PERBEDAAN KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA YANG TINGGAL DI RUMAH DAN TINGGAL DI PANTI WREDA Sangga Kunto Agung Barnaba Fakultas Psikologi Universitas Semarang
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan hidup pada lansia yang tinggal di rumah dan tinggal di Panti Wreda. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kepuasan hidup antara lansia yang tinggal di rumah dan tinggal di Panti Wreda. Kepuasan hidup antara lansia yang tinggal di rumah lebih tinggi dari pada lansia yang tinggal di Panti Wreda. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 42 lansia yang terbagi atas 22 lansia yang tinggal di Panti Wreda Elim, Semarang dan 20 lansia yang tinggal di Kelurahan Bugangan Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Kepuasan Hidup pada Lansia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji- t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan kepuasan hidup pada lansia yang tinggal di rumah dan tinggal di Panti Wreda. kepuasan hidup pada lansia yang tinggal di rumah yang ditunjukkan dengan nilai Uji-t = - 8,236 (p < 0, 01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata Kunci : kepuasan hidup pada lanisa, tempat tinggal LIVE SATISFACTION OF ELDERLY Abstract This research aims to find out if there was a difference in life satisfaction on the elderly who live at home and stay in the Panti Wreda. The hypothesis of investigators is a difference of life satisfaction among them between life satisfaction elderly who live at home and stay in the parlors werda. Life satisfaction of the elderly living at home higher than the one who in Panti Wreda live. The subject in this study amounted to 42 elderly which is divided into 22 elderly who live in an Elim Werda, Semarang and 20 elderly living in Kelurahan of Bugangan temples. Sampling technique used was purposive sampling techniques. Research data collected by using a scale living on complacence elderly. Data analysis conducted using a statistical technique uji- t. the result showed that there was a very significant complacence live on elderly living in the house and stay in Panti Wreda. Complacence live on elderly living at home with an indicated uji-t -- 8,236 in research that hypothesis is accepted. Keywords: satisfaction live on aged, a place of residence
200
diantaranya mengalami gangguan kecemasan.
Pendahuluan Setiap individu tentunya ingin hidup
Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil
bersama dengan orang yang dikasihi hingga
penelitian yang dilakukan Blazer dan Hybels
akhir
sebuah
(2005: 1-8) menunjukkan bahwa lansia yang
keinginan sederhana yang terkadang sulit
lebih tua berisiko lebih besar mengalami
direalisasikan. Hal ini dikarenakan merawat
depresi biologis yang berat, seperti depresi
lansia bukanlah hal yang mudah. Apalagi bagi
akibat perubahan vaskular, namun frekuensi
lansia yang kurang diterima oleh anggota
depresi lebih rendah dibandingkan untuk lansia
keluarganya.
yang
yang memiliki usia lebih muda. Dewasa yang
dikemukakan bagi keluarga yang dengan
lebih tua mungkin dilindungi secara psikologis
sengaja menaruh orangtua di Panti Wreda,
karena faktor-faktor seperti selektivitas dan
alasan karena merasa sibuk, tidak cukup
kebijaksanaan sosio emosional, dibandingkan
waktu untuk mengurus orangtua, adanya
dengan lansia yang memiliki usia lebih muda,
ketidaksepahaman antara orang tua dan anak,
dan mungkin relatif terlindungi dari risiko
ketidakcocokan
sosial. Taylor & Lynch (dalam Blazer dan
hayatnya.
Ini
merupakan
Banyak
antara
alasan
menantu
dengan
mertua sehingga membuat sang menantu
Hybels,
menolak kehadiran orangtua pasangannya
dukungan dapat memediasi antara faktor risiko
dalam kehidupan rumah tangga (Nurdiyanti,
terjadinya
2009).
menggunakan kurva pertumbuhan pemodelan,
Penempatan
lansia
Panti
7-8)
depresi.
menyatakan
Analisis
bahwa
terbaru
Wreda
dirasakan bahwa dukungan sosial ditunjukkan
mendapatkan tentangan dari Kepala Badan
untuk memediasi hubungan antara gejala
Kependudukan
Berencana
kecacatan dan depresi dari waktu ke waktu.
Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief yang
Efek stres pada depresi telah mengarah pada
mengimbau kepada masyarakat di seluruh
kerentanan
Indonesia untuk jangan menempatkan anggota
perkawinan dan dukungan sosial. Kebanyakan
keluarga yang berusia lanjut di Panti Wreda.
lansia percaya bahwa lansia memiliki cukup
Kurangnya perhatian dari keluarga dapat
kontak dengan keluarga dan teman serta
berdampak pada munculnya rasa kecewa
mendukung hubungan positif dalam jaringan
lansia terhadap kondisi diri dan keluarganya.
sosial. Namun, ketika jaringan sosial tiba-tiba
dan
di
2005:
Keluarga
Hasil penelitian yang dilakukan Van Hout,
habis,
baik
lingkungan
melalui
termasuk
kehilangan
status
anggota
dkk (2004: 400) yang dilakukan terhadap 659
jaringan (seperti pasangan atau anak) atau
lansia dengan rata-rata usia 70,6 tahun,
melalui perubahan dalam kualitas hubungan
diketahui bahwa 112 orang lansia (17,07%)
(misalnya
sengketa
dalam
keluarga)
201
menjadikan
penyebab
penting
terjadinya
depresi pada masa lansia.
mempunyai tingkat kepuasan yang sedang dan cenderung
rendah.
Lansia
mengalami
Berbagai perubahan yang terjadi pada
kehidupan yang kurang baik dalam mensikapi
masa tua akan menimbulkan berbagai dampak
tentang kondisi yang dialami sekarang. Tingkat
dalam kehidupan individu yang berada pada
lansia yang cenderung rendah ini karena
masa tua dan berpengaruh terhadap kepuasan
kondisi
lansia
kehidupannya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
dalam
menjalani
lansia
yang
rawan
terlantar.
Kepuasan
hidup
merupakan
kemampuan
lansia yang bersikap hidup kurang optimis
seseorang
untuk
menikmati
pengalaman-
sebesar 33,30% dan lansia yang cukup optimis
pengalamannya dengan penuh kebermaknaan.
sebesar 36.70%.
Rasa sepi yang terjadi pada masa lansia
Kepuasan hidup pada lansia yang kurang
menimbulkan afek negatif yang menjadikan
terpenuhi seringkali berakhir dengan tindakan
kesejahteraan terancam dan terkait dengan
bunuh diri. Hasil penelitian yang dilakukan
kepuasan hidup (life satisfaction) (Gunarsa,
Schimmack, dkk (2009: 1071) menunjukkan
2004: 419).
bahwa kepuasan hidup individu terlihat dari
Menurut Purnama (2009: 12) kepuasan hidup
kebahagiaan
emosi individu. Seperti halnya yang dialami
individu. Kebahagiaan adalah istilah umum
seorang kakek “S” berusia 60 tahun, seorang
yang menunjukkan kenikmatan atau kepuasan
warga di salah satu Perumahan yang ada di
yang menyenangkan dalam kesejahteraan,
Semarang. Diduga karena sakit hati dengan
kenikmatan
keinginan.
keluarganya, “S” nekad mengakhiri hidupnya
Kepuasan hidup secara eksplisit merupakan
dengan cara gantung diri. Tubuhnya ditemukan
gambaran suatu kondisi yang bersifat khas
penghuni kos, sudah dalam keadaan kaku
pada individu yang mempunyai semangat
menggantung
hidup dan mempunyai kemampuan untuk
diruang teras lantai 2 rumahnya (Carita, 2011).
menyesuaikan dengan berbagai perubahan
Ide bunuh diri (suicidal ideation) pada lansia
kondisi dalam diri maupun perubahan kondisi
disebabkan oleh gangguan faali, pengalaman
di lingkungannya.
pada
Hasil
merupakan
atau
ukuran
ketiadaan depresi dan kemampuan dalam hal
pemenuhan
penelitian
yang
dilakukan
Hikmawati dan Akhmad (2008: 91) tentang
masa
dengan
seutas
anak-anak,
tali
stressor
plastik
terkini,
gangguan psikiatrik dan penyakit fisik yang menyerang mereka (physical frailty).
kondisi kepuasan hidup lanjut usia di salah
Lansia yang tinggal di Panti Wreda tidak
satu desa yang ada di Kabupaten Jembrana,
selamanya akan menunjukkan kekecewaan.
Propinsi
Contoh kasus yang terjadi pada Mbah G,
Bali,
diketahui
bahwa
lansia
202
merupakan salah satu lansia yang bersemangat
Wreda. Lansia khawatir akan terlantar dan
dalam menjalani kehidupannya di
masih terdapat adanya perasaan kurang dapat
Panti
Wreda. Meski sudah berumur 80 tahun, beliau
memberikan
sesuatu
yang
masih mampu menjalani aktivitas sehari-hari
kehidupan bermasyarakat.
berguna
bagi
tanpa bantuan orang lain. Bahkan, beliau
De Lazzari, (dalam Hutapea, 2011: 66)
menjadi salah satu wakil dari wisma tempat
menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
beliau
sanggup
yang memengaruhi kepuasan hidup adalah
mengambilkan jatah makanan untuk lansia
kondisi demografi, kepribadian, dukungan
yang berada di wisma tempat beliau tinggal,
sosial dan evaluasi terhadap pengalaman
merasa
walaupun
hidup. Faktor yang akan digali lebih mendalam
terkadang merasa rindu untuk berkumpul
kaitannya dengan kepuasan hidup lansia adalah
bersama dengan keluarganya (Nurdiyanti,
faktor demografi, bahwa keadaan tempat
2009).
tinggal lansia berpengaruh terhadap kepuasan
tinggal.
Beliau
nyaman
dan
masih
kerasan
Analisis terhadap hasil wawancara yang dilakukan
peneliti
pada
tanggal
29-30
hidup yang dirasakan oleh lansia. Purnama (2009: 3) menyatakan bahwa lanjut usia
September 2012 terhadap empat orang lansia
dengan segala
permasalahannya
termasuk
yang terdiri atas dua orang lansi yang tinggal
tantangan-tantangan dalam kehidupan yang
di rumah dan dua orang lansia yang tinggal di
bersifat multidimensial, hendaknya dilihat
Panti Wreda, diketahui bahwa lansia yang
dalam kerangka totalitas keberadaan lanjut usia
tinggal di Panti Wreda lebih merasakan
yang tentunya tidak terlepas dari lingkungan
ketidakpuasan dalam hidupnya. Lansia yang
lansia tinggal.
tinggal di Panti Wreda merasa kurang senang
Hasil penelitian yang dilakukan Borg, dkk
dengan aktivitas yang dilakukannya sehari-
(2006: 612-613) tentang kepuasan hidup lansia
hari karena dianggap monoton dan tidak
(65
mendatangkan
yang
perawatan diri, hubungan sosial, kesehatan dan
tinggal di rumah dan di Panti Wreda sama-
aspek keuangan, diketahui bahwa kepuasan
sama merasa belum dapat mencapai apa yang
hidup yang lebih tinggi ditemukan pada lansia
pernah dicita-citakannya selama masih muda
dengan usia yang lebih rendah, tinggal di
dahulu. Ketidakhadiran keluarga pada lansia
rumah biasa, kesepian yang lebih rendah,
yang tinggal di Panti Wreda menjadikannya
mendapatkan perawatan diri yang lebih tinggi,
kurang dapat hidup secara optimistik karena
memiliki kesehatan yang lebih baik, partisipasi
adanya kekhawatiran dalam hal pemenuhan
dalam kegiatan fisik yang lebih tinggi,
kebutuhan hidup selama tinggal di Panti
terhindar dari perasaa khawatir, sumber daya
kebahagiaan.
Lansia
tahun
ke
atas)
dengan
penurunan
203
ekonomi yang lebih baik dan merasa menjadi
Mehmet, 2005: 30). Kepuasan hidup (life
laki-laki.
tersebut
satisfaction) merupakan perasaan nyaman yang
menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di
terbebas dari kesepian dan terhindar dari
rumah biasa atau tinggal bersama keluarga
depresi (Gunarsa, 2004: 419). Kepuasan hidup
mampu menumbuhkan kepuasan hidup dalam
dari masing-masing individu sangat bervariatif.
dirinya.
Kepuasan hidup merupakan hasil dari tindakan
Hasil
penelitian
Usia lanjut usia sebagai masa yang unik dengan
segala
perubahannya
dan langkah yang benar yang ditempuh oleh
sangat
individu. Kepuasan hidup berkaitan dengan
membutuhkan perhatian khusus dari orang
bagaimana individu menepati janjinya terhadap
lain di sekitarnya, terutama keluarga. Lansia
hati nurani (Yudantara, 2008: 89).
yang tinggal di rumah kemungkinan akan
Diener, dkk (dalam Snyder dan Lopez,
menunjukkan kepuasan hidup yang lebih
2002: 65) menyatakan bahwa kepuasan hidup
tinggi karena adanya kehadiran anggota
mencerminkan informasi yang berbeda pada
keluarga di masa tuanya. Namun demikian,
individu yang berbeda dan dapat berubah
lansia yang tinggal di Panti Wreda juga
tergantung pada apa yang penting pada saat ini.
mampu menunjukkan kepuasan hidup seperti
Ripple, dkk (dalam Louw, dkk, 1998: 522)
halnya yang tinggal di rumah, seperti yang
mendefinisikan
dialami oleh mbah “G” yang merasa puas
komponen emosional dari sikap masyarakat
meskipun keluarga menempatkannya di Panti
terhadap hidupnya. Hal ini didefinisikan
Wreda. Selain itu, masih terdapat juga lansia
sebagai refleksi dari perasaan individu tentang
yang tinggal di rumah juga menunjukkan
masa lalu, sekarang dan masa depan. Purnama
ketidakpuasan dalam menjalani hidupnya.
(2009: 12) menyatakan bahwa secara eksplisit
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti
kepuasan menggambarkan suatu kondisi yang
tertarik
ada
bersifat khas pada individu yang mempunyai
perbedaan kepuasan hidup pada lansia yang
semangat hidup dan mempunyai kemampuan
tinggal di rumah dan tinggal di Panti Wreda.
untuk
untuk
mengetahui
apakah
kepuasan
menyesuaikan
dengan
dalam
berbagai
perubahan
Kepuasan hidup merupakan kondisi hidup
perubahan
kondisi
yang puas. Adanya penghargaan terhadap diri
Kepuasan
hidup
sendiri menjadikan seseorang lebih efektif dan
kebahagiaan individu. Kebahagiaan adalah
lebih menarik di mata dunia. Kepuasan hidup
istilah umum yang menunjukkan kenikmatan
ditandai dengan kemampuan meraih sesuatu
atau kepuasan yang menyenangkan dalam
dan menghargai orang lain
kesejahteraan, kenikmatan, atau pemenuhan
di
diri
sebagai
Kepuasan hidup pada lansia
(Roizen dan
kondisi
hidup
maupun
lingkungannya.
merupakan
ukuran
204
keinginan. Diener (dalam Sirgy, 2002: 7)
sebaliknya individu yang merasa bahwa
menyatakan bahwa kepuasan hidup sebagai
kehidupannya
proses penilaian kognitif yang tergantung pada
untuk tidak bahagia dengan segala aspek
perbandingan keadaan seseorang dengan apa
kehidupannya. Individu memiliki peluang
yang menjadi standar secara umum.
yang besar untuk merasa cemas, sering
tidak
berarti
cenderung
Berdasarkan uraian tersebut diketahui
merasa lebih sulit berkonsentrasi, merasa
bahwa kepuasan hidup adalah salah satu
bersalah merasa takut tanpa alasan yang
ukuran kebahagiaan seseorang yang timbul
jelas, sering menangis, dan putus asa.
dari pemenuhan kebutuhan atau harapan
Penerimaan
sehingga dapat menerima diri dan lingkungan
berdampak positif dengan menganggap
secara positif dan terbebas dari kesepian dan
hidupnya penuh arti dan menerima dengan
terhindar dari depresi.
tulus kehidupannya.
Menurut Purnama (2009: 14-16) kepuasan
diri
yang
besar
akan
c. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita
hidup pada lansia adalah suatu kondisi yang
atau sebagian besar tujuan hidupnya.
mencakup beberapa aspek yaitu:
Kebahagiaan adalah pencapaian cita-cita
a. Merasa senang dengan aktivitas yang
dan
keberhasilan
dalam
yang
budaya
Jawa,
dilakukan sehari-hari
diinginkannya.
Senang dengan aktivitas yang dilakukan
terutama pada lebih dari seabad yang lalu,
sehari-hari dapat dikatakan sebagai reaksi
hanya perkawinanlah cita-cita yang boleh
manusia terhadap situasi dalam kehidupan
dianga-angankan para gadis. Para wanita
sehari-hari.
kehidupan
tidak boleh bersekolah, tidak boleh bekerja
individu
di luar rumah, tidak boleh menduduki
Dalam
bermasyarakat,
seringkali
melakukan kegiatan sehari-hari karena kewajiban, bukan karena merasa senang melakukannya
sehingga
dapat
terjadi
Dalam
apa
jabatan di masyarakat. d. Berpegang teguh pada gambaran diri yang positif
individu menjadi terpaksa melakukan
Apabila
aktivitas yang tidak disukainya sama
mempunyai pegangan dan prinsip hidup
sekali.
yang kuat dan positif, maka lansia akan
b. Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima
dengan
tulus
kondisi
individu
atau
para
lansia
mempunyai harga diri yang kuat dan positif. Kepuasan hidup lansia ditunjukkan
kehidupannya
dalam konsep diri yang positif yang
Individu yang selalu bahagia bila merasa
mencerminkan kesesuaian antara cita-cita
bahwa
masa lalu dengan kondisi kehidupan
hidupnya
ini
berarti,
begitu
205
sekarang yang dialami. Hal tersebut
cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya,
menunjukkan pula semangat hidup dan
berpegang teguh pada gambaran diri yang
suasana hati yang positif.
positif, serta mempunyai sikap hidup yang
e. Mempunyai sikap hidup yang optimistik
optimistik dan suasana hati yang berbeda.
dan suasana hati yang berbeda
Lansia yang tinggal di rumah
Individu yang optimis dalam dirinya
Kebijakan
pemerintah
Indonesia,
dalam memandang sesuatu, selalu berpikir
pengembangan dan pembangunan kualitas
positif,
segala
Lansia ditetapkan agar Lansia dikembangkan
pembaharuan, berorientasi ke dunia luar
melalui pendekatan lingkungan keluarga dan
(masa depan), terbuka, semangat, jujur dan
masyarakat (family center development and
terus terang. Individu yang optimis adalah
community based). Lansia hendaknya tinggal
individu yang tidak pernah putus asa.
di
antusias
Neugarten
(dalam
terhadap
Hikmawati
rumah
karena
rumah
adalah
tempat
dan
berkumpulnya keluarga. Setiap keluarga pasti
Akhmad, 2008: 85) menyatakan bahwa
mendambakan suasana hangat dan mesra di
ukuran kepuasan hidup pada lansia mencakup
rumahnya. Berdasarkan jajak pendapat yang
lima aspek, yaitu:
dilakukan Adib (2006: 2) mengenai tempat
a. Merasa senang dengan aktivitas yang
tinggal lansia, menunjukkan bahwa 56,0 %
dilakukan sehari-hari.
responden
b. Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima
secara
tulus
kondisi
kehidupannya.
berpendapat
Lansia
sebaiknya
bertempat tinggal di rumah sendiri, dan 42 % lainnya bertempat tinggal di dalam keluarga. Hidup dan tinggal di rumah sendiri dirasakan
c. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya.
Lansia dapat tenang dan tentram (fungsi perlindungan), lebih bebas, lebih puas, lebih
d. Berpegang teguh pada gambaran diri secara positif.
enak (fungsi kesejahteraan lahir dan batin), dapat mengatur dan mengontrol rumahnya
e. Mempunyai sikap hidup yang optimistik
karena tempat tersebut sudah merupakan milik
dan suasana hati yang bahagia.
Lansia sendiri, sekaligus Lansia dapat menjaga
Berdasarkan uraian tersebut diketahui
rumah, dan bahkan dengan tinggal di rumah
bahwa aspek-aspek kepuasan hidup adalah
sendiri merasa lebih senang dan bahagia, tidak
merasa
merepotkan orang lain dan atau anak, serta
senang
dengan
aktivitas
yang
dilakukan sehari-hari, menganggap hidupnya
nyaman.
Apabila
sewaktu-waktu
penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi
memerlukan
kehidupannya, merasa telah berhasil mencapai
melakukannya itu adalah anak atau anggota
perawatan,
maka
Lansia yang
206
keluarga sendiri. Lansia memiliki waktu luang
anggota keluarga (Megalestari, 2010). Panti
dan longgar dalam kegiatan kesehariannya
Wreda
adalah
orang-orang lanjut usia yang baik secara
merupakan
membahagiakan,
suatu
yang
menenangkan,
dan
sukarela
merupakan
ataupun
tempat
berkumpulnya
diserahkan
oleh
pihak
menyamankan hati apabila Lansia dapat
keluarga untuk diurus segala keperluannya,
menyaksikan keberadaan anak dan cucu dalam
dimana tempat ini ada yang dikelola oleh
rumah yang ditempatinya.
pemerintah maupun pihak swasta. Kewajiban
Berdasarkan uraian tersebut diketahui
Negara untuk menjaga dan memelihara setiap
bahwa lansia yang tinggal di rumah adalah
warga
individu yang berusia kronologis antara 60
dalam UU No.12 Tahun 1996 termasuk para
tahun sainpai dengan 70 tahun yang tinggal di
lansia
rumah
(Direktorat Jenderal, Departemen Hukum dan
sehingga
ketenangan
dan
dapat
memperoleh
ketentraman
(fungsi
perlindungan), lebih bebas, lebih puas, lebih
negaranya
dengan
sebagaimana
mendirikan
tercantum
Panti
Wreda
HAM). Berdasarkan
uraian
tersebut
diketahui
enak (fungsi kesejahteraan lahir dan batin)
bahwa lansia yang tinggal di Panti Wreda
dalam menjalani kehidupannya.
adalah individu yang berusia kronologis antara
Lansia yang tinggal di Panti Wreda
60 tahun sainpai dengan 70 tahun yang tinggal
Panti
tempat
di tempat berkumpulnya orang-orang lanjut
menyayang atau mencintai orangtua dan
usia yang baik secara sukarela ataupun
merupakan salah satu pemecahan masalah
diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus
lansia
segala keperluannya.
Wreda
dalam
merupakan
menapak
hari-hari
akhir
kehidupannya (Adi, dalam Ihromi, 1999: 204).
Metode Penelitian
Panti Wreda merupakan suatu bangunan yang
Batasan populasi dalam penelitian ini
difungsikan sebagai tempat penampungan
adalah lansia yang tinggal di Panti Wreda Elim
manusia lanjut usia untuk kemudian dirawat,
merupakan salah satu unit Pelayanan dari
diasuh dan diberikan perhatian lebilh dalam
Yayasan Pelayanan Kristen Semarang yang
kehidupan lanjut dalam kehidupan sehari-hari.
terletak Jl. dr. Cipto nomor 132 Semarang.
Namun sebagian besar keberadaan Panti
Panti Wreda Elim terdapat karakteristik subjek
Wreda menjadi momok bagi manula karena
yang sesuai dengan karakteristik penelitian.
mereka merasa tersisih dan terasingkan dari
Peneliti juga akan menggunakan lansia yang
masing-masing keluarga yang masih ada
tinggal
namun mengaku sudah tidak menyanggupi
Bugangan Semarang, dan berusia 60-70 tahun.
lagi untuk merawat karena kesibukan tiap
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
di
rumah
di
daerah
Kelurahan
207
dalam penelitian ini yaitu purposive sampling.
kehidupan sosial yang lebih baik dan tidak
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
mampu
menggunakan Skala Kepuasan Hidup pada
menyebabkan terjadinya ketidakpuasan dalam
Lansia.
hidup lansia. Lansia ditetapkan agar Lansia
Pada penelitian ini menggunakan teknik
terpenuhi
oleh
lansia
dapat
dikembangkan melalui pendekatan lingkungan
uji- t. Tujuan penelitian ini adalah mencari
keluarga
dan
perbedaan perbedaan kepuasan hidup pada
development and community based). Lansia
lansia yang tinggal di rumah dan tinggal di
yang tinggal di rumah dapat tenang dan
Panti Wreda. Asumsi yang harus dipenuhi
tentram (fungsi perlindungan), lebih bebas,
untuk dapat menggunakan uji- t adalah untuk
lebih puas, lebih enak (fungsi kesejahteraan
membandingkan satu variabel tergantung yang
lahir
datanya berupa skor antara dua kelompok
mengontrol rumahnya karena tempat tersebut
subjek.
sudah
Hasil dan Pembahasan
sekaligus Lansia dapat menjaga rumah, dan
dan
masyarakat
batin),
merupakan
(family
dapat
milik
center
mengatur
Lansia
dan
sendiri,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bahkan dengan tinggal di rumah sendiri merasa
ada perbedaan kepuasan hidup antara lansia
lebih senang dan bahagia, tidak merepotkan
yang tinggal di rumah dan tinggal di Panti
orang lain dan atau anak, serta nyaman.
Wreda. Kepuasan hidup antara lansia yang
Kepuasan
hidup
(life
satisfaction)
tinggal di rumah lebih tinggi dari pada lansia
merupakan perasaan nyaman yang terbebas
yang tinggal di Panti Wreda. Hasil penelitian
dari kesepian dan terhindar dari depresi
ini mendukung pendapat De Lazzari, (dalam
(Gunarsa, 2004: 419). Kepuasan hidup dari
Hutapea, 2011: 66) yang menyatakan bahwa
masing-masing individu sangat bervariatif.
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
Kepuasan hidup merupakan hasil dari tindakan
kepuasan hidup, salah satunya adalah faktor
dan langkah yang benar yang ditempuh oleh
demografi. Keadaan tempat tinggal lansia
individu. Lansia yang berada di akhir masa
berpengaruh terhadap kepuasan hidup yang
hidupnya
dirasakan oleh lansia. Lingkungan demografi
kehidupan di masa tuanya. Lansia yang tinggal
yang nyaman memberikan perasaan nyaman
di rumah, dimana terdapat anggota keluarga
lansia dalam menikmati masa tuanya.
yang siap memberikan dukungan dan kasih
Erikson, dkk (dalam Monks, dkk, 2002:
sayang
hendaknya
kepada
lansia
kepuasan
dapat
dapat hidup
menikmati
mendorong
331) menyatakan bahwa dalam proses menjadi
munculnya
pada
lansia.
tua, seseorang dipandang dalam hubungannya
Berbeda dengan lansia yang tinggal di Panti
diri dengan lingkungannya. Harapan terhadap
Wreda, kurangnya kasih sayang dari keluarga,
208
serta kehidupan yang terpusat pada komunitas
hidup antara lansia yang tinggal di rumah lebih
di Panti Wreda dapat menjadikan Lansia yang
tinggi dari pada lansia yang tinggal di Panti
tinggal di Panti Wreda mengalami perasaan
Wreda, sehingga hipotesis dalam penelitian ini
tertekan yang berdampak pada kurangnya
diterima.
kepuasan hidup pada lansia yang tinggal di
Daftar Pustaka
Panti Wreda.
Blazer, D., dan Hybels, C. F. 2005. Origin of Depression in Later Life. Psychological Medicine. Vol. 35. pp.1-12. United Kingdom: Cambridge University Press. http://www.publichealth.uiowa.edu/icmha/outreach/document s/OriginsofDepressioninLaterLife. Diakses pada tanggal 21 November 2012.
Menurut Purnama (2009: 12) kepuasan hidup
merupakan
ukuran
kebahagiaan
individu. Kebahagiaan adalah istilah umum yang menunjukkan kenikmatan atau kepuasan yang menyenangkan dalam kesejahteraan, kenikmatan
atau
pemenuhan
keinginan.
Kepuasan hidup secara eksplisit merupakan gambaran suatu kondisi yang bersifat khas pada individu yang mempunyai semangat hidup dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan kondisi dalam diri maupun perubahan kondisi di lingkungannya. Kehidupan lansia yang tinggal di Panti Wreda dan tinggal di rumah yang berbeda kemungkinan akan berpengaruh terhadap kepuasan lansia dalam menjalani kehidupan. Kehadiran keluarga di masa tua akan memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang bagi lansia, sehingga dapat menimbulkan kepuasan hidup yang lebih dibandingkan dengan lansia yang tinggal di Panti Wreda. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kepuasan hidup antara lansia yang tinggal di rumah dan tinggal di Panti Wreda. Kepuasan
Borg, C., Hallberg, I. R., dan Blomqvist, K. 2009. Life Satisfaction Among Older People (65+) with Reduced Self-Care Capacity: The Relationship to Social, Health, and Financial Aspects. Journal of Clinical Nursing. Vol. 15. Hal. 607-618. Blackwell Publishing Ltd. Diakses pada tanggal 20 November 2012. Carita, T. 2011. Sakit Hati, Kakek Bunuh Diri. http://tvku.tv/v2010b/index.php?page=strea m&id=3561. (Minggu, 22 April 2012). Gunarsa, S. D. 2004. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. Gramedia. Hikmawati, E., dan Akhmad, P. 2008. Kondisi Kepuasan Hidup Lanjut Usia. Jurnal PKS. Vol. VII. No. 26. Hal. 79-93. Desember 2008. Hutapea, B. 2011. Emotional Intelegence dan Psychological Well-Being pada Manusia Lanjut Usia Anggota Berbasis Organisasi Keagamaan di Jakarta. Insan. Vol. 13. No. 02. Hal. 64-73. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I. Ihromi, T. O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Penerbit IKAPI. Megalestari, F. T. 2010. Redesain Interior Panti Jompo Tresna Werdha Probolinggo Sebagai Wisma Sehat Mandiri dengan Konsep Modern Natural.
209
http://digilib.its.ac.id/bookmark/16718/ho me. Diakses pada tanggal 08 April 2012. Monks, F.J, Knoers A.M.P & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: University Press. Nurdiyanti, S. 2009. Panti Jompo dan Cinta yang Terlewatkan. http://www.andaluarbiasa.com/pantijompo-dan-cinta-yang-terlewatkan. Diakses pada tanggal 08 April 2012. Purnama, A. 2009. Kepuasan Hidup dan Dukungan Sosial Lanjut Usia. Yogyakarta: B2P3KS Press. Roizen, M. F., dan Mehmet, C. 2005. Being Beautiful: Sehat dan Cantik Luar Dalam. Alih Bahasa: Rani Sundari Ekawati. Bandung: Mizan Media Utama. Schimmack, U., Oishi, S., Furr, R. M., Funder, D. C. 2009. Personality and Life Satisfaction: A Facet-Level Analysis. Personality and Social Psychology Bulletin. Page. 1062-1075. http://www.sagepublications.com. Sirgy, J. 2002. The Psychology of Quality of Life. Netherland: Kluwer Academic Publisher. Van Hout, H. P. J., Beekman, A. T. F., Beurs, E. D., Comijs, H., Marwijk, H. V., Haan, M. D., Tilburg, W. V., dan Deeg, D. J. H. 2004. Anxiety and the Risk of Death in Older Men and Women. British Journal of Psychiatry. Vol. 185. pp.399-404. http://bjp.rcpsych.org/content/185/5/399. Diakses pada tanggal 20 November 2012. Yudantara, I. K. 2008. Semestinya Hidup itu Bahagia. Jakarta: Praninta Aksara.
210