2 X
= Kwadran frekuensi
N
= Jumlah Responden
Mx 2
= Kwadran Mean
Diketahui
∑f
2 X
Mx 2 N
= 13124
= (92,38)2 = 16
SDX
=
137222 − 92,38 2 16
=
8576,375 − 8534,064
=
42,311
= 6,50
SDM X =
SD X N −1
Keterangan SDM X = Kwadran Standar Kesalahan Mean SDX = Kwadran Standar Kesalahan
N
= Jumlah Responden 6,505
SDM X = = =
16 − 1 6,505 15 6,505 3,873
= 1,680
2. Akhlak siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon(y) Tabel. 10 Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal Bersama Orang Tua di MTs Nu 07 Patebon 2005
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
JAWABAN A B 7 5 5 11 10 7 6 10 14 4 12 6 9 9 8 7 15 4 11 6 5 7 10 7 4 7 2 5 6 8 3 9
C 17 14 13 14 12 12 12 15 11 13 18 12 19 22 16 18
D 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
NILAI A=4 28 20 40 24 56 48 36 32 60 44 20 40 12 8 24 12
B=3 15 33 21 30 12 18 27 21 12 18 21 21 21 15 24 27
C=2 34 28 26 28 24 24 24 30 22 26 36 24 38 44 32 36
D=1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
ANGKA KASAR 78 81 87 82 92 90 87 83 94 88 77 86 71 68 80 75
Untuk mengolah nilai-nilai dari angket yang telah ada, maka langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Mendata nilai kasar 94
87
82
77
92
87
81
75
90
86
80
71
88
83
78
68
b. Menentukan Mean Sebelum menentukan nilai rata-rata ( My ) dari hasil penelittian maka akan dibuat table distribusi frekuensi terlebih dahulu yaitu sebagai berikut :
Table. 11 Distribusi Hasil Angket tentang Akhlak Siswa Kelas III yang Tinggal di Bersama Orang Tua di MTs NU 07 Patebon 2005 y
f
fy
fy2
94
1
94
8836
92
1
92
8464
90
1
90
8100
88
1
88
7744
87
1
87
7569
87
1
87
7569
86
1
86
7396
83
1
83
6889
82
1
82
6724
81
1
81
6561
80
1
80
6400
78
1
78
6084
77
1
77
5929
75
1
75
5625
71
1
71
5041
68
1
68
4624
N = 16
∑f
y
= 1319
∑f
2
y
= 109555
Cara mencari nilai rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut : My =
∑f
y
N
Keterangan : My = Mean
∑ fy = Jumlah frekuensi Variabel N
= Jumlah Respopnden
y
Diketahui
∑f
y
N
= 1319
= 16
My =
1319 16
= 82,44 c. Mencari Standar Deviasi ( SDy ) dan ( SDMy ) Standar Kesalahan Mean dengan rumus sebagai berikut : SD y =
∑f
2
y
N
−My
2
Keterangan SDy
∑f
= Standar Deviasi 2
y
= Kwadran frekuensi
N
= Jumlah Responden
My 2
= Kwadran Mean
Diketahui
∑f
2
y
= 109555
My 2 = (82,44)2 N
= 16
SDy
=
109555 − 82,44 2 16
=
6874,188 − 6796,354
=
50.834
= 7,130 SDMy =
SD y N −1
Keterangan SDMy = Standar Deviasi Mean
SDy = Standar Kesalahan N
= Jumlah Responden
SDMy = = =
7,130 16 − 1 7,130 15 7,130 3,873
= 1,841 3. Mencari standar kesalahan perbedaan mean ( SDbM ) dari sampel x dan sampel y dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
SDbM =
SDM X + SDM Y 2
2
Keterangan SDbM
= Standar Kesalahan Perbedaan Mean 2
SDM X = Kwadran Standar Kesalahan Mean dari Variabel x SDM Y
2
= Kwadran Standar Kesalahan Mean dari Variabel y
Diketahui :
2
SDM X = (1,680) 2 2
SDM Y = (1,841) 2 SDbM = 1,680 2 + 1,8412
=
2,822 + 3,390
=
6,212
= 2,50
B. Pengujian Hipotesa
Setelah diperoleh nilai SDbM (kesalahan kesalahan perbedaan mean) sebesar 2,50, maka langkah selanjutnya adalah menguji hiopetsa yaitu Mencari Koefisien t Score. Dalam hal ini dicari tingkat perbedaan akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dan tinggal di rumah di MTs NU 07 Patebon dengan analisis t Score sebagai berikut :
t=
Mx −My SDbm
Keterangan t
= t Score
Mx
= Mean dari Variabel x
My
= Mean dari Variabel y
SDbM = Standar Kesalahan perbedaan Mean
Diketahui M x = 92,38 M y = 82,44 SDbM = 2,50
t
= =
92,38 − 82,44 2,50 9,94 2,50
= 3,976
Setelah nilai t Score diketahui sebesar 3,976, maka hasil dari perolehan tersebut selanjutkan dikonsultasikan dengan nilai table t yaitu dalam taraf signifikan 1 % dan taraf signifikan 5 %. Derajat kebebasan atau
d.b. dari kedua sampel adalah 30 (diperoleh dari 16 + 16 – 2) dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Taraf Signifikan 1 % t o = 3,976 > t t = 2,750
Signifikan
2. Taraf Signifikan 5 % t o = 3,976 > t t = 2,042
Signifikan
Dalam taraf signifikan tersebut ternyata perbedaan antara t o dan t t adalah lebih besar t o baik dalam taraf signifikan 1 % maupun taraf signifikan 5 %. Dengan demikian hipotesa yang diajukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon dapat diterima. C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian di atas menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Patebon, yaitu menunjukkan bahwa akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren lebih tinggi dari pada akhlak siswa kelas III yang tinggal bersama orang tua. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Dalam dunia pesantren kedudukan akhlak menempati posisi yang cukup tinggi yaitu sebagai : a. Akhlak sebagai amalan utama b. Akhlak sebagai media untuk menerima nur c. Akhlak sebagai sarana untuk mencapai ilmu manfaat 2. Adanya metode pembinaan akhlak dalam pesantren yang sangat pokok diantaranya adalah :
a. Metode Keteladanan b. Metode Latihan atau Pembiasaan c. Metode Kedisiplinan d. Metode Targhib wa Tarhib 3. Adanya materi pendidikan yang dikaji dalam pembinaan akhlak di pondok pesantren
yaitu kitab-kitab akhlak meliputi kitab al-Akhlak al-Banin,
Ihya’ Ulum ad-Din, dan kitab Ta’lim al -Muta’alim. Adapun materi-
materinya antara lain ; akhlak santri terhadap dirinya, akhlak santri terhadap ustadz dan akhlak santri terhadap pelajaran. 4. Eksistensi pondok pesantren sekarang ini masih tetap mempertahankan fungsinya yaitu : a. Pesantren sebagai lembaga dakwah, dari fungsi ini pesantren mampu menempatkan dirinya sebagai transformator, yaitu pesantren dituntut mampu mentransformasi nilai-nilai agama Islam ke tengah-tengah masyarakat secara bijaksana. Selain sebagai motivator dan innovator, pesantren dan ulama harus mampu memberikan rangsangan ke arah yang lebih maju terutama bagi kualitas hidup bangsa. b. Pesantren
sebagai
lembaga
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
khususnya ilmu agama. Misinya adalah mewujudkan cita dan realita bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan. c. Pesantren sebagai pengembang lembaga masyarakat. Peranan ini sekalipun dalam era globalisasi masih tetap menarik, karena meskipun pada masa industri, kebutuhan jasmani dan materi relatif lebih baik, tetapi pada diri mereka masih tetap saja muncul kebutuhan lain yaitu mendapatkan siraman rohani atau agama pada batinnya. Adapun untuk lebih jelasnya berikut akan akan ditampilkan tabele mengenai kelebihan dan kekurangan pembinaan akhlak baik di pondok pesantren dan pembinaan akhlak dalam keluarga.
Table 12
Kelebihan dan Kekurangan Pembinaan Akhlak di Pondok Pesantren dan Keluarga No
Pembinaan Akhlak
Pondok Pesantren
Keluarga
1
Metode-metode
Metode
pembinaan
akhlak Metode pembinaan akhlak
pembinaan akhlak
sangat
ditekankan
secara kurang maksimal ditekankan
maksimal 2
3
materi
pengajaran Tidak
adanya
materi
Materi-materi
Adanya
pengajaran
dalam pendidikan akhlak yaitu pengajaran dalam pendidikan
pendidikan akhlak
berupa pengajian
akhlak
Motivasi
Ada motivasi dari kyai / ustadz
Ada motivasi dari orang tua dan anggota keluarga
4
Perhatian
Ada perhatian dari kyai / Ada perhatian dari orang tua ustadz dan santri-santri senior
dan anggota keluarga
D. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian merupakan tanggung jawab dari peneliti yang dilakukan dengan semaksimal mungkin. Namun ada keterbatasan-keterbatasan yang perlu menjadi perbaikan selanjutnya antara lain : 1. Ketidakmampuan penuh dalam mengakomodasi semua faktor pendukung yang terlibat dalam penelitian ini. 2. Kurangnya literatur-literatur pendukung yang dipahami oleh peneliti 3. Adanya beberapa kendala yang ditemui diantaranya kurangnya waktu, tenaga, biaya dan wawasan yang dimiliki peneliti.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian serta pembahasan-pembahasan yang peneliti kemukakan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Akhlak siswa kelas III MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang tinggal di pondok pesantren berada pada tingkat baik sekali (M = 92,38). Hal ini berdasarkan table 06 dari hasil angket dalam penelitian. b. Adapun akhlak siswa kelas III MTs NU 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang tinggal bersama orang tua berada pada tingkat baik (M = 82,44). Hal ini berdasarkan tabel 07 dari hasil agket dalam penelitian. c. Setelah diadakan penelitian ternyata ada perbedaan yang signifikan antara akhlak siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MTs NU 07 Kecamtan Patebon Kabupaten Kendal. Tingkat akhlak pada siswa kelas III yang tinggal di pondok pesantren di MTs Nu 07 Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal berada pada katergori baik sekali karena pembinaan akhlak di pondok pesantren lebih ditekankan dalam berbagai hal-hal yaitu : 1. Menggunakan metode pembinaan akhlak dengan beberapa metode meliputi
:
metode
keteladanan,
metode
pembiasaan,
metode
kedisiplinan dan metode Targhib wa Tahdzib 2. Adanya pembelajaran tentang materi-materi akhlak pada kitab-kitab yang ada seperti kitab al-Akhlak, Ihya’ Ulum ad-Din, dan Ta’lim al— Muta’alim, Idzotun Nasi’in
3. Kedudukan akhlak di pondok pesantren menduduki tingkat yang sangat tinggi yaitu akhlak sebagai amalan utama, akhlak sebagai media untuk menerima nur (ilmu) dari Allah, dan akhlak adalah sarana untuk menerima ilmu manfaat.
B. SARAN-SARAN
Tanpa mengurangi rasa hormat peneliti kepada pihak manapun, berikut saran-saran yang mudah-mudahan dapat membangun yaitu : 1. Kepada Madrasah a. Kegiatan belajar mengajar khususnya pendidikan agama Islam lebih ditekankan tidak hanya pada penguasaan materi semata, melainkan lebih kepada pemahaman dan pelaksanaan dari isi materi tersebut. Misalkan siswa memahami dan melaksanakan sikap menghormati kepada para guru di sekolah. b. Pendayagunaan kegiatan dan sarana prasarana yang menunjang. Seperti sholat berjamaah bergiliran di sekolah dalam rangka meningkatkan keimanan dan kedisiplinan c. Pengunaan
kredit point bagi pelanggaran-pelanggaran tata tertib
sekolah.
2. Kepada Orang Tua dan Pondok Pesantren a. Perlu ditingkatkan dalam perhatian, pengawasan dan motivasi bagi anak-anaknya (santri) guna merubah perilaku ke arah yang lebih baik. b. Perlu ditingkatkan suasana keterbukaan antara orang tua dengan anaknya sehingga masalah yang timbul dapat diatasi sejak dini c. Peningkatan pembelajaran ilmu-ilmu agama dengan cara memahami dan melaksanakannya secara baik dan benar di lingkungan keluarga dan pondok pesantren.
3. Kepada Siswa a. Kesadaran akan pentingnya berakhlakul karimah dapat ditingkatkan dengan jalan bersungguh-sungguh dalam mempelajari, memahami dan melaksanakan ajaran agama. b. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa Allah senantiasa mengawasi pada semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan semua pasti akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengann amal perbuatannya. C. PENUTUP
Hanya kepada Allah SWT peneliti panjatkan puji syukur karena atas ridlo dan karunia-Nya semata peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kalimat, bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisannya. Karenanya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dan untuk hal ini peneliti menghaturkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA Nasih Ulwan, Abdullah, Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Jamaluddin Miri, Jakarta : Pustaka Amani, 1999 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. III Amin, Ahmad, Ethika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, Jakarta : Bulan Bintang, 1983, hlm. Cet. III Charris Zubair, Ahmad, Kuliah Etika, Jakarta : Rajawali Pers, 1980, Cet. II Tafsir Ahmad, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000 Al-Ghazali, Ihya’ ulum ad-Din, Juz 3, Beirut : Dar Al-fikr, tt Hasyim Asyari Muhammad, Ta’lim al-Muta’allim, Jombang : Maktabah Tsurat al-Islami, t. th Anton Bakker Dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1990 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Offset, 1993, Cet. II
Jakarta : Radar Jaya
Umary , Barmawi, Materi Akhlak, Solo : Ramadhani, 1989, Cet. VIII Depag. RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang : CV. Toha Putra, 1989, Edisi Revisi Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka : 1991, Edisi ke 2 Earl V. Pullis and James D. Young, A Teacher is Many Things, USA : Indiana University Press, 1968 Fachruddin HS, Membentuk Moral Bimbingan al-Qur’an, Jakarta : Bina Aksara, 1985
Nawawi, Hadlan, Pendidikan dalam Islam, Surabaya : al-Ikhlas, 1993 Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, Bandung : CV. Diponegoro, 1991 Nasution, Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Bandung : Mizan, 1999 Hasbullah, Kapita Selekte Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996 H.S. Pennypacker, “A Selectionist View of the Future of Behavior Analisis in education”, dalam Ralp Gardner III, et. al. (eds.), Behaior Ananlilis in Education, California : Brooks/Cole Publishing Company, 1994) Mazhariri, Husain, Surga Rumah Tangga, Cianjur : Titian Cahaya, 2001, Cet. I Ismail, Ilyas, Pintu-Pintu Kebaikan, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1997 Banawi, Imam, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993 Rahmat, Jalaludin, Islam Alternatif, Bandung : Mizan, 1988 Jhon M. Echols Dan Hasan Shadaly, Kamus Inggris Indonesia, Cet. IV, Jakarta : Balai Pustaka, 1993 Ahmad Santhut, Khatib, Menunbuhkan Sikap Sosial, Moral dan spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1998, Cet. I Yaljan, Miqdad, Kecerdasan Moral, terj. Tulus Mustofa, Jakarta : Pustaka Fahmi, 1998 Daud Ali, Mohammad, Pendidikan Agama Islam, Cet. III, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000 Quraish Shihab, Muhammad, Wawasan Al-qur’an, Bandung : Mizan, 2003 Al-Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, terj. Moh. Rifa’i Semarang : Wicaksono, 1993, cet. III Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2003, Cet. 3 Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1993, hlm. 629 Djatnika, Rachmat, Sistem Ethika Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996, Cet. II
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet. III Jakarta : Rineka Cipta, 1995 Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, Jakarta : Bina Aksara, 1989, cet. I Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998 Hadi, Sutrisno, Statistik, Cet. XVIII, Yogyakarta : Andi Offset, 2001 Suwarno, Pengantar umum Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, Cet. IV Tafsir, et. al., Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Yogyakarta : Gama Media, 2002) Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy’ari, Cet. I, (Yogyakarta : ITTAQA Pers, 2001)
U.U R.I. No. 2 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Cemerlang, 2003 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak , Cet I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 Darajat, Zakiah, kepribadian Guru, Jakarta : Bulan bintang, 1984 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren Pandangan Hidup Kyai, Jakarta : LP3eS, 1985, Cet. IV Poerwodarminto, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999
LAMPIRAN
ANGKET PETUNJUK :
1. Angket ini untuk penelitian, kami mohon anda menjawab dengan sejujurjujurnya dan keadaan yang sebenarnya. 2. Pilihlah salah satu jawaban a, b, c atau d dengan membubuhkan
tanda
silang (X) yang sesuai dengan hati nurani anda dan keadaan sebenarnya. 3. Tulislah identitas anda di bawah ini : Nama
:
Jenis Kelamin
:
Kelas
:
Alamat Tinggal
:
PERTANYAAN
1. Jika ada seorang kawan menceritakan sejumlah rahasia pribadi yang tidak boleh disiarkan kepada siapa saja, bagaimana sikap anda ? a. Selalu menjaga
c. Kadang-kadang menjaga
b. Sering menjaga
d. Tidak menjaga
2. Jika semua teman anda sepakat akan ada piket harian di kelas, apa tindakan anda ? a. Selalu melaksanakan
c. Kadang-kadang melaksanakan
b. Sering melaksanakan
d. Masa bodoh
3. Bagaimana sikap anda bila seorang teman meminta maaf kepada anda ? a. Selalu memaafkan
c. Kadang-kadang memaafkan
b. Sering memaafkan
d. Tidak memaafkan
4. Apabila menghadapi teman yang menjemukan, bagaimana sikap anda ? a. Selalu manis muka
c. Kadang-kadang manis muka
b. Sering manis muka
d. Cemberut
5. Jika ada seekor semut melintas di depan anda, apa tindakan anda? a. Selalu membiarkan
c. Kadang-kadang membiarkan
b. Sering membiarkan
d Membunuhnya
6. Bagaimana sikap anda bila ada seorang guru sedang menerangkan pelajaran di depan kelas ? a. Selalu memperhatikan
c. Kadang-kadang memperhatikan
b. Sering memperhatikan
d. Tidak memperhatikan
7. Jika anda dihukum karena tidak mengerjakan PR, bagaimana sikap anda ? a. Selalu menyesal
c. Kadang-kadang menyesal
b. Sering menyesal
d. Masa bodoh
8. Bagimana sikap anda jika dalam sebuah tes anda punya kesempatan untuk mencontek ? a. Selalu mengerjakan sendiri
c. Kadang-kadang mengerjakan sendiri
b. Sering mengerjakan sendiri
d. Mencontek
9. Jika seorang kawan terbukti mencuri uang teman sekelas, apa tindakan anda ? a. Selalu melaporkan
c. Kadang-kadang melaporkan
b. Sering melaporkan
d. Membiarkan saja
10. Jika teman sekelas anda berasal dari daerah lain, bagaimana sikap anda ? a. Bergaul
c. Kadang-kadang bergaul
b. Sering bergaul
d. Memusuhi
11. Apakah anda berpuasa sunnah senin kamis ? a. Selalu berpuasa
c. Kadang-kadang berpuasa
b. Sering berpuasa
d. Tidak pernah
12. Bagaimana sikap anda terhadap tayangan televisi yang menjurus pada pornografi ? a. Selalu menghindari
c. Kadang-kadang menghindari
b. Sering menghindari
d. Menonton
13. Bagaimana sikap anda bila mendapat sebuah prestasi yang tinggi ? a. Selalu bersyukur
c. Kadang-kadang bersyukur
b. Sering bersyukur
d. Membanggakan diri
14. Apa tindakan anda jika sekolah mengadakan kegiatan jum’at bersih ? a. Selalu mengikuti
c. Kadang-kadang mengikuti
b. Sering mengikuti
d. Masa bodoh
15. Bagaiman sikap anda terhadap saudara yang lebih muda ? a. Selalu menyayangi
c. Kadang-kadang menyayangi
b. Sering menyayangi
d. Memusuhi
16. Apa tindakan anda jika ada sumbangan untuk kematian di sekolah ? a. Selalu memberi
c. Kadang-kadang memberi
b. Sering memberi
d. Masa bodoh
17. Apakah anda mengikuti upacara bendera? a. Selalu mengikuti
c. Kadang-kadang mengikuti
b. Sering mengikuti
d. Acuh tak acuh
18. Apakah anda mengerjakan sholat lima waktu? a. Selalu mengerjakan
c. Kadang-kadang mengerjakan
b. Sering mengerjakan
d. Tidak mengerjakan
19. Apabila dihina oleh teman-teman, bagaimana sikap anda? a. Selalu bersabar
c. kadang-kadang bersabar
b. Seing bersabar
d. Tidak bersabar
20. Bagaiman sikap anda bila menemukan dompet teman anda ? a. Selalu mengembalikan
c. Kadang-kadang mengembalikan
b. Sering mengembalikan
d. Tidak mengembalikan
21. Bagaimana sikap anda jika dalam sebuah diskusi pendapat kawan anda adalah benar ? a. Selalu menerima
c. Kadang-kadang menerima
b. Sering menerima
d. Tidak menerima
22. Jika teman anda membutuhkan penjelasan, apakah anda bersedia menjelaskan? a. Selalu bersedia
c. Kadang-kadang bersedia
b. Sering besedia
d. Masa bodoh
23. Seandainya anda lebih pandai dari teman anda, bagaimana sikap anda ? a. Selalu bersyukur
c. Kadang-kadang bersyukur
b. Sering bersyukur
d. Membanggakan diri
24. Bagaimana sikap anda jika bertemu seorang guru ? a.
Selalu mengucapkan salam c. Kadang-kadang mengucapkan salam
b. Sering mengucapkan salam
d. Masa bodoh
25. Jika orang tua anda memberi uang saku, bagaimana sikap anda ? a. Selalu menerima apa adanya c. Kadang-kadang menerima apa adanya b. Sering menerima apa adanya d. Meminta tambahah 24. Jika anda mendapat prestasi yang kurang memuaskan, bagaimana tindakan anda? a. Tetap bersemangat
c. Kadang-kadang bersemangat
b. Sering bersemangat
d. Putus asa
27. Jika anda harus mengembalikan buku kawan anda hari ini, apa tindakan anda ? a. Selalu menepati janji
c. Kadang-kadang menepati janji
b. Sering menepati janji
d. Masa bodoh
25. Jika seorang kawan meminjam sesuatu (misalnya alat tulis), bagaimana sikap anda ? a. Selalu ikhlas
c. Kadang-kadang ikhlas
b. Sering ikhlas
d. Menggerutu
29. Jika anda tidak terpilih sebagai ketua kelas, bagaimana sikap anda ? a. Selalu lapang dada
c. Kadang-kadang lapang dada
b. Sering lapang dada
d. Tidak terima
30. Apakah anda menuruti nasehat yang baik dari orang tua? a. Selalu menuruti
c. Kadang-kadang menuruti
b. Sering menuruti
d. Tidak menuruti