PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH
Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Disusun oleh : Rifky Habib Amperawan H2A012021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 i
http://lib.unimus.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, proposal skripsi dari: Nama
: Rifky Habib Amperawan
NIM
: H2A012021
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Universitas Muhammadiyah Semarang
Tingkat
: Pendidikan Tahap Akademik
Judul
: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH
Pembimbing
: 1. dr. Suprihhartini, Sp. KJ. 2. dr. M. Riza Setiawan
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Semarang, Pembimbing I,
April 2016
Pembimbing II,
dr. Suprihhartini, Sp. KJ.
dr. M. Riza Setiawan
NIP : 140120884
NIK : 28.6.1026.215
ii
http://lib.unimus.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA DAN LANSIA YANG TINGGAL DI RUMAH Disusun oleh : Rifky Habib Amperawan H2A012021 Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada tanggal 4 Agustus 2016 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan Semarang,
Agustus 2016
Tim Penguji dr. Suprihhartini, Sp. KJ.
...................................
NIP: 140120884 dr. M. Riza Setiawan
...................................
NIK : 28.6.1026.215 dr. Rihadini, Sp. KJ.
………......................
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Agustus 2016
dr. Merry Tyas Anggraini Ketua Tahap Pendidikan Akademik
iii
http://lib.unimus.ac.id
PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Rifky Habib Amperawan NIM
: H2A012021
Menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Semarang,
Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
Rifky Habib Amperawan
iv
http://lib.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda dan yang Tinggal di Rumah“. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Prof. Dr. dr. Rifki Muslim Sp. B, Sp. U, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. dr. Merry Tyas Anggraini, selaku Ketua Tahap Pendidikan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. dr. Suprihhatini, Sp. KJ selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi terselesaikan dengan baik. 4. dr. M. Riza Setiawan selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi terselesaikan dengan baik. 5. dr. Rihadini, Sp. KJ selaku penguji yang telah kritik dan saran sehingga penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Segenap dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang atas segala pengajaran, bimbingan, dan arahan. 7. Bapak Ketua RW 7 Kelurahan Plamongansari 8. Warga lansia RW 7 Kelurahan Plamongansari 9. Dinas Sosial Jawa Tengah 10. Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang 11. Eyang-eyang binaan Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang
v
http://lib.unimus.ac.id
12. Ibu Eko yang telah membimbing penulis selama pengambilan data penelitian di panti wreda. 13. Responden yang bersedia mengikuti penelitian 14. Keluarga saya, Bapak Tri Edy Amperawan, Ibu Buntris Amperawan, dan adik Alfad Naufal Amperawan, yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 15. Yohana Novitasari Sutrisno yang senantiasa memberikan dukungan dan doa, serta membantu saat penulis mengalami kesulitan. 16. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang angkatan 2012. 17. Kepada pihak yang telah membantu penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Semarang, Agustus 2016
Penulis
vi
http://lib.unimus.ac.id
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH
Rifky Habib A,(1) Suprihhatini, (2) M. Riza Setiawan (3)
ABSTRAK Latar Belakang: Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat dan masalah psikis yang sering dijumpai pada lansia adalah kecemasan. Hal ini diperkuat dengan beberapa faktor risiko gangguan kecemasan, seperti usia, materi, aset fisik, keluarga, dan lingkungan. Penelitian sebelumnya menjelaskan lansia yang tinggal di panti wreda memiliki tingkat kecemasan berat. Tujuan: Membedakan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal di rumah. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional yang dianalisis dengan uji statistik Chi Square / Fisher’s Exact Test. Cara pengambilan sampel dilakukan secara random sampling, dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi dari 60 responden di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang dan di RW 7 Kelurahan Plamongansari. Hasil: Total sampel yang diambil sebanyak 60 responden. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada perbedaan signifikan (p=0,001) tingkat kecemasan diantara lansia yang tinggal di panti wreda dan lansia yang tinggal di rumah. Pada responden yang tinggal di panti wreda sebagian besar mengalami kecemasan berat (93,3%). Kesimpulan: Ada perbedaan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal di rumah. Kata kunci : Kecemasan, Kecemasan pada Lanjut Usia, Tempat Tinggal
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
2)
Pengajar Bagian Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
3)
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
vii
http://lib.unimus.ac.id
THE DIFFERENCES OF ANXIETY LEVEL AMONG ELDERLY LIVING IN A NURSING HOME AND ELDERLY LIVING IN A HOME
Rifky Habib A,(1) Suprihhatini, (2) M. Riza Setiawan (3)
ABSTRACT Background: Anxiety is the fear that is not clear and not supported by the situation. Number of elderly is now increasing. Psychological problems are often found in the elderly is anxiety. This is reinforced by several risk factors for anxiety disorders, such as age, material, physical assets, family, and the environment. Previous research describes the elderly living in nursing homes have severe anxiety level. Aim: Distinguish the anxiety level among the elderly who live in a nursing home and living at home. Method: This study is an observational study with cross sectional design that analyzed with statistical Chi Square / Fisher's Exact Test. How this sampling is done by random sampling, with due regard to inclusion and exclusion criteria of 60 respondents in the Elderly Social Services Pucang Gading Semarang and in RW 7 Kelurahan Plamongansari. Result: This research took 60 respondents. The results of the bivariate analyzed showed there is significant difference (p=0,001) of anxiety level among the elderly who live in nursing homes and elderly who live at home. For respondents living in nursing homes are subjected to severe anxiety (93.3%). Conclusion: There is a difference of anxiety level among the elderly living in a nursing home and living at home. Keywords: Anxiety, Anxiety in Elderly, Living Place
1)
Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University.
2)
Teaching Staff of Psychiatry Department Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University.
3)
Teaching Staff of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University.
viii
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................................
v
ABSTRAK .............................................................................................................. vii ABSTRACT............................................................................................................ viii DAFTAR ISI........................................................................................................... ix DAFTAR TABEL................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................................
2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
3
1. Tujuan Umum ....................................................................................
3
2. Tujuan Khusus ...................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
3
E. Orisinalitas Penelitian ............................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan .............................................................................................
6
Definisi ..............................................................................................
6
Klasifikasi .........................................................................................
6
Gambaran Klinis ...............................................................................
7
Faktor Risiko .....................................................................................
7
Diagnosis ..........................................................................................
9
B. Lanjut Usia ............................................................................................ 13 Definisi .............................................................................................. 13
ix
http://lib.unimus.ac.id
Proses Penuaan ................................................................................. 13 Perubahan pada Lanjut Usia ............................................................. 14 Kecemasan pada Lanjut Usia............................................................. 17 C. Panti Wreda ........................................................................................... 18 Definisi .............................................................................................. 18 Tujuan Panti Wreda .......................................................................... 18 Standarisasi Panti Wreda .................................................................. 18 Fasilitas Pendukung .......................................................................... 19 D. Kerangka Teori ...................................................................................... 20 E. Kerangka Konsep ................................................................................... 20 F. Hipotesis ................................................................................................. 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 22 B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 22 C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 22 Populasi .......................................................................................... 22 Sampel ............................................................................................ 22 Kriteria Inklusi ............................................................................... 23 Kriteria Eksklusi ............................................................................. 23 D. Variabel Penelitian ................................................................................ 23 1. Variabel bebas .................................................................................... 23 2. Variabel terikat ................................................................................... 23 E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 23 F. Data yang Dikumpulkan ......................................................................... 24 G. Alur Penelitian........................................................................................ 25 H. Definisi Operasional .............................................................................. 26 I. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 28 B. Pembahasan ........................................................................................... 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
x
http://lib.unimus.ac.id
A. Kesimpulan ............................................................................................ 32 B. Saran ...................................................................................................... 32 C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 33 LAMPIRAN............................................................................................................ 36
xi
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1
Orisinalitas Penelitian
4
Tabel 3.1
Definisi Operasional
26
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Tempat
28
Tinggal Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Tingkat Tabel 4.2
29
Kecemasan Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Lansia yang
Tabel 4.3
Tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan Lansia yang Tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari
xii
http://lib.unimus.ac.id
29
DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1
Surat Pernyataan Responden Penelitian
37
Lampiran 2
Form Identitas Responden
38
Lampiran 3
Kuesioner TMAS
39
Lampiran 4
Analisis Data
41
Lampiran 5
Ijin Penelitian
43
xiii
http://lib.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesiapun terjadi hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 10 juta orang yang berusia di atas 65 tahun (4,6 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia termasuk salah satu negara, yang jumlah penduduk lansianya bertambah paling cepat di Asia Tenggara³. Berdasarkan sensus penduduk jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia meningkat menjadi 15,3 juta dan pada tahun 2005 meningkat ± 18,3 juta. Pada tahun 2005-2010, jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (± 9%) dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia. Bahkan pada tahun 2020-2025 Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk usia lanjut setelah RRC, India dan Amerika serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun. Gangguan fisik yang sering terjadi pada lansia diantaranya adalah arthritis (46%), hipertensi (38%), gangguan pendengaran (28%) , kelainan jantung (28%), sinusitis kronis (18%), penurunan visus (14%), dan gangguan pada tulang (13%). Masalah psikologis yang sering terjadi pada lansia diantaranya
adalah
kesepian,
takut
kehilangan
kebebasan,
takut
mengahadapi kematian, perubahan keinginan, kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia. Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran tentang kecemasan yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu². Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai
1
http://lib.unimus.ac.id
pada usia lanjut. Gangguan kecemasan diperkirakan diderita oleh 1 dari 10 manusia. Sebuah penelitian pada tahun 2010 menyebutkan prevalensi gangguan psikis meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Masalah psikis yang sering dijumpai pada lansia adalah kecemasan dengan prevalensi berkisar 10% sampai 15%. Disebutkan pula 1 dari 10 orang lansia yang berumur 60 tahun mengalami kecemasan dan sekitar 7% diantarana mengalami gangguan kecemasan menyeluruh. Lanjut usia rentan mengalami kesepian dalam hidupnya. Lansia yang tinggal di rumah bersama keluargapun rentan mengalami kesepian. Seperti ketika ditinggal anak-anaknya pindah ke kota lain dan cucu yang sudah lebih mandiri. Sering ditinggalnya seorang lanjut usia di rumah sendirian menyebabkan lansia membutuhkan suatu lingkungan dengan komunitas yang sama. Dengan membawa seorang lanjut usia ke panti wreda mungkin merupakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah kesepian pada lanjut usia. Namun perlu diingat membawa lanjut usia ke panti wreda harus dengan pertimbangan dan atas persetujuan seluruh anggota keluarga termasuk lanjut usia itu sendiri. Keluarga yang telah membawa lanjut usia ke panti wreda harus tetap menunjukkan kasih sayangnya kepada lanjut usia dengan menjenguknya secara rutin. Pada kenyataannya, banyak keluarga yang membawa orang tua mereka ke panti wreda menjadi cuek karena merasa sudah ada yang mengurus orang tua mereka. Dukungan keluarga masih sangat dibutuhkan oleh lanjut usia untuk tetap bahagia di usia tuanya5,6. Berdasarkan keadaan diatas penulis ingin mencari perbedaan tingkat kecemasan antara lanjut usia yang tinggal di panti wreda dan lanjut usia yang tinggal di rumah.
B. Rumusan Masalah Adakah perbedaan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal di rumah?
2
http://lib.unimus.ac.id
C. Tujuan 1. Umum Membedakan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal di rumah. 2. Khusus a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di panti wreda. b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di rumah. c. Untuk membedakan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal di rumah. D. Manfaat 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan informasi mengenai gangguan kecemasan lansia yang tinggal di panti wreda dan tinggal bersama keluarga. 2. Manfaat praktis Sebagai bahan informasi mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal bersama keluarga.
3
http://lib.unimus.ac.id
E. Orisinalitas Penelitian Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian
No
Nama Peneliti
Judul dan Desain Penelitian
Tempat Publikasi
Hasil
Perbedaan
1
Retno Lestari
Hubungan Tingkat
Fakultas Kedokteran
Terdapat 60,7%
Terdapat perbedaan
Kecemasan dengan Tingkat
Universitas
lanjut usia di
pada tempat
Kemandirian Activities of
Brawijaya
panti wreda
pengambilan sampel
Daily Living (ADL) pada
mengalami
dan desain penelitian,
Lanjut Usia di Panti Wreda
gangguan
dimana penelitian
kecemasan,
penulis mengambil
dengan gejala
sampel pada panti
Penelitian menggunakan
seperti susah
wreda dan rumah
desain deskripsi analitik
tidur, sering
dengan desain
korelasi dengan pendekatan
gemetar, dan
penelitian analitik
cross sectional dan
rasa khawatir.
statistik, sedangkan
pengambilan sampel di panti
Retno Lestari hanya
wreda dengan populasi
mengambil sampel di
sebanyak 107 lanjut usia.
panti wreda dengan desain penelitian deskripsi analitik korelasi
2
Erva Elli
Pengaruh Aromaterapi
Jurnal STIKES RS.
Terdapat
Terdapat perbedaan
Kristanti
Lavender terhadap
Baptis Kediri
pengaruh antara
pada desain
Penurunan Derajat
derajat
penelitian, penulis
Kecemasan pada Lansia di
kecemasan
menggunakan desain
Panti Wreda St. Yoseph
sebelum
penelitian analitik
Kediri.
diberikan
statistik sedangkan
aromaterapi dan
Erva Elli
sesudah
menggunakan desain
Desain penelitian dalam
diberikan
praeksperimen
penelitian ini adalah
aromaterapi
menggunakan desain Pra-
pada lansia di
eksperimen dengan
Panti Wredha
rancangan One-Group Pra-
St.Yoseph
4
http://lib.unimus.ac.id
Test-Post-Test Design. 3
Kediri
Dian Pratama
Faktor-faktor yang
Program Studi Ilmu
Hanya faktor
Variabel terikat pada
Putri
Mempengaruhi Tingkat
Keperawatan
dukungan
penelitian penulis
Kecemasan pada Lansia di
Universitas Riau
keluarga yang
adalah tempat tinggal
Kelurahan Lembah Sari
mempengaruhi
dengan desain
Rumbai Pesisir.
kecemasan pada
penelitian analitik
lanjut usia di
statistik, sedangkan
Kelurahan
variabel terikat Dian
Penelitian ini menggunakan
Lembah Sari
Pratama adalah faktor
desain penelitian deskriptif
Rumbai Pesisir.
risiko dengan desain deskriptif korelasi
korelasi dimana hasilnya dapat memberikan gambaran tentang hubungan antar variabel.
5
http://lib.unimus.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan adalah suatu respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi mengikuti perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup1. Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas². 2. Klasifikasi2 a. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. b. Kecemasan sedang Pada
tahap
ini
lahan
persepsi
terhadap
lingkungan
menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengkesampingkan hal lain. c. Kecemasan berat Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan.
6
http://lib.unimus.ac.id
d. Panik Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. 3. Gambaran klinis1 Pada kecemasan ringan penderita umumnya tidak dapat duduk dengan tenang, terjadi tremor halus di tangan, dan sesekali suara meninggi. Nadi dan tekanan darah juga meningkat serta keluarnya keringat pada tubuh. Tekanan darah meningkat juga terjadi pada penderita kecemasan sedang, ditambah mulut kering, anoreksia, dan konstipasi bahkan hingga diare. Pada tingkat ini penderita juga mengalami susah tidur dan bicaranya pun banyak dan cepat. Penderita kecemasan berat memiliki gambaran klinis yang mirip dengan penderita kecemasan sedang, namun penderita kecemasan berat mulai mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, serta ketegangan yang amat sangat. Penderita kecemasan berat juga mengalami perasaan terancam yang sangat besar. Dan untuk tingkat kecemasan panik, penderita merasakan seperti tercekik dan sakit dada. Dari segi perilaku penderita mulai berteriak, memberontak, sampai kehilangan kontrol diri. 4. Faktor risiko1,8,19 a. Usia Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reassurance, dan nasehat-nasehat. b. Pengalaman Individu yang memiliki modal yang cukup untuk menghadapi stress cenderung berpikir bahwa setiap masalah pasti bisa diselesaikan.
7
http://lib.unimus.ac.id
c. Aset fisik Individu dengan asset fisik yang besar, kuat, dan garang akan menggunakan asset ini untuk menghalau stress yang mengganggu. d. Materi Aset berupa harta tidak akan membuat individu tersebut mengalami kekacauan secara financial. e. Keluarga Keluarga yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi oleh anggota keluarga akan menjadi tameng bagi anggota keluarga tersebut saat stress. f. Obat Dalam bidang psikiatri dikenal obat-obatan dari golongan anti anxietas. Obat ini berkerja mengurangi kecemasan sehingga pemakainnya merasa tenang. g. Sosial budaya Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta lingkungan sekitar
individu
akan
sangat
membantu
individu
dalam
menghadapi stressor. Pemecahan masalah bersama dan tukar pendapat dengan individu lain disekitarnya akan membuat individu lebih siap menghadapi stressor yang akan datang. h. Pengetahuan Individu dengan pengetahuan dan intelektual yang baik akan dapat meningkatkan
kemampuan
dan
rasa
percaya
diri
dalam
menghadapi stress. i. Lingkungan Tempat tinggal dan lingkungan sekitar pada lansia memiliki pengaruh cukup besar dalam perkembangan psikologi lansia. Dimana tempat tinggal dan lingkungan yang nyaman memberikan ketenangan bagi lansia.
8
http://lib.unimus.ac.id
5. Diagnosis Diagnosis gangguan kecemasan didapatkan berdasarkan penggolongan gangguan mulai dari fobia hingga Stres Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder)9. Pada DSM IV aspek yang dinilai meliputi:
Fobia a. Fobia sosial -
Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya, bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif. -
Ansietas harus mendominasi atau terbatas
pada
situasi sosial tertentu (out side the family cycle). -
Menghindari situasi fobik merupakan gejala yang
menonjol. b. Fobia spesifik -
Gejala psikologik otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif. -
Ansietas harus terbatas pada objek atau situasi fobik
tertentu.
Situasi fobik tersebut sebisa mungkin dihindarinya.
Panik (Panic Disorder) a. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik.
b. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berturut-turut dalam masa kira-kira sebulan. 9
http://lib.unimus.ac.id
-
Pada keadaan-keadaan mana sebenarnyta secara
obyektif tidak ada bahaya -
Tidak terbatas pada situasi yang diketahui atau yang
dapat diduga sebelumnya -
Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-
gejala ansietas pada periode antara serangan-serangan panik
Ansietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)16 a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb). b. Ketegangan
motorik
(gelisah,
sakit
kepala,
gemetaran, tidak dapat santai. c. Overaktifitas motorik (kepala ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
Obsessive Compulsive Disorder (OCD)16 a. Untuk mendiagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu berturut-turut. b. Hal
tersebut
merupakan
sumber
penderitaan
(distress) atau mengganggu aktivitas penderita. c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut: - Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri - Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau sekedar perasaan lega dari ketegangan atau ansietas - Gagasan,bayangan, pikiran dan impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan.
10
http://lib.unimus.ac.id
d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi dapat menunjukkan perilaku obsesif selama masa depresinya.
Stres Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder)16 a. Diagnosis baru ditegakkan apabila gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat. Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi 6 bulan, asal manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya. b. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayangan-banyangan atau mimpi-mimpi dari
kejadian-kejadian
traumatk
tersebut
secara
berulang-ulang kembali (flashback) c. Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi khas. d. Suatu ‘sequale’ menahun yang terjadi
lambat
setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F63.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah katasfora)9.
11
http://lib.unimus.ac.id
Dan pada PPDGJ III aspek yang dinilai adalah:
Fobia a. Ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek atau situasi. b. Keterpaparan
dengan
pemicu
menyebabkan
kecemasan intens. c. Orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis. d. Objek atau situasi terebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.
Panik (Panic Disorder) a. Serangan panik berulang tanpa terduga b. Sekurang-kurangnya selama satu bulan terdapat kekhawatiran akan terjadinya serangan berikutnya atau kekhawatirn atas konsekuensi yang diterima ketika serangan terjadi atau perubahan perilaku karena serangan yang dialami.
Ansietas menyeluruh (Generealized Anxietas Disorder) a. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan b. Kekhawatiran tersebut sulit untuk dikendalikan c. Pasien mengalami tiga atau lebih diantara hal-hal berikut: ketidaksabaran, sangat mudah lelah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, gangguan tidur.
Obsessive Compulsive Disorder (OCD)16 a. Obsesif, pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls,
atau
dorongan-dorongan
yang
menyebabkan kecemasan. b. Kompulsif, perilaku dan tindakan mental repetitive yang
dilakuakn
seseorang
ketegangan. 12
http://lib.unimus.ac.id
untuk
menghilangkan
Stres Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder)16 a. Pemaparan
pada
suatu
keadian
tramatik
menyebabkan ketakutan ekstrem. b. Kejadian tersebut dialami berulang. c. Orang yang bersangkutan menghindari stmuli yang diasosiasikan dengan trauma dan memilki ketumpulan respontivitas. d. Simtom-simtom
ketegangan
berlebihan
seperti
respons terkejut yang berlebihan. e. Durasi simtom lebih dari satu bulan9.
B. Lanjut Usia 1. Definisi Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1997:
Usia pertengahan (middle age)
: 45-59 tahun
Lanjut usia (elderly)
: 60-74 tahun
Lanjut usia tua (old)
: 75-90 tahun
Usia sangat tua (very old)
: > 90 tahun
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2009 batasan lanjut usia dibagi empat kelompok, yaitu:
45-54 tahun
: pertengahan umur usia lanjut (virilitas),
masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa
55-64 tahun
: usia lanjut dini (prasenium)
≥ 65 tahun
: usia lanjut (senium)
≥ 70 tahun
: usia lanjut dengan risiko tinggi 13
http://lib.unimus.ac.id
2. Proses Penuaan Menua merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan untuk regenerasi atau memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya5. Teori tentang proses penuaan5,10,11: a. Teori Error catastrophe Proses penuaan dipengaruhi oleh abnormalitas genetik, akibat dari adanya defek pada transkripsi DNA atau translasi RNA (mutasi somatik). b. Teori Loose cannon Adanya radikal bebas atau glukosa yang abnormal mengganggu komponen sel, sehingga terjadi modifikasi struktur normal sel. c. Teori Weak link Lemahnya sistem neuroendokrin menyebabkan abnormalitas keseimbangan endokrin dan metabolisme. Lemahnya sistem imun juga menyebabkan peningkatan kejadian infeksi. Dengan adanya kombinasi dari tiga komponen, yaitu penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan, pemeliharaan fasilitas kognitif dan fisik yang tinggi, dan keterlibatan secara aktif pada kehidupan yang berkelanjutan maka proses penuaan dianggap baik atau suskses.
Karakteristik pada penuaan:
Proses universal, terjadi pada seluruh organ
Intrinsik, tergantung pada faktor genetik
Progresif
Merusak dan cenderung menurunkan kompetensi fungsional
Ireversibel
14
http://lib.unimus.ac.id
3. Perubahan pada Lanjut Usia10 Lanjut usia umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh, baik secara fisiologis ataupun secara anatomikal, akibat dari penurunan fungsional dan anatomi suatu organ. Penurunan pada sistem organ ini menyebabkan mudahnya timbul keadaan patologis pada lanjut usia a. Perubahan Fungsi Fisiologi Lanjut Usia26 i. Indra Penglihatan Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sclera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia. ii. Indra Pendengaran Penurunan pendengaran merupakan kondisi secara dramatis dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kehilangan pendengaran Presbikusis
pada
lansia
merupakan
disebut
perubahan
dengan yang
presbikusis. terjadi
pada
pendengaran akibat proses penuaan yaitu telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. iii. Indra Peraba Pada
lansia
terjadi
penurunan
kemampuan
dalam
mempersepsikan rasa pada kulit, ini terjadi karena penurunan korpus free nerve ending pada kulit. iv. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada umumnya seseorang yang mulai tua akan berefek pada menurunnya kemampuan aktivitas. Penurunan kemampuan aktivitas akan menyebabkan kelemahan serta atrofi dan mengakibatkan
kesuliatan
untuk
mempertahankan
serta
menyelesaikan suatu aktivitas rutin pada individu tersebut.
15
http://lib.unimus.ac.id
Perubahan pada otot inilah yang menjadi fokus dalam penurunan keseimbangan berkaitan dengan kondisi lansia. v. Perubahan Sistem Gastrointestinal Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman. vi. Perubahan Sistem Uropoetika Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 – 80 tahun. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal. vii. Perubahan Sistem Neurologi Perubahan sistem saraf pusat menyebabkan fungsi intelektual menurun, gangguan persepsi, analisis dan integrasi, memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, perubahan pada mental dan gangguan sensorik, gangguan mekanisme kontrol postur tubuh, keseimbangan dan gerakan. viii.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada lanjut usia jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel) meningkat sehingga efisien fungsi pompa jantung berkurang.
Pembuluh darah besar terutama aorta
menebal dan menjadi fibrosis. ix. Perubahan Sistem Respirasi Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuatan kontraksi otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun pada lanjut usia. Perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru. x. Perubahan Sistem Endokrin Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi,respon terhadap stimulasi serta struktur kelenjar endokrin. Pada usia
16
http://lib.unimus.ac.id
diatas
60
tahun
terjadi
penurunan
sekresi
testosteron,estrogen,dan progesteron. xi. Perubahan Sistem Imun Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.
Ada
kemungkinan
jika
terjadi
peningkatan
pemasukan vitamin dan mineral termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini. b. Perubahan Psikologi pada Lanjut Usia4, 26 Perubahan psikologi lanjut usia biasanya mengikuti bagaimana kehidupan semasa mudanya, yang akhirnya menimbulkan berbagai masalah di masa tua. Perubahan psikologi pada lanjut usia antara lain: -
Perubahan emosi Perasaan tidak nyaman, takut, sering panik, dan takut terhadap ancaman penyakit sering dirasakan oleh lanjut usia.
-
Kemunduran intelegensi Kemunduran daya ingat pada lansia akan mengakibatkan penyempitan daerah perhatian (belang-stellingsn sfeer). Hal ini akan menyebabkan lansia memiliki ikatan lebih kuat terhadap suatu tempat (rumah), aturan, dan kebiasaan. Daya pikir pada lansia juga mengalami kemunduran, ditandai dengan turunnya hasil
uji
intelegensi,
terutama
dalam
hal
kecepatan
menyelesaikan suatu masalah.
C. Kecemasan pada Lanjut Usia Kecemasan merupakan keadaan psikologis yang sering dialami oleh lansia yang sifatnya menetap, tidak menyenangkan dan sering tersamarkan yang dimanifestasikan dengan perubahan perilakut seperti gelisah, kelelahan,
17
http://lib.unimus.ac.id
sulit berkonsentrasi, mudah marah, ketegangan otot meningkat dan mengalami gangguan tidur. Gejala-gejala kecemasan yang sering dialami oleh lanjut usia seperti takut tanpa sebab, sulit tidur, hingga kepanikan. Terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu masalah lingkungan hidup, masalah keuangan, masalah perkembangan, penyakit fisik atau cidera serta masalah keluarga.
D. Panti Wreda 1. Definisi12 Panti yang berarti tempat, dan wreda yang berarti tua atau lanjut usia. Panti wreda adalah sebuah rumah atau tempat penampungan untuk manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana manusia lanjut usia diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktifitas, dan hiburan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan manula. Panti wreda atau panti jompo adalah suatu institusi hunian bersama para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. 2. Tujuan13 Tujuan diadakannya panti wreda bagi para lanjut usia adalah: -
Memberikan tempat tinggal bagi para lansia terlantar
-
Memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bagi para lansia terlantar
-
Meningkatkan harga diri dan menyalurkan hobi yang mungkin tidak dapat mereka lakukan sebelumnya
-
Meningkatkan hubungan sosialisasi antar sesama lansia
18
http://lib.unimus.ac.id
3. Standarisasi13,14 Standar karakter ruang dan lingkungan yang diperlukan oleh lansia: a. Kebutuhan ruang -
Sirkulasi dimengerti oleh lansia
-
Ruang harus mudah dikenali dan dikelola
-
Ruang harus mendukung interaksi sosial
-
Lingkungan harus memberikan stimulus sensor bagi lansia (latihan kemampuan sensoris)
b. Segi keamanan, kenyamanan, dan lingkungan -
Bangunan dalam dan lingkungan harus aman
-
Kemudahan akses dari transisi ruang dalam ke luar ruangan agar menarik minat lansia untuk beraktifitas
-
Pemandangan di luar ruangan dapat menarik minat lansia untuk keluar ruangan
-
Ruang terasa nyaman dan dapat melindungi dari cuaca buruk
4. Fasilitas pendukung21 Beberapa fasilitas pendukung yang dapat membantu memenuhi kebutuhan fisik dan psikologi para lansia: a. Ruang kesehatan Sebagai ruangan pemeriksaan rutin dan pengobatan bila ada lansia yang sakit. b. Psikologi Ruang untuk konsultasi atau sharing. c. Ruang terapi Ruangan untuk para lansia melakukan kegiatan terapi ringan bagi fisik mereka, agar tidak terjadi kekakuan otot. d. Hobi Dengan adanya ruang hobi, lansia dapat menyalurkan hobinya sebagai kegiatan didalam panti seperti menyulam, membaca, membuat kerajinan tangan, dan lainnya.
19
http://lib.unimus.ac.id
e. Olahraga Area olah raga diperlukan oleh para lansia guna melakukan aktifitas olah raga ringan seperti senam dan aktifitas fisik ringan lainnya. Berolah raga dapat menjaga kesehatan tubuh dan menyegarkan pikiran para lansia.
E. Kerangka Teori
Lanjut Usia
Proses Penuaan
Faktor Risiko
Teori Error Catastrophe Teori Loose Cannon Teori Weak Link
Usia Pengalaman
Perubahan pada Lanjut Usia
Perubahan fungsi fisiologis Perubahan psikologis
Aset fisik Materi Keluarga Obat Sosial budaya Pengetahuan Lingkungan
Panti Wreda
Rumah
Gangguan kecemasan
20
http://lib.unimus.ac.id
F. Kerangka Konsep Lanjut Usia
Panti Wreda
Rumah
Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan
G. Hipotesis Ada perbedaan tingkat kecemasan antara lanjut usia yang tinggal di panti wreda dan lanjut usia yang tinggal di rumah.
21
http://lib.unimus.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup 1. Tempat
: Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang
Gading” Semarang dan RW 7 Kelurahan Plamongansari. 2. Waktu
: Juni 2016
3. Disiplin ilmu
: Ilmu Kesehatan Jiwa
B. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan membandingkan dua kelompok tidak berpasangan. Rancangan penelitian adalah cross sectional dan metode yang digunakan adalah wawancara menggunakan kuesioner.
C. Populasi dan sampel a. Populasi i. Populasi target Lansia. ii. Populasi terjangkau Semua lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia ”Pucang Gading” Semarang dan lansia yang tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari pada tahun 2016. b. Sampel Besar sampel yang digunakan menggunakan rumus untuk penelitian cross sectional:
Keterangan: N:
besar populasi
d:
tingkat kepercayaan (10%)
22
http://lib.unimus.ac.id
n = 60
c. Kriteria inklusi: i. Lanjut usia ≥ 60 tahun. ii. Bersedia menjadi responden. d. Kriteria ekslusi: i. Riwayat penyakit degeneratif. ii. Riwayat gangguan kejiwaan. iii. Mengkonsumsi obat anti anxietas seperti Benzodiazepine (Diazepam, Chlordiazepoxide, Prazepam, Alprazolam).
D. Variabel penelitian 1. Variabel bebas
: Tempat tinggal: panti wreda, rumah
2. Variabel terikat
: Tingkat kecemasan pada lanjut usia
E. Instrumen penelitian Alat yang digunakan adalah: 1. Form wawancara terstruktur Kuesioner bersi data identitas diri yatu nama, usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, dan riwayat konsumsi obat. 2. Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) Tingkat kecemasan responden lanjut usia berdasarkan wawancara secara langsung menggunakan T-MAS dalam bahasa Indonesia. Kuesioner terdiri dari 38 pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan “ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan dirinya.
23
http://lib.unimus.ac.id
Setelah melakukan wawancara, skor yang didapat akan di jumlah dan menghasilkan skor akhir sesuai tingkat kecemasan. -
Skor <21 = Kecemasan ringan
-
Skor >22 = Kecemasan berat
F. Data yang dikumpulkan 1. Data sekunder Data sekunder tentang jumlah lanjut usia binaan di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan jumlah penduduk lansia di RW 7 Kelurahan Plamongansari. 2. Data primer Data primer dengan wawancara langsung dengan responden lanjut usia mengenai data latar belakang dan tingkat kecemasan menggunakan kuesioner TMAS.
Penghitungan dan pengambilan sampel penelitian pada lanjut usia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan di RW 7 Kelurahan Plamongansari
24
http://lib.unimus.ac.id
G. Alur penelitian
Perizinan penelitian pada dinas terkait.
Penjangkauan sampel pada lanjut usia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan di RW 7 Kelurahan Plamongansari
Populasi lanjut usia yang tinggal di rumah
Populasi lanjut usia yang tinggal di panti wreda
Sampel penelitian
Sampel penelitian
Wawancara kuesioner T-MAS
Wawancara kuesioner T-MAS
Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan
Analisis tingkat kecemasan
25
http://lib.unimus.ac.id
H. Definisi operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Hasil ukur
1
Tingkat kecemasan
Penilaian
keadaan
a.
Skor <21 =
pasien dengan gejala
Kecemasan
kecemasan
ringan
menggunakan
b.
Ordinal
Skor >22 =
kuesioner
Kecemasan
berdasarkan Taylor
berat
Manifest
Skala
Anxiety
Scale (TMAS) 2
Tempat tinggal
Tempat
manusia
untuk
tinggal
bersama lain,
a.
manusia baik
hubungan
wreda b.
ada
keluarga
maupun
Panti
tidak
selama minimal 6 bulan9
26
http://lib.unimus.ac.id
Rumah
Ordinal
I. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data a. Editing Kegiatan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan dari responden. b. Coding Kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi kode numeric (angka) yang terdiri atas beberapa kategori. Data yang diberi kode adalah kelompok lanjut usia (lanjut usia yang tinggal di panti wreda = 1, lanjut usia yang tinggal di rumah = 2), tingkat kecemasan (kecemasan ringan = 1, kecemasan berat = 2). c. Entry Memasukkan data yang sebelumnya sudah dilakukan dalam proses coding kedalam komputer untuk dianalisis lebih lanjut. d. Tabulasi Memasukkan data dalam tabel dan membuat narasi.
2. Analisis data Penelitian ini menggunakan metode uji analistik statistik chi-square (X) dengan taraf kepercayaaan 90% (p<0,1) untuk mengetahui adanya perbedaan antara dua variabel dan dapat juga digunakan untuk mengetahui adanya hubungan dua variabel. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dan analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
27
http://lib.unimus.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan di RW 7 Kelurahan Plamongansari pada bulan Juni 2016. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling, didapatkan total responden penelitian 60 responden. Total responsen tersebut dibagi menjadi dua, yaitu lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang sebanyak 30 responden serta lansia yang tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari sebanyak 30 responden.
2. Distribusi Frekuensi Sampel a. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Tempat Tinggal Berdasarkan pengolahan data primer terhadap 60 sampel penelitian, dilakukan uji statistik dan diperoleh distribusi sampel sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Tempat Tinggal Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Panti Wreda
30
50
Rumah
30
50
Jumlah
60
100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden dibagi menjadi dua secara rata, dengan lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang sebanyak 30 orang (50%) sedangkan lansia yang tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari sebanyak 30 orang (50%).
28
http://lib.unimus.ac.id
b. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Tingkat Kecemasan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Tingkat Kecemasan Kategori
Jumlah
Kecemasan Ringan
21
Persentase (%) 35
Kecemasan Berat
39
65
Jumlah
60
100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kategori kecemasan berat yaitu sebanyak 39 orang (65%) dan responden dengan kategori kecemasan ringan berjumlah 21 orang (35%).
3. Distribusi Tingkat Kecemasan antara Lansia yang Tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan Lansia yang Tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari Tabel 4.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Lansia yang Tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan Lansia yang Tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari Tingkat Kecemasan
Lansia Di Panti Wreda Di Rumah Total
Ringan 2 (3,3%) 19 (31,7%) 21 (35%)
Berat 28 (46,7%) 11 (18,3%) 39 (65%)
Total
P
30 (100%) 30 (100%) 60 (100%)
0,001
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dan lansia yang tinggal di RW 7 Kelurahan Plamongansari.
29
http://lib.unimus.ac.id
B. Pembahasan Kecemasan adalah suatu respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi mengikuti perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup1. Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas². Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode prenatal sampai pada usia lanjut27. Kecemasan biasanya terjadi karena seorang indvidu tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Usia lanjut
dipandang sebagai
masa degenerasi
biologis.
Kecemasan yang tersering pada usia lanjut adalah tentang kematiannya. Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas. Ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak sesuai harapan seorang lansia, meningkatkan risiko lansia rentan mengalami kecemasan28. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat 60 orang (100%) yang telah dimasukkan dalam kriteria inklusi dengan rincian responden lansia yang tinggal di panti wreda sebanyak 30 orang (50%), dan responden lansia yang tinggal di rumah sebanyak 30 orang (50%). Berdasarkan tingkat kecemasan menunjukkan bahwa terdapat 21 orang (35%) dikategorikan cemas ringan, dan 39 orang (65%) dikategorikan cemas berat. Hasil penelitian tingkat kecemasan berdasarkan tempat tinggal didapatkan hasil 2 orang (3,3%) lansia yang tinggal di panti wreda dikategorikan cemas ringan, dan 28 orang (46,7%) lansia yang tinggal di panti wreda dikategorikan cemas berat. Sedangkan, 19 orang (31,7%) lansia yang tinggal di rumah dikategorikan cemas ringan, dan 11 orang
30
http://lib.unimus.ac.id
(18,3%) lansia yang tinggal di rumah dikategorikan cemas berat. Dengan nilai p = 0,001, berarti terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan lansia yang tinggal di rumah. Hasil yang didapat pada penelitian kali ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Retno Lestari pada tahun 2013. Pada penelitian Retno Lestari didapatkan 60,7% lansia yang tinggal di panti wreda mengalami gangguan kecemasan29 . Gangguan kecemasan yang dialami lansia yang tinggal di panti wreda tidak terlepas dari faktor risiko gangguan kecemasan, seperti usia, aset fisik, materi, keluarga, dan lingkungan. Untuk dua faktor terakhir yang disebutkan, keluarga dan lingkungan menjadi penyebab utama gangguan kecemasan pada lansia di panti wreda. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia. Peran keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat, mempertahankan dan meningkatkan status
mental,
mengantisipasi
perubahan
sosial
ekonomi,
serta
memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi seorang lansia30. Apabila terjadi sesuatu permasalahan maka keluarga merupakan tujuan pertama lansia untuk meminta pertolongan, setelah itu teman dan tetangga, sedangkan tempat pelayanan sosial merupakan pilihan terakhir5. Sedangkan untuk tempat tinggal atau lingkungan, perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan suatu pengalam traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan mengubah kebiasan-kebiasan yang selama ini dilakukan oleh lansia di lingkungan tempat tinggalnya31. Lansia yang tinggal di rumah memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah karena mendapatkan apa yang tidak didapatkan oleh lansia di panti wreda. Seperti dukungan keluarga, materi, sosial, dan tempat tinggal yang dibutuhkan oleh lansia. Perkembangan lansia merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh anggota keluarga. Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan biologis, imperatif ( saling menguatkan ), budaya dan aspirasi, serta nila-nilai keluarga. Ada beberapa hal yang dapat
31
http://lib.unimus.ac.id
dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia, seperti mempertahankan kehangatan keluarga, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia ,dan jangan menganggapnya sebagian beban. Dengan adanya dukungan dari keluarga, lansia akan merasa dihargai dan termotivasi untuk menjalani hidup32.
32
http://lib.unimus.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan TINGKAT
hasil
penelitian
KECEMASAN
tentang
ANTARA
“PERBEDAAN LANSIA
YANG
TINGGAL DI PANTI WREDA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH”, maka dapat disimpulkan: 1. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara lansia yang tinggal di panti wreda dan yang tinggal di rumah. 2. Sebagian besar lansia yang tinggal di panti wreda memiliki tingkat kecemasan berat dibandingkan dengan lansia yang tinggal di rumah.
B. Saran 1. Penyuluhan kepada keluarga yang memiliki anggota lansia tentang perawatan lansia yang baik dan kesehatan lansia. 2. Untuk panti wreda agar lebih memperhatikan psikologis lansia, dengan memberikan pendampingan psikologis pada lansia. 3. Penelitian selanjutnya disarankan membandingkan kategori variabel yang lebih spesifik agar mendapatkan hasil maksimal. 4. Penelitian ini menganalisis sebagian hubungan saja dengan metode cross sectional, jika selanjutnya ada yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama diharapkan menggunakan metode yang lebih menyeluruh.
33
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, JB dan Virginia, AS. 2010. Gangguan Ansietas. Dalam : Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke-2. Jakarta: EGC. 2. Videbeck, Sheila, L. 2010. Psychiatric-mental Health Nursing. Fifth Edition. Lippincott Williams and Wilkins; Point edition. 3. Mubarak, W, I & Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika. 4. Darmojo, R. Boedhi, dan H. Hadi Martono. 2009. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 5. Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 6. Alimul, A. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. 7. Hawari. 2001. Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 8. Elvira, Silvia D. 2013. Buku Ajar Psikiatri Ed 2. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. 9. Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atmajaya. 10. Gunarsa. 2004. Dari Anak sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 11. Pachana, et al. 2007. Development and Validation of the Geriatric Anxiety Inventory. USA: Cambridge University Press. 12. Ihromi, T.O. 2001. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 13. Cartens, Y, Diane. 2003. Site Planning and Design for the Elderly. US: John Wiley&Son, Inc. 14. Sung, Kyu-taik. 2009. Respect for The Elderly. New York: University Press of America 15. Hurlock. 2007. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta:Erlangga.
34
http://lib.unimus.ac.id
16. Katzman, A Martin, et al. 2014. Canadian Clinical Practice Guidelines for the Management of Anxiety, Posttraumatic Stress and ObsessiveCompulsive Disorders. BMC Psychiatry. 17. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 18. Wiramihardja, Sutardjo, A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama. 19. Puspitasari, N, Aprilia. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Wanita Perimenopause. Surabaya: The Journal of Public Health UNAIR. 20. Satroasmoro & Ismael. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV Sagung Seto. 21. Baladon, Luisa. 2015. Prevalence of Mental Disorders in Non-demented Elderly People in Primary Case. International Psychogeriatrics Journal. 22. Hersen, Michel. 2012. Adult Psychopathology and Diagnosis. US: John Wiley&Son, Inc. 23. Kim, Paul, K, H. 2001. Serving The Elderly: Skills for Practice. New York: Aldine De Guyter. 24. Pachana, N. A. 2010. Development and Validation of the Geriatric Anxiety Inventory. Internatonal Psychogeriatrics Journal. 25. Nursalam. 2006. Konsep dan Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 26. Darmojo, Boedhi. 1999. Teori Proses Menua. Dalam: Geriatri/ Gerontologi dan Karangan Lain. Semarang: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Undip. 27. Sari, Istik, Laila. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Medan: Bagian Keperawatan USU 28. Affandi. 2008. Kecemasan dalam Menghadapi Kematian pada Lansia. Jakarta. 29. Lestari, Retno. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian Activities of Daily Living (ADL) pada Lanjut Usia di Panti Wreda. Malang: FK Universitas Brawijaya. 35
http://lib.unimus.ac.id
30. Jaya, Hasrat dan Rosmina. 2010. Ilmu Gerontik. Jakarta: Pustaka AsSalam. 31. Nugroho, Wahyudi. 2004. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. 32. Titus, Irto. 2013. Gambaran Perilaku Lansia Terhadap Kecemasan Di Panti Sosial Tresna Werdha Theodora Makassar. Makassar: Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas.
36
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Usia
:
Alamat
:
Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh saudara Rifky Habib Amperawan, mahasiswa Program S-1 Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Semarang dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda dan Yang Tinggal di Rumah”.
Saya telah mengerti dan memahami tujuan, manfaat, serta dampak yang mungkin terjadi dari penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa penelitian ini akan menghormati hak-hak saya dan menjaga kerahasiaan saya sebagai responden penelitian.
Dengan pertimbangan diatas, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya memutuskan untuk bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.
Semarang,
2016
Yang membuat pernyataan
( …………………………….)
37
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 2
Identitas Responden: Nomor
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Riwayat penyakit degeneratif
:
Hipertensi
Riwayat gangguan kejiwaan
:
Gangguan kecemasan
YA /
Gangguan depresi
YA /
YA / TIDAK
TIDAK
TIDAK Riwayat konsumsi obat
Obat anti ansietas
YA / TIDAK
Obat anti hipertensi
YA / TIDAK
38
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 3 Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)
Nomor responden
:
No
Apakah akhir-akhir ini, Anda
1.
Merasa tidak cepat lelah.
2.
Yakin tidak lebih penggugup daripada orang lain.
3.
Merasa jarang sakit kepala.
4.
Sering merasa tegang waktu bekerja.
5.
Sering merasakan
tangan anda gemetar bila mencoba untuk
berbuat sesuatu. 6.
Tidak mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain.
7.
Merasa diare satu kali atau lebih dalam sebulan.
8.
Merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau kesialan dalam hidup anda.
9.
Tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada diri anda.
10.
Merasa takut muka anda menjadi merah karena malu.
11.
Merasa tangan dan kaki anda biasanya cukup hangat.
12.
Mudah sekali berkeringat meskipun tidak panas.
13
Terkadang berkeringat yang bercucuran ketika malu, dan hal ini membuat anda jengkel.
14.
Hampir tidak pernah berdebar-debar dan jarang bernafas
39
http://lib.unimus.ac.id
Ya
Tidak
tersenggal-senggal. 15.
Sering merasa lapar terus-menerus.
16.
Jarang terganggu oleh rasa sembelit (sakit perut) karena sukar buang air.
17.
Jarang terganggu oleh sakit perut.
18.
Tidak bisa tidur, ketika mengkhawatirkan sesuatu.
19.
Mudah merasa malu
20.
Merasa lebih sensitif atau peka daripada kebanyakan orang lain.
21.
Seringkali mengkhawatirkan diri anda jika terjadi suatu hal.
22.
Menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang anda lihat.
23.
Selalu tenang-tenang dan tidak mudah kecewa atau putus asa.
24.
Seringkali mencemaskan terhadap suatu hal atau seseorang.
25.
Merasa gembira setiap waktu.
26.
Merasa gelisah ketika menunggu.
27.
Kadang-kadang merasa gembira sekali sehingga sukar tidur.
28.
Kadang-kadang
mengalami
kesukaran-kesukaran
yang
bertumpuk-tumpuk sehingga tidak dapat duduk terlalu lama. 29.
Meyakini bahwa kadang-kadang merasa khawatir tanpa suatu alasan tertentu terhadap suatu hal yang tidak berarti.
30.
Tidak sepenakut teman anda yang lain.
31.
Seringkali merasa sebagai orang yang tidak berguna.
40
http://lib.unimus.ac.id
32.
Mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian terhadap suatu pekerjaan.
33.
Biasanya penakut.
34.
Merasa hidup ini merupakan beban bagi anda setiap waktu.
35
Befikir bahwa anda tidak punya arti apa-apa.
36.
Benar-benar merasa kurang percaya diri pada diri sendiri.
37.
Kadang-kadang merasa bahwa diri anda akan kacau.
38.
Sepenuhnya percaya pada diri anda sendiri.
Skor
:
41
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 4: Analisis Data 1. Analisis Univariat Distribusi Tempat Tinggal Tempat tinggal Frequency Valid
Panti Wreda Rumah Total
30 30 60
Percent
Valid Percent
50.0 50.0 100.0
50.0 50.0 100.0
Cumulative Percent 50.0 100.0
Distribusi Tingkat Kecemasan Tingkat kecemasan
Valid
Berat Ringan Total
Frequency 39 21 60
Percent 65.0 35.0 100.0
Valid Percent 65.0 35.0 100.0
42
http://lib.unimus.ac.id
Cumulative Percent 65.0 100.0
2. Analisis Bivariat Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda dan yang Tinggal di Rumah Tempat tinggal * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Tempat tinggal
Panti Wreda
Rumah
Total
Count Expected Count % within Tempat tinggal % of Total Count Expected Count % within Tempat tinggal % of Total Count Expected Count % within Tempat tinggal % of Total
Tingkat kecemasan Berat Ringan 28 2
Total 30
19.5 93.3% 46.7%
10.5 6.7% 3.3%
30.0 100.0% 50.0%
11 19.5 36.7%
19 10.5 63.3%
30 30.0 100.0%
18.3% 39 39.0
31.7% 21 21.0
50.0% 60 60.0
65.0% 65.0%
35.0% 35.0%
100.0% 100.0%
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 21.172b 18.755 23.568
20.819
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
1
.000
60 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10. 50.
43
http://lib.unimus.ac.id
Lampiran 5: Ijin Penelitian
44
http://lib.unimus.ac.id
45
http://lib.unimus.ac.id
46
http://lib.unimus.ac.id